News Room
1
DAFTAR ISI
Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata Journ, dalam bahasa Prancis, Journ
berarti catatan atau laporan harian. Sederhananya bahwa jurnalistik dapat diartikan
sebagai kegiatan pencatatan/ laporan harian. Bahwa demikian dewasa ini jurnalistik
bukanlah “pers”, bukan pula media massa. Akan tetapi jurnalistik ialah kegiatan
yang memungkinkan persa atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya
dengan baik.
Jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan
menulis untuk surat kabar, majalah atau berkala lainnya (Assegaf, 1983:9).
Jurnalistik merupakan bagian daripada profesi, bahwa kemudian dapat menjadi
penyaji informasi tentang kejadian atau kehidupan sehari-hari yang hakikatnya
dalam bentuk penerangan, penafsiran dan penkajian secara berkala, dengan
menggunakan sarana dan prasarana penerbitan yang ada.
1. DEFINISI JURNALISTIK
Definisi menurut berbagai ahli, F. Fraser Bond, Roland E. Wolseley, Adinegoro,
Astrid S. Susanto, Onong Uehjana Effendy, Djen Amar dan kustadi Suhandang.
F. Fraser Bond dalam An Introduction to Journalism (1961:1) menjelaskan
bawha jurnalistik ialah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai
berita sampai pada kelompok pemerhati. Roland E. Wolseley dalam Understanding
Magazines (1969:3) mengeksplanasikan bahwa jurnalistik merupakan
pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan dan penyebaran informasi umum,
pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk
diterbitkan dalam surat kabar, majalah dan disiarkan di stasiun siaran (Mappatoto,
1993:69-70).
Adinegoro menegaskan bahwa jurnalistik adalah semacam kepandaian
mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-
lekasnya agar tersiar seluas-luasnya (Amar, 1984:30). Astrid S. Susanto
menyebutkan, jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta
penyebaran tentang kejadian sehari-hari (1986:73). Onong Uchjana Effendy pun
menyatakan bahwa sederhananya jurnalistik dapat didefinisikan sebagai Teknik
mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada
3. PRODUK JURNALISTIK
Produk-produk jurnalistik yakni surat kabar, tabloid, majalah, bulletin, atau berkala
a. Informasi
Fungsi utama dari lima fungsi utama pers yakni dapat menyamnpaikan informasi
secepat-cepatnya kepada khalayak luas. Setiap informasi yang disampaikan wajib
memenuhi kriteria dasar: actual, akurat, factual, menarik/penting, benar,
lengkap—utuh, jelas—jernih, jujur—adil, berimbang, relevan, bermanfaat dan
etis.
b. Edukasi
Informasi yang disebarluaskan pers terdapat dalam kerangka mendidik (to
educate) yang bertujuan untuk membedakan pers sebagai Lembaga
kemasyarakatan dengan Lembaga kemasyarakatan lain. Sebagai Lembaga pers,
maka memiliki hal krusial yang berorientasi kepada komersial untuk memperoleh
keuntungan finansial, akan tetapi berbeda dengan Lembaga pers yang ada di
kampus, bahwa kemudian Lembaga pers mahasiswa mendapati tujuan Lembaga
pers yang ideologis tanpa memperoleh pendapatan finansial apapun.
c. Koreksi
Pers sebagai pilar keempat demokrasi setelah legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Dalam hal ini, maka kehadiran pers dimaksudkan untuk mengawasi atau
mengontrol kekuasaan dari ketiga pilar tersebut yang bertujuan agar tidak
terjadinya korup dan absolut. Telah ditegaskan oleh Lord Acton, bahwa
kekuasaan cenderung disalahgunakan dan kekuasaan yang bersifat aabsolut
cenderung disalahgunakan secara absolut pula (power tends to corrups and power
Karakteristik pers sebagai bentuk spesifik untuk setiap media yang memiliki karakter
tersendiri sekaligus membedakannya dengan media lain. Karakteristik pers melahirkan
sebuah identitas. Menurut Effendy pers memiliki empat ciri spesifik dalam karakter,
sekaligus identitas dirinya (Effendy, 1993:90-92). Adapun pakar pers yang
menambahkannya dengan satu ciri lain yakni objektivitas (Rachmadi, 1990:4-6). Maka
terdapat lima ciri spesifik pers yang dimiliki pers:
1. Periodesitas
Periodesitas memiliki arti dimana pers dapat terbit secara teratur, periodik,
misalnya setiap hari, setiap minggu, dua minggu sekali, sebulan sekali atau tiga
bulan sekali. Hal ini menjadi ciri spesifik pers ialah konsisten dengan
penerbitannya dengan waktu yang ditentukan misalnya, pagi hari, siang hari
atau sore hari. Namun bila ada kendala perubahan Haluan yang diputuskan
maka terdapat putusan melalui rapat paripurna manajemen. Dimana pers yang
tidak terbit secara periodic, biasanya sedang menghadapi masalah manajemen
(internal).
