Urinalisa Dan Ciran Tubuh D4
Urinalisa Dan Ciran Tubuh D4
NIP : 198909292016082013
Menyetujui,
Pimpinan Institusi
i
TIM PENYUSUN MODUL
Penulis:
Alamat :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Modul Praktikum Urinalisa dan Cairan Tubuh, Program Studi
DIV Teknologi Laboratorium Medis, Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Tim Penyusun mengucapkan banyak terimaksih atas bantuan semua pihak yang
berkontribusi dengan memberi masukan-masukan, sumbangan pemikiran serta referensi
yang dapat kami gunakan dalam penyusunan modul praktikum ini. Dan kami berharap
kiranya modul praktikum ini dapat bermanfaat dalam memperlancar pelaksanaan
pembelajaran Praktikum Urinalisa dan Cairan Tubuh.
Kami juga menyadari bahwa Modul Praktikum ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan saran, masukan atau sumbangan
pemikiran yang kedepannya dapat kami pergunakan untuk merevisi serta
menyempurnakan Modul Praktikum ini.
Demikian modul ini disusun, semoga dapat memberi maanfaat bagi seluruh peserta
didik.
iii
DAFTAR ISI
vi
3.2 Mikroskopis Mikroskopis .............................................................................................
.............................................................................................................................................
51
BAB IV Analisa Cairan Tansudate dan Eksudate ........................................................
.............................................................................................................................................
57
4.1 Pemeriksaan Makroskopis ............................................................................................
.............................................................................................................................................
57
4.2 Mikroskopis Mikroskopis .............................................................................................
.............................................................................................................................................
58
4.3 Pemeriksaan Kimia .......................................................................................................
.............................................................................................................................................
59
BAB V Analisa Cairan Sendi
.............................................................................................................................................
62
5.1 Pemeriksaan Makroskopis ............................................................................................
.............................................................................................................................................
62
5.2 Mikroskopis Mikroskopis .............................................................................................
.............................................................................................................................................
63
5.3 Pemeriksaan Kimia .......................................................................................................
.............................................................................................................................................
64
BAB VI Analisa Cairan Otak
.............................................................................................................................................
67
6.1 Pemeriksaan Makroskopis ............................................................................................
.............................................................................................................................................
67
vii
6.2 Mikroskopis Mikroskopis .............................................................................................
.............................................................................................................................................
68
6.3 Pemeriksaan Kimia .......................................................................................................
.............................................................................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................................................................
70
1. Semua praktikan harus sudah siap didepan ruang praktikum lima menit sebelum
waktu praktikum dimulai.
3. Sebelum mulai praktikum alat- alat diperiksa terlebih dahulu, bila ada yang pecah
atau kurang harus dilaporkan.
viii
4. Apabila ada alat yang dipecahkan harus dilaporkan pada instruktur dan harus
diganti.
5. Setelah selesei bekerja alat – alat harus dalam keadaan bersih dan dikembalikan
ketempat semula.
6. Setelah selesei bekerja harus membuat laporan dalam buku ini dan ditunjukkan
pada instruktur yang bertugas.
7. Selama kegiatan praktikum tidak boleh makan , minum atau merokok didalam
laboratorium.
10. Bila mahasiswa tidak mengikuti praktikum tanpa alasan yang SYAH < 100%
tidak boleh mengikuti ujian praktikum dan dianggap tidak mempunyai nilai ujian
tersebut.
A. Persiapan
1. Mahasiswa memakai APD (alat pelindung diri) seperti : sepatu, jas laboratorium,
handscoon, masker
2. Persiapan alat praktikum disiapkan 1 hari sebelumnya.
3. Reagen yang diperlukan dalam praktikum sudah dipersiapkan sebelumnya.
ix
4. Mahasiswa harus membawa sampel yang dibutuhkan pada waktu praktikum,
sesuai dari petunjuk instruktur.
B. Selama Praktikum
1. Selama mengerjakan praktikum tenang, hati – hati, tanggap, teliti, akurat, dan
dapat bekerjasama dengan temannya.
2. Mendengarkan instruksi yang diberikan oleh instruktur laboratorium.
3. Mengerjakan praktikum sesuai dengan prosedur petunjuk praktikum.
4. Bertanggung jawab atas hasil praktikum yang sudah dikerjakan.
C. Selesei Praktikum
x
BAB I
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
Metode : Organoleptis
1. Warna Urin
Warna urin diuji pada tebal lapisan 7- 10 cm dengan cahaya tembus, tindakan itu dapat
dilakukan dengan mengisi tabung reaksi ¾ penuh dan ditinjau dlam sikap serong.
Nyatakan warna urin dalam perkataan seperti : tidak bewarna, kuning muda, kuning, kuning
tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah, coklat kuning bercampur
hujau, putuh susu. Biasanya warna normal urin berkisar antara kuning muda hingga kuning
tua.
1
Hijau: biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab nonpatologik: preparat
vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
Biru: tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat: diuretik, nitrofuran.
Coklat Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh
obat: levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
2. Volume Urin
Pada orang dewasa, normal produksi urine sekitar 1,5 L dalam 24 jam. Jumlah ini
bervariasi tergantung pada : luas permukaan tubuh, konsumsi cairan, dan kelembaban udara/
penguapan. Volume Urine Abnormal
Poliurea : volume urine menigkat, dijumpai pada keadaan seperti : Diabetes, Nefritis
kronik, beberapa penyakit syaraf, edema yang mulai pulih.
Oliguria : volume urine berkurang, dapat dijumpai pada keadaan seperti penyakkit
ginjal, dehidrasi, sirosis hati.
Anuria : tidak ada produksi urine, dapat terjadi pada keadaan-keadaan seperti
circulatory collaps (sistolik < 70 mmHg), acute renal failure, keracunan sublimat, dll.
Residual urine (urine sisa) : volume urine yang diperoleh dari kateterisasi setelah
sebelumnya pasien disuruh kencing sepuas-puasnya.
Fosfat Amorf : warna putih, hilang bila diberi asam, terdapat pada urine yang alkalis.
Urat amorf : warna kuning coklat, hilang bila dipanaskan, terdapat pada urine yang
asam .
Darah : warna merah sampai coklat.
Pus : seperti susu, menjadi jernih setelah disaring.
