Anda di halaman 1dari 7

Edu Komputika 10 (1) (2023)

Edu Komputika Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edukom

DETEKSI CACAR MONYET PADA MANUSIA DI KABUPATEN


KARAWANG MENGGUNAKAN ALGORITMA CONVOLUTIONAL
NEURAL NETWORK (CNN)

Daffa Rifqi Abyansyah1), Al Fathir Rizal Januar2), dan Muhammad Nurryan Akbar3)
1
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Buana Perjuangan Karawang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


_________________ _______________________________________________________________
Keywords: Kulit memegang peranan vital dalam melindungi organ dalam tubuh manusia dari ancaman
Cacar monyet, Penyakit yang berasal dari lingkungan di luar tubuh manusia. Beberapa jenis penyakit kulit yang sering
Kulit, Convolutional Neural diderita oleh manusia diantaranya seperti scabies/kudis, kusta, frambusia, dermatitis dan
sebagainya. Kurangnya pengetahuan tentang jenis penyakit kulit serta tidak mengetahui cara
Network, Klasifikasi
pencegahannya mengakibatkan sesorang dapat terkena penyakit kulit tingkat akut. Untuk
____________________ melakukan penelitian deteksi objek penyakit pada cacar menggunakan CNN diperlukan
dataset gambar yang telah dilabeli. Dataset ini bersumber dari internet dalam website kaggle
dengan jumlah data 228 citra, 102 citra cacar monyet, 126 citra cacar lainnya. Data akan dibagi
menjadi train set, test set dan validasi set. Metodelogi yang dilakukan untuk deteksi penyakit
pada kulit menggunakan algoritma CNN. Cacar monyet adalah infeksi virus yang ditandai
dengan bintil bernanah di kulit. penyakit cacar monyet memiliki gejala yang serupa dengan
cacar air, yaitu bintil berair. Seiring perkembangan penyakit, bintil berair berubah menjadi
bernanah dan menimbulkan benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan akibat
pembengkakan kelenjar getah bening. maka tujuan penelitian artikel ini adalah membangun
sistem untuk mendeteksi penyakit kulit manusia pada gambar. Algoritma yang digunakan
dalam pembuatannya menggunakan algoritma Convolutional Neural Network. Judul
penelitian ini adalah “Deteksi Cacar Monyet Pada Manusia Di Kabupaten Karawang
Menggunakan Algoritma Convolutional Neural Network (CNN)“ Penelitian ini diharapkan
dapat membantu membedakan penyakit kulit yang menyerang masyarakat umum, dan
informasi yang diperoleh juga dapat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dengan menggunakan metode Waterfall, nilai
intensitas piksel pada gambar diatur antara 0 dan 1. Selama evaluasi model, kami menemukan
bahwa nilai epoch berbanding lurus dengan kemampuan model dalam mengidentifikasi kelas
Monkeypox. Sedangkan pada epoch 5 diperoleh model terbaik dengan nilai matriks konfusi
yaitu precision, recall, dan FI-Score sebesar 85%.

Abstract
_________________________________ ____________ _________
The skin plays a vital role in protecting organs in the human body from threats originating from the
environment outside the human body. Several types of skin diseases that humans often suffer from include
scabies, leprosy, yaws, dermatitis and so on. Lack of knowledge about the types of skin diseases and not
knowing how to prevent them can result in someone being exposed to acute skin diseases. To carry out
research on disease object detection in smallpox using CNN, a labeled image dataset is needed. This dataset
is sourced from the internet on the Kaggle website with a total of 228 images of data, 102 images of monkey
pox, 126 images of other small pox. The data will be divided into train set, test set and validation set. The
methodology used to detect skin diseases uses the CNN algorithm. Monkey pox is a viral infection
characterized by festering pustules on the skin. Monkey pox has symptoms similar to chicken pox, namely
watery pustules. As the disease progresses, the watery nodules turn festering and cause lumps in the neck,
armpits or groin due to swollen lymph nodes. So the research objective of this article is to build a system to
detect human skin diseases in images. The algorithm used in making it uses the Convolutional Neural
Network algorithm. The title of this research is "Detection of Monkey Pox in Humans in Karawang
Regency Using the Convolutional Neural Network (CNN) Algorithm." This research is expected to help
differentiate skin diseases that attack the general public, and the information obtained can also be useful
for those who need it. Based on the research conducted Using the Waterfall method, the pixel intensity
value in the image is set between 0 and 1. During model evaluation, we found that the epoch value is

38
Daffa Rifqi Abyansyah, Al Fathir Rizal Januar, dan Muhammad Nurryan Akbar / Edu Komputika (2023)

directly proportional to the model's ability to identify the Monkeypox class. Meanwhile, at epoch 5, the
best model was obtained with confusion matrix values, namely precision, recall and FI-Score of 85%.

