Laporan Fister Muhammad Errycho D1a023144
Laporan Fister Muhammad Errycho D1a023144
2.1 Darah
2.1.1 Menghitung Sel Darah Merah (SDM) dan Sel Darah Putih (SDP)
2.1.1.1 Hasil
Gambar Penghitungan
Larutan Turk = 11 ml
Faktor perkalian = 20
= 42 × 0.5 × 11 × 20
Berdasarkan praktikum, darah terdiri dari plasma darah dan sel darah. Plasma darah
adalah cairan berwarna kuning yang berfungsi sebagai medium sel darah. Plasma darah
membantu sel daraah untuk berpindah tempat melewati pembuluh darah. Sel darah
tersusun dari beberapa komponen penyusun, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kahfi et al. (2022) bahwa darah
memiliki tiga macam sel penyusun yaitu sel eritrosit, sel leukosit, dan sel trombosit yaitu
sebesar 45% bagian selular yang biasa disebut dengan korpuskuli, pada dasarnya keping
darah bukan termasuk sel melainkan suatu keping-keping dari bagian sitoplasma sel
megakariosit.
Darah merupakan cairan tubuh yang berfungsi untuk mengangkut bahan maupun
hasil dari metabolisme sel. Selain mengangkut bahan dan hasil metabolisme tubuh, darah
juga berfungsi sebagai alat transportasi bahan lain seperti enzim. Darah memiliki peran
yang vital dalam sistem sirkulasi di dalam tubuh. Sel darah terdiri dari sel darah merah
yang berfungsi untuk mengangkut bahan dan hasil metabolisme, sel darah putih sebagai
sistem imun, dan trombosit berperan dalam pembekuan darah jika terjadi luka. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Firani (2018) bahwa darah membawa oksigen dan
nutrisi bagi seluruh sel dalam tubuh serta mengangkut produk-produk hasil metabolisme
sel.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah dalam percobaan
berjumlah 111.100 sel . Penghitungan sel darah merah dilakukan dengan melarutkan
cairan darah dengan larutan hayem supaya hanya eritrosit yang terlihat. Larutan hayem
berfungsi sebagai pengencer sel darah merah atau eritrosit. Tujuan dari pengenceran sel
darah merah oleh larutan hayem adalah untuk mempermudah perhitungan dan
pengamatan. Hal Tersebut sesuai dengan pernyataan Aldi et al. (2013) bahwa dalam pipet
eritrosit dilakukan pengenceran dengan larutan Hayem 200 kali bertujuan untuk
memudahkan dalam penghitungan dan juga hayem ini dapat melisiskan trombosit dan
leukosit sehingga yang terlihat dibawah mikroskop hanya eritrosit.
Berdasarkan hasil praktikum, didapat hasil bahwa jumlah sel darah putih dalam
percobaan berjumlah 3.410 sel . Hasil atau jumlah sel darah putih tersebut didapatkan
berkat cairan darah yang dicampur dengan larutan turk, sehingga sel darah putih bisa
diamati. Hal tersebut sesuai dengan paparan Nurani et al. (2017) bahwa pemeriksaan
sampel darah untuk mengetahui total leukosit dilakukan dengan menggunakan
pengenceran larutan Turk dan untuk pemeriksaan differensial leukosit menggunakan zat
pewarna Giemsa. Kadar sel darah putih di dalam tubuh bisa jadi berbeda sesuai dengan
kondisi atau keadaan tertentu. Manusia dewasa cenderung memiliki kekebalan tubuh
yang lebih baik daripada anak-anak, dikarenakan jumlah sel leukosit pada manusia
dewasa lebih banyak.
Jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada manusia dan hewan memiliki
jumlah tertentu. Jumlah atau kadar sel darah merah maupun sel darah putih dapat
berubah disebabkan kondisi tertentu. Jumlah atau kadar sel darah dipengarungi oleh
beberapa faktor seperti yang kebanyakan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti
polusi, hal tersebut sejalan dengan pendapat Ardillah (2016) bahwa dampak timbal (Pb)
yang ada pada asap kendaraan bermotor merusak berbagai organ tubuh manusia,
terutama sistem saraf, sistem pembentukan darah, ginjal, sistem jantung, dan
sistem reproduksi, timbal juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan anemia.
Jumlah sel darah di dalam tubuh juga dipengaruhi oleh kondisi tubuh, ketika seseorang
mengalami pendarahan, maka jumlah trombosit dan eritrosit akan menurun drastis, dan
jika seseorang mengalami infeksi, maka jumlah sel leukosit akan menurun.
2.1.2.1 Hasil
2.1.2.2 Pembahasan
2.1.3.1 Hasil
2.1.3.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum, darah yang keluar dari tubuh akan menjendal atau
membeku. Waktu yang dibutuhkan darah untuk menjendal berbeda-beda karena
dipengaruhi beberapa faktor seperti jenis kelamin, kesehatan, genetik, dan lain-lain.
Faktor tersebut bisa mempengaruhi jumlah trombosit dalam darah, semakin banyak
jumlah trombosit, maka penjendalan darah semakin cepat. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Enrica et al. (2014) bahwa salah satu faktor yang berperan di sistem
pembekuan darah adalah trombosit. Trombosit berperan dalam penyumbatan luka
pendarahan dengan membentuk benag-benang fibril.
Berdasarkan praktikum, pendarahan berlangsung selama 1 menit lebih 9 detik
sebelum darah berhenti mengalir. Alat yang digunakan dalam praktikum pendarahan
salah satunya adalah jarum franckle. Jarum franckle digunakan untuk membuat luka pada
jari sehingga darah bisa keluar. Pendarahan merupakan waktu dari darah keluar atau
memancar sampai berhenti. Pendarahan bisa terhenti ketika terjadi pembekuan darah
pada area luka yang dilakukan oleh trombosit, hal tersebut sesuai dengan pendapat
Kusuma et al. (2014) bahwa pada saat terjadi luka pada permukaan tubuh, komponen
darah, yaitu trombosit akan segera berkumpul mengerumuni bagian yang terluka dan
akan menggumpal sehingga dapat menyumbat dan menutupi luka.
Menurut hasil praktikum, darah memerlukan waktu 6 menit 14 detik untuk
mencapai kondisi penjendalan. Penjendalan merupakan waktu mulai darah keluar sampai
terbentuk benang-benang fibril. Benang-benang fibril tersebut merupakan hasil dari
pengkatalisan trombosit, sehingga peran trombosit sangat penting dalam penyumbatan
luka, hal tersebut sesuai dengan pendapat Oktavia et al. (2017) bahwa fungsi trombosit
sangat penting dalam pembentukan sumbatan mekanik selama proses hemostatis.
emostasis adalah istilah gabungan untuk segala prosedur yang dilakukan oleh tubuh
untuk melindungi diri dari proses pendarahan. Hemostasis juga dapat diartikan sebagai
mekanisme alami dari tubuh untuk menghentikan kehilangan darah yang berlebihan.
2.1.4.1 Hasil
2.1.4.2 Pembahasan