Anda di halaman 1dari 7

A.

Latar Belakang
Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu
perbuatan yang dilakukan seseorang. Kita misalnya mengatakan orang itu baik dan orang itu
buruk. Masalahnya apakah yang disebut baik dan buruk itu? Dan apa ukuran atau indicator
yang dapat digunakan untuk menilai pebuatan itu baik atau buruk? Dan apakah baik dan
buruk itu merupakan sesuatu yang mutlak atau relative? Dan bagaimana pandangan islam
terhadap baik dan buruk berikut hal-hal yang tekait dengan keduanya itu? Pertanyaan-
pertanyaan tersebut perlu dicarikan jawabannya sehingga pada saat kita menilai sesuatu itu
baik atau buruk memiliki patokan atau indicator yang pasti. Untuk itu pada makalah ini akan
dibahas pengertian baik dan buruk, ukuran untuk menilai baik dan buruk, sifat baik dan
buruk, serta pandangan islam mengenai baik dan buruk. Pembahasan masalah ini kita
masukkan disini karena berkaitan dengan pembahasan tentang akhlak, sehingga dikatakan
bahwa ilmu akhlak ini membahas tentang tingkah laku dan perbuatan manusia dan
menetapkannya baik atau buruk.
B.Rumusan masalah
Dalam pemaparan diatas maka kami menyimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut. a. Apakah pengertian Baik dan Buruk ? b. Bagaimanakah aliran baik dan buruk
menurut aliran filsafat? c. Bagaimana analisis masalah sosial perspektif baik dan buruk
menurut aliran filsafat? d. Bagaimana cara menjadi pribadi yang mulia ? C.Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : Memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah “ Akhlak dan Tasawuf ” Menganalisa lebih jauh tentang
materi Baik dan Buruk dan juga cara menjadi pribadi yang mulia Menambah pengetahuan
bagi penulis dan juga teman-teman mahasiswa (i) sekalian tentang materi Baik dan Buruk
dan juga cara menjadi pribadi yang mulia BAB II PEMBAHASAN Pendidikan Akhlak
Membangun Karakter Muslim A. PENGERTIAN Kata pendidikan dalam bahasa Yunani
dikenal dengan nama paedagoso yang berarti penuntun anak. Dalam bahasa Romawi dikenal
dengan aducare artinya membawa keluar. Bahasa belanda menyebutkan istilah pendidikan
dengan nama opvoeden yang berarti membesarkan atau mendewasakan. Dalam bahasa
Inggris disebut dengan istilah aducate/aducating yang berarti to give intellectual training
artinya menanamkan moral dan melatih intelektual. Sementara dalam pandangan Islam,
pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan istilah tarbiyah yang berasal dari kata
kerja rabba, sedangkan pengajaran dalam bahasa arab disebut dengan ta’lim yang berasal dari
kata kerja ‘allama. Pendidikan Islam sama dengan Tarbiyah Islamiyah. Kata rabba beserta
cabangnya banyak dijumpai dalam al-Quran, misalnya dalam Q.S. al-Isra’ [17]: 24 dan Q.S.
asy-Syu’ara’ [26]: 18, sedangkan kata ‘allama antara lain terdapat dalam Q.S. al-Baqarah [2]:
31 dan Q.S. an-Naml [27]: 16. Tarbiyah sering juga disebut ta’dib seperti sabda Nabi SAW.:
addabanirabbi fa absana ta’dibi (Tuhanku telah mendidikku, maka aku menyempurnakan
pendidikannya). Pendidikan dalam pengertian secara umum dapat diartikan sebagai proses
transmisi [1]pengetahuan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari satu generasi ke
generasi lainnya semua itu dapat berlangsung seumur hidup, selama manusia masih berada di
muka bumi ini. Sedangkan karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), berarti
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter,
memiliki makna bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, temperamen, watak. Adapun makna berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku,
bersifat, bertabiat, dan berwatak. Bila dikaitakan dengan Islam, dapat disimpulkan bahwa
individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang
terbaik terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Melihat makna pendidikan dan karakter di atas,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah proses membentuk akhlak,
kepribadian dan watak yang baik, yang bertanggung jawab akan tugas yang diberikan Allah
kepadanya di dunia, serta mampu menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Karena itu dalam Islam, pendidikan karakter adalah pendidikan agama yang berbasis akhlak.
Islam melihat pentingnya membentuk pribadi muslim dengan nilai-nilai yang universal. A.
HADITS TENTANG KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER Hadits nabi yang berkaitan
dengan konsep pendidikan karakter adalah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari-
Muslim sebagai berikut, ‫قال أسامة بن زيد رضي هللا عنهما سمعت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يقول ُيْؤ َتى‬
‫ِبالعَاِلِم َيوَم اْلِقَياَم ِة َفُيْلَقى ِفي الَّناِر َفَتْنَد ِلُق َأْقَتاُبُه َفَيُد وُر ِبهَا َك مَا َيُد وُر اْلِح مَاُر ِبالِّر َح ى َفُيِط ْيُف ِبِه َأْهُل الَّناِر َفَيُقْو ُلوَن َم ا َلَك ؟‬
)‫ َفَيُقوُل ُكْنُت آُم ُر ِباْلَم ْعُروِف َو َال آِتْيِه َو اْنَهى َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو آِتْيِه (متفق عليه‬Artinya : “Usamah bin Zaid ra.
berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Akan dihadapkan orang yang berilmu
pada hari kiamat, lalu keluarlah semua isi perutnya, lalu ia berputar-putar dengannya,
sebagaimana himar yang ber-putar-putar mengelilingi tempat tambatannya. Lalu penghuni
neraka disuruh mengelilinginya seraya bertanya: Apakah yang menimpamu? Dia menjawab:
Saya pernah menyuruh orang pada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak mengerjakan-nya, dan
saya mencegah orang dari kejahatan, tetapi saya sendiri yang mengerjakannya”. (Muttafaq
Alaih)[13] Menurut tinjuan Abubakar Muhammad dalam bukunya Hadits Tarbawi, hadits ini
beberapa pelajaran yang harus diperhatikan oleh para sarjana khususnya dan orang-orang
yang berilmu pada khususnya:[14] a. Setiap orang yang berilmu, terutama para ulama,
sarjana, pembesar, guru dan dosen, termasuk para muballigh dan khotib, harus konsekuen
mengamalkan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia. b. Semua orang berilmu harus
menjadi teladan bagi orang lain dalam tutur kata dan tingkah lakunya. c. Orang berilmu yang
tidak konsekuen dengan tutur katanya, diancam dengan siksaan yang berat dalam neraka
kelak. d. Dalam hadits tersebut terkandung larangan kepada para pembesar, ulama,
muballigh, guru dan dosen, berakhlak tercela. Dalam hadits riwayat Bukhori-Muslim di atas
menguraikan bahwa pembentukan karakter yang didasari keteladanan akan menuai kebaikan
bagi dirinya sendiri dan orang lain. Dengan bukti adanya siksa Allah bagi orang yang hanya
memerintahkan suatu kebaikan namun ia tidak turut menjalankannya. Oleh karenanya,
pengaruh keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi sang anak harus berupa orang-
orang yang baik pula. 4 Abubakar Muhammad, Hadits Tarbawi III, (Surabaya: Karya
Abditama, 1997), hlm. 70. 5 Mustafa, Smart Parenting: 30 Strategi Mendidik Anak, (Jakarta:
Maghfirah Pustaka, 2007), hlm. 39. A.PENGERTIAN BAIK DAN BURUK Dari segi bahasa
baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa arab, atau good dalam bahasa inggris.
Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu
yang telah mencapai kesempurnaan1. Sementara itu dalam Websters New Twentieth century
dictionary, dikatakan bahwa baik adalah suatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam
kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya. Selanjutnya yang baik itu juga adalah
suatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan yang memberikan
kepuasan. Yang baik itu juga dapat diartikan sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Dan
disebut baik itu juga dapat pula berarti sesuatu yang mendatangkankan rahmat, memberikan
perasaan senang atau bahagia. Dan selain itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa
secara umum bahwa yang disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diiginkan, yang
diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik, jika tingkah laku
tersebut menuju kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai (value), apabila kebaikan itu
bagi seseorang menjadi kebaikan yang kongkret. Dengan demikian dapat kita simpulkan
bahwa yang disebut baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur,
bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Definisi kebaikan tersebut terkesan
antroposentris, yakni memusat dan bertolak dari sesuatu yang menguntungkan dan
membahagiakan manusia. Mengetahui sesuatu yang baik sebagaimana yang disebutkan diatas
akan mempermudah dalam mengetahui yang buruk. Dalam bahasa arab, istilah buruk dikenal
dengan syarr, dan diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya,
tak sempurna dalam kwalitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, tak mencukupi, keji,
jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, yang
tercela dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
Dengan demikian yang dikatakan buruk adalah suatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik
dan tidak disukai kehadirannya. B. DILIHAT BAIK DAN BURUK MENURUT ALIRAN
FILSAFAT Sejalan dengan pemikiran manusia, berkembang pula patokan yang digunakan
orang dalam menentukan baik dan buruk. Keadaan ini menurut poedjawijatna rapat dengan
pandangan filsafat tentang manusia (antropologia metafisika) dan ini tergantung pula dari
metafisika pada umumnya. Poedjawijatna lebi lanjut menyebutkan sejumlah pandangan
filsafat yang digunakan dalam menilai baik dan buruk, yaitu hedonisme, utilitarianisme,
fitalisme, sosialisme, religiosisme dan humanisme. Sementara itu Asmaran As,
menyebutkanya sebayak empat aliran fisafat yaitu adat kebiasaan, hedonisme, intuisi dan
evolusi. Pembagian yang dikemukakan Asmaran As ini tampak sejalan dengan pendapat
ahmad amin yang membagi aliran menjadi empat, yaitu adat istiadat, hedonisme,
utilitarianisme, evolusi. Beberapa kutipan tersebut diatas tampak saling melengkapi dan dapat
disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik
dan buruk ini adalah aliran adat istiadat(sosialisme), hedonisme, intuisisme (humanism),
utilitarianisme, vitalisme,religiousisme, dan evolusisme. Dengan merujuk kepada berbagai
kutipan tersebut diatas beberapa aliran filsafat yang mempengaruhi pemikiran akhlaq tersebut
dapat dikemukakan secara ringkas sebagai berikut. 6 Dudung Rahman Hidayat, Ilmu Dan
Aplikasi Pendidikan. Bagian 4 Pendidikan lintas Bidang, (Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama,
2007), hal 117 1. Baik Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat ( sosialisme) Menurut aliran ini
baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan ditentukan berdasarkan
adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan
berpegang teguh pada adat dipandang baik dan orang yang menentang dan tidak mengikuti
adat istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum secara adat. Adat istiadat selanjutnya
disebut pula sebagai pendapat umum, Ahmad Amin mengatakan bahwa tiap-tiap bangsa
mempunyai adat istiadat yang tertentu dan menganggap baik bila mengikutinya,mendidik
anak-anaknya sesuai dengan adat istiadat itu, dan menanamkan perasaan kepada mereka,
bahwa adat istiadat itu akan membawa kepada kesucian,sehingga apabila seseorang
menyalahi adat istiadat itu sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya. 2.
Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme Aliran hedonisme adalah aliran filsafat yang
terhitung tuah, karena berlatar pada pemikiran filsfat Yunani, khususnya pemikiran filsafat
Epicurus (341-270 SM), yang selanjutnya dikembangkanoleh cyrenics sebagaimana telah
diuraikan diatas, dan belakangan ditumbuh kembangkan freud. Menurut paham ini banyak
yang disebut perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan
nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan,
melainkan adapula yang mendatangkan kesedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah
perbuatan yang harus dilakukan,maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan.
Epicurus sebagai peletak dasar paham ini mengatakan bahwa kebahagiaan atau keezatan itu
adalah tujuan manusia.tidak ada kebaikan dalm hidup selain kelezatan dan tidak ada
keburukan kecuali penderitaan. Dan akhlaq itu tak lain dan tak bukan adalah berbuat untuk
menghasilkan kelezatan dan kebahagiaan serta keutamaan. Keutamaan itu tidak mempunyai
nilai tersendiri,tetapi nilainya terletak pada kelezatan yang menyertainya. 3. Baik dan Buruk
Menurut Paham Intuisisme (humanisme) Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat
menentukan sesuatu sebagai baik atau buruk dengan sekilas tanpa melihat buah atau
akibatnya. Kekuatan batin itu disebut juga kata hati adalah merupakan potensi rohaniah yang
secara fitrah yang ada pada diri setiap orang. Paham ini berpendapat bahwa pada setiap
manusia mempunyai kekuatan instinct batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan
sekilas pandang. Kekuatan batin ini terkadang berbeda refleksinya, karena pengaruh masa
dan lingkungan, akan tetapi dasarnya ia tetap sama dan berakar pada tubuh manusia. Apabila
ia melihat sesuatu perbuatan ia mendapat semacam ilham yang dapat membertahu nilai
perbuatan itu, lalu menetapkan hukum baik dan buruknya. oleh karena itu, kebanyakan
manusia sepakat mengenai keutamaan seperti benar, dermawan, berani, dan mereka juga
sepakat menilai buruk terhadap perbuatan yang salah, kikir dan pengecut. Kekuatan batin ini
adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak terambil dari keadaan luarnya.
