A. Latar Belakang
I. Dasar Hukum
a. Peraturan BKKBN No. 3 Tahun 2017 tentang Penyediaan Sarana Penunjang
Pelayanan Kontrasepsi Dalam Program Kependudukan KB dan Pembangunan
Keluarga;
b. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor: 1
Tahun 2023 Tanggal 23 Februari 2023 tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat dan Obat
Kontrasepsi Bagi Pasangan Usia Subur Dalam Pelayanan Keluarga Berencana;
c. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 1 Tahun 2024 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2024 (Lembaran Daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2024 Nomor 1);
d. Peraturan Bupati Tapanuli Tengah Nomor 1 Tahun 2022 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun
Anggaran 2024;
e. Keputusan Bupati Tapanuli Tengah Nomor DPA:
DPA/A.1/2.14.0.00.0.00.01.0000/001/2024 tanggal: 9 Januari 2024 tentang
Persetujuan Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (DPA-SKPD) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tapanuli
Tengah Tahun Anggaran 2024.
II. Gambaran Umum
Masalah kependudukan berkembang menjadi masalah dunia atau global karena
dapat merupakan faktor-faktor gangguan sosial ekonomi dan sosial politik. Inilah
sebabnya dunia menaruh perhatian terhadap program KB sebagai bagian dari kebijakan
kependudukan dunia dan mengharapkan KB mendapat prioritas dalam mengupayakan
peningkatan kesejahteraan dalam pembangunan nasional.
Program Keluarga Berencana (KB) suatu adalah suatu upaya yang dilakukan
dalam mengendalikan perkembangan penduduk dengan cara mengatur kelahiran anak,
jarak serta usia ideal melahirkan, mengatur kehamilah melalui promosi, perlindungan
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi demi mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Banyak hal yang menyebabkan pencapaian pelayanan KB belum sesuai harapan.
Salah satunya adalah berkurangnya jumlah petugas lapangan KB sehingga menyebabkan
pembinaan kesertaan ber-KB menjadi terbatas, jangkauan pelayanan KB tidak merata,
dan belum optimalnya kualitas pelayanan KB.
Dan masalah yang sering dihadapi dalam upaya peningkatan pemakaian KB
adalah keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, sehingga mempengaruhi kinerja
bidan/tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
KB.
Banyak petugas kesehatan yang memfasilitasi terlaksananya program nasional ini,
diantaranya adalah perawat dan bidan. Peran tenaga kesehatan dalam merealisasikan
program KB di tengah masyarakat salah satunya adalah sebagai konselor. Ketika tenaga
kesehatan berperan sebagai konselor diharapkan membimbing wanita pasangan usia
subur untuk mengetahui tentang KB dan membantu wanita pasangan usia subur untuk
memutuskan alat kontrasepsi yang akan digunakan.
Bidan mempunyai peran dalam meningkatkan tingkat pemakaian KB sebagai
tindakan preventif terutama bagi wanita dengan resiko 4 (empat) terlalu, yaitu:
terlalu muda (usia di bawah 20 tahun),
terlalu tua (usia di atas 35 tahun),
terlalu dekat (jarak kelahiran antara anak yang satu dengan yang berikutnya kurang
dari 2 tahun,
terlalu banyak (mempunyai anak lebih dari 2)
Tugas yang cukup berat ini menuntut bidan untuk meningkatkan kompetensinya,
sehingga akan tercapai pelayanan kebidanan yang berkualitas. Salah satu faktor
pendukung peningkatan kompetensi bidan yaitu adanya motivasi kerja yang dimiliki
oleh bidan.
Motivasi kerja bidan sebagai daya pendorong yang membuat bidan
mengembangkan kreativitas dan menggerakkan segala kemampuannya demi mencapai
prestasi kerja yang optimal. Bidan yang berkompeten, memerlukan motivasi kerja yang
tinggi dalam memberikan pelayanan kebidanan, sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan.
Bidan sebagai provider dalam pelayanan kebidanan bertanggung jawab terhadap
dokumentasi kebidanan, salah satunya dokumentasi pada pelayanan KB yaitu informed
consent. Salah satu peran bidan dalam upaya peningkatan pemakaian KB, yaitu dengan
memberikan informed choice sebelum calon peserta membuat keputusan dan memilih
alat kontrasepsi.
BKKBN melakukan pengadaan logistik dan distribusi alat kontrasepsi dan
peralatan KB. Distribusi alat kontrasepsi terutama ditujukan kepada fasilitas layanan
KB pemerintah dan jejaring dan/atau jaringan dan/atau PMB yang telah teregistrasi
dalam sistem pencatatan dan pelaporan BKKBN.
Pengelolaan alat dan obat kontrasepsi merupakan faktor penting yang menentukan
kesuksesan BKKBN dalam menjalankan program KB. Dengan mengelola alat dan obat
kontrasepsi, ketersediaan alat dan obat kontrasepsi dapat terjangkau sehingga
pelaksanaan program KB dapat berjalan.
III. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan kemampuan pengelola dan petugas logistik alat dan obat kontrasepsi
di fasilitas kesehatan dalam hal manajemen pelayanan KB sebagai upaya mendukung
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
2. Khusus
a. Untuk meningkatkan kinerja, pemahaman, dan memperkuat pengelolaan rantai
pasok alat kontrasepsi (alkon) di KabupatenTapanuli Tengah
b. Untuk meningkatkan kinerja, pemahaman, dan memperkuat pengelolaan alat
kontrasepsi (alkon) bagi pengelola dan petugas logistik alat kontrasepsi terutama
di fasilitas kesehatan (faskes) yang sudah tergabung sebagai klinik KB.
c. Untuk meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif bagi
pengelola dan petugas logistik alat dan obat kontrasepsi di fasilitas kesehatan
pemerintah maupun swasta yang telah bekerja sama dengan Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Tapanuli Tengah.
d. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan bagi pengelola dan petugas
logistik alat dan obat kontrasepsi di fasilitas kesehatan dengan memberikan
materi perencanaan Alokon, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran Alokon
serta pencatatan dan pelaporan serta stok opname dan aplikasi gudang,
e. Meningkatkan kemampuan pengelola dan petugas logistik alat dan obat
kontrasepsi di fasilitas kesehatan dalam pemantauan dan evaluasi pemakaian
Alokon.
B. Penerima Manfaat
Adapun penerima manfaat atau sasaran kegiatan ini adalah pasangan usia subur (PUS)
Kabupaten Tapanuli Tengah.
Keterangan : Pada point no.6 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota dilakukan 2 x kegiatan yaitu:
Pertemuan Peningkatan Kompetensi Pengelola dan Petugas Logistik Alokon serta Sarana
Penunjang Pelayanan KB dihadiri 100 orang peserta, dengan tujuan kegiatan ini Untuk
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan bagi pengelola dan petugas logistik alat dan
obat kontrasepsi di fasilitas kesehatan dengan memberikan materi perencanaan Alokon,
penerimaan, penyimpanan dan penyaluran Alokon serta pencatatan dan pelaporan,
Pertemuan Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan Logistik Alokon serta Sarana Penunjang
Pelayanan KB dihadiri 50 orang peserta dengan tujuan mengevaluasi kemampuan
pengelola dan petugas logistik alat dan obat kontrasepsi di fasilitas kesehatan dalam
pemantauan dan evaluasi pemakaian Alokon.
E. Pelaporan
Pelaksanaan kegiatan Peningkatan Kompetensi Pengelola dan Petugas Logistik Alat dan
Obat Kontrasepsi dan Sarana Penunjang Pelayanan KB dalam bentuk Laporan Pertanggung
jawaban dari Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
PEJABAT PELAKSANA
TEKNIS KEGIATAN