2
Kuman : pada umumnya akan tetap keruh setelah disaring ataupun dipusingkan. Pada
Urethritis terlihat benang-benang halus.
4. Bau Urine
Urine baru, pada umumnya tidak berbau keras. Baunya disebut pesing, disebabkan
karena adanya asam-asam yang mudah menguap. Bau urine dapat dipengaruhi oleh makanan/
minuman yanga dikonsumsi. Apabila urine dibiarkan lama, maka akan timbul bau amonia,
sebagai hasil pemecahan ureum. Aceton memberikan bau manis dan adanya kuman akan
memberikan bau busuk pada urine.
6. PH Urin
Basahilah sepotong kertas lakmus yang biru dan juga yang merah dengan urin yang
diperiksa, tunggulah satu menit dan perhatikan warna yang terjadi.
3
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
4
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
Metode : Urinometer
Sampel urin
5
Prosedur Kerja :
2. Apabila pada pembacaan ini tidak sama dengan 1,000, misalnya 1,005 maka hasil
pembacaan terakhir harus dikurangi dengan 0,005.
3. Gelas ukur diisi dengan ¾ bagian urin dan diletakkan pada tempat datar
5. Urometer dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan cara memutar pada sumbu
panjangnya. Jangan sampai urometer menyentuh atau menempel pada dinding
bagian dalam gelas ukur.
6. Diamati strip yang terangkat dipermukaan dan dibaca bagian miniskusnya dimana
1 strip = 0,001
6
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
7
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
mengalami denaturasi
larutan uji
Cara Kerja :
Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh kemudian di
centrifuge.
Pisahkan supernatant untuk sampel reduksi urin dan sedimen untuk pemeriksaan
mikroskopik urin.
Dengan memegang tabung reaksi itu pada ujung bawah, lapisan atas urin itu
dipanasi di atas nyalaapi sampai mendidih selama 30 detik.
Perhatikan terjadinya kekeruhan dilapisan atas urin itu, dengan membandingakan
jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi, jikaterjad kekeruhan
mungkin disebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga oleh calsiumfosfat atau
calcium carbonat.
8
Kemudian teteskan kedalam urin yang masih panas itu 3 – 5 tetes larutan asam
asetat 6 %. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi test terhadap
protein adalah positif.
Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan kemudian berilah
penilaian semi kuantitatif kepada hasilnya.
Dibiarkan dingin dan dibaca hasilnya berdasarkan tabel dibawah ini
9
2. Pemeriksaan Protein Urin Kuantitatif
Tabung Esbach
Reagent esbach
Asam Pikrat 10
Asam Sitrat 10
Aquadest 1 Lt
Prosedur Kerja :
10
5. Baca tingginya endapan yang terjadi setelah 24 jam dalam
satuan g/L, misalnya a g/L.
11
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
12
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
Tabung reaksi
Api bunsen
Pipet ukur
Ball filler
Sampel urine
Cara Kerja :
2. Larutan dihomogenkan
14
2. Pemeriksaan Glukosa Urin Metode Benedict
Tabung reaksi
Api bunsen
CuSO4 17,3
Na Citrate 173
Na Carbonat 100
Aquadest ad 1.000 ml
Sampel urine
Cara Kerja :
1. Masukkan 5 ml reagen Benedict dan 8 tetes urine (2,5 ml
reagen Benedict dengan 4 tetes urine) ke dlam tabung reaksi
2. Kocok, kemudian dipanaskan sampai mendidih di atas api
Bunsen
3. Atau dapat dimasukkan ke dalam penangas air dengan air yang
telah mendidih selama 5 menit
4. Biarkan dingin, amati perubahan warna yang terjadi
15
Nilai normal dan Interpretasi :
Negatif (-) : tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh
16
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
17
Dewi S Lumban Raja, S.Tr.Kes dr.Alfi Boediman, Sp.PK
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan
energi yang disebabkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes mellitus yang
tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi
lemak – rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau
gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk
dibakar. Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat dan asam β-
hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang
berlebihan. Asam asetoasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi
normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila
kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke
dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui
batas, maka terjadi ketonemia.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat
menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan
asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50
mg/dl. Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun,
kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin.
Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urine
18
terutama adalah aseton dan asam asetoasetat. Benda keton yang dijumpai di urine terutama
adalah aseton dan asam asetoasetat. Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat
(kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan
absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis.
diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.
Cara Kerja :
Interpretasi Hasil :
Jika urine mengandung aseton, maka antara perbatasan kedua lapisan akan terbentuk
cincin berwarna unggu
Derajat positivitasnya tergantung kepada kecepatan terbentuknya cincin unggu tadi.
19
Obat tertentu
Sampel urin yang diperiksa haruslah urine yang segar . Urin disimpan pada
temperature ruangan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hasil uji negaif
palsu.
Kualitas ammonia pekat yang digunakan harus baik, dan saat penambahannya harus
melalui dinding tabung.
Sesaat setelah penambahan ammonia pekat, sampel tidak boleh dikocok agar lapisan
yang terbentuk tidak pecah, selain itu sampel yang telah ditambahkan ammonia
pekat dibiarkan tegak selama 5 menit agar terbentuk cincin ungu yang stabil.
Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam asetoasetat
Anak penderita diabetes cenderung mengalami ketonuria daripada penderita dewasa.
20
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
21
Paraf Laboran Paraf Dosen
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
Metode : Harisson
Tabung reaksi
Kertas saring
Pipet Pasteur
BaCl2 10%
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
23
Paraf Laboran Paraf Dosen
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
Tabung reaksi
Kertas saring
Lugol
Reagen Schlezinger yang terdiri dari:
Suspensi jenuh zinc acetat dalam alkohol (Reagen
Schlezinger)
Cara Kerja :
1. Masukkan 5 ml sampel urin kedalam tabung reaksi.
2. Perhatikan ada fluorensi atau tidak, jika ada maka sampel tidak bisa untuk
pemeriksaan karena akan menjadikan hasil positif palsu.
3. Setelah itu jika tidak ada fluorensi tambahkan 2 – 4 tetes reagen lugol yang sudah
disiapkan tadi, homogenkan kemudian biarkan selama 5 menit.