Kita diberinya kemampuan untuk membedakan antara baik dan benar, sebagai mana kita
diberikan mata untuk melihat dan diberi telinga untuk mendengar. 4. Baik dan Buruk
Menurut Paham Utilitarianisme Secara harfiah utilis berarti berguna. Menurut paham ini
bahwa yang baik adalah yang berguna. Jika ukuran ini berlaku bagi perorangan, disebut
individual, dan jika berlaku bagi masyarakat dan Negara disebut social. Paham penentuan
baik buruk berdasarkan nilai guna ini mendapatkan perhatian di masa sekarang. Dalam abad
sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat, dan kegunaanlah yang menentukan
segala-galanya. Namun demikian paham ini terkadang cenderung ekstrim dan melihat
kegunaan hanya dari sudut pandang materialistik. Orang tua yang sudah jompo misalnya
semakin kurang dihargai, karena secara material tidak ada lagi kegunaanya. Padahal kedua
orang tua tetap berguna untuk dimintakan nasihat dan doanya serta kerelaanya. Selain itu
paham ini juga dapat menggunakan apa saja yang dianggap ada gunanya untuk
memperjuangkan kepentingan politik misalnya tidak segan-segan menggunakan fitnah,
khianat, bohong, tipu muslihat, kekerasan, paksaan dan lain sebagainya, sepanjang semua
yang disebutkan itu ada gunanya. Namun demikian kegunaan dalam arti bermanfaat yang
tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bias
diterima. Dan kegunaan bias juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak
menimbulkan kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah
orang yang member manfaat pada yang lainnya, ( HR. Bukhari ). 5. Baik Buruk Menurut
Paham Vitalisme menurut paham ini baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup
manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukkan orang lain yang lemah dianggap
sebagai yang baik. Paham ini lebih lanjut cenderung pada sikap binatang, dan berlaku hokum
siapa yang kuat dan menang itulah yang baik. Paham vitalisme ini pernah dipraktekkan para
penguasa di zaman feodalisme terhadap kaum yamh lemah dan bodoh.dengan kekuatan dan
kekuasaan yang dimiliki ia mengembangkan pola hidup feodalisme, kolonialisme, dictator
dan tiranik. Kekuatan dan kekuasaan menjadi lambang dan status social untuk dihormati.
Ucapan, perbuatan dan ketetapan yang dikeluarkannya menjadi pegangan hidup masyarakat.
Hal ini bias berlaku, mengingat orang-orang yang lemah dan bodoh selalu mengharapkan
pertolongan dan bantuannya. Dalam masyarakat yang sudah maju, di mana ilmu pengetahuan
dan keterampilan sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat, paham vitalisme tidak akan
mendapat tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis. 6. Baik
Buruk Menurut Paham Religiosisme Menurut paham ini yang dianggap baik adalah
perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan
yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam pahan ini keyakinan teologis, yakni
keimanan kepada tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau
berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkut tidak beriman kepada-Nya.
Menurut Poedjawijatna aliran ini dianggap yang paling baik dalam praktek. Namun terdapat
pula keberatan terhadap aliran ini, yaitu karena ketidak umuman dari ukuran baik dan buruk
yang digunakannya. Diketahuia bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan
masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masing-masing. Agama
Hindu, Yahudi, Kristen dan islam, misalnya, masing-masing memiliki pandangan dan tolak
ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-beda. Poedjawijatna mengatakan
bahwa pedoman itu tidak sama, malahan di sana- sini tampak bertentangan : misalnya tentang
poligami, talak dan rujuk, aturan makan dan minum, hubungan suami dan istri dan
sebagainya. Di atas telah kami ajukan berbagai aliran dalam Etika dan itu belumlah
semuanya. Kami majukan beberapa saja, untuk menyatakan dengan jelas, bahwa soal baik
dan buruknya dalam tingkah laku manusia itu telah lama mrnjadi bahan renungan para ahli
pikir dan bahwa penyelesaiannya berhubungan erat dengan pandangan tentang manusia.