2. Publisitas
Publisitas yang dimana pers ditujukan kepada khalayak sasaran umum yang
bersifat heterogeny. Maka dalam mengemas setiap pesan yang akan ditujukan,
pers ditegaskan untuk tunduk terhadap kaidah-kaidah bahasa jurnalistik.
Beberapa ciri bahasa jurnalistik di antaranya sederhana, menarik, singkat, jelas,
lugas, gamblang, jernih, mengutamakan kalimat aktif dan menghindari
penggunaan kata atau istilah-istilah teknis.
3. Aktualitas
Aktualitas sebagai karakter pers yang krusial, dimana informasi yang
disuguhkan pers harus mengandung unsur kebaruan. Aktualitas mengandung
arti kini dan keadaan sebenarnya, maka dari itu aktualitas berhubungan dengan
peristiwa yang dilihat dari topik, sifat, dimensi, dampak dan karakteristiknya.
4. Universalitas
Universalitas ialah hal yang selalu berdampingan dengan pers dilihat dari
sumbernya maka dari keanekaragaman isi pada materinya.
5. Objektivitas
Objektivitas sebagai nilai pentik dalam hal etika dan moral yang harus
ditanamkan oleh setiap produk jurnalistik. Setiap produk jurnalistik yang
disuguhkan kepada khalayak harus dapat dipercaya dan mempersuasi calon
4. Pers hendaknya menulis kalimat yang sifatnya singkat, padat dan jelas.
Pengutaraan pikiran harus logis, teratur, lengkap dengan kata pokok,
sebutan dan kata tujuan (subjek, predikat, objek) dan fundamental.
Penulisan induk kalimat dan anak kalimat harus mengandung banyak
kata yang mudah dipahami agar kalimat dapat dipahami dengan prinsip
“satu gagasan atau satu ide dalam satu kalimat”
10. Pers harus mengingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif
sifatnya spesifik dan karangan yang baik dinilai dari tiga aspek yaitu
isi, bahasa dan juga Teknik persembahan.
A. DEFINISI BERITA
Paul De Massenner menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah
informasi yang penting dan menarik oerhatian serta minat khalayak
pendengar, begitupun Charnley dan James M. Neal mendefinisikan,
berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan,
situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih batu dan harus
escepatnya disampaikan kepada khalayak (Errol Jonathans dalam
Mirza, 2000:68-69).
B. KLASIFIKASI BERITA
Berita diklasifikasikan ke dalam dua kategori: Hard News dan Soft
News, selain itu berita juga dapat dibedakan menurut lokasi
peristiwanya, di tempat terbuka atau di tempat tertutup. Sedangkan
bedasarkan sifatnya, berita dapat dipilah menjadi berita diduga dan
berita tak diduga. Selebihnya berita juga dapat dilihat menurut materi
dan isinya yang beraneka ragam. Berdasarkan materi isinya, berita
dikelompokkan ke dalam:
1. Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan (talking news)
2. Berita ekonomi (economic news)
3. Berita keuangan (financial news)
4. Berita politik (political news)
D. KONSEP BERITA
George Fox Mott dalam New Survey of Journalism (1958)
meberitahukan, bahwa terdapat delapan konsep berita yang harus
dipahami oleh para jurnalis. Berikut penjelasan kedelapan konsep
tersebut :
1. Berita sebagai Laporan Tercepat
Berdasarkan definisi para pakar jurnalis yang telah dibahas diatas.