4. Jika waktu sudah cukup tambahakan 5 ml reagen Schlesinger, homogenkan
kemudian saring dengan kertas saring.
24
5. Filtrat yang dihasilkan dari penyeringan tersebut kemudian amatilah dengan
cahaya matahari berpantul dengan latar belakang berwarna hitam.
CATATAN
1. Urobilin setelah dioksidasi akan menajdi urobilin sehingga juga akan
memberikan reaksi positif. Oleh karena itu setelah ditetesi iodium seringkali akan
tampak lebih jelas warna hijaunya.
2. Untuk pemeriksaan urobilinogen tes hendaknya segera dikerjakan, paling tidak 30
menit setelah sampling.
3. Garam-garam empedu sering akan mengganggu reaksi ini.
Dengan penambahan BaCl2 maka akan terjadi endapan yang mengabsorpsi
garam ini
4. Forfobilinogen juga memberikan reaksi positif
Tambahkan 2 ml khloroform lalu kocok. Bila warna merah pindah dibagian
bawah khloroform berarti urobilinogen. Tetapi bila tetap dibagian atas berarti
forfobilinogen.
25
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
26
Paraf Laboran Paraf Dosen
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
Metode : Ehrlich
Tujuan :
warna merah
Tabung reaksi
Reagen Ehrlich (paradimethyl aminobenzaldehyde 2% dalam
HCL 50%)
Cara kerja :
27
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
28
Paraf Laboran Paraf Dosen
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
29
3. Eritrosit
Eritrosit sering terlihat sebagai benda bulat tanpa struktur yang mempunyai warna
kehijau-hijauan. bentuknya bereda-beda menurut lingkungannya, dalam urin yang
pekat aan mengerut, sedangkan pada urin yang encer bentuknya bengkak dan hamper
tidak berwarna.
4. Slinder
Slinder hialin : slinder yang sisi-sisinya paralel dan ujungnya membulat,
homogen (tanpa struktur). dan tidak berwarna.
Slinder berbutir : terdapat dua bentuk, yakni : dengan butir-butir halus dan yang
berbutir kasar. yang berbutir halus tampak seperti halin, yang berbutir kasar sering
lebih pendek dan tebal.
Slinder lilin : tidak berwarna atau sedikit abu-abu, lebih lebar dari slinder
hialin, mempunyai kilauan seperti permukaan lilin. pinggir-pinggir sering tidak
rata oleh adanya lekukan-lekukan, sedangkan ujung-ujungnya sering bersudut.
Slindir fibrin
Slinder eritrosit : pada permukaan slinder ini terlihat eritrosit-eritrosit.
Slinder leukosit : slinder ini tersususn dari leukosit atau yang permukaannya
dilapisi oleh leukosit.
Slinder lemak : slinder ini mengandung butir-butir lemak.
5. Spermatozoa
6. Prasit
Mungkin ditemukannya Trichomonas vaginaslis atau Schistosomum haematobium
7. Bakteri
Laporkan tingkat keposisifan bakteri yang terdapat pada urin (+, ++, +++ dan ++++)
Unsur-unsur Anorganik :
1. Bahan Amorf
Urat-urat dalam urin asam dan fosfat-fosfat dalam urin lindi.
2. Kristak-kristal Urin
Dalam urin asam : asam urat, natrium urat dan jarang sekali calcium sulfat.
Kristal asam urat biasanya berwarna kuning. Dalam urin asam atau yang
netral atau yang agak lindi : calcium oxalate dan kadang-kadang asam
hipurat.
30
Dalam urin lindi atau kadang-kadang dalam yang netral : ammonium-
magnesiaum (tripelfosfat).
Dalam urin lindi : calciumcarbonat, amoniumbiurat, dan calciumfosfat.
Tabung reaksi
Object glass
Cover glass
Mikroskop
Sampel urine
Cara Kerja :
2. Masukkan 7 – 8 ml dari urin yang sudah di homogenkan ituke dalam tabung centrifuge
dan putarlah selama 5 menit kecepatan 1500 -2000 rpm
3. Tuanglah cairan atas keluar dari tabung secara luwes, kemudian teggakkan lagi tabung
hingga cairan yang masih melekat mengalir kembali kedasar tabung. Volume sedimen
dan cairan kira-kira ½ ml
4. Kocok tabung untuk meresuspensikan sediment
5. Dengan menggunakan pipet pasteur taruhlah 2 tetes dari sedimen itu di atas obyek glass
6. Kemudian tutup dengan dengan kaca penutup.
7. Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah
menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang lemah (LPL) atau low power
field (LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal.
8. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa
obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high power field (HPF) untuk
mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen
lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan
lapang pandang kuat juga dapat dilakukan.
31
Keterangan : Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++
sudah dinyatakan abnormal.
32
33
34
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
35
Hari/Tgl/Bln/Thn : ..........................................................................................
Dasar Teori :
Pemeriksaan carik celup merupakan alat diagnostik dasar yang digunakan untuk
menentukan perubahan patologis dalam urin. Pemeriksaan carik celup ini ditandai
dengan melihat perubahan warna yang terjadi sesuai dengan keadaan urin yang
sebenarnya. Adapun parameter yang diuji dalam pemeriksaan urin carik celup
diantaranya :
a. Urobilinogen
Tujuan : Untuk mengetahui adanya urobilinogen dalam urine.
Prinsip : Tes ini berdasarkan pada reaksi ehrlich, perubahan warna dari merah
jingga menjadi merah gelap.
b. Glukosa
Tujuan : Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine.
Prinsip : Oksidasi glukosa dikatalis oleh glukosa oksidase menjadi hidrogen
peroksida, hidrogen peroksida yang terbentuk kemudian dioksidasi oleh
chromogen dengan adanya peroksidase.
c. Bilirubin
Tujuan : Untuk mengetahui adanya bilirubin dalam urine.
Prinsip : Reaksi azo coupling pada bilirubin dengan garam diazonium dalam
suasana agak asam membentuk azodye, perubahan warna dari coklat terang
menjadi merah.
d. Benda Keton
Tujuan : Untuk mengetahui adanya benda keton dalam urine.
Prinsip : Reaksi legais test nitroprusside asam asetat dalam suasana agak basa
bereaksi dengan nitro ferricanide menghasilkan perubahan warna dari coklat
menjadi ungu.
