Anda di halaman 1dari 5

Ringkasan artikel ini membahas analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan

pendapatan petani jeruk siam di Desa Sukajulu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder untuk mengetahui dampak luas panen,
pupuk, insektisida, dan tenaga kerja terhadap produksi jeruk siam. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 94,8% variasi produksi jeruk siam dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang diteliti,
sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Secara serempak, luas panen, pupuk
NPK, pupuk kandang, insektisida Royal Cyper, insektisida Dafat, dan tenaga kerja berpengaruh
signifikan terhadap produksi jeruk siam. Namun, uji individu menunjukkan bahwa pupuk
kandang dan insektisida Dafat tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi. Selain itu,
penelitian juga mengidentifikasi biaya total produksi dan pendapatan bersih usahatani jeruk siam,
yang menunjukkan pendapatan bersih sebesar Rp. 31.309.641/ha/tahun. Data menunjukkan
adanya penurunan produksi jeruk siam yang dapat disebabkan oleh erupsi gunung Sinabung di
Tanah Karo dan serangan hama penyakit. Peluang pengembangan usahatani jeruk siam di daerah
ini masih terbuka lebar dengan memperhatikan faktor-faktor yang telah dianalisis secara
mendalam.

1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jeruk siam menurut penelitian


tersebut?

Menurut penelitian tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jeruk siam


meliputi luas panen, pupuk NPK, pupuk kandang, insektisida Royal Cyper, insektisida Dafat,
dan tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor ini secara serempak
berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jeruk siam. Selain itu, penelitian juga
menemukan bahwa penambahan satu persen luas panen akan meningkatkan produksi jeruk siam
sebesar 0,278 persen, penambahan satu persen pupuk NPK akan meningkatkan produksi jeruk
siam sebesar 0,148 persen, penambahan satu persen pupuk kandang akan meningkatkan produksi
jeruk siam sebesar 0,061 persen, penambahan satu persen insektisida Royal Cyper akan
meningkatkan produksi jeruk siam sebesar 0,201 persen, penambahan satu persen insektisida
Dafat akan menurunkan produksi jeruk siam sebesar 0,014 persen, dan penambahan satu persen
tenaga kerja akan meningkatkan produksi jeruk siam sebesar 0,345 persen. Dari hasil penelitian
juga ditemukan bahwa pendapatan bersih usahatani jeruk siam di daerah tersebut sebesar Rp.
31.309.641 per hektar per tahun.

2. Berapa persentase variasi variabel dependen (produksi) usahatani jeruk siam yang dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen yang terdapat dalam model?

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,948


menunjukkan bahwa 94,8% variasi variabel dependen (produksi) usahatani jeruk siam dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen yang terdapat dalam model. Sisanya sebesar 5,2%
variasi variabel dependen dipengaruhi oleh variasi variabel independen lain diluar model.
Dengan demikian, sebagian besar variasi produksi jeruk siam dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
yang telah dianalisis dalam penelitian tersebut.

3. Apa saja hasil dari analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dalam penelitian tersebut?

Hasil dari analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dalam penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Persamaan regresi yang diperoleh dari analisis fungsi produksi Cobb-Douglas adalah: Log Y=
Log (-0,207) + 0,278 Log X1 + 0,148 Log X2 + 0,061 Log X3 + 0,201 Log X4 – 0,014 Log X5
+ 0,345 Log X6.
2. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,948 menunjukkan bahwa 94,8% variasi variabel
dependen (produksi) usahatani jeruk siam dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yang
terdapat dalam model. Sisanya sebesar 5,2% variasi variabel dependen dipengaruhi oleh variasi
variabel independen lain diluar model.
3. Uji F menunjukkan bahwa secara serempak, variabel independen yaitu luas panen, pupuk
NPK, pupuk kandang, insektisida Royal Cyper, insektisida Dafat, dan tenaga kerja berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu produksi jeruk siam.
4. Uji t pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa luas panen, pupuk NPK, insektisida
Royal Cyper, dan tenaga kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi jeruk siam di
daerah penelitian, sementara pupuk kandang dan insektisida Dafat tidak berpengaruh nyata.
Dengan demikian, hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan pengaruh
signifikan dari berbagai faktor produksi terhadap produksi jeruk siam di Desa Sukajulu,
Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo.
4. Berapa pendapatan bersih usahatani jeruk siam yang diperoleh menurut penelitian tersebut?
Menurut penelitian tersebut, pendapatan bersih usahatani jeruk siam yang diperoleh
adalah sebesar Rp. 31.309.641 per hektar per tahun. Hal ini didapatkan dari hasil analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan petani jeruk siam di Desa Sukajulu,
Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder
untuk mengetahui dampak luas panen, pupuk, insektisida, dan tenaga kerja terhadap produksi
jeruk siam. Dari hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa pendapatan bersih usahatani jeruk
siam di daerah tersebut sebesar Rp. 31.309.641 per hektar per tahun.
2
Ringkasan ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten
Muaro Jambi. Dokumen tersebut mengulas hasil penelitian tentang faktor-faktor yang
memengaruhi produktivitas tanaman kakao di daerah tersebut, di mana faktor-faktor yang
dianalisis meliputi tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk kimia, luas lahan garapan, tingkat
pendidikan petani, dan kemitraan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tenaga kerja, pupuk
kandang, pupuk kimia, luas lahan garapan, dan kemitraan memiliki pengaruh positif terhadap
produksi kakao, sementara tingkat pendidikan petani memiliki pengaruh negatif. Dokumen ini
juga membahas tentang hasil pendugaan model fungsi produksi Cobb-Douglas untuk usaha tani
kakao di lokasi penelitian, serta hasil pengujian parameter dan pengaruh masing-masing variabel
terhadap produksi kakao. Selain itu, ringkasan ini juga menyoroti implikasi dari hasil penelitian
tersebut, termasuk saran untuk pemerintah dalam memperhatikan perkebunan petani kakao,
persiapan sarana produksi, dan peningkatan kemitraan dengan koperasi dan swasta.

1. Apa yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi menurut penelitian ini?
Menurut penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten
Muaro Jambi adalah tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk kimia, luas lahan garapan, dan
kemitraan. Faktor-faktor ini memiliki pengaruh positif terhadap produksi kakao, sementara
tingkat pendidikan petani memiliki pengaruh negatif. Selain itu, penelitian juga menyoroti
pentingnya perhatian pemerintah terhadap perkebunan petani kakao, persiapan sarana produksi,
dan peningkatan kemitraan dengan koperasi dan swasta untuk meningkatkan produksi kakao.

2. Bagaimana hubungan antara tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk kimia, luas lahan, tingkat
pendidikan, dan kemitraan dengan produksi kakao menurut hasil penelitian?
Menurut hasil penelitian, terdapat hubungan yang signifikan antara beberapa faktor
dengan produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi. Tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk kimia,
luas lahan, dan kemitraan memiliki pengaruh positif terhadap produksi kakao. Artinya,
peningkatan penggunaan tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk kimia, luas lahan, dan kemitraan
dapat meningkatkan produksi kakao. Namun, tingkat pendidikan petani memiliki pengaruh
negatif terhadap produksi kakao, yang berarti semakin tinggi tingkat pendidikan petani, produksi
kakao cenderung menurun. Oleh karena itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor
ini perlu dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman kakao di daerah
tersebut.

3. Apa dampak tingkat pendidikan petani terhadap produksi kakao menurut hasil penelitian?
Menurut hasil penelitian, tingkat pendidikan petani memiliki dampak negatif terhadap
produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi. Data menunjukkan bahwa petani dengan pendidikan
hingga menamatkan SMA cenderung memiliki produksi kakao yang lebih rendah. Hal ini
disebabkan oleh fakta bahwa petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung
mencari pekerjaan di luar sektor pertanian, sehingga pengelolaan usaha tani kakao menjadi
terabaikan. Mereka juga lebih cenderung menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga untuk
menjalankan kegiatan usaha taninya. Oleh karena itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan petani memiliki dampak negatif terhadap produksi kakao di daerah tersebut.

4. Apa rekomendasi atau saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan produksi kakao
berdasarkan temuan penelitian ini?
Berdasarkan temuan penelitian, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diberikan
untuk meningkatkan produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi. Pertama, pemerintah perlu
memperhatikan perkebunan petani kakao, selain petani kelapa sawit, karena tanaman kakao juga
memiliki potensi ekonomi yang menguntungkan. Perlunya penyediaan sarana produksi seperti
pupuk, pestisida, dan obat-obatan yang sering tidak tersedia di pasaran atau memiliki harga yang
jauh di atas harga pasaran, sehingga mengakibatkan biaya produksi yang tinggi. Selain itu,
penting untuk meningkatkan kemitraan dengan koperasi dan swasta untuk memastikan hasil
panen kakao dapat dipasarkan dengan baik.

Rekomendasi lainnya adalah meningkatkan kesadaran petani akan teknologi budidaya


kakao melalui kemitraan dan kerjasama. Dengan adanya mitra yang akan menyalurkan biji kakao
yang sudah dipanen, petani dapat merasa lebih aman dan terdorong untuk mengadopsi teknologi
budidaya kakao yang lebih modern. Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan kepada
petani mengenai kebutuhan tanaman kakao terhadap pupuk kandang, sehingga petani dapat
memanfaatkan pupuk kandang secara optimal untuk meningkatkan produksi kakao.
Dengan demikian, rekomendasi tersebut dapat membantu dalam meningkatkan produksi
kakao di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai