Anda di halaman 1dari 57

Modul Lab.

News Room
1
DAFTAR ISI

DASAR-DASAR JURNALISTIK .......................................................................... 3


1. DEFINISI JURNALISTIK ................................................................................... 3
2. BENTUK JURNALISTIK.................................................................................... 4
3. PRODUK JURNALISTIK ................................................................................... 5
PANDUAN PRAKTIKUM RISET DAN PENULISAN BERITA ....................... 9
FUNGSI-FUNGSI UTAMA PERS ..................................................................... 14
a. Informasi .............................................................................................................. 14
b. Edukasi ................................................................................................................. 14
c. Koreksi ................................................................................................................. 14
d. Rekreasi ................................................................................................................ 15
e. Mediasi ................................................................................................................. 15
KARAKTERISTIK PERS .................................................................................... 16
1. Periodesitas .......................................................................................................... 16
2. Publisitas .............................................................................................................. 16
3. Aktualitas ............................................................................................................. 16
4. Universalitas ........................................................................................................ 16
5. Objektivitas .......................................................................................................... 16
PEDOMAN PEMAKAIAN BAHASA PERS ...................................................... 18
PANDUAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR JURNALISTIK ........................... 20
KLASIFIKASI, JENIS DAN NILAI BERITA ................................................... 21
A. DEFINISI BERITA ............................................................................................. 21
B. KLASIFIKASI BERITA .................................................................................... 21
C. JENIS-JENIS BERITA....................................................................................... 22
D. KONSEP BERITA .............................................................................................. 24
KRITERIA UMUM NILAI BERITA ................................................................. 27
KODE ETIK JURNALISTIK .............................................................................. 28
SEMBILAN ELEMEN JURNALISTIK ............................................................. 30
FOTOGRAFI JURNALISTIK ............................................................................ 33
PEDOMAN PRAKTIKUM FOTO JURNALISTIK ........................................... 40
TEKNIK FOTO JURNALISTIK ......................................................................... 41
KUALITAS FOTO ............................................................................................... 44

Modul Lab.News Room


1
PEDOMAN PRAKTIKUM TEKNIK FOTO JURNALISTIK ........................... 46
ETIKA FOTO JURNALISTIK ............................................................................ 47
SEPULUH PEDOMAN PENULISAN TENTANG HUKUM ........................... 38
PEDOMAN PRAKTIKUM ETIKA FOTO JURNALISTIK .............................. 39
Daftar Pustaka...................................................................................................... 42

Modul Lab.News Room


2
DASAR-DASAR JURNALISTIK

Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata Journ, dalam bahasa Prancis, Journ
berarti catatan atau laporan harian. Sederhananya bahwa jurnalistik dapat diartikan
sebagai kegiatan pencatatan/ laporan harian. Bahwa demikian dewasa ini jurnalistik
bukanlah “pers”, bukan pula media massa. Akan tetapi jurnalistik ialah kegiatan
yang memungkinkan persa atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya
dengan baik.
Jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan
menulis untuk surat kabar, majalah atau berkala lainnya (Assegaf, 1983:9).
Jurnalistik merupakan bagian daripada profesi, bahwa kemudian dapat menjadi
penyaji informasi tentang kejadian atau kehidupan sehari-hari yang hakikatnya
dalam bentuk penerangan, penafsiran dan penkajian secara berkala, dengan
menggunakan sarana dan prasarana penerbitan yang ada.
1. DEFINISI JURNALISTIK
Definisi menurut berbagai ahli, F. Fraser Bond, Roland E. Wolseley, Adinegoro,
Astrid S. Susanto, Onong Uehjana Effendy, Djen Amar dan kustadi Suhandang.
F. Fraser Bond dalam An Introduction to Journalism (1961:1) menjelaskan
bawha jurnalistik ialah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai
berita sampai pada kelompok pemerhati. Roland E. Wolseley dalam Understanding
Magazines (1969:3) mengeksplanasikan bahwa jurnalistik merupakan
pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan dan penyebaran informasi umum,
pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk
diterbitkan dalam surat kabar, majalah dan disiarkan di stasiun siaran (Mappatoto,
1993:69-70).
Adinegoro menegaskan bahwa jurnalistik adalah semacam kepandaian
mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-
lekasnya agar tersiar seluas-luasnya (Amar, 1984:30). Astrid S. Susanto
menyebutkan, jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta
penyebaran tentang kejadian sehari-hari (1986:73). Onong Uchjana Effendy pun
menyatakan bahwa sederhananya jurnalistik dapat didefinisikan sebagai Teknik
mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada

Modul Lab.News Room


3
menyebarluaskannya kepada masyarakat (2003:95).
Djen Amar memberikan penekanan bahwa jurnalistik sebagai kegiatan
mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-
luasnya dengan secepat-cepatnya (1984:30). Erik Hodgins, Redaktor Majalah Time
menyatakan bahwa jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan
benar, seksama, dan cepat dalam rangka membela kebenaran dan keadilan berpikir
yang selalu dapat dibuktikan (Suhandang, 2004:23). Kustadi Suhandang
menyebutkan pula bahwa jurnalistik merupakan seni atau keterampilan mencari,
mengumpulkan, mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwa
yang terjadi sehari-hari secara indahm dalam rangka memenuhi segala kebutuhan
hati Nurani khalayaknya (2004:23).
Dengan definisi-definisi diatas maka dapat dipahami bahwa jurnalistik dengan
berbagai kegiatan dan praktiknya mendapati premis mayor yakni jurnalistik ialah
sebagai pencatat atau pelapor yang dikhususkan kedalam premis minor yakni
praktiknya ialah sebagai penyebar informasi kepada khalayak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa jurnalistik secara teknis merupakan kegiatan menyiapkan,
mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan hingga menyebarkanluaskan
informasi atau peristiwa yang terjadi melalui media audio visual ataupun New
Media (Media Sosial, Media Massa, dsb) kepada publik seluas-luasnya.
2. BENTUK JURNALISTIK
Menilik dari segi bentuk dan pengelolaan kegiatan jurnalistik dapat dibagi
kedalam tiga bagian besar (1) jurnalistik media cetak (newspaper and magazine
journalism), (2) jurnalistik media elektronik auditif (radio broadcast journalism),
(3) Jurnalistik media audio visual (television journalism). Jurnalistik media cetak
meliputi jurnalistik surat kabar harian, jurnalistik surat kabar mingguan, jurnalistik
tabloid harian, jurnalistik tabloid mingguan dan jurnalistik majalah. Sementara
jurnalistik media elektronik auditif ialah jurnalistik radio siaran. Akhirnya
mendapati pengembangan jurnalistik media elektronik audiovisual sebagai
jurnalistik televisi siaran dan jurnalistik media online.
• Jurnalistik Media Cetak
Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua factor, yakni factor verbal dan
visual. Verbal, sangat menekankan padak emampuan kita memilih dan Menyusun

Modul Lab.News Room


4
kata dalam rangkaian kalimat dan paragraph yang efektif dan komunikatif. Visual,
menunjuk kepada kemampuan dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak
atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan. Materi berita yang ingin
disampaikan kepada pembaca merupakan hal yang sangat penting. Akan tetapi
berita bila berita tersebut tidak ditempakan dengan baik, maka akan berdampak
negatif dan tidak signifikan. Maka hal ini dapat menjadi perhatian baik bagian
desain visual, tata letak, atau perwajahan.
• Jurnalistik Media Elektronik Auditif
Jurnalistik media elektronik auditif atau jurnalistik radio siaran, cenderung
dipengaruhi dimensi verbal, teknologikan dan fisikal. Secara verbal berhubungan
dengan kemampuan Menyusun kata, kalimat dan paragraph secara efektif dan
komunikatif. Teknologikal berkaitan dengan teknologi yang mendorong daya
pancar radio dapat ditangkap dengan jelas dan jernih oleh pesawat radio penerima.
Fisikal memiliki korelasi yang erat dengan tingkat Kesehatan fisik dan kemampuan
pendengaran khalayak dalam menyerap dan mencerna setiap diksi pesan atau
kalimat yang disampaikan.
• Jurnalistik Media Elektronik Audiovisual
Jurnalistik media elektronik audiovisual atau jurnalistik televisi siaran,
merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikan dan dimensi dramatical.
Secara verbal memiliki korelasi dengan diksi-diksi yang disusun secara singkat,
padat dan efektif. Dalam visuali, cenderung menekankan pada bahasa gambar yang
tajam (semiotika), jelas, hidup, memikat. Teknologikal memiliki kaitan dengan
daya jangkau siaran, kalitas suara dan gambar yang dihasilkan serta dpat diterima
oleh pesawat televisi penerima di tempat khalayak. Dramatikal yang memiliki
aspek dan nilai dramatic yang dihasilkan oleh rangkaian gambar yang dihasilkan
secara simultan. Aspek ramatik televisi inilah yang menjadi perkembangan
kegiatan jurnalistik, bahwa kemudian dapat menjadi siaran secara langsung di
lokasi peristiwa yang tidak dimiliki oleh jurnalistik media cetak dan jurnalistik
media elektronik auditif.