36
e. pH
Tujuan : Untuk mengetahui pH urine.
Prinsip : Sistem 2 indikator, indikator methyl red dan brom thymol blue
digunakan untuk memberikan perubahan warna dari oranye menjadi hijau sampai
biru.
f. Darah Samar
Tujuan : Untuk mengetahui adanya darah dalam urine.
Prinsip : Tes ini berdasarkan pada aktivitas pseudo peroksidase dalam hemoglobin
dan myoglobin, chromogen teroksidasi oleh hydroperoksida yang terdapat pada
hemoglobin dan mengubah warna dari kuning menjadi biru.
g. Berat Jenis (BJ)
Tujuan : Untuk mengetahui berat jenis urine.
Prinsip : Adanya ion dalam urine disebabkan oleh protein yang dilepaskan dari
polyelectrolyte. Proton yang disebabkan akan mengakibatkan penurunan pH dan
menghasilkan perubahan warna oleh bromthymol blue dari biru kehijauan menjadi
kuning kehijauan.
h. Protein
Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam urine.
Prinsip : “Protein Error of Indicators” ketika pH menjadi konstan oleh adanya
buffer, indikator melepaskan ion H+ karena adanya protein dan mengubah warna
dari kuning menjadi biru kehijauan.
i. Nitrit
Tujuan : Untuk mengetahui adanya nitrit dalam urine.
Prinsip : Tes ini berdasarkan reaksi diazotasi dari nitrit dengan amonia aromatik
untuk menghasilkan garam diazonium, diikuti oleh reaksi azo coupling dan garam
diazonium dengan komponen aromatik pada reaksi. Produksi diazo menyebabkan
perubahan warna dari putih menjadi merah.
j. Leukosit
Tujuan : Untuk mengetahui adanya leukosit dalam urine.
Prinsip : Reaksi ini mengandung ester indoxil dan garam diazonium, diikuti oleh
reaksi azo coupling oleh amine aromatik, dengan pembentukan oleh esterase
leukosit dengan garam diazonium pada reaksi, hasil dari azodye menyebabkan
perubahan warna dari coklat menjadi ungu.
37
Alat dan Bahan :
Sampel urine
Strip carik selup
Standar pembanding
Cara Kerja :
1. Keluarkan strip carik celup secukupnya.
2. Lihat warna pada pita carik celup, cocokkan dengan pita yang
negatif, kecuali BJ.
3. Jangan lupa mengontrol carik celup dengan bahan kontrol
sebelum melakukan pemeriksaan urine.
4. Homogenkan urine sebelum diperiksa.
5. Celupkan carik celup dalam urine.
6. Urine yang berlebihan dihilangkan dengan meletakkannya
diatas tisu.
7. Baca hasil dengan membandingkan warna dengan standar
pembanding.
Nilai normal :
Urobilinogen : 0,1 – 1,0 mg/dl
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Benda keton : negatif
Berat jenis : 1.001 – 1.035
Darah samar : negatif
pH : 5 – 9
Protein : negatif
Nitrit : negatif
Leukosit:Negatif
38
Prinsip : Prinsip kerja dari urine chemistry analyzer adalah reflectance
bagian urine test strips yang disinari oleh sinar LED dengan
Prosedur Kerja :
1. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti jas lab, sarung tangan dan masker.
2. Sebelum melakukan pengujian, lihat tanggal kadaluwarsa pada botol strip test
urine.
3. Pastikan alat sudah terhubung ke listrik.
4. Tekan tombol ON untuk menyalakan alat.
5. Bbaki strip uji harus bersih dari residu apa pun. Karena hal ini sangat
mempengaruhi hasil pengujian.
6. Campurkan spesimen dengan menutup kontainer.
7. Kemudian ambil satu strip urine yang sudah terendam di dalam sampel.
8. Celupkan strip ke dalam urine tersebut selama 1 detik. Beri tanda strip.
39
9. Sentuh perlahan (satu detik) tepi panjang strip tes ke selembar kertas penyerap
untuk menghilangkan urin berlebih.
10. Jika penganalisis dalam mode Standby, tekan START untuk kembali ke mode
Ready-to-Measure. (Baki strip uji dan batang penahan harus dalam posisi
terbuka.)
11. Tempatkan strip tes, dengan bantalan menghadap ke atas dan masukkan tepi
depan strip di bawah klip plastik.
12. Tekan tombol Start dalam 5-10 detik setelah mencelupkan strip.
13. Anda akan mendengar bunyi bip dan kemudian baki bergerak sedikit, dan bilah
penahan menutup.
14. Setelah 60 detik, semua test strip pad akan terbaca.
15. Hasilnya akan dicetak pada box printer dan nomor sampel berikutnya muncul di
layar.
16. Palang penahan pada alat akan terbuka dan baki strip uji akan kembali ke posisi
awal.
17. Keluarkan strip dan bersihkan baki strip tes menggunakan kain bebas serat untuk
menghilangkan sisa sisa residu urin.
Nilai normal :
Urobilinogen : 0,1 – 1,0 mg/dl
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Benda keton : negatif
Berat jenis : 1.001 – 1.035
Darah samar : negatif
pH : 5 – 9
Protein : negatif
Nitrit : negatif
Leukosit:Negatif
40
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
Leukosit : …………………………………………………………..
Nitrit : …………………………………………………………..
Urobilinogen : …………………………………………………………..
Protein : ………………………………………………………….
pH : …………………………………………………………..
Blood : …………………………………………………………..
SG (BJ) : …………………………………………………………..
Keton : …………………………………………………………..
Bilirubin : …………………………………………………………..
Glukosa : …………………………………………………………..
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
Metode : Langsung
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan yang
dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal produksi 100 – 200 gram/ hari.
Feses terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan
patologis. Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
42
feses dilakukan di rumah/ laboratorium. Bila sampel feses diambil di rumah, feses sebaiknya
dibawa ke laboratorium, kurang dari 1 jam.
c. Syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses:
1. Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine. Untuk mengirim tinja, wadah yang
baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus
seperti plastik. Kalau konsistensi tinja keras, dos karton berlapis paraffin juga
boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar.
2. Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di
almari es
3. Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
4. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan, misalnya bagian
yang bercampur darah atau lender
5. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja
sewaktu.
6. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
7. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
Kaca obyek
Deglass
Mikroskop
Eosin
Lidi
Sampel Feces
Prosedur Kerja :
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Warna
Coklat tua : dipengaruhi oleh urobilinogen
Kuning : berikatan dengan sus, jagung,obat santonin atau
bilirubin yang belum berubah
Hijau : biasanya dipengaruhi oleh makanan yang banyak
mengandung sayur-mayur
Abu-abu : disebabkan oleh karena tidak ada urobilinogen dalam
43
saluran makanan, dan makanan yang mengandung
banyak
lemakyang tidak dicernakan karena difisiensi enzim
pancreas.
Merah muda : perdarahan yang segar di bagian distal
Coklat : dipengaruhi oleh perdarahan proximal atau dengan
makanan coklat, kopi dan sebagainya
Hitam : dipengaruhi oleh karbo medicinalis, oleh obat-obatan
yang mengandung besi, atau juga melena.
b. Baunya
Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skatol, dn butirat. Ada kemungkinan juga
tinda berbau asam: keadaan itu disebabkan oleh peragian (fermentasi). Bau tengik
dalam tinja disebabkan oleh perombakan zat lemak dengan pelepasan asam-asam
lemak.
c. Konsistensi
Tinja normal agak lunak dengan mempunyai bentuk pada diare konsistensi
menjadi sangat lunak atau cair,sedangkan sebaliknya pada konstipasi di dapat tinja
keras.
d. Lendir
Adanya lender berarti ransangan atau radang dinding usus. Pada dysentri,
intususepsi dan ileocolitis mungkin didapat lendit saja tanpa tinja. Kalua lender
berisi banyal leukosit maka terbentuk nanah.
e. Darah
Perhatikan apa darah itu segar (merah muda),coklat atau hitam dan apakah
bercampur-baur atau hanya dibagian luar tinja saja.jumlah darah yang besar
mungkin disebabkan oleh ulkus, varices dalam eosuphagus, carcinoma dan
hemoroid.
f. Parasit
Laporkan juka ditemukan cacing ascaris, ancylostoma, atau yang lain yang
mungkin terlihat.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Bersihkan kaca obyek dari lemak
Ambil seujung lidi tinja yang akan diperiksa dan letakkan di atas kaca obyek
44
Ambahkan 1 tetes eosin 2 %
Homogenkan dengan ujung lidi
Tutup dengan deglas, usakan jangan terbentuk gelembung udara
Periksa dibawah mukroskop dengan pembesaran 40 x
Catat haslil dan laporkan apa yang ditemukan
3. Pemeriksaan Kimia :
a. Darah samar Metode Rapid Chromatographic Immunoassay
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah
samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil
yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.Adanya darah dalam
tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari.
Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2
ml/ hari. Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah
45
preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti
oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri
oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu.
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes,
orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas
peroksidase/ oksiperoksidase dari eritrosit (Hb).
Metode Rapid Chromatographic Immunoassay Merupakan rapid test untuk
mendeteksi darah samar dalam feses pada kadar rendah. Rapid test ini menggunakan
prinsip double antibody sandwich assay untuk mendeteksi sampai 50 ng/ ml
hemoglobin dalam feses atau 6ul hemoglobin/ g feses.
Prinsip :
Merupakan pemeriksaan kualitatif menngunakan prinsip immunossay untuk mendeteksi
darah di dalam feses. Sampel feses akan bereaksi dengan antibodi anti hemoglobin
dalam membran kromatografi membentuk garis warna.
Persiapan pasien :
Sampel feses tidak diambil selama atau dalam 3 selama periode menstruasi, atau
bila pasien menderita perdarahan karena wasr atau ada darah di dalam urinnya.
Konsumsi alkohol, apirin, atau obat lainnya secara berlebihan dapat
menyebabkan iritasi pada lambung sehingga menimbulkan perdarahan.
Substansi tersebut di atas harus dihentikan paling tidak 48 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan
Tidak diperlukan pembatasan diet.
Cara kerja:
Siapkan sampel pemeriksaan
Buka tutup spesimen collection tube, kemudiaan ambil sampel feses paling
tidak pada 3 tempat yang berbeda menggunakan ujung stick
Tutup rapat, kemudian kocok sampel dengan buffer ekstraksi. Sampel
pemeriksaan ini dapat disimpan selama 6 bulan pada suhu - 200C bila tidak
dilakukan pemeriksaan dalam 1 jam
Buka test strip FOB
Melalui ujung ssimen collection tube, teteskan 2 tetes samel (±90μl) ke dalam
sumur sampel (S), kemudian jalankan timer. Hindari terbentuknya gelembung
46
udara di dalam sumur sampel (S)
Tunggu sampai muncul garis merah.
Pembacaan dilakukan pada menit ke 5, dan jangan menginterpretasikan hasil
setelah 10 menit.
Interpretasi hasil :
47
A.Sel Epitel Eritrosit
48
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
Makroskopis
a. Warna : …………………………………………………
b. Konsistensi : …………………………………………………
c. Bau : …………………………………………………
d. Darah : …………………………………………………
e. Lendir : …………………………………………………
f. Parasit : …………………………………………………
g. Serat Makan : …………………………………………………
Mikroskopis
49
BAB III
Analisa Cairan Semen
Hari/Tgl/Bln/Thn : ...............................................................................................
Judul Praktikum : Analisa Cairan Semen
Metode : Langsung
Tujuan : Untuk menilai normal atau tidaknya cairan sperma tersebut.
Alat dan Bahan :
Kamar hitung Improve Neubauer Obyek Glassp
Aquadest Giemsa
Kertas pH Kaca penutup
Tabung reaksi Pipet tetes
Wadah sperma Mikroskop
Methanol Sperma
Prosedur Kerja :
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Volume Sperma
Dilakukan dengan memindahkan ejakulat ke dalam gelas ukur 5 atau 10 ml sesuai
dengan keadaan yang di hadapi. Catalah volume samai ketepatan 0,2 ml. volume baru
dapat diukur setelah mani mencair. Biasanya di dapat 2,5- 5 ml mani/ejakulat.
Volume 1 ml atau kurang dikaitkan dengan infertilitas, begitu juga jika volume
melebihi 6 ml.
Hypospermia disebabkan oleh:
Ejakulasi yang berturut-turut
Vesica seminalis kecil
Penampung sperma tidak sempurna
50
b. pH Sperma
Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 – 7,8. Pengukuran
sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan
mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak
segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak (terinfeksi oleh kuman gram
negatif (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya. pH
yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis,
vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.
pH sperma cukup ditentukan dengan memakai kertas indicator, biasanya nilai pH
berkisar antara 7,0-7,8.
c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk
mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui
sperma. Baunya sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu
poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Cara kerja:
Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
Dalam laporan bau dilaporkan: khas/ tidak khas Dalam keadaan infeksi,
sperma berbau busuk/ amis. Secara biokimia sperma mempunyai bau seperti
klor/ kaporit.
d. Warna Sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan. Sperma yang normal
biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan
warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma
berwarna kemerahan. Cara kerja:
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang
warna putih menggunakan penerangan yang cukup
e. Liquefaction
Liquefaction diperiksa 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat
dengan jalan melihat coagulumnya.Bila setelah 20 menit belum homogen berarti
kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek). Bila sperma yang baru diterima
langsung encer mungkin tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar
vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.
51
f. Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna.
Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,
kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm. Makin
panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.
2. Cara Pipet Elliason
Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Cara
kerja:
Pipet cairan sperma sampai angka 0,1
Tutup bagian atas pipet dengan jari
Arahkan pipet tegak lurus
Jalankan stopwath
Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya
dengan detik
Vikositas sperma normal < 2 detik. Semakin kental sperma tersebut semakin besar
vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena:
Spermatozoa terlalu banyak
Cairannya sedikit
Gangguan liquedaction
Perubahan komposisi plasma sperma
Pengaruh obat-obatan tertentu
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Motilitas
Teruhlah setetes ( 10-15 ul) mani yang sudah mencair diatas kaca obyek dan
tutuplah dengan kaca penutup.
Periksa dibawah miroskop dengan pembesaran 400 x.
Berusahalah menilai berapa % dari spermatozoa itu yang bergerak aktif dan
catatlah angka itu.
52
Penilaian :
Pemeriksaan dilakukan pada beberapa lapang pandang sampai jumlah sperma
mencapai 100
Pergerakan spermatozoa dapat diklasifikasikan dalam 4 golongan : a, b, c dan d
a : gerak spermatozoa maju kedepan, cepat dan lurus (..%)
b : gerak spermatozoa lambat atau berkelok (..%)
c : spermatozoa bergerak ditempat (..%)
d : tidak bergerak sama sekali (..%)
• Pergerakan sperma yang normal (cepat, lurus kedepan) adalah dengan kecepatan
>25 µ/dtk pada suhu 37°C (5x panjang kepala per detik)
• Nilai secara cepat per kuadran per lapangan pandang
• Lebih mudah jika menggunakan eyepiece reticle
Jika ingin membedakan spermatozoa yang tidak bergerak dari spermatozoa mati,
campurlah sedikit mani dengan larutan eosin 0,5% dalam air. Spermatozoa yang mati
mendapat warna kemerah-merahan, yang hanya non-aktif saja yang tidak berwarna.
53
b. Jumlah Sperma
Jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam ejakulat. Sedangkan
konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa/ml sperma.Perhitungan konsentrasi
spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan metode hemositometer atau
”electronic coulter counter”. Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk
sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah (misalnya 10
juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera.
Cara kerja:
Siapkan pengencer berisi 50 gr NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml cairan
gentian violet pekat dan aquadestilita sampai 1000 ml.
Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1:10 atau 1:20 tergantung
pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya (gunakan
pipet thoma untuk leukosit)
Segera pindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang telah ditutup
dengan gelas penutup.
Biarkan hemositometer selama 15 menit sampai 20 menit agar semua sel
mengendap
Hitung dibawah mikroskop pembesaran 40X untuk spermatozoa (sel benih yang
matang yang mempunyai ekor yang dihitung).
Perhitungan:
Hitung jumlah sperma dengan objek 40x pada daerah leukosit pada 4 bidang.
Perhitungan:
Luas = 1 mm2
Tinggi = 0,1 mm
Vol = 0,1 mm3
Jumlah sperma = 1/0.1 X 4 X pengenceran X N
54
c. Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan dengan
cara membuat preparat hapusan diatas obyek glass, kemudian dikeringkan selama 5
menit, lalu di fixasi dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya
dilakukan pewarnaan dengan larutan giemsa, wright, atau zat warna yang lain.
Bentuk Normal:
→ Bentuk oval
Bentuk spermatozoa abnormal:
→ Bentuk Pir (seperti buah pir)
→ Bentuk Terato (tidak beraturan dan berukuran besar)
→ Bentuk Lepto (ceking)
→ Bentuk Mikro (kepala seperti jarum pentul)
→ Bentuk Strongyle (seperti larva stongyloides)
→ Bentuk Lose Hezel (tanpa kepala)
→ Bentuk Immature (spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic)
55
Perhatikanlah terutama bentuk kepala dan ekor spermatozoa dengan mencatat berapa %
mempunyai kelainan bentuk seperti kepala yang terlalu besar, terlalu kecil, terlalu
memanjang, inti terpecah. Jika ekor tidak ada, ada dua ekor, ekor mat pendek.
56
Interprestasi Hasil Analisa Sperma :
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma yang
normal, sebagai berikut:
1. Volume total cairan lebih dari 2 ml
2. Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml
3. Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal
4. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak secara acak
kurang dari 1 jam setelah ejakulasi
5. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml
6. Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada
kurang dari 10 % dari jumlah sperma)
57
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
Makroskopis :
Volume : ……………… ml
pH : ………………….
Bau : ………………….
Warna : ………………….
Liquifasi : ………………….
Viskositas : ………………….
Mikroskopis :
1. Jumlah Sel sperma
1/0.1 X 4 X pengenceran X N : …….juta sel /ml
2. Morfologi
Normal : …….. %
Abnormal : …….. %
3. Motilitas
a. Bergerak spermatozoa maju kedepan, cepat dan lurus : …….. %
b. Gerak spermatozoa lambat atau berkelok : …….. %
c. Spermatozoa bergerak ditempat : …….. %
d. Tidak bergerak sama sekali : …….. %
4. Viabilitas/Vitalitas Spermatozoa
a. Sperma Hidup (Bening) : ……… %
b. Sperma Mati (Merah) : ……… %
58
BAB IV
Analisa Cairan Transudat-Eksudat
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
atau exsudat.