Prinsip kecepatan dalam pelaporan berita mewajibkan para jurnalis
dan editor mampu bekerja dengan cepat. Namun prinsip ini harus
diimbangi dengan kelengkapan, ketelitian, kecermatan dan
ketepatan, dengan demikian berita apapun yang dipalporkan tetap
faktual, benar, akurat dan tidak membingungkan khalayak pembaca.
2. Berita sebagai Rekaman
Karakter daripada auditif ialah produk jurnalistik yang menyiarkan
berita melalui teknologi audio seperti radio. Hal ini memberikan
pemahaman bahwa rekaman ialah bentuk dokumentasi yang dapat
disajikan dalam berita dengan menyisipkan rekaman suara
narasumber, atau penyiaran proses peristiwa secara utuh melalui
rerportasi dan siaran langsung sebagai rekaman gambaran peristiwa
Kriteria umum nilai berita (news valueI) merupakan tolak ukur yang dapat
digunakan para jurnalis, yakni para reported dan editor, untuk memutuskan fakta
yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria umum
nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen dan Don
Ranly dalam News Reporting and Editting (1980:6-17) menunjuk kepada
sembilan hal. Beberapa pakar lain menyebutkan, ketertarikan manusiawi dan
seks dalam segala dimensi dan manifestasinya, bahwa kemudian dua kriteria
terakhir ditambahkan, maka total nilai berita ada 11 nilai, sebagai berikut:
1. Keluarbiasaan (unusualness)
Berita sebagai sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita
bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu peristiwa luar biasa
(news in unusual). Lord menegaskan, apabila orang digigit anjing maka itu
bukanlah berita, tetapi sebaliknya apabila orang mengiggit anjing, maka
itulah berita (if a dog bites a man it is not news, but if a man bites dog, it is
news) (mot, 1958:63 dalam Effendy 2003:131).
2. Kebaruan (newsness)
Berbicara kebaruan, berita yang dapat disebut hasil karya terbarukan pasti
memiliki nilai berita. Chistoire se repete, sejarah tak pernah berulang, kata
orang perancis.
3. Akibat (impact)
4. Aktual (timeliness)
5. Kedekatan (proximity)
6. Informasi (information)
7. Konflik (conflict)
8. Orang penting (prominence)
9. Ketertarikan manusiawi (human interest)
10. Kejutan (surprising)
11. Seks (sex)
Elemen
Jurnalistik merupakan sebuah profesi, dimana untuk menjadi soerang
jurnalistik terdapat 9 elemen yang disebutkan oleh Bill Kovach and Tom Rosentiels
sebagai standar perilaku wartawan dan menjadi dasar sebuah jurnalis. 9 elemen ini
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena setiap aspeknya memiliki keterikatan
dan kedudukan yang sama untuk dijadikan landasan dasar jurnalis. Berikut 9
elemen yang di sebutkan oleh Bill Kovach dan Tom Rosentiels.
a. Kewajiban utama jurnalisme adalah pencari kebenaran.
Seorang jurnalist harus selalu menjungjung kebenaran. Secara fungsional, hal
ini tentu sesuai dengan tugas seorang jurnalis. Jurnalis yang tidak menjunjung
faktor kebenaran dalam riset atau liputannya akan merugikan banyak pihak,
terutama publik yang menjadi pembaca dari berita yang diterbitkan.
b. Loyalitas utama jurnalisme ada pada warga negara.
loyalitas jurnalis diharuskan berujung pada publik sebagai pembaca dari apa
yang kita informasikan. Harus diingat oleh jurnalis bagaimana membuat suatu
berita yang menarik bagi pembaca yang menjunjung tinggi kebenaran dan
bagaimana bertanggung jawab pada publik jika berita yang dibuat hanya fiktif
namun faktanya sudah jelas yang akan membaca berita ini ialah seluruh umat
manusia.
c. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara
Jakarta menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan
baragam bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya,
bahkan hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang
sesungkat- singkatnya.
Dilihat dari beberapa pengertian yang ada maka foto jurnalistik dapat disebut
sebagai suatu sajian dalam bentuk foto akan sebuah peristiwa yang terjadi,
dimana peristiwa tersebut berkaitan dengan aspek kehidupan manusia dan
disampaikan guna kepentingan manusia itu sendiri. Kepentingan manusia
dalam hal ini berupa kebutuhan akan informasi atau juga berita yang terjadi di
seluruh belahan bumi ini.