3. PRODUK JURNALISTIK
Produk-produk jurnalistik yakni surat kabar, tabloid, majalah, bulletin, atau berkala

Modul Lab.News Room


5
lainnya seperti radio, televisi dan media online. Namun tidak setiap surat kabar
dapat disebut produk jurnalistik. Surat kabar, tabloid, majalah dan bulletin dapat
digolongkan kedalam tiga kelompok besar: (1) berita (news), (2) opini (views), (3)
ikaln (advertising). Dari tiga kelompok tersebut, hanya berita (news) dan opini
(views) saja yang disebut produk jurnalistik.
Kelompok berita (news), meliputi antara lain berita langsung (straight
news), berita menyeluruh (comprehensive news), berita mendalam (depth news),
pelaporan mendalam (depth reporting), berita penyelidikan (investigative news)
dan berita khas yang menceritakan suatu hal (feature news) dan berita gambar
(photo news).
Kelompok opini (views), meliputi tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, kolom,
esai dan surat pembaca. Sedangkan kelompok iklan mencakup beragai jenis ukuran
dan sifat iklan dimulai dari iklan produk barang dan jasa, iklan keluarga hingga
iklan layanan masyarakat. Untuk memisahkan secara tegas antara berita (news) dan
opini (views), maka tajuk rencana (editorial), karikatur, pojok, artikel, kolom dan
surat pembaca ditempatkan dalam satu halaman khusus dimana inilah yang disebut
halaman opini (opinions page).
Adapun pemisahan yang ditekankan bahwa berita dan opini merupakan
konsekuensi dari norma dan etika luhur jurnalistik yang tidak menghendaki berita
sebagai bentuk fakta objektif, diwarnai atau leburkan dengan opini sebagai premis-
premis yang bersifat subjektif.
Opini (views) dikategorikan meliputi tajuk rencana, karikatur, pojok,
artikel, kolom dan surat pembaca. Berikut penjelasan dari kategori opini diatas:
a) Tajuk Rencana
Tajuk rencana merupakan opini berisikan persepsi suatu media sebagai
penerbitan informasi aktual, fenomenal atau kontroversial yang berkembang di
lingkungan masyarakat. Tajuk rencana tidak berasar dari suara pribadi, namun
suara kelompok daripada lembaga penerbitan pers. Karena suara ini berasal dari
kelompok, bahwa kemudian tajuk rencana tidak menuliskan atau mencantumkan
nama penulisnya.
Karikatur
Karikatur ialah opini redaksi media yang memvisualisasikan suatu persepsi dengan

Modul Lab.News Room


6
isi kritik sosial, humor, anekdot ataupun horor, dengan demikian maka pembaca
atau pelihat karikatur ialah objek daripada terbitan tersebut.
b) Pojok
Pojok merupakan peristiwa kontroversial, dimana dapat dikomentari oleh
redaktur dengan diksi atau kalimat yang mengganggu, menggelitik, privatif ataupun
reflektif. Pojok memiliki tujuan dimana dapat menyinggung, menyadarkan,
mengingatkan atau menggugat objek yang dituju sesuai dengan etika yang dimiliki
pers atau jurnalis. Rubrik pojok memiliki ciri atau karakter yang mirip dengan surat
kabar, meliputi:
Berisikan dua alinea, dimana alinea pertama menyajikan suntingan berita, peristiwa
dan isu-isu yang akan diangkat. Alinea kedua berisikan opini atau premis-premis
sebagai respon terhadap isi yang disajikan dalam alinea pertama.
Isi alinea pertama atau kedua terdapat rangkaian-rangkaian kalimat yang pendek.
Opini atau premis-premis dari lembaga surat kabar disajikan dengan sifat sinis,
humoris.
Topik ulasan yang disajikan sangatlah luas meliputi sosial, ekonomi, politik,
militer, olahraga, budaya, agama, kesenian, kebudayaan, budaya, kriminalitas,
kemanusiaan, tragedi, flora maupun fauna. Penyajian pojok memiliki sifat yang
bebas dan tetap dalam kondisi etis.
c) Artikel
Artikel merupakan tulisan bebas berisikan opini penulis yang mengupas suatu
hal namun bersifat aktual atau kontroversial dengan tujuan memberitahukan,
memengaruhi, meyakinkan, mempersuasi dan menghibur khalayak. Pembaca
diperbolehkan menulis artikel dengan lepas karena siapapun pembaca dapat
menuliskan artikel dengan topik sesuai minat dan kemampuan yang dimilikinya.
Berikut jenis-jenis artikel:
1. Artikel Praktis
Artikel praktis lebih menegaskan kepada aspek penulisan dibandingkan
informasi pengembangan, pengetahuan dan peristiwa. Artikel ini cenderung
menuliskan pola beruntun atau kronologis. Artinya pesan ditulis ridig
berdasarkan waktu dan tahapan penulisan.
2. Artikel Ringan

Modul Lab.News Room


7
Artikel ringan terbiasa digunakan atau diciptakan dalam rubrik
semua kalangan usia hingga keluarga. Artikel ini cenderung menuliskan
topik yang ringan dan mudah dipahami.
3. Artikel Halaman Opini
Artikel ini sering digunakan halaman khusus pada opini, tajuk rencana,
karikatur, pojok, kolom dan juga surat pembaca.
4. Artikel Analisis Ahli
Artikel analisis ahli ditulus sesuai tema yakni oleh para ahli dibidang yang
dimilikinya dengan retorika yang komunikatif. Sehingga artikel ini dapat
mengeksplanasikan suatu hal dengan tajam atau mendalam bergantung pada isi
artikel yang dibawakan. Maka dari itu topik yang diangkat cenderung
membahas terkait keilmuan atau pengetahuan.
5. Kolom
Kolom merupakan opini singkat ynag sering menuliskan aspek pengamatan
dan pemaknaan suatu hal atau peristiwa dengan lugas. Dimana kolom sering
ditulis berdasarkan premis pribadi namun memiliki makna yang masif. Artikel
ini ditulis secara inferensial, dengan begitu tulisan kolom terdapat foto penulis.
6. Surat pembaca
Surat pembaca memiliki kesamaan seperti kolom yakni opini singkat,
namun dituliskan oleh pembaca dan dimuat ke dalam rubrik tertentu yaitu surat
pembaca. Surat pembaca cenderung menuliskan keluhan, komentar dan
persepsi pembaca tentang apa yang berkaitan dengan nilai khalayak. Rubrik ini
bagian daripada layanan publik dari pihak penerbitan terhadap masyarakat.

Modul Lab.News Room


8
PANDUAN PRAKTIKUM RISET DAN PENULISAN BERITA

Modul Lab.News Room


9
Modul Lab.News Room
10
Modul Lab.News Room
11
Modul Lab.News Room
12
Modul Lab.News Room
13
FUNGSI-FUNGSI UTAMA PERS

Dalam literatur komunikasi dan jurnalistik mendapati lima fungsi utama


pers yang berlaku secara universal. Mengapa disebut universal, bahwa kemudian
kelima fungsi tersebut dapat ditemukan pada setiap negara di dunia yang
menganut paham demokrasi, yaitu:
• Informasi (to inform)
• Edukasi (to educate)
• Koreksi (to influence)
• Rekreasi (to entertain)
• Mediasi (to mediate)

a. Informasi
Fungsi utama dari lima fungsi utama pers yakni dapat menyamnpaikan informasi
secepat-cepatnya kepada khalayak luas. Setiap informasi yang disampaikan wajib
memenuhi kriteria dasar: actual, akurat, factual, menarik/penting, benar,
lengkap—utuh, jelas—jernih, jujur—adil, berimbang, relevan, bermanfaat dan
etis.
b. Edukasi
Informasi yang disebarluaskan pers terdapat dalam kerangka mendidik (to
educate) yang bertujuan untuk membedakan pers sebagai Lembaga
kemasyarakatan dengan Lembaga kemasyarakatan lain. Sebagai Lembaga pers,
maka memiliki hal krusial yang berorientasi kepada komersial untuk memperoleh
keuntungan finansial, akan tetapi berbeda dengan Lembaga pers yang ada di
kampus, bahwa kemudian Lembaga pers mahasiswa mendapati tujuan Lembaga
pers yang ideologis tanpa memperoleh pendapatan finansial apapun.
c. Koreksi
Pers sebagai pilar keempat demokrasi setelah legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Dalam hal ini, maka kehadiran pers dimaksudkan untuk mengawasi atau
mengontrol kekuasaan dari ketiga pilar tersebut yang bertujuan agar tidak
terjadinya korup dan absolut. Telah ditegaskan oleh Lord Acton, bahwa
kekuasaan cenderung disalahgunakan dan kekuasaan yang bersifat aabsolut
cenderung disalahgunakan secara absolut pula (power tends to corrups and power

Modul Lab.News Room


14
absolut tend to corrups absolutely too).
d. Rekreasi
Fungsi keempat pers ialah sebagai penghibur. Pers dituntut untuk mampu
memerankan dkrinya sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus
menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.
e. Mediasi
Fungsi terakhir pers secara universal ialah sebagai penghubung, dimana pers
menjadi faasilitator atau mediator. Setiap informasi yang melaporkan berbagai
peristiwa yang terjadi dalam lembaran-lembaran kertas yang tertata rapih dan
menarik mendapati kewajiban tata cara kemampuan penulisan yang baik. Hal ini
bertujuan untuk menghubungkan berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai
belahan dunia maupun peristiwa local, nasional, regional dan Mondial dalam
waktu singkat dan bersamaan.

