Anda di halaman 1dari 74

Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan


Institut Teknologi Bandung

Focus Group Discussion

TEKNOLOGI PENGENDALIAN
PENCEMARAN AIR LIMBAH
PENAMBANGAN BATU BARA
Rabu, 27 Juli 2023
Dr. Ir. Muhammad Sonny Abfertiawan, S.T., M.T.
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

“Engineering problems are under-defined, there are


many solutions, good, bad and indifferent. The art is
to arrive at a good solution. This is a creative
activity, involving imagination, intuition and
deliberate choice.”

Sir Ove Arup (1895 – 5 February 1988)

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PROFILE
Institut Teknologi Bandung

Nama : Dr. Ir. Muhammad Sonny Abfertiawan


Pekerjaan : Staf Akademik, Kelompok Keahlian Rekayasa Air & Limbah Cair (KK RALC) ITB
Alamat : Ujung Berung, Bandung
Pendidikan : S1 Teknik Lingkungan, S2 Mine Environment, S3 Mine Environment
Email : msa@itb.ac.id / sonny_abfertiawan@yahoo.com
No HP : +62821-303030-95

Profesional Afiliasi:
• Member of International Water Association (IWA)
• Member of International Mine Water Association (IMWA)
• Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
• Anggota Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Intakindo)

www.msonnyabf.id

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

PENDAHULUAN

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

• Pertambangan merupakan industri yang


memiliki karakteristik berbeda signifikan
dengan industri lainnya
• Pertambangan melibatkan sumber daya
(peralatan, tenaga kerja, dan lainnya) yang
sangat besar dan meliputi cakupan area
yang besar.
• Pertambangan di Indonesia hampir
seluruhnya dilakukan dengan menggunakan
metode tambang terbuka (Open Pit Mine)
• Kegiatan penggalian dan penimbunan akan
meningkatkan potensi terhadap perubahan
sistem hidrologi baik kualitas maupun
kuantitas à menjadi tantangan besar
dalam pengelolaan lingkungan
pertambangan

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

Sumber: Abfertiawan, 2010


www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung
Contoh kegiatan tambang terbuka batubara

Upaya perbaikan lahan di masa reklamasi à mengembalikan fungsi lahan

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

(sumber: abfertiawan, dkk, 2010)

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

(Sumber: Abfertiawan, 2016)


www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

Tantangan Pengelolaan
Air Tambang

Contoh Karakteristik Hidrologi di


Area pertambangan
(Sumber: Abfertiawan, 2016)

Industri Pertambangan
sangat dipengaruhi dengan
karaketristik hidrologi dan
morfologi permukaan.
Peningkatan
Bukaan area yang besar dan
Ketinggian Air di atas
curah hujan yang tinggi
Ambang dapat menyebabkan
pengelolaan air menjadi
lebih menantang.

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

TEKNOLOGI PENGOLAHAN

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

• Penambahan Bahan Kimia


• Efektivitas Tinggi
• Biaya Tinggi
Active Treatment • Memerlukan sumber daya manusia dalam
pengoperasian

• Memanfaatkan system yang dapat beroperasi


secara “natural”
• Biaya pengoperasian relative rendah/kecil
Passive Treatment • Tidak membutuhkan peran SDM terus
menerus
• Sangat dipengaruhi/ditentukan oleh volume

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

Sumber: Abhishek Gupta & Pinaki Sar, 2020

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

Paramater paling
penting dan
berpengaruh dalam
penentuan metode
pengolahan air asam
tambang

modified from Waters et al., 2003 (didalam Dave Trumm, 2009)

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

Pentingnya Mengontrol Debit dalam Penentuan


Metode Pengolahan Air asam Tambang!

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

TEKNOLOGI PENGOLAHAN
AKTIF

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

Debit Maks. & Fluktuasi

Karakteristik Kualitas Air Asam Tambang

Apa pertimbangan dalam


merencanakan system Ketersediaan Lahan dan Material
pengolahan aktif?