© 2023 Universitas Buana Perjuangan Karawang


Alamat korespondensi: Jl. HS.Ronggo Waluyo, Puseurjaya, ISSN 2252-6811
Telukjambe Timur, Karawang, Jawa Barat 41361
E-mail: if21.daffaabyansyah@mhs.ubpkarawang.ac.id E-ISSN 2599-297X

PENDAHULUAN untuk memecahkan masalah terkait deteksi objek


Kulit memegang peranan vital dalam dan klasifikasi gambar. Jaringan saraf
melindungi organ dalam tubuh manusia dari konvolusional berisi metode berbasis pembelajaran
ancaman yang berasal dari lingkungan di luar mendalam yang digunakan untuk memecahkan
tubuh manusia. Oleh karena fungsinya tersebut, masalah terkait deteksi objek dan klasifikasi
kulit menjadi sensitif dan rentan terhadap gambar. Metode ini sering digunakan karena
serangan bakteri, virus, dan jamur yang bisa akurasinya yang tinggi dan hasil yang baik dalam
menimbulkan penyakit pada kulit. Penyakit kulit pengenalan objek pada pengenalan gambar.
dapat menyerang siapa saja dan dapat menyerang Cacar monyet adalah infeksi virus yang
pada bagian tubuh mana pun. Penyakit kulit salah ditandai dengan bintil bernanah di kulit. Cacar
satu penyakit yang sering dijumpai pada negara monyet atau monkeypox pertama kali muncul di
beriklim tropis seperti Indonesia khusus nya Kota negara Republik Demokratik Kongo pada tahun
Karawang. Beberapa jenis penyakit kulit yang 1970. Pada awalnya, penyakit cacar monyet
sering diderita oleh manusia diantaranya seperti memiliki gejala yang serupa dengan cacar air,
scabies/kudis, kusta, frambusia, dermatitis dan yaitu bintil berair. Seiring perkembangan
sebagainya. Scabies pada manusia adalah penyakit, bintil berair berubah menjadi bernanah
disebabkan oleh Sarcoptesscabieivar hominis. dan menimbulkan benjolan di leher, ketiak, atau
Tungau mikroskopis menggali ke dalam kulit dan selangkangan akibat pembengkakan kelenjar
bertelur, akhirnya memicu respons imun inang getah bening. Cacar monyet merupakan penyakit
yang menyebabkan rasa gatal dan ruam yang yang dapat menular dari orang ke orang, tetapi
hebat. Infestasi kudis mungkin diperumit oleh sumber utamanya adalah hewan pengerat dan
infeksi bakteri, menyebabkan perkembangan luka primata, seperti tikus, monyet, atau tupai yang
kulit yang pada gilirannya dapat menyebabkan terinfeksi
perkembangan konsekuensi yang lebih serius Berdasarkan pembahasan di atas, maka
seperti septikemia, penyakit jantung, dan penyakit tujuan penelitian artikel ini adalah membangun
ginjal kronis (Irjayanti et al, 2023) sistem untuk mendeteksi penyakit kulit manusia
Kurangnya pengetahuan tentang jenis pada gambar. Algoritma yang digunakan dalam
penyakit kulit serta tidak mengetahui cara pembuatannya menggunakan algoritma
pencegahannya mengakibatkan sesorang dapat Convolutional Neural Network. Judul penelitian ini
terkena penyakit kulit tingkat akut. Sehingga adalah “DETEKSI CACAR MONYET PADA
dengan adanya bantuan teknologi komputer MANUSIA DI KABUPATEN KARAWANG
diharapkan penyakit yang menyerang kulit tubuh MENGGUNAKAN ALGORITMA
manusia dapat diketahui secara dini dan hal CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK
tersebut dapat memperkecil terjadinya penyakit (CNN)“ Penelitian ini diharapkan dapat
yang lebih berbahaya. Dengan berkembangnya membantu membedakan penyakit kulit yang
teknologi image processing proses pendekteksian menyerang masyarakat umum, dan informasi
penyakit kulit bisa dilakukan melalui pengolahan yang diperoleh juga dapat bermanfaat bagi
citra digital. Menggunakan pengolahan citra mereka yang membutuhkannya.
digital sebuah citra berpenyakit kulit diekstrak
fitur tekstur dan fitur bentuk, kemudian dianalis METODE PENELITIAN
dan diklasifikasikan sehingga bisa diketahui jenis Metodologi penelitian untuk klasifikasi
penyakit kulit tersebut. Persoalan penyakit kulit Cacar monyet pada manusia menggunakan
terkadang membuat seorang kurang percaya diri. metode Waterfall. Metode Waterfall memiliki
(Putri, 2018). beberapa langkah yang harus diikuti (Tristianto,
Menurut Muhammad Rizqi Efrian et al 2018), yaitu.
(2022), Jaringan saraf konvolusional berisi metode 1. Requirement Analisis merupakan tahap dimana
berbasis pembelajaran mendalam yang digunakan pengembang perangkat lunak memerlukan

39
Daffa Rifqi Abyansyah, Al Fathir Rizal Januar, dan Muhammad Nurryan Akbar / Edu Komputika (2023)

kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan
aplikasi atau sistem yang akan dibangun. alur tahapan penelitian yang akan dilakukan
Pengumpulan informasi biasanya dilakukan yaitu:
dengan mempelajari dokumen-dokumen dan
sumber-sumber yang berkaitan dengan A. Pengumpulan Data
penelitian. Informasi yang diperoleh akan Pada penelitian ini dataset berupa citra
dianalisis untuk memperoleh data. cacar monyet dan cacar lainnya, dengan jumlah
2. System Design merupakan tahap lanjutan total dataset yaitu 288 data citra dengan resolusi
dimana berdasarkan hasil analisis rata-rata 224 x 224 pixel. Citra diperoleh dari
pengembang dapat mempersiapkan rancangan dataset publik yang tersedia di Kaggle
sistem atau aplikasi yang akan dibangun. (https://www.kaggle.com/datasets/nafin59/mo
3. Implementation pada tahap ini merupakan hasil nkeypox-skin-lesion-dataset) dan telah divalidasi
perancangan sistem yang telah dibuat pada oleh Joydep Paul, Md Tahzuddin Ahmed dan
tahap sebelumnya dan akan Tasnim Jahan Peana. Sampel dataset dapat
diimplementasikan seiring dengan proses dilihat pada Gambar 2.
pengembangan sistem.
4. Intergration and Testing merupakan tahap
dimana sistem yang dibangun diintegrasikan
menjadi satu kesatuan. Setelah integrasi,
seluruh sistem akan diuji dengan berbagai
kasus uji untuk memeriksa kegagalan dan
kesalahan sistem.
5. Operation and Maintenance merupakan tahap
akhir. Apabila terdapat ketidaksesuaian maka
akan dilakukan review terhadap sistem yang
telah dikembangkan. Gambar 2. Sampel dataset

Analisis kasus dilakukan dengan cara B. Pembagian Data


mengumpulkan data melalui dataset dengan Dalam penelitian ini dataset terdiri dari
tujuan mendapatkan sample kasus dari penelitian dua jenis data yaitu data latih dan data uji.
yang bersangkutan. Data yang diperoleh berupa Seluruh dataset dibagi menjadi dua kelas ini,
dataset gambar gejala-gejala cacar pada penyakit yang terdiri dari 80% data pelatihan dan 20% data
kulit pada manusia beserta diagnosanya sebanyak pengujian (Minarno et al., 2021). Pembagian
288 data. Data gejala yang digunakan dibagi dataset dapat ditunjukkan pada Tabel 1.
menjadi 2 jenis yaitu ada 102 citra cacar monyet
dan 126 citra cacar lainnya. Tabel 1. Pembagian Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi software Google collab berguna untuk No Kategori Data Train Data Test
beroperasi sebagai lingkungan enkripsi dalam
1. MonkeyPox 980 20
browser dan windows 11 sebagai system operasi
2. Cacar lainnya 1162 25
pada laptop. Ada juga Hardware yang digunakan
penelitian memiliki 11th Gen Intel(R) Core(TM)
i5- 1135G7 @ 2.40GHz 2.42 GHz, RAM 8,00 GB,
C. Preprocessing
64-bit operating system, x64- based processor.
Adapun diagram alir penelitian dapat Preprocessing pada penelitian ini hanya
dilihat pada Gambar 1. melewati satu tahap yaitu resize (megubah
resolusi) pada citra penyakit kulit dari ukuran
sebelumnya, dimana ukuran citra yang tidak
sama diubah menjadi 244 x 244 pixel.
Preprocessing bertujuan agar data citra lebih
mudah untuk diproses pada langkah selanjutnya

D. Augmentasi Data
Langkah selanjutnya setelah preprocessing
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian adalah augmentasi data. Augmentasi data
melibatkan peningkatan ukuran data pelatihan
untuk meminimalkan overfitting. Augmentasi
data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi

40
Daffa Rifqi Abyansyah, Al Fathir Rizal Januar, dan Muhammad Nurryan Akbar / Edu Komputika (2023)

Shear range, Zoom range, Rotation range, Fill mode, score. Tabel dari Confusion Matrix dapat dijelaskan
width shift range, Height shift range, horizontal flip pada Persamaan berikut.
dan rescale. Tahapan domain geser dilakukan
dengan menggunakan metode transformasi
geser. Cara kerjanya adalah memutar gambar
sesuai jumlah derajat yang ditentukan.
Pencerminan horizontal dilakukan
dengan memutar gambar 90 derajat secara
horizontal dan mengalikan datanya. Pencerminan
vertikal dilakukan dengan memutar gambar 90
derajat. Tingkat rentang zoom merupakan
tingkat untuk memperbesar suatu gambar hingga Keterangan:
skala yang ditentukan dari gambar aslinya TP = Nilai True Positive
(Solihin et al., 2022). Rescaling adalah tahapan FP = Nilai False Positive
mengubah nilai piksel dari [0,255] menjadi [0,1]. TN = Nilai True Negative
Memodifikasi nilai piksel bertujuan untuk FN = Nilai False Negative
mengurangi kerugian dan meningkatkan akurasi
selama pelatihan (Minarno et al., 2021). Gambar G. Identifikasi Citra
3 menjelaskan alur proses augmentasi data. Pada tahap ini dilakukan identifikasi citra
untuk melihat apakah citra tersebut tergolong
cacar monyet atau cacar lainnya.
Identifikasi dilakukan berdasarkan data
baru yang tidak digunakan pada saat pelatihan
model. Data baru diproses menggunakan
preprocessing. Hasil prapemrosesan
diidentifikasi berdasarkan model yang disimpan
selama pelatihan model. Hasil identifikasi
ditampilkan dalam bentuk tanda yang
menunjukkan apakah gambar tersebut
mengandung penyakit cacar monyet atau
penyakit cacar lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses Pengolahan Data Citra berikut
Gambar 3. Alur Augmentasi merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam pengolahan data citra, pengklasifikasian
E. Klasifikasi CNN data citra, hingga menghasilkan aplikasi yang
Langkah selanjutnya dalam augmentasi dapat memberikan interprestasi hasil diagnosa
data adalah membangun model arsitektur CNN penyakit kulit.
yang dirancang untuk memproses gambar dan A. Preprocessing
mengklasifikasikan hasil gambar. Langkah Preprocessing dilakukan untuk mengubah
selanjutnya dalam augmentasi data adalah ukuran atau mengubah gambar asli. Hal ini
membangun model arsitektur CNN yang dilakukan untuk memastikan semua gambar
dirancang untuk memproses gambar dan masukan memiliki ukuran piksel yang sama
mengklasifikasikan hasil gambar. Setelah sehingga memudahkan dalam mengolah gambar
pelatihan selesai, langkah selanjutnya adalah ke tahap selanjutnya baik pada tahap data latih
proses pengujian. Ini merupakan tahap akhir dari maupun tahap data uji (Qomaruddin et al.,
keseluruhan metode penelitian. Proses pengujian 2021). Fase ini juga bertujuan untuk memastikan
dilakukan untuk mengevaluasi keakuratan bahwa klasifikasi tidak memerlukan konvolusi
klasifikasi dengan menganalisis indeks yang dan pooling dalam jumlah besar, yang dapat
dihasilkan oleh model CNN yang dilatih mempengaruhi hasil akhir klasifikasi.
(Aryanto Wijaya et al., 2023) Dimensi gambar masukan tetap seragam
dengan dimensi piksel yang sama. Tujuannya
F. Evaluasi Hasil adalah untuk memudahkan proses pemrosesan
Evaluasi dilakukan untuk menguji gambar dan memungkinkan pemrosesan dengan
presentase keakuratan sebuah model yang sudah dimensi piksel yang serupa untuk setiap gambar.
dibuat. Evaluasi hasil pada Confusion Matrix Perbedaan dimensi piksel menghambat proses
diperoleh nilai accuracy, precision, recall, dan F1- konvolusi dan pengumpulan. Hal ini karena

41
Daffa Rifqi Abyansyah, Al Fathir Rizal Januar, dan Muhammad Nurryan Akbar / Edu Komputika (2023)

heterogenitas dimensi menyebabkan variasi


jumlah node yang tidak konsisten. Akibatnya,
tahapan konvolusi dan pooling yang digunakan
untuk mengolah gambar juga berbeda.

B. Augmentasi Data

Augmentasi data adalah salah satu teknik


untuk menghindari overfitting. Augmentasi data
dilakukan dengan meningkatkan ukuran
kumpulan data menggunakan parameter
tertentu. Dalam studi ini, parameter berikut
digunakan untuk augmentasi data: Shear range,
C. Model Arsitektur CNN
Zoom range, Rotation range, Fill mode, width shift
Model arsitektur CNN yang dibuat pada
range, Height shift range, horizontal flip, dan rescale.
penelitian ini terdiri dari lapisan input, lapisan
Nilai setiap parameter yang digunakan
konvolusi, lapisan pooling, dan lapisan terhubung
dijelaskan pada Tabel 2.
penuh. Konfigurasi lapisan konvolusional
memiliki 32, 64, dan 128 filter. Perhatikan bahwa
Tabel 2. Parameter Augmentasi Data
(3.3) digunakan sebagai ukuran kernel. Setiap
lapisan konvolusional diberi lapisan aktivasi
No Parameter Value
menggunakan fungsi Relu. Pooling layer yang
digunakan adalah max pooling dengan nilai pool
1 Shear range 0,3
size (2,2). Hasil lapisan konvolusional diubah
menjadi vektor satu dimensi menggunakan
2. Zoom range 0,1 perataan. Hasil planarisasi diproses dengan
lapisan yang terhubung sepenuhnya.
3. Horizontal flip True
D. Training Model
4. Rescale 1/255 Pelatihan dilakukan dalam 10 dan 5 epoch.
Langkah untuk setiap epoch dihitung berdasarkan
5. Rotation range 30 panjang data kereta, dibagi dengan ukuran batch.
Ukuran batch yang digunakan dalam penelitian
6. Fill mode nearest ini adalah 32. Entropi silang biner digunakan
sebagai fungsi kerugian dan pengoptimal Adam
7. Width_shift_range 0,2 digunakan. Model mencapai hasil pelatihan
terbaik dengan 10 epoch. Grafik Training
8. Height_shift_range 0,2 Accuracy, Training Loss, Val Accuracy, dan Val Loss
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Terdapat beberapa parameter seperti Shear


range, Zoom range, Rotation range, Fill mode, width
shift range, Height shift range, horizontal flip, dan
rescale.

Gambar 4. Training Accuracy

42
Daffa Rifqi Abyansyah, Al Fathir Rizal Januar, dan Muhammad Nurryan Akbar / Edu Komputika (2023)

Tabel 3. Evaluasi Model

Epoch Precision Recall FI-Score Acuraccy

5 0.88 0.86 0.85 0.85

10 0.67 0.65 0.62 0.62

Gambar 5. Training Loss

Dari Tabel 3 terlihat bahwa test epoch 5


memiliki rata-rata skor F1 tertinggi sebesar
0,85, disusul test epoch 10 dengan nilai 0,62.
Model dengan nilai recall tertinggi adalah
epoch 5 dengan nilai 0.86, disusul epoch 10
dengan nilai 0.65. Nilai akurasi tertinggi
Gambar 6. Val Accuracy
adalah epoch 5 dengan nilai 0.88, disusul
epoch 10 dengan nilai 0.67. Nilai akurasi
tertinggi antar epoch adalah 0,86 untuk epoch
5 dan 0,62 untuk epoch 10. Arsitektur model
dan jumlah zaman berdampak besar pada
waktu pelatihan, namun perbedaan hasilnya
tidak besar. Jumlah kesalahan klasifikasi
juga akan semakin tinggi sehingga dapat
menurunkan nilai akurasi dan FI-Score.
Gambar 7. Val Loss
Namun setidaknya tes ini dapat
mengklasifikasikan secara lengkap cacar
monyet dan non-cacar monyet.

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Dengan
menggunakan metode Waterfall, nilai intensitas
Gambar 8. Model training accuracy piksel pada gambar diatur antara 0 dan 1.
Selama evaluasi model, kami
menemukan bahwa nilai epoch 10 berbanding
E. Evaluasi terbalik dengan kemampuan model dalam
Model yang dibuat dievaluasi mengidentifikasi kelas Monkeypox. Sedangkan
menggunakan curve pembelajaran dan Confusion pada epoch 5 diperoleh model terbaik dengan nilai
Matrix. Dalam penelitian ini, perhitungan Confusion matrix yaitu precision, recall, dan FI-Score
matriks konfusi dilakukan menggunakan
sebesar 85%.
perpustakaan Sklearn. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan total 45 buah data uji.
Evaluasi hasil model secara keseluruhan DAFTAR PUSTAKA
dijelaskan pada Tabel 3.
Irjayanti, A., Wambrauw, A., Wahyuni, I., &
Maranden, A. A. (2023). Personal hygiene
with the incidence of skin diseases. Jurnal

43
Daffa Rifqi Abyansyah, Al Fathir Rizal Januar, dan Muhammad Nurryan Akbar / Edu Komputika (2023)

Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(1), 169– Tristianto, C. (2018). Penggunaan Metode
175. Waterfall Untuk Pengembangan Sistem
https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i1.926 Monitoring Dan Evaluasi Pembangunan
Pedesaan. Jurnal Teknologi Informasi
Putri, D. D., Furqon, M. T., & Perdana, R. S. ESIT, 12(1).
(2018). Klasifikasi Penyakit Kulit Pada
Manusia Menggunakan Metode Binary
Decision Tree Support Vector Machine
(BDTSVM) (Studi Kasus: Puskesmas Dinoyo
Kota Malang). Jurnal Pengembangan Teknologi
Informasi Dan Ilmu Komputer, 2, 1912–1920.
https://j- ptiik.ub.ac.id/index.php/j-
ptiik/article/download/1425/499/10275

Efrian, M. R., & Latifa, U. (2022). Image


Recognition Berbasis Convolutional Neural
Network (Cnn) Untuk Mendeteksi Penyakit
Kulit Pada Manusia. Jurnal POLEKTRO:
Jurnal Power Elektronik, 11.
https://www.neliti.com/id/publications/52
2719/image-recognition-berbasis-
convolutional-neural-network-cnn-untuk-
mendeteksi-pen

Minarno, A. E., Hazmi Cokro Mandiri, M.,


Munarko, Y., & Hariyady, H. (2021).
Convolutional neural network with
hyperparameter tuning for Brain Tumor
Classification. Kinetik: Game Technology,
Information System, Computer Network,
Computing, Electronics, and Control.
https://doi.org/10.22219/kinetik.v6i2.1219

Solihin, A., Mulyana, D. I., & Yel, M. B. (2022).


Klasifikasi Jenis Alat Musik Tradisional
Papua menggunakan Metode Transfer
Learning dan Data Augmentasi. Jurnal
SISKOM-KB (Sistem Komputer Dan
Kecerdasan Buatan), 5(2), 36–44. doi:
10.47970/siskomkb.v5i2.279

Aryanto Wijaya, D., Triayud, A., & Gunawan,


A. (2023). Penerapan Artificial Intelligence
Untuk Klasifikasi Penyakit Kulit Dengan
Metode Convolutional Neural Network
Berbasis Web. Journal of Computer System
and Informatics (JoSYC), 4(3), 685–692.
https://doi.org/10.47065/josyc.v4i3.3519

Qomaruddin, M., Riana, D., & Anton, A. (2021).


Segmentasi K-Means Citra Daun Tin
Dengan Klasifikasi Ciri Gray Level Co
Occurance Matrix. Jurnal Sistem Dan
Teknologi Informasi (Justin), 9(2), 223.
https://doi.org/10.26418/justin.v9i2.4413
9

44

Anda mungkin juga menyukai