Betapa tidak, sebab yang menjadi obyek penelaahan itu tidak lain dari pada tindakan manisia.
Kami masih memajukan aliran yang berikut ini serta akan kami ajukan alasannya, sebab
menurut hemat kami aliran insi memenuhi syarat yang kami tuntut di atas : umum dan
obyektif. 7. Baik Buruk Menurut Paham Evolusi ( Evolution ) mereka yang mengikuti paham
ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di ala mini mengalami evolusi, yaitu
berkembang dari apa adanya menuju kepada kesempurnaanya. Pendapat seperti ini bukan
hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-
tumbuhan, tetapi juga berlaku pada benda yang tak dapat dilihat atau diraba oleh indera,
seperti akhlak dan moral. Herbert Spencer ( 1820-1903 ) salah seorang ahli filsafat Inggris
yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara
sederhana, kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan ke arah cita-cita yabg
dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu baik bila dekat dengan cita-cita itu dan buruk bila jauh
dari padanya. Sedang tujuan manusia dalam hidup ini ialah mencapai cita-cita atau paling
tidak mendekatinya sedikit mungkin. Cita-cita manusia dalam hidup ini – menurut paham ini
– adalah untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan. Kebahagiaan di sini berkembang
menurut keadaan yang mengelilinginya. Dapat dilihat bahwa perbuatan manusia terkadang
sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya, maka hidupnya akan senang dan bahagia. Oleh
karena itu menjadi keharusan untuk mengubah dirinya menurut keadaan yang ada di
sekelilingnya, sehingga dengan demikian sampailah ia kepada kesempurnaan atau
kebahagiaan yang menjadi tujuannya. Tampaknya bahwa Spencer menjadikan ukuran
perbuatan manusia itu ialah mengubah diri sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya.
Suatu perbuatan dikatakan baik bila menghasilkan lezat dan bahagia dan ini bisa terjadi bila
cocok dengan keadaan di sekitarnya. Dalam sejarah paham evolusi, Darwin ( 1809-1882 )
adalah seorang ahli pengetahuan yang paling banyak mengemukakan teorinya. Dia
memberikan penjelasan tentang paham ini dalam bukunya The Origin of Species. Dikatakan
bahwa perkembangan alam ini didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut : 1) Ketentuan alam
( selection of nature ) 2) Perjuangan hidup ( struggle for life ) 3) Kekal bagi yang lebih pantas
( survival for the fit test ) Yang dimaksud dengan ketentuan alam adalah bahwa ala mini
menyaring segala yang maujud (ada) mana yang pantas dan bertahan akan terus hidup, dan
mana yang tidak pantas dan lemah tidak akan bertahan hidup. Berdasarkan cirri-ciri hokum
alam yang terus berkembang ini dipergunakan untuk menentukan baik dan buruk. Namun
ikut sertanya berubah dan berkembangnya ketentuan baik buruk sesuai dengan perkembangan
ala mini akan berakibat menyesatkan, karena ada yang dikembangkan itu boleh jadi tidak
sesuai dengan morma yang berlaku secara umum dan telah diakui kebenarannya. 7 Mohd liki
hamid, Pengajian tamadun islam, (Jakarta: Propesional pendidikan, 2008), hlm 121. 8 Ibid.