Ketersediaan SDM

Baku Mutu Lingkungan

18
www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

Tahapan Perencanaan Sistem Pengolahan Air Asam Tambang Metode Aktif


Decision: Mine Water Treatment
is Needed

1. Pahami karakteristik debit dan


Basic of Design kualitas air tambang
2. Baku mutu yang ingin dicapai

Process Selection 1. Penentuan unit operasi dan


proses yang diperlukan
2. Penentuan bahan kimia
Preliminary Design

Final Design

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

Dosing with Alkali

Precipitation

Oxidation
Metode Pasif: Alternatif
Sistem Pengolahan Kimia Reverse Osmosis

Sulfidization

Ion Exchange

Electrocoagulation

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

Karakterisasi air tambang (dalam


periode tertentu untuk mengetahui
fluktuasi karakteristik): Kualitas dan
Kuantitas

modified from Rajaram et al., 2001 (didalam Dave Trumm, 2009)

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

EPA Design Manual for Neutralization of Acid Mine Drainage www.msonnyabf.id


Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung
Pengelolaan air tambang harus terintegrasi dengan water
management melalui pendekatan daerah tangkapan

Retention/Detention
Pond

Tantangan:
• Sekuen Penambangan
• Luas Area Penambangan
• Batas DAS
• SDM
Berfungsi sebagai pengendali debit air Tambang
yang akan masuk kedalam system pengolahan.
Pengolahan lebih efektif dan efisien.
Selain itu, befungsi sebagai pengendali solid yang
diharapkan dapat menurunkan TSS
www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

Tantangan Pengelolaan
\Air Tambang

Conventional Liming Box


Bubuk kapur langsung
dituangkan ke dalam aliran

Lime injection
Pembuatan liquid lime dengan
konsentrasi (jenuh) tertentu.
Upaya ini lebih efektif dan efisien
untuk mengolah AAT
www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

Parameter/sifat Berbasiskan Kalsium Berbasiskan Natrium, Kalium,


Ammonia
Kelarutan Rendah Tinggi
Penggunaan Sulit Lebih mudah
Efek lempung Menggumpal Tersebar
Padatan tersuspensi Turun Dapat bertambah
Gipsum Akan mengendap Kurang mengendap. Kecuali logam
Biaya Lebih murah Lebih mahal

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

MATERIAL NETRALISASI: CaCO3

• Batugamping - CaCO3
• Kelebihan batugamping:
• murah
• tidak akan terjadi pengolahan berlebih (overtreat)
• sifat lumpur yang baik
• tidak membahayakan pekerja
• Kekurangan batugamping:
• kurang dapat terlarut
• umumnya memerlukan pengadukan
• tidak dapat mengolah secara cepat AAT yang
mengandung kandungan besi fero yang tinggi
• tidak dapat mencapai pH yang cukup tinggi untuk
pengendapan cepat dari Fe dan Mn

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

MATERIAL NETRALISASI: CaO

• Kalsium oksida - CaO dan kalsium hidroksida - Ca(OH)2


• Kelebihan:
• dapat mencapai pH tinggi untuk menghilangkan Fe
dan Mn
• relatif tidak mahal
• cukup tersedia, walaupun kualitasnya harus
dikendalikan
• kemampuan netralisasi yang tinggi
• penggumpalan lempung
• Kekurangan:
• membutuhkan kontak yang baik agar efektif
• memerlukan sarana pengolahan
• volume lumpur dapat berlebihan
• dapat mencelakai pekerja
• kelarutan yang rendah

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

MATERIAL NETRALISASI: BAHAN BERBASIS Na, K & NH3

Kelebihan utama dari bahan berbasis Na, K


dan NH3 adalah kelarutannya yang tinggi
sehingga mudah dalam penggunaannya. Ion
monovalent ini dapat pula memecah partikel
lempung yang dapat menimbulkan masalah
padatan tersuspensi. Namun harga bahan ini
juga tinggi

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

Kaustik soda (NaOH)


Kelebihan NaOH
◦ hanya memerlukan sistem pencampuran yang
sederhana karena dapat dalam bentuk cairan
◦ tidak menghasilkan lumpur kalsium sulfat
◦ dapat mencapai pH yang cukup tinggi untuk
menghilangkan kandungan Fe2+ dan Mn2+
◦ ekivalen netralisasi yang tinggi

Kekurangan NaOH
◦ mahal
◦ dapat membahayakan pekerja
Sumber: Olds, et al., 2013 ◦ pengolahan berlebih (over treat) mudah terjadi
◦ kapasitas buffer kecil
◦ volume lumpur yang tinggi – lumpur dengan
densitas yang rendah bisa tidak stabil untuk Mn2+
menjadi mudah terlarut kembali

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

MATERIAL NETRALISASI: BAHAN BERBASIS Na, K & NH3


• Kalium hidroksida (KOH)
Penggunaan, karakteristik netralisasi dan lumpur
yang terbentuk mirip dengan NaOH hanya harganya
lebih mahal. Penggunaan KOH lebih baik
dibandingkan NaOH karena menghasilkan disperse
lempung yang lebih sedikit. Kelebihan lain adalah
kurangnya potensi pencemaran air karena kalium
akan masuk ke siklus biologi sebagai nutrient.
• Soda abu (Na2CO3)
Soda abu jarang digunakan sebagai bahan penetral
atau pengolah utama dalam fasilitas pengolahan
AAT dengan aliran yang besar. Hal ini disebabkan
oleh ketersediaannya yang terbatas serta harga
yang mahal, sehingga hanya digunakan pada aliran
yang kecil. Pemilihan soda abu sebagai bahan
penetral lebih mempertimbangkan kemudahan
penanganan dibandingkan efisiensi biaya.
www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

PENENTUAN DOSIS BAHAN KIMIA

Jar Test, salah satu metode uji


laboratorium untuk mengetahui dosis
optimum penggunaan bahan kimia dalam
pengolahan air Tambang.