Modul Lab.News Room


15
KARAKTERISTIK PERS

Karakteristik pers sebagai bentuk spesifik untuk setiap media yang memiliki karakter
tersendiri sekaligus membedakannya dengan media lain. Karakteristik pers melahirkan
sebuah identitas. Menurut Effendy pers memiliki empat ciri spesifik dalam karakter,
sekaligus identitas dirinya (Effendy, 1993:90-92). Adapun pakar pers yang
menambahkannya dengan satu ciri lain yakni objektivitas (Rachmadi, 1990:4-6). Maka
terdapat lima ciri spesifik pers yang dimiliki pers:

1. Periodesitas
Periodesitas memiliki arti dimana pers dapat terbit secara teratur, periodik,
misalnya setiap hari, setiap minggu, dua minggu sekali, sebulan sekali atau tiga
bulan sekali. Hal ini menjadi ciri spesifik pers ialah konsisten dengan
penerbitannya dengan waktu yang ditentukan misalnya, pagi hari, siang hari
atau sore hari. Namun bila ada kendala perubahan Haluan yang diputuskan
maka terdapat putusan melalui rapat paripurna manajemen. Dimana pers yang
tidak terbit secara periodic, biasanya sedang menghadapi masalah manajemen
(internal).
2. Publisitas
Publisitas yang dimana pers ditujukan kepada khalayak sasaran umum yang
bersifat heterogeny. Maka dalam mengemas setiap pesan yang akan ditujukan,
pers ditegaskan untuk tunduk terhadap kaidah-kaidah bahasa jurnalistik.
Beberapa ciri bahasa jurnalistik di antaranya sederhana, menarik, singkat, jelas,
lugas, gamblang, jernih, mengutamakan kalimat aktif dan menghindari
penggunaan kata atau istilah-istilah teknis.
3. Aktualitas
Aktualitas sebagai karakter pers yang krusial, dimana informasi yang
disuguhkan pers harus mengandung unsur kebaruan. Aktualitas mengandung
arti kini dan keadaan sebenarnya, maka dari itu aktualitas berhubungan dengan
peristiwa yang dilihat dari topik, sifat, dimensi, dampak dan karakteristiknya.
4. Universalitas
Universalitas ialah hal yang selalu berdampingan dengan pers dilihat dari
sumbernya maka dari keanekaragaman isi pada materinya.
5. Objektivitas
Objektivitas sebagai nilai pentik dalam hal etika dan moral yang harus
ditanamkan oleh setiap produk jurnalistik. Setiap produk jurnalistik yang
disuguhkan kepada khalayak harus dapat dipercaya dan mempersuasi calon

Modul Lab.News Room


16
pembaca maupun pembaca, dengan catatan tidak menganggu perasaan dan
pendapat mereka. Produk jurnalistik yang baik ialah produk yang dapat
menyajikan berbagai hal yang bersifat factual, demikian kebenaran isi berita
yang disampaikan tidak menimbulkan premis-premis tertentu.

Modul Lab.News Room


17
PEDOMAN PEMAKAIAN BAHASA PERS

1. Pers ditegaskan untuk melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia


yang disempurnakan (EYD). Hal ini secara gamblang harus
diperhatikan oleh para editor, karena kesalahan paling menonjol dalam
produk jurnalistik cenderung pada kesalahan ejaan.

2. Pers harus membatasi diri dalam singkatan atau akronim. Meskipun


harus menulis akronim, maka ada etika tulisan dimana penulis harus
menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim terkait agar
tulisan dapat dipahami oleh pembaca.

3. Pers dilarang menghilangkan imbuhan. Bentuk awal atau prefix.


Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam kepala berita
mengingat keternatasan ruangan. Akan tetapi pemenggalan jangan
sampai dipukulratakan sehingga merembet kedalam tubuh berita.

4. Pers hendaknya menulis kalimat yang sifatnya singkat, padat dan jelas.
Pengutaraan pikiran harus logis, teratur, lengkap dengan kata pokok,
sebutan dan kata tujuan (subjek, predikat, objek) dan fundamental.
Penulisan induk kalimat dan anak kalimat harus mengandung banyak
kata yang mudah dipahami agar kalimat dapat dipahami dengan prinsip
“satu gagasan atau satu ide dalam satu kalimat”

5. Pers harus meminimalisir ungkapan klise atau stereotype yang sering


dipakai dalam transisi berita seperti diksi-diksi sementara itu, dapat
ditambahkan, perlu diketahui, dalam rangka. Bahwa kemudian dia
menghilangkan monotomi (keadaan atau bunyi yang selalu sama) dan
sekaligus dapat menerapkan ekonomi diksi ata penghematan diksi
(tidak bertele-tele).

6. Pers hendaknya meminimalisir kata seperti adalah (kata kerja kopula),


telah (penunjuk masa lampau), untuk (sebagai terjemahan to dalam
bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of dalam hubungan milik),
bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk jamak yang tidak perlu

Modul Lab.News Room


18
diulang.

7. Pers hendaknya mendisiplinkan pikirannya agar tidak tercampur aduk


dalam satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk aktif (me).

8. Pers disarankan menghindari diksi-diksi asing dan istilah-istilah


tertentu yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Walaupun terpaksa
menggunakannya, maka harus dijelaskan pengertian dan maksudnya.

9. Pers sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa.

10. Pers harus mengingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif
sifatnya spesifik dan karangan yang baik dinilai dari tiga aspek yaitu
isi, bahasa dan juga Teknik persembahan.

Modul Lab.News Room


19
PANDUAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR JURNALISTIK

1. Perhatikan peristiwa yang terjadi, gunakan 5W+1H untuk menganalisa


dan memvalidasi peristiwa yang akan ditulis, karena metode dasar ini akan
menuntun pada tujuan dan fungsi jurnalistik yang sifatnya signifikan.
2. Perhatikan tulisan yang sudah ditulis untuk menghindari kesalahan kata
dan meminimalisir pemborosan kata.

Modul Lab.News Room


20
KLASIFIKASI, JENIS DAN NILAI BERITA

Secara sosiologis, berita merupakan hal yang terjadi di dunia dalam


gambaran sederhana seperti dilukiskan dengan baik oleh para pakar
jurnalistik. Berita ialah apa yang ditulis melalui media cetak, disiarkan
melalui audio begitupun audio visual, tetapi perlu diketahui bahwa tidak
semua fakta merupakan berita. Pada umumnya berita menyangkut orang-
orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita pula. Dengan demikian
berita ialah sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya Sebagian
kecil hal signifikan yang dilaporkan.

A. DEFINISI BERITA
Paul De Massenner menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah
informasi yang penting dan menarik oerhatian serta minat khalayak
pendengar, begitupun Charnley dan James M. Neal mendefinisikan,
berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan,
situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih batu dan harus
escepatnya disampaikan kepada khalayak (Errol Jonathans dalam
Mirza, 2000:68-69).
B. KLASIFIKASI BERITA
Berita diklasifikasikan ke dalam dua kategori: Hard News dan Soft
News, selain itu berita juga dapat dibedakan menurut lokasi
peristiwanya, di tempat terbuka atau di tempat tertutup. Sedangkan
bedasarkan sifatnya, berita dapat dipilah menjadi berita diduga dan
berita tak diduga. Selebihnya berita juga dapat dilihat menurut materi
dan isinya yang beraneka ragam. Berdasarkan materi isinya, berita
dikelompokkan ke dalam:
1. Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan (talking news)
2. Berita ekonomi (economic news)
3. Berita keuangan (financial news)
4. Berita politik (political news)

Modul Lab.News Room


21
5. Berita sosial kemasyarakatan (social news)
6. Berita Pendidikan (education news)
7. Berita hukum dan keadilan (law and justice news)
8. Berita olah raga (sport news)
9. Berita criminal (crime news)
10. Berita bencana dan tragedy (tragedy and disaster news)
11. Berita perang (war news)
12. Berita ilmiah (scientifict news)
13. Berita hiburan (entertainment news)
14. Berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat
insani (human interest news)
C. JENIS-JENIS BERITA
Memahami jenis-jenis berita berdasarkan kemampuan penulis dapat
dikategorikan ke dalam 3 kategori, kelas dasar (elementary) sebagai
kelas pemula, (intermediate) kelas menengah dan (advance) kelas
mahir. Dalam dunia jurnalistik, terdapat seorang pemula belum mampu
menulis pelaporan investigative. Jenis pelaporan ini biasanya dikuasi
oleh jurnalis tingkat advance. Kebanyakan jurnalis hanya menguasai
tingkat elementary dan tingkat intermediate.
Dalam produk berita kelas elementary mencakup pelaporan berita
langsung (straitght news), berita mendalam (depth news report) dan
berita menyeluruh (comprehensive news report). Berita Intermediate
meliputi pelaporan berita interpretative (interpretative news report) dan
pelaporan karangan—khas (feature story report). Sedangkan kelompok
advance menunjuk pada pelaporan mendalam (depth reporting),
pelaporan penyelidikan (investigative reporting) dan penulisan tajuk
rencana (editorial writing). Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis
berita:
1. Straight news report merupakan laporan langsung mengenai
peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan metode penulisan 5W+1H.

Modul Lab.News Room


22
2. Depth news report ialah laporan yang tidak jauh berbeda dengan
straight news report, dimana jurnalis mengumpulkan informasi
factual sebagai bentuk informasi tambahan mendalam untuk
peristiwa terkait. Laporan ini cenderung mengalihkan informasi
yang bukan termasuk opini jurnalis, melainkan fakta-fakta nyata
yang sifatnya masih tetap besar dalam penulisan.
3. Comprehensive news merupakan laporan factual yang bersifat
menyeluruh serta peninjauan dari berbagai aspek. Comprehensive
news ialah jawaban daripada kritik sekaligus kelemahan yang
dimiliki straight news, dengan gambaran, straight news bersifat
tidak utuh, namun tetap memiliki serpihan yang factual. Sementara
comprehensive news meleburkan serpihan fakta dalam satu buah
karya tulisan peristiwa sehingga dapat merampungkan benang
merahnya.
4. Interpretative report cenderung berfokus pada isu, masalah atau
peristiwa bersifat kontroversial. Fokus laporan beritanya
menuliskan fakta bukan opini, namun dalam interpretative report
jurnalis menganalisis dan mengkesplanasikan suatu kejadian,
karena laporan ini bergantung pada pertimbangan nilai dan fakta,
bahwa demikian pembaca cenderung menyebutnya “opini”. Maka
dari itu jurnalis interpretatif banyak menemui kesulitan dalam
pencarian fakta. Karenanya mereka memberikan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Laporan ini
dipusatkan untuk menjawab pertanyaan mengapa. Poin utama dari
laporan ini bersifat “bertanya”.
5. Feature story berbeda dengan jenis-jenis berita diatas. Feature
menyajikan fakta untuk menarik perhatian pembaca yang lebih
bergantung pada humor daripada informasi penting.
6. Depth reporting sebagai laporan yang sifatnya mendalam , tajam,
utuh, fenomenal dan aktual. Hal ini dapat menggugah pembaca
untuk memahami suatu peristiwa atau persoalan yang terjadi.
Laporan ini disajikan dalam bentuk khusus seperti laporan utama,

Modul Lab.News Room


23
bahasan utama dan fokus. Laporan mendalam selalu disiapkan
dalam kondisi matang untuk meminimalisisr kejenuhan pembaca,
dan laporan ini cenderung mengeluarkaan biaya yang besar.
7. Investigative reporting merupakan berita yang menitikpusatkan
pada masalah yang kontriversi, bahwa kemudian laporan ini
melakukan riset lebih mendapat untuk mendapatkan informasi atau
fakta yang tersembunyi, pelaksanaan laporan ini biasanya bersifat
ilegal dan tidak etis.
8. Editorial writing merupakan bagian krusial dalam jurnalistik,
karena laporan ini menyajikan fakta dan opini yang dapat
mempersuasi atau mempengaruhi pembaca. Penulis editorial
writing akan diberikan intruksi sebelum menulis.

D. KONSEP BERITA
George Fox Mott dalam New Survey of Journalism (1958)
meberitahukan, bahwa terdapat delapan konsep berita yang harus
dipahami oleh para jurnalis. Berikut penjelasan kedelapan konsep
tersebut :
1. Berita sebagai Laporan Tercepat
Berdasarkan definisi para pakar jurnalis yang telah dibahas diatas.
Prinsip kecepatan dalam pelaporan berita mewajibkan para jurnalis
dan editor mampu bekerja dengan cepat. Namun prinsip ini harus
diimbangi dengan kelengkapan, ketelitian, kecermatan dan
ketepatan, dengan demikian berita apapun yang dipalporkan tetap
faktual, benar, akurat dan tidak membingungkan khalayak pembaca.
2. Berita sebagai Rekaman
Karakter daripada auditif ialah produk jurnalistik yang menyiarkan
berita melalui teknologi audio seperti radio. Hal ini memberikan
pemahaman bahwa rekaman ialah bentuk dokumentasi yang dapat
disajikan dalam berita dengan menyisipkan rekaman suara
narasumber, atau penyiaran proses peristiwa secara utuh melalui
rerportasi dan siaran langsung sebagai rekaman gambaran peristiwa

Modul Lab.News Room


24
(Errol Jonathan dalam Mirza, 2000:70)
3. Berita sebagai Fakta Objektif
Berita merupakan informasi bersifat faktual, maka berita adalah
bentuk rekontruksi peristiwa melalui prosedur jurnalistik yang
sangat ketat dan terukur. Namun berita adalah realitas kedua untuk
khalayak. Sering terjadinya manipulasi data dan intervensi, maka
dari itu berita memiliki proses framing untuk proses penyeleksian
sebelum penerbitan, dengan demikian framing ialah pendekatan
yang bertujuan mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang
yang digunakan jurnalis ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
4. Berita sebagai Interpretasi
Sering terjadi bahwa berita yang diliput dan dilaporkan media hanya
serpihan-serpihan fakta yang belum berbicara secara gamblang,
tugas media dalam menyuguhkan fakta seolah membisu, hal ini
menjadi bentuk krusial kepada khalayak. Maka dari itu, redaksi
menyajikan analisis berita, menyelenggarakan wawancara dengan
para ahli, menggelar diskusi dan memberikan interpretasi terhadap
berbagai fenomena dan fakta yang muncul, antara lain melalui
artikel dan tajuk rencana.
5. Berita sebagai Sensasi
Tugas paling awal dari berita ialah sensasi dari produk yang
diterbitkan. Dalam psikologi massa terdapat sensasi untuk
menggugah pemikiran pembaca, dimana hal ini bersifat sensasional
karena menuai kritik tajam dari pembaca. Maka dari itu sensasi
cenderung dijauhi oleh para jurnalis.
6. Berita sebagai Minat Insani
Berita ini menuliskan konsep yang menarik perasaan para pembaca
dengan sifat beritya yang dapat merobek-roek pikiran, perasaan, dan
alam kejiwaan. Pemboman, pembunuhan, penyiksaan, kekejaman,
tsunami. Sifat dan jenis berita tersebut dapat menekan perasaan hati,
nurani, akal sehat hingga membuat pembaca seperti tak berdaya dan
tak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan histeris.

Modul Lab.News Room


25
Dengan laporan berita seperti ini, media massa bermaksud
menggalang dan membangkitkan atensi kerja dan memotivasi untuk
tetap berastu, bersaudara, saling berkomunikasi dan saling
mencintai. Karena tidak ada tragedi yang paling mengerikan selain
tragedi kemanusiaan.
7. Berita sebagai Ramalan
Tidak semua berita melaporkan perbuatan dan keadaan yang kasat
mata. Akan tetapi berita juga mengisyaratkan dampak dari perbuatan
atau keadaan itu. Berita harus memberikan interpretasi, prediksi dan
konklusi. Schramm menegaskan bahwa informasi adalah semua hal
yang bisa menghilangkan ketidakpastian, membaca, mendengar dan
melihat informasi. Dengan kemudian selayaknya harus membuat
mata hati kaya dan bercahaya.
Dengan cara mengembangkan tradisi jurnalistik presisi. Berbagai
informasi yang disajikan di media, idealnya terdiri atas rangkaian
fakta yang benar, akurat, lengkap daan tentu saja harus aktual
melalui berbagai uji dan pendekatan akademik.
8. Berita sebagai Gambar
Dalam dunia jurnalistik mengetahui bahwa aksioma ialah satu
gambar seribu kata (one picture one thousand word). Muhtadi
menjelaskan bahwa dalam dunia persuratkabaran, gambar karitakutr
merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mempengaruhi
khalayak setelah kolom editorial dan artikel. Bahwa kemudian
perilaku publik dapat digerakkan dengan bantuan gambar karikatur.

Modul Lab.News Room


26
KRITERIA UMUM NILAI BERITA

Kriteria umum nilai berita (news valueI) merupakan tolak ukur yang dapat
digunakan para jurnalis, yakni para reported dan editor, untuk memutuskan fakta
yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria umum
nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen dan Don
Ranly dalam News Reporting and Editting (1980:6-17) menunjuk kepada
sembilan hal. Beberapa pakar lain menyebutkan, ketertarikan manusiawi dan
seks dalam segala dimensi dan manifestasinya, bahwa kemudian dua kriteria
terakhir ditambahkan, maka total nilai berita ada 11 nilai, sebagai berikut:
1. Keluarbiasaan (unusualness)
Berita sebagai sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita
bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu peristiwa luar biasa
(news in unusual). Lord menegaskan, apabila orang digigit anjing maka itu
bukanlah berita, tetapi sebaliknya apabila orang mengiggit anjing, maka
itulah berita (if a dog bites a man it is not news, but if a man bites dog, it is
news) (mot, 1958:63 dalam Effendy 2003:131).
2. Kebaruan (newsness)
Berbicara kebaruan, berita yang dapat disebut hasil karya terbarukan pasti
memiliki nilai berita. Chistoire se repete, sejarah tak pernah berulang, kata
orang perancis.
3. Akibat (impact)
4. Aktual (timeliness)
5. Kedekatan (proximity)
6. Informasi (information)
7. Konflik (conflict)
8. Orang penting (prominence)
9. Ketertarikan manusiawi (human interest)
10. Kejutan (surprising)
11. Seks (sex)

Modul Lab.News Room


27
KODE ETIK JURNALISTIK

Kode Etik Wartawan (KEWI)

Pers merupakan sarana dan prasarana daripada aspirasi untuk


berkomunikasi. Dalam memerdekakan pers, wartawan Indonesia menegaskan
bahwa ada tanggung jawab sosial guna menjamin kebebasan pers serta memenuhi
hak-hak masyarakat dalam menyampaikan aspirasi, informasi dan juga hal lainnya
dengan landasan yang fundamental terutama etika dan moral. Maka dari itu kode
etik ini menjadi pedoman bagi para jurnalis dalam menegakkan bentuk integritas
profesional para jurnalis. Hal ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar.
2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan
menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi.
3. Wartawa Indonesia menghormati atas praduga tak bersalah, tidak
mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti
kebenaran informasi dan tidak melakukan plagiat.
4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah,
sadis, cabut serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila.
5. Wartwan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan
profesi.
6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakan dan off the record sesuai kesepakatan.
7. Wartawan Indonesia segera meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta
melayani hak jawab.
Pengawasan penetapan sanksi yang menjadi konsekuensi kode etik ini diserahkan
kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk untuk itu.
Dengan ini kode etik jurnalistik memegang peranan yang krusial dan fundamental
dalam dunia penerbitan, dewasanya sebagai pedoman nilai-nilai profesi jurnalistik.
Demikian kode etik jurnalistik wajib dipahami dan dilaksanakan oleh para penerbit
atau pers sesuai dengan apa yang telah disepakati oleh Dewan pers.

Modul Lab.News Room


28
Pengawasan Kode Etik Jurnalistik
Pengawasan kode etik jurnalistik memiliki korelasi dengan terjadinya kesalahan
dan pelanggaran dalam pelaksanaan tugas dan fungsi jurnalistik di lapangan. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya kesalahan dan pelanggaran di lapangan dalam
peliputan maupun penulisan berita, perlu adanya pengawasan terhadap penerapan
kode etik jurnalistik. Bahwa kemudian lembaga pengawasan setiap organisasi pers
dapat berbeda-beda, namun memiliki tugas dan fungsi yang relatif sama. Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) sebagai lembaga yang memiliki Dewan pers,
sedangkan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) mempunyai lembaga bernama Majelis
Kode Etik.
1. Dewan Pers
Beberapa fungsi Dewan pers ialah menetapkan dan mengawasi setiap
pelaksanaan kode etik jurnalistik. Dewa pers memiliki tugas sebagai
berikut:
o Memberikan pernyataan penilaian dan rekomendasi dalam hal
terjadinya pelanggaran kode etik, penyalahgunaan profesi wartawan
dan memeilihara kemerdekaan pers.
o Membuat kebijakan pers yang bersifat mendidik insan pers dan bersifat
non-yuridis.
o Mempublikasikan kebijakan atau rekomendasi yang dikeluarkan
Dewan pers melalui media massa.
2. Majelis Kode Etik
Lembaga Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) memiliki kewenangan untuk
melakukan pengawasan terhadap aktivitas jurnalistik. Majelis kode etik
berada dibawah naungan AJI. Maka dari itu terdapat tugas-tugas yang
dilaksanakan oleh majelis kode etik, sebagai berikut:
o Melakukan pengawasan dalam pelaksanaan kode etik.
o Melakukan pemeriksaan dan penelitian yang berkaitan dengan
masalah pelanggaran kode etik oleh anggota AJI.
o Mengumpulkan dan meneliti bukti-bukti pelanggaran kode etik.
o Memanggil anggota yang melakukan pelanggaran.

Modul Lab.News Room


29
o
Pelanggaran Kode Etik di Kalangan wartawan
Mengambil salah satu contoh, dimana praktik suap-menyuap dalam pelanggaran
terkait kode etik di kalangan wartawan. Namun faktanya praktik suap-menyuap ini
masih banyak terjadi di kalangan wartawan yang ada di Indonesia. Meskipun sudah
jelas bahwa dalam kode etik jurnalis hal tersebut tidak diperbolehkan untuk
dilakukan. Bahwa kemudian hal ini dapat dikatakan sulit, karena dengan
menghilangkan budaya suap menyuap di kalangan jurnalis tidaklah mudah. Maka
dari itu adanya sanki dan konsekensi tegas dari AJI karena tidak mengikuti
pedoman dan kode etik wartawan atau jurnalistik diatas.
SEMBILAN ELEMEN JURNALISTIK

Elemen
Jurnalistik merupakan sebuah profesi, dimana untuk menjadi soerang
jurnalistik terdapat 9 elemen yang disebutkan oleh Bill Kovach and Tom Rosentiels
sebagai standar perilaku wartawan dan menjadi dasar sebuah jurnalis. 9 elemen ini
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena setiap aspeknya memiliki keterikatan
dan kedudukan yang sama untuk dijadikan landasan dasar jurnalis. Berikut 9
elemen yang di sebutkan oleh Bill Kovach dan Tom Rosentiels.
a. Kewajiban utama jurnalisme adalah pencari kebenaran.
Seorang jurnalist harus selalu menjungjung kebenaran. Secara fungsional, hal
ini tentu sesuai dengan tugas seorang jurnalis. Jurnalis yang tidak menjunjung
faktor kebenaran dalam riset atau liputannya akan merugikan banyak pihak,
terutama publik yang menjadi pembaca dari berita yang diterbitkan.
b. Loyalitas utama jurnalisme ada pada warga negara.
loyalitas jurnalis diharuskan berujung pada publik sebagai pembaca dari apa
yang kita informasikan. Harus diingat oleh jurnalis bagaimana membuat suatu
berita yang menarik bagi pembaca yang menjunjung tinggi kebenaran dan
bagaimana bertanggung jawab pada publik jika berita yang dibuat hanya fiktif
namun faktanya sudah jelas yang akan membaca berita ini ialah seluruh umat
manusia.
c. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.

Modul Lab.News Room


30
Dengan adanya disiplin verifikasi yang dilakukan para jurnalis, bertujuan
untuk meminimalisir fiktifisasi narasumber. Batas antara fiksi dan jurnalis
harus jelas, jurnalis tidak dapat digabungkan dengan fiksi. Semuanya harus
berdasarkan fakta dan bersifat nyata.
d. Jurnalis harus menjaga independensi dari objek liputannya.
Pada saat peliputan, jurnalis harus benar-benar independen dan melakukan
peliputan secara objektif dan tidak terpengaruh oleh apapun, kepentingan
siapapun, terkecuali kepentingan bahwa jurnalis harus menyampaikan berita
yang benar-benar terjadi untuk disampaikan pada masyarakat. Tidak
memandang objek sebagai subjektifitas karena jurnalis harus memberitakan
kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan kepada khalayak dan jurnalis
harus selalu menjaga independensinya.
e. Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari
kekuasaan.
Dalam pemantauan kekuasaan, bukan berarti jurnalis menghancurkan
kekuasaan. Akan tetapi tugasnya jurnalis sebagai pemantau kekuasaan yaitu
turut serta dalam penegakkan dmeokrasi. Salah satu dalam cara memantau
kekuasaan dengan melalukan investigative reporting. Bahwa kemudian hal
inilah yang sering menjadi problematik antar jurnalis dengan penguasan.
f. Jurnalis harus memberi forum bagi khalayak untuk saling kritik dan
menemukan kompromi.
Jurnalis yang bertanggung jawab kepada publik harus mendengarkan
keinginan publik. Jurnalis harus terbuka kepada publik untuk mendengarkan
segala sesuatunya.
g. Jurnalis haru berusaha membuat hal yang penting menjadi menarik dan
relevan.
Jurnalis harus mengetahui tentang komposisi, tentang etika dan naik turunnya
emosi pembaca. Berita yang dibuat jangan sampai membuat pembaca merasa
bosan begitupun jangan sampai berita penting menjadi tidak penting bagi
pembaca, karena pembaca merasa bosan. Berita dibuat tidak membosankan
dan harus memikat namun tetap relevan. Sayang sekali, bahwa faktor ini justru
sering dianggap menjadi dua hal yang bertolak belakang. Laporan yang

Modul Lab.News Room


31
memikat dianggap laporan yang lucu, sensasional, menghibur dan penuh tokoh
selebritas.
h. Jurnalis memiliki kewajiban untuk membuat berita ynag komprehensif
dan proporsional
Perlu banyak hal yang dilakukan untuk mendapatkan dan membuat berita yang
komprehensif dan proporsional. Bahwa kemudian seorang jurnalis tidak hanya
menerima fakta yang mudah diraih. Harus ada sesuatu yang menantang dari
pekerjaan jurnalis Investigative Reporting yang mewakili berita-berita
komprehensif dan proporsional. Begitupun jurnalis harus mengetahui
bagaimana cara untuk melaporkan atau menginvestigasi suatu hal bermutu.
Berita komprehensif, bukanlah berita yang hanya punya judul sensaional,
namun berita sensasional akn memalukan jurnalis dan media yang
menerbitkannya.
i. Jurnalis diperbolehkan untuk menilai secara pribadi dan mendengarkan
nuraninya.
Segala sesuatu yang berasal dari hati nurani akan lebih baik dari apapun. Dari
persoalan yang terjadi didalam kehidupan wartawan jawabnnya adalah bersumber
pada hati nurani. Wartawan yang berbohong, melakukan fiktifisasi narasumber atau
apaun kejahilan seorang.

Modul Lab.News Room


32
FOTOGRAFI JURNALISTIK

1. Pengertian Foto Jurnalistik

Terdapat beberapa pengertian mengenai fotografi jurnalistik yang


dikemukakan oleh para ahli fotografi. Menurut Hanapi yang dimaksud dengan
fotografi jurnalistik yaitu kegiatan fotografi yang bertujuan merekam jurnal
peristiwa- peristiwa yang menyangkut manusia. Wilson Hick dalam bukunya
Word and Picture memberi batasan fotografi jurnalistik adalah media
komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan. Sedangkan Soelarko
mendefinisikan foto jurnalistik sebagai foto berita atau bisa juga disebut
sebagai sebuah berita yang disajikan dalam bentuk foto.

Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara
Jakarta menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan
baragam bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya,
bahkan hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang
sesungkat- singkatnya.

Dilihat dari beberapa pengertian yang ada maka foto jurnalistik dapat disebut
sebagai suatu sajian dalam bentuk foto akan sebuah peristiwa yang terjadi,
dimana peristiwa tersebut berkaitan dengan aspek kehidupan manusia dan
disampaikan guna kepentingan manusia itu sendiri. Kepentingan manusia
dalam hal ini berupa kebutuhan akan informasi atau juga berita yang terjadi di
seluruh belahan bumi ini.

Syarat umum untuk membuat foto berita dengan baik adalah:

Memiliki pengetahuan konspesional;mempersoalkan isi (picture content, news


content) Memiliki keterampilan teknis: mempersoalkan penyajian teknis yang
matang secara fotografi.

Modul Lab.News Room


33
Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar memang tidak selalu
menggambarkan suatu peristiwa atau berita (newsphoto), melainkan bisa juga
bersifat ilustratif, yaitu bisa berdiri sendiri atau menyertai suatu artikel,
termasuk di dalamnya adalah foto-foto yang bersifat„human interest‟(menarik
perhatian dan membangkitkan kesan). Foto-foto yang dimuat dalam surat
kabar itu secara„salah kaprah‟ biasa disebut sebagai foto jurnalistik, artinya
foto yang dihasilkan oleh kerja jurnalis (wartawan) di lapangan.

Suatu foto memang tidak bisa melukiskan keterangan-keterangan verbal yang


diperoleh wartawan di lapangan, tapi dengan kemampuan visualisasi yang
disuguhkan, sebuah foto bisa mengungkapkan pandangan mata yang sulit
untuk dilukiskan dengan kata-kata. Berbeda dengan berita tulis di mana
wartawan bisa secara tidak sengaja memasukkan subjektivitas yang bisa
memengaruhi opini.

Dengan foto akan memperkecil subjektivitas tersebut. Kepada pembaca


disuguhkan secara visual apa adanya. Pembaca akan memberi penafsiran
terhadap foto tersebut, yang tentu saja satu dengan lainnya bisa berbeda. Maka
tidaklah salah ungkapan “one picture is worth one thousand words”
2. Sekilas sejarah

Foto Jurnalistik Sudah sejak lama, setelah media massa cetak yang berbentuk
suratkabar muncul, orang memimpikan bagaimana bisa melihat
peristiwa/kejadian secara visual lewat lembaran kertas itu. Harapan itu
menggebu teruatama setelah fotografi ditemukan tahun 1839 yaitu ketika
Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis pada 19 Agustus mengumumkan
penemuan alat gambar sinar oleh seniman Louis Jacques Daguerre. Alat
temuan Daguerre itu masih sederhana berupa sebuah kotak diberi lensa dan
dibelakang diberi plat logam yang sudah dilabur dengan bahan kimia tertentu.
Alat itu disebut „camera obscura‟ atau kamar gelap, yang kemudian secara
umum disebut kamera.

Modul Lab.News Room


34
Orang pun masih kesulitan memeroleh jalan atau cara bagaimana
memindahkan gambar yang dibuat oleh kamera Daguerrotype itu ke dalam
surat kabar.

Setelah direkayasa maka muncullah jurnalistik foto pertama kali yaitu ketika
“The Illustrated London News” untuk pertama kalinya 30 Mei 1842 memuat
spotnews atau gambar lukisan (hasil cukilan kayu) yang merupakan reproduksi
sebuah foto yang dihasilkan oleh kamera daguerrotype. Gambar tersebut
merupakan spotnews atau peristiwa langsung yang menggambarkan saat
terjadi pembunuhan (penembakan) dengan pistol atas diri Ratu Victoria di
dalam keretanya.

Dalam sejarah tercatat dua wartawan foto perintis yang sangat terkenal, yaitu
Roger Fenton (Inggris) yang meliput Perang Krim (1853-1856) dan Mattew
Brady (AS) yang meliput American Civil War (perang Abolisi) tahun 1861-
1865. Brady membawa peralatan lengkap ke garis depan. Perlenggkapan itu
dimuat dalam satu wagon (kereta kuda) sendiri, di mana di dalamnya terdapat
laboratorium dan kamar gelapnya.

Karena belum ditemukannya cara membuat nada warna abu-abu atau


‟halftones‟ dalam surat kabar, maka sampai tahun 1897 gambar yang dimuat
masih saja dibuat dari cukilan kayu. Baru 21 januari 1897 koran ”Tribune”
New York benar-benar memuat foto di dalamnya. Ini dimungkinkan berkat
ditemukan sistem penggunaan titik-titik (dots) yang kita kenal sekarang
dengan sebutan
‟raster‟ untuk membuat nada-nada warna ‟halftones‟ tadi.

3. Foto Jurnalistik Yang Menarik

Sejak itulah pemuatan gambar di surat kabar menjadi semakin tambah banyak
dan mulailah redaksi mempertimbangkan perlunya mangadakan tugas khusus
bagi wartawannya hanya untuk pekerjaan memotret saja, artinya hanya

Modul Lab.News Room


35
mencari gambar melulu. Spesialisasi mulai diberlakukan di dunia
persuratkabaran maju. Sesudah ada spesialisasi itu , maka para pakar atau
jurnalis mulai memerhatikan apa sebenarnya yang sangat menarik dari sebuah
foto yang patut untuk dimuat di surat kabar.
Dari hasil pengamatan mereka, disimpulkan bahwa gambar/foto jurnalistik
yang menarik itu harus mempunyai tiga aspek utama : daya tarik visual (eye
catching), isi atau arti (meaning) dan daya tarik emosional (impact).

Namanya saja foto berita maka norma-norma atau nilai-nilai yang disandang
suatu berita (tulis) yang menarikpun juga dituntut bagi sebuah newsphoto;
seperti faktor-faktor yang menambah nilai/bobot foto tersebut, antara lain :
sifatnya menarik (interesting), lain dari biasanya (different), satu-satunya
(exlusive), peristiwanya dekat dengan pembaca (close to the readers),
akibatnya luas, mengandung ketegangan (suspense) dan menyangkut masalah
sex, humor, konflik dll.

Dari batasan-batasan foto jurnalistik itulah maka kemudian para jurnalis foto
memfokuskan perhatinnya pada hal-hal yang tersirat di dalam kriteria itu.
Untuk menjadikan diri sebagai jurnalis foto profesional maka seorang
wartawan perlu memerhatikan hal-hal tersebut, disamping mesti
memperdalam pengetahuan dan memperbanyak pengalaman. Seorang
wartawan foto dituntut tahu benar tentang kamera dan proses fotografi, tahu
pula memanfaatkan kesempatan yang baik untuk kameranya serta harus
cekatan agar tidak tertinggal oleh peristiwa. Wartawan foto mesti mampu
mengkombinasikan kerja mata, otak dan hati dalam tugasnya. Sebagaimana
tujuan surat kabar yaitu memberikan kepada pembacanya informasi, edukasi,
entertaintment dan (bisa) persuasi, maka bidang cakupan wartawan foto
sangatlah tidak terbatas. Apa saja yang bisa memenuhi salah satu saja dari
keempat kriteria tersebut dapat disajikan. Jadi dalam hal ini si wartawan-lah
yang memegang peranan penting. Ada ungkapan ‟the singer is not the song‟
atau ‟the man behind the gun‟. Bukan objek fotonya yang menarik tapi
bagaimana kemampuan si wartawan mengungkapkan dalam foto. Bukan

Modul Lab.News Room


36
kameranya yang hebat, tapi bagaimana kepiawaian sang wartawan foto
menghasilkan gambar yang memenuhi banyak kriteria tersebut di atas.

4. Kategori dan Bidang-bidang Foto Jurnalistik

Kategori Foto jurnalistik meliputi :Spot News, Feature, General News, Tokoh,
Keseharian, Seni budaya dan Fashion, Alam dan Lingkungan, IPTEK, dan
Olahraga.Sedangkan bidang-bidang yan ada dlam foto jurnalistik di antaranya
adalah : War Correspondent ( Wartawan Perang ), Wartawan Foto Olah raga,
Glamour dan Pin –Up Fotografi, Fashion Fotografer, wartawan Foto Majalah,
General Interest.

5. Makna dan Peranan Foto Jurnalistik

Ruang lingkup foto jurnalistik adalah manusia, dan karena itu kehadiran foto
jurnalistik memiliki beberapa makna yang berperan dalam kehidupan manusia,
diantaranya yaitu : foto jurnalistik sebagai saksi mata, fotografi jurnalistik
sebagai lambang, foto jurnalistik sebagai himbauan dan foto jurnalistik sebagai
komentar sosial.
6. Perbedaan Foto Jurnalistik dengan Foto Dokumentasi

Kehadiran foto jurnalistik tak lain merupakan wujud dan perkembangan foto
dokumentasi, oleh karena itu foto dokumentasi merupakan dasar dari foto
jurnalistik yang ada pada saat ini. Foto dokumentasi adalah sebutan untuk foto
berita dan foto sejarah, karena tujuannya merekam suatu peristiwa untuk
disimpan bergantung pada urgensitas peristiwa dan subjek foto yang
diabadikan.

Antara foto jurnlistik dengan foto dokumentasi memiliki perbedaan dan


batasan yang sangat tipis. Nilai berita pada sebuah foto biasanya terletak pada
sejauh mana foto itu dapat menggugah perhatian dari khalayak umum, bukan
hanya orang atau kelomppok masyarakatyang bersngkutan. Nilai tersebut bisa

Modul Lab.News Room


37
disebut sebagai publik interest, maka semakin tinggi nilai beritanya. Foto
jurnalistik memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena dapat menimbulkan
perhatian perasaan bahkan reaksi tertentu pada semua khalayak umum secara
luas.

Berbeda pada foto dokumentasi, arti kata dokumentasi mengandung konotasi


yang lunak dalam hal nilai beritanya. Selain perbedaan, di antaranya foto
jurnalistik dan foto dokumentasi memiliki persamaan yaitu dari segi tujuan
foto tersebut. Tujuan kedua foto jurnalistik dan foto dokumentasi merekam
suatu peristiwa untuk disimpan sebagai arsip.

Menurut Hermanus Priatna ( Editor Foto di Biro Foto LKBN Antara


menyatakan bahwa foto jurnalistik dan foto dokumentasi memiliki perbedaan.
Pada foto jurnalistik, peristiwa diabadikan untuk secepat-cepatnya
disampaikan kepada khalayak melalui media massa, sedangkan foto
dokumentasi mengabadikan peristiwa untuk kepentingan pribadi, misalnya
foto-foto untuk keperluan instansi pemerintah atau individual.

7. Petunjuk Praktis

Untuk wartawan foto atau calon, Kenneth Blume, seorang wartawan foto dan
penulis pada harian „Courier-Crecent‟ (Ohio, AS) memberi penegasan, bahwa
gambar yang baik pada surat kabar adalah yang segera menarik perhatian
pembacanya. Berdasar pengalamannya dia memberikan petunjuk praktis
bagaimana sebaiknya membuat foto berita itu.
a) Usahakan tidak menampilkan lebih dari lima orang dalam satu
gambar.
b) Biarkan gambar kelihatan natural (alami/apa adanya), jangan dibuat-
buat atau direkayasa.
c) Lebih baik menghabiskan banyak frame untuk memungkinkan
banyak pilihan dari pada tidak mendapat gambar yang baik.
d) Usahakan tidak memuat gambar ”police line up” (beberapa orang

Modul Lab.News Room


38
disejajarkan menghadap lensa dengan latar belakang tembok kosong).
e) Gunakan background atau latar keliling untuk menambah daya tarik
dan memudahkan pembaca mengenal lokasi atau posisi kejadian.
f) Untuk menamba variasi atau daya tarik lain, bisa memotret dengan
gaya
‟frog eyes‟ atau ‟bird view‟.
g) Gunakan penerangan alami atau bounced flashlight (sinar blitz yang
dipantulkan ke langit-langit). Kalau bisa hindari penggunaan lampu
kilat langsung.
h) Usahakan untuk menunjukkan situasi beritanya, kalau mungkin.

Namun suakses surat kabar dalam menyajikan gambar lebih banyak tergantung
kepada editor fotonya yang memberi perintah (assignment) kepada fotografer
dan memilih foto-foto yang masuk di mejanya, dan melakukan cropping kalau
perlu.

Modul Lab.News Room


39
PEDOMAN PRAKTIKUM FOTO JURNALISTIK

1. Carilah contoh foto jurnalistik di media massa!

2. Analisislah isi cerita yang ingin disampaikan melalui foto tersebut!

3. Buatlah contoh foto jurnalistik lengkap dengan konsepnya!

4. Carilah masing-masing contoh foto jurnalistik yang mempunyai


fungsi yang berbeda pada setiap berita yang dimuat!

Modul Lab.News Room


40
TEKNIK FOTO JURNALISTIK

Membuat foto jurnalistik dituntut untuk tidak hanya sekedar memotret


(taking picture) akan tetapi handaknya kita harus dapat membuat gambar
(making picture ). Karya wartawan foto dinilai baik jika baik pula isi gambar
dan isi beritanya.

1. Perencanaan

Perencanaan pada foto jurnalistik diperlukan untuk menghasilkan gambar dan


berita yang menarik perhatian pembaca dan tentu mempunya nilai berita yang
tinggi. Unsur utama foto jurnalistik harus mempunyai nilai beritanya yang
tinggi disamping gambar yang berkualitas.

Tahap-tahap perencanaan :
a) Mengumpulkan informasi tentang suatu peristiwa atau acara yang
mengandung nilai berita. Pada tahap perencanaan, informasi mengenai
suatu peristiwa/acara yang harus diketahui oleh wartawan foto adalah
kapan waktu, lokasi acara siapa saja orang-orang yang terlibat dalam acara
tersebut, dalam rangka atau membahas apa persitiwa itu. Hal-hal tersebut
hendaknya diperhatikan oleh wartawan foto sebelum melaksanakan
peliputan, agar nantinya tidak menemui hambatan selama berada di
lapangan.

b) Merencanakan gambar seperti apa yang akan dihasilkan. Hal–hal yang


dapat diperhatikan disini oleh wartawan foto di antaranya yaitu
perencanaan mengenai komposisi foto yang hendak dihasilkan,
perencanaan mengenai angle yang akan diambil atau juga mengenai
perencanaan pembubuhan unsur-unsur seni yang hendak dimasukkan
gambar yang akan dibuat.

c) Mempersiapkan peralatan sesuai dengan kebutuhan. Peralatan yang


harus dipersiapkan harus sesuai dengan peristiwa apa yang hendak

Modul Lab.News Room


41
diliput.

Informasi untuk membuat foto jurnalistik didapatkan melalui radio, televisi,


press release, informan, rekan seprofesi dan hubungan baik dengan semua
orang.

2. Menguasai Kamera dan Cahaya

Penulis risalah fotografi terkenal John Hedgecoe, menunjukkan bahwa untuk


mencapai hasil pemotretan yang sempurna pewarta foto harus mampu
menguasai kamera dan cahaya dengan tagnkas dan terampil. Menentukan
kecapatan, diafragma, penggunaan blitz dan lensa disesuaikan dengan keadaan
cahaya dan objek, hal ini perlu diperhatikan.

Pembuatan foto jurnalistik umumya harus menghasilkan gambar yang jelas


sehingga apa yang disampaikan mudah diterima dan dimengerti oleh orang
yang melihat foto yang kita hasilkan tersebut.

3. Detil Gambar

Membuat foto jurnalistik memerlukan ketelitian agar mendapat hasil yang


maksimal. Keterampilan membuat gambar yang bermutu harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Metode yang diperkenalkan Walter Croncide School of Jurnalist and
Telecommunication Arizona State University sebagai metode EDFAT dapat
digunakan sebagai pembimbing dalam setiap peliputan pewarta foto.

EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih suatu detil yang tajam.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur.

A. Entire

Entire adalah suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat


suatu peristiwa.

Modul Lab.News Room


42
B. Detil

Detil adalah suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pemandangan
terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas
sesuatu yang dinilai paling tepat.

C. Frame

Frame adalah suatu tahap dimana pewarta foto membingkai suatu detil yang
telah dipilih. Fase ini mengantar pewarta foto ke komposisi, pola tekstur dan
bentuk subjek pemotretan dengan akurat.

D. Angle

Angle adalah tahap di mana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian,


kerendahan, level mata kiri, mata kanan dan cara melihat. Fase ini penting
untuk mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.

E. Time

Time adalah penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara


diafragma dan kecepatan atas keempat tingkat yang telah disebutkan
sebelumnya. Pemotretan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau
memilih ketajaman ruangan suatu event atau kondisi visual bernilai berita
dengan cepat dan lugas.

4. Melakukan Pemotretan

Tugas utama seorang pewarta foto adalah memotret peristiwa yang terjadi
dengan sebuah kamera. Melakukan pemotretan harus tepat waktu, karena
peristiwa yangn sudah lewat tidak bisa diulang lagi. Pemotretan foto jurnalistik
dilakukan beberapa kali sampai mendapat action (gerakan) yang baik dari
sebuah objek.

Modul Lab.News Room


43
KUALITAS FOTO

Secara sederhana dapat dikatakan foto tersebut berkualitas dilihat dari dua
aspek yaitu:

1. Aspek teknis dan aspek visual

Aspek teknis berkaitan dengan kualitas reproduksi gambar, garis gambar yang
tegas (tajam) dan warna-warna cemerlang. Dengan garis-garis gambar yang
jelas (tajam), maka ekspresi foto atau detil-detil subjek yang direkam bisa
tampil dengan sempurna, sedangkan warna-warna yang cemerlang akan
memperindah subjek tersebut.

2. Aspek visual, berkaitan dengan subjek yang ditampilkan dalam foto


tersebtu.

Unsur-unsur foto yang baik diantaranya adalah : jelas dan berkualitas baik,
mempunyai daya kejut/eye catching yang kuat. Menggugah emosi,
suasana/mood .

Membuat caption

Caption adalah keterangan gambar. Caption diperlukan untuk menambah


keterangan tentang tempat, waktu dan dalam peristiwa apa foto itu diambil,
dengan caption akan dapat menguatkan cerita dalam sebuah gambar yang
liputan.
Syarat caption harus singkat dan padat serta jelas apa yang dimaksud sehingga
tidak diperlukan waktu danyak membacanya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat caption adalah :


a) Date line
b) Judul kecil

Modul Lab.News Room


44
c) Badan berita
d) Kode Editing foto
Editing foto berfungsi untuk membuat foto menjadi berkualitas baik sebelum
dijual ke pelanggan maupun di kantor. Editing dilakukan di lapangan maupun
di kantor. Editing di lapangan dilakukan saat pemotreran oleh fotografer sesuai
dengan metode EDFT. Editing di kantor dilakukan oleh redaktur foto.

Pertimbangan redaktur foto untuk mengedit foto yang layak disiarkan :


a) Mempunyai nilai berita yang tinggi
b) Tidak mengandung SARA
c) Bermanfaat bagi masyarakat
d) Tidak mengandung kesadisan
e) Gambarnya etis/elegan
f) Tidak bersifat mengiklan/mempromosikan lembaga-lembaga swasta
atau suatu produk.

Modul Lab.News Room


45
PEDOMAN PRAKTIKUM TEKNIK FOTO JURNALISTIK

1. Carilah contoh foto jurnalistik dari media massa yang merupakan


hasil foto berdasarkan kejadian, kemudian analisislah maksud foto
tersebut!

2. Carilah foto jurnalistik dari media massa yang merupakan hasil dari
sebuah konsep, analisis foto tersebut.

3. Buatlah contoh foto jurnalistik yang menggunakan prinsip EFDAT!

Modul Lab.News Room


46
ETIKA FOTO JURNALISTIK

Ada beberapa etika untuk menyiarkan foto itu kepada publik seperti
adanya beberapa hak pokok individu yang dilindungi undang-undang dan
hukum yang sangat prinsipil untuk melindungi seseorang antara lain:
1. Gangguan atas pengambilan foto dimana hak privasi seseorang memang
diperlukan
2. Penggunaan foto untuk kepentingan sebuah produk tertentu
3. Sepihak sehingga menyebabkan seseorang terlihat buruk
4. Pengambilkan foto yang memang terjadi akan tetapi foto tersebut
bersifat pribadi atau bisa memalukan seseorang

Dengan adanya batasan-batasan di atas maka kita dapat mengetahui,


kapan kita bisa melakukan pemotretan yang nantinya dapat kita siarkan kepada
publik.(Nugroho Adi, 2010: 32)

Aturan dalam pengambilan gambar pada lokasi tertentu :

1. Tempat umum

Ada etika dan aturannya jika kita ingin mengambil foto di tempat umum,
seperti di pinggir jalan, kebun binatang, bandar udara, juga di lingkungan
kampus ataupun sekolah di mana bila kita mengambil dalam kelas itu.

Dalam kegiatan umum kita juga bisa membuat foto selama tidak
mengganggu pekerjaan orang itu seperti polisi yang sedang mengatur lalu
lintas dan Iain-lain. Adakalanya beberapa orang berusaha menghalangi
wartawan kendati kehadian tersebut berlangsung di tempat umum dalam hal
ini, pengadilan melindungi kepentingan wartawan.

Bila suatu peristiwa terjadi di tempat umum seperti kecelakaan pesawat


udara yang nantinya akan melibatkan polisi ataupun petugas keamaan yang

Modul Lab.News Room


47
lain dan wartawan dihalangi jika ingin mengabadikan kejadian itu.
Kebanyakan wartawan merasa keberatan atas larangan-larangan itu akan tetapi
nantinya wartawan itu bisa didakwa dengan alasan menghalangai pekerjaan
petugas tadi.

Memang polisi punya hak demikian, tapi mengambil gambar dan bertanya
merupakan tindakan yang melanggar hukum. National Press Photographers
Associates (NPPA) berusaha meningkatkan saling pengertian untuk hal
demikian antara polisi maupun petugas pemadam kebakaran sejak tahun 1950.