Prosedur Kerja :
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Volume
Ukurlah dan catatlah jumlah volume cairan yang didapat dengan pungsi.jikacairan
dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tentang luasnya kelainan.
59
b. Warna
Mungkin sangat berbeda-beda : agak kuning, kuning, kuning campur hijau, merah
jambu, merah, putih serupa susu. warna transudate biasanya kekuningan, sedangkan
exsudat dapat berbeda-beda dari putih melalui kuning sampai merah darah sesuai
dengancausa peradangan dan beratnya radang.
c. Kejernihan
Tingkat kekeruhan berbeda-beda mulai dari jernih, agak keruh, keruh sampai sangat
keruh. Transudate murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan.
d. Bau
Biasanya baik transudate maupun exsudat tidak mempunyai bau yang bermakna,kecuali
kalua terjadi pembentukan protein.
e. Berat Jenis
Harus segere ditentukan sebelun terjadi bekuan. penetapan ini penting untukmenetukan
jeinis cairan. jika jumlahnya memungkinkan, penetapan dapat dilaukan dengan
menggunakan urinometer. kalua hanya sedikit sebaiknya memakai refractometer.
f. Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan, dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, sangat
halus).
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Jumlah sel
Cairan yang berupa transudate biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. semakin
tinggi anggka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat exudat.
Untuk cairan yang keruh bahan pengencernya sebaiknya larutan NaCl 0,9 %, jangan
larutan turk karena cairan Turk itu menyebabkan terjadinya bekuan dalam cairan.
Kocoklah dulu cairan yang akan diperiksa
Hisap lebih dulu Asites hingga bertanda 1 dalam pipet leukosit
Kemudian hisap larutan Turk pekat sampai tanda 11
Kocok pipet benar-benar,buanglah 3 tetes dari pipet dan kemudian islah kamar
hitung improve newbauer dan biarkan kamar hitung itu mendatar selama 5 menit
Hitung semua sel yang dilihat dalam seluruh bidang yang dibagi dengan memakai
lensa objektif 10 x.
60
b. Hitung Jenis Sel MN dan PMN
Hasil hitung jenis dapat memberi keterangan tentang jenis radang, yang menyertai
proses radang akut hamper semua sel berupa segmen. sedangkan radang yang menahun
menghasilkan hanya limfosit saja dalam hitung jenis.
Cairan Asites di putar terlebih dahulu dengan kecepatan sedang antara 1500-
2000 rpm selama 10 menit.
Cairan yang diatas dibuang dan sedimen dipakai untuk membuat sediaan apus
yang dibiarkan kering pada udara
Viksasi dengan metanol, biarkan mengering.
Pulaslah dengan pewarnaan giemsa atau wright.
Buatlah hitung jenis untuk membedakan sel PMN dan MN, hitung hingga 100
sel.
61
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
Makroskopis :
Volume : ……………… ml
Warna : ………………….
Kekeruhan : ………………….
Bau : ………………….
Berat Jenis : ………………….
Bekuan : ………………….
Mikroskopis :
Kimia :
62
Dewi S Lumban Raja, S.Tr.Kes dr.Alfi Boediman, Sp.PK
BAB V
Analisa Cairan Sendi
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
Prosedur Kerja :
Pemeriksaan Makroskopis :
a. Volume
63
Perhatikan voleme cairan sendi yang di aspirasikan . dalam keadaan normal susah sekali
menyedot cairan itu, biasanya tidak melibihi 2 ml, volume yang lebih dari 2ml
menandakan adanya kelainan. Hitunglah jumlah volume cairan otak yang masih ada
dalam syiringe, segera setelah sampel diterima.
b. Warna
Cairan sendi normal tidak bewarna atau mempunyai warna kekuning-kuningan yang
sangat muda. Cairan berwarna merah menandakan adanya darah disebabkan oleh trauma
fungsi.
c. Kejernihan
Dalam keadaan normal cairan sendi jernih. Proses patologis seperti radang dapat
menyebabkan cairan menjadi keruh sampai keruh sekali.
d. Viskositas
Untuk menguji viskositas hisaplah cairan sendi ke dalam semprit 2 ml, kemudian
biarkan cairan itu mengalir keluar dari semprit (tanpa jarum) dan perhatikan panjangnya
benang lendiryang terbentuk sampai cairan jatuh.
Dalam keadaan normal panjangnya paling sedikit 5 cm. makin pendek benang tersebut
makin abnormal (menetes seperti air).
e. Bekuan
Perhatikan dalam tabung penampung cairan sendi yang tidak diberi antikoagulan apakah
terbentuk bekuan setelah tabung itu didiamkan beberapa lama.
Dalam keadaan normal cairan sendi tidak membeku karena tidak mengandung benang
fibrinogen. Proses peradangan dapat menyebabkan penyusupan fibrin ke dalam cairan
sendi, jika ada bekuan laporkanlah besarnya bekuan itu, semakin besar bekuan, semakin
berat proses inflamasi.
64
65
Pemeriksaan Mikroskopis :
a. Jumlah sel
Dalam keadaan normal jumlah sel dalam cairan sendi kurang dari 200 per ul.
Kocoklah dulu cairan sendi yang akan diperiksa
Hisap lebih dulu cairan sendi hingga bertanda 1 dalam pipet leukosit
Kemudian hisap larutan Turk pekat sampai tanda 11
Kocok pipet benar-benar,buanglah 3 tetes dari pipet dan kemudian islah kamar
hitung improve newbauer dan biarkan kamar hitung itu mendatar selama 5 menit
Hitung semua sel yang dilihat dalam seluruh bidang yang dibagi dengan
memakai lensa objektif 10 x.
66
Aduk kuat-kuat dengan pengaduk yang terbuat dari gelas, periksalah hasil
reaksi segera setelah diaduk.