hlm.121 9 Hamzah Ya’qub, Etika Islam,(Bandung: Diponegoro,1993), hal. 43. C. ANALISIS
MASALAH SOSIAL PERSPEKTIF BAIK DAN BURUK MENURUT AL-QUR’AN DAN
HADIST Ajaran islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al-Qur’an yang
dalam penjabarannya dilakukan oleh hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam
ajaran Islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar sebagaimana telah diuraikan
pada bagian terdahulu. Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan
pada petunjuk al-Qur’an dan al-hadis. Jika kita perhatikan al-Qur’an maupun hadis dapat
dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik, dan ada pula istilah yang mengacu
kepada yang buruk. Di antara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-hasanah,
thayyibah, khaira ,karimah, mahmudah, azizah dan al-birr. Al-hasanah sebagaimana
dikemukakan oleh Al-Raghib ai-Asfahani adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
sesuatu yang disukai atau dipandang baik. Al-hasanahselanjutnya dapat dibagi menjadi tiga
bagian. Pertama hasanahdari segi akal,kedua dari segi hawa nafsu / keinginan dan hasanah
dari segi pacaindera. Lawan dari al-hasanah adalah al-sayyiah. Yang termasuk al-hasanah
misalnya keuntungan, kelapangan rezeki dan kemenangan. Sedangkan yang termasuk ai-
sayyiah misalnya kesempitan, kelaparan dan keterbelakangan. Pemakaian kata al-hasanah
yang demikian itu misalnya kita jumpai pada ayat yang bartinya :Ajaklah manusia menuju
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik (QS.al-Nahl,16:125) Barang siapa yang
mendatangkan kebaikan, maka baginya kebaikan. (QS. Al-Qashash, 28:84) Adapun kata al-
thayyibah khusus digunakan untuk mengambarkan sesuatu yang memberikan kelezatan
kepada pancaindera dan jiwa, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya.
Lawannya adalah al-qabihah artinya buruk. Hal ini misalnya terdapat pada ayat yang artinya:
Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik
yang kami berikan kepadamu. (QS.al-Baqarah, 2:57) Selanjutnya kata al-khair digunakan
untuk menunjukkan sesuatu yang baik oleh seluruh umat manusia, seperti berakal, adil,
keutamaan dan segala sesuatu yang bermanfaat. Lawannya adalah al-syarr. Hal ini misalnya
terdapat pada ayat yang artinya : Barang siapa yang melakukan sesuatu kebaikan dengan
kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Mengetahui.
(QS.al-Baqarah, 2:158) Adapun kata al-mahmudah digunakan untuk menunjukkan sesuatu
yang utama sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang disukai Allah SWT. Dengan
demikian kata al-mahmudahlebih menunjukkan pada kebaikan yang bersifat batin dan
spiritual. Hal ini misalnya dinyatakan dalam ayat yang artinya: Dan dari sebagian malam
hendaknya engkau bertahajjud mudah-mudahan Allah akan mengangkat derajtmu pada
tempat yang terpuji. (QS. Al-Isra’ 17:79) Selanjutnya kata al-karimah digunakan untuk
menunjukkan pada perbuatan dan akhlak yang terpuji yang ditampakkan dalam kenyataan
hidup sehari-hari. Selanjutnya kata al-karimahini biasanya digunakan untuk menunjukkan
perbuatan terpuji yang sekalanya besar, seperti menafkahkan harta di jalan Allah, berbuat
baik pada kedua orang tua dan lain sebagainya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qu’an yang
artinya: Dan janganlah kamu mengucapkan kata “uf-cis” kepada kedua orang tua, dan
janganlah membentaknya, dan ucapkanlah pada keduanya ucapan yang mulia. (QS. Al-Isra’
17:23) 10http://coretanbinderku.wordpress.com/2013/03/22/konsepsi-baik-dan-buruk-dalam-
al-quran-dan-al-hadis/ C. MENGEMBANGKAN DIRI MENJADI PRIBADI MULIA
Menjadi seorang berkepribadian mulia tentunya menjadi dambaan banyak orang. Pribadi
mulia dalam arti memiliki integritas diri, akhlak yang mulia, itu lebih berharga dari dunia ini,
sehingga ketika orang-orang di sekitar kita mencintai kita, karena kemuliaan pribadi kita, bisa
jadi adalah bukti cinta Allah SWT pada kita. Untuk memiliki pribadi mulia, berikut ini ada
jalan yang bisa diraih dengan metode 7B: B1 (Beribadah Benar dan Istiqamah) Beribadah
benar atau istiqamah, karena kalau ibadahnya benar akan menimbulkan hati tenang dan akan
terpelihara dari perbuatan nista. Sebaliknya bila ibadahnya tidak benar, maka kehidupannya
akan rapuh sehingga mudah terombang-ambing dalam kehidupan yang penuh tantangan ini.