Foto Jurnalistik Sudah sejak lama, setelah media massa cetak yang berbentuk
suratkabar muncul, orang memimpikan bagaimana bisa melihat
peristiwa/kejadian secara visual lewat lembaran kertas itu. Harapan itu
menggebu teruatama setelah fotografi ditemukan tahun 1839 yaitu ketika
Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis pada 19 Agustus mengumumkan
penemuan alat gambar sinar oleh seniman Louis Jacques Daguerre. Alat
temuan Daguerre itu masih sederhana berupa sebuah kotak diberi lensa dan
dibelakang diberi plat logam yang sudah dilabur dengan bahan kimia tertentu.
Alat itu disebut „camera obscura‟ atau kamar gelap, yang kemudian secara
umum disebut kamera.
Setelah direkayasa maka muncullah jurnalistik foto pertama kali yaitu ketika
“The Illustrated London News” untuk pertama kalinya 30 Mei 1842 memuat
spotnews atau gambar lukisan (hasil cukilan kayu) yang merupakan reproduksi
sebuah foto yang dihasilkan oleh kamera daguerrotype. Gambar tersebut
merupakan spotnews atau peristiwa langsung yang menggambarkan saat
terjadi pembunuhan (penembakan) dengan pistol atas diri Ratu Victoria di
dalam keretanya.
Dalam sejarah tercatat dua wartawan foto perintis yang sangat terkenal, yaitu
Roger Fenton (Inggris) yang meliput Perang Krim (1853-1856) dan Mattew
Brady (AS) yang meliput American Civil War (perang Abolisi) tahun 1861-
1865. Brady membawa peralatan lengkap ke garis depan. Perlenggkapan itu
dimuat dalam satu wagon (kereta kuda) sendiri, di mana di dalamnya terdapat
laboratorium dan kamar gelapnya.
Sejak itulah pemuatan gambar di surat kabar menjadi semakin tambah banyak
dan mulailah redaksi mempertimbangkan perlunya mangadakan tugas khusus
bagi wartawannya hanya untuk pekerjaan memotret saja, artinya hanya
Namanya saja foto berita maka norma-norma atau nilai-nilai yang disandang
suatu berita (tulis) yang menarikpun juga dituntut bagi sebuah newsphoto;
seperti faktor-faktor yang menambah nilai/bobot foto tersebut, antara lain :
sifatnya menarik (interesting), lain dari biasanya (different), satu-satunya
(exlusive), peristiwanya dekat dengan pembaca (close to the readers),
akibatnya luas, mengandung ketegangan (suspense) dan menyangkut masalah
sex, humor, konflik dll.
Dari batasan-batasan foto jurnalistik itulah maka kemudian para jurnalis foto
memfokuskan perhatinnya pada hal-hal yang tersirat di dalam kriteria itu.
Untuk menjadikan diri sebagai jurnalis foto profesional maka seorang
wartawan perlu memerhatikan hal-hal tersebut, disamping mesti
memperdalam pengetahuan dan memperbanyak pengalaman. Seorang
wartawan foto dituntut tahu benar tentang kamera dan proses fotografi, tahu
pula memanfaatkan kesempatan yang baik untuk kameranya serta harus
cekatan agar tidak tertinggal oleh peristiwa. Wartawan foto mesti mampu
mengkombinasikan kerja mata, otak dan hati dalam tugasnya. Sebagaimana
tujuan surat kabar yaitu memberikan kepada pembacanya informasi, edukasi,
entertaintment dan (bisa) persuasi, maka bidang cakupan wartawan foto
sangatlah tidak terbatas. Apa saja yang bisa memenuhi salah satu saja dari
keempat kriteria tersebut dapat disajikan. Jadi dalam hal ini si wartawan-lah
yang memegang peranan penting. Ada ungkapan ‟the singer is not the song‟
atau ‟the man behind the gun‟. Bukan objek fotonya yang menarik tapi
bagaimana kemampuan si wartawan mengungkapkan dalam foto. Bukan
Kategori Foto jurnalistik meliputi :Spot News, Feature, General News, Tokoh,
Keseharian, Seni budaya dan Fashion, Alam dan Lingkungan, IPTEK, dan
Olahraga.Sedangkan bidang-bidang yan ada dlam foto jurnalistik di antaranya
adalah : War Correspondent ( Wartawan Perang ), Wartawan Foto Olah raga,
Glamour dan Pin –Up Fotografi, Fashion Fotografer, wartawan Foto Majalah,
General Interest.