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

KOAGULASI FLOKULASI

Koagulasi: proses destabilisasi koloid dan partikel


dalam air dengan menggunakan bahan kimia
(disebut koagulan) yang menyebabkan partikel saling
berikatan dan membentuk gumpalan.
Flokulasi: proses penggabungan inti flok sehingga
menjadi flok berukuran lebih besar.

Pada koagulasi akan terjadi:


• Penurunan tegangan permukaan • Aluminium Sulfat (Alum), AL2SO4.18H2O
(zeta potensial) melalui proses • Ammonia Alum, (NH4)2(SO4).Al2(SO4)3.24H2O
netralisasi muatan dan adsorpsi • Natrium Aluminat, NaAlO2
• Presipitasi dari koagulan akan • Ferrous Sulfat, (cooperas)
menyapu koloid • Ferri klorida, FeCl2.H2O
• Adsoprsi dan pembentukan
• Poly Aluminium Chloride (PAC)
jembatan antar partikel.

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

Kriteria desain untuk sistem koagulasi Kriteria desain untuk sistem flokulasi
Parameter Besaran Parameter Besaran
Bilangan Champ (Gtd) 104 – 105 Bilangan champ 104 – 106
Waktu detensi (td) 5 – 30 s Gradien kecepatan (G) 20 – 120 s-1
Gradien (G) 700-1000 s-1 Waktu detensi (td) 15 – 45 menit
Headloss ≥ 0,6 m Kecepatan putaran (n) 10 – 30 rpm
Ketingian pencampuran Jarak antar baffle > 0,45 m
≥ 0,3 m
(Hp) Koefisien gesekan (k) 2 – 3,5
Bilangan froud (Fr) ≥2 Banyak saluran (n) ≥6
Rasio kedalaman (Y2/Y1) ≥ 2,83 Kehilangan tekan 0,3 – 1 m

Nilai Gradien Kecepatan dan Waktu Pengadukan


Waktu Pengadukan, td (detik) Gradien Kecepatan (1/detik)
20 1000
30 900
40 790
50 700

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

BAGAIMANA MENGONTROL DOSIS BAHAN KIMIA

Physico- Suspended Solids


Chemical Colloid
Treatment

Controller sc 200
Controller sc 200

Base Dosing Pump


Dosing Pump TSS Sensor
pH Sensor
Dose addition based on
Type of Chemical TSS of wastewater
Acid Dosing Pump and dose addition
based on pH of
wastewater

Neutralization Coagulant Tank


Acid Tank Tank
www.msonnyabf.id
Base Tank Coagulation Tank
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

BAGAIMANA MENGONTROL DOSIS BAHAN KIMIA

www.msonnyabf.id
PENGOLAHAN
AKTIF
Pengadukan Mekanik: Tipe Agitator

three-blade turbine
propeller agitator

helical
impeller paddle ribbon
agitator agitator

36
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

Pengadukan Non-Mekanik: Pengadukan Hidrolik

Weir mixing

Hydraulic jump mixing

Baffles channels

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

STUDI KASUS 1: PENGOLAHAN AAT DI TAMBANG BATUBARA

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

STUDI KASUS 1: PENGOLAHAN AAT DI TAMBANG BATUBARA

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

STUDI KASUS 2: PENGOLAHAN AAT DI TAMBANG BATUBARA

Preparasi Material Netralisasi (Kapur) dengan Pembubuhan atau Injeksi larutan kapur dan
Pencampuran/Pengadukan Hidrolis pencampuran dengan mekanisme hidrolis

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

STUDI KASUS 3: PENGOLAHAN AAT DI TAMBANG BATUBARA

Dam Detensi Preparasi dan Injeksi Pengolahan Kimia Sedimenntasi


Kontrol Debit

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN AKTIF
Institut Teknologi Bandung