2. Gedung pemerintahan umum yang mempunyai aturan khusus

Gedung tertentu walaupun milik umum seperti gedung DPR ,MPR ,Pemda dan
Rumah sakit dengan pengecualian, juga untuk markas militer dan penjara.
Rumah sakit tentunya punya aturan khusus, kita dapat membuat berita
bergambar tapi setelah itu haruslah dicek dulu apakah ada orang dalam gambar
apakah mereka pasien apakah pasiennya terindentifikasi.

Modul Lab.News Room


48
Ruang sidang DPR ataupun sidang MPR sudah pasti milik umum tapi di sana
punya aturan khusus, misalnya kamera televisi boleh masuk tapi fotographer
tidak diijinkan ikut sidang regular dengan alasan wartawan mungkin dan pasti
akan merekam anggota dewan yang menguap, tidur, senang sms dan telepon,
baca koran dan bahkan yang tidak hadir sekalipun. Biasanya fotografer
diinjinkan pada sesi-sesi tertentu seperti pembukaan sidang,

3. Ruang pengadilan

Biasanya dalam sidang-sidang tertentu dibuat aturan khusus, apabila sidang


tengah diperkarakan peristiwa besar, Misalnya mereka hanya memberikan
kesempatan kepada para wartawan foto pada tiga kesempatan kepada para
wartawan yakni sebelum sidang dlmulai, saat istirahat dan saat persidangan
selesai.(Nugroho Adi, 2010:32-33)

EFEK PEMUATAN GAMBAR

Ada tiga faktor yagn menjadi pegangan dasar, apabila kita memutuskan soal
etika ketika akan menerbitkan ataupun menyiarkan sebuah gambar ke
masyarakat umum.

1. Manfaat
Dengan mempertimbangkan bahwa kita haruslah memilih yang terbaik untuk
kepentingan orang banyak

2. Mutlak
Seorang wartawan foto harus mengambil gambar, apabila memang harus ia
siarkan agar masyarakat tahu peristiwa sebenarnya.

3. Gabungan antara manfaat dan mutlak


Pengambilan dan penyiaran foto di Indonesia tidak diatur secara tegas, seperti
hukum federal dalam melindungi subjek fotografi. Akan tetapi seorang

Modul Lab.News Room


49
fotograper yang bergerak dalam bidang jumalistik dibatasi rambu-rambu
peraturan seperti misalnya dalam KUHP pasal 161 tentang ancaman pidana
apabila ia mengganggu ketertiban umum. Oleh karena itu akan lebih bijaksana
apabila seorang foto jurnalis mengacu pada kode etik jumalistik

Berikut ini akan dijabarkan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEW) Guna
menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat
diperlukan suatu landasan/moral/etika profesi yang bias menjadi pedoman
operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalisme wartawan. Atas
dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan kode etik.

1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperotah


informasi yang benar.
2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh
dan menyiarkan informsi serta memberikan identitas
kepada s
umber informasi
3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak
mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti
kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat.
4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta,
fitnah, sadis dan cabul serta tidak menyebutkan identitas korban
kejahatan susila.

Modul Lab.News Room


50
5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalah
gunakan profesi
6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan
embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai
kesepakatan.
7. Wartawan Indonesia segera rnencabut dan meralat kekeliruan dalam
pemberitaan serta melayani hak jawab.

Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini


sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh
organisasi yang dibentuk untuk itu.

Modul Lab.Fotografi Digital


37
SEPULUH PEDOMAN PENULISAN TENTANG HUKUM

1. Azas praduga tak bersalah (presumption of innocene)


2. Asaz adil, fair dalam memberitakan kepada kedua belah pihak
3. Inisial bagi tersangka/tertuduh yang masih gadis/wanita yang menjadi
korban pemerkosaan, remaja (perkara susila, korban narkotika).
Belakangan ini media sudah tidak mempedulikan lagi dengan inisial
4. Anggota tersangka tidak disebut dalam pemberitaan
5. Proses hukum yang wajar
6. Menghidari trial by the press
7. Jangan memburuk-burukkan tersangka
8. Tidak berorientasi posisi/jaksa centre tetapi memberikan kesempatan
yang berimbang kepada polisi, jaksa, hakim, pembela dan tersangka.
9. Proporsional
10. Gambaran yang jelas mengenai duduk perkara Ckasus posisi)

Hal yang paling utama bagi seorang wartawan foto adalah kejujuran clan
keseimbangan yang disertai dengan control diri ( self
cencorship).(Nugroho Adi, 2010:34)

Modul Lab.Fotografi Digital


38
PEDOMAN PRAKTIKUM ETIKA FOTO JURNALISTIK

1. Dalam foto jurnalistik terdapat hak privacy seseorang yang harus


diperhatikan. Pada praktikum bagian bab ini, coba anda cari beberapa
gambar foto jurnalistik yang memperhatikan hak privacy seseorang
dalam kehidupan ini. Analisislah dan kemukakan pendapat anda
mengenai foto tersebut.
2. Coba anda cari contoh gambar foto jurnalistik dari beberapa surat kabar
yang ada, mengenai foto-foto yang tidak memperhatikan atau bisa
dikatakan melanggar hak privacy seseorang. Analisislah dan
kemukakan pendapat anda mengenai foto tersebut.
3. Peraturan dalam foto jurnalistik menyatakan bahwa foto tidak boleh
bersifat komersial, coba anda cari contoh foto yang sekiranya tidak
memenuhi peraturan tersebut! Analisislah dan komentari foto tersebut
?
4. Coba anda amati surat kabar yang beredar saat ini, carilah contoh
gambar foto jurnalistik yang sebenarnya foto tersebut akan
menimbulkan dampak buruk bagi seseorang.
5. Saat ini terkadang ada beberapa wartawan foto yang membuat foto
jurnalistik dimana sebenarnya foto tersebut. pribadi dan memalukan
bagi orang yang dijadikan subjek fotonya.
6. Coba anda buat beberapa foto jurnalistik dengan tempat peliputan atau
pemotretan tempat peliputan atau pemotretan tempat umum (seperti
jalan raya, terminal, stasiun ataupun tempat lainnya). Dan proses
peliputan atau pembuatan foto tersebut coba anda analisis atau pelajari
etika/hukum apa sajakah yang anda jadikan pedoman di dalam
membuat foto jurnalistik
7. Apabila suatu saat anda memiliki kesempatan dan waktu yang cukup
senggang, cobalah untuk membuat foto jurnalistik dengan tempat
peliputan di gedung pemerintah umum atau pengadilan. Anda mungkin
akan mendapatkan atau menemui beberapa pengalaman baru. Salah
satunya mungkin akan berhubungan dengan etika dan hukum foto

Modul Lab.Fotografi Digital


39
jurnalistik. Coba anda uraikan etika dan hukum apa sajakah yang ada
pada saat peliputan tersebut anda temui dan dijadikan pedoman dalam
membuat foto jumlalistik.
8. Ada tiga faktor yang menjadi pegangan dasar apabila kita memutuskan
soal etika penyiaran sebuah gambar, di antaranya adalah manfaat,
mutlak dan gabungan antara manfaat dan mutlak. Coba anda cari
contoh gambar foto jurnalistik dari surat kabar yang
mempertimbangkan atau mengutamakan faktor manfaat tersebut. Coba
anda analisis dan komentari gambar tersebut.
9. Dasar penyiaran sebuah foto jurnalistik yang lainnya adalah faktor
mutlak, Faktor ini merupakan suatu alasan pertimbangan yang
memperhatikan penyiaran gambar di mana penyiaran tersebut
bertujuan untuk memberitahu kepada masyarakat mengenai kejadian
yang sebenarnya atas suatu peristiwa. Coba anda cari contoh dari surat
kabar contoh foto yang memiliki dasar penyiaran mutiak. Analisis dan
komentarilah foto tersebut
10. Coba anda cari dari beberapa surat kabar contoh gambar foto
jumalistik yang mengutamakan dasar penyiaran tersebut

11. Coba anda kaji mengenai hukum dan etika foto jumalistik serta kode
etik kewartawanan, Setelah itu anda amati dan bandingkan dengan
kondisi saat ini yang telah mengutamakan kebebasan pers, apakah
hukum etika dan kode etik kewartawanan masih diperhatikan atau tidak
oleh insan pers, kemudian kemukakan beberapa contoh kasus yang
mengindikasikan masih perlu diperhatikan atau tidaknya etika hukum
dan kode etik yang berlaku.
12. Anda mungkin sudah beberapa kali mencoba membuat foto jumalistik
dengan berbagai kategori yang ada. Coba sekarang anda posisikan diri
anda seolah-olah anda seorang wartawan yang sedang meliput berita
di luar daerah yang jauh dari redaksi. Demi mengejar deadline maka
anda haruslah mengirim foto tersebut secepat mungkin. Salah satu
kemaiuan sistem informasi dan komunikasi saat ini adalah pelayanan
internet, yang dapat membantu para wartawan mengirim foto-foto

Modul Lab.Fotografi Digital


40
beritanya melalui fasilitas tersebut, sebagai simulasi cobalah anda kiri,
foto tersebut melalu email kepada teman anda (ibaratkan teman anda
sebagai redaktur foto tersebut

Modul Lab.Fotografi Digital


41
Daftar Pustaka

1. Drs. AS Haris Sumadiria, M. (2011). Jurnalistik Indonesia (Vol.


IV). (R. K. S, Ed.) Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

2. Hanapi, Foto Jurnalistik. Makalah/Modul dalam pelatihan


jurnalistik Universitas Sebelas Maret, 1993.

3. Tri Nugroho Adi , Panduan Fotografi. Universitas Jendral


Soedirman Purwokerto 2010.

4. Yulian Ardiansyah, Tip & Trick Fotografi, Teori dan Aplikasi


Belajar Fotografi, PT Grasindo Jakarta 2009

5. Sumber-sumber Internet

Anda mungkin juga menyukai