Ruang lingkup foto jurnalistik adalah manusia, dan karena itu kehadiran foto
jurnalistik memiliki beberapa makna yang berperan dalam kehidupan manusia,
diantaranya yaitu : foto jurnalistik sebagai saksi mata, fotografi jurnalistik
sebagai lambang, foto jurnalistik sebagai himbauan dan foto jurnalistik sebagai
komentar sosial.
6. Perbedaan Foto Jurnalistik dengan Foto Dokumentasi
Kehadiran foto jurnalistik tak lain merupakan wujud dan perkembangan foto
dokumentasi, oleh karena itu foto dokumentasi merupakan dasar dari foto
jurnalistik yang ada pada saat ini. Foto dokumentasi adalah sebutan untuk foto
berita dan foto sejarah, karena tujuannya merekam suatu peristiwa untuk
disimpan bergantung pada urgensitas peristiwa dan subjek foto yang
diabadikan.
7. Petunjuk Praktis
Untuk wartawan foto atau calon, Kenneth Blume, seorang wartawan foto dan
penulis pada harian „Courier-Crecent‟ (Ohio, AS) memberi penegasan, bahwa
gambar yang baik pada surat kabar adalah yang segera menarik perhatian
pembacanya. Berdasar pengalamannya dia memberikan petunjuk praktis
bagaimana sebaiknya membuat foto berita itu.
a) Usahakan tidak menampilkan lebih dari lima orang dalam satu
gambar.
b) Biarkan gambar kelihatan natural (alami/apa adanya), jangan dibuat-
buat atau direkayasa.
c) Lebih baik menghabiskan banyak frame untuk memungkinkan
banyak pilihan dari pada tidak mendapat gambar yang baik.
d) Usahakan tidak memuat gambar ”police line up” (beberapa orang
Namun suakses surat kabar dalam menyajikan gambar lebih banyak tergantung
kepada editor fotonya yang memberi perintah (assignment) kepada fotografer
dan memilih foto-foto yang masuk di mejanya, dan melakukan cropping kalau
perlu.
1. Perencanaan
Tahap-tahap perencanaan :
a) Mengumpulkan informasi tentang suatu peristiwa atau acara yang
mengandung nilai berita. Pada tahap perencanaan, informasi mengenai
suatu peristiwa/acara yang harus diketahui oleh wartawan foto adalah
kapan waktu, lokasi acara siapa saja orang-orang yang terlibat dalam acara
tersebut, dalam rangka atau membahas apa persitiwa itu. Hal-hal tersebut
hendaknya diperhatikan oleh wartawan foto sebelum melaksanakan
peliputan, agar nantinya tidak menemui hambatan selama berada di
lapangan.
3. Detil Gambar
EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih suatu detil yang tajam.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur.
A. Entire
Detil adalah suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pemandangan
terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas
sesuatu yang dinilai paling tepat.
C. Frame
Frame adalah suatu tahap dimana pewarta foto membingkai suatu detil yang
telah dipilih. Fase ini mengantar pewarta foto ke komposisi, pola tekstur dan
bentuk subjek pemotretan dengan akurat.
D. Angle
E. Time
4. Melakukan Pemotretan
Tugas utama seorang pewarta foto adalah memotret peristiwa yang terjadi
dengan sebuah kamera. Melakukan pemotretan harus tepat waktu, karena
peristiwa yangn sudah lewat tidak bisa diulang lagi. Pemotretan foto jurnalistik
dilakukan beberapa kali sampai mendapat action (gerakan) yang baik dari
sebuah objek.
Secara sederhana dapat dikatakan foto tersebut berkualitas dilihat dari dua
aspek yaitu:
Aspek teknis berkaitan dengan kualitas reproduksi gambar, garis gambar yang
tegas (tajam) dan warna-warna cemerlang. Dengan garis-garis gambar yang
jelas (tajam), maka ekspresi foto atau detil-detil subjek yang direkam bisa
tampil dengan sempurna, sedangkan warna-warna yang cemerlang akan
memperindah subjek tersebut.