B2 (Berakhlak Mulia) Berakhlak terpuji yakni menyikapi kejadian dengan sikap terbaik dan
apabila hal ini dilakukan oleh semua komponen masyarakat, termasuk pejabat pemerintah,
niscaya akan tercipta lingkungan aman dan damai. Tidak pernah rugi seseorang yang
memiliki akhlak baik, karena itu hendaknya akhlak baik ini ditunjukkan oleh pemimpin,
sehingga masyarakat akan meneladani pemimpinnya dalam kehidupan sehari-hari. Insya
Allah kebangkitan bangsa ini karena akhlak yang baik. B3 (Belajar Berlatih Tiada Henti)
Belajar dan berlatih tiada henti adalah sikap yang patut dilakukan bagi hamba Allah SWT
yang ingin menikmati setiap episode dalam hidup. Mengalami stres, gelisah, was-was, cemas,
salah satu penyebabnya karena kurang ilmu dan juga kurang terampil. Saat ada ular di rumah,
bagi yang tidak mengetahui dan terampil mengatasinya, seisi rumah akan menjadi panik.
Berbeda halnya dengan orang yang mengetahui dan terampil mengatasi ular. Dia bersikap
tenang dan juga membuat tenang seisi rumah. B4 (Bekerja Keras dan Cerdas) Rangkaian
ibadah dalam Islam sangat identik dengan kerja keras dan kerja cerdas. Kita lihat salat yang
begitu dinamis, saum adalah kerja keras mengendalikan diri, zakat, kurban, sedekah
merupakan kerja keras untuk bisa berbagi, haji, tawaf dengan bergerak, sa’i berlari kecil, ke
tempat wukuf, adalah sebentuk perjalanan panjang penuh pengorbanan. B5 (Bersahaja dalam
Hidup) Berawal dengan beribadah dengan benar istiqamah, buah dari ibadah adalah akhlak
yang tertuntun Allah SWT, ditopang oleh semangat belajar dan berlatih terus menerus,
kemudian diteruskan dengan kerja keras serta kerja cerdas, dan dalam kehidupan sehari-hari
dia bersahaja. Sikap bersahaja ini ditunjukkan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga sebagai umat Rasul saw sudah seharusnya umat Islam meneladani sikap yang
ditunjukkan Rasul saw itu. B6 (Bantu Sesama) Rasulullah saw bersabda, "Khairunnas
anfa’uhum linnas," yang artinya, "Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling
banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim). Awal menghirup udara
kehidupan disunahkan untuk akikah, saat muda diajarkan sedekah, bila sudah mampu
diwajibkan zakat, kurban, menyantuni yang memerlukan, bekal kematian amal jariah.
Kemuliaan hamba Allah SWT karena mampu menjadikan orang lain mampu. B7 (Bersihkan
Hati Selalu) Balon terbang bukan karena warnanya, namun karena isinya (gas). Begitu juga
dari rangkaian aktifitas seorang hamba Allah SWT justru yang terpenting adalah kebersihan
hati, kerendahan hati, ketulusan, kesabaran, rasa syukur, jauh dari kesombongan, kedengkian,
licik, dusta, khianat dan jahatnya hati. Sifat ini juga disebutkan dalam hadis Nabi, dari Abu
Hurairah dia berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat
kepada rupa-rupa dan harta benda kalian, akan tetapi melihat kepada qalbu dan amal kalian.”
(Shahih, HR. Muslim). 11http://falah-kharisma.blogspot.com/2014/01/cara-mengembangkan-
potensi-diri.html DAFTAR PUSTAKA Amin, Ahmad, Etika (ilmu ahlak),(ter.) Farid
Ma’ruf,dari judul asli al- Akhlaq, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983),cet.III. Asfahani,al-
Raghib,Mu’jam Mufradat Alfadz Al-Qur’an,(Beirut:Dar al-Fikr,t,t.). Charis Zubair, Ahmad,
Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990)cet II. Nata, Abuddin, MA,,Dr.H, Aklak
Tasawuf, JAKARTA, PT Raja Grafindo Jakarta, 2002 [1]
(http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/10770014-sholikah.ps diakses 19 maret 2013
pkl. 21.41). 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan 3
http://sintyaapriliani284.blogspot.com/2013/06/pengertian-karakter-menurut-ahli.html

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dimasbaguslaksono/akhlak-tasawuf-baik-dan-
buruk_54f91209a33311ed068b45d9

Anda mungkin juga menyukai