Anda di halaman 1dari 3

Dunia Pendidikan sebagai Pilar Penanaman Karakter Generasi Penerus Bangsa

Oleh: Ud’Hiyata Zahbi

Pemuda merupakan generasi yang digadang-gadang menjadi pemegang kendali Indonesia

di masa depan. Sebagai generasi yang memiliki peran penting di masa yang akan datang, pemuda

harus ditempa mulai dari sekarang. Pembekalan untuk pemuda tidak hanya tentang ilmu

pengetahuan, lebih penting dari itu pemuda harus memiliki karakter yang sesuai dengan

kepribadian bangsa Indonesia. Maka dari itu, pendidikan karakter menjadi sangat penting untuk

diberikan sedini mungkin kepada generasi penerus bangsa.

Penataan kembali pendidikan karakter bangsa diperlukan tidak hanya karena infrastruktur

kebangsasaan, kenegaraan, dan kemasyarakatan yang rawan krisis, melainkan juga karena

dinamika perubahan tatanan dunia dengan semakin menguatnya arus globalisasi (arus orang,

modal, barang, jasa, informasi, gaya hidup, nilai-nilai, budaya, lintas batas negara) (Yuliana,

2010). Untuk membangun pendidikan karakter tersebut, Indonesia terus berupaya dengan

membenahi sistem pendidikannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kurikulum yang terus diperbarui,

tenaga pendidik yang dibina menjadi lebih kompeten, dan pembelajaran yang tidak lagi terfokus

pada guru.

Perubahan kurikulum pada sistem pendidikan di Indonesia sebagai upaya dalam

membentuk karakter pemuda melalui pendidikannya. Karena sebagian besar pemuda Indonesia

masih duduk dibangku sekolah atau perkuliahan. Sehingga pendidikan di sekolah atau perkuliahan

ini menjadi lading untuk penanaman karakter bagi para pemuda. Seperti yang bisa kita perhatikan

pada kurikulum merdeka yakni kurikulum baru yang sedang digencarkan oleh menteri pendidikan,

dalam kurikulum tersebut memiliki salah satu karakteristiknya yaitu waktu lebih banyak untuk
pengembangan kompetensi dan karakter melalui belajar kelompok seputar konteks nyata (Projek

Penguatan Profil Pelajar Pancasila).

Selain kurikulum yang terus berkembang, upaya penanaman pendidikan karakter juga

diupayakan dengan memaksimalkan tenaga pendidiknya. Sebagai seseorang yang berdekatan

dengan pemuda dalam ranah pendidikan, tenaga pendidik harus memiliki kompetensi yang

mumpuni. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 8, kompetensi guru

meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional

yang akan didapatkan jika mengikuti pendidikan profesi. Maka dari itu, sebelum terjun ke dunia

pendidikan, seorang pendidik harus tuntas dulu dalam menuntaskan kompetensi kependidikannya.

Hingga dinyatakan siap untuk mendidik generasi bangsa selanjutnya.

Terakhir, untuk menanamkan pendidikan karakter di dunia pendidikan, sistem

pembelajaran saat ini tidak lagi terfokus pada guru. Peserta didik lebih ditekankan untuk aktif,

kritis, dan kreatif terhadap pembelajaran yang sedang dijalankan. Mereka tidak lagi belajar melalui

apa yang disampaikan oleh guru di dalam kelas saja, atau buku-buku yang diberikan oleh sekolah,

dengan adanya teknologi yang berkembang dengan pesat saat ini mereka bisa mencai informasi

dari berbagai sumber dan media. Sehingga pengetahuan mereka bisa lebih luas.

Selain harus aktif, peserta didik sekarang dilatih untuk berfikir kritis dan kreatif. Melalui

pembelajaran yang tidak monoton lagi, peserta didik bisa mengembangkan ide-idenya lewat tugas

project dan kerja sama dengan teman sebayanya. Hal ini diharapkan ketika nanti terjun di

masyarakat mereka bisa mengeksplor sendiri dari situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar.

Mereka tidak lagi menggantungkan diri pada orang lain. Karena bangsa ini, membutuhkan tangan-

tangan yang mampu bekerja dengan jerih payahnya sendiri. Bukan hasil dari hutang budi kepada

orang lain.
Dunia pendidikan sebagai pilar penting untuk menanamkan karakter pemuda diharapkan

terus melakukan evaluasi dan pengembangan sampai tujuan dari pendidikan karakter itu sendiri

baik tercapai. Sistem yang baik ini, juga harus didukung oleh pelakunya sendiri. Sebagai pemuda,

mereka juga harus sadar bahwa pendidikan yang saat ini mereka tempuh adalah wadah untuk

mereka belajar menjadi pemimpin di masa depan. Jika hal ini mampu mereka sadari, maka

timbullah reaksi dari aksi-aksi yang sudah diupayakan oleh regulasi yang ada saat ini. Pemuda

sebagai pelajar tidak lagi main-main, tapi mampu menyelesaikan penugasan dan menuntaskan

pembelajarannya dengan sebaik mungkin.

Anda mungkin juga menyukai