Unsur-unsur foto yang baik diantaranya adalah : jelas dan berkualitas baik,
mempunyai daya kejut/eye catching yang kuat. Menggugah emosi,
suasana/mood .
Membuat caption
2. Carilah foto jurnalistik dari media massa yang merupakan hasil dari
sebuah konsep, analisis foto tersebut.
Ada beberapa etika untuk menyiarkan foto itu kepada publik seperti
adanya beberapa hak pokok individu yang dilindungi undang-undang dan
hukum yang sangat prinsipil untuk melindungi seseorang antara lain:
1. Gangguan atas pengambilan foto dimana hak privasi seseorang memang
diperlukan
2. Penggunaan foto untuk kepentingan sebuah produk tertentu
3. Sepihak sehingga menyebabkan seseorang terlihat buruk
4. Pengambilkan foto yang memang terjadi akan tetapi foto tersebut
bersifat pribadi atau bisa memalukan seseorang
1. Tempat umum
Ada etika dan aturannya jika kita ingin mengambil foto di tempat umum,
seperti di pinggir jalan, kebun binatang, bandar udara, juga di lingkungan
kampus ataupun sekolah di mana bila kita mengambil dalam kelas itu.
Dalam kegiatan umum kita juga bisa membuat foto selama tidak
mengganggu pekerjaan orang itu seperti polisi yang sedang mengatur lalu
lintas dan Iain-lain. Adakalanya beberapa orang berusaha menghalangi
wartawan kendati kehadian tersebut berlangsung di tempat umum dalam hal
ini, pengadilan melindungi kepentingan wartawan.
Memang polisi punya hak demikian, tapi mengambil gambar dan bertanya
merupakan tindakan yang melanggar hukum. National Press Photographers
Associates (NPPA) berusaha meningkatkan saling pengertian untuk hal
demikian antara polisi maupun petugas pemadam kebakaran sejak tahun 1950.
Gedung tertentu walaupun milik umum seperti gedung DPR ,MPR ,Pemda dan
Rumah sakit dengan pengecualian, juga untuk markas militer dan penjara.
Rumah sakit tentunya punya aturan khusus, kita dapat membuat berita
bergambar tapi setelah itu haruslah dicek dulu apakah ada orang dalam gambar
apakah mereka pasien apakah pasiennya terindentifikasi.
3. Ruang pengadilan
Ada tiga faktor yagn menjadi pegangan dasar, apabila kita memutuskan soal
etika ketika akan menerbitkan ataupun menyiarkan sebuah gambar ke
masyarakat umum.
1. Manfaat
Dengan mempertimbangkan bahwa kita haruslah memilih yang terbaik untuk
kepentingan orang banyak
2. Mutlak
Seorang wartawan foto harus mengambil gambar, apabila memang harus ia
siarkan agar masyarakat tahu peristiwa sebenarnya.
Berikut ini akan dijabarkan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEW) Guna
menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat
diperlukan suatu landasan/moral/etika profesi yang bias menjadi pedoman
operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalisme wartawan. Atas
dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan kode etik.
Hal yang paling utama bagi seorang wartawan foto adalah kejujuran clan
keseimbangan yang disertai dengan control diri ( self
cencorship).(Nugroho Adi, 2010:34)
11. Coba anda kaji mengenai hukum dan etika foto jumalistik serta kode
etik kewartawanan, Setelah itu anda amati dan bandingkan dengan
kondisi saat ini yang telah mengutamakan kebebasan pers, apakah
hukum etika dan kode etik kewartawanan masih diperhatikan atau tidak
oleh insan pers, kemudian kemukakan beberapa contoh kasus yang
mengindikasikan masih perlu diperhatikan atau tidaknya etika hukum
dan kode etik yang berlaku.
12. Anda mungkin sudah beberapa kali mencoba membuat foto jumalistik
dengan berbagai kategori yang ada. Coba sekarang anda posisikan diri
anda seolah-olah anda seorang wartawan yang sedang meliput berita
di luar daerah yang jauh dari redaksi. Demi mengejar deadline maka
anda haruslah mengirim foto tersebut secepat mungkin. Salah satu
kemaiuan sistem informasi dan komunikasi saat ini adalah pelayanan
internet, yang dapat membantu para wartawan mengirim foto-foto
5. Sumber-sumber Internet