Dalam keadaan normal dan pada proses non radang mucin “ berkualitas baik “ terdapat
suatu bekuan kenyal dalam cairan jernih. Mucin berkualitas “ lumayan “ menyusun bekuan
yang kurang kuat, bekuan itu tidak mempunyai batas-batas tegas dalam cairan jernih. Tes
mucin berkualitas “buruk” seperti pada proses-proes radang istimewa pada radang oleh
infeksi, bekuan yang terjadi itu berkeping-keping dalam cairan keruh.
67
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
Makroskopis :
Volume : ……………… ml
Warna : ………………….
Kekeruhan : ………………….
Bekuan : ………………….
Mikroskopis :
Kimia :
68
BAB VI
Analisa Cairan Otak (LCS)
Hari/Tgl/Bln/Thn : ......................................................................................................
Prinsip :
Pemeriksaan None-Apelt
Reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam bentuk kekeruhan yang
berupa cincin. Ketebalan cincin berhubungan dengan kadar globulin, makin tinggi kadarnya
maka cincin yang terbentuk makin tebal.
Pemeriksaan Pandy
Reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan globulin) dalam bentuk
kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti
kabut.
Prosedur Kerja :
69
b. Warna
Bandingkan tabung yang berisi cairan otak dengan tabung berisi aquadest.
Merah adanya darah. Untuk membedakan apakah darah itu disebabkan oleh
trauma pungsi atau oleh perdarahan subarachnoidal.
Coklat. Menunjukkan kepada perdarahan yang tua dan disebabkan oleh eritrosit
yang mengalami hemolysis, cairan atas berwarna kuning setelah dipusing.
Kuning. Disebabkan oleh perdarahan yang tua mungkin juga oleh ichterus berat
atau kadar protein yang tinggi.
Keabu-abuan. Disebabkan oleh leukosit dalam jumlah yang besar seperti didapat
pada radang purulent.
c. Kekeruhan
Untuk menguji kekeruhan perlu juga dibandingkan tabung berisi cairan otak dengan
tabung serupaberisi aquabidest.pada keadaan normal getah otak sejernih aquadest
juga.
Laporkanlah hsil yang didapat sebagai: jernih, agak keruh, keruh, atau sangat keruh.
d. Bekuan
Jika terrrjadi bekuan,laporkanlah rupa bekuan itu : apakah halus sekali, menyusun
keping-keping, menyusun serat-serat, berupa selaput atau ada bekuan yang kasar dan
besar.
B. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Jumlah sel
Kocoklah dulu cairan otak yang akan diperiksa
Hisap lebih dulu cairan otak hingga bertanda 1 dalam pipet leukosit
Kemudian hisap larutan Turk pekat sampai tanda 11
Kocok pipet benar-benar,buanglah 3 tetes dari pipet dan kemudian islah kamar
hitung improve newbauer dan biarkan kamar hitung itu mendatar selama 5 menit
Hitung semua sel yang dilihat dalam seluruh bidang yang dibagi dengan
memakai lensa objektif 10 x.
Dalam keadaan normal didapat 0 – 5 sel per ul cairan otak.
70
b. Hitung Jenis Sel MN dan PMN
Cairan otak di putar terlebih dahulu dengan kecepatan sedang antara 1500- 2000
rpm selama 10 menit.
Cairan yang diatas dibuang dan sedimen dipakai untuk membuat sediaan apus
yang dibiarkan kering pada udara
Viksasi dengan metaol, biarkan mengering.
Pulaslah dengan pewarnaan giemsa atau wright.
Buatlah hitung jenis untuk membedakan sel PMN dan MN, hitung hingga 100 sel.
\
c. Pemeriksaan Kimia
a. Tes Pandy (Albumin dan Globulin)
Sediakan 1 ml reagen pandy dalam tabung reaksi serologi yang
kecilbergaris tengah 7 mm.
Tambahkan 1 tetes cairan otak tanpa sedimen
Segeralah baca hasil test itu dengan melihat kepada derajat kekeruhan
yang terjadi
Dalamkeadaan normal tidak akan terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang sangat
ringan berupa kabut halus. Semakin tinggi kadar protein semakin keruh hasil
reaksi ini yang harus selalu dinilai setelah pencampuran liquor dengan reagen.
Kekeruhan yang berat berarti test pandy itu menjadi positif.
71
b. Test Nonne (Globulin)
Taruhlah ½ - 1 ml reagen ke dalam tabung reaksi kecil yang berdiameter
kira-kira 7 mm.
Dengan berhati-hati dimasukkan sama banyak cairan otak ke dalam tabung
itu melalui dindingtabung, sehingga kedua macam cairan tinggi terpisah
menyusun dua lapisan.
Diamkanlah selama 3 menit, kemudian amatilah terentuknya cicncin pada
pertengahan cairan itu
Dalam keadaan normal hasil test ini negative, artinya : tidak terdapat kekeruhan
(cincin) pada perbatasan. Semakin tinggi kadar globulin semakin tebal cincin
keruh yang terjadi. Laporkan test ini sebagai positif atau negative saja.
72
Judul Praktikum : ………………………………………………………………
Identitas Pasien :
Hasil Praktikum :
Makroskopis :
a. Volume : ……………… ml
b. Warna : ………………….
c. Kekeruhan : ………………….
d. Bekuan : ………………….
Mikroskopis :
Kimia :
73
DAFTAR PUSTAKA
Hendry JB. 2000. Clinical Diagnosis and Management by Laboratory methods: Examination
of Urine. New York : Saunders.
Lewandroski K. 2002. Clinical Chemistry laboratory management & Clinical Corellations.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
From P, Bieganiec B, Ehrentich Z, Barak M. 2000. Stability of Common Analytes in urine
Refrigerated for 24 h Before Automated Analysis by Test Strips. Clinical Chemistry :
49:9.
Lewandroski K. 2006. Clinical Chemistry laboratory management & Clinical Corellations.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Gandasoebrata. 2006. Penuntun laboratorium Klinik . Jakarta Timur: Penerbit Dian Rakyat.
Kaplan LA, Pesce AJ. 1996. Clinical Chemistry, Theory, Analysis, and Correlation. 3th
Edition. St. Louis : Mosby Inc.
Oka TG. 1998. Penuntun Praktikum Patologi Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar
Petunjuk Kerja “Bio Analitika® “. Surabaya.
74