STUDI KASUS 4: PENGOLAHAN AAT DI TAMBANG BATUBARA

Pengolahan Air Tambang dengan Otomasi


Preparasi dan Injekasi Bahan Kimia

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

TEKNOLOGI PENGOLAHAN
PASIF

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Pemilihan dan desain sistem pasif yang


efektif didasarkan pada kimia air, laju Proses alami ,prinsipnya dapat memperbaiki kualitas air
aliran, topografi lokal, dan karakteristik tambang
lokasi (Hedin et al. 1994a; Hyman
andWatzlaf 1995; Skousen et al. 1998;
Younger 2000).
Memanfaatkan proses kimia dan biologi secara alami

Pada metode ini proses pengolahan air


akan berlangsung lambat dibandingkan Tidak memerlukan campur tangan manusia dalam
dengan metode pengolahan konvensional pengoperasian (?)
(aktif), oleh karena itu memerlukan waktu
tinggal (retention time) yang lebih lama
dan area yang lebih luas. Ditujukan agar tidak memerlukan perawatan khusus

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Tahapan Perencanaan Sistem Pengolahan Air Asam Tambang Metode Pasif


Decision: Mine Water Treatment
is Needed
1. Pahami karakteristik debit dan
Basic of Design kualitas air tambang. Tidak cocok
untuk debit yang besar!
2. Baku mutu yang ingin dicapai

Process Selection 1. Penentuan metode pasif


treatment yang sesuai dengan
tujuan
Preliminary Design

Final Design

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Diagram of possible passive


treatment systems to treat mine
water based on water flow and
chemistry

Ziemkiewicz, et al., 2003

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Decision tree for the design of


passive treatment systems.

Key: DO, dissolved oxygen; Fe3+,


ferric iron; Fe2+, ferrous iron; Al,
aluminum; Mn, manganese

Hedin, et al., 2013

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Wetland
Sumber: Abfertiawan & Gunawan, 2012
www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Stefanakis, et al., 2014 www.msonnyabf.id


Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Stefanakis, et al., 2014


www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Stefanakis, et al., 2014


www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Stefanakis, et al., 2014


www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

The concept is to exploit the advantages of the one


type to counterbalance the disadvantages of the
other. Thus, the fact that HSF systems have lower
nitrifi-cation capacity due to limited OTC can be offset
with VFCWs which are moreeffective in nitrification
(higher OTC) (Vymazal et al., 1998).

Constructed Wetlands Classification. Available from:


https://www.researchgate.net/publication/288194303_Constructed_Wetlands_Cl
assification [accessed Mar 31 2022].

Stefanakis, et al., 2014

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Stefanakis, et al., 2014


www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Aerobic wetlands:
• lahan basah yang dangkal sehingga
memungkinkan proses aerasi, tanaman yang
umum adalah Typha
• keberhasilan pengurangan kandungan logam
bergantung pada konsentrasi logam terlarut,
oksigen terlarut, pH, keasaman/alkalinitas dan
waktu tinggal.
• baik untuk diterapkan untuk air alkalin. Anerobic wetlands:
• reaksi reduksi secara kimiawi dan microbial untuk
mengendapkan logam dan menetralkan keasaman
• Mekanisme: reaksi pertukaran logam, pembentukan dan
pengendapan sulfida logam, reaksi reduksi yang menghasilkan
alkalinitas atas peran mikroba, dan pembentukan karbonat
karena pelarutan batugamping pada kondisi anoxic
• cocok untuk AAT yang memiliki keasaman bersih, nilai pH
yang rendah, kandungan Fe yang tinggi dan oksigen terlarut
tinggi (> 2 mg/l), serta telah berhasil untuk pengolahan AAT
dengan debit rendah dan kualitas sedang.
www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

OLD dirancang untuk menambahkan


alkalinitas melalui pelarutan
batugamping di dasar dan dinding
saluran. Jika sudah terjadi pelapisan
oleh endapan Fe dan Al hidroksida
efektivitas berkurang sekitar 10 sampai
50%. Direkomendasikan untuk dibuat
dengan kemiringan yang curam (>20%)

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

• ALD adalah sel atau saluran batugamping dengan


penudungan untuk meminimalkan kontak dengan
oksigen di atmosfer dan memaksimalkan akumulasi
CO2.
• Lapisan penudung yang umum adalah lempung
setebal 1-3 m.
• Batugamping larut dalam AAT dan meningkatkan
pH serta menambahkan alkalinitas.
• Pada kondisi anoxic tidak akan terjadi pelapisan
batugamping oleh ferihidroksida karena Fe2+ tidak
akan mengalami presipitasi pada kondisi pH dekat
netral.
• Batugamping dengan CaCO3 tinggi (>80%) lebih
cepat melarut daripada batugamping yang
mengandung MgCO3 atau CaMg(CO3)2 yang tinggi.
• Batugamping yang baik untuk sistem ini adalah
yang mengandung CaCO3 antara 80-95% dan
berukuran 5-20 cm.

