Anda di halaman 1dari 6

“Analisis Studi Pustaka Pada Film Sekolah Rimba”

Oleh Kelompok 3
1. Esra Delfia Lingga
2. Mutiara Cinta Dewi
3. Melly Angella Sinaga
4. Maya Minda Batubara
5. Siti Treapa Laili
6. Vaizza Malika Putri

Kelas : C Reg-2021
Mata Kuliah : Antropologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Mhd. Iqbal, S. Sos., M. Si

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
Sinopsis Film Sekolah Rimba

Novel Sokola Rimba terbit pada tahun 2013, menyajikan tema sosial budaya yang
megandung nilai-nilai pendidikan yang begitu nyata, karyanya berbicara tentang kehidupan
Orang Rimba di pegunungan bukit dua belas. Tidak heran jika dalam karyanya Butet Manurung
begitu menghayati, cermat dan detail saat menggambarkan tokoh dan nilai-nilai pendidikan di
dalam ceritanya. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris. Selain itu novel ini juga
telah difilmkan dengan judul yang sama, yakni Sokola Rimba. Sokola Rimba menceritakan
tentang kehidupan nyata Butet Manurung saat mengajar Orang Rimba, suku Nomaden yang
tinggal di hutan wilayah Jambi, Butet menyadari bahwa Orang Rimba perlu dibekali
pengetahuan untuk menghadapi tekanan modernisasi. Butet yang Antropolog dan pecinta alam,
tak kenal lelah memperkenalkan baca-tulis kepada Orang Rimba agar mereka sadar dan mampu
mempertahankan hak-hak mereka. Butet yang bersusah payah mengajarkan baca-tulis kepada
Orang Rimba tidak selamanya berjalan mulus karna orang rimba beranggapan bahwa pendidikan
itu membawa sial. Tetapi hal itu tidak membuat Butet Menurung patah semangat dalam
memperkenalkan bacatulis kepada Orang Rimba, Butet Menurung beserta rombonganya berhasil
mendapatkan beberapa murid, termasuk kisahnya saat terbirit-birit dikejar beruang, ketakutan
diancam perambah hutan, hingga suka-duka hidup dalam budaya yang sama sekali berbeda.

Setelah hampir tiga tahun bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi, Butet
Manurung (Prisia Nasution) telah menemukan hidup yang diinginkannya. Hal tersebut ialah
mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak masyarakat suku anak dalam, yang
dikenal sebagai Orang Rimba. Orang Rimba tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit
Duabelas. Pada suatu hari, Butet terserang demam malaria di tengah hutan. Seorang anak tak
dikenal bernama Nyungsang Bungo (Nyungsang Bungo) datang menyelamatkannya. Ia berasal
dari Hilir sungai Makekal, yang jaraknya sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu
sungai, tempat Butet mengajar. Diam-diam Bungo telah lama memperhatikan Ibu guru Butet
mengajar membaca. Ia membawa segulung kertas perjanjian yang telah dicap jempol oleh kepala
adatnya, sebuah surat persetujuan orang desa mengeksploitasi tanah adat mereka. Bungo ingin
belajar membaca dengan Butet agar dapat membaca surat perjanjian itu. Pertemuan dengan
Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal.
Namun keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari
kelompok rombong Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis dapat membawa
malapetaka bagi mereka. Akan tetapi, melihat keteguhan hati Bungo dan kecerdasannya,
membuat Butet mencari segala cara agar ia bisa tetap mengajar Bungo, hingga malapetaka yang
ditakuti oleh Kelompok Bungo betul-betul terjadi. Butet terpisahkan dari masyarakat Rimba
yang dicintainya.
Novel Sokola Rimba diangkat dari kenyataan sosial, menggambarkan kondisi, perilaku,
dan sikap hidup masyarakat di wilayah Jambi dari kelompok etnis tertentu dan memiliki
kebudayaan tertentu pula. Penelitian ini hanya mengungkapkan penggambaran nilai-nilai
pendidikan yang terdapat dalam novel.Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti menentukan
judul Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Novel Sokola Rimba Karya Butet Manurung.
Hasil Analisis

Adapun hasil analisis yang di dapat dari isi synopsis tentang sekolah rimba, terdapat bebe
rapa konflik yang terjadi yakni:

1. Pendidikan formal dan non-formal. Dimana pada kasus sekolah rimba ini banyaknya seor
ang guru yang tidak dapat beradaptasi dengan masyarakat suku dalam untuk memberikan
pendidikan formal bahkan non-formal kepada masyarakat suku dalam sehingga hanya seo
rang butet manurung yang selalu berjuang untuk memberikan pendidikan formal dan no
n-formal.
2. Konflik antara Butet dengan Lembaga Konservasi di mana ia bekerja soal dana dari
penyumbang agar terus mengalir, entah mengalir ke tempat yang tepat atau tidak. Konflik
ini terlihat dari masyarakat-masyarakat setempat yang beranggapan bahwa mereka
terancam atas kebijakan yang telah di berikan oleh konservasi yang berkejasama.
3. Kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia, terutama bagi anak-anak rimba dan juga
kurangnya kesadaran pengebang dalam menjaga kelestarian hutan sehingga menganggu
kearifan masyarakat rimba.

Selain itu juga terdapat beberapa hasil analisis mengenai nilai kehidupan yang patut di tir
u dari seorang butet manurung dari isi synopsis tentang sekolah rimba yakni sebegai berikut:

1. Kerelaan hati seorang butet manurung demi memperjuangkan hak anak-anak rimba u
ntuk mendapatkan pendidikan yang layak dan bersikap berani serta kritis untuk meng
upayakan pemerataan pendidikan bagi anak-anak rimba.
2. Tetap menjaga serta perduli terhadap kearifan tradisional serta menjaga kelestarian hu
tan.
Solusi

Film ini memberi banyak makna bagi kami khususnya arti sebuah pendidikan bagi masy
arakat indonesia. Sosok Butet lah yang membuat saya termotivasi.Pendidikan bukan ha
k-nya bagi orang luar saja. Namun,orang dalam seperti Orangrimba dan pelosok indonesia yang t
entunya ada di penjuru daerah terpencil, merekaharus mendapatkan pendidikan agar tidak terbo
dohi oleh kepandain manusia yang memanfaatkan mereka. Miris melihat mereka yang tidak men
ganal huruf abjad. Namun, sosok bungo membuat kami mengerti bahwasannya mereka ha
us dengan ilmu, dan sangat membutuhkan nya. Agar ia bisa memanfaatkannya bukan hanya
di manfaatkan. Kita yang sekedar faham ilmu harus banyak bersyukur dan bisa mengama
lkan kepadaorang yang membutuhkan salah satunya adalah Orang Rimba.Unsur ideologi nasion
alisme juga dapat ditemukan dalam perjuangan Bungodalam memperoleh pendidikan. Nasionalis
me mulai tumbuh pada masa penjajahan,sebagian kelompok masyarakat menanamkan kepada set
iap anggotanya untuk cintaterhadap negara dan melawan segala bentuk penindasan yang
terjadi di dalam kelompok atau wilayah yang mereka tempati.Perjuangan Bungo dalam me
mperoleh pendidikan merupakan bentuk perlawanan atas penindasan yang dilakukan oleh ora
ng-orang yang mengeksploitasi mereka, termasuk pemerintah yang ingin menjadikan hutan temp
at tinggal suku Anak Dalam sebagai wilayah Taman Nasional. Sejatinya, wilayah Taman Nasion
al adalahsebuah wilayah konservasi alam yang tidak boleh disentuh oleh tangan manusia. Hal ini
menyebabkan semakin luas wilayah Taman Nasional, maka semakin sempitwilayah tin
ggal suku anak dalam.Pandangan yang salah untuk para parlement bangsa indonesia melihat sud
ut pandang Orang Rimba yang kurang tepat dengan pandangan rasa kasian, apa dasa
rnya?. Mereka sendiri menyebut Orang Rimba dengan sebutan orang kubuh,kotor, d
an primitif. Dan menurut kami mereka justru lebih punya rasa pengertian terhadap ling
kungan di banding kita dalam banyak hal Orang Rimba lebih maju darikita.

Seperti dalam film tersebut kelompok Temenggung sudah berulang-ulang kali berpindah
karena kepentingan pemilik kelapa sawit. Tempat hidup mereka sudah tidaknyaman lagi bahkan
berladang karena membakar ladang akan berdampak melanggarhukum taman nasional. Dari hal i
tu saya lebih tahu bahwasan nya mereka lebih maju dari kita, karena apa?. Karena mereka
lebih memikirkan kesejateraan bangsa dibandingkan kebutuhan pangan mereka.Maka dari
itu, Upaya untuk kemajuan pendidikan di Indonesia tentu tidakhanya dilakukan oleh pemer
intah, tetapi juga oleh lapisan masyarakat yang sudahmenjadi tanggungjawab bersama. Sem
angat untuk memajukan pendidikan diIndonesia.

Anda mungkin juga menyukai