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

ALKALINITY PRODUCING SYSTEM

• Fungsi APS adalah untuk mereduksi besi feri pada


lapisan organik yang tipis dan menetralkan keasaman
melalui lapisan batugamping di bawah lapisan organik
tersebut.
• Sistem ini akan berfungsi lebih baik dibandingkan ALD
untuk AAT yang mengandung oksigen terlarut atau besi
feri. Reduksi sulfat berlangsung dan akan mengendapkan
logam dalam bentuk senyawa sulfida.
• Tebal batugamping di bagian dasar berkisar antara 0,6 –
1,2 m dan di atasnya lapisan material organik, biasanya
berbentuk kompos, setebal 0,15-0,6 m. Material organik
akan menyediakan nutrient untuk bakteri pereduksi besi
dan sulfat. Kedalaman air mencapai 1 – 3 m dan tekanan
air akan membantu aliran AAT pada lapisan organik.

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENGOLAHAN PASIF
Institut Teknologi Bandung

Hedin, et al., 2013


www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

BAKU MUTU EFLUEN

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

Tantangan Pengelolaan Air Tambang

BAKU MUTU
Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi
KepmenLH No 113/2003 BMAL Batubara Kalimantan Timur No. 2 Tahun 2011

Nilai Baku Nilai Baku


No Paramater Unit No Paramater Unit
Mutu Mutu
1 pH - 6-9 1 pH - 6-9
2 TSS mg/L 400 2 TSS mg/L 300
3 Fe mg/L 7 3 Fe mg/L 7
4 Mn mg/L 4 4 Mn mg/L 4

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

Tantangan Pengelolaan Air Tambang Di


Kebijakan Pertek 1. Berdampak pada penentuan beban efluen dari
pengolahan air Tambang yang harus masuk ke
badan air penerima
2. Dengan debit yang tergantung pada curah
hujan, maka penetapan beban pencemar
menjadi sulit untuk dicapai, terlebih jika
dilarang membuang ke badan air penerima yang
tidak memenuhi baku mutu air nasional lagi. Air
tambang tidak mungkin ditahan.
3. Debit air tambang sangat bergantung pada
curah hujan dan luas daerah tangkapan yang
terganggu. Sangat mungkin sungai orde 1 atau 2
air keseluruhan bersumber dari area
penambangan. Hal ini berdampak pada analisis
beban pencemar

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan PENDAHULUAN
Institut Teknologi Bandung

Tantangan Pengelolaan Air Tambang Terhadap Kebijakan Pertek

• Industri pertambangan hanya mengukur


hulu dan hilir sebelum titik discharge,
Isu dalam sehingga segmentasi sungai terbatas
Pemodelan
• Di sepanjang DAS, terdapat
Sungai industry/kegiatan lain yang berpengaruh
pada sungai

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

CATCHMENT-BASED
WATER MANAGEMENT
(Catchment Approach)

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair (KK RALC)
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan TOPIK SEBAGAI BAHAN DISKUSI
Institut Teknologi Bandung
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair (KK RALC)
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
CATCHMENT-BASED WATER MANAGEMENT
Institut Teknologi Bandung (Catchment Approach)

• CBWM menuntut
pemahaman terhadap
karakteristik terhadap
catchment yang menjadi
objek tinjauan

• Mempermudah dalam
pemantauan, pengawasan
hingga evaluasi untuk
perbaikan (improvement)

• Membuat stakeholder dapat


fokus dalam perbaikan untuk
mencapai goal yang lebih
besar.

• Analisis spasial penting!


Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair (KK RALC)
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan RENCANA PENURUNAN BEBAN PENCEMAR DAN
Institut Teknologi Bandung
PENETAPAN ALOKASI BEBAN PENCEMAR

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair (KK RALC)
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan RENCANA PENURUNAN BEBAN PENCEMAR DAN
Institut Teknologi Bandung
PENETAPAN ALOKASI BEBAN PENCEMAR

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair (KK RALC) INTEGRASI DATA SEBAGAI
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung DECISION SUPPORT SYSTEM

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair (KK RALC) INTEGRASI DATA SEBAGAI
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung DECISION SUPPORT SYSTEM

Sumber: Takahiro Tachi, et al., 2017


www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair (KK RALC) INTEGRASI DATA SEBAGAI
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung DECISION SUPPORT SYSTEM

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair (KK RALC)
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
CLOSING REMARKS

“Perencanaan yang baik adalah kunci dalam


kesuksesan pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan”

www.msonnyabf.id
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai