Anda di halaman 1dari 682

BAB V

PENUTUP

Dalam bab terakhir dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh

dari wawancara dan analisis data. Kesimpulan yang diambil ini merupakan jawaban

dari permasalahan yang sebelumnya dirumuskan di bab 1, selain kesimpulan, peneliti

juga memberikan saran-saran kepada pihak yang terkait.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan peneliti maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan:

1. Perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Sesuai dengan Teori

Pencarian informasi David Ellis 1993 tetapi ada beberapa tahap yang

tidak di lakukan yaitu browsing, differentiating, dan extracting.

Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan berbeda. Dua

informan melakukan ending dengan menyerahkan hasil pencarian

informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat,

sementara satu informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat

miskin.

2. Hambatan petugas Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan yaitu faktor internal dan eksternal.

78
79

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan memaparkan dalam bentuk

skripsi, maka penulis berharap sebagai berikut:

1. Petugas Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan sebaiknya secara langsung mengunjungi

masyarakat atau tanpa perantara sehingga data yang diperoleh sesuai

dengan kondisi masyarakat di lapangan.

2. kepada pembaca diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan

menggunakan metode atau teori perilaku pencarian informasi lainnya.

3. Dan kepada penulis sendiri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

menambah wawasan dibidang ilmu perpustakaan kususya dibidang

kebutuhan informasi serta dapat mengembangkan perilaku pencarian

informasi dan data yang mendukung dibidang pencarian informasi


DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto. 1996. Perangkap Kemiskinan: Problem dan Strategi


Pengentasannya dalam Pembangunan Desa. Yokyakarta: Aditia Medika

Dinas. (n.d). Retrieved Desember 19, 2017, from http: //Kbbi.web.id

Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi


Pembanguna Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. PT Refika Aditama:
Bandung

Eko Handoyo dkk.2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu


Sosial Negeri Semarang

Hamonangan Singgalingging. 2008. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Educatioan). Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan UNNES.

Heru Nugroho. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Pemberdayaan, Yogyakarta:


Aditiya Media

Hur Hayati. 2015. Perilaku Pencarian Informasi oleh Mahasiswa Tunanetra (Studi
Kasus di IAIN Imam Bonjol Padang). Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

IAIN Imam Bonjol Padang. 2015/2016. Buku Pedoman Akademik IAIN Imam Bonjol
Padang. Padang: IAIN Imam Bonjol Padang

Jalaluddin Rakhmat.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstuktur Teori
dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI

Keputusan Mentri Sosial Republik Indonesia No. 146/HUK/2013 tentang penetapan


Kriteria dan Pendapatan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu

M.Ali Hasan, 2006. Zakat dan Infaq. Jakarta: Kencana

Mas’oed Mochtar. 1994. Polotik, Birografi dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Masdar F. Mas’udi, 2005. Menggagas Ulang Zakat. Bandung: Mizan

Muh. Ridwan Mas’ud, 2005. Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan Umat.
Yogya: UII Press

Muhtadi Ridwan. 2012. Gelita Ekonomi Islam: Memangkas Kemiskinan, Mendorong


Perubahan. Malang: UIN Maliki Press

Mukham, Kepala BPS Petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan wawancara
Pribadi 20 February 2017 Solok Selatan

Nurafni Dahlia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akaik


di Karang Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang. Skripsi mahasiswa IIP
Fakultas Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Pawit M Yusup. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi


Retriveal. Jakarta: Kencana

Pengertian-masyarakat-miskin.(2011,02) Retrieved February 28, 2017, from html:


http://masyarakatmiskin.blogspot.co.id

Perilaku Pencarian dalam memenuhi Kebutuhan Informasi bagan 2. (2009,01 10).


Retrieved Desember 19, 2016, from http://encangsaepusin.wodpress.com

Putu Laxman Pendit. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta:
JIP-FSU

Racman Hermawan. 2006. Etika Kepustakawan Suatu Pendekatan Terhadap Kode


Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Rafika Sastra. 2014. Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra di


Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sarlito W. Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pres

Sherly Octavia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Menggunakan Ansroid Studi


Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas
Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sidi Gazalba, 1985. Ilmu Islam2: Asas Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Siti Rozinah. 2012. Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Dalam Penulisan
Skripsi (studi kasus di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
(STAINU) Jakarta). Depok. Tersedia Pada (http://lontar.ui.ac.id) diakses pada
tanggal 21 April 2017.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunyoto usman. 2012. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyarta:


Pustaka Pelajar

Widya Yusrina.2015. Perilaku Pencarian Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang
Dalam Memilih Perguruan Tinggi. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab Dan
Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Widyana Dewi Kartika. 2011. Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi


Peneliti: studi kasus di mahkamah konsitusi Republic Indonesia. Semarang.
Teredia pada (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip/issue/view/10)
diakses pada tanggal 15 April 2017.

Wiji Suwarno. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA Group.

Yusuf Qardhawi. 2002. Hukum Zakat. Jakarta: Lintera Internusa


Dokumentasi

Kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok


Selatan
Peneliti bersama Bapak Kabid Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

Peneliti besama Bapak Kasi dibidang Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
Peneliti bersama ibu staf bidang sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
PEDOMAN WAWANCARA

Teori David Ellis

No Indikator Instrumen Wawancara


1 Starting a. Apa persiapan yang Bapak/ibu lakukan sebelum melakukan pengumpulan data masyarakat miskin
di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Bagaimana upaya/ langkah apa yang Bapak/ibu lakukan untuk mendapatkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
2 Chaining a. Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam mengumpulkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan (misal: personal/ahli/lembaga dll).?
3 Browsing a. Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang bapak butuhkan dalam mengumpulkan data
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Apa kriteria masyarakat miskin yang Bapak/ibu gunakan dalam menyempurnakan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan?
4 Differentianting a. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber yang paling kongkrit ?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/ mencocokan data yang di peroleh ?
5 Monitoring a. Bagaimana bapak/ibu memantau/ monitoring data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?
6 Extacting a. Siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Siapa informan yang memberikan data yang konkrit tentang data masyarakat miskin?
7 Verifying a. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ibu peroleh telah sesuai yang diinginkan?
b. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ peroleh sesuai dengan di lapangan?
8 Ending a. Apa yang selanjutnya Bapak/ibu lakukan setelah informasi tenang data masyarakat miskin
didapatkan?
9 Faktor a. Faktor apa yang mempengaruhi Bapak/ibu dalam mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Penghambat Selatan?
b. Apa kendala Bapak/ibuk dalam mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI OLEH PETUGAS DINAS SOSIAL
TENTANG MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN
SOLOK SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Sebagai Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Pada Jurusan Sejarah
Kebudayaan Islam Konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Oleh:

SUSI UTAMI
1311020140

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)


KONSENTRASI ILMU INFORMASI PERPUSTAKAAN (IIP)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN IMAM BONJOL PADANG
1438 H/2017 M
   
karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Qs. Alam Nasyrah: 5-8).

Kata-perkata yang tak dapat mengungkapkan segalanya

Cintamu, kasihmu, yang meneggakkan anakmu sampai detik ini

Harapanmu seperti biji padi

Segala isi dunia kau berikan untuk ku

Doa yang selalu menyertai langkahku

Sebongkah harapan terpancar diwajahmu

Untuk mengabulkan sepercik impian

Hujan, panas, badai, yang menerjang langkah-langkah kecil ini

Karana cinta dan kasihmu ku masih berdiri sampai saat ini

Matahari tak kan bersinar setetah malam, pelangi tak kan muncul setelah
hujan, Begitu pun hidup ini tiada arti kebahagiaan tanpa didahului
kepahitan

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup yang selalu


memberikan segalanya cinta, kasih dan sayang, mendampingi saat suka
dan duka, selalu mendampingi saat ku lemah tak berdaya Ayahanda dan
Ibunda tercinta yang selalu mendoakan untukku dalam setiap sujudnya.

Terima kasih Ayahnda dan Ibunda tercinta


KATA PENGANTAR

   


Puji sykur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis bisa menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “ Perilaku Pencarian Informasi Oleh Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan’’ .

Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun

umatnya untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berkat kemudahan

dan izin Allah, dan bantuan semua pihak akhirnya penulisan skripsi ini bisa

diselesaikan.

Penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan ucapan

terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda tercinta Sujinah dan

Ayahanda Sutamto yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu

menyayangi Ayahanda dan Ibunda dunia akhirat, juga buat adik-adik penulis

Cindy Sutanti, Vigo Trio Utama dan Nesa Riski Utami yang selalu memberi

dukungan agar penulis tetap semangat menyelesaikan skipsi ini. Semoga

Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

i
Melalui kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini:

1. Rektor UIN Imam Bonjol Padang Bapak Dr. Eka Putra Wirman, Lc.,M.A.

beserta jajaran Wakil Rektor UIN Imam Bonjol Padang.

2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Bapak Dr. H Yufni Faisol, M.A

beserta jajaran Wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

3. Ketua Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Bapak Muhammad Ilham,

S.Ag., M. Hum dan Sekretaris Jurusan Ibu Lisna Sandora, M.pd

4. Dosen Penasehat Akademik (PA) Bapak Muhammad Ilham, S.Ag,S.sos,

M. Hum yang telah memberikan ilmu, dukungan, dan arahannya selama

masa perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Arwemi, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Erida, M.Pd

selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, dan memberikan

bimbingan, arahan, dan sumbangan pemikiran sehingga penulis bisa

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suhefri, M.Ag dan Bapak Muntasir, M.Hum selaku penguji

yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini

7. Bapak Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, Bapak Kepala Bidang Sosial beserta staf yang

ii
dengan ikhlas memberikan data dan dukungan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak/Ibu pegawai

Akademik dan Kemahasiswaan (AKAMA) Fakultas Adab dan

Humaniora, dan Bapak/Ibu pegawai Perpustakaan UIN Imam Bonjol

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menggunakan buku-

buku sebagai bahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Ucapan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan jurusan

SKI Khususnya angkatan 2013, Yurnani, Melda, Bulan, Lilis, Dona, Utia,

Rolis dan yang lainya yang tidak bisa disebutkan semua. Dan teman kost

Kak Nova, Vita,Vina, Ilda, Rika, Sari, dan yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan terimakasih yang dapat

penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas atas segala amal

kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk

menyelesaikan studi yang penulis jalankan Amiin Yarabbal’Alamin.

Padang, 02 Agustus 2017


Wassalam

Susi Utami

iii
ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas


Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan disusun oleh Susi
Utami, Bp: 1311020140 Jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang. Permasalahan pokok yang
dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana perilaku pencarian informasi petugas
Dinas Sosial dalam mencari informasi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Selatan dengan menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang
dimulai dari Starting dan diakhiri dengan ending. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan perilaku pencarian informasi petugas Dinas Sosial tentang
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan. Peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data
melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
sampel diambil secara pusposive sumpling dari Kabid Sosial, Kasi Sosial dan staf
bidang Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari
Kabupaten Solok Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi oleh
petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sesuai
dengan perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 ada beberapa tahap yang tidak
dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan yaitu browsing,
differentiating, dan extracting. Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan
berbeda. Dua informan melakukan ending dengan menyerahlan hasil pencarian
informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara satu
informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.

Kata Kunci: Perilaku Pencarian Informasi

iv
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................................ 5
C. Penjelasan Judul ....................................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8
E. Tinjauan Kepustakaan .............................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi .................................................................................14


1. Pengertian Informasi ......................................................................14
2. Sumber Informasi ..........................................................................15
B. Perilaku Pencarian Informasi ...................................................................17
C. Model Perilaku Pencarian Informasi ........................................................20
D. Masyarakat Miskin ...................................................................................29
1. Pengertian Masyarakat Miskin ......................................................29
2. Ukuran-Ukuran Kemiskinan ..........................................................44
3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan.......................................................44

v
BAB III: METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian.....................................................................................46
B. Jenis Dan Metode Penelitian ....................................................................46
C. Populasi dan Sampel ................................................................................47
D. Sumber Data .............................................................................................49
1. Primer ............................................................................................49
2. Skunder ..........................................................................................49
E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data .......................................................49
1. Observasi .......................................................................................50
2. Wawancara ....................................................................................50
F. Teknik Analisis Data ................................................................................51
1. Reduksi Data (Data Reduction) .....................................................51
2. Penyajian Data (Data Diaply)........................................................52
3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification) .......................52
G. Waktu Penelitian ......................................................................................53

BAB IV: PEMBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan ........................................................................54


A. Gambaran umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan ..........................................54
B. Profil Informan ..............................................................................60
C. Perilaku Pencarian Infomasi Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan ...........................61
D. Hambatan dalam Pencarian Informasi ...........................................73
II. Pembahasan .............................................................................................75

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................78

vi
B. Saran...............................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Struktrur Organisasi Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari


Kabupaten Solok Selatan

Dokumentasi

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur

Provinsi Sumatera Barat. Sebelumnya, kabupaten ini merupakan bagian dari

Kabupaten Solok. Setelah kemerdekaan, muncul wacana pembentukan sebuah

kabupaten yang meliputi sebagian wilayah Solok Selatan saat ini. Hal ini ditandai

dengan diadakannya Konferensi Timbulan pada tahun 1950-an. Saat itu digagas

rencana pembentukan sebuah kabupaten dengan nama Kabupaten Sehilir Batang

Hari yang meliputi wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Pantai Cermin, Sungai

Pagu dan Sangir. Namun pada saat otonomi daerah keinginan tersebut baru

terwujud dengan nama Kabupaten Solok Selatan, yang diresmikan bersama 23

kabupaten baru lainnya di Indonesia, yaitu 7 Januari 2004 dengan Undang-

Undang Nomor 38 Tahun 2003.

Matapencarian masyarakat Solok Selatan umumnya berprofesi sebagai

petani, namun ada juga sebagian kecil berprofesi sebagai pedagang dan PNS.

Dari usaha yang mereka lakukan untuk memenuhi kehidupan keluarga atau

rumah tangga, masyarakat Solok Selatan umumnya memiliki penghasilan rendah

dibandingkan dengan penghasilan masyarakat di kabupaten lainnya di Sumatera

Barat. Kabupaten Solok Selatan menduduki peringkat 9 dari 12 kabupaten

lainnya di Sumatra Barat dalam hal pendapatan asli daerah.

1
2

Mengacu pada keputusan menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister

berasal dari rumah tangga yang memiliki kriteria:

1. Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber mata


pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar.
2. Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
3. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga medis,
kecuali puskemas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
4. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap
anggota rumah tangga.
5. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang
SLTP
6. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan
kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah usang/
berlumut atau tembok tidak diplaster.
7. Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi tidak
baik/ kualitas rendah.
8. Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
9. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau
listrik tanpa meteran.
10. Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2 / orang dan
11. Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ lainnya.

Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang

tidak memiliki akses prasarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas

perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan serta mata

pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu


3

dimensi politik, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan

dimensi aset ( P2 KP, Pedoman Umum, 2004:1).

Penanganan masalah sosial menurut Pendit (2003:33) adalah tugas Dinas

Sosial untuk membantu mayarakat seperti dalam hal: pembinaan organisasi,

pengembangan kelembagaan, bantuan sosial dan penanggulangan kemiskinan

serta rehabilitas sosial. Untuk membantu masyarakat yang membutuhkan

bantuan seperti bantuan sosial yang diberikan Dinas Sosial kepada masyarakat

Dinas Sosial harus mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang masyarakat

yang memerlukan bantuan dari Dinas Sosial. Informasi adalah serangkaian sinyal

atau pesan-pesan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, terlepas dari

atau sedikit berkaitan dengan proses kognitif.

Perilaku pencarian informasi merupakan suatu kegiatan seseorang untuk

mendapatkan informasi. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang

membutuhkan informasi baik untuk kebutuhan sosial, ekonomi, ilmu

pengetahuan, pendidikan, keagamaan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan

informasi tersebut maka seorang akan mencari informasi dengan menggunakan

berbagai sumber informasi. Menurut Wilson, (dalam Pendit, 2003:29) Perilaku

Pencarian Informasi (Information Seeking Behavior) merupakan upaya

menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk

memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja berinteraksi

dengan sistem informasi misalnya surat kabar, majalah, perpustakaan atau yang

berbasis komputer (misalnya WWW). Teori Perilaku Pencarian Informasi


4

tergolong dalam teori modern yang kemudian berkembang menjadi teori model

perilaku informasi manusia dan kebutuhan informasi.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 20

Februari 2017 di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan diperoleh informasi bahwa tugas Dinas Sosial adalah

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi di

bidang Sosial seperti: pemberdayaan dan rehabilitas masyarakat miskin,

perlindungan dan jaminan sosial, dan rehabilitas PMKS. Hal ini tertuang dalam

peraturan pemerintah Kabupaten Solok Selatan No 22: tahun 2005 tentang

Struktur Organisasi Dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari dalam pasal 12 yang berbunyi “ memberikan

bantuan sosial kepada peran sosialnya akibat bencana alam, bencana sosial

akibat lainya seperti kemiskinan , telantar dan cacat’’. Selanjutnya dari Dinas

Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

diperoleh data tentang jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

sebagai berikut:

No Jumlah
Nama Jumlah Penduduk Persentase
Kecamatan Penduduk miskin

1 Kecamatan Sangir 40.615 3.717 9,15%

2 Kecamatan KPGD 12.660 1.039 8,20%

3 Kecamatan Sungai Pagu 16.846 1.028 6,10%


5

4 Kecamatan Sangir Balai 16.858 1.132 6,71%


Janggo
5 Kecamatan Sangir Jujuan 30.949 2.674 8,64%

6 Kecamatan Sangir Batang 15.317 2.093 13,66%


hari
7 Kecamatan Pauh Duo 23.657 2.539 10,73%

Jumlah 15902 14.539 63,19%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa masyarakat Kabupaten Solok

Selatan 63,19% tergolong masyarakat miskin, walaupun dari segi pembangunan

daerah Kabupaten Solok Selatan telah mengalami perkembangan sejak 13 tahun

yang silam, akan tetapi pembangunan dan kesejahteraan belum seperti yang

diharapkan masyarakatnya. Melihat dari kondisi ini penulis tertarik untuk

mengungkapkan Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan di atas maka yang

menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi

Petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi maka penulis

membatasi masalah dengan batasan masalah sebagai berikut:


6

1. Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Faktor apa saja yang menghambat Petugas Dinas Sosial dalam mencari

informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

C. Penjelasan Judul

Judul dari penelitian ini adalah Perilaku Pencarian Informasi Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan. Agar

tidak terjadi kesalah pahaman dan lebih teratahnya penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini, yaitu:

Perilaku Pencarian Informasi : Wilson (dalam Putu Laxman Pendit, 2003:29)

perilaku pencarian informasi ( informasi searching

behavior) merupakan upaya menemukan informasi

dengan tujuan tertentu sebagai akaibat dari adanya

kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Sedangkan maksud dari penulis adalah perilaku

petugas Dinas Sosial mencari informasi tentang

masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan

informasi.

Petugas Dinas Sosial : Petugas adalah seseorang yang melaksanakan tugas

pelayanan pada Tugas Pokok dan Fungsi, instansi

tempat bekerja sedangkan di dalam KBBI

disebutkan Dinas adalah bagian Kantor Pemerintah


7

yang mengurus pekerjaan tertentu, dan sosial

adalah berkenaan dengan masyarakat. Jadi petugas

Dinas Sosial merupakan kegiatan profesional untuk

membantu individu-individu kelompok-kelompok

dan masyarakat guna meningkatkan atau

memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi

sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang

memungkinkan mereka mencapai tujuan.

Masyarakat Miskin :Masyarakat miskin merupakan dimana kondisi

masyarakat yang dibawah standar kelayakan baik

dari segi politik, sosial , lingkungan, ekonomi dan

aset. kriteria miskin yang di terapakan dalam

keputusan menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan

orang tidak mampu.

Jadi yang dimaksud dengan judul dari skripsi ini adalah perilaku petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dalam

usaha mereka mencari dan menemukan informasi mengenai masyarakat miskin

di Kabupaten Solok Selatan.


8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan saya teliti adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mendeskripsikan perilaku pencarian informasi petugas Dinas

Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

b. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menghambat petugas Dinas Sosial

dalam mencari informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Peneliti, untuk mengembankan ilmu pengetahuan, menambah wawasan

dibidang ilmu perpustkaan kususnya dibidang kebutuhan informasi serta

dapat mengembangkan perilaku pencarian informasi dan data yang

mendukung dibidang pencarian informasi

b. Pembaca, sebagai pedoman dan pembanding untuk jenis penelitian yang

sama dan dalam objek yang berbeda.

c. Bermanfaat bagi petugas Dinas Sosial itu sendiri.

E. Tinjauan Kepustakaan

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Perpustakaan Adab dan

Humaniora, Perpustakaan Pusat IAIN Imam Bonjol Padang, penelitian yang

berhubungan dengan perilaku pencarian informasi antara lain:


9

1. Rafika Sastra, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI kosentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi pada tahun 2014 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Pemustaka Tunanetra di Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana perilaku pencarian informasi tunanetra di

perpustakaan Yayasan Tuah Sakato Kalumbuk.

Kesimpulan dalam penelitiannya adalah kebanyakan dari pemustaka datang

ke perpustakaan bukan keinginan sendiri untuk mencari informasi tetapi

tunanetra dari panti untuk belajar AL-Quran Brille. Perilaku yang ditujukan

pada saat pemanfaatan informasi yang didapat oleh pengguna yaitu

berdiskusi dengan guru atau dengan teman satu asrama. Pada skripsi ini teori

yang digunakan berdasarkan model perilaku menurut David Ellis. Untuk

mengumpulkan data menggunakan metode purposive sampling dengan

menemukan informasi kunci, dimana purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu.

2. Nur Hayati, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam Bonjol

Padang, jurusan SKI konsetrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan menulis

skripsi pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi oleh

mahasiswa Tunanetra (studi kasus di IAIN Imam Bonjol Padang) skripsi ini

membahas tentang pola perilaku pencarian informasi mahasiswa tunannetra

dalam mendapatkan sebuah informasi. Penulisan skripsi ini bersifat kualitatif

yaitu menjelaskan fenomena yang ada secara akurat yang ditemukan


10

dilapangan. Untuk mendapatkan data, sekripsi ini menggunakan alat

pengumpulan data berupa observasi dan wawancara dengan mahasiswa

tunanetra beserta teman yang membantu mereka mencari informasi dan

dosen. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan purposive sampling.

3. Widya Yusrina, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang Dalam Memilih Perguruan Tinggi

skripsi ini membahas tentang perilaku pencarian informasi siswa kelas XII

SMA N 1 Padang dalam upaya mereka memilih perguruan tinggi. Batasan

masalah dalam penelitian ini adalah apa kebutuhan informasi siswa kelas XII

SMA 1 Padang terkait dengan perguruan tinggi, bagaimana pola perilaku

pencarian informasi tentang perguruan tinggi, dan apa hambatan yang

diterima selama proses pencarian informasi tentang perguruan tinggi.

Penelitian ini megguankan model T.D Wilson 1981 dan model pencarian

informasi David Ellis 1997.

4. Nurafni Dahlia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akiak di Karang Ganting Kelurahan

Lubuk Lintah Padang. Skripsi ini membahas tentang kebutuhan informasi


11

dan perilaku pencarian informasi masyarakat pecinta batu akik di Karang

Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang serta sumber informasi yang

digunakan dengan menggunakan tahapan-tahapan pencarian informasi yang

dikembangkan oleh David Ellis.

5. Sherly Octavia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Menggunakan Android Studi Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang

skripsi ini membahas tentang pemanfaatan Android sebagai sarana-sarana

informasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan

pengambilan data berdasarkan snowball sampling. Pengumpulan data

penelitian ini, mahasiswa memenuhi kebutuhan informasi lebih

memprioritaskan android dalam melakukan pencarian informasi untuk tugas

kuliahnya, karena bagi informan mencari informasi dengan Android tersebut

lebih praktis, bisa dibawa kemana-mana selama jaringan internet bisa

diakases. Penelitian ini menggunakan model David Ellis yang terdiri dari

8(delapan) tahap yang berawal dari starting hingga ending.

Skripsi Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia dan

Sherly Octavia menggunakan model perilaku menurut David Ellis (1997), David

Ellis adalah seorang ilmuan sosial yang mengemukakan beberapa karakteristik

perilaku pencarian informasi dari para peneliti, yang menggambarkan

karakteristik dari peneliti sosial, science, dan engineering, jadi dalam penelitian
12

ini penulis juga menggunakan model perilaku pencarian informasi menurut

David Ellis (1997) yang berawal dari starting hingga ending.

Objek dan subjek penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia

dan Sherly Octavia berbeda sera hasil pembahasan dalam penelitian ini juga

berbeda. Dengan menggunakan teori yang sama dengan penelitian yang lain,

jelas bahwa proses dalam melakukan pencarian informasi yang terdapat dalam

penelitian ini juga berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dan teraturnya pembahasan ini maka sistematika

penulisan, penulis membaginya kedalam beberapa bab diantaranya :

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang berisikan latar belakang

masalah, rumusan, dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis, yang membahas tentang

informasi, perilaku pencarian informasi, dan Petugas Dinas Sosial.

Bab ketiga menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berisikan

tempat penelitian, jenis data dan metode penelitian, sumber data, teknik dan alat

pengumpul data, teknik analisis data dan waktu penelitian.

Bab keempat hasil penelitian, tentang bagaimana perilaku pencarian

informasi petugas Dinas Sosial untuk mendapatkan informasi data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


13

Bab kelima meupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-

saran penulis.

Selanjutnya adalah halaman yang berisikan lampiran-lampiran dan

dokumentasi dalam penelitian penulis.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi

1. Pengertian Informasi

Dewasa ini informasi sangat dibutuhkan oleh setiap orang baik informasi

yang ilmiah maupun informasi yang non ilmiah, Informasi juga bermanfaat

dalam memenuhi kehidupan sehari-hari setiap manusia. Informasi adalah suatu

rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang

dibuat. Estabrook, 1977:245 (dalam Pawit M Yusuf 2010:1). Informasi

merupakan suatu kumpulan data yang terstruktur yang telah dikomunikasikan

kepada orang lain agar dapat bernilai guna bagi orang tersebut. McFadden, dkk

(dalam Widyana 2011:3). Informasi juga diartikan kandungan yang terdapat

dalam berbagai bentuk dokumen (bahan pustaka). Pengembangan koleksi

(collection development) tidak didasarkan pada bentuk fisik, tetapi oleh

kandungan informasinya (contents).(Rachman Hermawan S 2006: 2). Dan ada

juga yang mengartikan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang

lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. (Jogiyanto 2005: 8)

Menurut Suwarno (2010) informasi adalah suatu kajian mengenai

pencetus, pemakai, penggunaan, karakteristik, dan distribusi rekaman gratis. Ilmu

informasi adalah kajian mengenai pencetus, pemakai, pengguna , karakteristik,

dan distribusi rekaman gratis. Konsep ilmu informasi ini berdasarkan Anggaran

Dasar ASIS Sulistiyo Basuki: 1991,11 (dalam Wiji Suwarno 2010:15)

14
15

Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang berupa fakta, data dan pengetahuan yang telah dikomunikasikan

dan dapat dimanfaatkan oleh orang yang menerimanya dan bernilai guna bagi

orang yang membutuhkannya.Dalam bidang ilmu informasi, informasi dan

kebutuhan informasi juga dikaji sedemikian rupa untuk menghasilkan hasil yang

lebih baik akan kebutuhan informasi manusia, agar bisa dihadirkan suatu layanan

yang memenuhi kebutuhan informasi. Istilah ini dekenal dengan istilah kajian

pemakai.

Didalam kajian ini para ahli mengenal istilah information

behavior(perilaku informasi). Istilah ini merupakan keseluruhan perilaku

manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku

pencarian dan pengguna informasi.Wilson 2000 (dalam Pawit M Yusup

2010:100) Kajian perilaku ini ditujukan untuk menganalisa unsur-unsur dan

hubungan perilaku manusia yang dapat membantu kita untuk memahami tingkah

laku manusia.

2. Sumber Informasi

Sumber informasi dapat diperoleh dalam dokomen dan non-dokumen.

Sumber informasi yang berupa dokumen dapat berbentu buku, jurnal, majalah,

hasil-hasil penelitian. Sedangkan sumber informasi non dokumen adalah

manusia. yakni teman, pustakawan,pakar atau spesialis informasi seperti yang

dinyatakan oleh Setiarso (1997:5-6) bahwa sumber informasi juga terdapat pada:
16

a. Manusia: manusia sebagai sumber informasi dapat kita hubungi baik

secara lisan maupun tulisan. Yang lazim digunakan untuk kontak

langsung dengan sumber ini ialah pertemuan dalam bentuk ceramah,

panel diskusi, konferensi, lokalkarya, seminar dan lain-lain.

b. Organisasi: Badan atau lembaga penelitian baik milik pemerintah maupun

suwasta yang bergerak dalam bidang sejenis merupakan sumber

informasi penting termasuk industri dan himpunan profesi. Mereka

memiliki kemampuan karena mempunyai fasilitas berupa tenaga peneliti,

peralatan atau laboraturium, perpustakaan dan jasa informasi yang

tersedia.

c. Literatur: Literatur atau publikasi dalam bentuk terbaca maupun mikro

merupakan sumber informasi atau publikasi dalam bentuk terbaca

maupun mikro merupakan sumber informasi yang cukup majemuk.

Literature dapat dikelompokan menjadi:

• Literatur primer: bentuk dokumen yang memuat karangan yang

lengkap dan asli. Jenisnya berupa makalah, koleksi karya ilmiah,

buku pedoman, buku teks, publikasi resmi, berkala, dan lain-lain.

• Literatur sekunder: disebut juga sebagai sarana dalam penemuan

abstrak, tinjauan literature, catalog induk, dan lain-lain.

Sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi. Sumber

informasi yang beraneka ragam bentuk ataupun wadahnya, perlu diatur atau
17

ditata dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan.

Informasi yang kita temukan sehari-hari bersumber darimana saja dan sumber

informasi tersebut adakalanya tidak memiliki tingkat relevansi yang tinggi.

B. Perilaku Pencarian Informasi

Perilaku informasi merupakan pola laku manusia terkait dengan

keterlibatan informasi, sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan,

memperlakukan, mencari dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran

sumber dan media penyimpan Putu Laxman Pendit (2003) yang mengulas

pendapat TD Wilson (2000) (dalam Pawit M Yusup 2010 : 100) menyusun

beberapa batasan tentang perilaku informasi dan aspek-aspek aksesorisnya.

Beberapa batasan di maksud sebagai berikut: perilaku infomasi (informasi

behavior), perilaku penemuan informasi (informasi seeking behavior), perilaku

pencarian informasi (informasi Searching behavior), dan perilaku penggunaan

informasi (informasi user behavior).

a. Perilaku informasi (informasi behavior)

Merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber

dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan

informasi baik scara aktif maupun secara pasif. Menontoan TV dapat

dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunkasi antar muka.

b. Perilaku penemuan informasi ( informasi seeking behavior)

Merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan sebagai

akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.


18

Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi

hastawi (surat kabar, sebuah perpustakaan) atau berbasis-komputer

(misalnya WWW).

c. Perilaku pencarian informasi ( informasi searcing behavior)

Merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang

ditunjukan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku

ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat

interaksi dengan komputer ( misalnya pengguna mouse atau tindakan meng-

klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya

pengunaan strategi bollenan atau keputusan memilih buku yang paling

relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan ).

d. Perilaku penggunaan informasi ( informasi user behavior)

Terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan

seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukan

dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya. (Putu Laxman

Pendit 2003:29-30.)

Wilson (2000:46) mengartikan perilaku (behavior) sebagai:

1. Tingkah laku yang ditimbulkan dari seseorang

2. Segala sesuatu yang dilakukan oleh benda hidup yang meliputi tindakan

dan respon terhadap stimulant.

3. Rospon seseorang, sekelompok orang atau spesies dari lingkungannya.


19

Perilaku pencarian informasi adalah upaya yang dilakukan oleh

seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku pencarian informasi

merupakan tindakan mecari informasi. Baik dari segi tingkat kebutuhan yang

berbeda maupun dari kemampuan pengguna. Perilaku pencarian informasi

berhubungan erat dengan kebutuhan informasi. Wilson Juga menjelaskan

bahawa perilaku pencarian informasi adalah perilaku pencarian inrformasi

(informasi searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem,

baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau

tindakan meng-klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental

(misalnya penggunaan strategi Bollean atau keputusan memilih buku yang

paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan).

Wilson (2000) menyatakan bahwa perilaku pencarian informasi tidak

hanya ditimbulkan oleh hal-hal yang bersifat kongitif atau berhubungan

dengan pemecahan persoalan (pengambilan keputusan), tetapi kebutuhan

seseorang untuk menjaga status yang dapat dipuaskan dengan perasaan miliki

lebih banyak pengetahuan tentang suatu topik dari bawahnya, jika akan

menimbulkan perilaku pencarian informasi. Namun pendapat Buckland

(1988) menyatakan bahwa perilaku informasi baru timbul, pada saat

kebutuhan informasi seseorang telah diekspresikan dalam bentuk permintaan.


20

Perilaku pencarian informasi terjadi karena adanya kebutuhan

informasi yang dirasakan seseorang. Kebutuhan tersebut bisa disebabkan oleh

desakan diri yaitu untuk mewujudkan kepuasan dirinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pencarian informasi adalah pencarian informasi, keadaan /

masalah informasi, bidang pengetanuan, sistem penelusuran dan hasil yang

didapat. Perilaku pencarian informasi yang akan diteliti lebih ditekankan pada

persepsi responden memenuhi kebutuhan informasinya serta alasan pemilihan

sumber-sumber informasi yang dipergunakan.

C. Model Perilaku Pencarian Informasi

Behavioral model of informasion seeking strategies yang diperkenalkan

David pada tahun 1987 dari hasil analisis pola-pola pencarian informasi

dikalangan peneliti bidang ilmu-ilmu sosial. Hasil penelitian ini merupakan pola

pencarian informasi yang terdiri dari enam tahap yaitu: starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring dan extracting. Dalam model perilaku

pencarian informasi David Ellis 1997 (dalam Pawit M Yusuf 2010:105) juga

menjelaskan bahwa perilaku pencarian informasi adalah salah satu dari beberapa

jenis model perilaku pencarian informasi dan analisis mikro pencarian informasi

secara keseluruhan. Ellis mengembangkan teori ini dengan mengadakan

penelitian kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh objeknya, seperti mencari

bacaan, meneliti di laboratorium, menulis makalah, mengajar dan sebagainya

secara umum, Ellis (1989 dalam Wilson 1999) menjelaskan bahwa perilaku

penemuan informasi terdiri dari beberapa butir (ciri) yaitu:


21

1. Starting, “ the initial searc for information in which potentially relevan

sources are identified.”.

Merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan

sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan yang biasanya

dilakukan seseorang pengguan informasi saat pertama kali mencari tahu

tentang suatu bahasan tertentu. Contohnya: melakukan overview terhadap

literature-literatur yang ada dalam suatu bidang baru atau mencari tahu

orang-orang ahli dalam suatu bidang tertentu.

2. Chaining,”following (backwards to forward) chains of citations or orther

type of connections among materials”.

Artinya kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-

bentuk perujukan antar dokumen lainya. Mengikuti rangkaian kutipan-

kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar bahan

informasi (literatur). Misalnya dengan menelusur daftar pustaka yang ada

pada sebuah literatur guna mendapatkan sumber informasi yang lain yang

membahas informasi yang sama.

3. Browsing, “semi-directed search in areas of potential interest, such as

scanning tables of contents indeces,and subject heading”.

Artinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah, di

wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk


22

dalm kegiatan kelompok ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal

atau menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

4. Differentiating,” assessing and filtering sources by examining, differences in

nature and quality’’.

Pemilihan menggunakan ciri-ciri dalam sumber informasi sebagai

patokan untuk memeriksa kualitas isi/ informasi. Kegiatan memilah dan

memilih bahan sumber informasi berdasarkan derajat kepentingan dan

ketetapan serta relebansinya dengan kebutuhan informasi, sehingga terpilih

bahan sumber informasi yang penting tepat dan palaing relevan.

5. Monitoring, “maintaining awareness of developments in a given subject

area by regular checking or key sources”.

Artinya yaitu kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

bersikenambungan atau dengan tetap dengan bertukar informasi dengan

rekan sejawat dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar

dalam bidang tertentu.

6. Extracting,“systematic examination of a particular source to extract

material of interest”.
23

Artinya secara sestematis menggali di suatu sumber untuk

mengambil materi/ informasi yang dianggap penting. Mengidentifkasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Ellis menyatakan bahwa enam butir di atas saling berkaitan untuk

membentuk aneka pola pencarian informasi, dan seringkali bukan merupakan

tahapan-tahapan yang teratur.

Starting

Extracting Chaining

Monitoring Browsing

Differentiating

Gambar 2: Perilaku Pencarian Informasi David Ellis (dalam Widyana, 2011).

Kemudian pada tahun 1993 model ini dikembangkan Ellis bersama

dengan Cox dan hasil penelitian bidang fisika dan kimia sehingga menghasilkan

delapan tahapan pencarian infomasi yang terdiri dari starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Berikut

ini kedelapan model pencarian informasi (Ellis,Cox dan Hall. 1993:359-365)


24

1. Starting

Starting merupakan titik awal pencarian informasi atau pengenalan

awal terhadap rujukan. Seringkali informasi ditemukan pada saat starting

merupakan topik penelitian yang dapat dikembangkan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut. Pada saat starting digunakan penelusuran sebagai

berikut:

a. Rujukan awal (starter references)

Rujukan awal merupakan titik awal untuk mendapatkan bahan rujukan

selanjutnya. Biasanya didapatkan dari atasan, teman sejawat atau dari

kumpulan catatan yang dibuat sendiri mengenai rujukan yang berhubungan

dengan topik yang diamati.

b. Tinjauan atau synopsis artikel (preview or synoptic articles)

Priview atau ulasan artikel digunakan tidak hanya sebagai sumber

rujukan menuju bahan primer tetapi juga sebagai kerangka untuk dapat

memahami isi dari bahan rujukan

c. Sumber sekunder (secondry resources)

Sumber sekunder seperti abstrak, indeks dan catalog subjek digunakan

untuk mencari informasi dalam rangka memilih topik penelitian yang

diamati oleh peneliti.

2. Chaining

Chaining diidentifikasikan sebagai hal yang penting pada pola

pencarian informasi. Kegiatan ini ditandai dengan mengikuti mata rantai


25

atau mengaitkan daftar literature yang ada rujukan inti. Chaining dapat dua

cara yaitu:

a. Backward chaining

Merupakan cara tradisonal yakni mengikuti daftar pustaka yang ada

pada rujukan inti, sehingga rujukan selanjutnya merupakan rujukan-rujukan

yang pernah disitir pada rujukan inti. Dengan melakukan cara mengaitkan ke

belakang, akan dihasilkan efek bola salju, sehingga hanya dengan

menggunakan satu rujukan inti saja akan didapatkan beberapa rujukan lain

yang tidak akan berbeda jauh dengan masalah yang dibahas pada rujukan

inti.

b. Forward chaining

Mencari rujukan lain berdasarkan subjek atau nama pengarang dari

rujukan inti yang telah ada dengan mengaitakan ke depan. Cara lain

dilakukan dengan menggunakan sarana bibliografi.

Ciri-ciri chaining adalah:

a. Mencari bahan rujukan berdasarkan daftar literature yang tertera pada

rujukan inti

b. Mencari bahan rujukan di luar daftar rujukan inti, akan tetapi tetap

berpedoman pada subjek atau pengarang yang ada pada rujkan inti.

3. Browsing

Merupakan tahap kegiatan yang ditandai dengan kegiatan pencarian

informasi dengan cara penelusuran semi terstuktur karena telah mengarah


26

pada bidang yang diamati. Kegiatan pada tahap ini efektif untuk mengetahui

tempat-tempat yang menjadi sasaran potensial ditelusuri. Browsingdapat

dilakukan dengan berbagai cara antara lain: melalui abstrak hasil penelitian,

daftar isi jurnal, jajaran buku, bahkan juga buku-buku yang dipajang pada

pemeran atau seminar.

4. Differentianting

Merupakan kegiatan membedakan sumber informasi untuk

menyaring informasi berdasarkan sifat kualitas rujukan. kriteria untuk

memilih rujukan yang akan digunakan adalah:

a. Topik

b. Pendekatan yang digunakan

c. Kualitas atau jenis perlakuan

Identifikasi sumber-sumber informasi terutama ditekankan pada

subjek-subjek yang dipilih dan selanjutnya akan mengabil bahan-bahan dan

topik yang diminati.

5. Monitoring

Merupakan kegiatan yang ditandai kegiatan memantau

perkembangan yang terjadi terutama dalam bidang yang diminati dengan

cara mengikuti sumber secara terataur. Monitoring dapat dilakukan dengan

cara yaitu:

a. Melaluai hubungan formal (informal contact)


27

Digunakan sebagai pra seleksi sumber dan bahan yang akan digunakan. Cara

ini merupakan ajang untuk bertukar informasi, baik dengan sejawat maupun

pakar bidang tertentu.

b. Membaca jurnal (monitoring journal)

Biasanya monitoring dilakukan terhadap sumber inti dalam jumlah

kecil tetapi telah terseleksi dan diikuti secara seksama. Misalnya beberapa

judul majalah yang dipilih sesuai dengan bidang yang diminati, diikuti

perkembangan setiap terbit, minimal dari judul-judulnya saja seperti pada

current content.

c. Monitoring Katalog (monitoring material published in book form)

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melihat daftar terbitan secara

berkala, preview atau bibliografi berkelanjutan dan melakukan akses berkala

ke perpustakaan.

6. Extracting

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terutama di perlukan pada

saat harus membuat tinjauan literature, sumber informasi yang digunakan

pada extracting ini adalah jurnal terutama jurnal-jurnal yang sudah standar,

catalog penerbit, bibliografi subjek, abstrak dan indeks.

7. Verifying

Ditandai dengan kegiatan pengecekan atau penilaina apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diingikan.

Sebagai pebandingan peneliti bidang ilmu sosial tidak melakukan tahapan


28

ini, berbeda dengan peneliti bidang fisika dan kimia yang melalui tahap ini

dengan melakukan pengujian untuk memastikan seandainya ada kesalahan-

kesalahan pada informasi yang diperoleh.

8. Ending

Tahap ending merupakan kategori perilaku yang tidak dijumpai pada

kajian Ellis (1987). Merupakan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian

Browsing

Starting Chaining Differentiating Extracting Verifying Ending

Monitoring

Gambar 2. Proses tahap perilaku pencarian informasi model dan dikomparasikan


dengan proses tahapan perilaku pencarian informasi model kuhlthau oleh Wilson
(1990). Sumber dari Natalya Godbold. (2006). Beyod informasi seeking: towards a
general model of information behavior information research, vol.11 No 4, july 2006
(dalam Siti Rozinah, 2012)

Dalam penelitan ini, model perilaku pencarian informasi yang digunakan

adalah model yang diuraikan oleh Ellis (1987) yang terdiri dari starting,

chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan

endingyang merupakan pola pencarian informasi peneliti ilmu-ilmu sosial.


29

D. Masyarakat Miskin

1. Pengertian Masyarakat Miskin

a. Masyarakat

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti yang seluas-

luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama

(KBBI). Masyarakat dapat pula diartikan sebagai semua kegiatan dalam

kehidupan bersama (Humonangan singgalingging, 2008:28). Masyarakat

dibentuk oleh indiviu-individu yang beradab dalam keadaan sadar.

Masyarakat mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas

masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup

bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau

dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup

bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok

manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Misalnya bangsa,

gologan dan sebagainya.

Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep Mayo, 1998:162

(dalam Edi Suharto 2010: 26) yaitu:

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama” yakni sebuah wilayah

geografi yang sama. Sebuah contoh, sebuah rukun tetangga,

perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah

pedesaan.
30

2. Masyarakat sebagai “ kepentingan bersama”, yakni kedamaian

kepentingan bersama pada masyarakat etis minoritas atau kepentingan

bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu sepertihalnya

pada kasus orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan kusus

(anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan

mental.

Defenisi masyarakat menurut Muthahhari (dalam Eko handoyo

2007:1) mengartiakan masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang

dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh

seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan tersatukan dan terlebur dalam

suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Yang dimaksud kehidupan

bersama adalah kehidupan yang didalamnya kelompok-kelompok

manusia hidup bersama-sama di suatu wilayah tertentu, terbagi iklim ,

berbagai identitas, berbagai kesenangan maupun kesediaan.

b. Miskin

Kata miski>n didalam al-Qur’an digandengkan dengan kata faqi>r

karenanya, dua istilah ini menjadi kajian khusus dalam melihat tolak ukur

miskin didalam al-Qur’an memakai beberapa kata dalam menggambarkan

kemiskinan, yaitu faqi>r, miski>n al sa>il, dan mahru>m. tetapi dua kata

yang pertama yang paling banyak disebut dalam al-Qur’an. Kata faqi>r

dijumpai dalam al-Qur’an sebanyak 12 kali dan kata miski>n disebut

sebanyak 25 kali. (Muhtadi Ridwan, 2012:31).


31

Tentang dua golongan ini para ahli berbeda pendapat, Abu Yusuf,

pengikut Abu Hanifah dan Ibnu Qasim, pengikut Imam Malik

mengatakan bahwa kedua golongan tersebut pada hakikatnya sama.

Sedangkan Yusuf Qardhawi memberikan perumpamaan bahwa kedua

kata tersebut seperti imam dan islam, kalau dukumpulkan terpisah, yakni

bila salah satu disebutkan sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai arti

buat kata yang sejajar. (Yusuf Qardhawi, 2002: 511)

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia miskin adalah tidak

berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).Sebagian

besar konsepsi mengenai kemiskinan sering diartikan dengan aspek

ekonomi, kemiskinan, sejatinya menyangkut pula dimensi material,

sosial, kultural, institusional dan sturktural ( Edi Suharto 2013: 15).

Dalam bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata sakana yang

berarti diam atau tenang, sedangkan kata masakin ialah bentuk jama’ dari

miskin yang menurut bahasa diambil dari kata sakana yang artinya

menjadi diam atau tidak bergerak karena lemah fisik atau sikap yang

sabar dan qana’h. ( Sidi Gazalba, 1985:134). Menurut al-fairuz abadi

dalam Al-Qamus “miskin” adalah orang yang tidak punya apa-apa atau

orang-orang yang sangat butuh pertolongan. Dan boleh dikatakan miskin

orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya.(Teungku Hasby

Ash-Shiddieqie, 2006:166) Dengan kata lain miskin adalah orang yang


32

hina karena fakir jadi miskin menurut bahasa adalah orang yang diam

dikarenakan fakir.

Sedangkan menurut Yasin Ibrahim sebagaimana yang

diungkapkan oleh M. Ridlwan Mas’ud dalam bukunya zakat dan

kemiskinan, instrument pemberdayaaan umat lebih luas lagi yaitu orang

yang tidak luas lagi yaitu orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Mereka kebalikan dari orang-orang kaya yang mampu

memenuhi apa yang diperlukan.(Muh. Ridwan Mas’ud,

2005:55)Sementara itu para ulama baik sahabat atau tabi’in berbeda

pendapat dan menafsirkan lafadh al-masakin dalam surat at-Taubah ayat

60:







Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
33

Kata miskin pada ayat di atas diartikan sebagai orang yang

mempunyai sesuatu tetapi kurang dari nisab, tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan mereka atau orang-orang yang memiliki harta tetapi

tidak mempu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa ada

bantuan.Ibnu Abbas menyatakan lain kata al-masakin diartikan orang

yang keluar rumah untuk meminta-minta. 7 Hal serupa juga diingkapkan

oleh Mujahid lebih lanjut ia menyatakan bahwa al-masakin adalah orang

yang meminta. Ibnu Zaid dalam menafsirkan al-masakin diartikan orang-

orang yang meminta-minta pada orag lain. Sedangkan menurut Qatadah

al-masakin adalah orang yang sehat (orang yang tidak mempunyai

penyakit) yang membutuhkan.

Pada riwayat lain disebutkan bahwa Umar menyatakan “bukanlah

orang miskin yang tidak mempunyai harta sama sekali, tetapi orang yang

buruk raganya” sementara ikramah menyatakan orang-orang ahli

kitab.Pengertian miskin sering disampaikan dengan fikir penjelasannya

adalah bahwa mengenai pengertian fakir dan miskin terdapat perbedaan

pendapat, yaitu sebagai berikut:Menurut Madzhab Hanafi, orang fakir

adalah yang memiliki usaha namun tidak mencukupi untuk keperluan

sehari-hari. Sedangkan orang miskin tidak memiliki tidak memiliki

matapencarian untuk mencukupi keperluan sehari-hari. Jadi keadaan

orang fakir masih lebih baik daripada orang miskin.Pendapat ini diperkuat

oleh Firman Allah dalam surat al-Balad ayat 16


34

:

Artinya: atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

1) Imam Abu Hanafiah memberi pengertian miskin adalah mereka yang benar-

benar miskin dan tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Imam Malik mengatakan bahwa fakir adalah orang yang mempunyai harta

yang jumlahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam

masa satu tahun.Imam asy-Syafi’i mengatakan bahwa fakir adalah orang yang

tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta dan usaha tetapi

kurang dari setengah kebutuhan hidupnya dan tidak ada orang yang

berkewajiban menggunakan biaya hidupnya.Imam Ahmad bin Hanbal

mengatakan bahwa fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau

mempunyai harta tetapi kurang dari setengah keperluannya. Sebagaimana kata

fakir, kata miskin pun mengalami pengertian yang bermacam-macam.Imam

Abu Hanafiah dan Imam Malik mengatakan bahwa orang miskin adalah orang

yang memiliki harta setangah dari kebutuhan hidupnya atau lebih tetapi

mencukupi. Ahli fikih sudah sama-sama mengadakan studi yang cukup

mendalam mengenai masala ini. Mereka sudah sepakat bahwa perbedaan

dalam hal ini tidak ada gunanya dalam arti zakat. Hal ini sebagai mana firman

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 273:


35





 

Artinaya:
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.

2) Ibnu Al-Arabi berpendapat sama saja antara fakir dan miskin yaitu orang

yang tidak mempunyai apa-apa. Abu Yusuf pengikut Abu Hanafiah dan Ibnu

Qasim pengikut Maliki juga berpendapat demikian.(M.Ali Hasan, 2006:95-

96).

Sementara itu Masdar F. Mas’udi mengatakan bahwa miskin menunjukan

pada orang yang secara ekonomi lebih beruntung daripada si fakir. Tetapi ia

tergolong orang-orang yang masih tetap kerepotan dalam memenuhi

kebutuhan hidup kesehariannya. (Masdar F. Mas’udi, 2005:115)


36

Dalam pengertian lain kemiskinan adalah salah satu bentuk ketidak

sejahteraan. Dalam al-Qur;an terdapat ayat-ayat yang menyebut tentang

kemiskinan dan petunjuk-petunjuk untuk mengatasinya. Namun dalam al-

Qur’an menyebutkan setiap orang yang memerlukan sesuatu sebagai fakir

atau msikin dan harus dibantu. Oleh karenaitu pengertian miskin tergantung

kepada ijtihad manusia yang selalu berubah dari masa ke masa, karena

ukuran-ukuran yang dipergunakan untuk merumuskan suatu makna yang

abstrak (seperti kemiskinan) selalu berubah-rubah.

c. Masyarakat Miskin

Untuk mengukur kemiskinanBPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Dengan

pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

yang diukur dari sisi pengetahuan. Jadi masyarakat miskin adalah

masyarakat yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di

bawah garis kemiskinan.

1) Kriteria Masyarakat Miskin

Kementerian Sosial Republik Indonesia menetapkan kriteria

dan pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu. Berdasarkan

keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor146/HUK/2013.

Fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister berasal dari

Rumah Tangga yang memiliki kriteria:


37

a) Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber


mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
b) Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk
memenuhi konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
c) Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga
medis, kecuali puskesmas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
d) Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai
jenjang SLTP
e) Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok
dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang
sudah usang/ berlumut atau tembok tidak diplaster.
f) Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk
setiap anggota rumah tangga.
g) Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
h) Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan
kondisi tidak baik/ kualitas rendah
i) Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik
atau listrik tanpa meteran.
j) Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2/ orang dan
k) Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ linnya.

Kriteria pengukuran kemiskinan menurut BKKBN. Pada awal

pemerintahan Orde Baru, data yang dipakai pemerintah, termasuk data

keluarga, terpencar dimasing-masing departemen sesuai dengan

kepentingannya. Sistem dan prosedurnya pun berbeda-beda antara satu

departemen dan departemen lainya sehingga sulit untuk digabungkan

menjadi data nasional.

Kemudian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

secara khusus mencatat dan melakukan pemantauan keluarga di


38

Indonesia dan hasilnya di kumpulkan dalam suatu pangkalan data yang

bersifat nasional. Sistem pendataan ini dilakukan secara konsisten

dengan pelaporan bulanan dari pusat kesehatan masyarakat

(puskesmas) kepada BKKN pusat, antara lain, tentang data jumlah

penguna konstrapepsi. Pada 1985 BKKBN mengembangkan sistem

pendataanya dan melakukan penggunaan kontrasepsi. Pada 1985

BKKBN mengembangkan sistem pendataannya dan melakukan survey

perencanaan keluarga nasional. Pada 1994 BKKBN menambah dua

bagia dalam surveinya, yaitu ukuran kesejahteraan keluarga dan

karakteristik demografi keluarga. Bagian kesejahteraan keluarga

digunakan untuk penargetan keluarga miskin yang dibagi dalam lima

kategori kesejahteraan, yaitu keluarga prasejahtera (Pra-KS), keluarga

sejahtera 1(K51), krluarga sejahtera 2(KS2), keluarga sejahtera 3

(KS3), dan keluarga sejahtera 3 plus (KS3 Plus).

Dalam penentuan kesejahteraan keluarga, BKKBN 23 indikator

yaitu:

a) Angota keluarga belum melaksanakan ibadah menurut agamanya


b) Seluruh anggota keluarga tidak dapat makan minimal dua kali
sehari
c) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk
di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
d) Bagian terluas dari lantai rumah adalah tanah.
e) Bila anak sakit, tidak dibawa ke sarana kesehatan
f) Angggota keluarga tidak melaksanakan ibadah agamanya secara
teratur
39

g) Keluarga tidak makan daging/ikan/telur minimal sekali


seminggu
h) Setiap anggota keluarga tidak memperoleh satu stel pakian baru
dalam setahun
i) Tidak terpenuhinya luas lantai luas rumah minimal delapan
meter pesegi per penghuni
j) Ada anggota keluarga yang sakit dalam tiga bulan terakhir.
k) Tidak ada anggota keluarga berumur 15 tahun keatas yang
berpenghasilan tetap
l) Ada anggota keluarga berumur 10-60 tahun ke atas yang tidak
bisa baca tulis
m) Ada anak berumur 5-15 tahun yang tidak bersekolah
n) Jika keluarga telah memiliki dua anak atau lebih, tidak memakai
kontrasepsi
o) Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan agamanya
p) Sebagian penghasilan keluarga ditabung
q) Keluarga minimal dapat makan bersama sekali dalam sehari dan
saling berkomunikasi
r) Keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
s) Keluarga melakukan rekrasi di luar rumah minimal sekali
sebulan
t) Anggota keluarga dapat mengunkan fasilitas transportasi lokal
u) Keluarga berkontribusi secara teratur dalam aktivitas sosial dan
v) Minimal satu anggota keluarga aktif dalam pengelolaan lembaga
lokal.

Data BKKBN ini telah digunakan dengan baik oleh pemerintah

maupun lembaga swasta untuk penargetan program seperti program

Takesra/kukesra, dan GN-OTA. Bahkan pada saat krisis ekonomi

1997/1998 data BKKBN digunakan untuk penargetan program-program

JPS, misalnya, program Operasi Pasar Khusus Beras oleh Badan Urusan

Logistik (Bulog).
40

UU No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskinPendataan

fakir miskin pasal 8,9,10 dan 11 antara lain :

• Pendataan fakir miskin pasal 8 yaitu:

a) Menteri menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk


melaksanakan penanganan fakir miskin
b) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
MENTERI berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga
terkait
c) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kegiatan statistik untuk melakukan pendataan
d) MENTERI melakukan verifikasi terhadap hasil pendataan yang
dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kegiatan statistik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3)
e) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
sekali
f) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) di
kecualikan apabila terjadi situasi dan kondisi tertentu yang baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
seseorang menjadi fakir miskin
g) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan oleh potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang
ada di kecamatan, kelurahan atau desa
h) Hasil verfikasi dan validasi sebagaimana dimaksud ayat (7)
dilaporkan kepada Bupati/Walikota
i) Bupati/ Walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada Gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
41

• Pasal 9

a) Seseorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif


mendaftarkan diri kepada lurah atau kepala desa atau nama lain
yang sejenis di tampat tinggalnya.
b) Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib
melaporkan setiap perubahan data anggota keluarganya kepada
lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat
tinggalnya.
c) Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib
menyampaikan pendaftaran atau perubahan sebagimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) kepada bupati/walikota melalui camat
d) Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
e) Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi
dan validasi terhadap pendaftaran dan perubahan sebagaimana di
maksud pada ayat (3)

• Pasal 10

a) Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi


informasi dan dijadikan sebagai data terpadu
b) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab Menteri
c) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dipergunakan oleh kementerian/ lembaga terkait dalam
penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh
masyarakat sesuai dengan ketetuntuan peraturan perundang-
undangan.
d) Kementerian/lemabaga yang menggunakan data terpada untuk
menangani fakir miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melaporkan hasil pelaksanaanya kepada Menteri
e) Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai
fakir miskin diberkian kartu indentitas.
f) Kementerian lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan
penerbitan kartu identitas diatur dengan peraturan menteri.
42

• Penetapan pasal 11

a) Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi yang


disampaikan kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal
8 ayat (9) dan pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri.
b) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan
bantuan dan/atau pemberdayaan.
c) Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang
sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan
oleh Menteri.

2) Klasifikasi Masyarakat Miskin

Kemiskinan berkaitan erat dengan sumber daya manusia

kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak berkualitas,

begitu pula sebaliknya. Penggolongan kemiskinan didasarkan pada

suatu standar tertentu, yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan

orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan kriteria ini paling

tidak ada tiga macam konsep kemiskinan, yaitu: kemiskinan absolute,

kemiskinan relative, dan kemiskinan subyektif.

Kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran

tertentu. lazimnya berorientasi pada kehidupan dasar anggota

masyarakat (sandang, pangan, papan). Masing-masing negara

mempunyai batasan kemiskinan absolute yang berbeda-beda sebab

kehidupan masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang


43

berlainan. Karena ukurannya dipastikan, konsep kemiskinan ini

mengenal garis batas kemiskinan. Pernah ada gagasan yang ingin

memasukkan pula kebutuhan dasar seperti: pendidikan, keamanan, dan

sebagainya, disamping kebutuhan fisik (Usman 2012:12).

Kemudian kemiskinan felative dirumuskan berdasarkan the idea

of relative setandard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan

waktu. Dasar pemikirannya adalah kemiskinan berbeda antara suatu

wilayah dengan wilayah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu

berbeda dengan waktu yang lainnya. Konsep kemiskinan semacam ini

lazimnya diukur dengan berdasarkan pertimbangan anggota masyarakat

tertentu, dengan berorientasi pada standar kelayakan hidup (Usman

2012:126).

Kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan

kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed

yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard.

Kelompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan,

boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin demikian pula

sebaliknya. Konsep kemiskinan semacam ini dianggap lebih tepat

apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan

cara atau strategi yang ekfektif untuk penanggulangannya. Perspektif

kultural merumuskan masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis:

individual, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individual kemiskinan


44

ditandai dengan sifat yang lazim disebut dengan a strong feeling or

marginality seperti: sikap parochial, apatisme, fatalism atau pasrah pada

nasib, boros, tergantung dan inferior (Usman 2012:128).

2. Ukuran-ukuran kemiskinan

Kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

melibatkan faktor ekonomi tetapi juga sosial, budaya dan politik. Untuk itu

tidaklah mengherankan apabila kesulitan akan timbul ketika fenomena

kemiskinan diobyektifkan dalam bentuk angka-angka. Dengan kata lain.

Tidak mudah untuk menentukan berapa rupiah pendapatan yang harus

dimiliki oleh setiap orang agar terhindar dari batas kemiskinan. Menurut

kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) dalam penanggulangan kemiskinan

absolute yaitu dengan menghitung pengeluaran rumah tangga untuk kosumsi

berdasarkan data Survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) ditetapkan

batas garis kemiskinan absolut adalah setara dengan tingkat pendapatan yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 2.100 kalori per orang plus

beberapa kebutuhan non-makanan lain, seperti: sandang, papan, dan lain-

lain. (Mas’oed Mochtar 1994:137).

3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan

Dimensi-dimensi yang terkait dalam kemiskinan. Pertama,

kemiskinan berdimensi ekonomi atau material, yaitu, papan, pangan,

sandang, perumahan, kesehatan dan lain-lain. Dimensi ini dapat diukur

dengan rupiah meskipun harganya akan selalu berubah-rubah setiap


45

tahunnya tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri. Kedua,

kemiskinan berdimensi sosial dan budayaseperti rendahnya pendidikan atau

adanya hambatan budaya misalnya, malas, mudah menyerah pada nasib dan

kurang memiliki etos kerja. Ketiga, kemiskinan berdimensi strukrtural atau

politis seperti kemiskinan yang terjadi disebabkan ketidakmerataan terhadap

sumberdaya karena struktrur dan peran seseorang dalam

masyarakat.Dimensi-dimensi kemiskinan pada hakikatnya merupakan

gambaran bahwa kemiskinan bukan hanya dalam artian ekonomi, tetapi

memperhatikan prioritas, sejalan dengan pembangunan nasional, bahwa

yang dikejar tidak semata-mata perubahan ekonomi melainkan juga

pembangunan kualitas manusia seutuhnya (Heru Nugroho 1995:26-31)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan dalam bab ini antara lain tentang tempat penelitian, jenis dan

motode penelitian, sumber data (data primer data sekunder), teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

A. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan lokasi yang dijadikan peneliti untuk

mendapatkan data dan fakta dalam memenuhi kebutuhan peneliti. Penelitian

yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin ini berlokasi di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

B. Jenis Dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian studi kasus yang

menggunakan Kualitatif Deskriptif, Menurut Sugiyono (2010:9) penelitian

kualitatif deskrptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. Sementara itu Nawawi dan Martini (1994:73)

mendefinisikan metode deskrptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan

46
47

objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan

kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Penelitian kualitatif

deskrptif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya

sesuai dengan pertanyaan penelitinya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata

apa yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperan, dan

bertindak).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:80), “populasi adalah wilayah generalisasi

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu. Ditetapkan oleh para peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua petugas Dinas

Sosial Kabupaten Solok Selatan yang berjumlah 25 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:81) “ sampel adalah sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan untuk

menetapkan jumlah sampel menurut Arikunto (2008:116) “ penentuan

pengambilan sampel sebagai berikut: apabila kurang dari 100 lebih baik

diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika


48

jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung

sedikit banyaknya dari:

a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,tenaga dan dana

b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal

ini menyangkut banyak sedikitnya dana

c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk

penelitian yang resikonya besar hasilnya akan lebih baik.

Informan dipilih berdasarkan teknik Purposive sampling dengan

menemukan informan kunci, dimana Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,

atau mungkin dia sebagai ahli kunci dari permasalahan yang kita kemukakan

sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Teknik Purposive sampling digunakan karena anggota sampel dipilih secara

khusus berdasarkan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 3 orang, 1 orang

pegawai Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten

Solok Selatan, yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala

seksi dan 1 orang pegawai dari staf Dinas Sosial bidang Sosial. Penulis

menjadikan Kabid Sosial sebagai orang yang paling tahu tentang persoalan yang

penulis kemukakan, sementara 2 informan yang lainya adalah kepala Seksi dan
49

pegawai/staf yang sudah lama menjabat dan berpengalaman tentang penelitian

ini.

D. Sumber Data

1. Primer

Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

primernya adalah kepala Seksi dan staf/petugas bidang Sosial Dinas Sosial,

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan yaitu

petugas yang bertugas melayani masyarakat miskin.

2. Skunder

Data sekunder adalah sumber yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber sekundernya

adalah kabid Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan.

E. Teknik Dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memenuhi

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini antara lain:


50

a. Observasi

Nasution, (dalam Sugiyono, 2012:226) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai

alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan

electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi

dengan jelas. Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono 2012:226) mengklasifikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),

observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (observation and covert

observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau

tersamar, karena peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyatakan

secara terus terang bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga objek

yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktifitas peneliti.

b. Wawancara

Sugiyono (2009:317) mengemukakan bahwa wawancara adalah

pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara. Wawancara


51

terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpul data, bila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul

data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara

terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul

data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data

dapat menggunakan pewawancara mempunyai keterampilan yang sama.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007), mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas

tersebut adalah reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

dan conclusion drawing/verificatioan Sugiyono (2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah analisis data yang dilaukan dengan memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Data yang diperoleh di dalam lapangan ditulis/diketik dalam

bentuk uraian atau laporan yang terperinci, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.
52

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian

data dimana penyajiannya dilakukan dalam bentuk uraina singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman

(dalam Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang

bersifat naratif.

3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification)

Langkah selanjutnya menurut Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono 2009:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnaya.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa data hasil

pengamatan dan data hasil wawancara. Data pengamatan didapat terutama

dari interaksi-interaksi antara penulis dengan informan.

Data wawancara dalam penelitian ini merupakan data utama yang

menjadi bahan utama dalam analisis untuk menjawab masalah peneliti,

wawancara dilakukan dengan wawancara terstruktur, dengan harapan

eksplorasi yang bebas, bisa menggali sebanyak mungkin informasi yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang dihasilkan dari

wawancara langsung diolah setiap kali wawancara, hasil wawancara


53

langsung dibuat rangkumannya, dan pertanyaan-pertanyaan inti dicatat

dalam reduksi transkrip wawancara. Untuk melengkapi data ini juga di

ajukan beberapa kali pertanyaan kepada informan di luar wawancara

informal, ini dilakukan untuk melengkapi apa yang sebelumnya

diwawancara kurang tereksplorasi dengan baik, dengan bagian penafsiran

data dapat dilakukan dengan baik.

Setelah semua infomasi dari hasil wawancara diperoleh, dilakukan

penafsiran data secara keseluruhan yang akan disajikan pada BAB IV.

Untuk menafsirkan perilaku pencarian informasi, penulis menggunakan

Model Perilaku Pencarian Informasi Ilmuan Sosial menurut David Ellis.

G. Waktu Penelitian

Agar penelitian ini memperoleh informasi dan data yang lengkap serta

untuk verifikasi maka penulis membutuhkan waktu 1 bulan, 19 Mei sampai 19

Juni di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan.
BAB IV
PEBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan

Bagian ini membahas semua tema yang diperoleh di lapangan tentang:

Gambaran umum Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, profil informan, Perilaku pencarian informasi petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dan

hambatan dalam pencarian informasi petugas Dinas Sosial.

A. Gambaran Umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan merupakan lembaga instansi pemerintah yang beralamat di Jln.

Poros Dua Kantor Bupati Timbulun Atas, Telp/Fax (0755) 7575155, Email:

Solsel. Satkerp3md @gmail.com. Kantor Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan .

1. Letak Geografis Kabupaten Solok Selatan

Kabupaten Solok Selatan berada pada jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang termasuk dalam daerah Patahan Semangka. Dengan luas

wilayah lebih kurang dari 3.590 km². Bila dilihat peta maka Posisi

54
55

kabupaten Solok Selatan tepat berada di bagian selatan Provinsi Sumatera

Barat dengan batas-batas wilayah di sekitarnya antara lain:

• Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Solok.

• Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Kerinci (Provinsi

Jambi).

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.

• Sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Dharmasraya

Ibu kota Kabupaten Solok Selatan adalah Padang Aro. Jarak antara

Padang Aro dengan Kota Padang adalah 166 Km. Secara administratif, sejak

tahun 2007 Kabupaten Solok Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu:

Sangir, Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, Sangir Batang Hari, Sungai Pagu,

Pauh Duo dan Koto Parik Gadang Diateh. Secara keseluruhan kabupaten ini

terdiri dari 39 nagari dan 215 jorong. Tiap kecamatan ini memiliki luas yang

bervariasi. Kecamatan terluas adalah kecamatan Sangir Batang Hari dengan

luas 752 km2 dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dengan luas 673 km2.

Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sangir Jujuan dengan luas 279 km2dan

Kecamatan Pauh Duo dengan luas 265 km2.

2. Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan

Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan di bidang Sosial diantarannya: Bidang Sosial,


56

Seksi Rehabilitas Sosial, Seksi perlindungan jamaina sosial dan Seksi

Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakair miskin.

a. Tugas-tugas Bidang Sosial

1) Bidang Sosial mempunyai tugas merumuskan kebijakan teknis,

penerimaan bimbingan teknis, melaksanakan program dan

pelayanan, serta pemantauan dan evaluasi dibidang Sosial

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Bidang Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyiapan rumusan kebijakan operasional di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan Sosial, jaminan Sosial,

pemberdayaan sosial dan penanggulangan fakir miskin

• Penyiapan bimbingan teknis dan supervise di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Rehabilitas

sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan

sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pelaksanaan tugas kedinasan yang diberikaan oleh pimpinan

sesuai bidang tugasnya.


57

b. Tugas-tugas Seksi Rehabilitas Sosial

1) Seksi Rehabilitas Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian

bimbingan teknis dan pemantauan serta evaluasi di bidang

Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Rehabilitas Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Rehabilitas Sosial mengacu

pada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Rehabilitas

Sosial

• Pengumpulan, pengelolaan dan evaluasi data di bidang

Rehabilitas Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Rehabilitas Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

c. Tugas Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

1) Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan penyusun dan pelaksanaan


58

kebijakan, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan serta di

bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial menyelenggarak

an fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Perlindungan dan Jaminan

Sosial mengacu paada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Perlindungan dan

Jaminan Sosial

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi data di bidang Perlindungan

dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

d. Tugas Seksi Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakir Miskin

1) Seksi Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan


59

pemantaua serta evaluasi di bidang Pemberdaayaan Sosial dan

Penanggulangan Fakir Miskin

2) Untuk melaksanaakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir

Miskin menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Pemberdayaan Sosial dan

Penanganan Fakir Miskin mengacu pada rencana kerja

Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Pemberdayaan

Sosial dan penanganan Fakir Miskin

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.


60

B. Profil informan

Informan merupakan objek utama dalam mendapatkan data. Untuk skripsi

ini peneliti mengambil 2 orang informan primer dan 1 orang informan sekunder.

Ketiga orang informan tersebut terdiri dari 2 pria dan 1 orang wanita, sekaligus

menjadi sampel dari jumlah total 25 orang pegawai Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan. 1 orang pegawai Dinas

Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan,

yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala seksi dan 1

orang pegawai dari staf.

Berikut profil masing-masing informan:

1. Nama : Diky Nanda Utama


NIP : 198211082005011006
Jabatan : Kabid Sosial
Lama Bekerja : 4 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Pakan Rabaa

2. Nama : Yulisman
NIP : 196501101989033010
Jabatan : Kasi
Lama Bekerja : 3 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Abai Sangir

3. Nama : Pepi Sutra Yani


NIP :-
Jabatan : Staf Bidang Sosial
Lama Bekerja : 10 tahun Pada Dinas Sosial
Alamat : Sungai Padi
61

C. Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang Masyarakat

Miskin di Kabupaten Solok Selatan

Dalam penelitian tentang perilaku pencarian informasi penulis

menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang terdiri dari 8

tahap yang dimulai dari tahap starting, chaining, browsing, differentiating,

monitoring, extracting, verifying, dan ending untuk menemukan informasi data

masyarakat miskin dan pengembangan atau publikasinya.

Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut:

1. Starting

Starting merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-

aktivitas yang memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang

dikategorikan sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan

yang biasanya dilakukan seseorang pengguna informasi saat pertama kali

mencari tahu tentang informasi.

Peneliti: Bagaimana upaya/langkah apa yang bapak/ibu lakukan untuk


mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “hal pertama yang kami lakukan untuk mendapatkan data


masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah kami mengacu kepada
BPS (Badan Pusat Statistik) yang di perbaharui dalam 1 kali dalam 5 tahun,
kewajiban kami adalah memverifikasi dan memvalidasi data tersebut minimal
1 kali dalam 1 tahun dan diharuskan 2 kali 1 tahun dan harus divalidasi setiap
tahunnya karena yang kita data masyarakat/ orang maka ia tidak statis atau
tidak tetap artinya akan naik akan turun setiap tahunnya akan berubah,
62

jangankan setiap tahun hitung bulan atau per 6 bulan bisa berubah, jadi harus
divalidasi data tersebut 2 kali dalam satu tahun”. (informan D)

“ berdasarkan Undang-undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan


Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin
berdasarkan kriteria orang fakir miskin dan tidak mampu berdasarkan basis
data terpadu kami mengacu data dari pendataan program BPS tahun 2011
yang berpedoman pada undang-undang No 8 tahun 2011 yang berdasarkan
peraturan Mentri Sosial No 8 tahun 2011 tentang pendata dan pengolahan data
penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS dan potensi kesejahteraan
sosial PSKS”. (informan P).

“ langkah awal yang kami lakukan untuk mendapatkan data kami mengacu
data pada data BPS yang di perbaharui 1 kali dalam 5 tahun. Berdasarkan
undang-undang No 11 tahun 2011 tentang kesejahteraan sosial dan undang-
undang No 13 tahun 2011 tentang fakir miskin”. (informan Y).

Informan menyatakan langkah pertama yang dilakukan oleh informan

adalah mengacu data masyarakat miskin dari BPS (Badan Pusat Statistik)

Kabupaten Solok Selatan berdasarkan undang-undang No 11 tentang

kesejahteraan Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang

penangana fakir miskin. Selama wawancara antara penulis dengan informan,

tampak jelas sekali oleh penulis bahwa informan begitu memahami betul

tentang apa yang digelutinya selama ini seperti halnya dalam pemaparan

informan terhadap data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Chaining

Chaining merupakan kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan

atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen lainya, mengikuti rangkaian

kutipan-kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar

bahan informasi (literature).


63

Peneliti: Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam


mengumpulkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “Sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan


Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), kita
di Solok Selatan ada namanya Tim Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan
Daerah, Kita juga bisa mengambil data dari Pak Jorong, Pak Wali dan Pihak
Kecamatan dalam rangka memvalidasi dan memverifikasi data BDT 2016”
(informan D)

“ sumber informasi yang kami dapat yaitu dari TKSK, TKSM, jorong, Wali
Nagari, kecamantan dari pedoman data BDT, STATISTIK, TP2K. yang akan
di data oleh TKSM dan TKSM karena merekalah yang akan mendata PMKS
dan PSKS” (informan P)

“sumber informasi dari berbagai sumber seperti dari BPJS, TKSK, TKSM,
TNP2K, jorong, walinagari, BDT, STATISTIK” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap Chaining ini Dinas Sosial

mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat miskin dari berbagai

sumber.

3. Browsing

Browsing atrinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah,

di wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal atau

menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

Peneliti: Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang yang bapak butuhkan
dalam pengumpulan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
64

Informan : “ Kita kalau di Dinas Sosial kita ada namanya TKSK (Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial
Masyarakat), TKSK ada di 7 kecamatan dan TKSM ada 39 Nagari dan
merekalah yang akan mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
bedasarkan PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial,
jadi TKSK dan TKSM yang akan mendata kerumah-rumah masyarakat’’
(informan D).

“ kami di Dinas sosial yang melakukan pendataan TKSK dan TKSM yang
intinya untuk melakukan pendataan merekalah yang akan mendata data
PMKS dan PSKS ini kami juga akan melakukan pendataan di bulan juli ini
setelah itu kami akan menvalidasi dengan mencocokan dengan data basis
terpadu dengan mengadakan koordinasi dengan Wali Nagari apakah data
masyarakat tersebut benar-benar miskin’’ (informan P)

“ ya seperti yang dikatakan pak Kabid dan buk pepi tadi kalau di Dinas Sosial
ini yang melakukan pendataan itu TKSK dan TKSM merekalah yang akan
mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ini mereka akan
mendata ke rumah-rumah masyarakat, TKSK dan TKSM tersebut yang akan
mendata masyarakat yang benar-benar tidak mampu” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap browsing ini yang mengumpulkan

data masyarakat miskin adalah TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat), yang

akan mendata ke rumah-rumah masyarakat miskin, berdasarkan

PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial.

4. Differentiating
Tahap differentiating merupakan tahap pemilihan menggunakan ciri-

ciri dalam sumber informasi sebagai patokan untuk memeriksa kualitas isi/

informasi. Kegiatan memilah dan memilih bahan sumber informasi


65

berdasarkan derajat kepentingan dan ketetapan serta relevansinya dengan

kebutuhan informasi, sehingga terpilih bahan sumber informasi yang paling

tepat dan paling relevan.

Peneliti: Apa yang Bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber informasi yang
paling relevan?

Informan: “

“ menjelang kita melakukan pendataan ini kita kan berkoordinasi dan


bersosialisasi dengan TKSK, TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK,
BAPEDA nya untuk mencocokan data-data berdasarkan kriteria orang miskin
kita masih mengacu pada kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional
yang akan dicocokan/diverifikasi benar tidaknya data tersebut” (informan D).

“ kita kan melakukan pendataan ini kita kan bersosialisasi dengan TKSK,
TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK, BAPEDA kita mencocokan
data-data, untuk kriteria fakir miskin kita belom bisa mengatakanya karena
kita berkordinasi dulu kita memakai kriteria nasional, kita mencocokan
dengan benar tidaknya data tersebut, data kami itu kita verifikasi dan
melakukan pengukuran dengan Wali Nagari antuk kecamatan dengan adanya
Wali Nagai, jorong, TKSM data tersebut dicocokan sesuai dengan hasil yang
dilapangan, setelah itu kita bisa menentukan orang itu miskin atu tidak
miskin” (informan P).

“ kita melakukan pendataan kita akan bersosialisasi dengan TKSK dengan


mengundang BPS, STATISTIK , BAPEDA yang akan mencocokan data-data
fakir mikin berdasarkan kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional”
(informan Y).

Tahap differentiating merupakan tahap penyeleksian dari berbagai

sumber yang telah di miliki, memilih sumber yang paling relevan dan tepat

untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan tema awal yang kita cari, seperti
66

yang dikatakan informan diatas bahwasanya informasi yang didapat

dimanfaatkan semua.

5. Monitoring

Monitoring artinya kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk dalam

kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

berkesinambungan atau dengan tetap bertukar informasi dengan rekan sejawat

dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar dalam bidang

tertentu.

Peneliti : Bagaimana bapak/ibu monitoring data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan?

Informan : “ cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari
Dinas Sosial, atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat
berfikir mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke
kita kadang bukan data yang sebenarnya, contoh “apakah bapak mempunyai
kebun atau ladang?, padahal dia punya tetapi karena yang mendata adalah
orang Dinas Sosial mereka akan bilang “oh gag ada pak, penghasilan bapak
sebulan berapa? , misalanya penghasilan sebulan orang miskin itu minimal
1000.000 rupiah, diatas satu juta tidak dikategorikan orang miskin misalnya,
karena Dinas Sosial yang mendata maka masyarakat mereka akan bilang pak
penghasilan saya cuma 1000.000 rupiah, makanya dalam mendata nanti kami
akan bekerjasama dengan pak jorong dan pak wali”. (informan D)

“ untuk memantau data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan


supaya tidak terjadi kekeliruan kami meminta bantuan jorong dan Wali Nagari
67

karena jorong dan Wali Nagarilah yang tahu persis keadaan masyaraktanya di
jorong tersebut”.(informan P).

“ ya itu tadi kadang kan masyarakat kita ini kalau ada pendataan bantuan
miskin mereka yang tidak miskin ikut menyertakan pendataan, seperti orang
itu mampu tetapi karena ada pendataan mereka bilang tidak mampu, untuk
pendataan ini supaya datanya persis dengan dilapangan kami disini ya minta
bantuan pihak jorong dan pihak Wali Nagari supaya datanya lebih akurat”
(informan Y).

Dalam monitoring bagi Dinas Sosial menurut penulis memang cocok

atau pantas untuk dilakukan, apalagi dalam pendataan masyarakat miskin

seperti bekerjasama dengan Jorong dan Wali Nagari yang selalu berhubungan

dengan masyarakat, sesuai dengan pernyataan informan diatas bahwasanya

tahap monitoring dilakukan dengan berdiskusi dengan pak jorong dan pak

wali apakah data tersebut sesuai dengan data yang di lapangan.

6. Extracting

Extracting artinya secara sestematis menggali di satu sumber untuk

mengambil materi/informasi yang dianggap penting mengidentifikasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah dapat di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Peneliti: siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan ?

Informan: “seperti yang saya katakana tadi informasi yang kami dapatkan
tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, kami mengacu
pada data BPS, dan informasi lainnya data dari TKSK dan TKSM , BPJS,
68

TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak


Wali dan dari pihak kecamatan.

“yang berperan dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok


Selatan ya data dari BPS, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan
Kemiskinan Daerah TKSK, TKSM, Karena TKSK dan TKSM lah yang akan
mendata masyarakt miskin di Kabupaten Solok Selatan dan dari jorong,
Nagari, Kecamatan” (informan P).

“seperti yang dikatakan pak kabid tadi informasi data masyarakat miskin di
Kabupaten Solok selatan datanya mengacu pada data BPS, dan yang lainya
seperti dari TKSK, TKSM, BPJS, TNP2K, Tim koordinasi penanggulangan
Daerah, seperti jorong, walinagari dan kecamatan” (informan Y).

Informan menyatakan bahwasanya untuk melengkapi informasinya

Dinas Sosial mendapatkan Informasi dari berbagai sumber diantaranya: data

dari BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, Pihak Jorong, Pihak Wali Nagari dan dari pihak

kecamatan. Karena sudah banyak sumber informasi yang didapatkan tentang

data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan telah merasa cukup.

7. Verifying

Verifying merupakan kegiatan pengecekan atau penilaian apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diinginkan.

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/mencocokan


data masyarakat miskin yang di peroleh ?

Informan: “Sebetulnya untuk pengecekan apakah data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan udah benar atau salah, sesuai informasi yang kami
69

dapat dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K,
Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak Wali
dan dari pihak kecamatan, kami akan melakukan pendataan lagi ke rumah-
rumah masyarakat, verifikasi yang memakai Basis Data Terpadu dari BPS
datanya dari BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembanguanan Daerah) data ini
yang akan dicocokan ke lapangan, nanti TKSK dan TKSM yang akan
mendata kerumah-rumah masyarakat.

“ setelah kita melakukan pendataan yang dilakukan oleh TKSK dan TKSM
kita melakukan pengukuran di Wali Nagari dan pihak kecamatan dengan
mencocokan semua data-data yang telah kita lakukan pendataan seperti data
STATISTIK, data BDT nanti kita akan mengklarifikasi kelapangan dengan
jorong. Kami akan menvalidasi data 2 kali dalam 1 tahun sampai data
kemiskinan ini terhapus” (informan P).

“ Kami melakukan pengecekan data tersebut apakah sudah benar atau tidak,
data yang kami peroleh dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM
, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak
Jorong,Pak Wali dan dari pihak kecamatan, kami akan menvalidasi ke rumah-
rumah masyarakat yang akan kami lakukan dalam 1 tahun 2 kali yang di
cocokan oleh TKSK dan TKSM” (informan Y).

Berdasarkan pernyataan informan di atas bahwa tahap verifying

dilakukan dengan mencocokan ke lapangan apakah informasi yang didapatkan

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sudah sesuai dengan

keadaan masyarakat yang sebenarnya. Sehingga dengan adanya pengecekan

ulang maka Dians Sosial akan mendapatkan data yang lebih akurat/benar

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

8. Ending

Merupakan kegiatan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian.


70

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan data masyarakat


miskin yang relevan di Kabupaten Solok Selatan ?

Informan:“Data yang telah kita dapat kami umumkan di Wali Nagari, sebelum
kita legalkan dengan SK pak Bupati, datanya kita tempel di Wali Nagari dan
kantor camat, nanti yang akan di umumkan oleh pak camat dan pak Wali
Nagari yang akan mengumumkan pada masyarakat, maksudnya jika ada
masyarakat yang protes, kita akan cek kelapangan berdasarkan pendataan dan
berdasarkan bukti-bukti dilapangan yang di dapatkan oleh TKSK dan TKSM
itu yang akan kita umumkan di kantor Wali Nagari dan kantor camat, dan
akhirnya akan keluar satu SK atau berbentuk peraturan Bupati tentang kondisi
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan data BPD (Badan
Permuawaratan Desa) dan BPS (Badan Pusat Statistik).” (informan D)

“setelah kita memperoleh data masyarakat miskin di Solok Selatan, setelah


kita validasi dan verivikasi data kita akan memapang data-data kemiskinan
Solok Selatan di setiap nagari, pernagarinya di kecamatan masing-masing
agar masyarakat melihat mana masyarakat miskin, mana masyarakat tidak
mampu, kami juga melakukan penempelen label ke rumah-rumah. Berarti
setelah data masyarakat Solok Selatan Oke kita akan membuat lampiran
nama-nama masyarakat miskin di Solok Selatan dan memberikan label-label
di setiap rumah-rumah sesuai dengan data yang ada”. (informan P).

“ setelah kami mendapatkan data tersbut, data tersebut akan di umumkan di


Wali Nagari, datanya di tempel di Wali Nagari dan kantor camat dan nanti
akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari dan pihak Kecamatan” (informan
Y).

Informan D dan inrorman Y menyatakan bahwasanya untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat dan akan di legalkan dengan SK

(surat keputusan) Bupati yang akan di temple di Wali Nagari dan kantor

camat yang akan di umumkan oleh pihak kecamatan dan dan pihak Wali

Nagari langsung kemasyarakat Kabupaten Solok Selatan. Sedangkan


71

informan P menyatakan hasil akhir data tersebut ditempelkan di rumah-rumah

masyarakat miskin.

Dari perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

msyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, sesuai dengan model perilaku

pencarian informasi David Ellis. Gambaran akhir dari perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan yang penulis kelompokan ke dalam bentuk kerangka diagram

berikut dibawah ini: Mengacu Pada data BPS

Sumber
Starting Informasi
Hasil akhir • BPJS
• Diserahkan • TNP2K
ke Wali
• BDT
Nagari &
Ending Chaining • STATISTIK
Camat
• PMKS
• Di tempel di
rumah-rumah • PSKS
• TKSK
• TKSM
• Jorong
Verifying Monitoring • Wali Nagari

Pengecekan ke rumah-rumah yang Monitoring bekerja sama dengan


dilakukan 1 tahun 2 kali Jorong dan Wali Nagari

1. Starting

Ketiga informan menyatakan langkah awal/pertama yang

dilakukan oleh informan adalah mengacu pada data masyarakat miskin

dari BPS ( Badan Pusat Statistik).


72

2. Chaining

Ketiga informan menyatakan pada tahap chaining ini petugas

Dinas Sisial mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat

miskin dari berbagai sumber.

3. Monitoring

Pada tahap monitoring ketiga informan menyatakan mereka

bekerjasama dan berdiskusi dengan pihak jorong dan Wali Nagari

apakah data tersebut cocok dengan yang di lapangan.

4. Verifying

Tahap verifying semua informan menyatakan mereka

mencocokan data masyarakat miskin dengan melakukan pengecekan

ulang ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan dalam 2 tahun

sekali.

5. Ending

Pada tahap ending dua informan menyatakan untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat yang akan di legalkan

dengan SK Bupati, yang akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari

dan Kecamatan kepada masyarakat sedangkan satu informan

menyatakan pada tahap ending hasil akhir dari data tersebut

ditempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.


73

Kerangka di atas merupakan gambaran dari tahapan teori David

Ellis yang penulis gambarkan kembali sesuai dengan perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dians Sosial tentang masyarakat miskin di

Kabupaten Solok Selatan.

D. Hambatan dalam Pencarian Informasi

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, seringkali seseorang mengalami

hambatan. Hambatan yang dialami oleh pencari informasi telah banyak dikaji

oleh beberapa ahli, salah satunya adalah Wilson (1997). Setiap orang akan

mengalami suatu hambatan dalam pencarian informasi. Hambatan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Peneliti: fakator apa yang menghambat bapak/ibu dalam pendataan masyarakat


miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan:

1. Faktor internal (faktor dalam organisasi)

“ kami disini Kekurangan tenaga TKSM dan TKSK yang dilapangan karena
39 nagari idealnya harus ada tenaga TKSM itu 50 orang, Cuma yang ada
sekarang baru 30 orang yang berada dan anggaran kami terbatas untuk
pendataan 2 kali satu tahun” (informan D)

“ kurangnya tenaga pendata , kurangnya kendaraan untuk pendataan TKSK


dan TKSM dan kami juga masih kekurangan tenaga TKSK dan TKSM, kita
di Solok Selatan 39 sembilan nagari dan kami masih kekurangan TKSK dan
TKSM “ (informan P)
74

“kami kekurangan tenaga TKSM dan TKSK untuk pendataan di lapangan,


tenaga TKSM kami sangat terbatas, dan dari segi anggaran, anggaran kami
sangat terbatas” (informan Y).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar organisasi)

“cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari Dinas Sosial,
atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat berfikir
mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke kita
kadang bukan data yang sebenarnya Jadi data yang mereka berikan bukan
data yang sebenarnya dan faktor wilayah/ kondisi wilayah,wilayah kita kan
masih banyak wilayah-wilayah yang tidak bisa dilalui kendaraan seperti
daerah lubuk ulang-aling butuh tenaga ektra untuk mendata masyarakat
miskin” (informan D)

“ dan dari segi wilayah yang wilayahnya yang curam dan kami akan
melakukan pendataan langsung rumah-kerumah’’ (informan P).

“ faktor yang meghambat ya itu faktor wilayah, liat saja wilayah kita masih
banyak daerah yang tidak bisa di lalui kendaraan, masih banyak wilayah
yang susah dijangkau, yang menyebabkan kami disini sulit untuk mendata
masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau ya seperti lubuk
ulang-aling dan wilayah-wilayah lain yang sulit dijangkau” (informan Y).

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa situasi tempat kegiatan

melakukan pencarian informasi merupakan penghambat berlangsungnya

pencarian informasi. Disamping itu lingkungan yang luas juga dapat menjadi

masalah penghambat (Wilson:2000). Dalam penelitian ini yang menjadi

hambatan adalah kondisi wilayah yang sulit dijangkau dan pola pikir masyarakat.

Terjadinya hambatan akan mempersulit pencarian informasi data masyarakat

miskin dan hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal dikarenakan banyak

faktor yang mempengaruhi Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


75

II. Pembahasan

Informasi yang peneliti peroleh di atas menunjukan bahwa dalam

melakukan proses pencarian informasi dengan menggunakan model perilaku

pencarian informasi David Ellis (1993) yaitu mulai dari tahap starting hingga

ending. Tahap starting merupakan tahap awal dalam proses perilaku pencarian

informasi. Menurut David Ellis, tahap awal ini adalah proses penentuan

pencarian informasi dalam melakukan pencarian informasi apakah

menggunakan kata kunci yang bersifat umum atau khusus, yang merujuk pada

rujukan awal, hal ini selaras dengan yang diungkapkan David Ellis yaitu

starting. Pada tahap Starting Dinas Sosial mengacu data masyarakat miskin

pada BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Solok Selatan

Tahap kedua yaitu chaining, maksudnya kegiatan yang ditandai

dengan mengikuti mata rantai atau mengaitkan daftar literature yang ada ke

rujukan kunci. Pada tahap pencarian informasi informan menggunakan

matarantai dari berbagai sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan), di Solok Selatan ada namanya Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, dari Jorong, Wali Nagari dan Pihak Kecamatan. Dari

berbagai sumber informasi yang diperoleh Dinas Sosial ini memudahkan

informan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pada tahap ini selaras

dengan ungkap Ellis bahwa dalam tahap ketiga yaitu browsing tahap ini
76

ditandai kegiatan mencari informasi yang terstruktur dan semi terstruktur, dan

dalam melakukan pencarian informasi informan harus bisa menentukan

subjek dari permasalahan yang ada, agar mudah dalam mendapatkan

informasi. Pada tahap browsing ini diungkapkan oleh informan bahwa pada

tahap ini tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial. Langkah selanjutnya

differentiating, pada tahap ini informan memilih referensi terhadap terhadap

informasi yang didapatkannya, pada tahap ini petugas Dinas Sosial

menggunakan semua informasi yang didapat. sedangkan Ellis menyebutkan

bahwa pada tahap differentiating merupakan tahap pemilihan terhadap

referensi yang akan digunakan untuk kebutuhan informasi. Tahap monitoring,

informan memilih-milih sumber informasi dengan tujuan memperoleh sumber

yang paling bermanfaat, informan menyatakan tahap monitoring dilakukan

dengan berdiskusi dengan pihak jorong. Selanjutnya tahap extracting ini

informan merangkum informasi yang didapatnya dan informasi tersebut akan

digunakan jika menurut mereka penting. Hal ini yang diungkap Ellis bahwa

pada tahap extracting ini adalah proses perangkuman informasi yang

didapatkan. Sedangkan Pada tahap ini petugas Dinas Sosial menyatakan

untuk melengkapi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

menyatakan mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Tahap ini tidak

sesuai dengan David Ellis


77

Tahap verifying adalah proses pengecekan kembali apakah informasi

yang didapatkan tersebut telah sesuai yang diinginkan pada tahap terakhir

yaitu ending, tahap ini merupakan tahap dimana semua proses pencarian,

pemilihan, penyeleksian dan pengecekan atau penilaian berakhir.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perilaku

pencarian informasi yang dilakukan oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dengan menggunakan model

perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 bahwasanya ada beberapa

tahap yang memang tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan yaitu browsing, differentiating, dan extracting. Sedangkan pada

tahap ending dari ketiga informan berbeda. Informan D dan Y melakukan

ending dengan menyerahlan hasil pencarian informasi masyarakat miskin

kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara informan P menempelkan

di rumah-rumah masyarakat miskin.


BAB V
PENUTUP

Dalam bab terakhir dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh

dari wawancara dan analisis data. Kesimpulan yang diambil ini merupakan jawaban

dari permasalahan yang sebelumnya dirumuskan di bab 1, selain kesimpulan, peneliti

juga memberikan saran-saran kepada pihak yang terkait.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan peneliti maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan:

1. Perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Sesuai dengan Teori

Pencarian informasi David Ellis 1993 tetapi ada beberapa tahap yang

tidak di lakukan yaitu browsing, differentiating, dan extracting.

Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan berbeda. Dua

informan melakukan ending dengan menyerahkan hasil pencarian

informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat,

sementara satu informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat

miskin.

2. Hambatan petugas Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan yaitu faktor internal dan eksternal.

78
79

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan memaparkan dalam bentuk

skripsi, maka penulis berharap sebagai berikut:

1. Petugas Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan sebaiknya secara langsung mengunjungi

masyarakat atau tanpa perantara sehingga data yang diperoleh sesuai

dengan kondisi masyarakat di lapangan.

2. kepada pembaca diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan

menggunakan metode atau teori perilaku pencarian informasi lainnya.

3. Dan kepada penulis sendiri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

menambah wawasan dibidang ilmu perpustakaan kususya dibidang

kebutuhan informasi serta dapat mengembangkan perilaku pencarian

informasi dan data yang mendukung dibidang pencarian informasi


DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto. 1996. Perangkap Kemiskinan: Problem dan Strategi


Pengentasannya dalam Pembangunan Desa. Yokyakarta: Aditia Medika

Dinas. (n.d). Retrieved Desember 19, 2017, from http: //Kbbi.web.id

Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi


Pembanguna Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. PT Refika Aditama:
Bandung

Eko Handoyo dkk.2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu


Sosial Negeri Semarang

Hamonangan Singgalingging. 2008. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Educatioan). Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan UNNES.

Heru Nugroho. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Pemberdayaan, Yogyakarta:


Aditiya Media

Hur Hayati. 2015. Perilaku Pencarian Informasi oleh Mahasiswa Tunanetra (Studi
Kasus di IAIN Imam Bonjol Padang). Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

IAIN Imam Bonjol Padang. 2015/2016. Buku Pedoman Akademik IAIN Imam Bonjol
Padang. Padang: IAIN Imam Bonjol Padang

Jalaluddin Rakhmat.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstuktur Teori
dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI

Keputusan Mentri Sosial Republik Indonesia No. 146/HUK/2013 tentang penetapan


Kriteria dan Pendapatan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu

M.Ali Hasan, 2006. Zakat dan Infaq. Jakarta: Kencana

Mas’oed Mochtar. 1994. Polotik, Birografi dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Masdar F. Mas’udi, 2005. Menggagas Ulang Zakat. Bandung: Mizan

Muh. Ridwan Mas’ud, 2005. Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan Umat.
Yogya: UII Press

Muhtadi Ridwan. 2012. Gelita Ekonomi Islam: Memangkas Kemiskinan, Mendorong


Perubahan. Malang: UIN Maliki Press

Mukham, Kepala BPS Petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan wawancara
Pribadi 20 February 2017 Solok Selatan

Nurafni Dahlia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akaik


di Karang Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang. Skripsi mahasiswa IIP
Fakultas Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Pawit M Yusup. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi


Retriveal. Jakarta: Kencana

Pengertian-masyarakat-miskin.(2011,02) Retrieved February 28, 2017, from html:


http://masyarakatmiskin.blogspot.co.id

Perilaku Pencarian dalam memenuhi Kebutuhan Informasi bagan 2. (2009,01 10).


Retrieved Desember 19, 2016, from http://encangsaepusin.wodpress.com

Putu Laxman Pendit. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta:
JIP-FSU

Racman Hermawan. 2006. Etika Kepustakawan Suatu Pendekatan Terhadap Kode


Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Rafika Sastra. 2014. Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra di


Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sarlito W. Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pres

Sherly Octavia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Menggunakan Ansroid Studi


Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas
Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sidi Gazalba, 1985. Ilmu Islam2: Asas Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Siti Rozinah. 2012. Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Dalam Penulisan
Skripsi (studi kasus di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
(STAINU) Jakarta). Depok. Tersedia Pada (http://lontar.ui.ac.id) diakses pada
tanggal 21 April 2017.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunyoto usman. 2012. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyarta:


Pustaka Pelajar

Widya Yusrina.2015. Perilaku Pencarian Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang
Dalam Memilih Perguruan Tinggi. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab Dan
Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Widyana Dewi Kartika. 2011. Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi


Peneliti: studi kasus di mahkamah konsitusi Republic Indonesia. Semarang.
Teredia pada (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip/issue/view/10)
diakses pada tanggal 15 April 2017.

Wiji Suwarno. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA Group.

Yusuf Qardhawi. 2002. Hukum Zakat. Jakarta: Lintera Internusa


Dokumentasi

Kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok


Selatan
Peneliti bersama Bapak Kabid Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

Peneliti besama Bapak Kasi dibidang Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
Peneliti bersama ibu staf bidang sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
PEDOMAN WAWANCARA

Teori David Ellis

No Indikator Instrumen Wawancara


1 Starting a. Apa persiapan yang Bapak/ibu lakukan sebelum melakukan pengumpulan data masyarakat miskin
di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Bagaimana upaya/ langkah apa yang Bapak/ibu lakukan untuk mendapatkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
2 Chaining a. Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam mengumpulkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan (misal: personal/ahli/lembaga dll).?
3 Browsing a. Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang bapak butuhkan dalam mengumpulkan data
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Apa kriteria masyarakat miskin yang Bapak/ibu gunakan dalam menyempurnakan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan?
4 Differentianting a. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber yang paling kongkrit ?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/ mencocokan data yang di peroleh ?
5 Monitoring a. Bagaimana bapak/ibu memantau/ monitoring data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?
6 Extacting a. Siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Siapa informan yang memberikan data yang konkrit tentang data masyarakat miskin?
7 Verifying a. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ibu peroleh telah sesuai yang diinginkan?
b. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ peroleh sesuai dengan di lapangan?
8 Ending a. Apa yang selanjutnya Bapak/ibu lakukan setelah informasi tenang data masyarakat miskin
didapatkan?
9 Faktor a. Faktor apa yang mempengaruhi Bapak/ibu dalam mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Penghambat Selatan?
b. Apa kendala Bapak/ibuk dalam mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
BIODATA PENULIS

Nama : Susi Utami


Nim : 1311020140
Fakultas/ Jurusan : Adab dan Humaniora/ SPI Konst.
Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Tempat/ Tgl Lhr : Bangun Rejo, 12 Mei 1992
Negeri Asal : Pincuran Tujuh Bangun Rejo,
Kecamatan Sangir, Kab. Solok
Selatan
E-mail : susiutami862@gmail.com
Hp : 085263514324
Judul Skripsi : Perilaku Pencarian Informasi Oleh
Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten
Solok Selatan

I. PENDIDIKAN YANG DITEMPUH:


1. SDN 24 Bangun Rejo di Solok Selatan Tahun 1999-2005
2. SMPN 14 Solok Selatan Tahun 2005-2008
3. SMKN 1 Solok Selatan Tahun 2008-2011
4. UIN Imam Bonjol Padang Tahun 2013-2017

II. DATA KELUARGA


1. Nama Orang Tua
 Ayah : Sutamto
 Ibu : Sujinah
2. Pekerjaan Orang Tua
 Ayah : Petani
 Ibu : Petani
3. Jumlah Saudara : 3 Orang
4. Anak yang ke : 1(Pertama)
5. Alamat Orang Tua : Pincuran Tujuh Bangun Rejo, Kecamatan Sangir,
Kab. Solok Selatan
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI OLEH PETUGAS DINAS SOSIAL
TENTANG MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN
SOLOK SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Sebagai Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Pada Jurusan Sejarah
Kebudayaan Islam Konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Oleh:

SUSI UTAMI
1311020140

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)


KONSENTRASI ILMU INFORMASI PERPUSTAKAAN (IIP)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN IMAM BONJOL PADANG
1438 H/2017 M
   
karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Qs. Alam Nasyrah: 5-8).

Kata-perkata yang tak dapat mengungkapkan segalanya

Cintamu, kasihmu, yang meneggakkan anakmu sampai detik ini

Harapanmu seperti biji padi

Segala isi dunia kau berikan untuk ku

Doa yang selalu menyertai langkahku

Sebongkah harapan terpancar diwajahmu

Untuk mengabulkan sepercik impian

Hujan, panas, badai, yang menerjang langkah-langkah kecil ini

Karana cinta dan kasihmu ku masih berdiri sampai saat ini

Matahari tak kan bersinar setetah malam, pelangi tak kan muncul setelah
hujan, Begitu pun hidup ini tiada arti kebahagiaan tanpa didahului
kepahitan

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup yang selalu


memberikan segalanya cinta, kasih dan sayang, mendampingi saat suka
dan duka, selalu mendampingi saat ku lemah tak berdaya Ayahanda dan
Ibunda tercinta yang selalu mendoakan untukku dalam setiap sujudnya.

Terima kasih Ayahnda dan Ibunda tercinta


KATA PENGANTAR

   


Puji sykur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis bisa menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “ Perilaku Pencarian Informasi Oleh Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan’’ .

Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun

umatnya untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berkat kemudahan

dan izin Allah, dan bantuan semua pihak akhirnya penulisan skripsi ini bisa

diselesaikan.

Penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan ucapan

terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda tercinta Sujinah dan

Ayahanda Sutamto yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu

menyayangi Ayahanda dan Ibunda dunia akhirat, juga buat adik-adik penulis

Cindy Sutanti, Vigo Trio Utama dan Nesa Riski Utami yang selalu memberi

dukungan agar penulis tetap semangat menyelesaikan skipsi ini. Semoga

Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

i
Melalui kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini:

1. Rektor UIN Imam Bonjol Padang Bapak Dr. Eka Putra Wirman, Lc.,M.A.

beserta jajaran Wakil Rektor UIN Imam Bonjol Padang.

2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Bapak Dr. H Yufni Faisol, M.A

beserta jajaran Wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

3. Ketua Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Bapak Muhammad Ilham,

S.Ag., M. Hum dan Sekretaris Jurusan Ibu Lisna Sandora, M.pd

4. Dosen Penasehat Akademik (PA) Bapak Muhammad Ilham, S.Ag,S.sos,

M. Hum yang telah memberikan ilmu, dukungan, dan arahannya selama

masa perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Arwemi, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Erida, M.Pd

selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, dan memberikan

bimbingan, arahan, dan sumbangan pemikiran sehingga penulis bisa

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suhefri, M.Ag dan Bapak Muntasir, M.Hum selaku penguji

yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini

7. Bapak Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, Bapak Kepala Bidang Sosial beserta staf yang

ii
dengan ikhlas memberikan data dan dukungan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak/Ibu pegawai

Akademik dan Kemahasiswaan (AKAMA) Fakultas Adab dan

Humaniora, dan Bapak/Ibu pegawai Perpustakaan UIN Imam Bonjol

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menggunakan buku-

buku sebagai bahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Ucapan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan jurusan

SKI Khususnya angkatan 2013, Yurnani, Melda, Bulan, Lilis, Dona, Utia,

Rolis dan yang lainya yang tidak bisa disebutkan semua. Dan teman kost

Kak Nova, Vita,Vina, Ilda, Rika, Sari, dan yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan terimakasih yang dapat

penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas atas segala amal

kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk

menyelesaikan studi yang penulis jalankan Amiin Yarabbal’Alamin.

Padang, 02 Agustus 2017


Wassalam

Susi Utami

iii
ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas


Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan disusun oleh Susi
Utami, Bp: 1311020140 Jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang. Permasalahan pokok yang
dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana perilaku pencarian informasi petugas
Dinas Sosial dalam mencari informasi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Selatan dengan menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang
dimulai dari Starting dan diakhiri dengan ending. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan perilaku pencarian informasi petugas Dinas Sosial tentang
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan. Peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data
melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
sampel diambil secara pusposive sumpling dari Kabid Sosial, Kasi Sosial dan staf
bidang Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari
Kabupaten Solok Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi oleh
petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sesuai
dengan perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 ada beberapa tahap yang tidak
dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan yaitu browsing,
differentiating, dan extracting. Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan
berbeda. Dua informan melakukan ending dengan menyerahlan hasil pencarian
informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara satu
informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.

Kata Kunci: Perilaku Pencarian Informasi

iv
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................................ 5
C. Penjelasan Judul ....................................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8
E. Tinjauan Kepustakaan .............................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi .................................................................................14


1. Pengertian Informasi ......................................................................14
2. Sumber Informasi ..........................................................................15
B. Perilaku Pencarian Informasi ...................................................................17
C. Model Perilaku Pencarian Informasi ........................................................20
D. Masyarakat Miskin ...................................................................................29
1. Pengertian Masyarakat Miskin ......................................................29
2. Ukuran-Ukuran Kemiskinan ..........................................................44
3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan.......................................................44

v
BAB III: METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian.....................................................................................46
B. Jenis Dan Metode Penelitian ....................................................................46
C. Populasi dan Sampel ................................................................................47
D. Sumber Data .............................................................................................49
1. Primer ............................................................................................49
2. Skunder ..........................................................................................49
E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data .......................................................49
1. Observasi .......................................................................................50
2. Wawancara ....................................................................................50
F. Teknik Analisis Data ................................................................................51
1. Reduksi Data (Data Reduction) .....................................................51
2. Penyajian Data (Data Diaply)........................................................52
3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification) .......................52
G. Waktu Penelitian ......................................................................................53

BAB IV: PEMBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan ........................................................................54


A. Gambaran umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan ..........................................54
B. Profil Informan ..............................................................................60
C. Perilaku Pencarian Infomasi Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan ...........................61
D. Hambatan dalam Pencarian Informasi ...........................................73
II. Pembahasan .............................................................................................75

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................78

vi
B. Saran...............................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Struktrur Organisasi Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari


Kabupaten Solok Selatan

Dokumentasi

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur

Provinsi Sumatera Barat. Sebelumnya, kabupaten ini merupakan bagian dari

Kabupaten Solok. Setelah kemerdekaan, muncul wacana pembentukan sebuah

kabupaten yang meliputi sebagian wilayah Solok Selatan saat ini. Hal ini ditandai

dengan diadakannya Konferensi Timbulan pada tahun 1950-an. Saat itu digagas

rencana pembentukan sebuah kabupaten dengan nama Kabupaten Sehilir Batang

Hari yang meliputi wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Pantai Cermin, Sungai

Pagu dan Sangir. Namun pada saat otonomi daerah keinginan tersebut baru

terwujud dengan nama Kabupaten Solok Selatan, yang diresmikan bersama 23

kabupaten baru lainnya di Indonesia, yaitu 7 Januari 2004 dengan Undang-

Undang Nomor 38 Tahun 2003.

Matapencarian masyarakat Solok Selatan umumnya berprofesi sebagai

petani, namun ada juga sebagian kecil berprofesi sebagai pedagang dan PNS.

Dari usaha yang mereka lakukan untuk memenuhi kehidupan keluarga atau

rumah tangga, masyarakat Solok Selatan umumnya memiliki penghasilan rendah

dibandingkan dengan penghasilan masyarakat di kabupaten lainnya di Sumatera

Barat. Kabupaten Solok Selatan menduduki peringkat 9 dari 12 kabupaten

lainnya di Sumatra Barat dalam hal pendapatan asli daerah.

1
2

Mengacu pada keputusan menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister

berasal dari rumah tangga yang memiliki kriteria:

1. Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber mata


pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar.
2. Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
3. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga medis,
kecuali puskemas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
4. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap
anggota rumah tangga.
5. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang
SLTP
6. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan
kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah usang/
berlumut atau tembok tidak diplaster.
7. Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi tidak
baik/ kualitas rendah.
8. Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
9. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau
listrik tanpa meteran.
10. Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2 / orang dan
11. Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ lainnya.

Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang

tidak memiliki akses prasarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas

perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan serta mata

pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu


3

dimensi politik, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan

dimensi aset ( P2 KP, Pedoman Umum, 2004:1).

Penanganan masalah sosial menurut Pendit (2003:33) adalah tugas Dinas

Sosial untuk membantu mayarakat seperti dalam hal: pembinaan organisasi,

pengembangan kelembagaan, bantuan sosial dan penanggulangan kemiskinan

serta rehabilitas sosial. Untuk membantu masyarakat yang membutuhkan

bantuan seperti bantuan sosial yang diberikan Dinas Sosial kepada masyarakat

Dinas Sosial harus mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang masyarakat

yang memerlukan bantuan dari Dinas Sosial. Informasi adalah serangkaian sinyal

atau pesan-pesan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, terlepas dari

atau sedikit berkaitan dengan proses kognitif.

Perilaku pencarian informasi merupakan suatu kegiatan seseorang untuk

mendapatkan informasi. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang

membutuhkan informasi baik untuk kebutuhan sosial, ekonomi, ilmu

pengetahuan, pendidikan, keagamaan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan

informasi tersebut maka seorang akan mencari informasi dengan menggunakan

berbagai sumber informasi. Menurut Wilson, (dalam Pendit, 2003:29) Perilaku

Pencarian Informasi (Information Seeking Behavior) merupakan upaya

menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk

memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja berinteraksi

dengan sistem informasi misalnya surat kabar, majalah, perpustakaan atau yang

berbasis komputer (misalnya WWW). Teori Perilaku Pencarian Informasi


4

tergolong dalam teori modern yang kemudian berkembang menjadi teori model

perilaku informasi manusia dan kebutuhan informasi.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 20

Februari 2017 di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan diperoleh informasi bahwa tugas Dinas Sosial adalah

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi di

bidang Sosial seperti: pemberdayaan dan rehabilitas masyarakat miskin,

perlindungan dan jaminan sosial, dan rehabilitas PMKS. Hal ini tertuang dalam

peraturan pemerintah Kabupaten Solok Selatan No 22: tahun 2005 tentang

Struktur Organisasi Dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari dalam pasal 12 yang berbunyi “ memberikan

bantuan sosial kepada peran sosialnya akibat bencana alam, bencana sosial

akibat lainya seperti kemiskinan , telantar dan cacat’’. Selanjutnya dari Dinas

Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

diperoleh data tentang jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

sebagai berikut:

No Jumlah
Nama Jumlah Penduduk Persentase
Kecamatan Penduduk miskin

1 Kecamatan Sangir 40.615 3.717 9,15%

2 Kecamatan KPGD 12.660 1.039 8,20%

3 Kecamatan Sungai Pagu 16.846 1.028 6,10%


5

4 Kecamatan Sangir Balai 16.858 1.132 6,71%


Janggo
5 Kecamatan Sangir Jujuan 30.949 2.674 8,64%

6 Kecamatan Sangir Batang 15.317 2.093 13,66%


hari
7 Kecamatan Pauh Duo 23.657 2.539 10,73%

Jumlah 15902 14.539 63,19%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa masyarakat Kabupaten Solok

Selatan 63,19% tergolong masyarakat miskin, walaupun dari segi pembangunan

daerah Kabupaten Solok Selatan telah mengalami perkembangan sejak 13 tahun

yang silam, akan tetapi pembangunan dan kesejahteraan belum seperti yang

diharapkan masyarakatnya. Melihat dari kondisi ini penulis tertarik untuk

mengungkapkan Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan di atas maka yang

menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi

Petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi maka penulis

membatasi masalah dengan batasan masalah sebagai berikut:


6

1. Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Faktor apa saja yang menghambat Petugas Dinas Sosial dalam mencari

informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

C. Penjelasan Judul

Judul dari penelitian ini adalah Perilaku Pencarian Informasi Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan. Agar

tidak terjadi kesalah pahaman dan lebih teratahnya penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini, yaitu:

Perilaku Pencarian Informasi : Wilson (dalam Putu Laxman Pendit, 2003:29)

perilaku pencarian informasi ( informasi searching

behavior) merupakan upaya menemukan informasi

dengan tujuan tertentu sebagai akaibat dari adanya

kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Sedangkan maksud dari penulis adalah perilaku

petugas Dinas Sosial mencari informasi tentang

masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan

informasi.

Petugas Dinas Sosial : Petugas adalah seseorang yang melaksanakan tugas

pelayanan pada Tugas Pokok dan Fungsi, instansi

tempat bekerja sedangkan di dalam KBBI

disebutkan Dinas adalah bagian Kantor Pemerintah


7

yang mengurus pekerjaan tertentu, dan sosial

adalah berkenaan dengan masyarakat. Jadi petugas

Dinas Sosial merupakan kegiatan profesional untuk

membantu individu-individu kelompok-kelompok

dan masyarakat guna meningkatkan atau

memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi

sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang

memungkinkan mereka mencapai tujuan.

Masyarakat Miskin :Masyarakat miskin merupakan dimana kondisi

masyarakat yang dibawah standar kelayakan baik

dari segi politik, sosial , lingkungan, ekonomi dan

aset. kriteria miskin yang di terapakan dalam

keputusan menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan

orang tidak mampu.

Jadi yang dimaksud dengan judul dari skripsi ini adalah perilaku petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dalam

usaha mereka mencari dan menemukan informasi mengenai masyarakat miskin

di Kabupaten Solok Selatan.


8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan saya teliti adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mendeskripsikan perilaku pencarian informasi petugas Dinas

Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

b. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menghambat petugas Dinas Sosial

dalam mencari informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Peneliti, untuk mengembankan ilmu pengetahuan, menambah wawasan

dibidang ilmu perpustkaan kususnya dibidang kebutuhan informasi serta

dapat mengembangkan perilaku pencarian informasi dan data yang

mendukung dibidang pencarian informasi

b. Pembaca, sebagai pedoman dan pembanding untuk jenis penelitian yang

sama dan dalam objek yang berbeda.

c. Bermanfaat bagi petugas Dinas Sosial itu sendiri.

E. Tinjauan Kepustakaan

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Perpustakaan Adab dan

Humaniora, Perpustakaan Pusat IAIN Imam Bonjol Padang, penelitian yang

berhubungan dengan perilaku pencarian informasi antara lain:


9

1. Rafika Sastra, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI kosentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi pada tahun 2014 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Pemustaka Tunanetra di Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana perilaku pencarian informasi tunanetra di

perpustakaan Yayasan Tuah Sakato Kalumbuk.

Kesimpulan dalam penelitiannya adalah kebanyakan dari pemustaka datang

ke perpustakaan bukan keinginan sendiri untuk mencari informasi tetapi

tunanetra dari panti untuk belajar AL-Quran Brille. Perilaku yang ditujukan

pada saat pemanfaatan informasi yang didapat oleh pengguna yaitu

berdiskusi dengan guru atau dengan teman satu asrama. Pada skripsi ini teori

yang digunakan berdasarkan model perilaku menurut David Ellis. Untuk

mengumpulkan data menggunakan metode purposive sampling dengan

menemukan informasi kunci, dimana purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu.

2. Nur Hayati, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam Bonjol

Padang, jurusan SKI konsetrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan menulis

skripsi pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi oleh

mahasiswa Tunanetra (studi kasus di IAIN Imam Bonjol Padang) skripsi ini

membahas tentang pola perilaku pencarian informasi mahasiswa tunannetra

dalam mendapatkan sebuah informasi. Penulisan skripsi ini bersifat kualitatif

yaitu menjelaskan fenomena yang ada secara akurat yang ditemukan


10

dilapangan. Untuk mendapatkan data, sekripsi ini menggunakan alat

pengumpulan data berupa observasi dan wawancara dengan mahasiswa

tunanetra beserta teman yang membantu mereka mencari informasi dan

dosen. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan purposive sampling.

3. Widya Yusrina, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang Dalam Memilih Perguruan Tinggi

skripsi ini membahas tentang perilaku pencarian informasi siswa kelas XII

SMA N 1 Padang dalam upaya mereka memilih perguruan tinggi. Batasan

masalah dalam penelitian ini adalah apa kebutuhan informasi siswa kelas XII

SMA 1 Padang terkait dengan perguruan tinggi, bagaimana pola perilaku

pencarian informasi tentang perguruan tinggi, dan apa hambatan yang

diterima selama proses pencarian informasi tentang perguruan tinggi.

Penelitian ini megguankan model T.D Wilson 1981 dan model pencarian

informasi David Ellis 1997.

4. Nurafni Dahlia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akiak di Karang Ganting Kelurahan

Lubuk Lintah Padang. Skripsi ini membahas tentang kebutuhan informasi


11

dan perilaku pencarian informasi masyarakat pecinta batu akik di Karang

Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang serta sumber informasi yang

digunakan dengan menggunakan tahapan-tahapan pencarian informasi yang

dikembangkan oleh David Ellis.

5. Sherly Octavia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Menggunakan Android Studi Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang

skripsi ini membahas tentang pemanfaatan Android sebagai sarana-sarana

informasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan

pengambilan data berdasarkan snowball sampling. Pengumpulan data

penelitian ini, mahasiswa memenuhi kebutuhan informasi lebih

memprioritaskan android dalam melakukan pencarian informasi untuk tugas

kuliahnya, karena bagi informan mencari informasi dengan Android tersebut

lebih praktis, bisa dibawa kemana-mana selama jaringan internet bisa

diakases. Penelitian ini menggunakan model David Ellis yang terdiri dari

8(delapan) tahap yang berawal dari starting hingga ending.

Skripsi Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia dan

Sherly Octavia menggunakan model perilaku menurut David Ellis (1997), David

Ellis adalah seorang ilmuan sosial yang mengemukakan beberapa karakteristik

perilaku pencarian informasi dari para peneliti, yang menggambarkan

karakteristik dari peneliti sosial, science, dan engineering, jadi dalam penelitian
12

ini penulis juga menggunakan model perilaku pencarian informasi menurut

David Ellis (1997) yang berawal dari starting hingga ending.

Objek dan subjek penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia

dan Sherly Octavia berbeda sera hasil pembahasan dalam penelitian ini juga

berbeda. Dengan menggunakan teori yang sama dengan penelitian yang lain,

jelas bahwa proses dalam melakukan pencarian informasi yang terdapat dalam

penelitian ini juga berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dan teraturnya pembahasan ini maka sistematika

penulisan, penulis membaginya kedalam beberapa bab diantaranya :

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang berisikan latar belakang

masalah, rumusan, dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis, yang membahas tentang

informasi, perilaku pencarian informasi, dan Petugas Dinas Sosial.

Bab ketiga menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berisikan

tempat penelitian, jenis data dan metode penelitian, sumber data, teknik dan alat

pengumpul data, teknik analisis data dan waktu penelitian.

Bab keempat hasil penelitian, tentang bagaimana perilaku pencarian

informasi petugas Dinas Sosial untuk mendapatkan informasi data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


13

Bab kelima meupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-

saran penulis.

Selanjutnya adalah halaman yang berisikan lampiran-lampiran dan

dokumentasi dalam penelitian penulis.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi

1. Pengertian Informasi

Dewasa ini informasi sangat dibutuhkan oleh setiap orang baik informasi

yang ilmiah maupun informasi yang non ilmiah, Informasi juga bermanfaat

dalam memenuhi kehidupan sehari-hari setiap manusia. Informasi adalah suatu

rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang

dibuat. Estabrook, 1977:245 (dalam Pawit M Yusuf 2010:1). Informasi

merupakan suatu kumpulan data yang terstruktur yang telah dikomunikasikan

kepada orang lain agar dapat bernilai guna bagi orang tersebut. McFadden, dkk

(dalam Widyana 2011:3). Informasi juga diartikan kandungan yang terdapat

dalam berbagai bentuk dokumen (bahan pustaka). Pengembangan koleksi

(collection development) tidak didasarkan pada bentuk fisik, tetapi oleh

kandungan informasinya (contents).(Rachman Hermawan S 2006: 2). Dan ada

juga yang mengartikan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang

lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. (Jogiyanto 2005: 8)

Menurut Suwarno (2010) informasi adalah suatu kajian mengenai

pencetus, pemakai, penggunaan, karakteristik, dan distribusi rekaman gratis. Ilmu

informasi adalah kajian mengenai pencetus, pemakai, pengguna , karakteristik,

dan distribusi rekaman gratis. Konsep ilmu informasi ini berdasarkan Anggaran

Dasar ASIS Sulistiyo Basuki: 1991,11 (dalam Wiji Suwarno 2010:15)

14
15

Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang berupa fakta, data dan pengetahuan yang telah dikomunikasikan

dan dapat dimanfaatkan oleh orang yang menerimanya dan bernilai guna bagi

orang yang membutuhkannya.Dalam bidang ilmu informasi, informasi dan

kebutuhan informasi juga dikaji sedemikian rupa untuk menghasilkan hasil yang

lebih baik akan kebutuhan informasi manusia, agar bisa dihadirkan suatu layanan

yang memenuhi kebutuhan informasi. Istilah ini dekenal dengan istilah kajian

pemakai.

Didalam kajian ini para ahli mengenal istilah information

behavior(perilaku informasi). Istilah ini merupakan keseluruhan perilaku

manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku

pencarian dan pengguna informasi.Wilson 2000 (dalam Pawit M Yusup

2010:100) Kajian perilaku ini ditujukan untuk menganalisa unsur-unsur dan

hubungan perilaku manusia yang dapat membantu kita untuk memahami tingkah

laku manusia.

2. Sumber Informasi

Sumber informasi dapat diperoleh dalam dokomen dan non-dokumen.

Sumber informasi yang berupa dokumen dapat berbentu buku, jurnal, majalah,

hasil-hasil penelitian. Sedangkan sumber informasi non dokumen adalah

manusia. yakni teman, pustakawan,pakar atau spesialis informasi seperti yang

dinyatakan oleh Setiarso (1997:5-6) bahwa sumber informasi juga terdapat pada:
16

a. Manusia: manusia sebagai sumber informasi dapat kita hubungi baik

secara lisan maupun tulisan. Yang lazim digunakan untuk kontak

langsung dengan sumber ini ialah pertemuan dalam bentuk ceramah,

panel diskusi, konferensi, lokalkarya, seminar dan lain-lain.

b. Organisasi: Badan atau lembaga penelitian baik milik pemerintah maupun

suwasta yang bergerak dalam bidang sejenis merupakan sumber

informasi penting termasuk industri dan himpunan profesi. Mereka

memiliki kemampuan karena mempunyai fasilitas berupa tenaga peneliti,

peralatan atau laboraturium, perpustakaan dan jasa informasi yang

tersedia.

c. Literatur: Literatur atau publikasi dalam bentuk terbaca maupun mikro

merupakan sumber informasi atau publikasi dalam bentuk terbaca

maupun mikro merupakan sumber informasi yang cukup majemuk.

Literature dapat dikelompokan menjadi:

• Literatur primer: bentuk dokumen yang memuat karangan yang

lengkap dan asli. Jenisnya berupa makalah, koleksi karya ilmiah,

buku pedoman, buku teks, publikasi resmi, berkala, dan lain-lain.

• Literatur sekunder: disebut juga sebagai sarana dalam penemuan

abstrak, tinjauan literature, catalog induk, dan lain-lain.

Sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi. Sumber

informasi yang beraneka ragam bentuk ataupun wadahnya, perlu diatur atau
17

ditata dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan.

Informasi yang kita temukan sehari-hari bersumber darimana saja dan sumber

informasi tersebut adakalanya tidak memiliki tingkat relevansi yang tinggi.

B. Perilaku Pencarian Informasi

Perilaku informasi merupakan pola laku manusia terkait dengan

keterlibatan informasi, sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan,

memperlakukan, mencari dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran

sumber dan media penyimpan Putu Laxman Pendit (2003) yang mengulas

pendapat TD Wilson (2000) (dalam Pawit M Yusup 2010 : 100) menyusun

beberapa batasan tentang perilaku informasi dan aspek-aspek aksesorisnya.

Beberapa batasan di maksud sebagai berikut: perilaku infomasi (informasi

behavior), perilaku penemuan informasi (informasi seeking behavior), perilaku

pencarian informasi (informasi Searching behavior), dan perilaku penggunaan

informasi (informasi user behavior).

a. Perilaku informasi (informasi behavior)

Merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber

dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan

informasi baik scara aktif maupun secara pasif. Menontoan TV dapat

dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunkasi antar muka.

b. Perilaku penemuan informasi ( informasi seeking behavior)

Merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan sebagai

akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.


18

Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi

hastawi (surat kabar, sebuah perpustakaan) atau berbasis-komputer

(misalnya WWW).

c. Perilaku pencarian informasi ( informasi searcing behavior)

Merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang

ditunjukan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku

ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat

interaksi dengan komputer ( misalnya pengguna mouse atau tindakan meng-

klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya

pengunaan strategi bollenan atau keputusan memilih buku yang paling

relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan ).

d. Perilaku penggunaan informasi ( informasi user behavior)

Terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan

seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukan

dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya. (Putu Laxman

Pendit 2003:29-30.)

Wilson (2000:46) mengartikan perilaku (behavior) sebagai:

1. Tingkah laku yang ditimbulkan dari seseorang

2. Segala sesuatu yang dilakukan oleh benda hidup yang meliputi tindakan

dan respon terhadap stimulant.

3. Rospon seseorang, sekelompok orang atau spesies dari lingkungannya.


19

Perilaku pencarian informasi adalah upaya yang dilakukan oleh

seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku pencarian informasi

merupakan tindakan mecari informasi. Baik dari segi tingkat kebutuhan yang

berbeda maupun dari kemampuan pengguna. Perilaku pencarian informasi

berhubungan erat dengan kebutuhan informasi. Wilson Juga menjelaskan

bahawa perilaku pencarian informasi adalah perilaku pencarian inrformasi

(informasi searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem,

baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau

tindakan meng-klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental

(misalnya penggunaan strategi Bollean atau keputusan memilih buku yang

paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan).

Wilson (2000) menyatakan bahwa perilaku pencarian informasi tidak

hanya ditimbulkan oleh hal-hal yang bersifat kongitif atau berhubungan

dengan pemecahan persoalan (pengambilan keputusan), tetapi kebutuhan

seseorang untuk menjaga status yang dapat dipuaskan dengan perasaan miliki

lebih banyak pengetahuan tentang suatu topik dari bawahnya, jika akan

menimbulkan perilaku pencarian informasi. Namun pendapat Buckland

(1988) menyatakan bahwa perilaku informasi baru timbul, pada saat

kebutuhan informasi seseorang telah diekspresikan dalam bentuk permintaan.


20

Perilaku pencarian informasi terjadi karena adanya kebutuhan

informasi yang dirasakan seseorang. Kebutuhan tersebut bisa disebabkan oleh

desakan diri yaitu untuk mewujudkan kepuasan dirinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pencarian informasi adalah pencarian informasi, keadaan /

masalah informasi, bidang pengetanuan, sistem penelusuran dan hasil yang

didapat. Perilaku pencarian informasi yang akan diteliti lebih ditekankan pada

persepsi responden memenuhi kebutuhan informasinya serta alasan pemilihan

sumber-sumber informasi yang dipergunakan.

C. Model Perilaku Pencarian Informasi

Behavioral model of informasion seeking strategies yang diperkenalkan

David pada tahun 1987 dari hasil analisis pola-pola pencarian informasi

dikalangan peneliti bidang ilmu-ilmu sosial. Hasil penelitian ini merupakan pola

pencarian informasi yang terdiri dari enam tahap yaitu: starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring dan extracting. Dalam model perilaku

pencarian informasi David Ellis 1997 (dalam Pawit M Yusuf 2010:105) juga

menjelaskan bahwa perilaku pencarian informasi adalah salah satu dari beberapa

jenis model perilaku pencarian informasi dan analisis mikro pencarian informasi

secara keseluruhan. Ellis mengembangkan teori ini dengan mengadakan

penelitian kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh objeknya, seperti mencari

bacaan, meneliti di laboratorium, menulis makalah, mengajar dan sebagainya

secara umum, Ellis (1989 dalam Wilson 1999) menjelaskan bahwa perilaku

penemuan informasi terdiri dari beberapa butir (ciri) yaitu:


21

1. Starting, “ the initial searc for information in which potentially relevan

sources are identified.”.

Merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan

sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan yang biasanya

dilakukan seseorang pengguan informasi saat pertama kali mencari tahu

tentang suatu bahasan tertentu. Contohnya: melakukan overview terhadap

literature-literatur yang ada dalam suatu bidang baru atau mencari tahu

orang-orang ahli dalam suatu bidang tertentu.

2. Chaining,”following (backwards to forward) chains of citations or orther

type of connections among materials”.

Artinya kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-

bentuk perujukan antar dokumen lainya. Mengikuti rangkaian kutipan-

kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar bahan

informasi (literatur). Misalnya dengan menelusur daftar pustaka yang ada

pada sebuah literatur guna mendapatkan sumber informasi yang lain yang

membahas informasi yang sama.

3. Browsing, “semi-directed search in areas of potential interest, such as

scanning tables of contents indeces,and subject heading”.

Artinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah, di

wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk


22

dalm kegiatan kelompok ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal

atau menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

4. Differentiating,” assessing and filtering sources by examining, differences in

nature and quality’’.

Pemilihan menggunakan ciri-ciri dalam sumber informasi sebagai

patokan untuk memeriksa kualitas isi/ informasi. Kegiatan memilah dan

memilih bahan sumber informasi berdasarkan derajat kepentingan dan

ketetapan serta relebansinya dengan kebutuhan informasi, sehingga terpilih

bahan sumber informasi yang penting tepat dan palaing relevan.

5. Monitoring, “maintaining awareness of developments in a given subject

area by regular checking or key sources”.

Artinya yaitu kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

bersikenambungan atau dengan tetap dengan bertukar informasi dengan

rekan sejawat dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar

dalam bidang tertentu.

6. Extracting,“systematic examination of a particular source to extract

material of interest”.
23

Artinya secara sestematis menggali di suatu sumber untuk

mengambil materi/ informasi yang dianggap penting. Mengidentifkasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Ellis menyatakan bahwa enam butir di atas saling berkaitan untuk

membentuk aneka pola pencarian informasi, dan seringkali bukan merupakan

tahapan-tahapan yang teratur.

Starting

Extracting Chaining

Monitoring Browsing

Differentiating

Gambar 2: Perilaku Pencarian Informasi David Ellis (dalam Widyana, 2011).

Kemudian pada tahun 1993 model ini dikembangkan Ellis bersama

dengan Cox dan hasil penelitian bidang fisika dan kimia sehingga menghasilkan

delapan tahapan pencarian infomasi yang terdiri dari starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Berikut

ini kedelapan model pencarian informasi (Ellis,Cox dan Hall. 1993:359-365)


24

1. Starting

Starting merupakan titik awal pencarian informasi atau pengenalan

awal terhadap rujukan. Seringkali informasi ditemukan pada saat starting

merupakan topik penelitian yang dapat dikembangkan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut. Pada saat starting digunakan penelusuran sebagai

berikut:

a. Rujukan awal (starter references)

Rujukan awal merupakan titik awal untuk mendapatkan bahan rujukan

selanjutnya. Biasanya didapatkan dari atasan, teman sejawat atau dari

kumpulan catatan yang dibuat sendiri mengenai rujukan yang berhubungan

dengan topik yang diamati.

b. Tinjauan atau synopsis artikel (preview or synoptic articles)

Priview atau ulasan artikel digunakan tidak hanya sebagai sumber

rujukan menuju bahan primer tetapi juga sebagai kerangka untuk dapat

memahami isi dari bahan rujukan

c. Sumber sekunder (secondry resources)

Sumber sekunder seperti abstrak, indeks dan catalog subjek digunakan

untuk mencari informasi dalam rangka memilih topik penelitian yang

diamati oleh peneliti.

2. Chaining

Chaining diidentifikasikan sebagai hal yang penting pada pola

pencarian informasi. Kegiatan ini ditandai dengan mengikuti mata rantai


25

atau mengaitkan daftar literature yang ada rujukan inti. Chaining dapat dua

cara yaitu:

a. Backward chaining

Merupakan cara tradisonal yakni mengikuti daftar pustaka yang ada

pada rujukan inti, sehingga rujukan selanjutnya merupakan rujukan-rujukan

yang pernah disitir pada rujukan inti. Dengan melakukan cara mengaitkan ke

belakang, akan dihasilkan efek bola salju, sehingga hanya dengan

menggunakan satu rujukan inti saja akan didapatkan beberapa rujukan lain

yang tidak akan berbeda jauh dengan masalah yang dibahas pada rujukan

inti.

b. Forward chaining

Mencari rujukan lain berdasarkan subjek atau nama pengarang dari

rujukan inti yang telah ada dengan mengaitakan ke depan. Cara lain

dilakukan dengan menggunakan sarana bibliografi.

Ciri-ciri chaining adalah:

a. Mencari bahan rujukan berdasarkan daftar literature yang tertera pada

rujukan inti

b. Mencari bahan rujukan di luar daftar rujukan inti, akan tetapi tetap

berpedoman pada subjek atau pengarang yang ada pada rujkan inti.

3. Browsing

Merupakan tahap kegiatan yang ditandai dengan kegiatan pencarian

informasi dengan cara penelusuran semi terstuktur karena telah mengarah


26

pada bidang yang diamati. Kegiatan pada tahap ini efektif untuk mengetahui

tempat-tempat yang menjadi sasaran potensial ditelusuri. Browsingdapat

dilakukan dengan berbagai cara antara lain: melalui abstrak hasil penelitian,

daftar isi jurnal, jajaran buku, bahkan juga buku-buku yang dipajang pada

pemeran atau seminar.

4. Differentianting

Merupakan kegiatan membedakan sumber informasi untuk

menyaring informasi berdasarkan sifat kualitas rujukan. kriteria untuk

memilih rujukan yang akan digunakan adalah:

a. Topik

b. Pendekatan yang digunakan

c. Kualitas atau jenis perlakuan

Identifikasi sumber-sumber informasi terutama ditekankan pada

subjek-subjek yang dipilih dan selanjutnya akan mengabil bahan-bahan dan

topik yang diminati.

5. Monitoring

Merupakan kegiatan yang ditandai kegiatan memantau

perkembangan yang terjadi terutama dalam bidang yang diminati dengan

cara mengikuti sumber secara terataur. Monitoring dapat dilakukan dengan

cara yaitu:

a. Melaluai hubungan formal (informal contact)


27

Digunakan sebagai pra seleksi sumber dan bahan yang akan digunakan. Cara

ini merupakan ajang untuk bertukar informasi, baik dengan sejawat maupun

pakar bidang tertentu.

b. Membaca jurnal (monitoring journal)

Biasanya monitoring dilakukan terhadap sumber inti dalam jumlah

kecil tetapi telah terseleksi dan diikuti secara seksama. Misalnya beberapa

judul majalah yang dipilih sesuai dengan bidang yang diminati, diikuti

perkembangan setiap terbit, minimal dari judul-judulnya saja seperti pada

current content.

c. Monitoring Katalog (monitoring material published in book form)

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melihat daftar terbitan secara

berkala, preview atau bibliografi berkelanjutan dan melakukan akses berkala

ke perpustakaan.

6. Extracting

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terutama di perlukan pada

saat harus membuat tinjauan literature, sumber informasi yang digunakan

pada extracting ini adalah jurnal terutama jurnal-jurnal yang sudah standar,

catalog penerbit, bibliografi subjek, abstrak dan indeks.

7. Verifying

Ditandai dengan kegiatan pengecekan atau penilaina apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diingikan.

Sebagai pebandingan peneliti bidang ilmu sosial tidak melakukan tahapan


28

ini, berbeda dengan peneliti bidang fisika dan kimia yang melalui tahap ini

dengan melakukan pengujian untuk memastikan seandainya ada kesalahan-

kesalahan pada informasi yang diperoleh.

8. Ending

Tahap ending merupakan kategori perilaku yang tidak dijumpai pada

kajian Ellis (1987). Merupakan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian

Browsing

Starting Chaining Differentiating Extracting Verifying Ending

Monitoring

Gambar 2. Proses tahap perilaku pencarian informasi model dan dikomparasikan


dengan proses tahapan perilaku pencarian informasi model kuhlthau oleh Wilson
(1990). Sumber dari Natalya Godbold. (2006). Beyod informasi seeking: towards a
general model of information behavior information research, vol.11 No 4, july 2006
(dalam Siti Rozinah, 2012)

Dalam penelitan ini, model perilaku pencarian informasi yang digunakan

adalah model yang diuraikan oleh Ellis (1987) yang terdiri dari starting,

chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan

endingyang merupakan pola pencarian informasi peneliti ilmu-ilmu sosial.


29

D. Masyarakat Miskin

1. Pengertian Masyarakat Miskin

a. Masyarakat

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti yang seluas-

luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama

(KBBI). Masyarakat dapat pula diartikan sebagai semua kegiatan dalam

kehidupan bersama (Humonangan singgalingging, 2008:28). Masyarakat

dibentuk oleh indiviu-individu yang beradab dalam keadaan sadar.

Masyarakat mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas

masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup

bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau

dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup

bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok

manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Misalnya bangsa,

gologan dan sebagainya.

Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep Mayo, 1998:162

(dalam Edi Suharto 2010: 26) yaitu:

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama” yakni sebuah wilayah

geografi yang sama. Sebuah contoh, sebuah rukun tetangga,

perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah

pedesaan.
30

2. Masyarakat sebagai “ kepentingan bersama”, yakni kedamaian

kepentingan bersama pada masyarakat etis minoritas atau kepentingan

bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu sepertihalnya

pada kasus orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan kusus

(anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan

mental.

Defenisi masyarakat menurut Muthahhari (dalam Eko handoyo

2007:1) mengartiakan masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang

dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh

seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan tersatukan dan terlebur dalam

suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Yang dimaksud kehidupan

bersama adalah kehidupan yang didalamnya kelompok-kelompok

manusia hidup bersama-sama di suatu wilayah tertentu, terbagi iklim ,

berbagai identitas, berbagai kesenangan maupun kesediaan.

b. Miskin

Kata miski>n didalam al-Qur’an digandengkan dengan kata faqi>r

karenanya, dua istilah ini menjadi kajian khusus dalam melihat tolak ukur

miskin didalam al-Qur’an memakai beberapa kata dalam menggambarkan

kemiskinan, yaitu faqi>r, miski>n al sa>il, dan mahru>m. tetapi dua kata

yang pertama yang paling banyak disebut dalam al-Qur’an. Kata faqi>r

dijumpai dalam al-Qur’an sebanyak 12 kali dan kata miski>n disebut

sebanyak 25 kali. (Muhtadi Ridwan, 2012:31).


31

Tentang dua golongan ini para ahli berbeda pendapat, Abu Yusuf,

pengikut Abu Hanifah dan Ibnu Qasim, pengikut Imam Malik

mengatakan bahwa kedua golongan tersebut pada hakikatnya sama.

Sedangkan Yusuf Qardhawi memberikan perumpamaan bahwa kedua

kata tersebut seperti imam dan islam, kalau dukumpulkan terpisah, yakni

bila salah satu disebutkan sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai arti

buat kata yang sejajar. (Yusuf Qardhawi, 2002: 511)

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia miskin adalah tidak

berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).Sebagian

besar konsepsi mengenai kemiskinan sering diartikan dengan aspek

ekonomi, kemiskinan, sejatinya menyangkut pula dimensi material,

sosial, kultural, institusional dan sturktural ( Edi Suharto 2013: 15).

Dalam bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata sakana yang

berarti diam atau tenang, sedangkan kata masakin ialah bentuk jama’ dari

miskin yang menurut bahasa diambil dari kata sakana yang artinya

menjadi diam atau tidak bergerak karena lemah fisik atau sikap yang

sabar dan qana’h. ( Sidi Gazalba, 1985:134). Menurut al-fairuz abadi

dalam Al-Qamus “miskin” adalah orang yang tidak punya apa-apa atau

orang-orang yang sangat butuh pertolongan. Dan boleh dikatakan miskin

orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya.(Teungku Hasby

Ash-Shiddieqie, 2006:166) Dengan kata lain miskin adalah orang yang


32

hina karena fakir jadi miskin menurut bahasa adalah orang yang diam

dikarenakan fakir.

Sedangkan menurut Yasin Ibrahim sebagaimana yang

diungkapkan oleh M. Ridlwan Mas’ud dalam bukunya zakat dan

kemiskinan, instrument pemberdayaaan umat lebih luas lagi yaitu orang

yang tidak luas lagi yaitu orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Mereka kebalikan dari orang-orang kaya yang mampu

memenuhi apa yang diperlukan.(Muh. Ridwan Mas’ud,

2005:55)Sementara itu para ulama baik sahabat atau tabi’in berbeda

pendapat dan menafsirkan lafadh al-masakin dalam surat at-Taubah ayat

60:







Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
33

Kata miskin pada ayat di atas diartikan sebagai orang yang

mempunyai sesuatu tetapi kurang dari nisab, tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan mereka atau orang-orang yang memiliki harta tetapi

tidak mempu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa ada

bantuan.Ibnu Abbas menyatakan lain kata al-masakin diartikan orang

yang keluar rumah untuk meminta-minta. 7 Hal serupa juga diingkapkan

oleh Mujahid lebih lanjut ia menyatakan bahwa al-masakin adalah orang

yang meminta. Ibnu Zaid dalam menafsirkan al-masakin diartikan orang-

orang yang meminta-minta pada orag lain. Sedangkan menurut Qatadah

al-masakin adalah orang yang sehat (orang yang tidak mempunyai

penyakit) yang membutuhkan.

Pada riwayat lain disebutkan bahwa Umar menyatakan “bukanlah

orang miskin yang tidak mempunyai harta sama sekali, tetapi orang yang

buruk raganya” sementara ikramah menyatakan orang-orang ahli

kitab.Pengertian miskin sering disampaikan dengan fikir penjelasannya

adalah bahwa mengenai pengertian fakir dan miskin terdapat perbedaan

pendapat, yaitu sebagai berikut:Menurut Madzhab Hanafi, orang fakir

adalah yang memiliki usaha namun tidak mencukupi untuk keperluan

sehari-hari. Sedangkan orang miskin tidak memiliki tidak memiliki

matapencarian untuk mencukupi keperluan sehari-hari. Jadi keadaan

orang fakir masih lebih baik daripada orang miskin.Pendapat ini diperkuat

oleh Firman Allah dalam surat al-Balad ayat 16


34

:

Artinya: atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

1) Imam Abu Hanafiah memberi pengertian miskin adalah mereka yang benar-

benar miskin dan tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Imam Malik mengatakan bahwa fakir adalah orang yang mempunyai harta

yang jumlahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam

masa satu tahun.Imam asy-Syafi’i mengatakan bahwa fakir adalah orang yang

tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta dan usaha tetapi

kurang dari setengah kebutuhan hidupnya dan tidak ada orang yang

berkewajiban menggunakan biaya hidupnya.Imam Ahmad bin Hanbal

mengatakan bahwa fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau

mempunyai harta tetapi kurang dari setengah keperluannya. Sebagaimana kata

fakir, kata miskin pun mengalami pengertian yang bermacam-macam.Imam

Abu Hanafiah dan Imam Malik mengatakan bahwa orang miskin adalah orang

yang memiliki harta setangah dari kebutuhan hidupnya atau lebih tetapi

mencukupi. Ahli fikih sudah sama-sama mengadakan studi yang cukup

mendalam mengenai masala ini. Mereka sudah sepakat bahwa perbedaan

dalam hal ini tidak ada gunanya dalam arti zakat. Hal ini sebagai mana firman

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 273:


35





 

Artinaya:
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.

2) Ibnu Al-Arabi berpendapat sama saja antara fakir dan miskin yaitu orang

yang tidak mempunyai apa-apa. Abu Yusuf pengikut Abu Hanafiah dan Ibnu

Qasim pengikut Maliki juga berpendapat demikian.(M.Ali Hasan, 2006:95-

96).

Sementara itu Masdar F. Mas’udi mengatakan bahwa miskin menunjukan

pada orang yang secara ekonomi lebih beruntung daripada si fakir. Tetapi ia

tergolong orang-orang yang masih tetap kerepotan dalam memenuhi

kebutuhan hidup kesehariannya. (Masdar F. Mas’udi, 2005:115)


36

Dalam pengertian lain kemiskinan adalah salah satu bentuk ketidak

sejahteraan. Dalam al-Qur;an terdapat ayat-ayat yang menyebut tentang

kemiskinan dan petunjuk-petunjuk untuk mengatasinya. Namun dalam al-

Qur’an menyebutkan setiap orang yang memerlukan sesuatu sebagai fakir

atau msikin dan harus dibantu. Oleh karenaitu pengertian miskin tergantung

kepada ijtihad manusia yang selalu berubah dari masa ke masa, karena

ukuran-ukuran yang dipergunakan untuk merumuskan suatu makna yang

abstrak (seperti kemiskinan) selalu berubah-rubah.

c. Masyarakat Miskin

Untuk mengukur kemiskinanBPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Dengan

pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

yang diukur dari sisi pengetahuan. Jadi masyarakat miskin adalah

masyarakat yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di

bawah garis kemiskinan.

1) Kriteria Masyarakat Miskin

Kementerian Sosial Republik Indonesia menetapkan kriteria

dan pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu. Berdasarkan

keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor146/HUK/2013.

Fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister berasal dari

Rumah Tangga yang memiliki kriteria:


37

a) Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber


mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
b) Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk
memenuhi konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
c) Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga
medis, kecuali puskesmas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
d) Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai
jenjang SLTP
e) Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok
dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang
sudah usang/ berlumut atau tembok tidak diplaster.
f) Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk
setiap anggota rumah tangga.
g) Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
h) Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan
kondisi tidak baik/ kualitas rendah
i) Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik
atau listrik tanpa meteran.
j) Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2/ orang dan
k) Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ linnya.

Kriteria pengukuran kemiskinan menurut BKKBN. Pada awal

pemerintahan Orde Baru, data yang dipakai pemerintah, termasuk data

keluarga, terpencar dimasing-masing departemen sesuai dengan

kepentingannya. Sistem dan prosedurnya pun berbeda-beda antara satu

departemen dan departemen lainya sehingga sulit untuk digabungkan

menjadi data nasional.

Kemudian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

secara khusus mencatat dan melakukan pemantauan keluarga di


38

Indonesia dan hasilnya di kumpulkan dalam suatu pangkalan data yang

bersifat nasional. Sistem pendataan ini dilakukan secara konsisten

dengan pelaporan bulanan dari pusat kesehatan masyarakat

(puskesmas) kepada BKKN pusat, antara lain, tentang data jumlah

penguna konstrapepsi. Pada 1985 BKKBN mengembangkan sistem

pendataanya dan melakukan penggunaan kontrasepsi. Pada 1985

BKKBN mengembangkan sistem pendataannya dan melakukan survey

perencanaan keluarga nasional. Pada 1994 BKKBN menambah dua

bagia dalam surveinya, yaitu ukuran kesejahteraan keluarga dan

karakteristik demografi keluarga. Bagian kesejahteraan keluarga

digunakan untuk penargetan keluarga miskin yang dibagi dalam lima

kategori kesejahteraan, yaitu keluarga prasejahtera (Pra-KS), keluarga

sejahtera 1(K51), krluarga sejahtera 2(KS2), keluarga sejahtera 3

(KS3), dan keluarga sejahtera 3 plus (KS3 Plus).

Dalam penentuan kesejahteraan keluarga, BKKBN 23 indikator

yaitu:

a) Angota keluarga belum melaksanakan ibadah menurut agamanya


b) Seluruh anggota keluarga tidak dapat makan minimal dua kali
sehari
c) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk
di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
d) Bagian terluas dari lantai rumah adalah tanah.
e) Bila anak sakit, tidak dibawa ke sarana kesehatan
f) Angggota keluarga tidak melaksanakan ibadah agamanya secara
teratur
39

g) Keluarga tidak makan daging/ikan/telur minimal sekali


seminggu
h) Setiap anggota keluarga tidak memperoleh satu stel pakian baru
dalam setahun
i) Tidak terpenuhinya luas lantai luas rumah minimal delapan
meter pesegi per penghuni
j) Ada anggota keluarga yang sakit dalam tiga bulan terakhir.
k) Tidak ada anggota keluarga berumur 15 tahun keatas yang
berpenghasilan tetap
l) Ada anggota keluarga berumur 10-60 tahun ke atas yang tidak
bisa baca tulis
m) Ada anak berumur 5-15 tahun yang tidak bersekolah
n) Jika keluarga telah memiliki dua anak atau lebih, tidak memakai
kontrasepsi
o) Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan agamanya
p) Sebagian penghasilan keluarga ditabung
q) Keluarga minimal dapat makan bersama sekali dalam sehari dan
saling berkomunikasi
r) Keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
s) Keluarga melakukan rekrasi di luar rumah minimal sekali
sebulan
t) Anggota keluarga dapat mengunkan fasilitas transportasi lokal
u) Keluarga berkontribusi secara teratur dalam aktivitas sosial dan
v) Minimal satu anggota keluarga aktif dalam pengelolaan lembaga
lokal.

Data BKKBN ini telah digunakan dengan baik oleh pemerintah

maupun lembaga swasta untuk penargetan program seperti program

Takesra/kukesra, dan GN-OTA. Bahkan pada saat krisis ekonomi

1997/1998 data BKKBN digunakan untuk penargetan program-program

JPS, misalnya, program Operasi Pasar Khusus Beras oleh Badan Urusan

Logistik (Bulog).
40

UU No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskinPendataan

fakir miskin pasal 8,9,10 dan 11 antara lain :

• Pendataan fakir miskin pasal 8 yaitu:

a) Menteri menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk


melaksanakan penanganan fakir miskin
b) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
MENTERI berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga
terkait
c) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kegiatan statistik untuk melakukan pendataan
d) MENTERI melakukan verifikasi terhadap hasil pendataan yang
dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kegiatan statistik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3)
e) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
sekali
f) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) di
kecualikan apabila terjadi situasi dan kondisi tertentu yang baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
seseorang menjadi fakir miskin
g) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan oleh potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang
ada di kecamatan, kelurahan atau desa
h) Hasil verfikasi dan validasi sebagaimana dimaksud ayat (7)
dilaporkan kepada Bupati/Walikota
i) Bupati/ Walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada Gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
41

• Pasal 9

a) Seseorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif


mendaftarkan diri kepada lurah atau kepala desa atau nama lain
yang sejenis di tampat tinggalnya.
b) Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib
melaporkan setiap perubahan data anggota keluarganya kepada
lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat
tinggalnya.
c) Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib
menyampaikan pendaftaran atau perubahan sebagimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) kepada bupati/walikota melalui camat
d) Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
e) Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi
dan validasi terhadap pendaftaran dan perubahan sebagaimana di
maksud pada ayat (3)

• Pasal 10

a) Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi


informasi dan dijadikan sebagai data terpadu
b) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab Menteri
c) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dipergunakan oleh kementerian/ lembaga terkait dalam
penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh
masyarakat sesuai dengan ketetuntuan peraturan perundang-
undangan.
d) Kementerian/lemabaga yang menggunakan data terpada untuk
menangani fakir miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melaporkan hasil pelaksanaanya kepada Menteri
e) Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai
fakir miskin diberkian kartu indentitas.
f) Kementerian lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan
penerbitan kartu identitas diatur dengan peraturan menteri.
42

• Penetapan pasal 11

a) Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi yang


disampaikan kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal
8 ayat (9) dan pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri.
b) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan
bantuan dan/atau pemberdayaan.
c) Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang
sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan
oleh Menteri.

2) Klasifikasi Masyarakat Miskin

Kemiskinan berkaitan erat dengan sumber daya manusia

kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak berkualitas,

begitu pula sebaliknya. Penggolongan kemiskinan didasarkan pada

suatu standar tertentu, yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan

orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan kriteria ini paling

tidak ada tiga macam konsep kemiskinan, yaitu: kemiskinan absolute,

kemiskinan relative, dan kemiskinan subyektif.

Kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran

tertentu. lazimnya berorientasi pada kehidupan dasar anggota

masyarakat (sandang, pangan, papan). Masing-masing negara

mempunyai batasan kemiskinan absolute yang berbeda-beda sebab

kehidupan masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang


43

berlainan. Karena ukurannya dipastikan, konsep kemiskinan ini

mengenal garis batas kemiskinan. Pernah ada gagasan yang ingin

memasukkan pula kebutuhan dasar seperti: pendidikan, keamanan, dan

sebagainya, disamping kebutuhan fisik (Usman 2012:12).

Kemudian kemiskinan felative dirumuskan berdasarkan the idea

of relative setandard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan

waktu. Dasar pemikirannya adalah kemiskinan berbeda antara suatu

wilayah dengan wilayah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu

berbeda dengan waktu yang lainnya. Konsep kemiskinan semacam ini

lazimnya diukur dengan berdasarkan pertimbangan anggota masyarakat

tertentu, dengan berorientasi pada standar kelayakan hidup (Usman

2012:126).

Kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan

kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed

yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard.

Kelompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan,

boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin demikian pula

sebaliknya. Konsep kemiskinan semacam ini dianggap lebih tepat

apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan

cara atau strategi yang ekfektif untuk penanggulangannya. Perspektif

kultural merumuskan masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis:

individual, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individual kemiskinan


44

ditandai dengan sifat yang lazim disebut dengan a strong feeling or

marginality seperti: sikap parochial, apatisme, fatalism atau pasrah pada

nasib, boros, tergantung dan inferior (Usman 2012:128).

2. Ukuran-ukuran kemiskinan

Kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

melibatkan faktor ekonomi tetapi juga sosial, budaya dan politik. Untuk itu

tidaklah mengherankan apabila kesulitan akan timbul ketika fenomena

kemiskinan diobyektifkan dalam bentuk angka-angka. Dengan kata lain.

Tidak mudah untuk menentukan berapa rupiah pendapatan yang harus

dimiliki oleh setiap orang agar terhindar dari batas kemiskinan. Menurut

kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) dalam penanggulangan kemiskinan

absolute yaitu dengan menghitung pengeluaran rumah tangga untuk kosumsi

berdasarkan data Survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) ditetapkan

batas garis kemiskinan absolut adalah setara dengan tingkat pendapatan yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 2.100 kalori per orang plus

beberapa kebutuhan non-makanan lain, seperti: sandang, papan, dan lain-

lain. (Mas’oed Mochtar 1994:137).

3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan

Dimensi-dimensi yang terkait dalam kemiskinan. Pertama,

kemiskinan berdimensi ekonomi atau material, yaitu, papan, pangan,

sandang, perumahan, kesehatan dan lain-lain. Dimensi ini dapat diukur

dengan rupiah meskipun harganya akan selalu berubah-rubah setiap


45

tahunnya tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri. Kedua,

kemiskinan berdimensi sosial dan budayaseperti rendahnya pendidikan atau

adanya hambatan budaya misalnya, malas, mudah menyerah pada nasib dan

kurang memiliki etos kerja. Ketiga, kemiskinan berdimensi strukrtural atau

politis seperti kemiskinan yang terjadi disebabkan ketidakmerataan terhadap

sumberdaya karena struktrur dan peran seseorang dalam

masyarakat.Dimensi-dimensi kemiskinan pada hakikatnya merupakan

gambaran bahwa kemiskinan bukan hanya dalam artian ekonomi, tetapi

memperhatikan prioritas, sejalan dengan pembangunan nasional, bahwa

yang dikejar tidak semata-mata perubahan ekonomi melainkan juga

pembangunan kualitas manusia seutuhnya (Heru Nugroho 1995:26-31)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan dalam bab ini antara lain tentang tempat penelitian, jenis dan

motode penelitian, sumber data (data primer data sekunder), teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

A. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan lokasi yang dijadikan peneliti untuk

mendapatkan data dan fakta dalam memenuhi kebutuhan peneliti. Penelitian

yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin ini berlokasi di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

B. Jenis Dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian studi kasus yang

menggunakan Kualitatif Deskriptif, Menurut Sugiyono (2010:9) penelitian

kualitatif deskrptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. Sementara itu Nawawi dan Martini (1994:73)

mendefinisikan metode deskrptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan

46
47

objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan

kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Penelitian kualitatif

deskrptif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya

sesuai dengan pertanyaan penelitinya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata

apa yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperan, dan

bertindak).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:80), “populasi adalah wilayah generalisasi

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu. Ditetapkan oleh para peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua petugas Dinas

Sosial Kabupaten Solok Selatan yang berjumlah 25 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:81) “ sampel adalah sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan untuk

menetapkan jumlah sampel menurut Arikunto (2008:116) “ penentuan

pengambilan sampel sebagai berikut: apabila kurang dari 100 lebih baik

diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika


48

jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung

sedikit banyaknya dari:

a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,tenaga dan dana

b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal

ini menyangkut banyak sedikitnya dana

c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk

penelitian yang resikonya besar hasilnya akan lebih baik.

Informan dipilih berdasarkan teknik Purposive sampling dengan

menemukan informan kunci, dimana Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,

atau mungkin dia sebagai ahli kunci dari permasalahan yang kita kemukakan

sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Teknik Purposive sampling digunakan karena anggota sampel dipilih secara

khusus berdasarkan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 3 orang, 1 orang

pegawai Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten

Solok Selatan, yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala

seksi dan 1 orang pegawai dari staf Dinas Sosial bidang Sosial. Penulis

menjadikan Kabid Sosial sebagai orang yang paling tahu tentang persoalan yang

penulis kemukakan, sementara 2 informan yang lainya adalah kepala Seksi dan
49

pegawai/staf yang sudah lama menjabat dan berpengalaman tentang penelitian

ini.

D. Sumber Data

1. Primer

Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

primernya adalah kepala Seksi dan staf/petugas bidang Sosial Dinas Sosial,

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan yaitu

petugas yang bertugas melayani masyarakat miskin.

2. Skunder

Data sekunder adalah sumber yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber sekundernya

adalah kabid Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan.

E. Teknik Dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memenuhi

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini antara lain:


50

a. Observasi

Nasution, (dalam Sugiyono, 2012:226) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai

alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan

electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi

dengan jelas. Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono 2012:226) mengklasifikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),

observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (observation and covert

observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau

tersamar, karena peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyatakan

secara terus terang bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga objek

yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktifitas peneliti.

b. Wawancara

Sugiyono (2009:317) mengemukakan bahwa wawancara adalah

pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara. Wawancara


51

terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpul data, bila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul

data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara

terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul

data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data

dapat menggunakan pewawancara mempunyai keterampilan yang sama.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007), mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas

tersebut adalah reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

dan conclusion drawing/verificatioan Sugiyono (2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah analisis data yang dilaukan dengan memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Data yang diperoleh di dalam lapangan ditulis/diketik dalam

bentuk uraian atau laporan yang terperinci, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.
52

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian

data dimana penyajiannya dilakukan dalam bentuk uraina singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman

(dalam Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang

bersifat naratif.

3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification)

Langkah selanjutnya menurut Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono 2009:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnaya.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa data hasil

pengamatan dan data hasil wawancara. Data pengamatan didapat terutama

dari interaksi-interaksi antara penulis dengan informan.

Data wawancara dalam penelitian ini merupakan data utama yang

menjadi bahan utama dalam analisis untuk menjawab masalah peneliti,

wawancara dilakukan dengan wawancara terstruktur, dengan harapan

eksplorasi yang bebas, bisa menggali sebanyak mungkin informasi yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang dihasilkan dari

wawancara langsung diolah setiap kali wawancara, hasil wawancara


53

langsung dibuat rangkumannya, dan pertanyaan-pertanyaan inti dicatat

dalam reduksi transkrip wawancara. Untuk melengkapi data ini juga di

ajukan beberapa kali pertanyaan kepada informan di luar wawancara

informal, ini dilakukan untuk melengkapi apa yang sebelumnya

diwawancara kurang tereksplorasi dengan baik, dengan bagian penafsiran

data dapat dilakukan dengan baik.

Setelah semua infomasi dari hasil wawancara diperoleh, dilakukan

penafsiran data secara keseluruhan yang akan disajikan pada BAB IV.

Untuk menafsirkan perilaku pencarian informasi, penulis menggunakan

Model Perilaku Pencarian Informasi Ilmuan Sosial menurut David Ellis.

G. Waktu Penelitian

Agar penelitian ini memperoleh informasi dan data yang lengkap serta

untuk verifikasi maka penulis membutuhkan waktu 1 bulan, 19 Mei sampai 19

Juni di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan.
BAB IV
PEBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan

Bagian ini membahas semua tema yang diperoleh di lapangan tentang:

Gambaran umum Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, profil informan, Perilaku pencarian informasi petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dan

hambatan dalam pencarian informasi petugas Dinas Sosial.

A. Gambaran Umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan merupakan lembaga instansi pemerintah yang beralamat di Jln.

Poros Dua Kantor Bupati Timbulun Atas, Telp/Fax (0755) 7575155, Email:

Solsel. Satkerp3md @gmail.com. Kantor Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan .

1. Letak Geografis Kabupaten Solok Selatan

Kabupaten Solok Selatan berada pada jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang termasuk dalam daerah Patahan Semangka. Dengan luas

wilayah lebih kurang dari 3.590 km². Bila dilihat peta maka Posisi

54
55

kabupaten Solok Selatan tepat berada di bagian selatan Provinsi Sumatera

Barat dengan batas-batas wilayah di sekitarnya antara lain:

• Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Solok.

• Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Kerinci (Provinsi

Jambi).

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.

• Sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Dharmasraya

Ibu kota Kabupaten Solok Selatan adalah Padang Aro. Jarak antara

Padang Aro dengan Kota Padang adalah 166 Km. Secara administratif, sejak

tahun 2007 Kabupaten Solok Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu:

Sangir, Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, Sangir Batang Hari, Sungai Pagu,

Pauh Duo dan Koto Parik Gadang Diateh. Secara keseluruhan kabupaten ini

terdiri dari 39 nagari dan 215 jorong. Tiap kecamatan ini memiliki luas yang

bervariasi. Kecamatan terluas adalah kecamatan Sangir Batang Hari dengan

luas 752 km2 dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dengan luas 673 km2.

Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sangir Jujuan dengan luas 279 km2dan

Kecamatan Pauh Duo dengan luas 265 km2.

2. Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan

Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan di bidang Sosial diantarannya: Bidang Sosial,


56

Seksi Rehabilitas Sosial, Seksi perlindungan jamaina sosial dan Seksi

Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakair miskin.

a. Tugas-tugas Bidang Sosial

1) Bidang Sosial mempunyai tugas merumuskan kebijakan teknis,

penerimaan bimbingan teknis, melaksanakan program dan

pelayanan, serta pemantauan dan evaluasi dibidang Sosial

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Bidang Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyiapan rumusan kebijakan operasional di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan Sosial, jaminan Sosial,

pemberdayaan sosial dan penanggulangan fakir miskin

• Penyiapan bimbingan teknis dan supervise di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Rehabilitas

sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan

sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pelaksanaan tugas kedinasan yang diberikaan oleh pimpinan

sesuai bidang tugasnya.


57

b. Tugas-tugas Seksi Rehabilitas Sosial

1) Seksi Rehabilitas Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian

bimbingan teknis dan pemantauan serta evaluasi di bidang

Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Rehabilitas Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Rehabilitas Sosial mengacu

pada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Rehabilitas

Sosial

• Pengumpulan, pengelolaan dan evaluasi data di bidang

Rehabilitas Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Rehabilitas Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

c. Tugas Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

1) Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan penyusun dan pelaksanaan


58

kebijakan, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan serta di

bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial menyelenggarak

an fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Perlindungan dan Jaminan

Sosial mengacu paada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Perlindungan dan

Jaminan Sosial

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi data di bidang Perlindungan

dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

d. Tugas Seksi Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakir Miskin

1) Seksi Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan


59

pemantaua serta evaluasi di bidang Pemberdaayaan Sosial dan

Penanggulangan Fakir Miskin

2) Untuk melaksanaakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir

Miskin menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Pemberdayaan Sosial dan

Penanganan Fakir Miskin mengacu pada rencana kerja

Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Pemberdayaan

Sosial dan penanganan Fakir Miskin

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.


60

B. Profil informan

Informan merupakan objek utama dalam mendapatkan data. Untuk skripsi

ini peneliti mengambil 2 orang informan primer dan 1 orang informan sekunder.

Ketiga orang informan tersebut terdiri dari 2 pria dan 1 orang wanita, sekaligus

menjadi sampel dari jumlah total 25 orang pegawai Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan. 1 orang pegawai Dinas

Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan,

yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala seksi dan 1

orang pegawai dari staf.

Berikut profil masing-masing informan:

1. Nama : Diky Nanda Utama


NIP : 198211082005011006
Jabatan : Kabid Sosial
Lama Bekerja : 4 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Pakan Rabaa

2. Nama : Yulisman
NIP : 196501101989033010
Jabatan : Kasi
Lama Bekerja : 3 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Abai Sangir

3. Nama : Pepi Sutra Yani


NIP :-
Jabatan : Staf Bidang Sosial
Lama Bekerja : 10 tahun Pada Dinas Sosial
Alamat : Sungai Padi
61

C. Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang Masyarakat

Miskin di Kabupaten Solok Selatan

Dalam penelitian tentang perilaku pencarian informasi penulis

menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang terdiri dari 8

tahap yang dimulai dari tahap starting, chaining, browsing, differentiating,

monitoring, extracting, verifying, dan ending untuk menemukan informasi data

masyarakat miskin dan pengembangan atau publikasinya.

Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut:

1. Starting

Starting merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-

aktivitas yang memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang

dikategorikan sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan

yang biasanya dilakukan seseorang pengguna informasi saat pertama kali

mencari tahu tentang informasi.

Peneliti: Bagaimana upaya/langkah apa yang bapak/ibu lakukan untuk


mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “hal pertama yang kami lakukan untuk mendapatkan data


masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah kami mengacu kepada
BPS (Badan Pusat Statistik) yang di perbaharui dalam 1 kali dalam 5 tahun,
kewajiban kami adalah memverifikasi dan memvalidasi data tersebut minimal
1 kali dalam 1 tahun dan diharuskan 2 kali 1 tahun dan harus divalidasi setiap
tahunnya karena yang kita data masyarakat/ orang maka ia tidak statis atau
tidak tetap artinya akan naik akan turun setiap tahunnya akan berubah,
62

jangankan setiap tahun hitung bulan atau per 6 bulan bisa berubah, jadi harus
divalidasi data tersebut 2 kali dalam satu tahun”. (informan D)

“ berdasarkan Undang-undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan


Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin
berdasarkan kriteria orang fakir miskin dan tidak mampu berdasarkan basis
data terpadu kami mengacu data dari pendataan program BPS tahun 2011
yang berpedoman pada undang-undang No 8 tahun 2011 yang berdasarkan
peraturan Mentri Sosial No 8 tahun 2011 tentang pendata dan pengolahan data
penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS dan potensi kesejahteraan
sosial PSKS”. (informan P).

“ langkah awal yang kami lakukan untuk mendapatkan data kami mengacu
data pada data BPS yang di perbaharui 1 kali dalam 5 tahun. Berdasarkan
undang-undang No 11 tahun 2011 tentang kesejahteraan sosial dan undang-
undang No 13 tahun 2011 tentang fakir miskin”. (informan Y).

Informan menyatakan langkah pertama yang dilakukan oleh informan

adalah mengacu data masyarakat miskin dari BPS (Badan Pusat Statistik)

Kabupaten Solok Selatan berdasarkan undang-undang No 11 tentang

kesejahteraan Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang

penangana fakir miskin. Selama wawancara antara penulis dengan informan,

tampak jelas sekali oleh penulis bahwa informan begitu memahami betul

tentang apa yang digelutinya selama ini seperti halnya dalam pemaparan

informan terhadap data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Chaining

Chaining merupakan kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan

atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen lainya, mengikuti rangkaian

kutipan-kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar

bahan informasi (literature).


63

Peneliti: Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam


mengumpulkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “Sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan


Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), kita
di Solok Selatan ada namanya Tim Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan
Daerah, Kita juga bisa mengambil data dari Pak Jorong, Pak Wali dan Pihak
Kecamatan dalam rangka memvalidasi dan memverifikasi data BDT 2016”
(informan D)

“ sumber informasi yang kami dapat yaitu dari TKSK, TKSM, jorong, Wali
Nagari, kecamantan dari pedoman data BDT, STATISTIK, TP2K. yang akan
di data oleh TKSM dan TKSM karena merekalah yang akan mendata PMKS
dan PSKS” (informan P)

“sumber informasi dari berbagai sumber seperti dari BPJS, TKSK, TKSM,
TNP2K, jorong, walinagari, BDT, STATISTIK” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap Chaining ini Dinas Sosial

mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat miskin dari berbagai

sumber.

3. Browsing

Browsing atrinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah,

di wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal atau

menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

Peneliti: Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang yang bapak butuhkan
dalam pengumpulan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
64

Informan : “ Kita kalau di Dinas Sosial kita ada namanya TKSK (Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial
Masyarakat), TKSK ada di 7 kecamatan dan TKSM ada 39 Nagari dan
merekalah yang akan mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
bedasarkan PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial,
jadi TKSK dan TKSM yang akan mendata kerumah-rumah masyarakat’’
(informan D).

“ kami di Dinas sosial yang melakukan pendataan TKSK dan TKSM yang
intinya untuk melakukan pendataan merekalah yang akan mendata data
PMKS dan PSKS ini kami juga akan melakukan pendataan di bulan juli ini
setelah itu kami akan menvalidasi dengan mencocokan dengan data basis
terpadu dengan mengadakan koordinasi dengan Wali Nagari apakah data
masyarakat tersebut benar-benar miskin’’ (informan P)

“ ya seperti yang dikatakan pak Kabid dan buk pepi tadi kalau di Dinas Sosial
ini yang melakukan pendataan itu TKSK dan TKSM merekalah yang akan
mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ini mereka akan
mendata ke rumah-rumah masyarakat, TKSK dan TKSM tersebut yang akan
mendata masyarakat yang benar-benar tidak mampu” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap browsing ini yang mengumpulkan

data masyarakat miskin adalah TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat), yang

akan mendata ke rumah-rumah masyarakat miskin, berdasarkan

PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial.

4. Differentiating
Tahap differentiating merupakan tahap pemilihan menggunakan ciri-

ciri dalam sumber informasi sebagai patokan untuk memeriksa kualitas isi/

informasi. Kegiatan memilah dan memilih bahan sumber informasi


65

berdasarkan derajat kepentingan dan ketetapan serta relevansinya dengan

kebutuhan informasi, sehingga terpilih bahan sumber informasi yang paling

tepat dan paling relevan.

Peneliti: Apa yang Bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber informasi yang
paling relevan?

Informan: “

“ menjelang kita melakukan pendataan ini kita kan berkoordinasi dan


bersosialisasi dengan TKSK, TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK,
BAPEDA nya untuk mencocokan data-data berdasarkan kriteria orang miskin
kita masih mengacu pada kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional
yang akan dicocokan/diverifikasi benar tidaknya data tersebut” (informan D).

“ kita kan melakukan pendataan ini kita kan bersosialisasi dengan TKSK,
TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK, BAPEDA kita mencocokan
data-data, untuk kriteria fakir miskin kita belom bisa mengatakanya karena
kita berkordinasi dulu kita memakai kriteria nasional, kita mencocokan
dengan benar tidaknya data tersebut, data kami itu kita verifikasi dan
melakukan pengukuran dengan Wali Nagari antuk kecamatan dengan adanya
Wali Nagai, jorong, TKSM data tersebut dicocokan sesuai dengan hasil yang
dilapangan, setelah itu kita bisa menentukan orang itu miskin atu tidak
miskin” (informan P).

“ kita melakukan pendataan kita akan bersosialisasi dengan TKSK dengan


mengundang BPS, STATISTIK , BAPEDA yang akan mencocokan data-data
fakir mikin berdasarkan kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional”
(informan Y).

Tahap differentiating merupakan tahap penyeleksian dari berbagai

sumber yang telah di miliki, memilih sumber yang paling relevan dan tepat

untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan tema awal yang kita cari, seperti
66

yang dikatakan informan diatas bahwasanya informasi yang didapat

dimanfaatkan semua.

5. Monitoring

Monitoring artinya kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk dalam

kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

berkesinambungan atau dengan tetap bertukar informasi dengan rekan sejawat

dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar dalam bidang

tertentu.

Peneliti : Bagaimana bapak/ibu monitoring data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan?

Informan : “ cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari
Dinas Sosial, atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat
berfikir mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke
kita kadang bukan data yang sebenarnya, contoh “apakah bapak mempunyai
kebun atau ladang?, padahal dia punya tetapi karena yang mendata adalah
orang Dinas Sosial mereka akan bilang “oh gag ada pak, penghasilan bapak
sebulan berapa? , misalanya penghasilan sebulan orang miskin itu minimal
1000.000 rupiah, diatas satu juta tidak dikategorikan orang miskin misalnya,
karena Dinas Sosial yang mendata maka masyarakat mereka akan bilang pak
penghasilan saya cuma 1000.000 rupiah, makanya dalam mendata nanti kami
akan bekerjasama dengan pak jorong dan pak wali”. (informan D)

“ untuk memantau data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan


supaya tidak terjadi kekeliruan kami meminta bantuan jorong dan Wali Nagari
67

karena jorong dan Wali Nagarilah yang tahu persis keadaan masyaraktanya di
jorong tersebut”.(informan P).

“ ya itu tadi kadang kan masyarakat kita ini kalau ada pendataan bantuan
miskin mereka yang tidak miskin ikut menyertakan pendataan, seperti orang
itu mampu tetapi karena ada pendataan mereka bilang tidak mampu, untuk
pendataan ini supaya datanya persis dengan dilapangan kami disini ya minta
bantuan pihak jorong dan pihak Wali Nagari supaya datanya lebih akurat”
(informan Y).

Dalam monitoring bagi Dinas Sosial menurut penulis memang cocok

atau pantas untuk dilakukan, apalagi dalam pendataan masyarakat miskin

seperti bekerjasama dengan Jorong dan Wali Nagari yang selalu berhubungan

dengan masyarakat, sesuai dengan pernyataan informan diatas bahwasanya

tahap monitoring dilakukan dengan berdiskusi dengan pak jorong dan pak

wali apakah data tersebut sesuai dengan data yang di lapangan.

6. Extracting

Extracting artinya secara sestematis menggali di satu sumber untuk

mengambil materi/informasi yang dianggap penting mengidentifikasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah dapat di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Peneliti: siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan ?

Informan: “seperti yang saya katakana tadi informasi yang kami dapatkan
tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, kami mengacu
pada data BPS, dan informasi lainnya data dari TKSK dan TKSM , BPJS,
68

TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak


Wali dan dari pihak kecamatan.

“yang berperan dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok


Selatan ya data dari BPS, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan
Kemiskinan Daerah TKSK, TKSM, Karena TKSK dan TKSM lah yang akan
mendata masyarakt miskin di Kabupaten Solok Selatan dan dari jorong,
Nagari, Kecamatan” (informan P).

“seperti yang dikatakan pak kabid tadi informasi data masyarakat miskin di
Kabupaten Solok selatan datanya mengacu pada data BPS, dan yang lainya
seperti dari TKSK, TKSM, BPJS, TNP2K, Tim koordinasi penanggulangan
Daerah, seperti jorong, walinagari dan kecamatan” (informan Y).

Informan menyatakan bahwasanya untuk melengkapi informasinya

Dinas Sosial mendapatkan Informasi dari berbagai sumber diantaranya: data

dari BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, Pihak Jorong, Pihak Wali Nagari dan dari pihak

kecamatan. Karena sudah banyak sumber informasi yang didapatkan tentang

data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan telah merasa cukup.

7. Verifying

Verifying merupakan kegiatan pengecekan atau penilaian apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diinginkan.

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/mencocokan


data masyarakat miskin yang di peroleh ?

Informan: “Sebetulnya untuk pengecekan apakah data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan udah benar atau salah, sesuai informasi yang kami
69

dapat dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K,
Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak Wali
dan dari pihak kecamatan, kami akan melakukan pendataan lagi ke rumah-
rumah masyarakat, verifikasi yang memakai Basis Data Terpadu dari BPS
datanya dari BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembanguanan Daerah) data ini
yang akan dicocokan ke lapangan, nanti TKSK dan TKSM yang akan
mendata kerumah-rumah masyarakat.

“ setelah kita melakukan pendataan yang dilakukan oleh TKSK dan TKSM
kita melakukan pengukuran di Wali Nagari dan pihak kecamatan dengan
mencocokan semua data-data yang telah kita lakukan pendataan seperti data
STATISTIK, data BDT nanti kita akan mengklarifikasi kelapangan dengan
jorong. Kami akan menvalidasi data 2 kali dalam 1 tahun sampai data
kemiskinan ini terhapus” (informan P).

“ Kami melakukan pengecekan data tersebut apakah sudah benar atau tidak,
data yang kami peroleh dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM
, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak
Jorong,Pak Wali dan dari pihak kecamatan, kami akan menvalidasi ke rumah-
rumah masyarakat yang akan kami lakukan dalam 1 tahun 2 kali yang di
cocokan oleh TKSK dan TKSM” (informan Y).

Berdasarkan pernyataan informan di atas bahwa tahap verifying

dilakukan dengan mencocokan ke lapangan apakah informasi yang didapatkan

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sudah sesuai dengan

keadaan masyarakat yang sebenarnya. Sehingga dengan adanya pengecekan

ulang maka Dians Sosial akan mendapatkan data yang lebih akurat/benar

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

8. Ending

Merupakan kegiatan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian.


70

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan data masyarakat


miskin yang relevan di Kabupaten Solok Selatan ?

Informan:“Data yang telah kita dapat kami umumkan di Wali Nagari, sebelum
kita legalkan dengan SK pak Bupati, datanya kita tempel di Wali Nagari dan
kantor camat, nanti yang akan di umumkan oleh pak camat dan pak Wali
Nagari yang akan mengumumkan pada masyarakat, maksudnya jika ada
masyarakat yang protes, kita akan cek kelapangan berdasarkan pendataan dan
berdasarkan bukti-bukti dilapangan yang di dapatkan oleh TKSK dan TKSM
itu yang akan kita umumkan di kantor Wali Nagari dan kantor camat, dan
akhirnya akan keluar satu SK atau berbentuk peraturan Bupati tentang kondisi
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan data BPD (Badan
Permuawaratan Desa) dan BPS (Badan Pusat Statistik).” (informan D)

“setelah kita memperoleh data masyarakat miskin di Solok Selatan, setelah


kita validasi dan verivikasi data kita akan memapang data-data kemiskinan
Solok Selatan di setiap nagari, pernagarinya di kecamatan masing-masing
agar masyarakat melihat mana masyarakat miskin, mana masyarakat tidak
mampu, kami juga melakukan penempelen label ke rumah-rumah. Berarti
setelah data masyarakat Solok Selatan Oke kita akan membuat lampiran
nama-nama masyarakat miskin di Solok Selatan dan memberikan label-label
di setiap rumah-rumah sesuai dengan data yang ada”. (informan P).

“ setelah kami mendapatkan data tersbut, data tersebut akan di umumkan di


Wali Nagari, datanya di tempel di Wali Nagari dan kantor camat dan nanti
akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari dan pihak Kecamatan” (informan
Y).

Informan D dan inrorman Y menyatakan bahwasanya untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat dan akan di legalkan dengan SK

(surat keputusan) Bupati yang akan di temple di Wali Nagari dan kantor

camat yang akan di umumkan oleh pihak kecamatan dan dan pihak Wali

Nagari langsung kemasyarakat Kabupaten Solok Selatan. Sedangkan


71

informan P menyatakan hasil akhir data tersebut ditempelkan di rumah-rumah

masyarakat miskin.

Dari perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

msyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, sesuai dengan model perilaku

pencarian informasi David Ellis. Gambaran akhir dari perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan yang penulis kelompokan ke dalam bentuk kerangka diagram

berikut dibawah ini: Mengacu Pada data BPS

Sumber
Starting Informasi
Hasil akhir • BPJS
• Diserahkan • TNP2K
ke Wali
• BDT
Nagari &
Ending Chaining • STATISTIK
Camat
• PMKS
• Di tempel di
rumah-rumah • PSKS
• TKSK
• TKSM
• Jorong
Verifying Monitoring • Wali Nagari

Pengecekan ke rumah-rumah yang Monitoring bekerja sama dengan


dilakukan 1 tahun 2 kali Jorong dan Wali Nagari

1. Starting

Ketiga informan menyatakan langkah awal/pertama yang

dilakukan oleh informan adalah mengacu pada data masyarakat miskin

dari BPS ( Badan Pusat Statistik).


72

2. Chaining

Ketiga informan menyatakan pada tahap chaining ini petugas

Dinas Sisial mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat

miskin dari berbagai sumber.

3. Monitoring

Pada tahap monitoring ketiga informan menyatakan mereka

bekerjasama dan berdiskusi dengan pihak jorong dan Wali Nagari

apakah data tersebut cocok dengan yang di lapangan.

4. Verifying

Tahap verifying semua informan menyatakan mereka

mencocokan data masyarakat miskin dengan melakukan pengecekan

ulang ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan dalam 2 tahun

sekali.

5. Ending

Pada tahap ending dua informan menyatakan untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat yang akan di legalkan

dengan SK Bupati, yang akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari

dan Kecamatan kepada masyarakat sedangkan satu informan

menyatakan pada tahap ending hasil akhir dari data tersebut

ditempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.


73

Kerangka di atas merupakan gambaran dari tahapan teori David

Ellis yang penulis gambarkan kembali sesuai dengan perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dians Sosial tentang masyarakat miskin di

Kabupaten Solok Selatan.

D. Hambatan dalam Pencarian Informasi

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, seringkali seseorang mengalami

hambatan. Hambatan yang dialami oleh pencari informasi telah banyak dikaji

oleh beberapa ahli, salah satunya adalah Wilson (1997). Setiap orang akan

mengalami suatu hambatan dalam pencarian informasi. Hambatan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Peneliti: fakator apa yang menghambat bapak/ibu dalam pendataan masyarakat


miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan:

1. Faktor internal (faktor dalam organisasi)

“ kami disini Kekurangan tenaga TKSM dan TKSK yang dilapangan karena
39 nagari idealnya harus ada tenaga TKSM itu 50 orang, Cuma yang ada
sekarang baru 30 orang yang berada dan anggaran kami terbatas untuk
pendataan 2 kali satu tahun” (informan D)

“ kurangnya tenaga pendata , kurangnya kendaraan untuk pendataan TKSK


dan TKSM dan kami juga masih kekurangan tenaga TKSK dan TKSM, kita
di Solok Selatan 39 sembilan nagari dan kami masih kekurangan TKSK dan
TKSM “ (informan P)
74

“kami kekurangan tenaga TKSM dan TKSK untuk pendataan di lapangan,


tenaga TKSM kami sangat terbatas, dan dari segi anggaran, anggaran kami
sangat terbatas” (informan Y).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar organisasi)

“cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari Dinas Sosial,
atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat berfikir
mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke kita
kadang bukan data yang sebenarnya Jadi data yang mereka berikan bukan
data yang sebenarnya dan faktor wilayah/ kondisi wilayah,wilayah kita kan
masih banyak wilayah-wilayah yang tidak bisa dilalui kendaraan seperti
daerah lubuk ulang-aling butuh tenaga ektra untuk mendata masyarakat
miskin” (informan D)

“ dan dari segi wilayah yang wilayahnya yang curam dan kami akan
melakukan pendataan langsung rumah-kerumah’’ (informan P).

“ faktor yang meghambat ya itu faktor wilayah, liat saja wilayah kita masih
banyak daerah yang tidak bisa di lalui kendaraan, masih banyak wilayah
yang susah dijangkau, yang menyebabkan kami disini sulit untuk mendata
masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau ya seperti lubuk
ulang-aling dan wilayah-wilayah lain yang sulit dijangkau” (informan Y).

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa situasi tempat kegiatan

melakukan pencarian informasi merupakan penghambat berlangsungnya

pencarian informasi. Disamping itu lingkungan yang luas juga dapat menjadi

masalah penghambat (Wilson:2000). Dalam penelitian ini yang menjadi

hambatan adalah kondisi wilayah yang sulit dijangkau dan pola pikir masyarakat.

Terjadinya hambatan akan mempersulit pencarian informasi data masyarakat

miskin dan hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal dikarenakan banyak

faktor yang mempengaruhi Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


75

II. Pembahasan

Informasi yang peneliti peroleh di atas menunjukan bahwa dalam

melakukan proses pencarian informasi dengan menggunakan model perilaku

pencarian informasi David Ellis (1993) yaitu mulai dari tahap starting hingga

ending. Tahap starting merupakan tahap awal dalam proses perilaku pencarian

informasi. Menurut David Ellis, tahap awal ini adalah proses penentuan

pencarian informasi dalam melakukan pencarian informasi apakah

menggunakan kata kunci yang bersifat umum atau khusus, yang merujuk pada

rujukan awal, hal ini selaras dengan yang diungkapkan David Ellis yaitu

starting. Pada tahap Starting Dinas Sosial mengacu data masyarakat miskin

pada BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Solok Selatan

Tahap kedua yaitu chaining, maksudnya kegiatan yang ditandai

dengan mengikuti mata rantai atau mengaitkan daftar literature yang ada ke

rujukan kunci. Pada tahap pencarian informasi informan menggunakan

matarantai dari berbagai sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan), di Solok Selatan ada namanya Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, dari Jorong, Wali Nagari dan Pihak Kecamatan. Dari

berbagai sumber informasi yang diperoleh Dinas Sosial ini memudahkan

informan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pada tahap ini selaras

dengan ungkap Ellis bahwa dalam tahap ketiga yaitu browsing tahap ini
76

ditandai kegiatan mencari informasi yang terstruktur dan semi terstruktur, dan

dalam melakukan pencarian informasi informan harus bisa menentukan

subjek dari permasalahan yang ada, agar mudah dalam mendapatkan

informasi. Pada tahap browsing ini diungkapkan oleh informan bahwa pada

tahap ini tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial. Langkah selanjutnya

differentiating, pada tahap ini informan memilih referensi terhadap terhadap

informasi yang didapatkannya, pada tahap ini petugas Dinas Sosial

menggunakan semua informasi yang didapat. sedangkan Ellis menyebutkan

bahwa pada tahap differentiating merupakan tahap pemilihan terhadap

referensi yang akan digunakan untuk kebutuhan informasi. Tahap monitoring,

informan memilih-milih sumber informasi dengan tujuan memperoleh sumber

yang paling bermanfaat, informan menyatakan tahap monitoring dilakukan

dengan berdiskusi dengan pihak jorong. Selanjutnya tahap extracting ini

informan merangkum informasi yang didapatnya dan informasi tersebut akan

digunakan jika menurut mereka penting. Hal ini yang diungkap Ellis bahwa

pada tahap extracting ini adalah proses perangkuman informasi yang

didapatkan. Sedangkan Pada tahap ini petugas Dinas Sosial menyatakan

untuk melengkapi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

menyatakan mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Tahap ini tidak

sesuai dengan David Ellis


77

Tahap verifying adalah proses pengecekan kembali apakah informasi

yang didapatkan tersebut telah sesuai yang diinginkan pada tahap terakhir

yaitu ending, tahap ini merupakan tahap dimana semua proses pencarian,

pemilihan, penyeleksian dan pengecekan atau penilaian berakhir.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perilaku

pencarian informasi yang dilakukan oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dengan menggunakan model

perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 bahwasanya ada beberapa

tahap yang memang tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan yaitu browsing, differentiating, dan extracting. Sedangkan pada

tahap ending dari ketiga informan berbeda. Informan D dan Y melakukan

ending dengan menyerahlan hasil pencarian informasi masyarakat miskin

kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara informan P menempelkan

di rumah-rumah masyarakat miskin.


BAB V
PENUTUP

Dalam bab terakhir dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh

dari wawancara dan analisis data. Kesimpulan yang diambil ini merupakan jawaban

dari permasalahan yang sebelumnya dirumuskan di bab 1, selain kesimpulan, peneliti

juga memberikan saran-saran kepada pihak yang terkait.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan peneliti maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan:

1. Perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Sesuai dengan Teori

Pencarian informasi David Ellis 1993 tetapi ada beberapa tahap yang

tidak di lakukan yaitu browsing, differentiating, dan extracting.

Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan berbeda. Dua

informan melakukan ending dengan menyerahkan hasil pencarian

informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat,

sementara satu informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat

miskin.

2. Hambatan petugas Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan yaitu faktor internal dan eksternal.

78
79

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan memaparkan dalam bentuk

skripsi, maka penulis berharap sebagai berikut:

1. Petugas Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan sebaiknya secara langsung mengunjungi

masyarakat atau tanpa perantara sehingga data yang diperoleh sesuai

dengan kondisi masyarakat di lapangan.

2. kepada pembaca diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan

menggunakan metode atau teori perilaku pencarian informasi lainnya.

3. Dan kepada penulis sendiri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

menambah wawasan dibidang ilmu perpustakaan kususya dibidang

kebutuhan informasi serta dapat mengembangkan perilaku pencarian

informasi dan data yang mendukung dibidang pencarian informasi


DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto. 1996. Perangkap Kemiskinan: Problem dan Strategi


Pengentasannya dalam Pembangunan Desa. Yokyakarta: Aditia Medika

Dinas. (n.d). Retrieved Desember 19, 2017, from http: //Kbbi.web.id

Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi


Pembanguna Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. PT Refika Aditama:
Bandung

Eko Handoyo dkk.2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu


Sosial Negeri Semarang

Hamonangan Singgalingging. 2008. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Educatioan). Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan UNNES.

Heru Nugroho. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Pemberdayaan, Yogyakarta:


Aditiya Media

Hur Hayati. 2015. Perilaku Pencarian Informasi oleh Mahasiswa Tunanetra (Studi
Kasus di IAIN Imam Bonjol Padang). Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

IAIN Imam Bonjol Padang. 2015/2016. Buku Pedoman Akademik IAIN Imam Bonjol
Padang. Padang: IAIN Imam Bonjol Padang

Jalaluddin Rakhmat.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstuktur Teori
dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI

Keputusan Mentri Sosial Republik Indonesia No. 146/HUK/2013 tentang penetapan


Kriteria dan Pendapatan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu

M.Ali Hasan, 2006. Zakat dan Infaq. Jakarta: Kencana

Mas’oed Mochtar. 1994. Polotik, Birografi dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Masdar F. Mas’udi, 2005. Menggagas Ulang Zakat. Bandung: Mizan

Muh. Ridwan Mas’ud, 2005. Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan Umat.
Yogya: UII Press

Muhtadi Ridwan. 2012. Gelita Ekonomi Islam: Memangkas Kemiskinan, Mendorong


Perubahan. Malang: UIN Maliki Press

Mukham, Kepala BPS Petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan wawancara
Pribadi 20 February 2017 Solok Selatan

Nurafni Dahlia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akaik


di Karang Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang. Skripsi mahasiswa IIP
Fakultas Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Pawit M Yusup. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi


Retriveal. Jakarta: Kencana

Pengertian-masyarakat-miskin.(2011,02) Retrieved February 28, 2017, from html:


http://masyarakatmiskin.blogspot.co.id

Perilaku Pencarian dalam memenuhi Kebutuhan Informasi bagan 2. (2009,01 10).


Retrieved Desember 19, 2016, from http://encangsaepusin.wodpress.com

Putu Laxman Pendit. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta:
JIP-FSU

Racman Hermawan. 2006. Etika Kepustakawan Suatu Pendekatan Terhadap Kode


Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Rafika Sastra. 2014. Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra di


Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sarlito W. Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pres

Sherly Octavia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Menggunakan Ansroid Studi


Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas
Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sidi Gazalba, 1985. Ilmu Islam2: Asas Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Siti Rozinah. 2012. Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Dalam Penulisan
Skripsi (studi kasus di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
(STAINU) Jakarta). Depok. Tersedia Pada (http://lontar.ui.ac.id) diakses pada
tanggal 21 April 2017.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunyoto usman. 2012. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyarta:


Pustaka Pelajar

Widya Yusrina.2015. Perilaku Pencarian Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang
Dalam Memilih Perguruan Tinggi. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab Dan
Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Widyana Dewi Kartika. 2011. Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi


Peneliti: studi kasus di mahkamah konsitusi Republic Indonesia. Semarang.
Teredia pada (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip/issue/view/10)
diakses pada tanggal 15 April 2017.

Wiji Suwarno. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA Group.

Yusuf Qardhawi. 2002. Hukum Zakat. Jakarta: Lintera Internusa


Dokumentasi

Kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok


Selatan
Peneliti bersama Bapak Kabid Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

Peneliti besama Bapak Kasi dibidang Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
Peneliti bersama ibu staf bidang sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
PEDOMAN WAWANCARA

Teori David Ellis

No Indikator Instrumen Wawancara


1 Starting a. Apa persiapan yang Bapak/ibu lakukan sebelum melakukan pengumpulan data masyarakat miskin
di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Bagaimana upaya/ langkah apa yang Bapak/ibu lakukan untuk mendapatkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
2 Chaining a. Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam mengumpulkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan (misal: personal/ahli/lembaga dll).?
3 Browsing a. Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang bapak butuhkan dalam mengumpulkan data
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Apa kriteria masyarakat miskin yang Bapak/ibu gunakan dalam menyempurnakan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan?
4 Differentianting a. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber yang paling kongkrit ?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/ mencocokan data yang di peroleh ?
5 Monitoring a. Bagaimana bapak/ibu memantau/ monitoring data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?
6 Extacting a. Siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Siapa informan yang memberikan data yang konkrit tentang data masyarakat miskin?
7 Verifying a. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ibu peroleh telah sesuai yang diinginkan?
b. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ peroleh sesuai dengan di lapangan?
8 Ending a. Apa yang selanjutnya Bapak/ibu lakukan setelah informasi tenang data masyarakat miskin
didapatkan?
9 Faktor a. Faktor apa yang mempengaruhi Bapak/ibu dalam mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Penghambat Selatan?
b. Apa kendala Bapak/ibuk dalam mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
BIODATA PENULIS

Nama : Susi Utami


Nim : 1311020140
Fakultas/ Jurusan : Adab dan Humaniora/ SPI Konst.
Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Tempat/ Tgl Lhr : Bangun Rejo, 12 Mei 1992
Negeri Asal : Pincuran Tujuh Bangun Rejo,
Kecamatan Sangir, Kab. Solok
Selatan
E-mail : susiutami862@gmail.com
Hp : 085263514324
Judul Skripsi : Perilaku Pencarian Informasi Oleh
Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten
Solok Selatan

I. PENDIDIKAN YANG DITEMPUH:


1. SDN 24 Bangun Rejo di Solok Selatan Tahun 1999-2005
2. SMPN 14 Solok Selatan Tahun 2005-2008
3. SMKN 1 Solok Selatan Tahun 2008-2011
4. UIN Imam Bonjol Padang Tahun 2013-2017

II. DATA KELUARGA


1. Nama Orang Tua
 Ayah : Sutamto
 Ibu : Sujinah
2. Pekerjaan Orang Tua
 Ayah : Petani
 Ibu : Petani
3. Jumlah Saudara : 3 Orang
4. Anak yang ke : 1(Pertama)
5. Alamat Orang Tua : Pincuran Tujuh Bangun Rejo, Kecamatan Sangir,
Kab. Solok Selatan
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI OLEH PETUGAS DINAS SOSIAL
TENTANG MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN
SOLOK SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Sebagai Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Pada Jurusan Sejarah
Kebudayaan Islam Konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Oleh:

SUSI UTAMI
1311020140

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)


KONSENTRASI ILMU INFORMASI PERPUSTAKAAN (IIP)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN IMAM BONJOL PADANG
1438 H/2017 M
   
karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Qs. Alam Nasyrah: 5-8).

Kata-perkata yang tak dapat mengungkapkan segalanya

Cintamu, kasihmu, yang meneggakkan anakmu sampai detik ini

Harapanmu seperti biji padi

Segala isi dunia kau berikan untuk ku

Doa yang selalu menyertai langkahku

Sebongkah harapan terpancar diwajahmu

Untuk mengabulkan sepercik impian

Hujan, panas, badai, yang menerjang langkah-langkah kecil ini

Karana cinta dan kasihmu ku masih berdiri sampai saat ini

Matahari tak kan bersinar setetah malam, pelangi tak kan muncul setelah
hujan, Begitu pun hidup ini tiada arti kebahagiaan tanpa didahului
kepahitan

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup yang selalu


memberikan segalanya cinta, kasih dan sayang, mendampingi saat suka
dan duka, selalu mendampingi saat ku lemah tak berdaya Ayahanda dan
Ibunda tercinta yang selalu mendoakan untukku dalam setiap sujudnya.

Terima kasih Ayahnda dan Ibunda tercinta


KATA PENGANTAR

   


Puji sykur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis bisa menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “ Perilaku Pencarian Informasi Oleh Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan’’ .

Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun

umatnya untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berkat kemudahan

dan izin Allah, dan bantuan semua pihak akhirnya penulisan skripsi ini bisa

diselesaikan.

Penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan ucapan

terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda tercinta Sujinah dan

Ayahanda Sutamto yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu

menyayangi Ayahanda dan Ibunda dunia akhirat, juga buat adik-adik penulis

Cindy Sutanti, Vigo Trio Utama dan Nesa Riski Utami yang selalu memberi

dukungan agar penulis tetap semangat menyelesaikan skipsi ini. Semoga

Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

i
Melalui kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini:

1. Rektor UIN Imam Bonjol Padang Bapak Dr. Eka Putra Wirman, Lc.,M.A.

beserta jajaran Wakil Rektor UIN Imam Bonjol Padang.

2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Bapak Dr. H Yufni Faisol, M.A

beserta jajaran Wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

3. Ketua Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Bapak Muhammad Ilham,

S.Ag., M. Hum dan Sekretaris Jurusan Ibu Lisna Sandora, M.pd

4. Dosen Penasehat Akademik (PA) Bapak Muhammad Ilham, S.Ag,S.sos,

M. Hum yang telah memberikan ilmu, dukungan, dan arahannya selama

masa perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Arwemi, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Erida, M.Pd

selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, dan memberikan

bimbingan, arahan, dan sumbangan pemikiran sehingga penulis bisa

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suhefri, M.Ag dan Bapak Muntasir, M.Hum selaku penguji

yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini

7. Bapak Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, Bapak Kepala Bidang Sosial beserta staf yang

ii
dengan ikhlas memberikan data dan dukungan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak/Ibu pegawai

Akademik dan Kemahasiswaan (AKAMA) Fakultas Adab dan

Humaniora, dan Bapak/Ibu pegawai Perpustakaan UIN Imam Bonjol

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menggunakan buku-

buku sebagai bahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Ucapan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan jurusan

SKI Khususnya angkatan 2013, Yurnani, Melda, Bulan, Lilis, Dona, Utia,

Rolis dan yang lainya yang tidak bisa disebutkan semua. Dan teman kost

Kak Nova, Vita,Vina, Ilda, Rika, Sari, dan yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan terimakasih yang dapat

penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas atas segala amal

kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk

menyelesaikan studi yang penulis jalankan Amiin Yarabbal’Alamin.

Padang, 02 Agustus 2017


Wassalam

Susi Utami

iii
ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas


Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan disusun oleh Susi
Utami, Bp: 1311020140 Jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang. Permasalahan pokok yang
dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana perilaku pencarian informasi petugas
Dinas Sosial dalam mencari informasi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Selatan dengan menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang
dimulai dari Starting dan diakhiri dengan ending. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan perilaku pencarian informasi petugas Dinas Sosial tentang
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan. Peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data
melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
sampel diambil secara pusposive sumpling dari Kabid Sosial, Kasi Sosial dan staf
bidang Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari
Kabupaten Solok Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi oleh
petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sesuai
dengan perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 ada beberapa tahap yang tidak
dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan yaitu browsing,
differentiating, dan extracting. Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan
berbeda. Dua informan melakukan ending dengan menyerahlan hasil pencarian
informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara satu
informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.

Kata Kunci: Perilaku Pencarian Informasi

iv
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................................ 5
C. Penjelasan Judul ....................................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8
E. Tinjauan Kepustakaan .............................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi .................................................................................14


1. Pengertian Informasi ......................................................................14
2. Sumber Informasi ..........................................................................15
B. Perilaku Pencarian Informasi ...................................................................17
C. Model Perilaku Pencarian Informasi ........................................................20
D. Masyarakat Miskin ...................................................................................29
1. Pengertian Masyarakat Miskin ......................................................29
2. Ukuran-Ukuran Kemiskinan ..........................................................44
3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan.......................................................44

v
BAB III: METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian.....................................................................................46
B. Jenis Dan Metode Penelitian ....................................................................46
C. Populasi dan Sampel ................................................................................47
D. Sumber Data .............................................................................................49
1. Primer ............................................................................................49
2. Skunder ..........................................................................................49
E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data .......................................................49
1. Observasi .......................................................................................50
2. Wawancara ....................................................................................50
F. Teknik Analisis Data ................................................................................51
1. Reduksi Data (Data Reduction) .....................................................51
2. Penyajian Data (Data Diaply)........................................................52
3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification) .......................52
G. Waktu Penelitian ......................................................................................53

BAB IV: PEMBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan ........................................................................54


A. Gambaran umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan ..........................................54
B. Profil Informan ..............................................................................60
C. Perilaku Pencarian Infomasi Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan ...........................61
D. Hambatan dalam Pencarian Informasi ...........................................73
II. Pembahasan .............................................................................................75

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................78

vi
B. Saran...............................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Struktrur Organisasi Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari


Kabupaten Solok Selatan

Dokumentasi

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur

Provinsi Sumatera Barat. Sebelumnya, kabupaten ini merupakan bagian dari

Kabupaten Solok. Setelah kemerdekaan, muncul wacana pembentukan sebuah

kabupaten yang meliputi sebagian wilayah Solok Selatan saat ini. Hal ini ditandai

dengan diadakannya Konferensi Timbulan pada tahun 1950-an. Saat itu digagas

rencana pembentukan sebuah kabupaten dengan nama Kabupaten Sehilir Batang

Hari yang meliputi wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Pantai Cermin, Sungai

Pagu dan Sangir. Namun pada saat otonomi daerah keinginan tersebut baru

terwujud dengan nama Kabupaten Solok Selatan, yang diresmikan bersama 23

kabupaten baru lainnya di Indonesia, yaitu 7 Januari 2004 dengan Undang-

Undang Nomor 38 Tahun 2003.

Matapencarian masyarakat Solok Selatan umumnya berprofesi sebagai

petani, namun ada juga sebagian kecil berprofesi sebagai pedagang dan PNS.

Dari usaha yang mereka lakukan untuk memenuhi kehidupan keluarga atau

rumah tangga, masyarakat Solok Selatan umumnya memiliki penghasilan rendah

dibandingkan dengan penghasilan masyarakat di kabupaten lainnya di Sumatera

Barat. Kabupaten Solok Selatan menduduki peringkat 9 dari 12 kabupaten

lainnya di Sumatra Barat dalam hal pendapatan asli daerah.

1
2

Mengacu pada keputusan menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister

berasal dari rumah tangga yang memiliki kriteria:

1. Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber mata


pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar.
2. Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
3. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga medis,
kecuali puskemas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
4. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap
anggota rumah tangga.
5. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang
SLTP
6. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan
kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah usang/
berlumut atau tembok tidak diplaster.
7. Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi tidak
baik/ kualitas rendah.
8. Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
9. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau
listrik tanpa meteran.
10. Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2 / orang dan
11. Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ lainnya.

Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang

tidak memiliki akses prasarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas

perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan serta mata

pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu


3

dimensi politik, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan

dimensi aset ( P2 KP, Pedoman Umum, 2004:1).

Penanganan masalah sosial menurut Pendit (2003:33) adalah tugas Dinas

Sosial untuk membantu mayarakat seperti dalam hal: pembinaan organisasi,

pengembangan kelembagaan, bantuan sosial dan penanggulangan kemiskinan

serta rehabilitas sosial. Untuk membantu masyarakat yang membutuhkan

bantuan seperti bantuan sosial yang diberikan Dinas Sosial kepada masyarakat

Dinas Sosial harus mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang masyarakat

yang memerlukan bantuan dari Dinas Sosial. Informasi adalah serangkaian sinyal

atau pesan-pesan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, terlepas dari

atau sedikit berkaitan dengan proses kognitif.

Perilaku pencarian informasi merupakan suatu kegiatan seseorang untuk

mendapatkan informasi. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang

membutuhkan informasi baik untuk kebutuhan sosial, ekonomi, ilmu

pengetahuan, pendidikan, keagamaan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan

informasi tersebut maka seorang akan mencari informasi dengan menggunakan

berbagai sumber informasi. Menurut Wilson, (dalam Pendit, 2003:29) Perilaku

Pencarian Informasi (Information Seeking Behavior) merupakan upaya

menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk

memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja berinteraksi

dengan sistem informasi misalnya surat kabar, majalah, perpustakaan atau yang

berbasis komputer (misalnya WWW). Teori Perilaku Pencarian Informasi


4

tergolong dalam teori modern yang kemudian berkembang menjadi teori model

perilaku informasi manusia dan kebutuhan informasi.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 20

Februari 2017 di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan diperoleh informasi bahwa tugas Dinas Sosial adalah

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi di

bidang Sosial seperti: pemberdayaan dan rehabilitas masyarakat miskin,

perlindungan dan jaminan sosial, dan rehabilitas PMKS. Hal ini tertuang dalam

peraturan pemerintah Kabupaten Solok Selatan No 22: tahun 2005 tentang

Struktur Organisasi Dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari dalam pasal 12 yang berbunyi “ memberikan

bantuan sosial kepada peran sosialnya akibat bencana alam, bencana sosial

akibat lainya seperti kemiskinan , telantar dan cacat’’. Selanjutnya dari Dinas

Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

diperoleh data tentang jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

sebagai berikut:

No Jumlah
Nama Jumlah Penduduk Persentase
Kecamatan Penduduk miskin

1 Kecamatan Sangir 40.615 3.717 9,15%

2 Kecamatan KPGD 12.660 1.039 8,20%

3 Kecamatan Sungai Pagu 16.846 1.028 6,10%


5

4 Kecamatan Sangir Balai 16.858 1.132 6,71%


Janggo
5 Kecamatan Sangir Jujuan 30.949 2.674 8,64%

6 Kecamatan Sangir Batang 15.317 2.093 13,66%


hari
7 Kecamatan Pauh Duo 23.657 2.539 10,73%

Jumlah 15902 14.539 63,19%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa masyarakat Kabupaten Solok

Selatan 63,19% tergolong masyarakat miskin, walaupun dari segi pembangunan

daerah Kabupaten Solok Selatan telah mengalami perkembangan sejak 13 tahun

yang silam, akan tetapi pembangunan dan kesejahteraan belum seperti yang

diharapkan masyarakatnya. Melihat dari kondisi ini penulis tertarik untuk

mengungkapkan Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan di atas maka yang

menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi

Petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi maka penulis

membatasi masalah dengan batasan masalah sebagai berikut:


6

1. Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Faktor apa saja yang menghambat Petugas Dinas Sosial dalam mencari

informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

C. Penjelasan Judul

Judul dari penelitian ini adalah Perilaku Pencarian Informasi Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan. Agar

tidak terjadi kesalah pahaman dan lebih teratahnya penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini, yaitu:

Perilaku Pencarian Informasi : Wilson (dalam Putu Laxman Pendit, 2003:29)

perilaku pencarian informasi ( informasi searching

behavior) merupakan upaya menemukan informasi

dengan tujuan tertentu sebagai akaibat dari adanya

kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Sedangkan maksud dari penulis adalah perilaku

petugas Dinas Sosial mencari informasi tentang

masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan

informasi.

Petugas Dinas Sosial : Petugas adalah seseorang yang melaksanakan tugas

pelayanan pada Tugas Pokok dan Fungsi, instansi

tempat bekerja sedangkan di dalam KBBI

disebutkan Dinas adalah bagian Kantor Pemerintah


7

yang mengurus pekerjaan tertentu, dan sosial

adalah berkenaan dengan masyarakat. Jadi petugas

Dinas Sosial merupakan kegiatan profesional untuk

membantu individu-individu kelompok-kelompok

dan masyarakat guna meningkatkan atau

memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi

sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang

memungkinkan mereka mencapai tujuan.

Masyarakat Miskin :Masyarakat miskin merupakan dimana kondisi

masyarakat yang dibawah standar kelayakan baik

dari segi politik, sosial , lingkungan, ekonomi dan

aset. kriteria miskin yang di terapakan dalam

keputusan menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan

orang tidak mampu.

Jadi yang dimaksud dengan judul dari skripsi ini adalah perilaku petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dalam

usaha mereka mencari dan menemukan informasi mengenai masyarakat miskin

di Kabupaten Solok Selatan.


8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan saya teliti adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mendeskripsikan perilaku pencarian informasi petugas Dinas

Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

b. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menghambat petugas Dinas Sosial

dalam mencari informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Peneliti, untuk mengembankan ilmu pengetahuan, menambah wawasan

dibidang ilmu perpustkaan kususnya dibidang kebutuhan informasi serta

dapat mengembangkan perilaku pencarian informasi dan data yang

mendukung dibidang pencarian informasi

b. Pembaca, sebagai pedoman dan pembanding untuk jenis penelitian yang

sama dan dalam objek yang berbeda.

c. Bermanfaat bagi petugas Dinas Sosial itu sendiri.

E. Tinjauan Kepustakaan

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Perpustakaan Adab dan

Humaniora, Perpustakaan Pusat IAIN Imam Bonjol Padang, penelitian yang

berhubungan dengan perilaku pencarian informasi antara lain:


9

1. Rafika Sastra, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI kosentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi pada tahun 2014 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Pemustaka Tunanetra di Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana perilaku pencarian informasi tunanetra di

perpustakaan Yayasan Tuah Sakato Kalumbuk.

Kesimpulan dalam penelitiannya adalah kebanyakan dari pemustaka datang

ke perpustakaan bukan keinginan sendiri untuk mencari informasi tetapi

tunanetra dari panti untuk belajar AL-Quran Brille. Perilaku yang ditujukan

pada saat pemanfaatan informasi yang didapat oleh pengguna yaitu

berdiskusi dengan guru atau dengan teman satu asrama. Pada skripsi ini teori

yang digunakan berdasarkan model perilaku menurut David Ellis. Untuk

mengumpulkan data menggunakan metode purposive sampling dengan

menemukan informasi kunci, dimana purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu.

2. Nur Hayati, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam Bonjol

Padang, jurusan SKI konsetrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan menulis

skripsi pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi oleh

mahasiswa Tunanetra (studi kasus di IAIN Imam Bonjol Padang) skripsi ini

membahas tentang pola perilaku pencarian informasi mahasiswa tunannetra

dalam mendapatkan sebuah informasi. Penulisan skripsi ini bersifat kualitatif

yaitu menjelaskan fenomena yang ada secara akurat yang ditemukan


10

dilapangan. Untuk mendapatkan data, sekripsi ini menggunakan alat

pengumpulan data berupa observasi dan wawancara dengan mahasiswa

tunanetra beserta teman yang membantu mereka mencari informasi dan

dosen. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan purposive sampling.

3. Widya Yusrina, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang Dalam Memilih Perguruan Tinggi

skripsi ini membahas tentang perilaku pencarian informasi siswa kelas XII

SMA N 1 Padang dalam upaya mereka memilih perguruan tinggi. Batasan

masalah dalam penelitian ini adalah apa kebutuhan informasi siswa kelas XII

SMA 1 Padang terkait dengan perguruan tinggi, bagaimana pola perilaku

pencarian informasi tentang perguruan tinggi, dan apa hambatan yang

diterima selama proses pencarian informasi tentang perguruan tinggi.

Penelitian ini megguankan model T.D Wilson 1981 dan model pencarian

informasi David Ellis 1997.

4. Nurafni Dahlia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akiak di Karang Ganting Kelurahan

Lubuk Lintah Padang. Skripsi ini membahas tentang kebutuhan informasi


11

dan perilaku pencarian informasi masyarakat pecinta batu akik di Karang

Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang serta sumber informasi yang

digunakan dengan menggunakan tahapan-tahapan pencarian informasi yang

dikembangkan oleh David Ellis.

5. Sherly Octavia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Menggunakan Android Studi Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang

skripsi ini membahas tentang pemanfaatan Android sebagai sarana-sarana

informasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan

pengambilan data berdasarkan snowball sampling. Pengumpulan data

penelitian ini, mahasiswa memenuhi kebutuhan informasi lebih

memprioritaskan android dalam melakukan pencarian informasi untuk tugas

kuliahnya, karena bagi informan mencari informasi dengan Android tersebut

lebih praktis, bisa dibawa kemana-mana selama jaringan internet bisa

diakases. Penelitian ini menggunakan model David Ellis yang terdiri dari

8(delapan) tahap yang berawal dari starting hingga ending.

Skripsi Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia dan

Sherly Octavia menggunakan model perilaku menurut David Ellis (1997), David

Ellis adalah seorang ilmuan sosial yang mengemukakan beberapa karakteristik

perilaku pencarian informasi dari para peneliti, yang menggambarkan

karakteristik dari peneliti sosial, science, dan engineering, jadi dalam penelitian
12

ini penulis juga menggunakan model perilaku pencarian informasi menurut

David Ellis (1997) yang berawal dari starting hingga ending.

Objek dan subjek penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia

dan Sherly Octavia berbeda sera hasil pembahasan dalam penelitian ini juga

berbeda. Dengan menggunakan teori yang sama dengan penelitian yang lain,

jelas bahwa proses dalam melakukan pencarian informasi yang terdapat dalam

penelitian ini juga berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dan teraturnya pembahasan ini maka sistematika

penulisan, penulis membaginya kedalam beberapa bab diantaranya :

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang berisikan latar belakang

masalah, rumusan, dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis, yang membahas tentang

informasi, perilaku pencarian informasi, dan Petugas Dinas Sosial.

Bab ketiga menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berisikan

tempat penelitian, jenis data dan metode penelitian, sumber data, teknik dan alat

pengumpul data, teknik analisis data dan waktu penelitian.

Bab keempat hasil penelitian, tentang bagaimana perilaku pencarian

informasi petugas Dinas Sosial untuk mendapatkan informasi data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


13

Bab kelima meupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-

saran penulis.

Selanjutnya adalah halaman yang berisikan lampiran-lampiran dan

dokumentasi dalam penelitian penulis.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi

1. Pengertian Informasi

Dewasa ini informasi sangat dibutuhkan oleh setiap orang baik informasi

yang ilmiah maupun informasi yang non ilmiah, Informasi juga bermanfaat

dalam memenuhi kehidupan sehari-hari setiap manusia. Informasi adalah suatu

rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang

dibuat. Estabrook, 1977:245 (dalam Pawit M Yusuf 2010:1). Informasi

merupakan suatu kumpulan data yang terstruktur yang telah dikomunikasikan

kepada orang lain agar dapat bernilai guna bagi orang tersebut. McFadden, dkk

(dalam Widyana 2011:3). Informasi juga diartikan kandungan yang terdapat

dalam berbagai bentuk dokumen (bahan pustaka). Pengembangan koleksi

(collection development) tidak didasarkan pada bentuk fisik, tetapi oleh

kandungan informasinya (contents).(Rachman Hermawan S 2006: 2). Dan ada

juga yang mengartikan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang

lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. (Jogiyanto 2005: 8)

Menurut Suwarno (2010) informasi adalah suatu kajian mengenai

pencetus, pemakai, penggunaan, karakteristik, dan distribusi rekaman gratis. Ilmu

informasi adalah kajian mengenai pencetus, pemakai, pengguna , karakteristik,

dan distribusi rekaman gratis. Konsep ilmu informasi ini berdasarkan Anggaran

Dasar ASIS Sulistiyo Basuki: 1991,11 (dalam Wiji Suwarno 2010:15)

14
15

Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang berupa fakta, data dan pengetahuan yang telah dikomunikasikan

dan dapat dimanfaatkan oleh orang yang menerimanya dan bernilai guna bagi

orang yang membutuhkannya.Dalam bidang ilmu informasi, informasi dan

kebutuhan informasi juga dikaji sedemikian rupa untuk menghasilkan hasil yang

lebih baik akan kebutuhan informasi manusia, agar bisa dihadirkan suatu layanan

yang memenuhi kebutuhan informasi. Istilah ini dekenal dengan istilah kajian

pemakai.

Didalam kajian ini para ahli mengenal istilah information

behavior(perilaku informasi). Istilah ini merupakan keseluruhan perilaku

manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku

pencarian dan pengguna informasi.Wilson 2000 (dalam Pawit M Yusup

2010:100) Kajian perilaku ini ditujukan untuk menganalisa unsur-unsur dan

hubungan perilaku manusia yang dapat membantu kita untuk memahami tingkah

laku manusia.

2. Sumber Informasi

Sumber informasi dapat diperoleh dalam dokomen dan non-dokumen.

Sumber informasi yang berupa dokumen dapat berbentu buku, jurnal, majalah,

hasil-hasil penelitian. Sedangkan sumber informasi non dokumen adalah

manusia. yakni teman, pustakawan,pakar atau spesialis informasi seperti yang

dinyatakan oleh Setiarso (1997:5-6) bahwa sumber informasi juga terdapat pada:
16

a. Manusia: manusia sebagai sumber informasi dapat kita hubungi baik

secara lisan maupun tulisan. Yang lazim digunakan untuk kontak

langsung dengan sumber ini ialah pertemuan dalam bentuk ceramah,

panel diskusi, konferensi, lokalkarya, seminar dan lain-lain.

b. Organisasi: Badan atau lembaga penelitian baik milik pemerintah maupun

suwasta yang bergerak dalam bidang sejenis merupakan sumber

informasi penting termasuk industri dan himpunan profesi. Mereka

memiliki kemampuan karena mempunyai fasilitas berupa tenaga peneliti,

peralatan atau laboraturium, perpustakaan dan jasa informasi yang

tersedia.

c. Literatur: Literatur atau publikasi dalam bentuk terbaca maupun mikro

merupakan sumber informasi atau publikasi dalam bentuk terbaca

maupun mikro merupakan sumber informasi yang cukup majemuk.

Literature dapat dikelompokan menjadi:

• Literatur primer: bentuk dokumen yang memuat karangan yang

lengkap dan asli. Jenisnya berupa makalah, koleksi karya ilmiah,

buku pedoman, buku teks, publikasi resmi, berkala, dan lain-lain.

• Literatur sekunder: disebut juga sebagai sarana dalam penemuan

abstrak, tinjauan literature, catalog induk, dan lain-lain.

Sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi. Sumber

informasi yang beraneka ragam bentuk ataupun wadahnya, perlu diatur atau
17

ditata dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan.

Informasi yang kita temukan sehari-hari bersumber darimana saja dan sumber

informasi tersebut adakalanya tidak memiliki tingkat relevansi yang tinggi.

B. Perilaku Pencarian Informasi

Perilaku informasi merupakan pola laku manusia terkait dengan

keterlibatan informasi, sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan,

memperlakukan, mencari dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran

sumber dan media penyimpan Putu Laxman Pendit (2003) yang mengulas

pendapat TD Wilson (2000) (dalam Pawit M Yusup 2010 : 100) menyusun

beberapa batasan tentang perilaku informasi dan aspek-aspek aksesorisnya.

Beberapa batasan di maksud sebagai berikut: perilaku infomasi (informasi

behavior), perilaku penemuan informasi (informasi seeking behavior), perilaku

pencarian informasi (informasi Searching behavior), dan perilaku penggunaan

informasi (informasi user behavior).

a. Perilaku informasi (informasi behavior)

Merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber

dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan

informasi baik scara aktif maupun secara pasif. Menontoan TV dapat

dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunkasi antar muka.

b. Perilaku penemuan informasi ( informasi seeking behavior)

Merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan sebagai

akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.


18

Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi

hastawi (surat kabar, sebuah perpustakaan) atau berbasis-komputer

(misalnya WWW).

c. Perilaku pencarian informasi ( informasi searcing behavior)

Merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang

ditunjukan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku

ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat

interaksi dengan komputer ( misalnya pengguna mouse atau tindakan meng-

klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya

pengunaan strategi bollenan atau keputusan memilih buku yang paling

relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan ).

d. Perilaku penggunaan informasi ( informasi user behavior)

Terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan

seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukan

dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya. (Putu Laxman

Pendit 2003:29-30.)

Wilson (2000:46) mengartikan perilaku (behavior) sebagai:

1. Tingkah laku yang ditimbulkan dari seseorang

2. Segala sesuatu yang dilakukan oleh benda hidup yang meliputi tindakan

dan respon terhadap stimulant.

3. Rospon seseorang, sekelompok orang atau spesies dari lingkungannya.


19

Perilaku pencarian informasi adalah upaya yang dilakukan oleh

seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku pencarian informasi

merupakan tindakan mecari informasi. Baik dari segi tingkat kebutuhan yang

berbeda maupun dari kemampuan pengguna. Perilaku pencarian informasi

berhubungan erat dengan kebutuhan informasi. Wilson Juga menjelaskan

bahawa perilaku pencarian informasi adalah perilaku pencarian inrformasi

(informasi searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem,

baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau

tindakan meng-klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental

(misalnya penggunaan strategi Bollean atau keputusan memilih buku yang

paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan).

Wilson (2000) menyatakan bahwa perilaku pencarian informasi tidak

hanya ditimbulkan oleh hal-hal yang bersifat kongitif atau berhubungan

dengan pemecahan persoalan (pengambilan keputusan), tetapi kebutuhan

seseorang untuk menjaga status yang dapat dipuaskan dengan perasaan miliki

lebih banyak pengetahuan tentang suatu topik dari bawahnya, jika akan

menimbulkan perilaku pencarian informasi. Namun pendapat Buckland

(1988) menyatakan bahwa perilaku informasi baru timbul, pada saat

kebutuhan informasi seseorang telah diekspresikan dalam bentuk permintaan.


20

Perilaku pencarian informasi terjadi karena adanya kebutuhan

informasi yang dirasakan seseorang. Kebutuhan tersebut bisa disebabkan oleh

desakan diri yaitu untuk mewujudkan kepuasan dirinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pencarian informasi adalah pencarian informasi, keadaan /

masalah informasi, bidang pengetanuan, sistem penelusuran dan hasil yang

didapat. Perilaku pencarian informasi yang akan diteliti lebih ditekankan pada

persepsi responden memenuhi kebutuhan informasinya serta alasan pemilihan

sumber-sumber informasi yang dipergunakan.

C. Model Perilaku Pencarian Informasi

Behavioral model of informasion seeking strategies yang diperkenalkan

David pada tahun 1987 dari hasil analisis pola-pola pencarian informasi

dikalangan peneliti bidang ilmu-ilmu sosial. Hasil penelitian ini merupakan pola

pencarian informasi yang terdiri dari enam tahap yaitu: starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring dan extracting. Dalam model perilaku

pencarian informasi David Ellis 1997 (dalam Pawit M Yusuf 2010:105) juga

menjelaskan bahwa perilaku pencarian informasi adalah salah satu dari beberapa

jenis model perilaku pencarian informasi dan analisis mikro pencarian informasi

secara keseluruhan. Ellis mengembangkan teori ini dengan mengadakan

penelitian kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh objeknya, seperti mencari

bacaan, meneliti di laboratorium, menulis makalah, mengajar dan sebagainya

secara umum, Ellis (1989 dalam Wilson 1999) menjelaskan bahwa perilaku

penemuan informasi terdiri dari beberapa butir (ciri) yaitu:


21

1. Starting, “ the initial searc for information in which potentially relevan

sources are identified.”.

Merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan

sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan yang biasanya

dilakukan seseorang pengguan informasi saat pertama kali mencari tahu

tentang suatu bahasan tertentu. Contohnya: melakukan overview terhadap

literature-literatur yang ada dalam suatu bidang baru atau mencari tahu

orang-orang ahli dalam suatu bidang tertentu.

2. Chaining,”following (backwards to forward) chains of citations or orther

type of connections among materials”.

Artinya kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-

bentuk perujukan antar dokumen lainya. Mengikuti rangkaian kutipan-

kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar bahan

informasi (literatur). Misalnya dengan menelusur daftar pustaka yang ada

pada sebuah literatur guna mendapatkan sumber informasi yang lain yang

membahas informasi yang sama.

3. Browsing, “semi-directed search in areas of potential interest, such as

scanning tables of contents indeces,and subject heading”.

Artinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah, di

wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk


22

dalm kegiatan kelompok ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal

atau menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

4. Differentiating,” assessing and filtering sources by examining, differences in

nature and quality’’.

Pemilihan menggunakan ciri-ciri dalam sumber informasi sebagai

patokan untuk memeriksa kualitas isi/ informasi. Kegiatan memilah dan

memilih bahan sumber informasi berdasarkan derajat kepentingan dan

ketetapan serta relebansinya dengan kebutuhan informasi, sehingga terpilih

bahan sumber informasi yang penting tepat dan palaing relevan.

5. Monitoring, “maintaining awareness of developments in a given subject

area by regular checking or key sources”.

Artinya yaitu kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

bersikenambungan atau dengan tetap dengan bertukar informasi dengan

rekan sejawat dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar

dalam bidang tertentu.

6. Extracting,“systematic examination of a particular source to extract

material of interest”.
23

Artinya secara sestematis menggali di suatu sumber untuk

mengambil materi/ informasi yang dianggap penting. Mengidentifkasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Ellis menyatakan bahwa enam butir di atas saling berkaitan untuk

membentuk aneka pola pencarian informasi, dan seringkali bukan merupakan

tahapan-tahapan yang teratur.

Starting

Extracting Chaining

Monitoring Browsing

Differentiating

Gambar 2: Perilaku Pencarian Informasi David Ellis (dalam Widyana, 2011).

Kemudian pada tahun 1993 model ini dikembangkan Ellis bersama

dengan Cox dan hasil penelitian bidang fisika dan kimia sehingga menghasilkan

delapan tahapan pencarian infomasi yang terdiri dari starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Berikut

ini kedelapan model pencarian informasi (Ellis,Cox dan Hall. 1993:359-365)


24

1. Starting

Starting merupakan titik awal pencarian informasi atau pengenalan

awal terhadap rujukan. Seringkali informasi ditemukan pada saat starting

merupakan topik penelitian yang dapat dikembangkan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut. Pada saat starting digunakan penelusuran sebagai

berikut:

a. Rujukan awal (starter references)

Rujukan awal merupakan titik awal untuk mendapatkan bahan rujukan

selanjutnya. Biasanya didapatkan dari atasan, teman sejawat atau dari

kumpulan catatan yang dibuat sendiri mengenai rujukan yang berhubungan

dengan topik yang diamati.

b. Tinjauan atau synopsis artikel (preview or synoptic articles)

Priview atau ulasan artikel digunakan tidak hanya sebagai sumber

rujukan menuju bahan primer tetapi juga sebagai kerangka untuk dapat

memahami isi dari bahan rujukan

c. Sumber sekunder (secondry resources)

Sumber sekunder seperti abstrak, indeks dan catalog subjek digunakan

untuk mencari informasi dalam rangka memilih topik penelitian yang

diamati oleh peneliti.

2. Chaining

Chaining diidentifikasikan sebagai hal yang penting pada pola

pencarian informasi. Kegiatan ini ditandai dengan mengikuti mata rantai


25

atau mengaitkan daftar literature yang ada rujukan inti. Chaining dapat dua

cara yaitu:

a. Backward chaining

Merupakan cara tradisonal yakni mengikuti daftar pustaka yang ada

pada rujukan inti, sehingga rujukan selanjutnya merupakan rujukan-rujukan

yang pernah disitir pada rujukan inti. Dengan melakukan cara mengaitkan ke

belakang, akan dihasilkan efek bola salju, sehingga hanya dengan

menggunakan satu rujukan inti saja akan didapatkan beberapa rujukan lain

yang tidak akan berbeda jauh dengan masalah yang dibahas pada rujukan

inti.

b. Forward chaining

Mencari rujukan lain berdasarkan subjek atau nama pengarang dari

rujukan inti yang telah ada dengan mengaitakan ke depan. Cara lain

dilakukan dengan menggunakan sarana bibliografi.

Ciri-ciri chaining adalah:

a. Mencari bahan rujukan berdasarkan daftar literature yang tertera pada

rujukan inti

b. Mencari bahan rujukan di luar daftar rujukan inti, akan tetapi tetap

berpedoman pada subjek atau pengarang yang ada pada rujkan inti.

3. Browsing

Merupakan tahap kegiatan yang ditandai dengan kegiatan pencarian

informasi dengan cara penelusuran semi terstuktur karena telah mengarah


26

pada bidang yang diamati. Kegiatan pada tahap ini efektif untuk mengetahui

tempat-tempat yang menjadi sasaran potensial ditelusuri. Browsingdapat

dilakukan dengan berbagai cara antara lain: melalui abstrak hasil penelitian,

daftar isi jurnal, jajaran buku, bahkan juga buku-buku yang dipajang pada

pemeran atau seminar.

4. Differentianting

Merupakan kegiatan membedakan sumber informasi untuk

menyaring informasi berdasarkan sifat kualitas rujukan. kriteria untuk

memilih rujukan yang akan digunakan adalah:

a. Topik

b. Pendekatan yang digunakan

c. Kualitas atau jenis perlakuan

Identifikasi sumber-sumber informasi terutama ditekankan pada

subjek-subjek yang dipilih dan selanjutnya akan mengabil bahan-bahan dan

topik yang diminati.

5. Monitoring

Merupakan kegiatan yang ditandai kegiatan memantau

perkembangan yang terjadi terutama dalam bidang yang diminati dengan

cara mengikuti sumber secara terataur. Monitoring dapat dilakukan dengan

cara yaitu:

a. Melaluai hubungan formal (informal contact)


27

Digunakan sebagai pra seleksi sumber dan bahan yang akan digunakan. Cara

ini merupakan ajang untuk bertukar informasi, baik dengan sejawat maupun

pakar bidang tertentu.

b. Membaca jurnal (monitoring journal)

Biasanya monitoring dilakukan terhadap sumber inti dalam jumlah

kecil tetapi telah terseleksi dan diikuti secara seksama. Misalnya beberapa

judul majalah yang dipilih sesuai dengan bidang yang diminati, diikuti

perkembangan setiap terbit, minimal dari judul-judulnya saja seperti pada

current content.

c. Monitoring Katalog (monitoring material published in book form)

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melihat daftar terbitan secara

berkala, preview atau bibliografi berkelanjutan dan melakukan akses berkala

ke perpustakaan.

6. Extracting

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terutama di perlukan pada

saat harus membuat tinjauan literature, sumber informasi yang digunakan

pada extracting ini adalah jurnal terutama jurnal-jurnal yang sudah standar,

catalog penerbit, bibliografi subjek, abstrak dan indeks.

7. Verifying

Ditandai dengan kegiatan pengecekan atau penilaina apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diingikan.

Sebagai pebandingan peneliti bidang ilmu sosial tidak melakukan tahapan


28

ini, berbeda dengan peneliti bidang fisika dan kimia yang melalui tahap ini

dengan melakukan pengujian untuk memastikan seandainya ada kesalahan-

kesalahan pada informasi yang diperoleh.

8. Ending

Tahap ending merupakan kategori perilaku yang tidak dijumpai pada

kajian Ellis (1987). Merupakan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian

Browsing

Starting Chaining Differentiating Extracting Verifying Ending

Monitoring

Gambar 2. Proses tahap perilaku pencarian informasi model dan dikomparasikan


dengan proses tahapan perilaku pencarian informasi model kuhlthau oleh Wilson
(1990). Sumber dari Natalya Godbold. (2006). Beyod informasi seeking: towards a
general model of information behavior information research, vol.11 No 4, july 2006
(dalam Siti Rozinah, 2012)

Dalam penelitan ini, model perilaku pencarian informasi yang digunakan

adalah model yang diuraikan oleh Ellis (1987) yang terdiri dari starting,

chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan

endingyang merupakan pola pencarian informasi peneliti ilmu-ilmu sosial.


29

D. Masyarakat Miskin

1. Pengertian Masyarakat Miskin

a. Masyarakat

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti yang seluas-

luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama

(KBBI). Masyarakat dapat pula diartikan sebagai semua kegiatan dalam

kehidupan bersama (Humonangan singgalingging, 2008:28). Masyarakat

dibentuk oleh indiviu-individu yang beradab dalam keadaan sadar.

Masyarakat mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas

masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup

bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau

dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup

bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok

manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Misalnya bangsa,

gologan dan sebagainya.

Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep Mayo, 1998:162

(dalam Edi Suharto 2010: 26) yaitu:

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama” yakni sebuah wilayah

geografi yang sama. Sebuah contoh, sebuah rukun tetangga,

perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah

pedesaan.
30

2. Masyarakat sebagai “ kepentingan bersama”, yakni kedamaian

kepentingan bersama pada masyarakat etis minoritas atau kepentingan

bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu sepertihalnya

pada kasus orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan kusus

(anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan

mental.

Defenisi masyarakat menurut Muthahhari (dalam Eko handoyo

2007:1) mengartiakan masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang

dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh

seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan tersatukan dan terlebur dalam

suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Yang dimaksud kehidupan

bersama adalah kehidupan yang didalamnya kelompok-kelompok

manusia hidup bersama-sama di suatu wilayah tertentu, terbagi iklim ,

berbagai identitas, berbagai kesenangan maupun kesediaan.

b. Miskin

Kata miski>n didalam al-Qur’an digandengkan dengan kata faqi>r

karenanya, dua istilah ini menjadi kajian khusus dalam melihat tolak ukur

miskin didalam al-Qur’an memakai beberapa kata dalam menggambarkan

kemiskinan, yaitu faqi>r, miski>n al sa>il, dan mahru>m. tetapi dua kata

yang pertama yang paling banyak disebut dalam al-Qur’an. Kata faqi>r

dijumpai dalam al-Qur’an sebanyak 12 kali dan kata miski>n disebut

sebanyak 25 kali. (Muhtadi Ridwan, 2012:31).


31

Tentang dua golongan ini para ahli berbeda pendapat, Abu Yusuf,

pengikut Abu Hanifah dan Ibnu Qasim, pengikut Imam Malik

mengatakan bahwa kedua golongan tersebut pada hakikatnya sama.

Sedangkan Yusuf Qardhawi memberikan perumpamaan bahwa kedua

kata tersebut seperti imam dan islam, kalau dukumpulkan terpisah, yakni

bila salah satu disebutkan sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai arti

buat kata yang sejajar. (Yusuf Qardhawi, 2002: 511)

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia miskin adalah tidak

berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).Sebagian

besar konsepsi mengenai kemiskinan sering diartikan dengan aspek

ekonomi, kemiskinan, sejatinya menyangkut pula dimensi material,

sosial, kultural, institusional dan sturktural ( Edi Suharto 2013: 15).

Dalam bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata sakana yang

berarti diam atau tenang, sedangkan kata masakin ialah bentuk jama’ dari

miskin yang menurut bahasa diambil dari kata sakana yang artinya

menjadi diam atau tidak bergerak karena lemah fisik atau sikap yang

sabar dan qana’h. ( Sidi Gazalba, 1985:134). Menurut al-fairuz abadi

dalam Al-Qamus “miskin” adalah orang yang tidak punya apa-apa atau

orang-orang yang sangat butuh pertolongan. Dan boleh dikatakan miskin

orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya.(Teungku Hasby

Ash-Shiddieqie, 2006:166) Dengan kata lain miskin adalah orang yang


32

hina karena fakir jadi miskin menurut bahasa adalah orang yang diam

dikarenakan fakir.

Sedangkan menurut Yasin Ibrahim sebagaimana yang

diungkapkan oleh M. Ridlwan Mas’ud dalam bukunya zakat dan

kemiskinan, instrument pemberdayaaan umat lebih luas lagi yaitu orang

yang tidak luas lagi yaitu orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Mereka kebalikan dari orang-orang kaya yang mampu

memenuhi apa yang diperlukan.(Muh. Ridwan Mas’ud,

2005:55)Sementara itu para ulama baik sahabat atau tabi’in berbeda

pendapat dan menafsirkan lafadh al-masakin dalam surat at-Taubah ayat

60:







Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
33

Kata miskin pada ayat di atas diartikan sebagai orang yang

mempunyai sesuatu tetapi kurang dari nisab, tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan mereka atau orang-orang yang memiliki harta tetapi

tidak mempu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa ada

bantuan.Ibnu Abbas menyatakan lain kata al-masakin diartikan orang

yang keluar rumah untuk meminta-minta. 7 Hal serupa juga diingkapkan

oleh Mujahid lebih lanjut ia menyatakan bahwa al-masakin adalah orang

yang meminta. Ibnu Zaid dalam menafsirkan al-masakin diartikan orang-

orang yang meminta-minta pada orag lain. Sedangkan menurut Qatadah

al-masakin adalah orang yang sehat (orang yang tidak mempunyai

penyakit) yang membutuhkan.

Pada riwayat lain disebutkan bahwa Umar menyatakan “bukanlah

orang miskin yang tidak mempunyai harta sama sekali, tetapi orang yang

buruk raganya” sementara ikramah menyatakan orang-orang ahli

kitab.Pengertian miskin sering disampaikan dengan fikir penjelasannya

adalah bahwa mengenai pengertian fakir dan miskin terdapat perbedaan

pendapat, yaitu sebagai berikut:Menurut Madzhab Hanafi, orang fakir

adalah yang memiliki usaha namun tidak mencukupi untuk keperluan

sehari-hari. Sedangkan orang miskin tidak memiliki tidak memiliki

matapencarian untuk mencukupi keperluan sehari-hari. Jadi keadaan

orang fakir masih lebih baik daripada orang miskin.Pendapat ini diperkuat

oleh Firman Allah dalam surat al-Balad ayat 16


34

:

Artinya: atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

1) Imam Abu Hanafiah memberi pengertian miskin adalah mereka yang benar-

benar miskin dan tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Imam Malik mengatakan bahwa fakir adalah orang yang mempunyai harta

yang jumlahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam

masa satu tahun.Imam asy-Syafi’i mengatakan bahwa fakir adalah orang yang

tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta dan usaha tetapi

kurang dari setengah kebutuhan hidupnya dan tidak ada orang yang

berkewajiban menggunakan biaya hidupnya.Imam Ahmad bin Hanbal

mengatakan bahwa fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau

mempunyai harta tetapi kurang dari setengah keperluannya. Sebagaimana kata

fakir, kata miskin pun mengalami pengertian yang bermacam-macam.Imam

Abu Hanafiah dan Imam Malik mengatakan bahwa orang miskin adalah orang

yang memiliki harta setangah dari kebutuhan hidupnya atau lebih tetapi

mencukupi. Ahli fikih sudah sama-sama mengadakan studi yang cukup

mendalam mengenai masala ini. Mereka sudah sepakat bahwa perbedaan

dalam hal ini tidak ada gunanya dalam arti zakat. Hal ini sebagai mana firman

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 273:


35





 

Artinaya:
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.

2) Ibnu Al-Arabi berpendapat sama saja antara fakir dan miskin yaitu orang

yang tidak mempunyai apa-apa. Abu Yusuf pengikut Abu Hanafiah dan Ibnu

Qasim pengikut Maliki juga berpendapat demikian.(M.Ali Hasan, 2006:95-

96).

Sementara itu Masdar F. Mas’udi mengatakan bahwa miskin menunjukan

pada orang yang secara ekonomi lebih beruntung daripada si fakir. Tetapi ia

tergolong orang-orang yang masih tetap kerepotan dalam memenuhi

kebutuhan hidup kesehariannya. (Masdar F. Mas’udi, 2005:115)


36

Dalam pengertian lain kemiskinan adalah salah satu bentuk ketidak

sejahteraan. Dalam al-Qur;an terdapat ayat-ayat yang menyebut tentang

kemiskinan dan petunjuk-petunjuk untuk mengatasinya. Namun dalam al-

Qur’an menyebutkan setiap orang yang memerlukan sesuatu sebagai fakir

atau msikin dan harus dibantu. Oleh karenaitu pengertian miskin tergantung

kepada ijtihad manusia yang selalu berubah dari masa ke masa, karena

ukuran-ukuran yang dipergunakan untuk merumuskan suatu makna yang

abstrak (seperti kemiskinan) selalu berubah-rubah.

c. Masyarakat Miskin

Untuk mengukur kemiskinanBPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Dengan

pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

yang diukur dari sisi pengetahuan. Jadi masyarakat miskin adalah

masyarakat yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di

bawah garis kemiskinan.

1) Kriteria Masyarakat Miskin

Kementerian Sosial Republik Indonesia menetapkan kriteria

dan pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu. Berdasarkan

keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor146/HUK/2013.

Fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister berasal dari

Rumah Tangga yang memiliki kriteria:


37

a) Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber


mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
b) Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk
memenuhi konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
c) Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga
medis, kecuali puskesmas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
d) Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai
jenjang SLTP
e) Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok
dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang
sudah usang/ berlumut atau tembok tidak diplaster.
f) Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk
setiap anggota rumah tangga.
g) Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
h) Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan
kondisi tidak baik/ kualitas rendah
i) Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik
atau listrik tanpa meteran.
j) Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2/ orang dan
k) Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ linnya.

Kriteria pengukuran kemiskinan menurut BKKBN. Pada awal

pemerintahan Orde Baru, data yang dipakai pemerintah, termasuk data

keluarga, terpencar dimasing-masing departemen sesuai dengan

kepentingannya. Sistem dan prosedurnya pun berbeda-beda antara satu

departemen dan departemen lainya sehingga sulit untuk digabungkan

menjadi data nasional.

Kemudian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

secara khusus mencatat dan melakukan pemantauan keluarga di


38

Indonesia dan hasilnya di kumpulkan dalam suatu pangkalan data yang

bersifat nasional. Sistem pendataan ini dilakukan secara konsisten

dengan pelaporan bulanan dari pusat kesehatan masyarakat

(puskesmas) kepada BKKN pusat, antara lain, tentang data jumlah

penguna konstrapepsi. Pada 1985 BKKBN mengembangkan sistem

pendataanya dan melakukan penggunaan kontrasepsi. Pada 1985

BKKBN mengembangkan sistem pendataannya dan melakukan survey

perencanaan keluarga nasional. Pada 1994 BKKBN menambah dua

bagia dalam surveinya, yaitu ukuran kesejahteraan keluarga dan

karakteristik demografi keluarga. Bagian kesejahteraan keluarga

digunakan untuk penargetan keluarga miskin yang dibagi dalam lima

kategori kesejahteraan, yaitu keluarga prasejahtera (Pra-KS), keluarga

sejahtera 1(K51), krluarga sejahtera 2(KS2), keluarga sejahtera 3

(KS3), dan keluarga sejahtera 3 plus (KS3 Plus).

Dalam penentuan kesejahteraan keluarga, BKKBN 23 indikator

yaitu:

a) Angota keluarga belum melaksanakan ibadah menurut agamanya


b) Seluruh anggota keluarga tidak dapat makan minimal dua kali
sehari
c) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk
di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
d) Bagian terluas dari lantai rumah adalah tanah.
e) Bila anak sakit, tidak dibawa ke sarana kesehatan
f) Angggota keluarga tidak melaksanakan ibadah agamanya secara
teratur
39

g) Keluarga tidak makan daging/ikan/telur minimal sekali


seminggu
h) Setiap anggota keluarga tidak memperoleh satu stel pakian baru
dalam setahun
i) Tidak terpenuhinya luas lantai luas rumah minimal delapan
meter pesegi per penghuni
j) Ada anggota keluarga yang sakit dalam tiga bulan terakhir.
k) Tidak ada anggota keluarga berumur 15 tahun keatas yang
berpenghasilan tetap
l) Ada anggota keluarga berumur 10-60 tahun ke atas yang tidak
bisa baca tulis
m) Ada anak berumur 5-15 tahun yang tidak bersekolah
n) Jika keluarga telah memiliki dua anak atau lebih, tidak memakai
kontrasepsi
o) Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan agamanya
p) Sebagian penghasilan keluarga ditabung
q) Keluarga minimal dapat makan bersama sekali dalam sehari dan
saling berkomunikasi
r) Keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
s) Keluarga melakukan rekrasi di luar rumah minimal sekali
sebulan
t) Anggota keluarga dapat mengunkan fasilitas transportasi lokal
u) Keluarga berkontribusi secara teratur dalam aktivitas sosial dan
v) Minimal satu anggota keluarga aktif dalam pengelolaan lembaga
lokal.

Data BKKBN ini telah digunakan dengan baik oleh pemerintah

maupun lembaga swasta untuk penargetan program seperti program

Takesra/kukesra, dan GN-OTA. Bahkan pada saat krisis ekonomi

1997/1998 data BKKBN digunakan untuk penargetan program-program

JPS, misalnya, program Operasi Pasar Khusus Beras oleh Badan Urusan

Logistik (Bulog).
40

UU No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskinPendataan

fakir miskin pasal 8,9,10 dan 11 antara lain :

• Pendataan fakir miskin pasal 8 yaitu:

a) Menteri menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk


melaksanakan penanganan fakir miskin
b) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
MENTERI berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga
terkait
c) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kegiatan statistik untuk melakukan pendataan
d) MENTERI melakukan verifikasi terhadap hasil pendataan yang
dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kegiatan statistik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3)
e) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
sekali
f) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) di
kecualikan apabila terjadi situasi dan kondisi tertentu yang baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
seseorang menjadi fakir miskin
g) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan oleh potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang
ada di kecamatan, kelurahan atau desa
h) Hasil verfikasi dan validasi sebagaimana dimaksud ayat (7)
dilaporkan kepada Bupati/Walikota
i) Bupati/ Walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada Gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
41

• Pasal 9

a) Seseorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif


mendaftarkan diri kepada lurah atau kepala desa atau nama lain
yang sejenis di tampat tinggalnya.
b) Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib
melaporkan setiap perubahan data anggota keluarganya kepada
lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat
tinggalnya.
c) Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib
menyampaikan pendaftaran atau perubahan sebagimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) kepada bupati/walikota melalui camat
d) Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
e) Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi
dan validasi terhadap pendaftaran dan perubahan sebagaimana di
maksud pada ayat (3)

• Pasal 10

a) Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi


informasi dan dijadikan sebagai data terpadu
b) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab Menteri
c) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dipergunakan oleh kementerian/ lembaga terkait dalam
penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh
masyarakat sesuai dengan ketetuntuan peraturan perundang-
undangan.
d) Kementerian/lemabaga yang menggunakan data terpada untuk
menangani fakir miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melaporkan hasil pelaksanaanya kepada Menteri
e) Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai
fakir miskin diberkian kartu indentitas.
f) Kementerian lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan
penerbitan kartu identitas diatur dengan peraturan menteri.
42

• Penetapan pasal 11

a) Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi yang


disampaikan kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal
8 ayat (9) dan pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri.
b) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan
bantuan dan/atau pemberdayaan.
c) Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang
sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan
oleh Menteri.

2) Klasifikasi Masyarakat Miskin

Kemiskinan berkaitan erat dengan sumber daya manusia

kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak berkualitas,

begitu pula sebaliknya. Penggolongan kemiskinan didasarkan pada

suatu standar tertentu, yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan

orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan kriteria ini paling

tidak ada tiga macam konsep kemiskinan, yaitu: kemiskinan absolute,

kemiskinan relative, dan kemiskinan subyektif.

Kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran

tertentu. lazimnya berorientasi pada kehidupan dasar anggota

masyarakat (sandang, pangan, papan). Masing-masing negara

mempunyai batasan kemiskinan absolute yang berbeda-beda sebab

kehidupan masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang


43

berlainan. Karena ukurannya dipastikan, konsep kemiskinan ini

mengenal garis batas kemiskinan. Pernah ada gagasan yang ingin

memasukkan pula kebutuhan dasar seperti: pendidikan, keamanan, dan

sebagainya, disamping kebutuhan fisik (Usman 2012:12).

Kemudian kemiskinan felative dirumuskan berdasarkan the idea

of relative setandard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan

waktu. Dasar pemikirannya adalah kemiskinan berbeda antara suatu

wilayah dengan wilayah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu

berbeda dengan waktu yang lainnya. Konsep kemiskinan semacam ini

lazimnya diukur dengan berdasarkan pertimbangan anggota masyarakat

tertentu, dengan berorientasi pada standar kelayakan hidup (Usman

2012:126).

Kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan

kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed

yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard.

Kelompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan,

boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin demikian pula

sebaliknya. Konsep kemiskinan semacam ini dianggap lebih tepat

apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan

cara atau strategi yang ekfektif untuk penanggulangannya. Perspektif

kultural merumuskan masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis:

individual, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individual kemiskinan


44

ditandai dengan sifat yang lazim disebut dengan a strong feeling or

marginality seperti: sikap parochial, apatisme, fatalism atau pasrah pada

nasib, boros, tergantung dan inferior (Usman 2012:128).

2. Ukuran-ukuran kemiskinan

Kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

melibatkan faktor ekonomi tetapi juga sosial, budaya dan politik. Untuk itu

tidaklah mengherankan apabila kesulitan akan timbul ketika fenomena

kemiskinan diobyektifkan dalam bentuk angka-angka. Dengan kata lain.

Tidak mudah untuk menentukan berapa rupiah pendapatan yang harus

dimiliki oleh setiap orang agar terhindar dari batas kemiskinan. Menurut

kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) dalam penanggulangan kemiskinan

absolute yaitu dengan menghitung pengeluaran rumah tangga untuk kosumsi

berdasarkan data Survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) ditetapkan

batas garis kemiskinan absolut adalah setara dengan tingkat pendapatan yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 2.100 kalori per orang plus

beberapa kebutuhan non-makanan lain, seperti: sandang, papan, dan lain-

lain. (Mas’oed Mochtar 1994:137).

3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan

Dimensi-dimensi yang terkait dalam kemiskinan. Pertama,

kemiskinan berdimensi ekonomi atau material, yaitu, papan, pangan,

sandang, perumahan, kesehatan dan lain-lain. Dimensi ini dapat diukur

dengan rupiah meskipun harganya akan selalu berubah-rubah setiap


45

tahunnya tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri. Kedua,

kemiskinan berdimensi sosial dan budayaseperti rendahnya pendidikan atau

adanya hambatan budaya misalnya, malas, mudah menyerah pada nasib dan

kurang memiliki etos kerja. Ketiga, kemiskinan berdimensi strukrtural atau

politis seperti kemiskinan yang terjadi disebabkan ketidakmerataan terhadap

sumberdaya karena struktrur dan peran seseorang dalam

masyarakat.Dimensi-dimensi kemiskinan pada hakikatnya merupakan

gambaran bahwa kemiskinan bukan hanya dalam artian ekonomi, tetapi

memperhatikan prioritas, sejalan dengan pembangunan nasional, bahwa

yang dikejar tidak semata-mata perubahan ekonomi melainkan juga

pembangunan kualitas manusia seutuhnya (Heru Nugroho 1995:26-31)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan dalam bab ini antara lain tentang tempat penelitian, jenis dan

motode penelitian, sumber data (data primer data sekunder), teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

A. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan lokasi yang dijadikan peneliti untuk

mendapatkan data dan fakta dalam memenuhi kebutuhan peneliti. Penelitian

yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin ini berlokasi di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

B. Jenis Dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian studi kasus yang

menggunakan Kualitatif Deskriptif, Menurut Sugiyono (2010:9) penelitian

kualitatif deskrptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. Sementara itu Nawawi dan Martini (1994:73)

mendefinisikan metode deskrptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan

46
47

objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan

kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Penelitian kualitatif

deskrptif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya

sesuai dengan pertanyaan penelitinya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata

apa yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperan, dan

bertindak).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:80), “populasi adalah wilayah generalisasi

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu. Ditetapkan oleh para peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua petugas Dinas

Sosial Kabupaten Solok Selatan yang berjumlah 25 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:81) “ sampel adalah sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan untuk

menetapkan jumlah sampel menurut Arikunto (2008:116) “ penentuan

pengambilan sampel sebagai berikut: apabila kurang dari 100 lebih baik

diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika


48

jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung

sedikit banyaknya dari:

a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,tenaga dan dana

b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal

ini menyangkut banyak sedikitnya dana

c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk

penelitian yang resikonya besar hasilnya akan lebih baik.

Informan dipilih berdasarkan teknik Purposive sampling dengan

menemukan informan kunci, dimana Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,

atau mungkin dia sebagai ahli kunci dari permasalahan yang kita kemukakan

sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Teknik Purposive sampling digunakan karena anggota sampel dipilih secara

khusus berdasarkan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 3 orang, 1 orang

pegawai Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten

Solok Selatan, yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala

seksi dan 1 orang pegawai dari staf Dinas Sosial bidang Sosial. Penulis

menjadikan Kabid Sosial sebagai orang yang paling tahu tentang persoalan yang

penulis kemukakan, sementara 2 informan yang lainya adalah kepala Seksi dan
49

pegawai/staf yang sudah lama menjabat dan berpengalaman tentang penelitian

ini.

D. Sumber Data

1. Primer

Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

primernya adalah kepala Seksi dan staf/petugas bidang Sosial Dinas Sosial,

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan yaitu

petugas yang bertugas melayani masyarakat miskin.

2. Skunder

Data sekunder adalah sumber yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber sekundernya

adalah kabid Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan.

E. Teknik Dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memenuhi

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini antara lain:


50

a. Observasi

Nasution, (dalam Sugiyono, 2012:226) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai

alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan

electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi

dengan jelas. Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono 2012:226) mengklasifikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),

observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (observation and covert

observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau

tersamar, karena peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyatakan

secara terus terang bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga objek

yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktifitas peneliti.

b. Wawancara

Sugiyono (2009:317) mengemukakan bahwa wawancara adalah

pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara. Wawancara


51

terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpul data, bila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul

data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara

terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul

data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data

dapat menggunakan pewawancara mempunyai keterampilan yang sama.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007), mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas

tersebut adalah reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

dan conclusion drawing/verificatioan Sugiyono (2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah analisis data yang dilaukan dengan memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Data yang diperoleh di dalam lapangan ditulis/diketik dalam

bentuk uraian atau laporan yang terperinci, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.
52

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian

data dimana penyajiannya dilakukan dalam bentuk uraina singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman

(dalam Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang

bersifat naratif.

3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification)

Langkah selanjutnya menurut Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono 2009:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnaya.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa data hasil

pengamatan dan data hasil wawancara. Data pengamatan didapat terutama

dari interaksi-interaksi antara penulis dengan informan.

Data wawancara dalam penelitian ini merupakan data utama yang

menjadi bahan utama dalam analisis untuk menjawab masalah peneliti,

wawancara dilakukan dengan wawancara terstruktur, dengan harapan

eksplorasi yang bebas, bisa menggali sebanyak mungkin informasi yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang dihasilkan dari

wawancara langsung diolah setiap kali wawancara, hasil wawancara


53

langsung dibuat rangkumannya, dan pertanyaan-pertanyaan inti dicatat

dalam reduksi transkrip wawancara. Untuk melengkapi data ini juga di

ajukan beberapa kali pertanyaan kepada informan di luar wawancara

informal, ini dilakukan untuk melengkapi apa yang sebelumnya

diwawancara kurang tereksplorasi dengan baik, dengan bagian penafsiran

data dapat dilakukan dengan baik.

Setelah semua infomasi dari hasil wawancara diperoleh, dilakukan

penafsiran data secara keseluruhan yang akan disajikan pada BAB IV.

Untuk menafsirkan perilaku pencarian informasi, penulis menggunakan

Model Perilaku Pencarian Informasi Ilmuan Sosial menurut David Ellis.

G. Waktu Penelitian

Agar penelitian ini memperoleh informasi dan data yang lengkap serta

untuk verifikasi maka penulis membutuhkan waktu 1 bulan, 19 Mei sampai 19

Juni di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan.
BAB IV
PEBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan

Bagian ini membahas semua tema yang diperoleh di lapangan tentang:

Gambaran umum Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, profil informan, Perilaku pencarian informasi petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dan

hambatan dalam pencarian informasi petugas Dinas Sosial.

A. Gambaran Umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan merupakan lembaga instansi pemerintah yang beralamat di Jln.

Poros Dua Kantor Bupati Timbulun Atas, Telp/Fax (0755) 7575155, Email:

Solsel. Satkerp3md @gmail.com. Kantor Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan .

1. Letak Geografis Kabupaten Solok Selatan

Kabupaten Solok Selatan berada pada jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang termasuk dalam daerah Patahan Semangka. Dengan luas

wilayah lebih kurang dari 3.590 km². Bila dilihat peta maka Posisi

54
55

kabupaten Solok Selatan tepat berada di bagian selatan Provinsi Sumatera

Barat dengan batas-batas wilayah di sekitarnya antara lain:

• Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Solok.

• Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Kerinci (Provinsi

Jambi).

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.

• Sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Dharmasraya

Ibu kota Kabupaten Solok Selatan adalah Padang Aro. Jarak antara

Padang Aro dengan Kota Padang adalah 166 Km. Secara administratif, sejak

tahun 2007 Kabupaten Solok Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu:

Sangir, Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, Sangir Batang Hari, Sungai Pagu,

Pauh Duo dan Koto Parik Gadang Diateh. Secara keseluruhan kabupaten ini

terdiri dari 39 nagari dan 215 jorong. Tiap kecamatan ini memiliki luas yang

bervariasi. Kecamatan terluas adalah kecamatan Sangir Batang Hari dengan

luas 752 km2 dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dengan luas 673 km2.

Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sangir Jujuan dengan luas 279 km2dan

Kecamatan Pauh Duo dengan luas 265 km2.

2. Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan

Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan di bidang Sosial diantarannya: Bidang Sosial,


56

Seksi Rehabilitas Sosial, Seksi perlindungan jamaina sosial dan Seksi

Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakair miskin.

a. Tugas-tugas Bidang Sosial

1) Bidang Sosial mempunyai tugas merumuskan kebijakan teknis,

penerimaan bimbingan teknis, melaksanakan program dan

pelayanan, serta pemantauan dan evaluasi dibidang Sosial

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Bidang Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyiapan rumusan kebijakan operasional di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan Sosial, jaminan Sosial,

pemberdayaan sosial dan penanggulangan fakir miskin

• Penyiapan bimbingan teknis dan supervise di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Rehabilitas

sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan

sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pelaksanaan tugas kedinasan yang diberikaan oleh pimpinan

sesuai bidang tugasnya.


57

b. Tugas-tugas Seksi Rehabilitas Sosial

1) Seksi Rehabilitas Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian

bimbingan teknis dan pemantauan serta evaluasi di bidang

Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Rehabilitas Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Rehabilitas Sosial mengacu

pada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Rehabilitas

Sosial

• Pengumpulan, pengelolaan dan evaluasi data di bidang

Rehabilitas Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Rehabilitas Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

c. Tugas Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

1) Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan penyusun dan pelaksanaan


58

kebijakan, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan serta di

bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial menyelenggarak

an fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Perlindungan dan Jaminan

Sosial mengacu paada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Perlindungan dan

Jaminan Sosial

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi data di bidang Perlindungan

dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

d. Tugas Seksi Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakir Miskin

1) Seksi Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan


59

pemantaua serta evaluasi di bidang Pemberdaayaan Sosial dan

Penanggulangan Fakir Miskin

2) Untuk melaksanaakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir

Miskin menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Pemberdayaan Sosial dan

Penanganan Fakir Miskin mengacu pada rencana kerja

Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Pemberdayaan

Sosial dan penanganan Fakir Miskin

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.


60

B. Profil informan

Informan merupakan objek utama dalam mendapatkan data. Untuk skripsi

ini peneliti mengambil 2 orang informan primer dan 1 orang informan sekunder.

Ketiga orang informan tersebut terdiri dari 2 pria dan 1 orang wanita, sekaligus

menjadi sampel dari jumlah total 25 orang pegawai Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan. 1 orang pegawai Dinas

Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan,

yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala seksi dan 1

orang pegawai dari staf.

Berikut profil masing-masing informan:

1. Nama : Diky Nanda Utama


NIP : 198211082005011006
Jabatan : Kabid Sosial
Lama Bekerja : 4 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Pakan Rabaa

2. Nama : Yulisman
NIP : 196501101989033010
Jabatan : Kasi
Lama Bekerja : 3 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Abai Sangir

3. Nama : Pepi Sutra Yani


NIP :-
Jabatan : Staf Bidang Sosial
Lama Bekerja : 10 tahun Pada Dinas Sosial
Alamat : Sungai Padi
61

C. Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang Masyarakat

Miskin di Kabupaten Solok Selatan

Dalam penelitian tentang perilaku pencarian informasi penulis

menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang terdiri dari 8

tahap yang dimulai dari tahap starting, chaining, browsing, differentiating,

monitoring, extracting, verifying, dan ending untuk menemukan informasi data

masyarakat miskin dan pengembangan atau publikasinya.

Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut:

1. Starting

Starting merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-

aktivitas yang memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang

dikategorikan sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan

yang biasanya dilakukan seseorang pengguna informasi saat pertama kali

mencari tahu tentang informasi.

Peneliti: Bagaimana upaya/langkah apa yang bapak/ibu lakukan untuk


mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “hal pertama yang kami lakukan untuk mendapatkan data


masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah kami mengacu kepada
BPS (Badan Pusat Statistik) yang di perbaharui dalam 1 kali dalam 5 tahun,
kewajiban kami adalah memverifikasi dan memvalidasi data tersebut minimal
1 kali dalam 1 tahun dan diharuskan 2 kali 1 tahun dan harus divalidasi setiap
tahunnya karena yang kita data masyarakat/ orang maka ia tidak statis atau
tidak tetap artinya akan naik akan turun setiap tahunnya akan berubah,
62

jangankan setiap tahun hitung bulan atau per 6 bulan bisa berubah, jadi harus
divalidasi data tersebut 2 kali dalam satu tahun”. (informan D)

“ berdasarkan Undang-undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan


Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin
berdasarkan kriteria orang fakir miskin dan tidak mampu berdasarkan basis
data terpadu kami mengacu data dari pendataan program BPS tahun 2011
yang berpedoman pada undang-undang No 8 tahun 2011 yang berdasarkan
peraturan Mentri Sosial No 8 tahun 2011 tentang pendata dan pengolahan data
penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS dan potensi kesejahteraan
sosial PSKS”. (informan P).

“ langkah awal yang kami lakukan untuk mendapatkan data kami mengacu
data pada data BPS yang di perbaharui 1 kali dalam 5 tahun. Berdasarkan
undang-undang No 11 tahun 2011 tentang kesejahteraan sosial dan undang-
undang No 13 tahun 2011 tentang fakir miskin”. (informan Y).

Informan menyatakan langkah pertama yang dilakukan oleh informan

adalah mengacu data masyarakat miskin dari BPS (Badan Pusat Statistik)

Kabupaten Solok Selatan berdasarkan undang-undang No 11 tentang

kesejahteraan Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang

penangana fakir miskin. Selama wawancara antara penulis dengan informan,

tampak jelas sekali oleh penulis bahwa informan begitu memahami betul

tentang apa yang digelutinya selama ini seperti halnya dalam pemaparan

informan terhadap data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Chaining

Chaining merupakan kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan

atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen lainya, mengikuti rangkaian

kutipan-kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar

bahan informasi (literature).


63

Peneliti: Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam


mengumpulkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “Sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan


Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), kita
di Solok Selatan ada namanya Tim Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan
Daerah, Kita juga bisa mengambil data dari Pak Jorong, Pak Wali dan Pihak
Kecamatan dalam rangka memvalidasi dan memverifikasi data BDT 2016”
(informan D)

“ sumber informasi yang kami dapat yaitu dari TKSK, TKSM, jorong, Wali
Nagari, kecamantan dari pedoman data BDT, STATISTIK, TP2K. yang akan
di data oleh TKSM dan TKSM karena merekalah yang akan mendata PMKS
dan PSKS” (informan P)

“sumber informasi dari berbagai sumber seperti dari BPJS, TKSK, TKSM,
TNP2K, jorong, walinagari, BDT, STATISTIK” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap Chaining ini Dinas Sosial

mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat miskin dari berbagai

sumber.

3. Browsing

Browsing atrinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah,

di wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal atau

menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

Peneliti: Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang yang bapak butuhkan
dalam pengumpulan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
64

Informan : “ Kita kalau di Dinas Sosial kita ada namanya TKSK (Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial
Masyarakat), TKSK ada di 7 kecamatan dan TKSM ada 39 Nagari dan
merekalah yang akan mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
bedasarkan PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial,
jadi TKSK dan TKSM yang akan mendata kerumah-rumah masyarakat’’
(informan D).

“ kami di Dinas sosial yang melakukan pendataan TKSK dan TKSM yang
intinya untuk melakukan pendataan merekalah yang akan mendata data
PMKS dan PSKS ini kami juga akan melakukan pendataan di bulan juli ini
setelah itu kami akan menvalidasi dengan mencocokan dengan data basis
terpadu dengan mengadakan koordinasi dengan Wali Nagari apakah data
masyarakat tersebut benar-benar miskin’’ (informan P)

“ ya seperti yang dikatakan pak Kabid dan buk pepi tadi kalau di Dinas Sosial
ini yang melakukan pendataan itu TKSK dan TKSM merekalah yang akan
mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ini mereka akan
mendata ke rumah-rumah masyarakat, TKSK dan TKSM tersebut yang akan
mendata masyarakat yang benar-benar tidak mampu” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap browsing ini yang mengumpulkan

data masyarakat miskin adalah TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat), yang

akan mendata ke rumah-rumah masyarakat miskin, berdasarkan

PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial.

4. Differentiating
Tahap differentiating merupakan tahap pemilihan menggunakan ciri-

ciri dalam sumber informasi sebagai patokan untuk memeriksa kualitas isi/

informasi. Kegiatan memilah dan memilih bahan sumber informasi


65

berdasarkan derajat kepentingan dan ketetapan serta relevansinya dengan

kebutuhan informasi, sehingga terpilih bahan sumber informasi yang paling

tepat dan paling relevan.

Peneliti: Apa yang Bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber informasi yang
paling relevan?

Informan: “

“ menjelang kita melakukan pendataan ini kita kan berkoordinasi dan


bersosialisasi dengan TKSK, TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK,
BAPEDA nya untuk mencocokan data-data berdasarkan kriteria orang miskin
kita masih mengacu pada kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional
yang akan dicocokan/diverifikasi benar tidaknya data tersebut” (informan D).

“ kita kan melakukan pendataan ini kita kan bersosialisasi dengan TKSK,
TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK, BAPEDA kita mencocokan
data-data, untuk kriteria fakir miskin kita belom bisa mengatakanya karena
kita berkordinasi dulu kita memakai kriteria nasional, kita mencocokan
dengan benar tidaknya data tersebut, data kami itu kita verifikasi dan
melakukan pengukuran dengan Wali Nagari antuk kecamatan dengan adanya
Wali Nagai, jorong, TKSM data tersebut dicocokan sesuai dengan hasil yang
dilapangan, setelah itu kita bisa menentukan orang itu miskin atu tidak
miskin” (informan P).

“ kita melakukan pendataan kita akan bersosialisasi dengan TKSK dengan


mengundang BPS, STATISTIK , BAPEDA yang akan mencocokan data-data
fakir mikin berdasarkan kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional”
(informan Y).

Tahap differentiating merupakan tahap penyeleksian dari berbagai

sumber yang telah di miliki, memilih sumber yang paling relevan dan tepat

untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan tema awal yang kita cari, seperti
66

yang dikatakan informan diatas bahwasanya informasi yang didapat

dimanfaatkan semua.

5. Monitoring

Monitoring artinya kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk dalam

kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

berkesinambungan atau dengan tetap bertukar informasi dengan rekan sejawat

dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar dalam bidang

tertentu.

Peneliti : Bagaimana bapak/ibu monitoring data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan?

Informan : “ cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari
Dinas Sosial, atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat
berfikir mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke
kita kadang bukan data yang sebenarnya, contoh “apakah bapak mempunyai
kebun atau ladang?, padahal dia punya tetapi karena yang mendata adalah
orang Dinas Sosial mereka akan bilang “oh gag ada pak, penghasilan bapak
sebulan berapa? , misalanya penghasilan sebulan orang miskin itu minimal
1000.000 rupiah, diatas satu juta tidak dikategorikan orang miskin misalnya,
karena Dinas Sosial yang mendata maka masyarakat mereka akan bilang pak
penghasilan saya cuma 1000.000 rupiah, makanya dalam mendata nanti kami
akan bekerjasama dengan pak jorong dan pak wali”. (informan D)

“ untuk memantau data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan


supaya tidak terjadi kekeliruan kami meminta bantuan jorong dan Wali Nagari
67

karena jorong dan Wali Nagarilah yang tahu persis keadaan masyaraktanya di
jorong tersebut”.(informan P).

“ ya itu tadi kadang kan masyarakat kita ini kalau ada pendataan bantuan
miskin mereka yang tidak miskin ikut menyertakan pendataan, seperti orang
itu mampu tetapi karena ada pendataan mereka bilang tidak mampu, untuk
pendataan ini supaya datanya persis dengan dilapangan kami disini ya minta
bantuan pihak jorong dan pihak Wali Nagari supaya datanya lebih akurat”
(informan Y).

Dalam monitoring bagi Dinas Sosial menurut penulis memang cocok

atau pantas untuk dilakukan, apalagi dalam pendataan masyarakat miskin

seperti bekerjasama dengan Jorong dan Wali Nagari yang selalu berhubungan

dengan masyarakat, sesuai dengan pernyataan informan diatas bahwasanya

tahap monitoring dilakukan dengan berdiskusi dengan pak jorong dan pak

wali apakah data tersebut sesuai dengan data yang di lapangan.

6. Extracting

Extracting artinya secara sestematis menggali di satu sumber untuk

mengambil materi/informasi yang dianggap penting mengidentifikasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah dapat di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Peneliti: siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan ?

Informan: “seperti yang saya katakana tadi informasi yang kami dapatkan
tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, kami mengacu
pada data BPS, dan informasi lainnya data dari TKSK dan TKSM , BPJS,
68

TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak


Wali dan dari pihak kecamatan.

“yang berperan dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok


Selatan ya data dari BPS, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan
Kemiskinan Daerah TKSK, TKSM, Karena TKSK dan TKSM lah yang akan
mendata masyarakt miskin di Kabupaten Solok Selatan dan dari jorong,
Nagari, Kecamatan” (informan P).

“seperti yang dikatakan pak kabid tadi informasi data masyarakat miskin di
Kabupaten Solok selatan datanya mengacu pada data BPS, dan yang lainya
seperti dari TKSK, TKSM, BPJS, TNP2K, Tim koordinasi penanggulangan
Daerah, seperti jorong, walinagari dan kecamatan” (informan Y).

Informan menyatakan bahwasanya untuk melengkapi informasinya

Dinas Sosial mendapatkan Informasi dari berbagai sumber diantaranya: data

dari BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, Pihak Jorong, Pihak Wali Nagari dan dari pihak

kecamatan. Karena sudah banyak sumber informasi yang didapatkan tentang

data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan telah merasa cukup.

7. Verifying

Verifying merupakan kegiatan pengecekan atau penilaian apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diinginkan.

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/mencocokan


data masyarakat miskin yang di peroleh ?

Informan: “Sebetulnya untuk pengecekan apakah data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan udah benar atau salah, sesuai informasi yang kami
69

dapat dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K,
Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak Wali
dan dari pihak kecamatan, kami akan melakukan pendataan lagi ke rumah-
rumah masyarakat, verifikasi yang memakai Basis Data Terpadu dari BPS
datanya dari BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembanguanan Daerah) data ini
yang akan dicocokan ke lapangan, nanti TKSK dan TKSM yang akan
mendata kerumah-rumah masyarakat.

“ setelah kita melakukan pendataan yang dilakukan oleh TKSK dan TKSM
kita melakukan pengukuran di Wali Nagari dan pihak kecamatan dengan
mencocokan semua data-data yang telah kita lakukan pendataan seperti data
STATISTIK, data BDT nanti kita akan mengklarifikasi kelapangan dengan
jorong. Kami akan menvalidasi data 2 kali dalam 1 tahun sampai data
kemiskinan ini terhapus” (informan P).

“ Kami melakukan pengecekan data tersebut apakah sudah benar atau tidak,
data yang kami peroleh dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM
, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak
Jorong,Pak Wali dan dari pihak kecamatan, kami akan menvalidasi ke rumah-
rumah masyarakat yang akan kami lakukan dalam 1 tahun 2 kali yang di
cocokan oleh TKSK dan TKSM” (informan Y).

Berdasarkan pernyataan informan di atas bahwa tahap verifying

dilakukan dengan mencocokan ke lapangan apakah informasi yang didapatkan

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sudah sesuai dengan

keadaan masyarakat yang sebenarnya. Sehingga dengan adanya pengecekan

ulang maka Dians Sosial akan mendapatkan data yang lebih akurat/benar

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

8. Ending

Merupakan kegiatan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian.


70

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan data masyarakat


miskin yang relevan di Kabupaten Solok Selatan ?

Informan:“Data yang telah kita dapat kami umumkan di Wali Nagari, sebelum
kita legalkan dengan SK pak Bupati, datanya kita tempel di Wali Nagari dan
kantor camat, nanti yang akan di umumkan oleh pak camat dan pak Wali
Nagari yang akan mengumumkan pada masyarakat, maksudnya jika ada
masyarakat yang protes, kita akan cek kelapangan berdasarkan pendataan dan
berdasarkan bukti-bukti dilapangan yang di dapatkan oleh TKSK dan TKSM
itu yang akan kita umumkan di kantor Wali Nagari dan kantor camat, dan
akhirnya akan keluar satu SK atau berbentuk peraturan Bupati tentang kondisi
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan data BPD (Badan
Permuawaratan Desa) dan BPS (Badan Pusat Statistik).” (informan D)

“setelah kita memperoleh data masyarakat miskin di Solok Selatan, setelah


kita validasi dan verivikasi data kita akan memapang data-data kemiskinan
Solok Selatan di setiap nagari, pernagarinya di kecamatan masing-masing
agar masyarakat melihat mana masyarakat miskin, mana masyarakat tidak
mampu, kami juga melakukan penempelen label ke rumah-rumah. Berarti
setelah data masyarakat Solok Selatan Oke kita akan membuat lampiran
nama-nama masyarakat miskin di Solok Selatan dan memberikan label-label
di setiap rumah-rumah sesuai dengan data yang ada”. (informan P).

“ setelah kami mendapatkan data tersbut, data tersebut akan di umumkan di


Wali Nagari, datanya di tempel di Wali Nagari dan kantor camat dan nanti
akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari dan pihak Kecamatan” (informan
Y).

Informan D dan inrorman Y menyatakan bahwasanya untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat dan akan di legalkan dengan SK

(surat keputusan) Bupati yang akan di temple di Wali Nagari dan kantor

camat yang akan di umumkan oleh pihak kecamatan dan dan pihak Wali

Nagari langsung kemasyarakat Kabupaten Solok Selatan. Sedangkan


71

informan P menyatakan hasil akhir data tersebut ditempelkan di rumah-rumah

masyarakat miskin.

Dari perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

msyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, sesuai dengan model perilaku

pencarian informasi David Ellis. Gambaran akhir dari perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan yang penulis kelompokan ke dalam bentuk kerangka diagram

berikut dibawah ini: Mengacu Pada data BPS

Sumber
Starting Informasi
Hasil akhir • BPJS
• Diserahkan • TNP2K
ke Wali
• BDT
Nagari &
Ending Chaining • STATISTIK
Camat
• PMKS
• Di tempel di
rumah-rumah • PSKS
• TKSK
• TKSM
• Jorong
Verifying Monitoring • Wali Nagari

Pengecekan ke rumah-rumah yang Monitoring bekerja sama dengan


dilakukan 1 tahun 2 kali Jorong dan Wali Nagari

1. Starting

Ketiga informan menyatakan langkah awal/pertama yang

dilakukan oleh informan adalah mengacu pada data masyarakat miskin

dari BPS ( Badan Pusat Statistik).


72

2. Chaining

Ketiga informan menyatakan pada tahap chaining ini petugas

Dinas Sisial mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat

miskin dari berbagai sumber.

3. Monitoring

Pada tahap monitoring ketiga informan menyatakan mereka

bekerjasama dan berdiskusi dengan pihak jorong dan Wali Nagari

apakah data tersebut cocok dengan yang di lapangan.

4. Verifying

Tahap verifying semua informan menyatakan mereka

mencocokan data masyarakat miskin dengan melakukan pengecekan

ulang ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan dalam 2 tahun

sekali.

5. Ending

Pada tahap ending dua informan menyatakan untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat yang akan di legalkan

dengan SK Bupati, yang akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari

dan Kecamatan kepada masyarakat sedangkan satu informan

menyatakan pada tahap ending hasil akhir dari data tersebut

ditempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.


73

Kerangka di atas merupakan gambaran dari tahapan teori David

Ellis yang penulis gambarkan kembali sesuai dengan perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dians Sosial tentang masyarakat miskin di

Kabupaten Solok Selatan.

D. Hambatan dalam Pencarian Informasi

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, seringkali seseorang mengalami

hambatan. Hambatan yang dialami oleh pencari informasi telah banyak dikaji

oleh beberapa ahli, salah satunya adalah Wilson (1997). Setiap orang akan

mengalami suatu hambatan dalam pencarian informasi. Hambatan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Peneliti: fakator apa yang menghambat bapak/ibu dalam pendataan masyarakat


miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan:

1. Faktor internal (faktor dalam organisasi)

“ kami disini Kekurangan tenaga TKSM dan TKSK yang dilapangan karena
39 nagari idealnya harus ada tenaga TKSM itu 50 orang, Cuma yang ada
sekarang baru 30 orang yang berada dan anggaran kami terbatas untuk
pendataan 2 kali satu tahun” (informan D)

“ kurangnya tenaga pendata , kurangnya kendaraan untuk pendataan TKSK


dan TKSM dan kami juga masih kekurangan tenaga TKSK dan TKSM, kita
di Solok Selatan 39 sembilan nagari dan kami masih kekurangan TKSK dan
TKSM “ (informan P)
74

“kami kekurangan tenaga TKSM dan TKSK untuk pendataan di lapangan,


tenaga TKSM kami sangat terbatas, dan dari segi anggaran, anggaran kami
sangat terbatas” (informan Y).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar organisasi)

“cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari Dinas Sosial,
atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat berfikir
mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke kita
kadang bukan data yang sebenarnya Jadi data yang mereka berikan bukan
data yang sebenarnya dan faktor wilayah/ kondisi wilayah,wilayah kita kan
masih banyak wilayah-wilayah yang tidak bisa dilalui kendaraan seperti
daerah lubuk ulang-aling butuh tenaga ektra untuk mendata masyarakat
miskin” (informan D)

“ dan dari segi wilayah yang wilayahnya yang curam dan kami akan
melakukan pendataan langsung rumah-kerumah’’ (informan P).

“ faktor yang meghambat ya itu faktor wilayah, liat saja wilayah kita masih
banyak daerah yang tidak bisa di lalui kendaraan, masih banyak wilayah
yang susah dijangkau, yang menyebabkan kami disini sulit untuk mendata
masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau ya seperti lubuk
ulang-aling dan wilayah-wilayah lain yang sulit dijangkau” (informan Y).

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa situasi tempat kegiatan

melakukan pencarian informasi merupakan penghambat berlangsungnya

pencarian informasi. Disamping itu lingkungan yang luas juga dapat menjadi

masalah penghambat (Wilson:2000). Dalam penelitian ini yang menjadi

hambatan adalah kondisi wilayah yang sulit dijangkau dan pola pikir masyarakat.

Terjadinya hambatan akan mempersulit pencarian informasi data masyarakat

miskin dan hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal dikarenakan banyak

faktor yang mempengaruhi Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


75

II. Pembahasan

Informasi yang peneliti peroleh di atas menunjukan bahwa dalam

melakukan proses pencarian informasi dengan menggunakan model perilaku

pencarian informasi David Ellis (1993) yaitu mulai dari tahap starting hingga

ending. Tahap starting merupakan tahap awal dalam proses perilaku pencarian

informasi. Menurut David Ellis, tahap awal ini adalah proses penentuan

pencarian informasi dalam melakukan pencarian informasi apakah

menggunakan kata kunci yang bersifat umum atau khusus, yang merujuk pada

rujukan awal, hal ini selaras dengan yang diungkapkan David Ellis yaitu

starting. Pada tahap Starting Dinas Sosial mengacu data masyarakat miskin

pada BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Solok Selatan

Tahap kedua yaitu chaining, maksudnya kegiatan yang ditandai

dengan mengikuti mata rantai atau mengaitkan daftar literature yang ada ke

rujukan kunci. Pada tahap pencarian informasi informan menggunakan

matarantai dari berbagai sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan), di Solok Selatan ada namanya Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, dari Jorong, Wali Nagari dan Pihak Kecamatan. Dari

berbagai sumber informasi yang diperoleh Dinas Sosial ini memudahkan

informan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pada tahap ini selaras

dengan ungkap Ellis bahwa dalam tahap ketiga yaitu browsing tahap ini
76

ditandai kegiatan mencari informasi yang terstruktur dan semi terstruktur, dan

dalam melakukan pencarian informasi informan harus bisa menentukan

subjek dari permasalahan yang ada, agar mudah dalam mendapatkan

informasi. Pada tahap browsing ini diungkapkan oleh informan bahwa pada

tahap ini tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial. Langkah selanjutnya

differentiating, pada tahap ini informan memilih referensi terhadap terhadap

informasi yang didapatkannya, pada tahap ini petugas Dinas Sosial

menggunakan semua informasi yang didapat. sedangkan Ellis menyebutkan

bahwa pada tahap differentiating merupakan tahap pemilihan terhadap

referensi yang akan digunakan untuk kebutuhan informasi. Tahap monitoring,

informan memilih-milih sumber informasi dengan tujuan memperoleh sumber

yang paling bermanfaat, informan menyatakan tahap monitoring dilakukan

dengan berdiskusi dengan pihak jorong. Selanjutnya tahap extracting ini

informan merangkum informasi yang didapatnya dan informasi tersebut akan

digunakan jika menurut mereka penting. Hal ini yang diungkap Ellis bahwa

pada tahap extracting ini adalah proses perangkuman informasi yang

didapatkan. Sedangkan Pada tahap ini petugas Dinas Sosial menyatakan

untuk melengkapi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

menyatakan mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Tahap ini tidak

sesuai dengan David Ellis


77

Tahap verifying adalah proses pengecekan kembali apakah informasi

yang didapatkan tersebut telah sesuai yang diinginkan pada tahap terakhir

yaitu ending, tahap ini merupakan tahap dimana semua proses pencarian,

pemilihan, penyeleksian dan pengecekan atau penilaian berakhir.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perilaku

pencarian informasi yang dilakukan oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dengan menggunakan model

perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 bahwasanya ada beberapa

tahap yang memang tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan yaitu browsing, differentiating, dan extracting. Sedangkan pada

tahap ending dari ketiga informan berbeda. Informan D dan Y melakukan

ending dengan menyerahlan hasil pencarian informasi masyarakat miskin

kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara informan P menempelkan

di rumah-rumah masyarakat miskin.


BAB V
PENUTUP

Dalam bab terakhir dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh

dari wawancara dan analisis data. Kesimpulan yang diambil ini merupakan jawaban

dari permasalahan yang sebelumnya dirumuskan di bab 1, selain kesimpulan, peneliti

juga memberikan saran-saran kepada pihak yang terkait.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan peneliti maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan:

1. Perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Sesuai dengan Teori

Pencarian informasi David Ellis 1993 tetapi ada beberapa tahap yang

tidak di lakukan yaitu browsing, differentiating, dan extracting.

Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan berbeda. Dua

informan melakukan ending dengan menyerahkan hasil pencarian

informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat,

sementara satu informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat

miskin.

2. Hambatan petugas Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan yaitu faktor internal dan eksternal.

78
79

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan memaparkan dalam bentuk

skripsi, maka penulis berharap sebagai berikut:

1. Petugas Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan sebaiknya secara langsung mengunjungi

masyarakat atau tanpa perantara sehingga data yang diperoleh sesuai

dengan kondisi masyarakat di lapangan.

2. kepada pembaca diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan

menggunakan metode atau teori perilaku pencarian informasi lainnya.

3. Dan kepada penulis sendiri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

menambah wawasan dibidang ilmu perpustakaan kususya dibidang

kebutuhan informasi serta dapat mengembangkan perilaku pencarian

informasi dan data yang mendukung dibidang pencarian informasi


DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto. 1996. Perangkap Kemiskinan: Problem dan Strategi


Pengentasannya dalam Pembangunan Desa. Yokyakarta: Aditia Medika

Dinas. (n.d). Retrieved Desember 19, 2017, from http: //Kbbi.web.id

Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi


Pembanguna Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. PT Refika Aditama:
Bandung

Eko Handoyo dkk.2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu


Sosial Negeri Semarang

Hamonangan Singgalingging. 2008. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Educatioan). Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan UNNES.

Heru Nugroho. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Pemberdayaan, Yogyakarta:


Aditiya Media

Hur Hayati. 2015. Perilaku Pencarian Informasi oleh Mahasiswa Tunanetra (Studi
Kasus di IAIN Imam Bonjol Padang). Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

IAIN Imam Bonjol Padang. 2015/2016. Buku Pedoman Akademik IAIN Imam Bonjol
Padang. Padang: IAIN Imam Bonjol Padang

Jalaluddin Rakhmat.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstuktur Teori
dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI

Keputusan Mentri Sosial Republik Indonesia No. 146/HUK/2013 tentang penetapan


Kriteria dan Pendapatan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu

M.Ali Hasan, 2006. Zakat dan Infaq. Jakarta: Kencana

Mas’oed Mochtar. 1994. Polotik, Birografi dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Masdar F. Mas’udi, 2005. Menggagas Ulang Zakat. Bandung: Mizan

Muh. Ridwan Mas’ud, 2005. Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan Umat.
Yogya: UII Press

Muhtadi Ridwan. 2012. Gelita Ekonomi Islam: Memangkas Kemiskinan, Mendorong


Perubahan. Malang: UIN Maliki Press

Mukham, Kepala BPS Petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan wawancara
Pribadi 20 February 2017 Solok Selatan

Nurafni Dahlia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akaik


di Karang Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang. Skripsi mahasiswa IIP
Fakultas Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Pawit M Yusup. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi


Retriveal. Jakarta: Kencana

Pengertian-masyarakat-miskin.(2011,02) Retrieved February 28, 2017, from html:


http://masyarakatmiskin.blogspot.co.id

Perilaku Pencarian dalam memenuhi Kebutuhan Informasi bagan 2. (2009,01 10).


Retrieved Desember 19, 2016, from http://encangsaepusin.wodpress.com

Putu Laxman Pendit. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta:
JIP-FSU

Racman Hermawan. 2006. Etika Kepustakawan Suatu Pendekatan Terhadap Kode


Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Rafika Sastra. 2014. Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra di


Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sarlito W. Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pres

Sherly Octavia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Menggunakan Ansroid Studi


Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas
Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sidi Gazalba, 1985. Ilmu Islam2: Asas Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Siti Rozinah. 2012. Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Dalam Penulisan
Skripsi (studi kasus di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
(STAINU) Jakarta). Depok. Tersedia Pada (http://lontar.ui.ac.id) diakses pada
tanggal 21 April 2017.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunyoto usman. 2012. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyarta:


Pustaka Pelajar

Widya Yusrina.2015. Perilaku Pencarian Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang
Dalam Memilih Perguruan Tinggi. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab Dan
Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Widyana Dewi Kartika. 2011. Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi


Peneliti: studi kasus di mahkamah konsitusi Republic Indonesia. Semarang.
Teredia pada (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip/issue/view/10)
diakses pada tanggal 15 April 2017.

Wiji Suwarno. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA Group.

Yusuf Qardhawi. 2002. Hukum Zakat. Jakarta: Lintera Internusa


Dokumentasi

Kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok


Selatan
Peneliti bersama Bapak Kabid Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

Peneliti besama Bapak Kasi dibidang Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
Peneliti bersama ibu staf bidang sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
PEDOMAN WAWANCARA

Teori David Ellis

No Indikator Instrumen Wawancara


1 Starting a. Apa persiapan yang Bapak/ibu lakukan sebelum melakukan pengumpulan data masyarakat miskin
di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Bagaimana upaya/ langkah apa yang Bapak/ibu lakukan untuk mendapatkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
2 Chaining a. Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam mengumpulkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan (misal: personal/ahli/lembaga dll).?
3 Browsing a. Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang bapak butuhkan dalam mengumpulkan data
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Apa kriteria masyarakat miskin yang Bapak/ibu gunakan dalam menyempurnakan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan?
4 Differentianting a. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber yang paling kongkrit ?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/ mencocokan data yang di peroleh ?
5 Monitoring a. Bagaimana bapak/ibu memantau/ monitoring data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?
6 Extacting a. Siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Siapa informan yang memberikan data yang konkrit tentang data masyarakat miskin?
7 Verifying a. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ibu peroleh telah sesuai yang diinginkan?
b. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ peroleh sesuai dengan di lapangan?
8 Ending a. Apa yang selanjutnya Bapak/ibu lakukan setelah informasi tenang data masyarakat miskin
didapatkan?
9 Faktor a. Faktor apa yang mempengaruhi Bapak/ibu dalam mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Penghambat Selatan?
b. Apa kendala Bapak/ibuk dalam mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
BIODATA PENULIS

Nama : Susi Utami


Nim : 1311020140
Fakultas/ Jurusan : Adab dan Humaniora/ SPI Konst.
Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Tempat/ Tgl Lhr : Bangun Rejo, 12 Mei 1992
Negeri Asal : Pincuran Tujuh Bangun Rejo,
Kecamatan Sangir, Kab. Solok
Selatan
E-mail : susiutami862@gmail.com
Hp : 085263514324
Judul Skripsi : Perilaku Pencarian Informasi Oleh
Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten
Solok Selatan

I. PENDIDIKAN YANG DITEMPUH:


1. SDN 24 Bangun Rejo di Solok Selatan Tahun 1999-2005
2. SMPN 14 Solok Selatan Tahun 2005-2008
3. SMKN 1 Solok Selatan Tahun 2008-2011
4. UIN Imam Bonjol Padang Tahun 2013-2017

II. DATA KELUARGA


1. Nama Orang Tua
 Ayah : Sutamto
 Ibu : Sujinah
2. Pekerjaan Orang Tua
 Ayah : Petani
 Ibu : Petani
3. Jumlah Saudara : 3 Orang
4. Anak yang ke : 1(Pertama)
5. Alamat Orang Tua : Pincuran Tujuh Bangun Rejo, Kecamatan Sangir,
Kab. Solok Selatan
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI OLEH PETUGAS DINAS SOSIAL
TENTANG MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN
SOLOK SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Sebagai Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Pada Jurusan Sejarah
Kebudayaan Islam Konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Oleh:

SUSI UTAMI
1311020140

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)


KONSENTRASI ILMU INFORMASI PERPUSTAKAAN (IIP)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN IMAM BONJOL PADANG
1438 H/2017 M
   
karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Qs. Alam Nasyrah: 5-8).

Kata-perkata yang tak dapat mengungkapkan segalanya

Cintamu, kasihmu, yang meneggakkan anakmu sampai detik ini

Harapanmu seperti biji padi

Segala isi dunia kau berikan untuk ku

Doa yang selalu menyertai langkahku

Sebongkah harapan terpancar diwajahmu

Untuk mengabulkan sepercik impian

Hujan, panas, badai, yang menerjang langkah-langkah kecil ini

Karana cinta dan kasihmu ku masih berdiri sampai saat ini

Matahari tak kan bersinar setetah malam, pelangi tak kan muncul setelah
hujan, Begitu pun hidup ini tiada arti kebahagiaan tanpa didahului
kepahitan

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup yang selalu


memberikan segalanya cinta, kasih dan sayang, mendampingi saat suka
dan duka, selalu mendampingi saat ku lemah tak berdaya Ayahanda dan
Ibunda tercinta yang selalu mendoakan untukku dalam setiap sujudnya.

Terima kasih Ayahnda dan Ibunda tercinta


KATA PENGANTAR

   


Puji sykur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis bisa menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “ Perilaku Pencarian Informasi Oleh Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan’’ .

Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun

umatnya untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berkat kemudahan

dan izin Allah, dan bantuan semua pihak akhirnya penulisan skripsi ini bisa

diselesaikan.

Penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan ucapan

terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda tercinta Sujinah dan

Ayahanda Sutamto yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu

menyayangi Ayahanda dan Ibunda dunia akhirat, juga buat adik-adik penulis

Cindy Sutanti, Vigo Trio Utama dan Nesa Riski Utami yang selalu memberi

dukungan agar penulis tetap semangat menyelesaikan skipsi ini. Semoga

Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

i
Melalui kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini:

1. Rektor UIN Imam Bonjol Padang Bapak Dr. Eka Putra Wirman, Lc.,M.A.

beserta jajaran Wakil Rektor UIN Imam Bonjol Padang.

2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Bapak Dr. H Yufni Faisol, M.A

beserta jajaran Wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

3. Ketua Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Bapak Muhammad Ilham,

S.Ag., M. Hum dan Sekretaris Jurusan Ibu Lisna Sandora, M.pd

4. Dosen Penasehat Akademik (PA) Bapak Muhammad Ilham, S.Ag,S.sos,

M. Hum yang telah memberikan ilmu, dukungan, dan arahannya selama

masa perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Arwemi, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Erida, M.Pd

selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, dan memberikan

bimbingan, arahan, dan sumbangan pemikiran sehingga penulis bisa

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suhefri, M.Ag dan Bapak Muntasir, M.Hum selaku penguji

yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini

7. Bapak Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, Bapak Kepala Bidang Sosial beserta staf yang

ii
dengan ikhlas memberikan data dan dukungan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak/Ibu pegawai

Akademik dan Kemahasiswaan (AKAMA) Fakultas Adab dan

Humaniora, dan Bapak/Ibu pegawai Perpustakaan UIN Imam Bonjol

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menggunakan buku-

buku sebagai bahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Ucapan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan jurusan

SKI Khususnya angkatan 2013, Yurnani, Melda, Bulan, Lilis, Dona, Utia,

Rolis dan yang lainya yang tidak bisa disebutkan semua. Dan teman kost

Kak Nova, Vita,Vina, Ilda, Rika, Sari, dan yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan terimakasih yang dapat

penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas atas segala amal

kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk

menyelesaikan studi yang penulis jalankan Amiin Yarabbal’Alamin.

Padang, 02 Agustus 2017


Wassalam

Susi Utami

iii
ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas


Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan disusun oleh Susi
Utami, Bp: 1311020140 Jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang. Permasalahan pokok yang
dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana perilaku pencarian informasi petugas
Dinas Sosial dalam mencari informasi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Selatan dengan menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang
dimulai dari Starting dan diakhiri dengan ending. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan perilaku pencarian informasi petugas Dinas Sosial tentang
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan. Peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data
melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
sampel diambil secara pusposive sumpling dari Kabid Sosial, Kasi Sosial dan staf
bidang Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari
Kabupaten Solok Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi oleh
petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sesuai
dengan perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 ada beberapa tahap yang tidak
dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan yaitu browsing,
differentiating, dan extracting. Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan
berbeda. Dua informan melakukan ending dengan menyerahlan hasil pencarian
informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara satu
informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.

Kata Kunci: Perilaku Pencarian Informasi

iv
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................................ 5
C. Penjelasan Judul ....................................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8
E. Tinjauan Kepustakaan .............................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi .................................................................................14


1. Pengertian Informasi ......................................................................14
2. Sumber Informasi ..........................................................................15
B. Perilaku Pencarian Informasi ...................................................................17
C. Model Perilaku Pencarian Informasi ........................................................20
D. Masyarakat Miskin ...................................................................................29
1. Pengertian Masyarakat Miskin ......................................................29
2. Ukuran-Ukuran Kemiskinan ..........................................................44
3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan.......................................................44

v
BAB III: METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian.....................................................................................46
B. Jenis Dan Metode Penelitian ....................................................................46
C. Populasi dan Sampel ................................................................................47
D. Sumber Data .............................................................................................49
1. Primer ............................................................................................49
2. Skunder ..........................................................................................49
E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data .......................................................49
1. Observasi .......................................................................................50
2. Wawancara ....................................................................................50
F. Teknik Analisis Data ................................................................................51
1. Reduksi Data (Data Reduction) .....................................................51
2. Penyajian Data (Data Diaply)........................................................52
3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification) .......................52
G. Waktu Penelitian ......................................................................................53

BAB IV: PEMBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan ........................................................................54


A. Gambaran umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan ..........................................54
B. Profil Informan ..............................................................................60
C. Perilaku Pencarian Infomasi Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan ...........................61
D. Hambatan dalam Pencarian Informasi ...........................................73
II. Pembahasan .............................................................................................75

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................78

vi
B. Saran...............................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Struktrur Organisasi Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari


Kabupaten Solok Selatan

Dokumentasi

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur

Provinsi Sumatera Barat. Sebelumnya, kabupaten ini merupakan bagian dari

Kabupaten Solok. Setelah kemerdekaan, muncul wacana pembentukan sebuah

kabupaten yang meliputi sebagian wilayah Solok Selatan saat ini. Hal ini ditandai

dengan diadakannya Konferensi Timbulan pada tahun 1950-an. Saat itu digagas

rencana pembentukan sebuah kabupaten dengan nama Kabupaten Sehilir Batang

Hari yang meliputi wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Pantai Cermin, Sungai

Pagu dan Sangir. Namun pada saat otonomi daerah keinginan tersebut baru

terwujud dengan nama Kabupaten Solok Selatan, yang diresmikan bersama 23

kabupaten baru lainnya di Indonesia, yaitu 7 Januari 2004 dengan Undang-

Undang Nomor 38 Tahun 2003.

Matapencarian masyarakat Solok Selatan umumnya berprofesi sebagai

petani, namun ada juga sebagian kecil berprofesi sebagai pedagang dan PNS.

Dari usaha yang mereka lakukan untuk memenuhi kehidupan keluarga atau

rumah tangga, masyarakat Solok Selatan umumnya memiliki penghasilan rendah

dibandingkan dengan penghasilan masyarakat di kabupaten lainnya di Sumatera

Barat. Kabupaten Solok Selatan menduduki peringkat 9 dari 12 kabupaten

lainnya di Sumatra Barat dalam hal pendapatan asli daerah.

1
2

Mengacu pada keputusan menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister

berasal dari rumah tangga yang memiliki kriteria:

1. Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber mata


pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar.
2. Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
3. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga medis,
kecuali puskemas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
4. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap
anggota rumah tangga.
5. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang
SLTP
6. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan
kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah usang/
berlumut atau tembok tidak diplaster.
7. Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi tidak
baik/ kualitas rendah.
8. Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
9. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau
listrik tanpa meteran.
10. Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2 / orang dan
11. Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ lainnya.

Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang

tidak memiliki akses prasarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas

perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan serta mata

pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu


3

dimensi politik, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan

dimensi aset ( P2 KP, Pedoman Umum, 2004:1).

Penanganan masalah sosial menurut Pendit (2003:33) adalah tugas Dinas

Sosial untuk membantu mayarakat seperti dalam hal: pembinaan organisasi,

pengembangan kelembagaan, bantuan sosial dan penanggulangan kemiskinan

serta rehabilitas sosial. Untuk membantu masyarakat yang membutuhkan

bantuan seperti bantuan sosial yang diberikan Dinas Sosial kepada masyarakat

Dinas Sosial harus mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang masyarakat

yang memerlukan bantuan dari Dinas Sosial. Informasi adalah serangkaian sinyal

atau pesan-pesan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, terlepas dari

atau sedikit berkaitan dengan proses kognitif.

Perilaku pencarian informasi merupakan suatu kegiatan seseorang untuk

mendapatkan informasi. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang

membutuhkan informasi baik untuk kebutuhan sosial, ekonomi, ilmu

pengetahuan, pendidikan, keagamaan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan

informasi tersebut maka seorang akan mencari informasi dengan menggunakan

berbagai sumber informasi. Menurut Wilson, (dalam Pendit, 2003:29) Perilaku

Pencarian Informasi (Information Seeking Behavior) merupakan upaya

menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk

memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja berinteraksi

dengan sistem informasi misalnya surat kabar, majalah, perpustakaan atau yang

berbasis komputer (misalnya WWW). Teori Perilaku Pencarian Informasi


4

tergolong dalam teori modern yang kemudian berkembang menjadi teori model

perilaku informasi manusia dan kebutuhan informasi.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 20

Februari 2017 di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan diperoleh informasi bahwa tugas Dinas Sosial adalah

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi di

bidang Sosial seperti: pemberdayaan dan rehabilitas masyarakat miskin,

perlindungan dan jaminan sosial, dan rehabilitas PMKS. Hal ini tertuang dalam

peraturan pemerintah Kabupaten Solok Selatan No 22: tahun 2005 tentang

Struktur Organisasi Dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari dalam pasal 12 yang berbunyi “ memberikan

bantuan sosial kepada peran sosialnya akibat bencana alam, bencana sosial

akibat lainya seperti kemiskinan , telantar dan cacat’’. Selanjutnya dari Dinas

Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

diperoleh data tentang jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

sebagai berikut:

No Jumlah
Nama Jumlah Penduduk Persentase
Kecamatan Penduduk miskin

1 Kecamatan Sangir 40.615 3.717 9,15%

2 Kecamatan KPGD 12.660 1.039 8,20%

3 Kecamatan Sungai Pagu 16.846 1.028 6,10%


5

4 Kecamatan Sangir Balai 16.858 1.132 6,71%


Janggo
5 Kecamatan Sangir Jujuan 30.949 2.674 8,64%

6 Kecamatan Sangir Batang 15.317 2.093 13,66%


hari
7 Kecamatan Pauh Duo 23.657 2.539 10,73%

Jumlah 15902 14.539 63,19%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa masyarakat Kabupaten Solok

Selatan 63,19% tergolong masyarakat miskin, walaupun dari segi pembangunan

daerah Kabupaten Solok Selatan telah mengalami perkembangan sejak 13 tahun

yang silam, akan tetapi pembangunan dan kesejahteraan belum seperti yang

diharapkan masyarakatnya. Melihat dari kondisi ini penulis tertarik untuk

mengungkapkan Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan di atas maka yang

menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi

Petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi maka penulis

membatasi masalah dengan batasan masalah sebagai berikut:


6

1. Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Faktor apa saja yang menghambat Petugas Dinas Sosial dalam mencari

informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

C. Penjelasan Judul

Judul dari penelitian ini adalah Perilaku Pencarian Informasi Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan. Agar

tidak terjadi kesalah pahaman dan lebih teratahnya penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini, yaitu:

Perilaku Pencarian Informasi : Wilson (dalam Putu Laxman Pendit, 2003:29)

perilaku pencarian informasi ( informasi searching

behavior) merupakan upaya menemukan informasi

dengan tujuan tertentu sebagai akaibat dari adanya

kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Sedangkan maksud dari penulis adalah perilaku

petugas Dinas Sosial mencari informasi tentang

masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan

informasi.

Petugas Dinas Sosial : Petugas adalah seseorang yang melaksanakan tugas

pelayanan pada Tugas Pokok dan Fungsi, instansi

tempat bekerja sedangkan di dalam KBBI

disebutkan Dinas adalah bagian Kantor Pemerintah


7

yang mengurus pekerjaan tertentu, dan sosial

adalah berkenaan dengan masyarakat. Jadi petugas

Dinas Sosial merupakan kegiatan profesional untuk

membantu individu-individu kelompok-kelompok

dan masyarakat guna meningkatkan atau

memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi

sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang

memungkinkan mereka mencapai tujuan.

Masyarakat Miskin :Masyarakat miskin merupakan dimana kondisi

masyarakat yang dibawah standar kelayakan baik

dari segi politik, sosial , lingkungan, ekonomi dan

aset. kriteria miskin yang di terapakan dalam

keputusan menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan

orang tidak mampu.

Jadi yang dimaksud dengan judul dari skripsi ini adalah perilaku petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dalam

usaha mereka mencari dan menemukan informasi mengenai masyarakat miskin

di Kabupaten Solok Selatan.


8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan saya teliti adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mendeskripsikan perilaku pencarian informasi petugas Dinas

Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

b. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menghambat petugas Dinas Sosial

dalam mencari informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Peneliti, untuk mengembankan ilmu pengetahuan, menambah wawasan

dibidang ilmu perpustkaan kususnya dibidang kebutuhan informasi serta

dapat mengembangkan perilaku pencarian informasi dan data yang

mendukung dibidang pencarian informasi

b. Pembaca, sebagai pedoman dan pembanding untuk jenis penelitian yang

sama dan dalam objek yang berbeda.

c. Bermanfaat bagi petugas Dinas Sosial itu sendiri.

E. Tinjauan Kepustakaan

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Perpustakaan Adab dan

Humaniora, Perpustakaan Pusat IAIN Imam Bonjol Padang, penelitian yang

berhubungan dengan perilaku pencarian informasi antara lain:


9

1. Rafika Sastra, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI kosentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi pada tahun 2014 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Pemustaka Tunanetra di Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana perilaku pencarian informasi tunanetra di

perpustakaan Yayasan Tuah Sakato Kalumbuk.

Kesimpulan dalam penelitiannya adalah kebanyakan dari pemustaka datang

ke perpustakaan bukan keinginan sendiri untuk mencari informasi tetapi

tunanetra dari panti untuk belajar AL-Quran Brille. Perilaku yang ditujukan

pada saat pemanfaatan informasi yang didapat oleh pengguna yaitu

berdiskusi dengan guru atau dengan teman satu asrama. Pada skripsi ini teori

yang digunakan berdasarkan model perilaku menurut David Ellis. Untuk

mengumpulkan data menggunakan metode purposive sampling dengan

menemukan informasi kunci, dimana purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu.

2. Nur Hayati, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam Bonjol

Padang, jurusan SKI konsetrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan menulis

skripsi pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi oleh

mahasiswa Tunanetra (studi kasus di IAIN Imam Bonjol Padang) skripsi ini

membahas tentang pola perilaku pencarian informasi mahasiswa tunannetra

dalam mendapatkan sebuah informasi. Penulisan skripsi ini bersifat kualitatif

yaitu menjelaskan fenomena yang ada secara akurat yang ditemukan


10

dilapangan. Untuk mendapatkan data, sekripsi ini menggunakan alat

pengumpulan data berupa observasi dan wawancara dengan mahasiswa

tunanetra beserta teman yang membantu mereka mencari informasi dan

dosen. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan purposive sampling.

3. Widya Yusrina, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang Dalam Memilih Perguruan Tinggi

skripsi ini membahas tentang perilaku pencarian informasi siswa kelas XII

SMA N 1 Padang dalam upaya mereka memilih perguruan tinggi. Batasan

masalah dalam penelitian ini adalah apa kebutuhan informasi siswa kelas XII

SMA 1 Padang terkait dengan perguruan tinggi, bagaimana pola perilaku

pencarian informasi tentang perguruan tinggi, dan apa hambatan yang

diterima selama proses pencarian informasi tentang perguruan tinggi.

Penelitian ini megguankan model T.D Wilson 1981 dan model pencarian

informasi David Ellis 1997.

4. Nurafni Dahlia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akiak di Karang Ganting Kelurahan

Lubuk Lintah Padang. Skripsi ini membahas tentang kebutuhan informasi


11

dan perilaku pencarian informasi masyarakat pecinta batu akik di Karang

Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang serta sumber informasi yang

digunakan dengan menggunakan tahapan-tahapan pencarian informasi yang

dikembangkan oleh David Ellis.

5. Sherly Octavia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Menggunakan Android Studi Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang

skripsi ini membahas tentang pemanfaatan Android sebagai sarana-sarana

informasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan

pengambilan data berdasarkan snowball sampling. Pengumpulan data

penelitian ini, mahasiswa memenuhi kebutuhan informasi lebih

memprioritaskan android dalam melakukan pencarian informasi untuk tugas

kuliahnya, karena bagi informan mencari informasi dengan Android tersebut

lebih praktis, bisa dibawa kemana-mana selama jaringan internet bisa

diakases. Penelitian ini menggunakan model David Ellis yang terdiri dari

8(delapan) tahap yang berawal dari starting hingga ending.

Skripsi Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia dan

Sherly Octavia menggunakan model perilaku menurut David Ellis (1997), David

Ellis adalah seorang ilmuan sosial yang mengemukakan beberapa karakteristik

perilaku pencarian informasi dari para peneliti, yang menggambarkan

karakteristik dari peneliti sosial, science, dan engineering, jadi dalam penelitian
12

ini penulis juga menggunakan model perilaku pencarian informasi menurut

David Ellis (1997) yang berawal dari starting hingga ending.

Objek dan subjek penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia

dan Sherly Octavia berbeda sera hasil pembahasan dalam penelitian ini juga

berbeda. Dengan menggunakan teori yang sama dengan penelitian yang lain,

jelas bahwa proses dalam melakukan pencarian informasi yang terdapat dalam

penelitian ini juga berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dan teraturnya pembahasan ini maka sistematika

penulisan, penulis membaginya kedalam beberapa bab diantaranya :

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang berisikan latar belakang

masalah, rumusan, dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis, yang membahas tentang

informasi, perilaku pencarian informasi, dan Petugas Dinas Sosial.

Bab ketiga menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berisikan

tempat penelitian, jenis data dan metode penelitian, sumber data, teknik dan alat

pengumpul data, teknik analisis data dan waktu penelitian.

Bab keempat hasil penelitian, tentang bagaimana perilaku pencarian

informasi petugas Dinas Sosial untuk mendapatkan informasi data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


13

Bab kelima meupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-

saran penulis.

Selanjutnya adalah halaman yang berisikan lampiran-lampiran dan

dokumentasi dalam penelitian penulis.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi

1. Pengertian Informasi

Dewasa ini informasi sangat dibutuhkan oleh setiap orang baik informasi

yang ilmiah maupun informasi yang non ilmiah, Informasi juga bermanfaat

dalam memenuhi kehidupan sehari-hari setiap manusia. Informasi adalah suatu

rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang

dibuat. Estabrook, 1977:245 (dalam Pawit M Yusuf 2010:1). Informasi

merupakan suatu kumpulan data yang terstruktur yang telah dikomunikasikan

kepada orang lain agar dapat bernilai guna bagi orang tersebut. McFadden, dkk

(dalam Widyana 2011:3). Informasi juga diartikan kandungan yang terdapat

dalam berbagai bentuk dokumen (bahan pustaka). Pengembangan koleksi

(collection development) tidak didasarkan pada bentuk fisik, tetapi oleh

kandungan informasinya (contents).(Rachman Hermawan S 2006: 2). Dan ada

juga yang mengartikan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang

lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. (Jogiyanto 2005: 8)

Menurut Suwarno (2010) informasi adalah suatu kajian mengenai

pencetus, pemakai, penggunaan, karakteristik, dan distribusi rekaman gratis. Ilmu

informasi adalah kajian mengenai pencetus, pemakai, pengguna , karakteristik,

dan distribusi rekaman gratis. Konsep ilmu informasi ini berdasarkan Anggaran

Dasar ASIS Sulistiyo Basuki: 1991,11 (dalam Wiji Suwarno 2010:15)

14
15

Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang berupa fakta, data dan pengetahuan yang telah dikomunikasikan

dan dapat dimanfaatkan oleh orang yang menerimanya dan bernilai guna bagi

orang yang membutuhkannya.Dalam bidang ilmu informasi, informasi dan

kebutuhan informasi juga dikaji sedemikian rupa untuk menghasilkan hasil yang

lebih baik akan kebutuhan informasi manusia, agar bisa dihadirkan suatu layanan

yang memenuhi kebutuhan informasi. Istilah ini dekenal dengan istilah kajian

pemakai.

Didalam kajian ini para ahli mengenal istilah information

behavior(perilaku informasi). Istilah ini merupakan keseluruhan perilaku

manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku

pencarian dan pengguna informasi.Wilson 2000 (dalam Pawit M Yusup

2010:100) Kajian perilaku ini ditujukan untuk menganalisa unsur-unsur dan

hubungan perilaku manusia yang dapat membantu kita untuk memahami tingkah

laku manusia.

2. Sumber Informasi

Sumber informasi dapat diperoleh dalam dokomen dan non-dokumen.

Sumber informasi yang berupa dokumen dapat berbentu buku, jurnal, majalah,

hasil-hasil penelitian. Sedangkan sumber informasi non dokumen adalah

manusia. yakni teman, pustakawan,pakar atau spesialis informasi seperti yang

dinyatakan oleh Setiarso (1997:5-6) bahwa sumber informasi juga terdapat pada:
16

a. Manusia: manusia sebagai sumber informasi dapat kita hubungi baik

secara lisan maupun tulisan. Yang lazim digunakan untuk kontak

langsung dengan sumber ini ialah pertemuan dalam bentuk ceramah,

panel diskusi, konferensi, lokalkarya, seminar dan lain-lain.

b. Organisasi: Badan atau lembaga penelitian baik milik pemerintah maupun

suwasta yang bergerak dalam bidang sejenis merupakan sumber

informasi penting termasuk industri dan himpunan profesi. Mereka

memiliki kemampuan karena mempunyai fasilitas berupa tenaga peneliti,

peralatan atau laboraturium, perpustakaan dan jasa informasi yang

tersedia.

c. Literatur: Literatur atau publikasi dalam bentuk terbaca maupun mikro

merupakan sumber informasi atau publikasi dalam bentuk terbaca

maupun mikro merupakan sumber informasi yang cukup majemuk.

Literature dapat dikelompokan menjadi:

• Literatur primer: bentuk dokumen yang memuat karangan yang

lengkap dan asli. Jenisnya berupa makalah, koleksi karya ilmiah,

buku pedoman, buku teks, publikasi resmi, berkala, dan lain-lain.

• Literatur sekunder: disebut juga sebagai sarana dalam penemuan

abstrak, tinjauan literature, catalog induk, dan lain-lain.

Sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi. Sumber

informasi yang beraneka ragam bentuk ataupun wadahnya, perlu diatur atau
17

ditata dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan.

Informasi yang kita temukan sehari-hari bersumber darimana saja dan sumber

informasi tersebut adakalanya tidak memiliki tingkat relevansi yang tinggi.

B. Perilaku Pencarian Informasi

Perilaku informasi merupakan pola laku manusia terkait dengan

keterlibatan informasi, sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan,

memperlakukan, mencari dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran

sumber dan media penyimpan Putu Laxman Pendit (2003) yang mengulas

pendapat TD Wilson (2000) (dalam Pawit M Yusup 2010 : 100) menyusun

beberapa batasan tentang perilaku informasi dan aspek-aspek aksesorisnya.

Beberapa batasan di maksud sebagai berikut: perilaku infomasi (informasi

behavior), perilaku penemuan informasi (informasi seeking behavior), perilaku

pencarian informasi (informasi Searching behavior), dan perilaku penggunaan

informasi (informasi user behavior).

a. Perilaku informasi (informasi behavior)

Merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber

dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan

informasi baik scara aktif maupun secara pasif. Menontoan TV dapat

dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunkasi antar muka.

b. Perilaku penemuan informasi ( informasi seeking behavior)

Merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan sebagai

akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.


18

Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi

hastawi (surat kabar, sebuah perpustakaan) atau berbasis-komputer

(misalnya WWW).

c. Perilaku pencarian informasi ( informasi searcing behavior)

Merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang

ditunjukan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku

ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat

interaksi dengan komputer ( misalnya pengguna mouse atau tindakan meng-

klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya

pengunaan strategi bollenan atau keputusan memilih buku yang paling

relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan ).

d. Perilaku penggunaan informasi ( informasi user behavior)

Terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan

seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukan

dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya. (Putu Laxman

Pendit 2003:29-30.)

Wilson (2000:46) mengartikan perilaku (behavior) sebagai:

1. Tingkah laku yang ditimbulkan dari seseorang

2. Segala sesuatu yang dilakukan oleh benda hidup yang meliputi tindakan

dan respon terhadap stimulant.

3. Rospon seseorang, sekelompok orang atau spesies dari lingkungannya.


19

Perilaku pencarian informasi adalah upaya yang dilakukan oleh

seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku pencarian informasi

merupakan tindakan mecari informasi. Baik dari segi tingkat kebutuhan yang

berbeda maupun dari kemampuan pengguna. Perilaku pencarian informasi

berhubungan erat dengan kebutuhan informasi. Wilson Juga menjelaskan

bahawa perilaku pencarian informasi adalah perilaku pencarian inrformasi

(informasi searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem,

baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau

tindakan meng-klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental

(misalnya penggunaan strategi Bollean atau keputusan memilih buku yang

paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan).

Wilson (2000) menyatakan bahwa perilaku pencarian informasi tidak

hanya ditimbulkan oleh hal-hal yang bersifat kongitif atau berhubungan

dengan pemecahan persoalan (pengambilan keputusan), tetapi kebutuhan

seseorang untuk menjaga status yang dapat dipuaskan dengan perasaan miliki

lebih banyak pengetahuan tentang suatu topik dari bawahnya, jika akan

menimbulkan perilaku pencarian informasi. Namun pendapat Buckland

(1988) menyatakan bahwa perilaku informasi baru timbul, pada saat

kebutuhan informasi seseorang telah diekspresikan dalam bentuk permintaan.


20

Perilaku pencarian informasi terjadi karena adanya kebutuhan

informasi yang dirasakan seseorang. Kebutuhan tersebut bisa disebabkan oleh

desakan diri yaitu untuk mewujudkan kepuasan dirinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pencarian informasi adalah pencarian informasi, keadaan /

masalah informasi, bidang pengetanuan, sistem penelusuran dan hasil yang

didapat. Perilaku pencarian informasi yang akan diteliti lebih ditekankan pada

persepsi responden memenuhi kebutuhan informasinya serta alasan pemilihan

sumber-sumber informasi yang dipergunakan.

C. Model Perilaku Pencarian Informasi

Behavioral model of informasion seeking strategies yang diperkenalkan

David pada tahun 1987 dari hasil analisis pola-pola pencarian informasi

dikalangan peneliti bidang ilmu-ilmu sosial. Hasil penelitian ini merupakan pola

pencarian informasi yang terdiri dari enam tahap yaitu: starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring dan extracting. Dalam model perilaku

pencarian informasi David Ellis 1997 (dalam Pawit M Yusuf 2010:105) juga

menjelaskan bahwa perilaku pencarian informasi adalah salah satu dari beberapa

jenis model perilaku pencarian informasi dan analisis mikro pencarian informasi

secara keseluruhan. Ellis mengembangkan teori ini dengan mengadakan

penelitian kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh objeknya, seperti mencari

bacaan, meneliti di laboratorium, menulis makalah, mengajar dan sebagainya

secara umum, Ellis (1989 dalam Wilson 1999) menjelaskan bahwa perilaku

penemuan informasi terdiri dari beberapa butir (ciri) yaitu:


21

1. Starting, “ the initial searc for information in which potentially relevan

sources are identified.”.

Merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan

sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan yang biasanya

dilakukan seseorang pengguan informasi saat pertama kali mencari tahu

tentang suatu bahasan tertentu. Contohnya: melakukan overview terhadap

literature-literatur yang ada dalam suatu bidang baru atau mencari tahu

orang-orang ahli dalam suatu bidang tertentu.

2. Chaining,”following (backwards to forward) chains of citations or orther

type of connections among materials”.

Artinya kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-

bentuk perujukan antar dokumen lainya. Mengikuti rangkaian kutipan-

kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar bahan

informasi (literatur). Misalnya dengan menelusur daftar pustaka yang ada

pada sebuah literatur guna mendapatkan sumber informasi yang lain yang

membahas informasi yang sama.

3. Browsing, “semi-directed search in areas of potential interest, such as

scanning tables of contents indeces,and subject heading”.

Artinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah, di

wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk


22

dalm kegiatan kelompok ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal

atau menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

4. Differentiating,” assessing and filtering sources by examining, differences in

nature and quality’’.

Pemilihan menggunakan ciri-ciri dalam sumber informasi sebagai

patokan untuk memeriksa kualitas isi/ informasi. Kegiatan memilah dan

memilih bahan sumber informasi berdasarkan derajat kepentingan dan

ketetapan serta relebansinya dengan kebutuhan informasi, sehingga terpilih

bahan sumber informasi yang penting tepat dan palaing relevan.

5. Monitoring, “maintaining awareness of developments in a given subject

area by regular checking or key sources”.

Artinya yaitu kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

bersikenambungan atau dengan tetap dengan bertukar informasi dengan

rekan sejawat dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar

dalam bidang tertentu.

6. Extracting,“systematic examination of a particular source to extract

material of interest”.
23

Artinya secara sestematis menggali di suatu sumber untuk

mengambil materi/ informasi yang dianggap penting. Mengidentifkasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Ellis menyatakan bahwa enam butir di atas saling berkaitan untuk

membentuk aneka pola pencarian informasi, dan seringkali bukan merupakan

tahapan-tahapan yang teratur.

Starting

Extracting Chaining

Monitoring Browsing

Differentiating

Gambar 2: Perilaku Pencarian Informasi David Ellis (dalam Widyana, 2011).

Kemudian pada tahun 1993 model ini dikembangkan Ellis bersama

dengan Cox dan hasil penelitian bidang fisika dan kimia sehingga menghasilkan

delapan tahapan pencarian infomasi yang terdiri dari starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Berikut

ini kedelapan model pencarian informasi (Ellis,Cox dan Hall. 1993:359-365)


24

1. Starting

Starting merupakan titik awal pencarian informasi atau pengenalan

awal terhadap rujukan. Seringkali informasi ditemukan pada saat starting

merupakan topik penelitian yang dapat dikembangkan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut. Pada saat starting digunakan penelusuran sebagai

berikut:

a. Rujukan awal (starter references)

Rujukan awal merupakan titik awal untuk mendapatkan bahan rujukan

selanjutnya. Biasanya didapatkan dari atasan, teman sejawat atau dari

kumpulan catatan yang dibuat sendiri mengenai rujukan yang berhubungan

dengan topik yang diamati.

b. Tinjauan atau synopsis artikel (preview or synoptic articles)

Priview atau ulasan artikel digunakan tidak hanya sebagai sumber

rujukan menuju bahan primer tetapi juga sebagai kerangka untuk dapat

memahami isi dari bahan rujukan

c. Sumber sekunder (secondry resources)

Sumber sekunder seperti abstrak, indeks dan catalog subjek digunakan

untuk mencari informasi dalam rangka memilih topik penelitian yang

diamati oleh peneliti.

2. Chaining

Chaining diidentifikasikan sebagai hal yang penting pada pola

pencarian informasi. Kegiatan ini ditandai dengan mengikuti mata rantai


25

atau mengaitkan daftar literature yang ada rujukan inti. Chaining dapat dua

cara yaitu:

a. Backward chaining

Merupakan cara tradisonal yakni mengikuti daftar pustaka yang ada

pada rujukan inti, sehingga rujukan selanjutnya merupakan rujukan-rujukan

yang pernah disitir pada rujukan inti. Dengan melakukan cara mengaitkan ke

belakang, akan dihasilkan efek bola salju, sehingga hanya dengan

menggunakan satu rujukan inti saja akan didapatkan beberapa rujukan lain

yang tidak akan berbeda jauh dengan masalah yang dibahas pada rujukan

inti.

b. Forward chaining

Mencari rujukan lain berdasarkan subjek atau nama pengarang dari

rujukan inti yang telah ada dengan mengaitakan ke depan. Cara lain

dilakukan dengan menggunakan sarana bibliografi.

Ciri-ciri chaining adalah:

a. Mencari bahan rujukan berdasarkan daftar literature yang tertera pada

rujukan inti

b. Mencari bahan rujukan di luar daftar rujukan inti, akan tetapi tetap

berpedoman pada subjek atau pengarang yang ada pada rujkan inti.

3. Browsing

Merupakan tahap kegiatan yang ditandai dengan kegiatan pencarian

informasi dengan cara penelusuran semi terstuktur karena telah mengarah


26

pada bidang yang diamati. Kegiatan pada tahap ini efektif untuk mengetahui

tempat-tempat yang menjadi sasaran potensial ditelusuri. Browsingdapat

dilakukan dengan berbagai cara antara lain: melalui abstrak hasil penelitian,

daftar isi jurnal, jajaran buku, bahkan juga buku-buku yang dipajang pada

pemeran atau seminar.

4. Differentianting

Merupakan kegiatan membedakan sumber informasi untuk

menyaring informasi berdasarkan sifat kualitas rujukan. kriteria untuk

memilih rujukan yang akan digunakan adalah:

a. Topik

b. Pendekatan yang digunakan

c. Kualitas atau jenis perlakuan

Identifikasi sumber-sumber informasi terutama ditekankan pada

subjek-subjek yang dipilih dan selanjutnya akan mengabil bahan-bahan dan

topik yang diminati.

5. Monitoring

Merupakan kegiatan yang ditandai kegiatan memantau

perkembangan yang terjadi terutama dalam bidang yang diminati dengan

cara mengikuti sumber secara terataur. Monitoring dapat dilakukan dengan

cara yaitu:

a. Melaluai hubungan formal (informal contact)


27

Digunakan sebagai pra seleksi sumber dan bahan yang akan digunakan. Cara

ini merupakan ajang untuk bertukar informasi, baik dengan sejawat maupun

pakar bidang tertentu.

b. Membaca jurnal (monitoring journal)

Biasanya monitoring dilakukan terhadap sumber inti dalam jumlah

kecil tetapi telah terseleksi dan diikuti secara seksama. Misalnya beberapa

judul majalah yang dipilih sesuai dengan bidang yang diminati, diikuti

perkembangan setiap terbit, minimal dari judul-judulnya saja seperti pada

current content.

c. Monitoring Katalog (monitoring material published in book form)

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melihat daftar terbitan secara

berkala, preview atau bibliografi berkelanjutan dan melakukan akses berkala

ke perpustakaan.

6. Extracting

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terutama di perlukan pada

saat harus membuat tinjauan literature, sumber informasi yang digunakan

pada extracting ini adalah jurnal terutama jurnal-jurnal yang sudah standar,

catalog penerbit, bibliografi subjek, abstrak dan indeks.

7. Verifying

Ditandai dengan kegiatan pengecekan atau penilaina apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diingikan.

Sebagai pebandingan peneliti bidang ilmu sosial tidak melakukan tahapan


28

ini, berbeda dengan peneliti bidang fisika dan kimia yang melalui tahap ini

dengan melakukan pengujian untuk memastikan seandainya ada kesalahan-

kesalahan pada informasi yang diperoleh.

8. Ending

Tahap ending merupakan kategori perilaku yang tidak dijumpai pada

kajian Ellis (1987). Merupakan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian

Browsing

Starting Chaining Differentiating Extracting Verifying Ending

Monitoring

Gambar 2. Proses tahap perilaku pencarian informasi model dan dikomparasikan


dengan proses tahapan perilaku pencarian informasi model kuhlthau oleh Wilson
(1990). Sumber dari Natalya Godbold. (2006). Beyod informasi seeking: towards a
general model of information behavior information research, vol.11 No 4, july 2006
(dalam Siti Rozinah, 2012)

Dalam penelitan ini, model perilaku pencarian informasi yang digunakan

adalah model yang diuraikan oleh Ellis (1987) yang terdiri dari starting,

chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan

endingyang merupakan pola pencarian informasi peneliti ilmu-ilmu sosial.


29

D. Masyarakat Miskin

1. Pengertian Masyarakat Miskin

a. Masyarakat

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti yang seluas-

luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama

(KBBI). Masyarakat dapat pula diartikan sebagai semua kegiatan dalam

kehidupan bersama (Humonangan singgalingging, 2008:28). Masyarakat

dibentuk oleh indiviu-individu yang beradab dalam keadaan sadar.

Masyarakat mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas

masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup

bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau

dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup

bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok

manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Misalnya bangsa,

gologan dan sebagainya.

Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep Mayo, 1998:162

(dalam Edi Suharto 2010: 26) yaitu:

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama” yakni sebuah wilayah

geografi yang sama. Sebuah contoh, sebuah rukun tetangga,

perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah

pedesaan.
30

2. Masyarakat sebagai “ kepentingan bersama”, yakni kedamaian

kepentingan bersama pada masyarakat etis minoritas atau kepentingan

bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu sepertihalnya

pada kasus orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan kusus

(anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan

mental.

Defenisi masyarakat menurut Muthahhari (dalam Eko handoyo

2007:1) mengartiakan masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang

dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh

seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan tersatukan dan terlebur dalam

suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Yang dimaksud kehidupan

bersama adalah kehidupan yang didalamnya kelompok-kelompok

manusia hidup bersama-sama di suatu wilayah tertentu, terbagi iklim ,

berbagai identitas, berbagai kesenangan maupun kesediaan.

b. Miskin

Kata miski>n didalam al-Qur’an digandengkan dengan kata faqi>r

karenanya, dua istilah ini menjadi kajian khusus dalam melihat tolak ukur

miskin didalam al-Qur’an memakai beberapa kata dalam menggambarkan

kemiskinan, yaitu faqi>r, miski>n al sa>il, dan mahru>m. tetapi dua kata

yang pertama yang paling banyak disebut dalam al-Qur’an. Kata faqi>r

dijumpai dalam al-Qur’an sebanyak 12 kali dan kata miski>n disebut

sebanyak 25 kali. (Muhtadi Ridwan, 2012:31).


31

Tentang dua golongan ini para ahli berbeda pendapat, Abu Yusuf,

pengikut Abu Hanifah dan Ibnu Qasim, pengikut Imam Malik

mengatakan bahwa kedua golongan tersebut pada hakikatnya sama.

Sedangkan Yusuf Qardhawi memberikan perumpamaan bahwa kedua

kata tersebut seperti imam dan islam, kalau dukumpulkan terpisah, yakni

bila salah satu disebutkan sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai arti

buat kata yang sejajar. (Yusuf Qardhawi, 2002: 511)

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia miskin adalah tidak

berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).Sebagian

besar konsepsi mengenai kemiskinan sering diartikan dengan aspek

ekonomi, kemiskinan, sejatinya menyangkut pula dimensi material,

sosial, kultural, institusional dan sturktural ( Edi Suharto 2013: 15).

Dalam bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata sakana yang

berarti diam atau tenang, sedangkan kata masakin ialah bentuk jama’ dari

miskin yang menurut bahasa diambil dari kata sakana yang artinya

menjadi diam atau tidak bergerak karena lemah fisik atau sikap yang

sabar dan qana’h. ( Sidi Gazalba, 1985:134). Menurut al-fairuz abadi

dalam Al-Qamus “miskin” adalah orang yang tidak punya apa-apa atau

orang-orang yang sangat butuh pertolongan. Dan boleh dikatakan miskin

orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya.(Teungku Hasby

Ash-Shiddieqie, 2006:166) Dengan kata lain miskin adalah orang yang


32

hina karena fakir jadi miskin menurut bahasa adalah orang yang diam

dikarenakan fakir.

Sedangkan menurut Yasin Ibrahim sebagaimana yang

diungkapkan oleh M. Ridlwan Mas’ud dalam bukunya zakat dan

kemiskinan, instrument pemberdayaaan umat lebih luas lagi yaitu orang

yang tidak luas lagi yaitu orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Mereka kebalikan dari orang-orang kaya yang mampu

memenuhi apa yang diperlukan.(Muh. Ridwan Mas’ud,

2005:55)Sementara itu para ulama baik sahabat atau tabi’in berbeda

pendapat dan menafsirkan lafadh al-masakin dalam surat at-Taubah ayat

60:







Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
33

Kata miskin pada ayat di atas diartikan sebagai orang yang

mempunyai sesuatu tetapi kurang dari nisab, tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan mereka atau orang-orang yang memiliki harta tetapi

tidak mempu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa ada

bantuan.Ibnu Abbas menyatakan lain kata al-masakin diartikan orang

yang keluar rumah untuk meminta-minta. 7 Hal serupa juga diingkapkan

oleh Mujahid lebih lanjut ia menyatakan bahwa al-masakin adalah orang

yang meminta. Ibnu Zaid dalam menafsirkan al-masakin diartikan orang-

orang yang meminta-minta pada orag lain. Sedangkan menurut Qatadah

al-masakin adalah orang yang sehat (orang yang tidak mempunyai

penyakit) yang membutuhkan.

Pada riwayat lain disebutkan bahwa Umar menyatakan “bukanlah

orang miskin yang tidak mempunyai harta sama sekali, tetapi orang yang

buruk raganya” sementara ikramah menyatakan orang-orang ahli

kitab.Pengertian miskin sering disampaikan dengan fikir penjelasannya

adalah bahwa mengenai pengertian fakir dan miskin terdapat perbedaan

pendapat, yaitu sebagai berikut:Menurut Madzhab Hanafi, orang fakir

adalah yang memiliki usaha namun tidak mencukupi untuk keperluan

sehari-hari. Sedangkan orang miskin tidak memiliki tidak memiliki

matapencarian untuk mencukupi keperluan sehari-hari. Jadi keadaan

orang fakir masih lebih baik daripada orang miskin.Pendapat ini diperkuat

oleh Firman Allah dalam surat al-Balad ayat 16


34

:

Artinya: atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

1) Imam Abu Hanafiah memberi pengertian miskin adalah mereka yang benar-

benar miskin dan tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Imam Malik mengatakan bahwa fakir adalah orang yang mempunyai harta

yang jumlahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam

masa satu tahun.Imam asy-Syafi’i mengatakan bahwa fakir adalah orang yang

tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta dan usaha tetapi

kurang dari setengah kebutuhan hidupnya dan tidak ada orang yang

berkewajiban menggunakan biaya hidupnya.Imam Ahmad bin Hanbal

mengatakan bahwa fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau

mempunyai harta tetapi kurang dari setengah keperluannya. Sebagaimana kata

fakir, kata miskin pun mengalami pengertian yang bermacam-macam.Imam

Abu Hanafiah dan Imam Malik mengatakan bahwa orang miskin adalah orang

yang memiliki harta setangah dari kebutuhan hidupnya atau lebih tetapi

mencukupi. Ahli fikih sudah sama-sama mengadakan studi yang cukup

mendalam mengenai masala ini. Mereka sudah sepakat bahwa perbedaan

dalam hal ini tidak ada gunanya dalam arti zakat. Hal ini sebagai mana firman

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 273:


35





 

Artinaya:
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.

2) Ibnu Al-Arabi berpendapat sama saja antara fakir dan miskin yaitu orang

yang tidak mempunyai apa-apa. Abu Yusuf pengikut Abu Hanafiah dan Ibnu

Qasim pengikut Maliki juga berpendapat demikian.(M.Ali Hasan, 2006:95-

96).

Sementara itu Masdar F. Mas’udi mengatakan bahwa miskin menunjukan

pada orang yang secara ekonomi lebih beruntung daripada si fakir. Tetapi ia

tergolong orang-orang yang masih tetap kerepotan dalam memenuhi

kebutuhan hidup kesehariannya. (Masdar F. Mas’udi, 2005:115)


36

Dalam pengertian lain kemiskinan adalah salah satu bentuk ketidak

sejahteraan. Dalam al-Qur;an terdapat ayat-ayat yang menyebut tentang

kemiskinan dan petunjuk-petunjuk untuk mengatasinya. Namun dalam al-

Qur’an menyebutkan setiap orang yang memerlukan sesuatu sebagai fakir

atau msikin dan harus dibantu. Oleh karenaitu pengertian miskin tergantung

kepada ijtihad manusia yang selalu berubah dari masa ke masa, karena

ukuran-ukuran yang dipergunakan untuk merumuskan suatu makna yang

abstrak (seperti kemiskinan) selalu berubah-rubah.

c. Masyarakat Miskin

Untuk mengukur kemiskinanBPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Dengan

pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

yang diukur dari sisi pengetahuan. Jadi masyarakat miskin adalah

masyarakat yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di

bawah garis kemiskinan.

1) Kriteria Masyarakat Miskin

Kementerian Sosial Republik Indonesia menetapkan kriteria

dan pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu. Berdasarkan

keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor146/HUK/2013.

Fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister berasal dari

Rumah Tangga yang memiliki kriteria:


37

a) Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber


mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
b) Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk
memenuhi konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
c) Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga
medis, kecuali puskesmas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
d) Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai
jenjang SLTP
e) Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok
dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang
sudah usang/ berlumut atau tembok tidak diplaster.
f) Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk
setiap anggota rumah tangga.
g) Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
h) Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan
kondisi tidak baik/ kualitas rendah
i) Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik
atau listrik tanpa meteran.
j) Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2/ orang dan
k) Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ linnya.

Kriteria pengukuran kemiskinan menurut BKKBN. Pada awal

pemerintahan Orde Baru, data yang dipakai pemerintah, termasuk data

keluarga, terpencar dimasing-masing departemen sesuai dengan

kepentingannya. Sistem dan prosedurnya pun berbeda-beda antara satu

departemen dan departemen lainya sehingga sulit untuk digabungkan

menjadi data nasional.

Kemudian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

secara khusus mencatat dan melakukan pemantauan keluarga di


38

Indonesia dan hasilnya di kumpulkan dalam suatu pangkalan data yang

bersifat nasional. Sistem pendataan ini dilakukan secara konsisten

dengan pelaporan bulanan dari pusat kesehatan masyarakat

(puskesmas) kepada BKKN pusat, antara lain, tentang data jumlah

penguna konstrapepsi. Pada 1985 BKKBN mengembangkan sistem

pendataanya dan melakukan penggunaan kontrasepsi. Pada 1985

BKKBN mengembangkan sistem pendataannya dan melakukan survey

perencanaan keluarga nasional. Pada 1994 BKKBN menambah dua

bagia dalam surveinya, yaitu ukuran kesejahteraan keluarga dan

karakteristik demografi keluarga. Bagian kesejahteraan keluarga

digunakan untuk penargetan keluarga miskin yang dibagi dalam lima

kategori kesejahteraan, yaitu keluarga prasejahtera (Pra-KS), keluarga

sejahtera 1(K51), krluarga sejahtera 2(KS2), keluarga sejahtera 3

(KS3), dan keluarga sejahtera 3 plus (KS3 Plus).

Dalam penentuan kesejahteraan keluarga, BKKBN 23 indikator

yaitu:

a) Angota keluarga belum melaksanakan ibadah menurut agamanya


b) Seluruh anggota keluarga tidak dapat makan minimal dua kali
sehari
c) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk
di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
d) Bagian terluas dari lantai rumah adalah tanah.
e) Bila anak sakit, tidak dibawa ke sarana kesehatan
f) Angggota keluarga tidak melaksanakan ibadah agamanya secara
teratur
39

g) Keluarga tidak makan daging/ikan/telur minimal sekali


seminggu
h) Setiap anggota keluarga tidak memperoleh satu stel pakian baru
dalam setahun
i) Tidak terpenuhinya luas lantai luas rumah minimal delapan
meter pesegi per penghuni
j) Ada anggota keluarga yang sakit dalam tiga bulan terakhir.
k) Tidak ada anggota keluarga berumur 15 tahun keatas yang
berpenghasilan tetap
l) Ada anggota keluarga berumur 10-60 tahun ke atas yang tidak
bisa baca tulis
m) Ada anak berumur 5-15 tahun yang tidak bersekolah
n) Jika keluarga telah memiliki dua anak atau lebih, tidak memakai
kontrasepsi
o) Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan agamanya
p) Sebagian penghasilan keluarga ditabung
q) Keluarga minimal dapat makan bersama sekali dalam sehari dan
saling berkomunikasi
r) Keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
s) Keluarga melakukan rekrasi di luar rumah minimal sekali
sebulan
t) Anggota keluarga dapat mengunkan fasilitas transportasi lokal
u) Keluarga berkontribusi secara teratur dalam aktivitas sosial dan
v) Minimal satu anggota keluarga aktif dalam pengelolaan lembaga
lokal.

Data BKKBN ini telah digunakan dengan baik oleh pemerintah

maupun lembaga swasta untuk penargetan program seperti program

Takesra/kukesra, dan GN-OTA. Bahkan pada saat krisis ekonomi

1997/1998 data BKKBN digunakan untuk penargetan program-program

JPS, misalnya, program Operasi Pasar Khusus Beras oleh Badan Urusan

Logistik (Bulog).
40

UU No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskinPendataan

fakir miskin pasal 8,9,10 dan 11 antara lain :

• Pendataan fakir miskin pasal 8 yaitu:

a) Menteri menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk


melaksanakan penanganan fakir miskin
b) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
MENTERI berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga
terkait
c) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kegiatan statistik untuk melakukan pendataan
d) MENTERI melakukan verifikasi terhadap hasil pendataan yang
dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kegiatan statistik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3)
e) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
sekali
f) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) di
kecualikan apabila terjadi situasi dan kondisi tertentu yang baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
seseorang menjadi fakir miskin
g) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan oleh potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang
ada di kecamatan, kelurahan atau desa
h) Hasil verfikasi dan validasi sebagaimana dimaksud ayat (7)
dilaporkan kepada Bupati/Walikota
i) Bupati/ Walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada Gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
41

• Pasal 9

a) Seseorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif


mendaftarkan diri kepada lurah atau kepala desa atau nama lain
yang sejenis di tampat tinggalnya.
b) Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib
melaporkan setiap perubahan data anggota keluarganya kepada
lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat
tinggalnya.
c) Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib
menyampaikan pendaftaran atau perubahan sebagimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) kepada bupati/walikota melalui camat
d) Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
e) Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi
dan validasi terhadap pendaftaran dan perubahan sebagaimana di
maksud pada ayat (3)

• Pasal 10

a) Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi


informasi dan dijadikan sebagai data terpadu
b) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab Menteri
c) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dipergunakan oleh kementerian/ lembaga terkait dalam
penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh
masyarakat sesuai dengan ketetuntuan peraturan perundang-
undangan.
d) Kementerian/lemabaga yang menggunakan data terpada untuk
menangani fakir miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melaporkan hasil pelaksanaanya kepada Menteri
e) Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai
fakir miskin diberkian kartu indentitas.
f) Kementerian lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan
penerbitan kartu identitas diatur dengan peraturan menteri.
42

• Penetapan pasal 11

a) Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi yang


disampaikan kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal
8 ayat (9) dan pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri.
b) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan
bantuan dan/atau pemberdayaan.
c) Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang
sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan
oleh Menteri.

2) Klasifikasi Masyarakat Miskin

Kemiskinan berkaitan erat dengan sumber daya manusia

kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak berkualitas,

begitu pula sebaliknya. Penggolongan kemiskinan didasarkan pada

suatu standar tertentu, yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan

orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan kriteria ini paling

tidak ada tiga macam konsep kemiskinan, yaitu: kemiskinan absolute,

kemiskinan relative, dan kemiskinan subyektif.

Kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran

tertentu. lazimnya berorientasi pada kehidupan dasar anggota

masyarakat (sandang, pangan, papan). Masing-masing negara

mempunyai batasan kemiskinan absolute yang berbeda-beda sebab

kehidupan masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang


43

berlainan. Karena ukurannya dipastikan, konsep kemiskinan ini

mengenal garis batas kemiskinan. Pernah ada gagasan yang ingin

memasukkan pula kebutuhan dasar seperti: pendidikan, keamanan, dan

sebagainya, disamping kebutuhan fisik (Usman 2012:12).

Kemudian kemiskinan felative dirumuskan berdasarkan the idea

of relative setandard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan

waktu. Dasar pemikirannya adalah kemiskinan berbeda antara suatu

wilayah dengan wilayah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu

berbeda dengan waktu yang lainnya. Konsep kemiskinan semacam ini

lazimnya diukur dengan berdasarkan pertimbangan anggota masyarakat

tertentu, dengan berorientasi pada standar kelayakan hidup (Usman

2012:126).

Kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan

kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed

yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard.

Kelompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan,

boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin demikian pula

sebaliknya. Konsep kemiskinan semacam ini dianggap lebih tepat

apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan

cara atau strategi yang ekfektif untuk penanggulangannya. Perspektif

kultural merumuskan masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis:

individual, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individual kemiskinan


44

ditandai dengan sifat yang lazim disebut dengan a strong feeling or

marginality seperti: sikap parochial, apatisme, fatalism atau pasrah pada

nasib, boros, tergantung dan inferior (Usman 2012:128).

2. Ukuran-ukuran kemiskinan

Kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

melibatkan faktor ekonomi tetapi juga sosial, budaya dan politik. Untuk itu

tidaklah mengherankan apabila kesulitan akan timbul ketika fenomena

kemiskinan diobyektifkan dalam bentuk angka-angka. Dengan kata lain.

Tidak mudah untuk menentukan berapa rupiah pendapatan yang harus

dimiliki oleh setiap orang agar terhindar dari batas kemiskinan. Menurut

kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) dalam penanggulangan kemiskinan

absolute yaitu dengan menghitung pengeluaran rumah tangga untuk kosumsi

berdasarkan data Survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) ditetapkan

batas garis kemiskinan absolut adalah setara dengan tingkat pendapatan yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 2.100 kalori per orang plus

beberapa kebutuhan non-makanan lain, seperti: sandang, papan, dan lain-

lain. (Mas’oed Mochtar 1994:137).

3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan

Dimensi-dimensi yang terkait dalam kemiskinan. Pertama,

kemiskinan berdimensi ekonomi atau material, yaitu, papan, pangan,

sandang, perumahan, kesehatan dan lain-lain. Dimensi ini dapat diukur

dengan rupiah meskipun harganya akan selalu berubah-rubah setiap


45

tahunnya tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri. Kedua,

kemiskinan berdimensi sosial dan budayaseperti rendahnya pendidikan atau

adanya hambatan budaya misalnya, malas, mudah menyerah pada nasib dan

kurang memiliki etos kerja. Ketiga, kemiskinan berdimensi strukrtural atau

politis seperti kemiskinan yang terjadi disebabkan ketidakmerataan terhadap

sumberdaya karena struktrur dan peran seseorang dalam

masyarakat.Dimensi-dimensi kemiskinan pada hakikatnya merupakan

gambaran bahwa kemiskinan bukan hanya dalam artian ekonomi, tetapi

memperhatikan prioritas, sejalan dengan pembangunan nasional, bahwa

yang dikejar tidak semata-mata perubahan ekonomi melainkan juga

pembangunan kualitas manusia seutuhnya (Heru Nugroho 1995:26-31)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan dalam bab ini antara lain tentang tempat penelitian, jenis dan

motode penelitian, sumber data (data primer data sekunder), teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

A. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan lokasi yang dijadikan peneliti untuk

mendapatkan data dan fakta dalam memenuhi kebutuhan peneliti. Penelitian

yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin ini berlokasi di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

B. Jenis Dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian studi kasus yang

menggunakan Kualitatif Deskriptif, Menurut Sugiyono (2010:9) penelitian

kualitatif deskrptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. Sementara itu Nawawi dan Martini (1994:73)

mendefinisikan metode deskrptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan

46
47

objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan

kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Penelitian kualitatif

deskrptif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya

sesuai dengan pertanyaan penelitinya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata

apa yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperan, dan

bertindak).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:80), “populasi adalah wilayah generalisasi

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu. Ditetapkan oleh para peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua petugas Dinas

Sosial Kabupaten Solok Selatan yang berjumlah 25 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:81) “ sampel adalah sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan untuk

menetapkan jumlah sampel menurut Arikunto (2008:116) “ penentuan

pengambilan sampel sebagai berikut: apabila kurang dari 100 lebih baik

diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika


48

jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung

sedikit banyaknya dari:

a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,tenaga dan dana

b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal

ini menyangkut banyak sedikitnya dana

c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk

penelitian yang resikonya besar hasilnya akan lebih baik.

Informan dipilih berdasarkan teknik Purposive sampling dengan

menemukan informan kunci, dimana Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,

atau mungkin dia sebagai ahli kunci dari permasalahan yang kita kemukakan

sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Teknik Purposive sampling digunakan karena anggota sampel dipilih secara

khusus berdasarkan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 3 orang, 1 orang

pegawai Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten

Solok Selatan, yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala

seksi dan 1 orang pegawai dari staf Dinas Sosial bidang Sosial. Penulis

menjadikan Kabid Sosial sebagai orang yang paling tahu tentang persoalan yang

penulis kemukakan, sementara 2 informan yang lainya adalah kepala Seksi dan
49

pegawai/staf yang sudah lama menjabat dan berpengalaman tentang penelitian

ini.

D. Sumber Data

1. Primer

Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

primernya adalah kepala Seksi dan staf/petugas bidang Sosial Dinas Sosial,

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan yaitu

petugas yang bertugas melayani masyarakat miskin.

2. Skunder

Data sekunder adalah sumber yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber sekundernya

adalah kabid Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan.

E. Teknik Dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memenuhi

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini antara lain:


50

a. Observasi

Nasution, (dalam Sugiyono, 2012:226) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai

alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan

electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi

dengan jelas. Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono 2012:226) mengklasifikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),

observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (observation and covert

observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau

tersamar, karena peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyatakan

secara terus terang bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga objek

yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktifitas peneliti.

b. Wawancara

Sugiyono (2009:317) mengemukakan bahwa wawancara adalah

pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara. Wawancara


51

terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpul data, bila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul

data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara

terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul

data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data

dapat menggunakan pewawancara mempunyai keterampilan yang sama.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007), mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas

tersebut adalah reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

dan conclusion drawing/verificatioan Sugiyono (2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah analisis data yang dilaukan dengan memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Data yang diperoleh di dalam lapangan ditulis/diketik dalam

bentuk uraian atau laporan yang terperinci, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.
52

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian

data dimana penyajiannya dilakukan dalam bentuk uraina singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman

(dalam Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang

bersifat naratif.

3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification)

Langkah selanjutnya menurut Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono 2009:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnaya.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa data hasil

pengamatan dan data hasil wawancara. Data pengamatan didapat terutama

dari interaksi-interaksi antara penulis dengan informan.

Data wawancara dalam penelitian ini merupakan data utama yang

menjadi bahan utama dalam analisis untuk menjawab masalah peneliti,

wawancara dilakukan dengan wawancara terstruktur, dengan harapan

eksplorasi yang bebas, bisa menggali sebanyak mungkin informasi yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang dihasilkan dari

wawancara langsung diolah setiap kali wawancara, hasil wawancara


53

langsung dibuat rangkumannya, dan pertanyaan-pertanyaan inti dicatat

dalam reduksi transkrip wawancara. Untuk melengkapi data ini juga di

ajukan beberapa kali pertanyaan kepada informan di luar wawancara

informal, ini dilakukan untuk melengkapi apa yang sebelumnya

diwawancara kurang tereksplorasi dengan baik, dengan bagian penafsiran

data dapat dilakukan dengan baik.

Setelah semua infomasi dari hasil wawancara diperoleh, dilakukan

penafsiran data secara keseluruhan yang akan disajikan pada BAB IV.

Untuk menafsirkan perilaku pencarian informasi, penulis menggunakan

Model Perilaku Pencarian Informasi Ilmuan Sosial menurut David Ellis.

G. Waktu Penelitian

Agar penelitian ini memperoleh informasi dan data yang lengkap serta

untuk verifikasi maka penulis membutuhkan waktu 1 bulan, 19 Mei sampai 19

Juni di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan.
BAB IV
PEBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan

Bagian ini membahas semua tema yang diperoleh di lapangan tentang:

Gambaran umum Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, profil informan, Perilaku pencarian informasi petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dan

hambatan dalam pencarian informasi petugas Dinas Sosial.

A. Gambaran Umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan merupakan lembaga instansi pemerintah yang beralamat di Jln.

Poros Dua Kantor Bupati Timbulun Atas, Telp/Fax (0755) 7575155, Email:

Solsel. Satkerp3md @gmail.com. Kantor Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan .

1. Letak Geografis Kabupaten Solok Selatan

Kabupaten Solok Selatan berada pada jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang termasuk dalam daerah Patahan Semangka. Dengan luas

wilayah lebih kurang dari 3.590 km². Bila dilihat peta maka Posisi

54
55

kabupaten Solok Selatan tepat berada di bagian selatan Provinsi Sumatera

Barat dengan batas-batas wilayah di sekitarnya antara lain:

• Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Solok.

• Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Kerinci (Provinsi

Jambi).

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.

• Sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Dharmasraya

Ibu kota Kabupaten Solok Selatan adalah Padang Aro. Jarak antara

Padang Aro dengan Kota Padang adalah 166 Km. Secara administratif, sejak

tahun 2007 Kabupaten Solok Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu:

Sangir, Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, Sangir Batang Hari, Sungai Pagu,

Pauh Duo dan Koto Parik Gadang Diateh. Secara keseluruhan kabupaten ini

terdiri dari 39 nagari dan 215 jorong. Tiap kecamatan ini memiliki luas yang

bervariasi. Kecamatan terluas adalah kecamatan Sangir Batang Hari dengan

luas 752 km2 dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dengan luas 673 km2.

Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sangir Jujuan dengan luas 279 km2dan

Kecamatan Pauh Duo dengan luas 265 km2.

2. Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan

Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan di bidang Sosial diantarannya: Bidang Sosial,


56

Seksi Rehabilitas Sosial, Seksi perlindungan jamaina sosial dan Seksi

Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakair miskin.

a. Tugas-tugas Bidang Sosial

1) Bidang Sosial mempunyai tugas merumuskan kebijakan teknis,

penerimaan bimbingan teknis, melaksanakan program dan

pelayanan, serta pemantauan dan evaluasi dibidang Sosial

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Bidang Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyiapan rumusan kebijakan operasional di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan Sosial, jaminan Sosial,

pemberdayaan sosial dan penanggulangan fakir miskin

• Penyiapan bimbingan teknis dan supervise di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Rehabilitas

sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan

sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pelaksanaan tugas kedinasan yang diberikaan oleh pimpinan

sesuai bidang tugasnya.


57

b. Tugas-tugas Seksi Rehabilitas Sosial

1) Seksi Rehabilitas Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian

bimbingan teknis dan pemantauan serta evaluasi di bidang

Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Rehabilitas Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Rehabilitas Sosial mengacu

pada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Rehabilitas

Sosial

• Pengumpulan, pengelolaan dan evaluasi data di bidang

Rehabilitas Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Rehabilitas Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

c. Tugas Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

1) Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan penyusun dan pelaksanaan


58

kebijakan, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan serta di

bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial menyelenggarak

an fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Perlindungan dan Jaminan

Sosial mengacu paada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Perlindungan dan

Jaminan Sosial

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi data di bidang Perlindungan

dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

d. Tugas Seksi Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakir Miskin

1) Seksi Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan


59

pemantaua serta evaluasi di bidang Pemberdaayaan Sosial dan

Penanggulangan Fakir Miskin

2) Untuk melaksanaakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir

Miskin menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Pemberdayaan Sosial dan

Penanganan Fakir Miskin mengacu pada rencana kerja

Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Pemberdayaan

Sosial dan penanganan Fakir Miskin

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.


60

B. Profil informan

Informan merupakan objek utama dalam mendapatkan data. Untuk skripsi

ini peneliti mengambil 2 orang informan primer dan 1 orang informan sekunder.

Ketiga orang informan tersebut terdiri dari 2 pria dan 1 orang wanita, sekaligus

menjadi sampel dari jumlah total 25 orang pegawai Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan. 1 orang pegawai Dinas

Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan,

yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala seksi dan 1

orang pegawai dari staf.

Berikut profil masing-masing informan:

1. Nama : Diky Nanda Utama


NIP : 198211082005011006
Jabatan : Kabid Sosial
Lama Bekerja : 4 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Pakan Rabaa

2. Nama : Yulisman
NIP : 196501101989033010
Jabatan : Kasi
Lama Bekerja : 3 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Abai Sangir

3. Nama : Pepi Sutra Yani


NIP :-
Jabatan : Staf Bidang Sosial
Lama Bekerja : 10 tahun Pada Dinas Sosial
Alamat : Sungai Padi
61

C. Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang Masyarakat

Miskin di Kabupaten Solok Selatan

Dalam penelitian tentang perilaku pencarian informasi penulis

menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang terdiri dari 8

tahap yang dimulai dari tahap starting, chaining, browsing, differentiating,

monitoring, extracting, verifying, dan ending untuk menemukan informasi data

masyarakat miskin dan pengembangan atau publikasinya.

Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut:

1. Starting

Starting merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-

aktivitas yang memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang

dikategorikan sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan

yang biasanya dilakukan seseorang pengguna informasi saat pertama kali

mencari tahu tentang informasi.

Peneliti: Bagaimana upaya/langkah apa yang bapak/ibu lakukan untuk


mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “hal pertama yang kami lakukan untuk mendapatkan data


masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah kami mengacu kepada
BPS (Badan Pusat Statistik) yang di perbaharui dalam 1 kali dalam 5 tahun,
kewajiban kami adalah memverifikasi dan memvalidasi data tersebut minimal
1 kali dalam 1 tahun dan diharuskan 2 kali 1 tahun dan harus divalidasi setiap
tahunnya karena yang kita data masyarakat/ orang maka ia tidak statis atau
tidak tetap artinya akan naik akan turun setiap tahunnya akan berubah,
62

jangankan setiap tahun hitung bulan atau per 6 bulan bisa berubah, jadi harus
divalidasi data tersebut 2 kali dalam satu tahun”. (informan D)

“ berdasarkan Undang-undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan


Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin
berdasarkan kriteria orang fakir miskin dan tidak mampu berdasarkan basis
data terpadu kami mengacu data dari pendataan program BPS tahun 2011
yang berpedoman pada undang-undang No 8 tahun 2011 yang berdasarkan
peraturan Mentri Sosial No 8 tahun 2011 tentang pendata dan pengolahan data
penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS dan potensi kesejahteraan
sosial PSKS”. (informan P).

“ langkah awal yang kami lakukan untuk mendapatkan data kami mengacu
data pada data BPS yang di perbaharui 1 kali dalam 5 tahun. Berdasarkan
undang-undang No 11 tahun 2011 tentang kesejahteraan sosial dan undang-
undang No 13 tahun 2011 tentang fakir miskin”. (informan Y).

Informan menyatakan langkah pertama yang dilakukan oleh informan

adalah mengacu data masyarakat miskin dari BPS (Badan Pusat Statistik)

Kabupaten Solok Selatan berdasarkan undang-undang No 11 tentang

kesejahteraan Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang

penangana fakir miskin. Selama wawancara antara penulis dengan informan,

tampak jelas sekali oleh penulis bahwa informan begitu memahami betul

tentang apa yang digelutinya selama ini seperti halnya dalam pemaparan

informan terhadap data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Chaining

Chaining merupakan kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan

atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen lainya, mengikuti rangkaian

kutipan-kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar

bahan informasi (literature).


63

Peneliti: Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam


mengumpulkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “Sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan


Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), kita
di Solok Selatan ada namanya Tim Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan
Daerah, Kita juga bisa mengambil data dari Pak Jorong, Pak Wali dan Pihak
Kecamatan dalam rangka memvalidasi dan memverifikasi data BDT 2016”
(informan D)

“ sumber informasi yang kami dapat yaitu dari TKSK, TKSM, jorong, Wali
Nagari, kecamantan dari pedoman data BDT, STATISTIK, TP2K. yang akan
di data oleh TKSM dan TKSM karena merekalah yang akan mendata PMKS
dan PSKS” (informan P)

“sumber informasi dari berbagai sumber seperti dari BPJS, TKSK, TKSM,
TNP2K, jorong, walinagari, BDT, STATISTIK” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap Chaining ini Dinas Sosial

mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat miskin dari berbagai

sumber.

3. Browsing

Browsing atrinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah,

di wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal atau

menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

Peneliti: Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang yang bapak butuhkan
dalam pengumpulan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
64

Informan : “ Kita kalau di Dinas Sosial kita ada namanya TKSK (Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial
Masyarakat), TKSK ada di 7 kecamatan dan TKSM ada 39 Nagari dan
merekalah yang akan mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
bedasarkan PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial,
jadi TKSK dan TKSM yang akan mendata kerumah-rumah masyarakat’’
(informan D).

“ kami di Dinas sosial yang melakukan pendataan TKSK dan TKSM yang
intinya untuk melakukan pendataan merekalah yang akan mendata data
PMKS dan PSKS ini kami juga akan melakukan pendataan di bulan juli ini
setelah itu kami akan menvalidasi dengan mencocokan dengan data basis
terpadu dengan mengadakan koordinasi dengan Wali Nagari apakah data
masyarakat tersebut benar-benar miskin’’ (informan P)

“ ya seperti yang dikatakan pak Kabid dan buk pepi tadi kalau di Dinas Sosial
ini yang melakukan pendataan itu TKSK dan TKSM merekalah yang akan
mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ini mereka akan
mendata ke rumah-rumah masyarakat, TKSK dan TKSM tersebut yang akan
mendata masyarakat yang benar-benar tidak mampu” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap browsing ini yang mengumpulkan

data masyarakat miskin adalah TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat), yang

akan mendata ke rumah-rumah masyarakat miskin, berdasarkan

PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial.

4. Differentiating
Tahap differentiating merupakan tahap pemilihan menggunakan ciri-

ciri dalam sumber informasi sebagai patokan untuk memeriksa kualitas isi/

informasi. Kegiatan memilah dan memilih bahan sumber informasi


65

berdasarkan derajat kepentingan dan ketetapan serta relevansinya dengan

kebutuhan informasi, sehingga terpilih bahan sumber informasi yang paling

tepat dan paling relevan.

Peneliti: Apa yang Bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber informasi yang
paling relevan?

Informan: “

“ menjelang kita melakukan pendataan ini kita kan berkoordinasi dan


bersosialisasi dengan TKSK, TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK,
BAPEDA nya untuk mencocokan data-data berdasarkan kriteria orang miskin
kita masih mengacu pada kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional
yang akan dicocokan/diverifikasi benar tidaknya data tersebut” (informan D).

“ kita kan melakukan pendataan ini kita kan bersosialisasi dengan TKSK,
TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK, BAPEDA kita mencocokan
data-data, untuk kriteria fakir miskin kita belom bisa mengatakanya karena
kita berkordinasi dulu kita memakai kriteria nasional, kita mencocokan
dengan benar tidaknya data tersebut, data kami itu kita verifikasi dan
melakukan pengukuran dengan Wali Nagari antuk kecamatan dengan adanya
Wali Nagai, jorong, TKSM data tersebut dicocokan sesuai dengan hasil yang
dilapangan, setelah itu kita bisa menentukan orang itu miskin atu tidak
miskin” (informan P).

“ kita melakukan pendataan kita akan bersosialisasi dengan TKSK dengan


mengundang BPS, STATISTIK , BAPEDA yang akan mencocokan data-data
fakir mikin berdasarkan kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional”
(informan Y).

Tahap differentiating merupakan tahap penyeleksian dari berbagai

sumber yang telah di miliki, memilih sumber yang paling relevan dan tepat

untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan tema awal yang kita cari, seperti
66

yang dikatakan informan diatas bahwasanya informasi yang didapat

dimanfaatkan semua.

5. Monitoring

Monitoring artinya kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk dalam

kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

berkesinambungan atau dengan tetap bertukar informasi dengan rekan sejawat

dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar dalam bidang

tertentu.

Peneliti : Bagaimana bapak/ibu monitoring data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan?

Informan : “ cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari
Dinas Sosial, atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat
berfikir mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke
kita kadang bukan data yang sebenarnya, contoh “apakah bapak mempunyai
kebun atau ladang?, padahal dia punya tetapi karena yang mendata adalah
orang Dinas Sosial mereka akan bilang “oh gag ada pak, penghasilan bapak
sebulan berapa? , misalanya penghasilan sebulan orang miskin itu minimal
1000.000 rupiah, diatas satu juta tidak dikategorikan orang miskin misalnya,
karena Dinas Sosial yang mendata maka masyarakat mereka akan bilang pak
penghasilan saya cuma 1000.000 rupiah, makanya dalam mendata nanti kami
akan bekerjasama dengan pak jorong dan pak wali”. (informan D)

“ untuk memantau data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan


supaya tidak terjadi kekeliruan kami meminta bantuan jorong dan Wali Nagari
67

karena jorong dan Wali Nagarilah yang tahu persis keadaan masyaraktanya di
jorong tersebut”.(informan P).

“ ya itu tadi kadang kan masyarakat kita ini kalau ada pendataan bantuan
miskin mereka yang tidak miskin ikut menyertakan pendataan, seperti orang
itu mampu tetapi karena ada pendataan mereka bilang tidak mampu, untuk
pendataan ini supaya datanya persis dengan dilapangan kami disini ya minta
bantuan pihak jorong dan pihak Wali Nagari supaya datanya lebih akurat”
(informan Y).

Dalam monitoring bagi Dinas Sosial menurut penulis memang cocok

atau pantas untuk dilakukan, apalagi dalam pendataan masyarakat miskin

seperti bekerjasama dengan Jorong dan Wali Nagari yang selalu berhubungan

dengan masyarakat, sesuai dengan pernyataan informan diatas bahwasanya

tahap monitoring dilakukan dengan berdiskusi dengan pak jorong dan pak

wali apakah data tersebut sesuai dengan data yang di lapangan.

6. Extracting

Extracting artinya secara sestematis menggali di satu sumber untuk

mengambil materi/informasi yang dianggap penting mengidentifikasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah dapat di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Peneliti: siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan ?

Informan: “seperti yang saya katakana tadi informasi yang kami dapatkan
tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, kami mengacu
pada data BPS, dan informasi lainnya data dari TKSK dan TKSM , BPJS,
68

TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak


Wali dan dari pihak kecamatan.

“yang berperan dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok


Selatan ya data dari BPS, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan
Kemiskinan Daerah TKSK, TKSM, Karena TKSK dan TKSM lah yang akan
mendata masyarakt miskin di Kabupaten Solok Selatan dan dari jorong,
Nagari, Kecamatan” (informan P).

“seperti yang dikatakan pak kabid tadi informasi data masyarakat miskin di
Kabupaten Solok selatan datanya mengacu pada data BPS, dan yang lainya
seperti dari TKSK, TKSM, BPJS, TNP2K, Tim koordinasi penanggulangan
Daerah, seperti jorong, walinagari dan kecamatan” (informan Y).

Informan menyatakan bahwasanya untuk melengkapi informasinya

Dinas Sosial mendapatkan Informasi dari berbagai sumber diantaranya: data

dari BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, Pihak Jorong, Pihak Wali Nagari dan dari pihak

kecamatan. Karena sudah banyak sumber informasi yang didapatkan tentang

data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan telah merasa cukup.

7. Verifying

Verifying merupakan kegiatan pengecekan atau penilaian apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diinginkan.

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/mencocokan


data masyarakat miskin yang di peroleh ?

Informan: “Sebetulnya untuk pengecekan apakah data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan udah benar atau salah, sesuai informasi yang kami
69

dapat dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K,
Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak Wali
dan dari pihak kecamatan, kami akan melakukan pendataan lagi ke rumah-
rumah masyarakat, verifikasi yang memakai Basis Data Terpadu dari BPS
datanya dari BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembanguanan Daerah) data ini
yang akan dicocokan ke lapangan, nanti TKSK dan TKSM yang akan
mendata kerumah-rumah masyarakat.

“ setelah kita melakukan pendataan yang dilakukan oleh TKSK dan TKSM
kita melakukan pengukuran di Wali Nagari dan pihak kecamatan dengan
mencocokan semua data-data yang telah kita lakukan pendataan seperti data
STATISTIK, data BDT nanti kita akan mengklarifikasi kelapangan dengan
jorong. Kami akan menvalidasi data 2 kali dalam 1 tahun sampai data
kemiskinan ini terhapus” (informan P).

“ Kami melakukan pengecekan data tersebut apakah sudah benar atau tidak,
data yang kami peroleh dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM
, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak
Jorong,Pak Wali dan dari pihak kecamatan, kami akan menvalidasi ke rumah-
rumah masyarakat yang akan kami lakukan dalam 1 tahun 2 kali yang di
cocokan oleh TKSK dan TKSM” (informan Y).

Berdasarkan pernyataan informan di atas bahwa tahap verifying

dilakukan dengan mencocokan ke lapangan apakah informasi yang didapatkan

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sudah sesuai dengan

keadaan masyarakat yang sebenarnya. Sehingga dengan adanya pengecekan

ulang maka Dians Sosial akan mendapatkan data yang lebih akurat/benar

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

8. Ending

Merupakan kegiatan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian.


70

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan data masyarakat


miskin yang relevan di Kabupaten Solok Selatan ?

Informan:“Data yang telah kita dapat kami umumkan di Wali Nagari, sebelum
kita legalkan dengan SK pak Bupati, datanya kita tempel di Wali Nagari dan
kantor camat, nanti yang akan di umumkan oleh pak camat dan pak Wali
Nagari yang akan mengumumkan pada masyarakat, maksudnya jika ada
masyarakat yang protes, kita akan cek kelapangan berdasarkan pendataan dan
berdasarkan bukti-bukti dilapangan yang di dapatkan oleh TKSK dan TKSM
itu yang akan kita umumkan di kantor Wali Nagari dan kantor camat, dan
akhirnya akan keluar satu SK atau berbentuk peraturan Bupati tentang kondisi
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan data BPD (Badan
Permuawaratan Desa) dan BPS (Badan Pusat Statistik).” (informan D)

“setelah kita memperoleh data masyarakat miskin di Solok Selatan, setelah


kita validasi dan verivikasi data kita akan memapang data-data kemiskinan
Solok Selatan di setiap nagari, pernagarinya di kecamatan masing-masing
agar masyarakat melihat mana masyarakat miskin, mana masyarakat tidak
mampu, kami juga melakukan penempelen label ke rumah-rumah. Berarti
setelah data masyarakat Solok Selatan Oke kita akan membuat lampiran
nama-nama masyarakat miskin di Solok Selatan dan memberikan label-label
di setiap rumah-rumah sesuai dengan data yang ada”. (informan P).

“ setelah kami mendapatkan data tersbut, data tersebut akan di umumkan di


Wali Nagari, datanya di tempel di Wali Nagari dan kantor camat dan nanti
akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari dan pihak Kecamatan” (informan
Y).

Informan D dan inrorman Y menyatakan bahwasanya untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat dan akan di legalkan dengan SK

(surat keputusan) Bupati yang akan di temple di Wali Nagari dan kantor

camat yang akan di umumkan oleh pihak kecamatan dan dan pihak Wali

Nagari langsung kemasyarakat Kabupaten Solok Selatan. Sedangkan


71

informan P menyatakan hasil akhir data tersebut ditempelkan di rumah-rumah

masyarakat miskin.

Dari perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

msyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, sesuai dengan model perilaku

pencarian informasi David Ellis. Gambaran akhir dari perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan yang penulis kelompokan ke dalam bentuk kerangka diagram

berikut dibawah ini: Mengacu Pada data BPS

Sumber
Starting Informasi
Hasil akhir • BPJS
• Diserahkan • TNP2K
ke Wali
• BDT
Nagari &
Ending Chaining • STATISTIK
Camat
• PMKS
• Di tempel di
rumah-rumah • PSKS
• TKSK
• TKSM
• Jorong
Verifying Monitoring • Wali Nagari

Pengecekan ke rumah-rumah yang Monitoring bekerja sama dengan


dilakukan 1 tahun 2 kali Jorong dan Wali Nagari

1. Starting

Ketiga informan menyatakan langkah awal/pertama yang

dilakukan oleh informan adalah mengacu pada data masyarakat miskin

dari BPS ( Badan Pusat Statistik).


72

2. Chaining

Ketiga informan menyatakan pada tahap chaining ini petugas

Dinas Sisial mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat

miskin dari berbagai sumber.

3. Monitoring

Pada tahap monitoring ketiga informan menyatakan mereka

bekerjasama dan berdiskusi dengan pihak jorong dan Wali Nagari

apakah data tersebut cocok dengan yang di lapangan.

4. Verifying

Tahap verifying semua informan menyatakan mereka

mencocokan data masyarakat miskin dengan melakukan pengecekan

ulang ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan dalam 2 tahun

sekali.

5. Ending

Pada tahap ending dua informan menyatakan untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat yang akan di legalkan

dengan SK Bupati, yang akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari

dan Kecamatan kepada masyarakat sedangkan satu informan

menyatakan pada tahap ending hasil akhir dari data tersebut

ditempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.


73

Kerangka di atas merupakan gambaran dari tahapan teori David

Ellis yang penulis gambarkan kembali sesuai dengan perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dians Sosial tentang masyarakat miskin di

Kabupaten Solok Selatan.

D. Hambatan dalam Pencarian Informasi

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, seringkali seseorang mengalami

hambatan. Hambatan yang dialami oleh pencari informasi telah banyak dikaji

oleh beberapa ahli, salah satunya adalah Wilson (1997). Setiap orang akan

mengalami suatu hambatan dalam pencarian informasi. Hambatan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Peneliti: fakator apa yang menghambat bapak/ibu dalam pendataan masyarakat


miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan:

1. Faktor internal (faktor dalam organisasi)

“ kami disini Kekurangan tenaga TKSM dan TKSK yang dilapangan karena
39 nagari idealnya harus ada tenaga TKSM itu 50 orang, Cuma yang ada
sekarang baru 30 orang yang berada dan anggaran kami terbatas untuk
pendataan 2 kali satu tahun” (informan D)

“ kurangnya tenaga pendata , kurangnya kendaraan untuk pendataan TKSK


dan TKSM dan kami juga masih kekurangan tenaga TKSK dan TKSM, kita
di Solok Selatan 39 sembilan nagari dan kami masih kekurangan TKSK dan
TKSM “ (informan P)
74

“kami kekurangan tenaga TKSM dan TKSK untuk pendataan di lapangan,


tenaga TKSM kami sangat terbatas, dan dari segi anggaran, anggaran kami
sangat terbatas” (informan Y).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar organisasi)

“cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari Dinas Sosial,
atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat berfikir
mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke kita
kadang bukan data yang sebenarnya Jadi data yang mereka berikan bukan
data yang sebenarnya dan faktor wilayah/ kondisi wilayah,wilayah kita kan
masih banyak wilayah-wilayah yang tidak bisa dilalui kendaraan seperti
daerah lubuk ulang-aling butuh tenaga ektra untuk mendata masyarakat
miskin” (informan D)

“ dan dari segi wilayah yang wilayahnya yang curam dan kami akan
melakukan pendataan langsung rumah-kerumah’’ (informan P).

“ faktor yang meghambat ya itu faktor wilayah, liat saja wilayah kita masih
banyak daerah yang tidak bisa di lalui kendaraan, masih banyak wilayah
yang susah dijangkau, yang menyebabkan kami disini sulit untuk mendata
masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau ya seperti lubuk
ulang-aling dan wilayah-wilayah lain yang sulit dijangkau” (informan Y).

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa situasi tempat kegiatan

melakukan pencarian informasi merupakan penghambat berlangsungnya

pencarian informasi. Disamping itu lingkungan yang luas juga dapat menjadi

masalah penghambat (Wilson:2000). Dalam penelitian ini yang menjadi

hambatan adalah kondisi wilayah yang sulit dijangkau dan pola pikir masyarakat.

Terjadinya hambatan akan mempersulit pencarian informasi data masyarakat

miskin dan hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal dikarenakan banyak

faktor yang mempengaruhi Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


75

II. Pembahasan

Informasi yang peneliti peroleh di atas menunjukan bahwa dalam

melakukan proses pencarian informasi dengan menggunakan model perilaku

pencarian informasi David Ellis (1993) yaitu mulai dari tahap starting hingga

ending. Tahap starting merupakan tahap awal dalam proses perilaku pencarian

informasi. Menurut David Ellis, tahap awal ini adalah proses penentuan

pencarian informasi dalam melakukan pencarian informasi apakah

menggunakan kata kunci yang bersifat umum atau khusus, yang merujuk pada

rujukan awal, hal ini selaras dengan yang diungkapkan David Ellis yaitu

starting. Pada tahap Starting Dinas Sosial mengacu data masyarakat miskin

pada BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Solok Selatan

Tahap kedua yaitu chaining, maksudnya kegiatan yang ditandai

dengan mengikuti mata rantai atau mengaitkan daftar literature yang ada ke

rujukan kunci. Pada tahap pencarian informasi informan menggunakan

matarantai dari berbagai sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan), di Solok Selatan ada namanya Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, dari Jorong, Wali Nagari dan Pihak Kecamatan. Dari

berbagai sumber informasi yang diperoleh Dinas Sosial ini memudahkan

informan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pada tahap ini selaras

dengan ungkap Ellis bahwa dalam tahap ketiga yaitu browsing tahap ini
76

ditandai kegiatan mencari informasi yang terstruktur dan semi terstruktur, dan

dalam melakukan pencarian informasi informan harus bisa menentukan

subjek dari permasalahan yang ada, agar mudah dalam mendapatkan

informasi. Pada tahap browsing ini diungkapkan oleh informan bahwa pada

tahap ini tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial. Langkah selanjutnya

differentiating, pada tahap ini informan memilih referensi terhadap terhadap

informasi yang didapatkannya, pada tahap ini petugas Dinas Sosial

menggunakan semua informasi yang didapat. sedangkan Ellis menyebutkan

bahwa pada tahap differentiating merupakan tahap pemilihan terhadap

referensi yang akan digunakan untuk kebutuhan informasi. Tahap monitoring,

informan memilih-milih sumber informasi dengan tujuan memperoleh sumber

yang paling bermanfaat, informan menyatakan tahap monitoring dilakukan

dengan berdiskusi dengan pihak jorong. Selanjutnya tahap extracting ini

informan merangkum informasi yang didapatnya dan informasi tersebut akan

digunakan jika menurut mereka penting. Hal ini yang diungkap Ellis bahwa

pada tahap extracting ini adalah proses perangkuman informasi yang

didapatkan. Sedangkan Pada tahap ini petugas Dinas Sosial menyatakan

untuk melengkapi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

menyatakan mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Tahap ini tidak

sesuai dengan David Ellis


77

Tahap verifying adalah proses pengecekan kembali apakah informasi

yang didapatkan tersebut telah sesuai yang diinginkan pada tahap terakhir

yaitu ending, tahap ini merupakan tahap dimana semua proses pencarian,

pemilihan, penyeleksian dan pengecekan atau penilaian berakhir.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perilaku

pencarian informasi yang dilakukan oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dengan menggunakan model

perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 bahwasanya ada beberapa

tahap yang memang tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan yaitu browsing, differentiating, dan extracting. Sedangkan pada

tahap ending dari ketiga informan berbeda. Informan D dan Y melakukan

ending dengan menyerahlan hasil pencarian informasi masyarakat miskin

kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara informan P menempelkan

di rumah-rumah masyarakat miskin.


BAB V
PENUTUP

Dalam bab terakhir dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh

dari wawancara dan analisis data. Kesimpulan yang diambil ini merupakan jawaban

dari permasalahan yang sebelumnya dirumuskan di bab 1, selain kesimpulan, peneliti

juga memberikan saran-saran kepada pihak yang terkait.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan peneliti maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan:

1. Perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Sesuai dengan Teori

Pencarian informasi David Ellis 1993 tetapi ada beberapa tahap yang

tidak di lakukan yaitu browsing, differentiating, dan extracting.

Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan berbeda. Dua

informan melakukan ending dengan menyerahkan hasil pencarian

informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat,

sementara satu informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat

miskin.

2. Hambatan petugas Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan yaitu faktor internal dan eksternal.

78
79

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan memaparkan dalam bentuk

skripsi, maka penulis berharap sebagai berikut:

1. Petugas Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan sebaiknya secara langsung mengunjungi

masyarakat atau tanpa perantara sehingga data yang diperoleh sesuai

dengan kondisi masyarakat di lapangan.

2. kepada pembaca diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan

menggunakan metode atau teori perilaku pencarian informasi lainnya.

3. Dan kepada penulis sendiri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

menambah wawasan dibidang ilmu perpustakaan kususya dibidang

kebutuhan informasi serta dapat mengembangkan perilaku pencarian

informasi dan data yang mendukung dibidang pencarian informasi


DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto. 1996. Perangkap Kemiskinan: Problem dan Strategi


Pengentasannya dalam Pembangunan Desa. Yokyakarta: Aditia Medika

Dinas. (n.d). Retrieved Desember 19, 2017, from http: //Kbbi.web.id

Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi


Pembanguna Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. PT Refika Aditama:
Bandung

Eko Handoyo dkk.2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu


Sosial Negeri Semarang

Hamonangan Singgalingging. 2008. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Educatioan). Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan UNNES.

Heru Nugroho. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Pemberdayaan, Yogyakarta:


Aditiya Media

Hur Hayati. 2015. Perilaku Pencarian Informasi oleh Mahasiswa Tunanetra (Studi
Kasus di IAIN Imam Bonjol Padang). Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

IAIN Imam Bonjol Padang. 2015/2016. Buku Pedoman Akademik IAIN Imam Bonjol
Padang. Padang: IAIN Imam Bonjol Padang

Jalaluddin Rakhmat.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstuktur Teori
dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI

Keputusan Mentri Sosial Republik Indonesia No. 146/HUK/2013 tentang penetapan


Kriteria dan Pendapatan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu

M.Ali Hasan, 2006. Zakat dan Infaq. Jakarta: Kencana

Mas’oed Mochtar. 1994. Polotik, Birografi dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Masdar F. Mas’udi, 2005. Menggagas Ulang Zakat. Bandung: Mizan

Muh. Ridwan Mas’ud, 2005. Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan Umat.
Yogya: UII Press

Muhtadi Ridwan. 2012. Gelita Ekonomi Islam: Memangkas Kemiskinan, Mendorong


Perubahan. Malang: UIN Maliki Press

Mukham, Kepala BPS Petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan wawancara
Pribadi 20 February 2017 Solok Selatan

Nurafni Dahlia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akaik


di Karang Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang. Skripsi mahasiswa IIP
Fakultas Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Pawit M Yusup. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi


Retriveal. Jakarta: Kencana

Pengertian-masyarakat-miskin.(2011,02) Retrieved February 28, 2017, from html:


http://masyarakatmiskin.blogspot.co.id

Perilaku Pencarian dalam memenuhi Kebutuhan Informasi bagan 2. (2009,01 10).


Retrieved Desember 19, 2016, from http://encangsaepusin.wodpress.com

Putu Laxman Pendit. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta:
JIP-FSU

Racman Hermawan. 2006. Etika Kepustakawan Suatu Pendekatan Terhadap Kode


Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Rafika Sastra. 2014. Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra di


Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sarlito W. Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pres

Sherly Octavia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Menggunakan Ansroid Studi


Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas
Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sidi Gazalba, 1985. Ilmu Islam2: Asas Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Siti Rozinah. 2012. Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Dalam Penulisan
Skripsi (studi kasus di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
(STAINU) Jakarta). Depok. Tersedia Pada (http://lontar.ui.ac.id) diakses pada
tanggal 21 April 2017.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunyoto usman. 2012. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyarta:


Pustaka Pelajar

Widya Yusrina.2015. Perilaku Pencarian Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang
Dalam Memilih Perguruan Tinggi. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab Dan
Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Widyana Dewi Kartika. 2011. Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi


Peneliti: studi kasus di mahkamah konsitusi Republic Indonesia. Semarang.
Teredia pada (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip/issue/view/10)
diakses pada tanggal 15 April 2017.

Wiji Suwarno. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA Group.

Yusuf Qardhawi. 2002. Hukum Zakat. Jakarta: Lintera Internusa


Dokumentasi

Kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok


Selatan
Peneliti bersama Bapak Kabid Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

Peneliti besama Bapak Kasi dibidang Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
Peneliti bersama ibu staf bidang sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
PEDOMAN WAWANCARA

Teori David Ellis

No Indikator Instrumen Wawancara


1 Starting a. Apa persiapan yang Bapak/ibu lakukan sebelum melakukan pengumpulan data masyarakat miskin
di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Bagaimana upaya/ langkah apa yang Bapak/ibu lakukan untuk mendapatkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
2 Chaining a. Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam mengumpulkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan (misal: personal/ahli/lembaga dll).?
3 Browsing a. Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang bapak butuhkan dalam mengumpulkan data
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Apa kriteria masyarakat miskin yang Bapak/ibu gunakan dalam menyempurnakan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan?
4 Differentianting a. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber yang paling kongkrit ?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/ mencocokan data yang di peroleh ?
5 Monitoring a. Bagaimana bapak/ibu memantau/ monitoring data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?
6 Extacting a. Siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Siapa informan yang memberikan data yang konkrit tentang data masyarakat miskin?
7 Verifying a. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ibu peroleh telah sesuai yang diinginkan?
b. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ peroleh sesuai dengan di lapangan?
8 Ending a. Apa yang selanjutnya Bapak/ibu lakukan setelah informasi tenang data masyarakat miskin
didapatkan?
9 Faktor a. Faktor apa yang mempengaruhi Bapak/ibu dalam mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Penghambat Selatan?
b. Apa kendala Bapak/ibuk dalam mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
BIODATA PENULIS

Nama : Susi Utami


Nim : 1311020140
Fakultas/ Jurusan : Adab dan Humaniora/ SPI Konst.
Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Tempat/ Tgl Lhr : Bangun Rejo, 12 Mei 1992
Negeri Asal : Pincuran Tujuh Bangun Rejo,
Kecamatan Sangir, Kab. Solok
Selatan
E-mail : susiutami862@gmail.com
Hp : 085263514324
Judul Skripsi : Perilaku Pencarian Informasi Oleh
Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten
Solok Selatan

I. PENDIDIKAN YANG DITEMPUH:


1. SDN 24 Bangun Rejo di Solok Selatan Tahun 1999-2005
2. SMPN 14 Solok Selatan Tahun 2005-2008
3. SMKN 1 Solok Selatan Tahun 2008-2011
4. UIN Imam Bonjol Padang Tahun 2013-2017

II. DATA KELUARGA


1. Nama Orang Tua
 Ayah : Sutamto
 Ibu : Sujinah
2. Pekerjaan Orang Tua
 Ayah : Petani
 Ibu : Petani
3. Jumlah Saudara : 3 Orang
4. Anak yang ke : 1(Pertama)
5. Alamat Orang Tua : Pincuran Tujuh Bangun Rejo, Kecamatan Sangir,
Kab. Solok Selatan
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI OLEH PETUGAS DINAS SOSIAL
TENTANG MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN
SOLOK SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Sebagai Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Pada Jurusan Sejarah
Kebudayaan Islam Konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Oleh:

SUSI UTAMI
1311020140

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)


KONSENTRASI ILMU INFORMASI PERPUSTAKAAN (IIP)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN IMAM BONJOL PADANG
1438 H/2017 M
   
karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Qs. Alam Nasyrah: 5-8).

Kata-perkata yang tak dapat mengungkapkan segalanya

Cintamu, kasihmu, yang meneggakkan anakmu sampai detik ini

Harapanmu seperti biji padi

Segala isi dunia kau berikan untuk ku

Doa yang selalu menyertai langkahku

Sebongkah harapan terpancar diwajahmu

Untuk mengabulkan sepercik impian

Hujan, panas, badai, yang menerjang langkah-langkah kecil ini

Karana cinta dan kasihmu ku masih berdiri sampai saat ini

Matahari tak kan bersinar setetah malam, pelangi tak kan muncul setelah
hujan, Begitu pun hidup ini tiada arti kebahagiaan tanpa didahului
kepahitan

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup yang selalu


memberikan segalanya cinta, kasih dan sayang, mendampingi saat suka
dan duka, selalu mendampingi saat ku lemah tak berdaya Ayahanda dan
Ibunda tercinta yang selalu mendoakan untukku dalam setiap sujudnya.

Terima kasih Ayahnda dan Ibunda tercinta


KATA PENGANTAR

   


Puji sykur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis bisa menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “ Perilaku Pencarian Informasi Oleh Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan’’ .

Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun

umatnya untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berkat kemudahan

dan izin Allah, dan bantuan semua pihak akhirnya penulisan skripsi ini bisa

diselesaikan.

Penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan ucapan

terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda tercinta Sujinah dan

Ayahanda Sutamto yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu

menyayangi Ayahanda dan Ibunda dunia akhirat, juga buat adik-adik penulis

Cindy Sutanti, Vigo Trio Utama dan Nesa Riski Utami yang selalu memberi

dukungan agar penulis tetap semangat menyelesaikan skipsi ini. Semoga

Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

i
Melalui kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini:

1. Rektor UIN Imam Bonjol Padang Bapak Dr. Eka Putra Wirman, Lc.,M.A.

beserta jajaran Wakil Rektor UIN Imam Bonjol Padang.

2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Bapak Dr. H Yufni Faisol, M.A

beserta jajaran Wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

3. Ketua Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Bapak Muhammad Ilham,

S.Ag., M. Hum dan Sekretaris Jurusan Ibu Lisna Sandora, M.pd

4. Dosen Penasehat Akademik (PA) Bapak Muhammad Ilham, S.Ag,S.sos,

M. Hum yang telah memberikan ilmu, dukungan, dan arahannya selama

masa perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Arwemi, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Erida, M.Pd

selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, dan memberikan

bimbingan, arahan, dan sumbangan pemikiran sehingga penulis bisa

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suhefri, M.Ag dan Bapak Muntasir, M.Hum selaku penguji

yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini

7. Bapak Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, Bapak Kepala Bidang Sosial beserta staf yang

ii
dengan ikhlas memberikan data dan dukungan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak/Ibu pegawai

Akademik dan Kemahasiswaan (AKAMA) Fakultas Adab dan

Humaniora, dan Bapak/Ibu pegawai Perpustakaan UIN Imam Bonjol

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menggunakan buku-

buku sebagai bahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Ucapan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan jurusan

SKI Khususnya angkatan 2013, Yurnani, Melda, Bulan, Lilis, Dona, Utia,

Rolis dan yang lainya yang tidak bisa disebutkan semua. Dan teman kost

Kak Nova, Vita,Vina, Ilda, Rika, Sari, dan yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan terimakasih yang dapat

penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas atas segala amal

kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk

menyelesaikan studi yang penulis jalankan Amiin Yarabbal’Alamin.

Padang, 02 Agustus 2017


Wassalam

Susi Utami

iii
ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas


Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan disusun oleh Susi
Utami, Bp: 1311020140 Jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang. Permasalahan pokok yang
dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana perilaku pencarian informasi petugas
Dinas Sosial dalam mencari informasi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Selatan dengan menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang
dimulai dari Starting dan diakhiri dengan ending. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan perilaku pencarian informasi petugas Dinas Sosial tentang
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan. Peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data
melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
sampel diambil secara pusposive sumpling dari Kabid Sosial, Kasi Sosial dan staf
bidang Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari
Kabupaten Solok Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi oleh
petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sesuai
dengan perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 ada beberapa tahap yang tidak
dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan yaitu browsing,
differentiating, dan extracting. Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan
berbeda. Dua informan melakukan ending dengan menyerahlan hasil pencarian
informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara satu
informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.

Kata Kunci: Perilaku Pencarian Informasi

iv
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................................ 5
C. Penjelasan Judul ....................................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8
E. Tinjauan Kepustakaan .............................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi .................................................................................14


1. Pengertian Informasi ......................................................................14
2. Sumber Informasi ..........................................................................15
B. Perilaku Pencarian Informasi ...................................................................17
C. Model Perilaku Pencarian Informasi ........................................................20
D. Masyarakat Miskin ...................................................................................29
1. Pengertian Masyarakat Miskin ......................................................29
2. Ukuran-Ukuran Kemiskinan ..........................................................44
3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan.......................................................44

v
BAB III: METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian.....................................................................................46
B. Jenis Dan Metode Penelitian ....................................................................46
C. Populasi dan Sampel ................................................................................47
D. Sumber Data .............................................................................................49
1. Primer ............................................................................................49
2. Skunder ..........................................................................................49
E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data .......................................................49
1. Observasi .......................................................................................50
2. Wawancara ....................................................................................50
F. Teknik Analisis Data ................................................................................51
1. Reduksi Data (Data Reduction) .....................................................51
2. Penyajian Data (Data Diaply)........................................................52
3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification) .......................52
G. Waktu Penelitian ......................................................................................53

BAB IV: PEMBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan ........................................................................54


A. Gambaran umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan ..........................................54
B. Profil Informan ..............................................................................60
C. Perilaku Pencarian Infomasi Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan ...........................61
D. Hambatan dalam Pencarian Informasi ...........................................73
II. Pembahasan .............................................................................................75

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................78

vi
B. Saran...............................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Struktrur Organisasi Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari


Kabupaten Solok Selatan

Dokumentasi

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur

Provinsi Sumatera Barat. Sebelumnya, kabupaten ini merupakan bagian dari

Kabupaten Solok. Setelah kemerdekaan, muncul wacana pembentukan sebuah

kabupaten yang meliputi sebagian wilayah Solok Selatan saat ini. Hal ini ditandai

dengan diadakannya Konferensi Timbulan pada tahun 1950-an. Saat itu digagas

rencana pembentukan sebuah kabupaten dengan nama Kabupaten Sehilir Batang

Hari yang meliputi wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Pantai Cermin, Sungai

Pagu dan Sangir. Namun pada saat otonomi daerah keinginan tersebut baru

terwujud dengan nama Kabupaten Solok Selatan, yang diresmikan bersama 23

kabupaten baru lainnya di Indonesia, yaitu 7 Januari 2004 dengan Undang-

Undang Nomor 38 Tahun 2003.

Matapencarian masyarakat Solok Selatan umumnya berprofesi sebagai

petani, namun ada juga sebagian kecil berprofesi sebagai pedagang dan PNS.

Dari usaha yang mereka lakukan untuk memenuhi kehidupan keluarga atau

rumah tangga, masyarakat Solok Selatan umumnya memiliki penghasilan rendah

dibandingkan dengan penghasilan masyarakat di kabupaten lainnya di Sumatera

Barat. Kabupaten Solok Selatan menduduki peringkat 9 dari 12 kabupaten

lainnya di Sumatra Barat dalam hal pendapatan asli daerah.

1
2

Mengacu pada keputusan menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister

berasal dari rumah tangga yang memiliki kriteria:

1. Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber mata


pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar.
2. Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
3. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga medis,
kecuali puskemas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
4. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap
anggota rumah tangga.
5. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang
SLTP
6. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan
kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah usang/
berlumut atau tembok tidak diplaster.
7. Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi tidak
baik/ kualitas rendah.
8. Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
9. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau
listrik tanpa meteran.
10. Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2 / orang dan
11. Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ lainnya.

Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang

tidak memiliki akses prasarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas

perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan serta mata

pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu


3

dimensi politik, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan

dimensi aset ( P2 KP, Pedoman Umum, 2004:1).

Penanganan masalah sosial menurut Pendit (2003:33) adalah tugas Dinas

Sosial untuk membantu mayarakat seperti dalam hal: pembinaan organisasi,

pengembangan kelembagaan, bantuan sosial dan penanggulangan kemiskinan

serta rehabilitas sosial. Untuk membantu masyarakat yang membutuhkan

bantuan seperti bantuan sosial yang diberikan Dinas Sosial kepada masyarakat

Dinas Sosial harus mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang masyarakat

yang memerlukan bantuan dari Dinas Sosial. Informasi adalah serangkaian sinyal

atau pesan-pesan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, terlepas dari

atau sedikit berkaitan dengan proses kognitif.

Perilaku pencarian informasi merupakan suatu kegiatan seseorang untuk

mendapatkan informasi. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang

membutuhkan informasi baik untuk kebutuhan sosial, ekonomi, ilmu

pengetahuan, pendidikan, keagamaan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan

informasi tersebut maka seorang akan mencari informasi dengan menggunakan

berbagai sumber informasi. Menurut Wilson, (dalam Pendit, 2003:29) Perilaku

Pencarian Informasi (Information Seeking Behavior) merupakan upaya

menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk

memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja berinteraksi

dengan sistem informasi misalnya surat kabar, majalah, perpustakaan atau yang

berbasis komputer (misalnya WWW). Teori Perilaku Pencarian Informasi


4

tergolong dalam teori modern yang kemudian berkembang menjadi teori model

perilaku informasi manusia dan kebutuhan informasi.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 20

Februari 2017 di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan diperoleh informasi bahwa tugas Dinas Sosial adalah

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi di

bidang Sosial seperti: pemberdayaan dan rehabilitas masyarakat miskin,

perlindungan dan jaminan sosial, dan rehabilitas PMKS. Hal ini tertuang dalam

peraturan pemerintah Kabupaten Solok Selatan No 22: tahun 2005 tentang

Struktur Organisasi Dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari dalam pasal 12 yang berbunyi “ memberikan

bantuan sosial kepada peran sosialnya akibat bencana alam, bencana sosial

akibat lainya seperti kemiskinan , telantar dan cacat’’. Selanjutnya dari Dinas

Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

diperoleh data tentang jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

sebagai berikut:

No Jumlah
Nama Jumlah Penduduk Persentase
Kecamatan Penduduk miskin

1 Kecamatan Sangir 40.615 3.717 9,15%

2 Kecamatan KPGD 12.660 1.039 8,20%

3 Kecamatan Sungai Pagu 16.846 1.028 6,10%


5

4 Kecamatan Sangir Balai 16.858 1.132 6,71%


Janggo
5 Kecamatan Sangir Jujuan 30.949 2.674 8,64%

6 Kecamatan Sangir Batang 15.317 2.093 13,66%


hari
7 Kecamatan Pauh Duo 23.657 2.539 10,73%

Jumlah 15902 14.539 63,19%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa masyarakat Kabupaten Solok

Selatan 63,19% tergolong masyarakat miskin, walaupun dari segi pembangunan

daerah Kabupaten Solok Selatan telah mengalami perkembangan sejak 13 tahun

yang silam, akan tetapi pembangunan dan kesejahteraan belum seperti yang

diharapkan masyarakatnya. Melihat dari kondisi ini penulis tertarik untuk

mengungkapkan Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan di atas maka yang

menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi

Petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi maka penulis

membatasi masalah dengan batasan masalah sebagai berikut:


6

1. Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Faktor apa saja yang menghambat Petugas Dinas Sosial dalam mencari

informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

C. Penjelasan Judul

Judul dari penelitian ini adalah Perilaku Pencarian Informasi Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan. Agar

tidak terjadi kesalah pahaman dan lebih teratahnya penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini, yaitu:

Perilaku Pencarian Informasi : Wilson (dalam Putu Laxman Pendit, 2003:29)

perilaku pencarian informasi ( informasi searching

behavior) merupakan upaya menemukan informasi

dengan tujuan tertentu sebagai akaibat dari adanya

kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Sedangkan maksud dari penulis adalah perilaku

petugas Dinas Sosial mencari informasi tentang

masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan

informasi.

Petugas Dinas Sosial : Petugas adalah seseorang yang melaksanakan tugas

pelayanan pada Tugas Pokok dan Fungsi, instansi

tempat bekerja sedangkan di dalam KBBI

disebutkan Dinas adalah bagian Kantor Pemerintah


7

yang mengurus pekerjaan tertentu, dan sosial

adalah berkenaan dengan masyarakat. Jadi petugas

Dinas Sosial merupakan kegiatan profesional untuk

membantu individu-individu kelompok-kelompok

dan masyarakat guna meningkatkan atau

memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi

sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang

memungkinkan mereka mencapai tujuan.

Masyarakat Miskin :Masyarakat miskin merupakan dimana kondisi

masyarakat yang dibawah standar kelayakan baik

dari segi politik, sosial , lingkungan, ekonomi dan

aset. kriteria miskin yang di terapakan dalam

keputusan menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan

orang tidak mampu.

Jadi yang dimaksud dengan judul dari skripsi ini adalah perilaku petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dalam

usaha mereka mencari dan menemukan informasi mengenai masyarakat miskin

di Kabupaten Solok Selatan.


8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan saya teliti adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mendeskripsikan perilaku pencarian informasi petugas Dinas

Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

b. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menghambat petugas Dinas Sosial

dalam mencari informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Peneliti, untuk mengembankan ilmu pengetahuan, menambah wawasan

dibidang ilmu perpustkaan kususnya dibidang kebutuhan informasi serta

dapat mengembangkan perilaku pencarian informasi dan data yang

mendukung dibidang pencarian informasi

b. Pembaca, sebagai pedoman dan pembanding untuk jenis penelitian yang

sama dan dalam objek yang berbeda.

c. Bermanfaat bagi petugas Dinas Sosial itu sendiri.

E. Tinjauan Kepustakaan

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Perpustakaan Adab dan

Humaniora, Perpustakaan Pusat IAIN Imam Bonjol Padang, penelitian yang

berhubungan dengan perilaku pencarian informasi antara lain:


9

1. Rafika Sastra, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI kosentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi pada tahun 2014 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Pemustaka Tunanetra di Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana perilaku pencarian informasi tunanetra di

perpustakaan Yayasan Tuah Sakato Kalumbuk.

Kesimpulan dalam penelitiannya adalah kebanyakan dari pemustaka datang

ke perpustakaan bukan keinginan sendiri untuk mencari informasi tetapi

tunanetra dari panti untuk belajar AL-Quran Brille. Perilaku yang ditujukan

pada saat pemanfaatan informasi yang didapat oleh pengguna yaitu

berdiskusi dengan guru atau dengan teman satu asrama. Pada skripsi ini teori

yang digunakan berdasarkan model perilaku menurut David Ellis. Untuk

mengumpulkan data menggunakan metode purposive sampling dengan

menemukan informasi kunci, dimana purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu.

2. Nur Hayati, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam Bonjol

Padang, jurusan SKI konsetrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan menulis

skripsi pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi oleh

mahasiswa Tunanetra (studi kasus di IAIN Imam Bonjol Padang) skripsi ini

membahas tentang pola perilaku pencarian informasi mahasiswa tunannetra

dalam mendapatkan sebuah informasi. Penulisan skripsi ini bersifat kualitatif

yaitu menjelaskan fenomena yang ada secara akurat yang ditemukan


10

dilapangan. Untuk mendapatkan data, sekripsi ini menggunakan alat

pengumpulan data berupa observasi dan wawancara dengan mahasiswa

tunanetra beserta teman yang membantu mereka mencari informasi dan

dosen. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan purposive sampling.

3. Widya Yusrina, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang Dalam Memilih Perguruan Tinggi

skripsi ini membahas tentang perilaku pencarian informasi siswa kelas XII

SMA N 1 Padang dalam upaya mereka memilih perguruan tinggi. Batasan

masalah dalam penelitian ini adalah apa kebutuhan informasi siswa kelas XII

SMA 1 Padang terkait dengan perguruan tinggi, bagaimana pola perilaku

pencarian informasi tentang perguruan tinggi, dan apa hambatan yang

diterima selama proses pencarian informasi tentang perguruan tinggi.

Penelitian ini megguankan model T.D Wilson 1981 dan model pencarian

informasi David Ellis 1997.

4. Nurafni Dahlia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akiak di Karang Ganting Kelurahan

Lubuk Lintah Padang. Skripsi ini membahas tentang kebutuhan informasi


11

dan perilaku pencarian informasi masyarakat pecinta batu akik di Karang

Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang serta sumber informasi yang

digunakan dengan menggunakan tahapan-tahapan pencarian informasi yang

dikembangkan oleh David Ellis.

5. Sherly Octavia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Menggunakan Android Studi Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang

skripsi ini membahas tentang pemanfaatan Android sebagai sarana-sarana

informasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan

pengambilan data berdasarkan snowball sampling. Pengumpulan data

penelitian ini, mahasiswa memenuhi kebutuhan informasi lebih

memprioritaskan android dalam melakukan pencarian informasi untuk tugas

kuliahnya, karena bagi informan mencari informasi dengan Android tersebut

lebih praktis, bisa dibawa kemana-mana selama jaringan internet bisa

diakases. Penelitian ini menggunakan model David Ellis yang terdiri dari

8(delapan) tahap yang berawal dari starting hingga ending.

Skripsi Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia dan

Sherly Octavia menggunakan model perilaku menurut David Ellis (1997), David

Ellis adalah seorang ilmuan sosial yang mengemukakan beberapa karakteristik

perilaku pencarian informasi dari para peneliti, yang menggambarkan

karakteristik dari peneliti sosial, science, dan engineering, jadi dalam penelitian
12

ini penulis juga menggunakan model perilaku pencarian informasi menurut

David Ellis (1997) yang berawal dari starting hingga ending.

Objek dan subjek penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia

dan Sherly Octavia berbeda sera hasil pembahasan dalam penelitian ini juga

berbeda. Dengan menggunakan teori yang sama dengan penelitian yang lain,

jelas bahwa proses dalam melakukan pencarian informasi yang terdapat dalam

penelitian ini juga berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dan teraturnya pembahasan ini maka sistematika

penulisan, penulis membaginya kedalam beberapa bab diantaranya :

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang berisikan latar belakang

masalah, rumusan, dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis, yang membahas tentang

informasi, perilaku pencarian informasi, dan Petugas Dinas Sosial.

Bab ketiga menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berisikan

tempat penelitian, jenis data dan metode penelitian, sumber data, teknik dan alat

pengumpul data, teknik analisis data dan waktu penelitian.

Bab keempat hasil penelitian, tentang bagaimana perilaku pencarian

informasi petugas Dinas Sosial untuk mendapatkan informasi data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


13

Bab kelima meupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-

saran penulis.

Selanjutnya adalah halaman yang berisikan lampiran-lampiran dan

dokumentasi dalam penelitian penulis.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi

1. Pengertian Informasi

Dewasa ini informasi sangat dibutuhkan oleh setiap orang baik informasi

yang ilmiah maupun informasi yang non ilmiah, Informasi juga bermanfaat

dalam memenuhi kehidupan sehari-hari setiap manusia. Informasi adalah suatu

rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang

dibuat. Estabrook, 1977:245 (dalam Pawit M Yusuf 2010:1). Informasi

merupakan suatu kumpulan data yang terstruktur yang telah dikomunikasikan

kepada orang lain agar dapat bernilai guna bagi orang tersebut. McFadden, dkk

(dalam Widyana 2011:3). Informasi juga diartikan kandungan yang terdapat

dalam berbagai bentuk dokumen (bahan pustaka). Pengembangan koleksi

(collection development) tidak didasarkan pada bentuk fisik, tetapi oleh

kandungan informasinya (contents).(Rachman Hermawan S 2006: 2). Dan ada

juga yang mengartikan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang

lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. (Jogiyanto 2005: 8)

Menurut Suwarno (2010) informasi adalah suatu kajian mengenai

pencetus, pemakai, penggunaan, karakteristik, dan distribusi rekaman gratis. Ilmu

informasi adalah kajian mengenai pencetus, pemakai, pengguna , karakteristik,

dan distribusi rekaman gratis. Konsep ilmu informasi ini berdasarkan Anggaran

Dasar ASIS Sulistiyo Basuki: 1991,11 (dalam Wiji Suwarno 2010:15)

14
15

Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang berupa fakta, data dan pengetahuan yang telah dikomunikasikan

dan dapat dimanfaatkan oleh orang yang menerimanya dan bernilai guna bagi

orang yang membutuhkannya.Dalam bidang ilmu informasi, informasi dan

kebutuhan informasi juga dikaji sedemikian rupa untuk menghasilkan hasil yang

lebih baik akan kebutuhan informasi manusia, agar bisa dihadirkan suatu layanan

yang memenuhi kebutuhan informasi. Istilah ini dekenal dengan istilah kajian

pemakai.

Didalam kajian ini para ahli mengenal istilah information

behavior(perilaku informasi). Istilah ini merupakan keseluruhan perilaku

manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku

pencarian dan pengguna informasi.Wilson 2000 (dalam Pawit M Yusup

2010:100) Kajian perilaku ini ditujukan untuk menganalisa unsur-unsur dan

hubungan perilaku manusia yang dapat membantu kita untuk memahami tingkah

laku manusia.

2. Sumber Informasi

Sumber informasi dapat diperoleh dalam dokomen dan non-dokumen.

Sumber informasi yang berupa dokumen dapat berbentu buku, jurnal, majalah,

hasil-hasil penelitian. Sedangkan sumber informasi non dokumen adalah

manusia. yakni teman, pustakawan,pakar atau spesialis informasi seperti yang

dinyatakan oleh Setiarso (1997:5-6) bahwa sumber informasi juga terdapat pada:
16

a. Manusia: manusia sebagai sumber informasi dapat kita hubungi baik

secara lisan maupun tulisan. Yang lazim digunakan untuk kontak

langsung dengan sumber ini ialah pertemuan dalam bentuk ceramah,

panel diskusi, konferensi, lokalkarya, seminar dan lain-lain.

b. Organisasi: Badan atau lembaga penelitian baik milik pemerintah maupun

suwasta yang bergerak dalam bidang sejenis merupakan sumber

informasi penting termasuk industri dan himpunan profesi. Mereka

memiliki kemampuan karena mempunyai fasilitas berupa tenaga peneliti,

peralatan atau laboraturium, perpustakaan dan jasa informasi yang

tersedia.

c. Literatur: Literatur atau publikasi dalam bentuk terbaca maupun mikro

merupakan sumber informasi atau publikasi dalam bentuk terbaca

maupun mikro merupakan sumber informasi yang cukup majemuk.

Literature dapat dikelompokan menjadi:

• Literatur primer: bentuk dokumen yang memuat karangan yang

lengkap dan asli. Jenisnya berupa makalah, koleksi karya ilmiah,

buku pedoman, buku teks, publikasi resmi, berkala, dan lain-lain.

• Literatur sekunder: disebut juga sebagai sarana dalam penemuan

abstrak, tinjauan literature, catalog induk, dan lain-lain.

Sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi. Sumber

informasi yang beraneka ragam bentuk ataupun wadahnya, perlu diatur atau
17

ditata dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan.

Informasi yang kita temukan sehari-hari bersumber darimana saja dan sumber

informasi tersebut adakalanya tidak memiliki tingkat relevansi yang tinggi.

B. Perilaku Pencarian Informasi

Perilaku informasi merupakan pola laku manusia terkait dengan

keterlibatan informasi, sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan,

memperlakukan, mencari dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran

sumber dan media penyimpan Putu Laxman Pendit (2003) yang mengulas

pendapat TD Wilson (2000) (dalam Pawit M Yusup 2010 : 100) menyusun

beberapa batasan tentang perilaku informasi dan aspek-aspek aksesorisnya.

Beberapa batasan di maksud sebagai berikut: perilaku infomasi (informasi

behavior), perilaku penemuan informasi (informasi seeking behavior), perilaku

pencarian informasi (informasi Searching behavior), dan perilaku penggunaan

informasi (informasi user behavior).

a. Perilaku informasi (informasi behavior)

Merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber

dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan

informasi baik scara aktif maupun secara pasif. Menontoan TV dapat

dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunkasi antar muka.

b. Perilaku penemuan informasi ( informasi seeking behavior)

Merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan sebagai

akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.


18

Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi

hastawi (surat kabar, sebuah perpustakaan) atau berbasis-komputer

(misalnya WWW).

c. Perilaku pencarian informasi ( informasi searcing behavior)

Merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang

ditunjukan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku

ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat

interaksi dengan komputer ( misalnya pengguna mouse atau tindakan meng-

klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya

pengunaan strategi bollenan atau keputusan memilih buku yang paling

relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan ).

d. Perilaku penggunaan informasi ( informasi user behavior)

Terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan

seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukan

dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya. (Putu Laxman

Pendit 2003:29-30.)

Wilson (2000:46) mengartikan perilaku (behavior) sebagai:

1. Tingkah laku yang ditimbulkan dari seseorang

2. Segala sesuatu yang dilakukan oleh benda hidup yang meliputi tindakan

dan respon terhadap stimulant.

3. Rospon seseorang, sekelompok orang atau spesies dari lingkungannya.


19

Perilaku pencarian informasi adalah upaya yang dilakukan oleh

seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku pencarian informasi

merupakan tindakan mecari informasi. Baik dari segi tingkat kebutuhan yang

berbeda maupun dari kemampuan pengguna. Perilaku pencarian informasi

berhubungan erat dengan kebutuhan informasi. Wilson Juga menjelaskan

bahawa perilaku pencarian informasi adalah perilaku pencarian inrformasi

(informasi searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem,

baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau

tindakan meng-klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental

(misalnya penggunaan strategi Bollean atau keputusan memilih buku yang

paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan).

Wilson (2000) menyatakan bahwa perilaku pencarian informasi tidak

hanya ditimbulkan oleh hal-hal yang bersifat kongitif atau berhubungan

dengan pemecahan persoalan (pengambilan keputusan), tetapi kebutuhan

seseorang untuk menjaga status yang dapat dipuaskan dengan perasaan miliki

lebih banyak pengetahuan tentang suatu topik dari bawahnya, jika akan

menimbulkan perilaku pencarian informasi. Namun pendapat Buckland

(1988) menyatakan bahwa perilaku informasi baru timbul, pada saat

kebutuhan informasi seseorang telah diekspresikan dalam bentuk permintaan.


20

Perilaku pencarian informasi terjadi karena adanya kebutuhan

informasi yang dirasakan seseorang. Kebutuhan tersebut bisa disebabkan oleh

desakan diri yaitu untuk mewujudkan kepuasan dirinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pencarian informasi adalah pencarian informasi, keadaan /

masalah informasi, bidang pengetanuan, sistem penelusuran dan hasil yang

didapat. Perilaku pencarian informasi yang akan diteliti lebih ditekankan pada

persepsi responden memenuhi kebutuhan informasinya serta alasan pemilihan

sumber-sumber informasi yang dipergunakan.

C. Model Perilaku Pencarian Informasi

Behavioral model of informasion seeking strategies yang diperkenalkan

David pada tahun 1987 dari hasil analisis pola-pola pencarian informasi

dikalangan peneliti bidang ilmu-ilmu sosial. Hasil penelitian ini merupakan pola

pencarian informasi yang terdiri dari enam tahap yaitu: starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring dan extracting. Dalam model perilaku

pencarian informasi David Ellis 1997 (dalam Pawit M Yusuf 2010:105) juga

menjelaskan bahwa perilaku pencarian informasi adalah salah satu dari beberapa

jenis model perilaku pencarian informasi dan analisis mikro pencarian informasi

secara keseluruhan. Ellis mengembangkan teori ini dengan mengadakan

penelitian kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh objeknya, seperti mencari

bacaan, meneliti di laboratorium, menulis makalah, mengajar dan sebagainya

secara umum, Ellis (1989 dalam Wilson 1999) menjelaskan bahwa perilaku

penemuan informasi terdiri dari beberapa butir (ciri) yaitu:


21

1. Starting, “ the initial searc for information in which potentially relevan

sources are identified.”.

Merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan

sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan yang biasanya

dilakukan seseorang pengguan informasi saat pertama kali mencari tahu

tentang suatu bahasan tertentu. Contohnya: melakukan overview terhadap

literature-literatur yang ada dalam suatu bidang baru atau mencari tahu

orang-orang ahli dalam suatu bidang tertentu.

2. Chaining,”following (backwards to forward) chains of citations or orther

type of connections among materials”.

Artinya kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-

bentuk perujukan antar dokumen lainya. Mengikuti rangkaian kutipan-

kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar bahan

informasi (literatur). Misalnya dengan menelusur daftar pustaka yang ada

pada sebuah literatur guna mendapatkan sumber informasi yang lain yang

membahas informasi yang sama.

3. Browsing, “semi-directed search in areas of potential interest, such as

scanning tables of contents indeces,and subject heading”.

Artinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah, di

wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk


22

dalm kegiatan kelompok ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal

atau menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

4. Differentiating,” assessing and filtering sources by examining, differences in

nature and quality’’.

Pemilihan menggunakan ciri-ciri dalam sumber informasi sebagai

patokan untuk memeriksa kualitas isi/ informasi. Kegiatan memilah dan

memilih bahan sumber informasi berdasarkan derajat kepentingan dan

ketetapan serta relebansinya dengan kebutuhan informasi, sehingga terpilih

bahan sumber informasi yang penting tepat dan palaing relevan.

5. Monitoring, “maintaining awareness of developments in a given subject

area by regular checking or key sources”.

Artinya yaitu kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

bersikenambungan atau dengan tetap dengan bertukar informasi dengan

rekan sejawat dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar

dalam bidang tertentu.

6. Extracting,“systematic examination of a particular source to extract

material of interest”.
23

Artinya secara sestematis menggali di suatu sumber untuk

mengambil materi/ informasi yang dianggap penting. Mengidentifkasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Ellis menyatakan bahwa enam butir di atas saling berkaitan untuk

membentuk aneka pola pencarian informasi, dan seringkali bukan merupakan

tahapan-tahapan yang teratur.

Starting

Extracting Chaining

Monitoring Browsing

Differentiating

Gambar 2: Perilaku Pencarian Informasi David Ellis (dalam Widyana, 2011).

Kemudian pada tahun 1993 model ini dikembangkan Ellis bersama

dengan Cox dan hasil penelitian bidang fisika dan kimia sehingga menghasilkan

delapan tahapan pencarian infomasi yang terdiri dari starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Berikut

ini kedelapan model pencarian informasi (Ellis,Cox dan Hall. 1993:359-365)


24

1. Starting

Starting merupakan titik awal pencarian informasi atau pengenalan

awal terhadap rujukan. Seringkali informasi ditemukan pada saat starting

merupakan topik penelitian yang dapat dikembangkan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut. Pada saat starting digunakan penelusuran sebagai

berikut:

a. Rujukan awal (starter references)

Rujukan awal merupakan titik awal untuk mendapatkan bahan rujukan

selanjutnya. Biasanya didapatkan dari atasan, teman sejawat atau dari

kumpulan catatan yang dibuat sendiri mengenai rujukan yang berhubungan

dengan topik yang diamati.

b. Tinjauan atau synopsis artikel (preview or synoptic articles)

Priview atau ulasan artikel digunakan tidak hanya sebagai sumber

rujukan menuju bahan primer tetapi juga sebagai kerangka untuk dapat

memahami isi dari bahan rujukan

c. Sumber sekunder (secondry resources)

Sumber sekunder seperti abstrak, indeks dan catalog subjek digunakan

untuk mencari informasi dalam rangka memilih topik penelitian yang

diamati oleh peneliti.

2. Chaining

Chaining diidentifikasikan sebagai hal yang penting pada pola

pencarian informasi. Kegiatan ini ditandai dengan mengikuti mata rantai


25

atau mengaitkan daftar literature yang ada rujukan inti. Chaining dapat dua

cara yaitu:

a. Backward chaining

Merupakan cara tradisonal yakni mengikuti daftar pustaka yang ada

pada rujukan inti, sehingga rujukan selanjutnya merupakan rujukan-rujukan

yang pernah disitir pada rujukan inti. Dengan melakukan cara mengaitkan ke

belakang, akan dihasilkan efek bola salju, sehingga hanya dengan

menggunakan satu rujukan inti saja akan didapatkan beberapa rujukan lain

yang tidak akan berbeda jauh dengan masalah yang dibahas pada rujukan

inti.

b. Forward chaining

Mencari rujukan lain berdasarkan subjek atau nama pengarang dari

rujukan inti yang telah ada dengan mengaitakan ke depan. Cara lain

dilakukan dengan menggunakan sarana bibliografi.

Ciri-ciri chaining adalah:

a. Mencari bahan rujukan berdasarkan daftar literature yang tertera pada

rujukan inti

b. Mencari bahan rujukan di luar daftar rujukan inti, akan tetapi tetap

berpedoman pada subjek atau pengarang yang ada pada rujkan inti.

3. Browsing

Merupakan tahap kegiatan yang ditandai dengan kegiatan pencarian

informasi dengan cara penelusuran semi terstuktur karena telah mengarah


26

pada bidang yang diamati. Kegiatan pada tahap ini efektif untuk mengetahui

tempat-tempat yang menjadi sasaran potensial ditelusuri. Browsingdapat

dilakukan dengan berbagai cara antara lain: melalui abstrak hasil penelitian,

daftar isi jurnal, jajaran buku, bahkan juga buku-buku yang dipajang pada

pemeran atau seminar.

4. Differentianting

Merupakan kegiatan membedakan sumber informasi untuk

menyaring informasi berdasarkan sifat kualitas rujukan. kriteria untuk

memilih rujukan yang akan digunakan adalah:

a. Topik

b. Pendekatan yang digunakan

c. Kualitas atau jenis perlakuan

Identifikasi sumber-sumber informasi terutama ditekankan pada

subjek-subjek yang dipilih dan selanjutnya akan mengabil bahan-bahan dan

topik yang diminati.

5. Monitoring

Merupakan kegiatan yang ditandai kegiatan memantau

perkembangan yang terjadi terutama dalam bidang yang diminati dengan

cara mengikuti sumber secara terataur. Monitoring dapat dilakukan dengan

cara yaitu:

a. Melaluai hubungan formal (informal contact)


27

Digunakan sebagai pra seleksi sumber dan bahan yang akan digunakan. Cara

ini merupakan ajang untuk bertukar informasi, baik dengan sejawat maupun

pakar bidang tertentu.

b. Membaca jurnal (monitoring journal)

Biasanya monitoring dilakukan terhadap sumber inti dalam jumlah

kecil tetapi telah terseleksi dan diikuti secara seksama. Misalnya beberapa

judul majalah yang dipilih sesuai dengan bidang yang diminati, diikuti

perkembangan setiap terbit, minimal dari judul-judulnya saja seperti pada

current content.

c. Monitoring Katalog (monitoring material published in book form)

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melihat daftar terbitan secara

berkala, preview atau bibliografi berkelanjutan dan melakukan akses berkala

ke perpustakaan.

6. Extracting

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terutama di perlukan pada

saat harus membuat tinjauan literature, sumber informasi yang digunakan

pada extracting ini adalah jurnal terutama jurnal-jurnal yang sudah standar,

catalog penerbit, bibliografi subjek, abstrak dan indeks.

7. Verifying

Ditandai dengan kegiatan pengecekan atau penilaina apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diingikan.

Sebagai pebandingan peneliti bidang ilmu sosial tidak melakukan tahapan


28

ini, berbeda dengan peneliti bidang fisika dan kimia yang melalui tahap ini

dengan melakukan pengujian untuk memastikan seandainya ada kesalahan-

kesalahan pada informasi yang diperoleh.

8. Ending

Tahap ending merupakan kategori perilaku yang tidak dijumpai pada

kajian Ellis (1987). Merupakan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian

Browsing

Starting Chaining Differentiating Extracting Verifying Ending

Monitoring

Gambar 2. Proses tahap perilaku pencarian informasi model dan dikomparasikan


dengan proses tahapan perilaku pencarian informasi model kuhlthau oleh Wilson
(1990). Sumber dari Natalya Godbold. (2006). Beyod informasi seeking: towards a
general model of information behavior information research, vol.11 No 4, july 2006
(dalam Siti Rozinah, 2012)

Dalam penelitan ini, model perilaku pencarian informasi yang digunakan

adalah model yang diuraikan oleh Ellis (1987) yang terdiri dari starting,

chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan

endingyang merupakan pola pencarian informasi peneliti ilmu-ilmu sosial.


29

D. Masyarakat Miskin

1. Pengertian Masyarakat Miskin

a. Masyarakat

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti yang seluas-

luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama

(KBBI). Masyarakat dapat pula diartikan sebagai semua kegiatan dalam

kehidupan bersama (Humonangan singgalingging, 2008:28). Masyarakat

dibentuk oleh indiviu-individu yang beradab dalam keadaan sadar.

Masyarakat mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas

masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup

bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau

dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup

bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok

manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Misalnya bangsa,

gologan dan sebagainya.

Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep Mayo, 1998:162

(dalam Edi Suharto 2010: 26) yaitu:

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama” yakni sebuah wilayah

geografi yang sama. Sebuah contoh, sebuah rukun tetangga,

perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah

pedesaan.
30

2. Masyarakat sebagai “ kepentingan bersama”, yakni kedamaian

kepentingan bersama pada masyarakat etis minoritas atau kepentingan

bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu sepertihalnya

pada kasus orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan kusus

(anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan

mental.

Defenisi masyarakat menurut Muthahhari (dalam Eko handoyo

2007:1) mengartiakan masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang

dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh

seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan tersatukan dan terlebur dalam

suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Yang dimaksud kehidupan

bersama adalah kehidupan yang didalamnya kelompok-kelompok

manusia hidup bersama-sama di suatu wilayah tertentu, terbagi iklim ,

berbagai identitas, berbagai kesenangan maupun kesediaan.

b. Miskin

Kata miski>n didalam al-Qur’an digandengkan dengan kata faqi>r

karenanya, dua istilah ini menjadi kajian khusus dalam melihat tolak ukur

miskin didalam al-Qur’an memakai beberapa kata dalam menggambarkan

kemiskinan, yaitu faqi>r, miski>n al sa>il, dan mahru>m. tetapi dua kata

yang pertama yang paling banyak disebut dalam al-Qur’an. Kata faqi>r

dijumpai dalam al-Qur’an sebanyak 12 kali dan kata miski>n disebut

sebanyak 25 kali. (Muhtadi Ridwan, 2012:31).


31

Tentang dua golongan ini para ahli berbeda pendapat, Abu Yusuf,

pengikut Abu Hanifah dan Ibnu Qasim, pengikut Imam Malik

mengatakan bahwa kedua golongan tersebut pada hakikatnya sama.

Sedangkan Yusuf Qardhawi memberikan perumpamaan bahwa kedua

kata tersebut seperti imam dan islam, kalau dukumpulkan terpisah, yakni

bila salah satu disebutkan sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai arti

buat kata yang sejajar. (Yusuf Qardhawi, 2002: 511)

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia miskin adalah tidak

berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).Sebagian

besar konsepsi mengenai kemiskinan sering diartikan dengan aspek

ekonomi, kemiskinan, sejatinya menyangkut pula dimensi material,

sosial, kultural, institusional dan sturktural ( Edi Suharto 2013: 15).

Dalam bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata sakana yang

berarti diam atau tenang, sedangkan kata masakin ialah bentuk jama’ dari

miskin yang menurut bahasa diambil dari kata sakana yang artinya

menjadi diam atau tidak bergerak karena lemah fisik atau sikap yang

sabar dan qana’h. ( Sidi Gazalba, 1985:134). Menurut al-fairuz abadi

dalam Al-Qamus “miskin” adalah orang yang tidak punya apa-apa atau

orang-orang yang sangat butuh pertolongan. Dan boleh dikatakan miskin

orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya.(Teungku Hasby

Ash-Shiddieqie, 2006:166) Dengan kata lain miskin adalah orang yang


32

hina karena fakir jadi miskin menurut bahasa adalah orang yang diam

dikarenakan fakir.

Sedangkan menurut Yasin Ibrahim sebagaimana yang

diungkapkan oleh M. Ridlwan Mas’ud dalam bukunya zakat dan

kemiskinan, instrument pemberdayaaan umat lebih luas lagi yaitu orang

yang tidak luas lagi yaitu orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Mereka kebalikan dari orang-orang kaya yang mampu

memenuhi apa yang diperlukan.(Muh. Ridwan Mas’ud,

2005:55)Sementara itu para ulama baik sahabat atau tabi’in berbeda

pendapat dan menafsirkan lafadh al-masakin dalam surat at-Taubah ayat

60:







Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
33

Kata miskin pada ayat di atas diartikan sebagai orang yang

mempunyai sesuatu tetapi kurang dari nisab, tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan mereka atau orang-orang yang memiliki harta tetapi

tidak mempu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa ada

bantuan.Ibnu Abbas menyatakan lain kata al-masakin diartikan orang

yang keluar rumah untuk meminta-minta. 7 Hal serupa juga diingkapkan

oleh Mujahid lebih lanjut ia menyatakan bahwa al-masakin adalah orang

yang meminta. Ibnu Zaid dalam menafsirkan al-masakin diartikan orang-

orang yang meminta-minta pada orag lain. Sedangkan menurut Qatadah

al-masakin adalah orang yang sehat (orang yang tidak mempunyai

penyakit) yang membutuhkan.

Pada riwayat lain disebutkan bahwa Umar menyatakan “bukanlah

orang miskin yang tidak mempunyai harta sama sekali, tetapi orang yang

buruk raganya” sementara ikramah menyatakan orang-orang ahli

kitab.Pengertian miskin sering disampaikan dengan fikir penjelasannya

adalah bahwa mengenai pengertian fakir dan miskin terdapat perbedaan

pendapat, yaitu sebagai berikut:Menurut Madzhab Hanafi, orang fakir

adalah yang memiliki usaha namun tidak mencukupi untuk keperluan

sehari-hari. Sedangkan orang miskin tidak memiliki tidak memiliki

matapencarian untuk mencukupi keperluan sehari-hari. Jadi keadaan

orang fakir masih lebih baik daripada orang miskin.Pendapat ini diperkuat

oleh Firman Allah dalam surat al-Balad ayat 16


34

:

Artinya: atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

1) Imam Abu Hanafiah memberi pengertian miskin adalah mereka yang benar-

benar miskin dan tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Imam Malik mengatakan bahwa fakir adalah orang yang mempunyai harta

yang jumlahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam

masa satu tahun.Imam asy-Syafi’i mengatakan bahwa fakir adalah orang yang

tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta dan usaha tetapi

kurang dari setengah kebutuhan hidupnya dan tidak ada orang yang

berkewajiban menggunakan biaya hidupnya.Imam Ahmad bin Hanbal

mengatakan bahwa fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau

mempunyai harta tetapi kurang dari setengah keperluannya. Sebagaimana kata

fakir, kata miskin pun mengalami pengertian yang bermacam-macam.Imam

Abu Hanafiah dan Imam Malik mengatakan bahwa orang miskin adalah orang

yang memiliki harta setangah dari kebutuhan hidupnya atau lebih tetapi

mencukupi. Ahli fikih sudah sama-sama mengadakan studi yang cukup

mendalam mengenai masala ini. Mereka sudah sepakat bahwa perbedaan

dalam hal ini tidak ada gunanya dalam arti zakat. Hal ini sebagai mana firman

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 273:


35





 

Artinaya:
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.

2) Ibnu Al-Arabi berpendapat sama saja antara fakir dan miskin yaitu orang

yang tidak mempunyai apa-apa. Abu Yusuf pengikut Abu Hanafiah dan Ibnu

Qasim pengikut Maliki juga berpendapat demikian.(M.Ali Hasan, 2006:95-

96).

Sementara itu Masdar F. Mas’udi mengatakan bahwa miskin menunjukan

pada orang yang secara ekonomi lebih beruntung daripada si fakir. Tetapi ia

tergolong orang-orang yang masih tetap kerepotan dalam memenuhi

kebutuhan hidup kesehariannya. (Masdar F. Mas’udi, 2005:115)


36

Dalam pengertian lain kemiskinan adalah salah satu bentuk ketidak

sejahteraan. Dalam al-Qur;an terdapat ayat-ayat yang menyebut tentang

kemiskinan dan petunjuk-petunjuk untuk mengatasinya. Namun dalam al-

Qur’an menyebutkan setiap orang yang memerlukan sesuatu sebagai fakir

atau msikin dan harus dibantu. Oleh karenaitu pengertian miskin tergantung

kepada ijtihad manusia yang selalu berubah dari masa ke masa, karena

ukuran-ukuran yang dipergunakan untuk merumuskan suatu makna yang

abstrak (seperti kemiskinan) selalu berubah-rubah.

c. Masyarakat Miskin

Untuk mengukur kemiskinanBPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Dengan

pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

yang diukur dari sisi pengetahuan. Jadi masyarakat miskin adalah

masyarakat yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di

bawah garis kemiskinan.

1) Kriteria Masyarakat Miskin

Kementerian Sosial Republik Indonesia menetapkan kriteria

dan pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu. Berdasarkan

keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor146/HUK/2013.

Fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister berasal dari

Rumah Tangga yang memiliki kriteria:


37

a) Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber


mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
b) Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk
memenuhi konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
c) Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga
medis, kecuali puskesmas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
d) Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai
jenjang SLTP
e) Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok
dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang
sudah usang/ berlumut atau tembok tidak diplaster.
f) Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk
setiap anggota rumah tangga.
g) Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
h) Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan
kondisi tidak baik/ kualitas rendah
i) Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik
atau listrik tanpa meteran.
j) Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2/ orang dan
k) Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ linnya.

Kriteria pengukuran kemiskinan menurut BKKBN. Pada awal

pemerintahan Orde Baru, data yang dipakai pemerintah, termasuk data

keluarga, terpencar dimasing-masing departemen sesuai dengan

kepentingannya. Sistem dan prosedurnya pun berbeda-beda antara satu

departemen dan departemen lainya sehingga sulit untuk digabungkan

menjadi data nasional.

Kemudian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

secara khusus mencatat dan melakukan pemantauan keluarga di


38

Indonesia dan hasilnya di kumpulkan dalam suatu pangkalan data yang

bersifat nasional. Sistem pendataan ini dilakukan secara konsisten

dengan pelaporan bulanan dari pusat kesehatan masyarakat

(puskesmas) kepada BKKN pusat, antara lain, tentang data jumlah

penguna konstrapepsi. Pada 1985 BKKBN mengembangkan sistem

pendataanya dan melakukan penggunaan kontrasepsi. Pada 1985

BKKBN mengembangkan sistem pendataannya dan melakukan survey

perencanaan keluarga nasional. Pada 1994 BKKBN menambah dua

bagia dalam surveinya, yaitu ukuran kesejahteraan keluarga dan

karakteristik demografi keluarga. Bagian kesejahteraan keluarga

digunakan untuk penargetan keluarga miskin yang dibagi dalam lima

kategori kesejahteraan, yaitu keluarga prasejahtera (Pra-KS), keluarga

sejahtera 1(K51), krluarga sejahtera 2(KS2), keluarga sejahtera 3

(KS3), dan keluarga sejahtera 3 plus (KS3 Plus).

Dalam penentuan kesejahteraan keluarga, BKKBN 23 indikator

yaitu:

a) Angota keluarga belum melaksanakan ibadah menurut agamanya


b) Seluruh anggota keluarga tidak dapat makan minimal dua kali
sehari
c) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk
di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
d) Bagian terluas dari lantai rumah adalah tanah.
e) Bila anak sakit, tidak dibawa ke sarana kesehatan
f) Angggota keluarga tidak melaksanakan ibadah agamanya secara
teratur
39

g) Keluarga tidak makan daging/ikan/telur minimal sekali


seminggu
h) Setiap anggota keluarga tidak memperoleh satu stel pakian baru
dalam setahun
i) Tidak terpenuhinya luas lantai luas rumah minimal delapan
meter pesegi per penghuni
j) Ada anggota keluarga yang sakit dalam tiga bulan terakhir.
k) Tidak ada anggota keluarga berumur 15 tahun keatas yang
berpenghasilan tetap
l) Ada anggota keluarga berumur 10-60 tahun ke atas yang tidak
bisa baca tulis
m) Ada anak berumur 5-15 tahun yang tidak bersekolah
n) Jika keluarga telah memiliki dua anak atau lebih, tidak memakai
kontrasepsi
o) Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan agamanya
p) Sebagian penghasilan keluarga ditabung
q) Keluarga minimal dapat makan bersama sekali dalam sehari dan
saling berkomunikasi
r) Keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
s) Keluarga melakukan rekrasi di luar rumah minimal sekali
sebulan
t) Anggota keluarga dapat mengunkan fasilitas transportasi lokal
u) Keluarga berkontribusi secara teratur dalam aktivitas sosial dan
v) Minimal satu anggota keluarga aktif dalam pengelolaan lembaga
lokal.

Data BKKBN ini telah digunakan dengan baik oleh pemerintah

maupun lembaga swasta untuk penargetan program seperti program

Takesra/kukesra, dan GN-OTA. Bahkan pada saat krisis ekonomi

1997/1998 data BKKBN digunakan untuk penargetan program-program

JPS, misalnya, program Operasi Pasar Khusus Beras oleh Badan Urusan

Logistik (Bulog).
40

UU No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskinPendataan

fakir miskin pasal 8,9,10 dan 11 antara lain :

• Pendataan fakir miskin pasal 8 yaitu:

a) Menteri menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk


melaksanakan penanganan fakir miskin
b) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
MENTERI berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga
terkait
c) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kegiatan statistik untuk melakukan pendataan
d) MENTERI melakukan verifikasi terhadap hasil pendataan yang
dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kegiatan statistik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3)
e) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
sekali
f) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) di
kecualikan apabila terjadi situasi dan kondisi tertentu yang baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
seseorang menjadi fakir miskin
g) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan oleh potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang
ada di kecamatan, kelurahan atau desa
h) Hasil verfikasi dan validasi sebagaimana dimaksud ayat (7)
dilaporkan kepada Bupati/Walikota
i) Bupati/ Walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada Gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
41

• Pasal 9

a) Seseorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif


mendaftarkan diri kepada lurah atau kepala desa atau nama lain
yang sejenis di tampat tinggalnya.
b) Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib
melaporkan setiap perubahan data anggota keluarganya kepada
lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat
tinggalnya.
c) Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib
menyampaikan pendaftaran atau perubahan sebagimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) kepada bupati/walikota melalui camat
d) Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
e) Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi
dan validasi terhadap pendaftaran dan perubahan sebagaimana di
maksud pada ayat (3)

• Pasal 10

a) Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi


informasi dan dijadikan sebagai data terpadu
b) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab Menteri
c) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dipergunakan oleh kementerian/ lembaga terkait dalam
penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh
masyarakat sesuai dengan ketetuntuan peraturan perundang-
undangan.
d) Kementerian/lemabaga yang menggunakan data terpada untuk
menangani fakir miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melaporkan hasil pelaksanaanya kepada Menteri
e) Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai
fakir miskin diberkian kartu indentitas.
f) Kementerian lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan
penerbitan kartu identitas diatur dengan peraturan menteri.
42

• Penetapan pasal 11

a) Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi yang


disampaikan kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal
8 ayat (9) dan pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri.
b) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan
bantuan dan/atau pemberdayaan.
c) Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang
sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan
oleh Menteri.

2) Klasifikasi Masyarakat Miskin

Kemiskinan berkaitan erat dengan sumber daya manusia

kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak berkualitas,

begitu pula sebaliknya. Penggolongan kemiskinan didasarkan pada

suatu standar tertentu, yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan

orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan kriteria ini paling

tidak ada tiga macam konsep kemiskinan, yaitu: kemiskinan absolute,

kemiskinan relative, dan kemiskinan subyektif.

Kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran

tertentu. lazimnya berorientasi pada kehidupan dasar anggota

masyarakat (sandang, pangan, papan). Masing-masing negara

mempunyai batasan kemiskinan absolute yang berbeda-beda sebab

kehidupan masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang


43

berlainan. Karena ukurannya dipastikan, konsep kemiskinan ini

mengenal garis batas kemiskinan. Pernah ada gagasan yang ingin

memasukkan pula kebutuhan dasar seperti: pendidikan, keamanan, dan

sebagainya, disamping kebutuhan fisik (Usman 2012:12).

Kemudian kemiskinan felative dirumuskan berdasarkan the idea

of relative setandard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan

waktu. Dasar pemikirannya adalah kemiskinan berbeda antara suatu

wilayah dengan wilayah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu

berbeda dengan waktu yang lainnya. Konsep kemiskinan semacam ini

lazimnya diukur dengan berdasarkan pertimbangan anggota masyarakat

tertentu, dengan berorientasi pada standar kelayakan hidup (Usman

2012:126).

Kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan

kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed

yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard.

Kelompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan,

boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin demikian pula

sebaliknya. Konsep kemiskinan semacam ini dianggap lebih tepat

apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan

cara atau strategi yang ekfektif untuk penanggulangannya. Perspektif

kultural merumuskan masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis:

individual, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individual kemiskinan


44

ditandai dengan sifat yang lazim disebut dengan a strong feeling or

marginality seperti: sikap parochial, apatisme, fatalism atau pasrah pada

nasib, boros, tergantung dan inferior (Usman 2012:128).

2. Ukuran-ukuran kemiskinan

Kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

melibatkan faktor ekonomi tetapi juga sosial, budaya dan politik. Untuk itu

tidaklah mengherankan apabila kesulitan akan timbul ketika fenomena

kemiskinan diobyektifkan dalam bentuk angka-angka. Dengan kata lain.

Tidak mudah untuk menentukan berapa rupiah pendapatan yang harus

dimiliki oleh setiap orang agar terhindar dari batas kemiskinan. Menurut

kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) dalam penanggulangan kemiskinan

absolute yaitu dengan menghitung pengeluaran rumah tangga untuk kosumsi

berdasarkan data Survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) ditetapkan

batas garis kemiskinan absolut adalah setara dengan tingkat pendapatan yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 2.100 kalori per orang plus

beberapa kebutuhan non-makanan lain, seperti: sandang, papan, dan lain-

lain. (Mas’oed Mochtar 1994:137).

3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan

Dimensi-dimensi yang terkait dalam kemiskinan. Pertama,

kemiskinan berdimensi ekonomi atau material, yaitu, papan, pangan,

sandang, perumahan, kesehatan dan lain-lain. Dimensi ini dapat diukur

dengan rupiah meskipun harganya akan selalu berubah-rubah setiap


45

tahunnya tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri. Kedua,

kemiskinan berdimensi sosial dan budayaseperti rendahnya pendidikan atau

adanya hambatan budaya misalnya, malas, mudah menyerah pada nasib dan

kurang memiliki etos kerja. Ketiga, kemiskinan berdimensi strukrtural atau

politis seperti kemiskinan yang terjadi disebabkan ketidakmerataan terhadap

sumberdaya karena struktrur dan peran seseorang dalam

masyarakat.Dimensi-dimensi kemiskinan pada hakikatnya merupakan

gambaran bahwa kemiskinan bukan hanya dalam artian ekonomi, tetapi

memperhatikan prioritas, sejalan dengan pembangunan nasional, bahwa

yang dikejar tidak semata-mata perubahan ekonomi melainkan juga

pembangunan kualitas manusia seutuhnya (Heru Nugroho 1995:26-31)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan dalam bab ini antara lain tentang tempat penelitian, jenis dan

motode penelitian, sumber data (data primer data sekunder), teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

A. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan lokasi yang dijadikan peneliti untuk

mendapatkan data dan fakta dalam memenuhi kebutuhan peneliti. Penelitian

yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin ini berlokasi di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

B. Jenis Dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian studi kasus yang

menggunakan Kualitatif Deskriptif, Menurut Sugiyono (2010:9) penelitian

kualitatif deskrptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. Sementara itu Nawawi dan Martini (1994:73)

mendefinisikan metode deskrptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan

46
47

objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan

kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Penelitian kualitatif

deskrptif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya

sesuai dengan pertanyaan penelitinya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata

apa yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperan, dan

bertindak).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:80), “populasi adalah wilayah generalisasi

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu. Ditetapkan oleh para peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua petugas Dinas

Sosial Kabupaten Solok Selatan yang berjumlah 25 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:81) “ sampel adalah sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan untuk

menetapkan jumlah sampel menurut Arikunto (2008:116) “ penentuan

pengambilan sampel sebagai berikut: apabila kurang dari 100 lebih baik

diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika


48

jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung

sedikit banyaknya dari:

a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,tenaga dan dana

b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal

ini menyangkut banyak sedikitnya dana

c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk

penelitian yang resikonya besar hasilnya akan lebih baik.

Informan dipilih berdasarkan teknik Purposive sampling dengan

menemukan informan kunci, dimana Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,

atau mungkin dia sebagai ahli kunci dari permasalahan yang kita kemukakan

sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Teknik Purposive sampling digunakan karena anggota sampel dipilih secara

khusus berdasarkan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 3 orang, 1 orang

pegawai Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten

Solok Selatan, yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala

seksi dan 1 orang pegawai dari staf Dinas Sosial bidang Sosial. Penulis

menjadikan Kabid Sosial sebagai orang yang paling tahu tentang persoalan yang

penulis kemukakan, sementara 2 informan yang lainya adalah kepala Seksi dan
49

pegawai/staf yang sudah lama menjabat dan berpengalaman tentang penelitian

ini.

D. Sumber Data

1. Primer

Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

primernya adalah kepala Seksi dan staf/petugas bidang Sosial Dinas Sosial,

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan yaitu

petugas yang bertugas melayani masyarakat miskin.

2. Skunder

Data sekunder adalah sumber yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber sekundernya

adalah kabid Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan.

E. Teknik Dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memenuhi

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini antara lain:


50

a. Observasi

Nasution, (dalam Sugiyono, 2012:226) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai

alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan

electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi

dengan jelas. Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono 2012:226) mengklasifikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),

observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (observation and covert

observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau

tersamar, karena peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyatakan

secara terus terang bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga objek

yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktifitas peneliti.

b. Wawancara

Sugiyono (2009:317) mengemukakan bahwa wawancara adalah

pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara. Wawancara


51

terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpul data, bila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul

data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara

terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul

data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data

dapat menggunakan pewawancara mempunyai keterampilan yang sama.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007), mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas

tersebut adalah reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

dan conclusion drawing/verificatioan Sugiyono (2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah analisis data yang dilaukan dengan memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Data yang diperoleh di dalam lapangan ditulis/diketik dalam

bentuk uraian atau laporan yang terperinci, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.
52

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian

data dimana penyajiannya dilakukan dalam bentuk uraina singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman

(dalam Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang

bersifat naratif.

3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification)

Langkah selanjutnya menurut Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono 2009:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnaya.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa data hasil

pengamatan dan data hasil wawancara. Data pengamatan didapat terutama

dari interaksi-interaksi antara penulis dengan informan.

Data wawancara dalam penelitian ini merupakan data utama yang

menjadi bahan utama dalam analisis untuk menjawab masalah peneliti,

wawancara dilakukan dengan wawancara terstruktur, dengan harapan

eksplorasi yang bebas, bisa menggali sebanyak mungkin informasi yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang dihasilkan dari

wawancara langsung diolah setiap kali wawancara, hasil wawancara


53

langsung dibuat rangkumannya, dan pertanyaan-pertanyaan inti dicatat

dalam reduksi transkrip wawancara. Untuk melengkapi data ini juga di

ajukan beberapa kali pertanyaan kepada informan di luar wawancara

informal, ini dilakukan untuk melengkapi apa yang sebelumnya

diwawancara kurang tereksplorasi dengan baik, dengan bagian penafsiran

data dapat dilakukan dengan baik.

Setelah semua infomasi dari hasil wawancara diperoleh, dilakukan

penafsiran data secara keseluruhan yang akan disajikan pada BAB IV.

Untuk menafsirkan perilaku pencarian informasi, penulis menggunakan

Model Perilaku Pencarian Informasi Ilmuan Sosial menurut David Ellis.

G. Waktu Penelitian

Agar penelitian ini memperoleh informasi dan data yang lengkap serta

untuk verifikasi maka penulis membutuhkan waktu 1 bulan, 19 Mei sampai 19

Juni di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan.
BAB IV
PEBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan

Bagian ini membahas semua tema yang diperoleh di lapangan tentang:

Gambaran umum Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, profil informan, Perilaku pencarian informasi petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dan

hambatan dalam pencarian informasi petugas Dinas Sosial.

A. Gambaran Umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan merupakan lembaga instansi pemerintah yang beralamat di Jln.

Poros Dua Kantor Bupati Timbulun Atas, Telp/Fax (0755) 7575155, Email:

Solsel. Satkerp3md @gmail.com. Kantor Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan .

1. Letak Geografis Kabupaten Solok Selatan

Kabupaten Solok Selatan berada pada jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang termasuk dalam daerah Patahan Semangka. Dengan luas

wilayah lebih kurang dari 3.590 km². Bila dilihat peta maka Posisi

54
55

kabupaten Solok Selatan tepat berada di bagian selatan Provinsi Sumatera

Barat dengan batas-batas wilayah di sekitarnya antara lain:

• Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Solok.

• Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Kerinci (Provinsi

Jambi).

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.

• Sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Dharmasraya

Ibu kota Kabupaten Solok Selatan adalah Padang Aro. Jarak antara

Padang Aro dengan Kota Padang adalah 166 Km. Secara administratif, sejak

tahun 2007 Kabupaten Solok Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu:

Sangir, Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, Sangir Batang Hari, Sungai Pagu,

Pauh Duo dan Koto Parik Gadang Diateh. Secara keseluruhan kabupaten ini

terdiri dari 39 nagari dan 215 jorong. Tiap kecamatan ini memiliki luas yang

bervariasi. Kecamatan terluas adalah kecamatan Sangir Batang Hari dengan

luas 752 km2 dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dengan luas 673 km2.

Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sangir Jujuan dengan luas 279 km2dan

Kecamatan Pauh Duo dengan luas 265 km2.

2. Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan

Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan di bidang Sosial diantarannya: Bidang Sosial,


56

Seksi Rehabilitas Sosial, Seksi perlindungan jamaina sosial dan Seksi

Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakair miskin.

a. Tugas-tugas Bidang Sosial

1) Bidang Sosial mempunyai tugas merumuskan kebijakan teknis,

penerimaan bimbingan teknis, melaksanakan program dan

pelayanan, serta pemantauan dan evaluasi dibidang Sosial

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Bidang Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyiapan rumusan kebijakan operasional di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan Sosial, jaminan Sosial,

pemberdayaan sosial dan penanggulangan fakir miskin

• Penyiapan bimbingan teknis dan supervise di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Rehabilitas

sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan

sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pelaksanaan tugas kedinasan yang diberikaan oleh pimpinan

sesuai bidang tugasnya.


57

b. Tugas-tugas Seksi Rehabilitas Sosial

1) Seksi Rehabilitas Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian

bimbingan teknis dan pemantauan serta evaluasi di bidang

Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Rehabilitas Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Rehabilitas Sosial mengacu

pada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Rehabilitas

Sosial

• Pengumpulan, pengelolaan dan evaluasi data di bidang

Rehabilitas Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Rehabilitas Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

c. Tugas Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

1) Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan penyusun dan pelaksanaan


58

kebijakan, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan serta di

bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial menyelenggarak

an fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Perlindungan dan Jaminan

Sosial mengacu paada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Perlindungan dan

Jaminan Sosial

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi data di bidang Perlindungan

dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

d. Tugas Seksi Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakir Miskin

1) Seksi Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan


59

pemantaua serta evaluasi di bidang Pemberdaayaan Sosial dan

Penanggulangan Fakir Miskin

2) Untuk melaksanaakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir

Miskin menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Pemberdayaan Sosial dan

Penanganan Fakir Miskin mengacu pada rencana kerja

Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Pemberdayaan

Sosial dan penanganan Fakir Miskin

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.


60

B. Profil informan

Informan merupakan objek utama dalam mendapatkan data. Untuk skripsi

ini peneliti mengambil 2 orang informan primer dan 1 orang informan sekunder.

Ketiga orang informan tersebut terdiri dari 2 pria dan 1 orang wanita, sekaligus

menjadi sampel dari jumlah total 25 orang pegawai Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan. 1 orang pegawai Dinas

Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan,

yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala seksi dan 1

orang pegawai dari staf.

Berikut profil masing-masing informan:

1. Nama : Diky Nanda Utama


NIP : 198211082005011006
Jabatan : Kabid Sosial
Lama Bekerja : 4 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Pakan Rabaa

2. Nama : Yulisman
NIP : 196501101989033010
Jabatan : Kasi
Lama Bekerja : 3 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Abai Sangir

3. Nama : Pepi Sutra Yani


NIP :-
Jabatan : Staf Bidang Sosial
Lama Bekerja : 10 tahun Pada Dinas Sosial
Alamat : Sungai Padi
61

C. Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang Masyarakat

Miskin di Kabupaten Solok Selatan

Dalam penelitian tentang perilaku pencarian informasi penulis

menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang terdiri dari 8

tahap yang dimulai dari tahap starting, chaining, browsing, differentiating,

monitoring, extracting, verifying, dan ending untuk menemukan informasi data

masyarakat miskin dan pengembangan atau publikasinya.

Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut:

1. Starting

Starting merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-

aktivitas yang memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang

dikategorikan sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan

yang biasanya dilakukan seseorang pengguna informasi saat pertama kali

mencari tahu tentang informasi.

Peneliti: Bagaimana upaya/langkah apa yang bapak/ibu lakukan untuk


mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “hal pertama yang kami lakukan untuk mendapatkan data


masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah kami mengacu kepada
BPS (Badan Pusat Statistik) yang di perbaharui dalam 1 kali dalam 5 tahun,
kewajiban kami adalah memverifikasi dan memvalidasi data tersebut minimal
1 kali dalam 1 tahun dan diharuskan 2 kali 1 tahun dan harus divalidasi setiap
tahunnya karena yang kita data masyarakat/ orang maka ia tidak statis atau
tidak tetap artinya akan naik akan turun setiap tahunnya akan berubah,
62

jangankan setiap tahun hitung bulan atau per 6 bulan bisa berubah, jadi harus
divalidasi data tersebut 2 kali dalam satu tahun”. (informan D)

“ berdasarkan Undang-undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan


Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin
berdasarkan kriteria orang fakir miskin dan tidak mampu berdasarkan basis
data terpadu kami mengacu data dari pendataan program BPS tahun 2011
yang berpedoman pada undang-undang No 8 tahun 2011 yang berdasarkan
peraturan Mentri Sosial No 8 tahun 2011 tentang pendata dan pengolahan data
penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS dan potensi kesejahteraan
sosial PSKS”. (informan P).

“ langkah awal yang kami lakukan untuk mendapatkan data kami mengacu
data pada data BPS yang di perbaharui 1 kali dalam 5 tahun. Berdasarkan
undang-undang No 11 tahun 2011 tentang kesejahteraan sosial dan undang-
undang No 13 tahun 2011 tentang fakir miskin”. (informan Y).

Informan menyatakan langkah pertama yang dilakukan oleh informan

adalah mengacu data masyarakat miskin dari BPS (Badan Pusat Statistik)

Kabupaten Solok Selatan berdasarkan undang-undang No 11 tentang

kesejahteraan Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang

penangana fakir miskin. Selama wawancara antara penulis dengan informan,

tampak jelas sekali oleh penulis bahwa informan begitu memahami betul

tentang apa yang digelutinya selama ini seperti halnya dalam pemaparan

informan terhadap data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Chaining

Chaining merupakan kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan

atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen lainya, mengikuti rangkaian

kutipan-kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar

bahan informasi (literature).


63

Peneliti: Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam


mengumpulkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “Sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan


Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), kita
di Solok Selatan ada namanya Tim Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan
Daerah, Kita juga bisa mengambil data dari Pak Jorong, Pak Wali dan Pihak
Kecamatan dalam rangka memvalidasi dan memverifikasi data BDT 2016”
(informan D)

“ sumber informasi yang kami dapat yaitu dari TKSK, TKSM, jorong, Wali
Nagari, kecamantan dari pedoman data BDT, STATISTIK, TP2K. yang akan
di data oleh TKSM dan TKSM karena merekalah yang akan mendata PMKS
dan PSKS” (informan P)

“sumber informasi dari berbagai sumber seperti dari BPJS, TKSK, TKSM,
TNP2K, jorong, walinagari, BDT, STATISTIK” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap Chaining ini Dinas Sosial

mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat miskin dari berbagai

sumber.

3. Browsing

Browsing atrinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah,

di wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal atau

menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

Peneliti: Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang yang bapak butuhkan
dalam pengumpulan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
64

Informan : “ Kita kalau di Dinas Sosial kita ada namanya TKSK (Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial
Masyarakat), TKSK ada di 7 kecamatan dan TKSM ada 39 Nagari dan
merekalah yang akan mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
bedasarkan PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial,
jadi TKSK dan TKSM yang akan mendata kerumah-rumah masyarakat’’
(informan D).

“ kami di Dinas sosial yang melakukan pendataan TKSK dan TKSM yang
intinya untuk melakukan pendataan merekalah yang akan mendata data
PMKS dan PSKS ini kami juga akan melakukan pendataan di bulan juli ini
setelah itu kami akan menvalidasi dengan mencocokan dengan data basis
terpadu dengan mengadakan koordinasi dengan Wali Nagari apakah data
masyarakat tersebut benar-benar miskin’’ (informan P)

“ ya seperti yang dikatakan pak Kabid dan buk pepi tadi kalau di Dinas Sosial
ini yang melakukan pendataan itu TKSK dan TKSM merekalah yang akan
mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ini mereka akan
mendata ke rumah-rumah masyarakat, TKSK dan TKSM tersebut yang akan
mendata masyarakat yang benar-benar tidak mampu” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap browsing ini yang mengumpulkan

data masyarakat miskin adalah TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat), yang

akan mendata ke rumah-rumah masyarakat miskin, berdasarkan

PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial.

4. Differentiating
Tahap differentiating merupakan tahap pemilihan menggunakan ciri-

ciri dalam sumber informasi sebagai patokan untuk memeriksa kualitas isi/

informasi. Kegiatan memilah dan memilih bahan sumber informasi


65

berdasarkan derajat kepentingan dan ketetapan serta relevansinya dengan

kebutuhan informasi, sehingga terpilih bahan sumber informasi yang paling

tepat dan paling relevan.

Peneliti: Apa yang Bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber informasi yang
paling relevan?

Informan: “

“ menjelang kita melakukan pendataan ini kita kan berkoordinasi dan


bersosialisasi dengan TKSK, TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK,
BAPEDA nya untuk mencocokan data-data berdasarkan kriteria orang miskin
kita masih mengacu pada kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional
yang akan dicocokan/diverifikasi benar tidaknya data tersebut” (informan D).

“ kita kan melakukan pendataan ini kita kan bersosialisasi dengan TKSK,
TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK, BAPEDA kita mencocokan
data-data, untuk kriteria fakir miskin kita belom bisa mengatakanya karena
kita berkordinasi dulu kita memakai kriteria nasional, kita mencocokan
dengan benar tidaknya data tersebut, data kami itu kita verifikasi dan
melakukan pengukuran dengan Wali Nagari antuk kecamatan dengan adanya
Wali Nagai, jorong, TKSM data tersebut dicocokan sesuai dengan hasil yang
dilapangan, setelah itu kita bisa menentukan orang itu miskin atu tidak
miskin” (informan P).

“ kita melakukan pendataan kita akan bersosialisasi dengan TKSK dengan


mengundang BPS, STATISTIK , BAPEDA yang akan mencocokan data-data
fakir mikin berdasarkan kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional”
(informan Y).

Tahap differentiating merupakan tahap penyeleksian dari berbagai

sumber yang telah di miliki, memilih sumber yang paling relevan dan tepat

untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan tema awal yang kita cari, seperti
66

yang dikatakan informan diatas bahwasanya informasi yang didapat

dimanfaatkan semua.

5. Monitoring

Monitoring artinya kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk dalam

kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

berkesinambungan atau dengan tetap bertukar informasi dengan rekan sejawat

dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar dalam bidang

tertentu.

Peneliti : Bagaimana bapak/ibu monitoring data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan?

Informan : “ cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari
Dinas Sosial, atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat
berfikir mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke
kita kadang bukan data yang sebenarnya, contoh “apakah bapak mempunyai
kebun atau ladang?, padahal dia punya tetapi karena yang mendata adalah
orang Dinas Sosial mereka akan bilang “oh gag ada pak, penghasilan bapak
sebulan berapa? , misalanya penghasilan sebulan orang miskin itu minimal
1000.000 rupiah, diatas satu juta tidak dikategorikan orang miskin misalnya,
karena Dinas Sosial yang mendata maka masyarakat mereka akan bilang pak
penghasilan saya cuma 1000.000 rupiah, makanya dalam mendata nanti kami
akan bekerjasama dengan pak jorong dan pak wali”. (informan D)

“ untuk memantau data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan


supaya tidak terjadi kekeliruan kami meminta bantuan jorong dan Wali Nagari
67

karena jorong dan Wali Nagarilah yang tahu persis keadaan masyaraktanya di
jorong tersebut”.(informan P).

“ ya itu tadi kadang kan masyarakat kita ini kalau ada pendataan bantuan
miskin mereka yang tidak miskin ikut menyertakan pendataan, seperti orang
itu mampu tetapi karena ada pendataan mereka bilang tidak mampu, untuk
pendataan ini supaya datanya persis dengan dilapangan kami disini ya minta
bantuan pihak jorong dan pihak Wali Nagari supaya datanya lebih akurat”
(informan Y).

Dalam monitoring bagi Dinas Sosial menurut penulis memang cocok

atau pantas untuk dilakukan, apalagi dalam pendataan masyarakat miskin

seperti bekerjasama dengan Jorong dan Wali Nagari yang selalu berhubungan

dengan masyarakat, sesuai dengan pernyataan informan diatas bahwasanya

tahap monitoring dilakukan dengan berdiskusi dengan pak jorong dan pak

wali apakah data tersebut sesuai dengan data yang di lapangan.

6. Extracting

Extracting artinya secara sestematis menggali di satu sumber untuk

mengambil materi/informasi yang dianggap penting mengidentifikasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah dapat di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Peneliti: siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan ?

Informan: “seperti yang saya katakana tadi informasi yang kami dapatkan
tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, kami mengacu
pada data BPS, dan informasi lainnya data dari TKSK dan TKSM , BPJS,
68

TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak


Wali dan dari pihak kecamatan.

“yang berperan dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok


Selatan ya data dari BPS, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan
Kemiskinan Daerah TKSK, TKSM, Karena TKSK dan TKSM lah yang akan
mendata masyarakt miskin di Kabupaten Solok Selatan dan dari jorong,
Nagari, Kecamatan” (informan P).

“seperti yang dikatakan pak kabid tadi informasi data masyarakat miskin di
Kabupaten Solok selatan datanya mengacu pada data BPS, dan yang lainya
seperti dari TKSK, TKSM, BPJS, TNP2K, Tim koordinasi penanggulangan
Daerah, seperti jorong, walinagari dan kecamatan” (informan Y).

Informan menyatakan bahwasanya untuk melengkapi informasinya

Dinas Sosial mendapatkan Informasi dari berbagai sumber diantaranya: data

dari BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, Pihak Jorong, Pihak Wali Nagari dan dari pihak

kecamatan. Karena sudah banyak sumber informasi yang didapatkan tentang

data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan telah merasa cukup.

7. Verifying

Verifying merupakan kegiatan pengecekan atau penilaian apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diinginkan.

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/mencocokan


data masyarakat miskin yang di peroleh ?

Informan: “Sebetulnya untuk pengecekan apakah data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan udah benar atau salah, sesuai informasi yang kami
69

dapat dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K,
Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak Wali
dan dari pihak kecamatan, kami akan melakukan pendataan lagi ke rumah-
rumah masyarakat, verifikasi yang memakai Basis Data Terpadu dari BPS
datanya dari BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembanguanan Daerah) data ini
yang akan dicocokan ke lapangan, nanti TKSK dan TKSM yang akan
mendata kerumah-rumah masyarakat.

“ setelah kita melakukan pendataan yang dilakukan oleh TKSK dan TKSM
kita melakukan pengukuran di Wali Nagari dan pihak kecamatan dengan
mencocokan semua data-data yang telah kita lakukan pendataan seperti data
STATISTIK, data BDT nanti kita akan mengklarifikasi kelapangan dengan
jorong. Kami akan menvalidasi data 2 kali dalam 1 tahun sampai data
kemiskinan ini terhapus” (informan P).

“ Kami melakukan pengecekan data tersebut apakah sudah benar atau tidak,
data yang kami peroleh dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM
, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak
Jorong,Pak Wali dan dari pihak kecamatan, kami akan menvalidasi ke rumah-
rumah masyarakat yang akan kami lakukan dalam 1 tahun 2 kali yang di
cocokan oleh TKSK dan TKSM” (informan Y).

Berdasarkan pernyataan informan di atas bahwa tahap verifying

dilakukan dengan mencocokan ke lapangan apakah informasi yang didapatkan

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sudah sesuai dengan

keadaan masyarakat yang sebenarnya. Sehingga dengan adanya pengecekan

ulang maka Dians Sosial akan mendapatkan data yang lebih akurat/benar

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

8. Ending

Merupakan kegiatan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian.


70

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan data masyarakat


miskin yang relevan di Kabupaten Solok Selatan ?

Informan:“Data yang telah kita dapat kami umumkan di Wali Nagari, sebelum
kita legalkan dengan SK pak Bupati, datanya kita tempel di Wali Nagari dan
kantor camat, nanti yang akan di umumkan oleh pak camat dan pak Wali
Nagari yang akan mengumumkan pada masyarakat, maksudnya jika ada
masyarakat yang protes, kita akan cek kelapangan berdasarkan pendataan dan
berdasarkan bukti-bukti dilapangan yang di dapatkan oleh TKSK dan TKSM
itu yang akan kita umumkan di kantor Wali Nagari dan kantor camat, dan
akhirnya akan keluar satu SK atau berbentuk peraturan Bupati tentang kondisi
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan data BPD (Badan
Permuawaratan Desa) dan BPS (Badan Pusat Statistik).” (informan D)

“setelah kita memperoleh data masyarakat miskin di Solok Selatan, setelah


kita validasi dan verivikasi data kita akan memapang data-data kemiskinan
Solok Selatan di setiap nagari, pernagarinya di kecamatan masing-masing
agar masyarakat melihat mana masyarakat miskin, mana masyarakat tidak
mampu, kami juga melakukan penempelen label ke rumah-rumah. Berarti
setelah data masyarakat Solok Selatan Oke kita akan membuat lampiran
nama-nama masyarakat miskin di Solok Selatan dan memberikan label-label
di setiap rumah-rumah sesuai dengan data yang ada”. (informan P).

“ setelah kami mendapatkan data tersbut, data tersebut akan di umumkan di


Wali Nagari, datanya di tempel di Wali Nagari dan kantor camat dan nanti
akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari dan pihak Kecamatan” (informan
Y).

Informan D dan inrorman Y menyatakan bahwasanya untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat dan akan di legalkan dengan SK

(surat keputusan) Bupati yang akan di temple di Wali Nagari dan kantor

camat yang akan di umumkan oleh pihak kecamatan dan dan pihak Wali

Nagari langsung kemasyarakat Kabupaten Solok Selatan. Sedangkan


71

informan P menyatakan hasil akhir data tersebut ditempelkan di rumah-rumah

masyarakat miskin.

Dari perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

msyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, sesuai dengan model perilaku

pencarian informasi David Ellis. Gambaran akhir dari perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan yang penulis kelompokan ke dalam bentuk kerangka diagram

berikut dibawah ini: Mengacu Pada data BPS

Sumber
Starting Informasi
Hasil akhir • BPJS
• Diserahkan • TNP2K
ke Wali
• BDT
Nagari &
Ending Chaining • STATISTIK
Camat
• PMKS
• Di tempel di
rumah-rumah • PSKS
• TKSK
• TKSM
• Jorong
Verifying Monitoring • Wali Nagari

Pengecekan ke rumah-rumah yang Monitoring bekerja sama dengan


dilakukan 1 tahun 2 kali Jorong dan Wali Nagari

1. Starting

Ketiga informan menyatakan langkah awal/pertama yang

dilakukan oleh informan adalah mengacu pada data masyarakat miskin

dari BPS ( Badan Pusat Statistik).


72

2. Chaining

Ketiga informan menyatakan pada tahap chaining ini petugas

Dinas Sisial mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat

miskin dari berbagai sumber.

3. Monitoring

Pada tahap monitoring ketiga informan menyatakan mereka

bekerjasama dan berdiskusi dengan pihak jorong dan Wali Nagari

apakah data tersebut cocok dengan yang di lapangan.

4. Verifying

Tahap verifying semua informan menyatakan mereka

mencocokan data masyarakat miskin dengan melakukan pengecekan

ulang ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan dalam 2 tahun

sekali.

5. Ending

Pada tahap ending dua informan menyatakan untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat yang akan di legalkan

dengan SK Bupati, yang akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari

dan Kecamatan kepada masyarakat sedangkan satu informan

menyatakan pada tahap ending hasil akhir dari data tersebut

ditempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.


73

Kerangka di atas merupakan gambaran dari tahapan teori David

Ellis yang penulis gambarkan kembali sesuai dengan perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dians Sosial tentang masyarakat miskin di

Kabupaten Solok Selatan.

D. Hambatan dalam Pencarian Informasi

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, seringkali seseorang mengalami

hambatan. Hambatan yang dialami oleh pencari informasi telah banyak dikaji

oleh beberapa ahli, salah satunya adalah Wilson (1997). Setiap orang akan

mengalami suatu hambatan dalam pencarian informasi. Hambatan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Peneliti: fakator apa yang menghambat bapak/ibu dalam pendataan masyarakat


miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan:

1. Faktor internal (faktor dalam organisasi)

“ kami disini Kekurangan tenaga TKSM dan TKSK yang dilapangan karena
39 nagari idealnya harus ada tenaga TKSM itu 50 orang, Cuma yang ada
sekarang baru 30 orang yang berada dan anggaran kami terbatas untuk
pendataan 2 kali satu tahun” (informan D)

“ kurangnya tenaga pendata , kurangnya kendaraan untuk pendataan TKSK


dan TKSM dan kami juga masih kekurangan tenaga TKSK dan TKSM, kita
di Solok Selatan 39 sembilan nagari dan kami masih kekurangan TKSK dan
TKSM “ (informan P)
74

“kami kekurangan tenaga TKSM dan TKSK untuk pendataan di lapangan,


tenaga TKSM kami sangat terbatas, dan dari segi anggaran, anggaran kami
sangat terbatas” (informan Y).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar organisasi)

“cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari Dinas Sosial,
atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat berfikir
mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke kita
kadang bukan data yang sebenarnya Jadi data yang mereka berikan bukan
data yang sebenarnya dan faktor wilayah/ kondisi wilayah,wilayah kita kan
masih banyak wilayah-wilayah yang tidak bisa dilalui kendaraan seperti
daerah lubuk ulang-aling butuh tenaga ektra untuk mendata masyarakat
miskin” (informan D)

“ dan dari segi wilayah yang wilayahnya yang curam dan kami akan
melakukan pendataan langsung rumah-kerumah’’ (informan P).

“ faktor yang meghambat ya itu faktor wilayah, liat saja wilayah kita masih
banyak daerah yang tidak bisa di lalui kendaraan, masih banyak wilayah
yang susah dijangkau, yang menyebabkan kami disini sulit untuk mendata
masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau ya seperti lubuk
ulang-aling dan wilayah-wilayah lain yang sulit dijangkau” (informan Y).

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa situasi tempat kegiatan

melakukan pencarian informasi merupakan penghambat berlangsungnya

pencarian informasi. Disamping itu lingkungan yang luas juga dapat menjadi

masalah penghambat (Wilson:2000). Dalam penelitian ini yang menjadi

hambatan adalah kondisi wilayah yang sulit dijangkau dan pola pikir masyarakat.

Terjadinya hambatan akan mempersulit pencarian informasi data masyarakat

miskin dan hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal dikarenakan banyak

faktor yang mempengaruhi Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


75

II. Pembahasan

Informasi yang peneliti peroleh di atas menunjukan bahwa dalam

melakukan proses pencarian informasi dengan menggunakan model perilaku

pencarian informasi David Ellis (1993) yaitu mulai dari tahap starting hingga

ending. Tahap starting merupakan tahap awal dalam proses perilaku pencarian

informasi. Menurut David Ellis, tahap awal ini adalah proses penentuan

pencarian informasi dalam melakukan pencarian informasi apakah

menggunakan kata kunci yang bersifat umum atau khusus, yang merujuk pada

rujukan awal, hal ini selaras dengan yang diungkapkan David Ellis yaitu

starting. Pada tahap Starting Dinas Sosial mengacu data masyarakat miskin

pada BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Solok Selatan

Tahap kedua yaitu chaining, maksudnya kegiatan yang ditandai

dengan mengikuti mata rantai atau mengaitkan daftar literature yang ada ke

rujukan kunci. Pada tahap pencarian informasi informan menggunakan

matarantai dari berbagai sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan), di Solok Selatan ada namanya Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, dari Jorong, Wali Nagari dan Pihak Kecamatan. Dari

berbagai sumber informasi yang diperoleh Dinas Sosial ini memudahkan

informan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pada tahap ini selaras

dengan ungkap Ellis bahwa dalam tahap ketiga yaitu browsing tahap ini
76

ditandai kegiatan mencari informasi yang terstruktur dan semi terstruktur, dan

dalam melakukan pencarian informasi informan harus bisa menentukan

subjek dari permasalahan yang ada, agar mudah dalam mendapatkan

informasi. Pada tahap browsing ini diungkapkan oleh informan bahwa pada

tahap ini tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial. Langkah selanjutnya

differentiating, pada tahap ini informan memilih referensi terhadap terhadap

informasi yang didapatkannya, pada tahap ini petugas Dinas Sosial

menggunakan semua informasi yang didapat. sedangkan Ellis menyebutkan

bahwa pada tahap differentiating merupakan tahap pemilihan terhadap

referensi yang akan digunakan untuk kebutuhan informasi. Tahap monitoring,

informan memilih-milih sumber informasi dengan tujuan memperoleh sumber

yang paling bermanfaat, informan menyatakan tahap monitoring dilakukan

dengan berdiskusi dengan pihak jorong. Selanjutnya tahap extracting ini

informan merangkum informasi yang didapatnya dan informasi tersebut akan

digunakan jika menurut mereka penting. Hal ini yang diungkap Ellis bahwa

pada tahap extracting ini adalah proses perangkuman informasi yang

didapatkan. Sedangkan Pada tahap ini petugas Dinas Sosial menyatakan

untuk melengkapi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

menyatakan mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Tahap ini tidak

sesuai dengan David Ellis


77

Tahap verifying adalah proses pengecekan kembali apakah informasi

yang didapatkan tersebut telah sesuai yang diinginkan pada tahap terakhir

yaitu ending, tahap ini merupakan tahap dimana semua proses pencarian,

pemilihan, penyeleksian dan pengecekan atau penilaian berakhir.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perilaku

pencarian informasi yang dilakukan oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dengan menggunakan model

perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 bahwasanya ada beberapa

tahap yang memang tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan yaitu browsing, differentiating, dan extracting. Sedangkan pada

tahap ending dari ketiga informan berbeda. Informan D dan Y melakukan

ending dengan menyerahlan hasil pencarian informasi masyarakat miskin

kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara informan P menempelkan

di rumah-rumah masyarakat miskin.


BAB V
PENUTUP

Dalam bab terakhir dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh

dari wawancara dan analisis data. Kesimpulan yang diambil ini merupakan jawaban

dari permasalahan yang sebelumnya dirumuskan di bab 1, selain kesimpulan, peneliti

juga memberikan saran-saran kepada pihak yang terkait.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan peneliti maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan:

1. Perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Sesuai dengan Teori

Pencarian informasi David Ellis 1993 tetapi ada beberapa tahap yang

tidak di lakukan yaitu browsing, differentiating, dan extracting.

Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan berbeda. Dua

informan melakukan ending dengan menyerahkan hasil pencarian

informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat,

sementara satu informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat

miskin.

2. Hambatan petugas Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan yaitu faktor internal dan eksternal.

78
79

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan memaparkan dalam bentuk

skripsi, maka penulis berharap sebagai berikut:

1. Petugas Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan sebaiknya secara langsung mengunjungi

masyarakat atau tanpa perantara sehingga data yang diperoleh sesuai

dengan kondisi masyarakat di lapangan.

2. kepada pembaca diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan

menggunakan metode atau teori perilaku pencarian informasi lainnya.

3. Dan kepada penulis sendiri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

menambah wawasan dibidang ilmu perpustakaan kususya dibidang

kebutuhan informasi serta dapat mengembangkan perilaku pencarian

informasi dan data yang mendukung dibidang pencarian informasi


DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto. 1996. Perangkap Kemiskinan: Problem dan Strategi


Pengentasannya dalam Pembangunan Desa. Yokyakarta: Aditia Medika

Dinas. (n.d). Retrieved Desember 19, 2017, from http: //Kbbi.web.id

Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi


Pembanguna Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. PT Refika Aditama:
Bandung

Eko Handoyo dkk.2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu


Sosial Negeri Semarang

Hamonangan Singgalingging. 2008. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Educatioan). Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan UNNES.

Heru Nugroho. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Pemberdayaan, Yogyakarta:


Aditiya Media

Hur Hayati. 2015. Perilaku Pencarian Informasi oleh Mahasiswa Tunanetra (Studi
Kasus di IAIN Imam Bonjol Padang). Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

IAIN Imam Bonjol Padang. 2015/2016. Buku Pedoman Akademik IAIN Imam Bonjol
Padang. Padang: IAIN Imam Bonjol Padang

Jalaluddin Rakhmat.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstuktur Teori
dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI

Keputusan Mentri Sosial Republik Indonesia No. 146/HUK/2013 tentang penetapan


Kriteria dan Pendapatan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu

M.Ali Hasan, 2006. Zakat dan Infaq. Jakarta: Kencana

Mas’oed Mochtar. 1994. Polotik, Birografi dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Masdar F. Mas’udi, 2005. Menggagas Ulang Zakat. Bandung: Mizan

Muh. Ridwan Mas’ud, 2005. Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan Umat.
Yogya: UII Press

Muhtadi Ridwan. 2012. Gelita Ekonomi Islam: Memangkas Kemiskinan, Mendorong


Perubahan. Malang: UIN Maliki Press

Mukham, Kepala BPS Petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan wawancara
Pribadi 20 February 2017 Solok Selatan

Nurafni Dahlia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akaik


di Karang Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang. Skripsi mahasiswa IIP
Fakultas Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Pawit M Yusup. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi


Retriveal. Jakarta: Kencana

Pengertian-masyarakat-miskin.(2011,02) Retrieved February 28, 2017, from html:


http://masyarakatmiskin.blogspot.co.id

Perilaku Pencarian dalam memenuhi Kebutuhan Informasi bagan 2. (2009,01 10).


Retrieved Desember 19, 2016, from http://encangsaepusin.wodpress.com

Putu Laxman Pendit. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta:
JIP-FSU

Racman Hermawan. 2006. Etika Kepustakawan Suatu Pendekatan Terhadap Kode


Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Rafika Sastra. 2014. Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra di


Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sarlito W. Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pres

Sherly Octavia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Menggunakan Ansroid Studi


Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas
Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sidi Gazalba, 1985. Ilmu Islam2: Asas Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Siti Rozinah. 2012. Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Dalam Penulisan
Skripsi (studi kasus di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
(STAINU) Jakarta). Depok. Tersedia Pada (http://lontar.ui.ac.id) diakses pada
tanggal 21 April 2017.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunyoto usman. 2012. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyarta:


Pustaka Pelajar

Widya Yusrina.2015. Perilaku Pencarian Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang
Dalam Memilih Perguruan Tinggi. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab Dan
Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Widyana Dewi Kartika. 2011. Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi


Peneliti: studi kasus di mahkamah konsitusi Republic Indonesia. Semarang.
Teredia pada (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip/issue/view/10)
diakses pada tanggal 15 April 2017.

Wiji Suwarno. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA Group.

Yusuf Qardhawi. 2002. Hukum Zakat. Jakarta: Lintera Internusa


Dokumentasi

Kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok


Selatan
Peneliti bersama Bapak Kabid Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

Peneliti besama Bapak Kasi dibidang Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
Peneliti bersama ibu staf bidang sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
PEDOMAN WAWANCARA

Teori David Ellis

No Indikator Instrumen Wawancara


1 Starting a. Apa persiapan yang Bapak/ibu lakukan sebelum melakukan pengumpulan data masyarakat miskin
di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Bagaimana upaya/ langkah apa yang Bapak/ibu lakukan untuk mendapatkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
2 Chaining a. Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam mengumpulkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan (misal: personal/ahli/lembaga dll).?
3 Browsing a. Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang bapak butuhkan dalam mengumpulkan data
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Apa kriteria masyarakat miskin yang Bapak/ibu gunakan dalam menyempurnakan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan?
4 Differentianting a. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber yang paling kongkrit ?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/ mencocokan data yang di peroleh ?
5 Monitoring a. Bagaimana bapak/ibu memantau/ monitoring data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?
6 Extacting a. Siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Siapa informan yang memberikan data yang konkrit tentang data masyarakat miskin?
7 Verifying a. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ibu peroleh telah sesuai yang diinginkan?
b. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ peroleh sesuai dengan di lapangan?
8 Ending a. Apa yang selanjutnya Bapak/ibu lakukan setelah informasi tenang data masyarakat miskin
didapatkan?
9 Faktor a. Faktor apa yang mempengaruhi Bapak/ibu dalam mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Penghambat Selatan?
b. Apa kendala Bapak/ibuk dalam mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
BIODATA PENULIS

Nama : Susi Utami


Nim : 1311020140
Fakultas/ Jurusan : Adab dan Humaniora/ SPI Konst.
Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Tempat/ Tgl Lhr : Bangun Rejo, 12 Mei 1992
Negeri Asal : Pincuran Tujuh Bangun Rejo,
Kecamatan Sangir, Kab. Solok
Selatan
E-mail : susiutami862@gmail.com
Hp : 085263514324
Judul Skripsi : Perilaku Pencarian Informasi Oleh
Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten
Solok Selatan

I. PENDIDIKAN YANG DITEMPUH:


1. SDN 24 Bangun Rejo di Solok Selatan Tahun 1999-2005
2. SMPN 14 Solok Selatan Tahun 2005-2008
3. SMKN 1 Solok Selatan Tahun 2008-2011
4. UIN Imam Bonjol Padang Tahun 2013-2017

II. DATA KELUARGA


1. Nama Orang Tua
 Ayah : Sutamto
 Ibu : Sujinah
2. Pekerjaan Orang Tua
 Ayah : Petani
 Ibu : Petani
3. Jumlah Saudara : 3 Orang
4. Anak yang ke : 1(Pertama)
5. Alamat Orang Tua : Pincuran Tujuh Bangun Rejo, Kecamatan Sangir,
Kab. Solok Selatan
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI OLEH PETUGAS DINAS SOSIAL
TENTANG MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN
SOLOK SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Sebagai Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Pada Jurusan Sejarah
Kebudayaan Islam Konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Oleh:

SUSI UTAMI
1311020140

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)


KONSENTRASI ILMU INFORMASI PERPUSTAKAAN (IIP)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN IMAM BONJOL PADANG
1438 H/2017 M
   
karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Qs. Alam Nasyrah: 5-8).

Kata-perkata yang tak dapat mengungkapkan segalanya

Cintamu, kasihmu, yang meneggakkan anakmu sampai detik ini

Harapanmu seperti biji padi

Segala isi dunia kau berikan untuk ku

Doa yang selalu menyertai langkahku

Sebongkah harapan terpancar diwajahmu

Untuk mengabulkan sepercik impian

Hujan, panas, badai, yang menerjang langkah-langkah kecil ini

Karana cinta dan kasihmu ku masih berdiri sampai saat ini

Matahari tak kan bersinar setetah malam, pelangi tak kan muncul setelah
hujan, Begitu pun hidup ini tiada arti kebahagiaan tanpa didahului
kepahitan

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup yang selalu


memberikan segalanya cinta, kasih dan sayang, mendampingi saat suka
dan duka, selalu mendampingi saat ku lemah tak berdaya Ayahanda dan
Ibunda tercinta yang selalu mendoakan untukku dalam setiap sujudnya.

Terima kasih Ayahnda dan Ibunda tercinta


KATA PENGANTAR

   


Puji sykur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis bisa menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “ Perilaku Pencarian Informasi Oleh Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan’’ .

Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun

umatnya untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berkat kemudahan

dan izin Allah, dan bantuan semua pihak akhirnya penulisan skripsi ini bisa

diselesaikan.

Penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan ucapan

terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda tercinta Sujinah dan

Ayahanda Sutamto yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu

menyayangi Ayahanda dan Ibunda dunia akhirat, juga buat adik-adik penulis

Cindy Sutanti, Vigo Trio Utama dan Nesa Riski Utami yang selalu memberi

dukungan agar penulis tetap semangat menyelesaikan skipsi ini. Semoga

Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

i
Melalui kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini:

1. Rektor UIN Imam Bonjol Padang Bapak Dr. Eka Putra Wirman, Lc.,M.A.

beserta jajaran Wakil Rektor UIN Imam Bonjol Padang.

2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Bapak Dr. H Yufni Faisol, M.A

beserta jajaran Wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

3. Ketua Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Bapak Muhammad Ilham,

S.Ag., M. Hum dan Sekretaris Jurusan Ibu Lisna Sandora, M.pd

4. Dosen Penasehat Akademik (PA) Bapak Muhammad Ilham, S.Ag,S.sos,

M. Hum yang telah memberikan ilmu, dukungan, dan arahannya selama

masa perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Arwemi, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Erida, M.Pd

selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, dan memberikan

bimbingan, arahan, dan sumbangan pemikiran sehingga penulis bisa

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suhefri, M.Ag dan Bapak Muntasir, M.Hum selaku penguji

yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini

7. Bapak Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, Bapak Kepala Bidang Sosial beserta staf yang

ii
dengan ikhlas memberikan data dan dukungan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak/Ibu pegawai

Akademik dan Kemahasiswaan (AKAMA) Fakultas Adab dan

Humaniora, dan Bapak/Ibu pegawai Perpustakaan UIN Imam Bonjol

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menggunakan buku-

buku sebagai bahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Ucapan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan jurusan

SKI Khususnya angkatan 2013, Yurnani, Melda, Bulan, Lilis, Dona, Utia,

Rolis dan yang lainya yang tidak bisa disebutkan semua. Dan teman kost

Kak Nova, Vita,Vina, Ilda, Rika, Sari, dan yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan terimakasih yang dapat

penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas atas segala amal

kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk

menyelesaikan studi yang penulis jalankan Amiin Yarabbal’Alamin.

Padang, 02 Agustus 2017


Wassalam

Susi Utami

iii
ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas


Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan disusun oleh Susi
Utami, Bp: 1311020140 Jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang. Permasalahan pokok yang
dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana perilaku pencarian informasi petugas
Dinas Sosial dalam mencari informasi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Selatan dengan menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang
dimulai dari Starting dan diakhiri dengan ending. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan perilaku pencarian informasi petugas Dinas Sosial tentang
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan. Peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data
melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
sampel diambil secara pusposive sumpling dari Kabid Sosial, Kasi Sosial dan staf
bidang Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari
Kabupaten Solok Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi oleh
petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sesuai
dengan perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 ada beberapa tahap yang tidak
dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan yaitu browsing,
differentiating, dan extracting. Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan
berbeda. Dua informan melakukan ending dengan menyerahlan hasil pencarian
informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara satu
informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.

Kata Kunci: Perilaku Pencarian Informasi

iv
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................................ 5
C. Penjelasan Judul ....................................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8
E. Tinjauan Kepustakaan .............................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi .................................................................................14


1. Pengertian Informasi ......................................................................14
2. Sumber Informasi ..........................................................................15
B. Perilaku Pencarian Informasi ...................................................................17
C. Model Perilaku Pencarian Informasi ........................................................20
D. Masyarakat Miskin ...................................................................................29
1. Pengertian Masyarakat Miskin ......................................................29
2. Ukuran-Ukuran Kemiskinan ..........................................................44
3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan.......................................................44

v
BAB III: METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian.....................................................................................46
B. Jenis Dan Metode Penelitian ....................................................................46
C. Populasi dan Sampel ................................................................................47
D. Sumber Data .............................................................................................49
1. Primer ............................................................................................49
2. Skunder ..........................................................................................49
E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data .......................................................49
1. Observasi .......................................................................................50
2. Wawancara ....................................................................................50
F. Teknik Analisis Data ................................................................................51
1. Reduksi Data (Data Reduction) .....................................................51
2. Penyajian Data (Data Diaply)........................................................52
3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification) .......................52
G. Waktu Penelitian ......................................................................................53

BAB IV: PEMBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan ........................................................................54


A. Gambaran umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan ..........................................54
B. Profil Informan ..............................................................................60
C. Perilaku Pencarian Infomasi Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan ...........................61
D. Hambatan dalam Pencarian Informasi ...........................................73
II. Pembahasan .............................................................................................75

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................78

vi
B. Saran...............................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Struktrur Organisasi Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari


Kabupaten Solok Selatan

Dokumentasi

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur

Provinsi Sumatera Barat. Sebelumnya, kabupaten ini merupakan bagian dari

Kabupaten Solok. Setelah kemerdekaan, muncul wacana pembentukan sebuah

kabupaten yang meliputi sebagian wilayah Solok Selatan saat ini. Hal ini ditandai

dengan diadakannya Konferensi Timbulan pada tahun 1950-an. Saat itu digagas

rencana pembentukan sebuah kabupaten dengan nama Kabupaten Sehilir Batang

Hari yang meliputi wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Pantai Cermin, Sungai

Pagu dan Sangir. Namun pada saat otonomi daerah keinginan tersebut baru

terwujud dengan nama Kabupaten Solok Selatan, yang diresmikan bersama 23

kabupaten baru lainnya di Indonesia, yaitu 7 Januari 2004 dengan Undang-

Undang Nomor 38 Tahun 2003.

Matapencarian masyarakat Solok Selatan umumnya berprofesi sebagai

petani, namun ada juga sebagian kecil berprofesi sebagai pedagang dan PNS.

Dari usaha yang mereka lakukan untuk memenuhi kehidupan keluarga atau

rumah tangga, masyarakat Solok Selatan umumnya memiliki penghasilan rendah

dibandingkan dengan penghasilan masyarakat di kabupaten lainnya di Sumatera

Barat. Kabupaten Solok Selatan menduduki peringkat 9 dari 12 kabupaten

lainnya di Sumatra Barat dalam hal pendapatan asli daerah.

1
2

Mengacu pada keputusan menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister

berasal dari rumah tangga yang memiliki kriteria:

1. Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber mata


pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar.
2. Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
3. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga medis,
kecuali puskemas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
4. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap
anggota rumah tangga.
5. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang
SLTP
6. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan
kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah usang/
berlumut atau tembok tidak diplaster.
7. Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi tidak
baik/ kualitas rendah.
8. Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
9. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau
listrik tanpa meteran.
10. Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2 / orang dan
11. Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ lainnya.

Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang

tidak memiliki akses prasarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas

perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan serta mata

pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu


3

dimensi politik, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan

dimensi aset ( P2 KP, Pedoman Umum, 2004:1).

Penanganan masalah sosial menurut Pendit (2003:33) adalah tugas Dinas

Sosial untuk membantu mayarakat seperti dalam hal: pembinaan organisasi,

pengembangan kelembagaan, bantuan sosial dan penanggulangan kemiskinan

serta rehabilitas sosial. Untuk membantu masyarakat yang membutuhkan

bantuan seperti bantuan sosial yang diberikan Dinas Sosial kepada masyarakat

Dinas Sosial harus mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang masyarakat

yang memerlukan bantuan dari Dinas Sosial. Informasi adalah serangkaian sinyal

atau pesan-pesan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, terlepas dari

atau sedikit berkaitan dengan proses kognitif.

Perilaku pencarian informasi merupakan suatu kegiatan seseorang untuk

mendapatkan informasi. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang

membutuhkan informasi baik untuk kebutuhan sosial, ekonomi, ilmu

pengetahuan, pendidikan, keagamaan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan

informasi tersebut maka seorang akan mencari informasi dengan menggunakan

berbagai sumber informasi. Menurut Wilson, (dalam Pendit, 2003:29) Perilaku

Pencarian Informasi (Information Seeking Behavior) merupakan upaya

menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk

memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja berinteraksi

dengan sistem informasi misalnya surat kabar, majalah, perpustakaan atau yang

berbasis komputer (misalnya WWW). Teori Perilaku Pencarian Informasi


4

tergolong dalam teori modern yang kemudian berkembang menjadi teori model

perilaku informasi manusia dan kebutuhan informasi.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 20

Februari 2017 di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan diperoleh informasi bahwa tugas Dinas Sosial adalah

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi di

bidang Sosial seperti: pemberdayaan dan rehabilitas masyarakat miskin,

perlindungan dan jaminan sosial, dan rehabilitas PMKS. Hal ini tertuang dalam

peraturan pemerintah Kabupaten Solok Selatan No 22: tahun 2005 tentang

Struktur Organisasi Dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari dalam pasal 12 yang berbunyi “ memberikan

bantuan sosial kepada peran sosialnya akibat bencana alam, bencana sosial

akibat lainya seperti kemiskinan , telantar dan cacat’’. Selanjutnya dari Dinas

Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

diperoleh data tentang jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

sebagai berikut:

No Jumlah
Nama Jumlah Penduduk Persentase
Kecamatan Penduduk miskin

1 Kecamatan Sangir 40.615 3.717 9,15%

2 Kecamatan KPGD 12.660 1.039 8,20%

3 Kecamatan Sungai Pagu 16.846 1.028 6,10%


5

4 Kecamatan Sangir Balai 16.858 1.132 6,71%


Janggo
5 Kecamatan Sangir Jujuan 30.949 2.674 8,64%

6 Kecamatan Sangir Batang 15.317 2.093 13,66%


hari
7 Kecamatan Pauh Duo 23.657 2.539 10,73%

Jumlah 15902 14.539 63,19%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa masyarakat Kabupaten Solok

Selatan 63,19% tergolong masyarakat miskin, walaupun dari segi pembangunan

daerah Kabupaten Solok Selatan telah mengalami perkembangan sejak 13 tahun

yang silam, akan tetapi pembangunan dan kesejahteraan belum seperti yang

diharapkan masyarakatnya. Melihat dari kondisi ini penulis tertarik untuk

mengungkapkan Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan di atas maka yang

menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi

Petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi maka penulis

membatasi masalah dengan batasan masalah sebagai berikut:


6

1. Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Faktor apa saja yang menghambat Petugas Dinas Sosial dalam mencari

informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

C. Penjelasan Judul

Judul dari penelitian ini adalah Perilaku Pencarian Informasi Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan. Agar

tidak terjadi kesalah pahaman dan lebih teratahnya penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini, yaitu:

Perilaku Pencarian Informasi : Wilson (dalam Putu Laxman Pendit, 2003:29)

perilaku pencarian informasi ( informasi searching

behavior) merupakan upaya menemukan informasi

dengan tujuan tertentu sebagai akaibat dari adanya

kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Sedangkan maksud dari penulis adalah perilaku

petugas Dinas Sosial mencari informasi tentang

masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan

informasi.

Petugas Dinas Sosial : Petugas adalah seseorang yang melaksanakan tugas

pelayanan pada Tugas Pokok dan Fungsi, instansi

tempat bekerja sedangkan di dalam KBBI

disebutkan Dinas adalah bagian Kantor Pemerintah


7

yang mengurus pekerjaan tertentu, dan sosial

adalah berkenaan dengan masyarakat. Jadi petugas

Dinas Sosial merupakan kegiatan profesional untuk

membantu individu-individu kelompok-kelompok

dan masyarakat guna meningkatkan atau

memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi

sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang

memungkinkan mereka mencapai tujuan.

Masyarakat Miskin :Masyarakat miskin merupakan dimana kondisi

masyarakat yang dibawah standar kelayakan baik

dari segi politik, sosial , lingkungan, ekonomi dan

aset. kriteria miskin yang di terapakan dalam

keputusan menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan

orang tidak mampu.

Jadi yang dimaksud dengan judul dari skripsi ini adalah perilaku petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dalam

usaha mereka mencari dan menemukan informasi mengenai masyarakat miskin

di Kabupaten Solok Selatan.


8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan saya teliti adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mendeskripsikan perilaku pencarian informasi petugas Dinas

Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

b. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menghambat petugas Dinas Sosial

dalam mencari informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Peneliti, untuk mengembankan ilmu pengetahuan, menambah wawasan

dibidang ilmu perpustkaan kususnya dibidang kebutuhan informasi serta

dapat mengembangkan perilaku pencarian informasi dan data yang

mendukung dibidang pencarian informasi

b. Pembaca, sebagai pedoman dan pembanding untuk jenis penelitian yang

sama dan dalam objek yang berbeda.

c. Bermanfaat bagi petugas Dinas Sosial itu sendiri.

E. Tinjauan Kepustakaan

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Perpustakaan Adab dan

Humaniora, Perpustakaan Pusat IAIN Imam Bonjol Padang, penelitian yang

berhubungan dengan perilaku pencarian informasi antara lain:


9

1. Rafika Sastra, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI kosentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi pada tahun 2014 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Pemustaka Tunanetra di Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana perilaku pencarian informasi tunanetra di

perpustakaan Yayasan Tuah Sakato Kalumbuk.

Kesimpulan dalam penelitiannya adalah kebanyakan dari pemustaka datang

ke perpustakaan bukan keinginan sendiri untuk mencari informasi tetapi

tunanetra dari panti untuk belajar AL-Quran Brille. Perilaku yang ditujukan

pada saat pemanfaatan informasi yang didapat oleh pengguna yaitu

berdiskusi dengan guru atau dengan teman satu asrama. Pada skripsi ini teori

yang digunakan berdasarkan model perilaku menurut David Ellis. Untuk

mengumpulkan data menggunakan metode purposive sampling dengan

menemukan informasi kunci, dimana purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu.

2. Nur Hayati, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam Bonjol

Padang, jurusan SKI konsetrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan menulis

skripsi pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi oleh

mahasiswa Tunanetra (studi kasus di IAIN Imam Bonjol Padang) skripsi ini

membahas tentang pola perilaku pencarian informasi mahasiswa tunannetra

dalam mendapatkan sebuah informasi. Penulisan skripsi ini bersifat kualitatif

yaitu menjelaskan fenomena yang ada secara akurat yang ditemukan


10

dilapangan. Untuk mendapatkan data, sekripsi ini menggunakan alat

pengumpulan data berupa observasi dan wawancara dengan mahasiswa

tunanetra beserta teman yang membantu mereka mencari informasi dan

dosen. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan purposive sampling.

3. Widya Yusrina, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang Dalam Memilih Perguruan Tinggi

skripsi ini membahas tentang perilaku pencarian informasi siswa kelas XII

SMA N 1 Padang dalam upaya mereka memilih perguruan tinggi. Batasan

masalah dalam penelitian ini adalah apa kebutuhan informasi siswa kelas XII

SMA 1 Padang terkait dengan perguruan tinggi, bagaimana pola perilaku

pencarian informasi tentang perguruan tinggi, dan apa hambatan yang

diterima selama proses pencarian informasi tentang perguruan tinggi.

Penelitian ini megguankan model T.D Wilson 1981 dan model pencarian

informasi David Ellis 1997.

4. Nurafni Dahlia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akiak di Karang Ganting Kelurahan

Lubuk Lintah Padang. Skripsi ini membahas tentang kebutuhan informasi


11

dan perilaku pencarian informasi masyarakat pecinta batu akik di Karang

Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang serta sumber informasi yang

digunakan dengan menggunakan tahapan-tahapan pencarian informasi yang

dikembangkan oleh David Ellis.

5. Sherly Octavia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Menggunakan Android Studi Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang

skripsi ini membahas tentang pemanfaatan Android sebagai sarana-sarana

informasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan

pengambilan data berdasarkan snowball sampling. Pengumpulan data

penelitian ini, mahasiswa memenuhi kebutuhan informasi lebih

memprioritaskan android dalam melakukan pencarian informasi untuk tugas

kuliahnya, karena bagi informan mencari informasi dengan Android tersebut

lebih praktis, bisa dibawa kemana-mana selama jaringan internet bisa

diakases. Penelitian ini menggunakan model David Ellis yang terdiri dari

8(delapan) tahap yang berawal dari starting hingga ending.

Skripsi Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia dan

Sherly Octavia menggunakan model perilaku menurut David Ellis (1997), David

Ellis adalah seorang ilmuan sosial yang mengemukakan beberapa karakteristik

perilaku pencarian informasi dari para peneliti, yang menggambarkan

karakteristik dari peneliti sosial, science, dan engineering, jadi dalam penelitian
12

ini penulis juga menggunakan model perilaku pencarian informasi menurut

David Ellis (1997) yang berawal dari starting hingga ending.

Objek dan subjek penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia

dan Sherly Octavia berbeda sera hasil pembahasan dalam penelitian ini juga

berbeda. Dengan menggunakan teori yang sama dengan penelitian yang lain,

jelas bahwa proses dalam melakukan pencarian informasi yang terdapat dalam

penelitian ini juga berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dan teraturnya pembahasan ini maka sistematika

penulisan, penulis membaginya kedalam beberapa bab diantaranya :

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang berisikan latar belakang

masalah, rumusan, dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis, yang membahas tentang

informasi, perilaku pencarian informasi, dan Petugas Dinas Sosial.

Bab ketiga menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berisikan

tempat penelitian, jenis data dan metode penelitian, sumber data, teknik dan alat

pengumpul data, teknik analisis data dan waktu penelitian.

Bab keempat hasil penelitian, tentang bagaimana perilaku pencarian

informasi petugas Dinas Sosial untuk mendapatkan informasi data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


13

Bab kelima meupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-

saran penulis.

Selanjutnya adalah halaman yang berisikan lampiran-lampiran dan

dokumentasi dalam penelitian penulis.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi

1. Pengertian Informasi

Dewasa ini informasi sangat dibutuhkan oleh setiap orang baik informasi

yang ilmiah maupun informasi yang non ilmiah, Informasi juga bermanfaat

dalam memenuhi kehidupan sehari-hari setiap manusia. Informasi adalah suatu

rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang

dibuat. Estabrook, 1977:245 (dalam Pawit M Yusuf 2010:1). Informasi

merupakan suatu kumpulan data yang terstruktur yang telah dikomunikasikan

kepada orang lain agar dapat bernilai guna bagi orang tersebut. McFadden, dkk

(dalam Widyana 2011:3). Informasi juga diartikan kandungan yang terdapat

dalam berbagai bentuk dokumen (bahan pustaka). Pengembangan koleksi

(collection development) tidak didasarkan pada bentuk fisik, tetapi oleh

kandungan informasinya (contents).(Rachman Hermawan S 2006: 2). Dan ada

juga yang mengartikan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang

lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. (Jogiyanto 2005: 8)

Menurut Suwarno (2010) informasi adalah suatu kajian mengenai

pencetus, pemakai, penggunaan, karakteristik, dan distribusi rekaman gratis. Ilmu

informasi adalah kajian mengenai pencetus, pemakai, pengguna , karakteristik,

dan distribusi rekaman gratis. Konsep ilmu informasi ini berdasarkan Anggaran

Dasar ASIS Sulistiyo Basuki: 1991,11 (dalam Wiji Suwarno 2010:15)

14
15

Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang berupa fakta, data dan pengetahuan yang telah dikomunikasikan

dan dapat dimanfaatkan oleh orang yang menerimanya dan bernilai guna bagi

orang yang membutuhkannya.Dalam bidang ilmu informasi, informasi dan

kebutuhan informasi juga dikaji sedemikian rupa untuk menghasilkan hasil yang

lebih baik akan kebutuhan informasi manusia, agar bisa dihadirkan suatu layanan

yang memenuhi kebutuhan informasi. Istilah ini dekenal dengan istilah kajian

pemakai.

Didalam kajian ini para ahli mengenal istilah information

behavior(perilaku informasi). Istilah ini merupakan keseluruhan perilaku

manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku

pencarian dan pengguna informasi.Wilson 2000 (dalam Pawit M Yusup

2010:100) Kajian perilaku ini ditujukan untuk menganalisa unsur-unsur dan

hubungan perilaku manusia yang dapat membantu kita untuk memahami tingkah

laku manusia.

2. Sumber Informasi

Sumber informasi dapat diperoleh dalam dokomen dan non-dokumen.

Sumber informasi yang berupa dokumen dapat berbentu buku, jurnal, majalah,

hasil-hasil penelitian. Sedangkan sumber informasi non dokumen adalah

manusia. yakni teman, pustakawan,pakar atau spesialis informasi seperti yang

dinyatakan oleh Setiarso (1997:5-6) bahwa sumber informasi juga terdapat pada:
16

a. Manusia: manusia sebagai sumber informasi dapat kita hubungi baik

secara lisan maupun tulisan. Yang lazim digunakan untuk kontak

langsung dengan sumber ini ialah pertemuan dalam bentuk ceramah,

panel diskusi, konferensi, lokalkarya, seminar dan lain-lain.

b. Organisasi: Badan atau lembaga penelitian baik milik pemerintah maupun

suwasta yang bergerak dalam bidang sejenis merupakan sumber

informasi penting termasuk industri dan himpunan profesi. Mereka

memiliki kemampuan karena mempunyai fasilitas berupa tenaga peneliti,

peralatan atau laboraturium, perpustakaan dan jasa informasi yang

tersedia.

c. Literatur: Literatur atau publikasi dalam bentuk terbaca maupun mikro

merupakan sumber informasi atau publikasi dalam bentuk terbaca

maupun mikro merupakan sumber informasi yang cukup majemuk.

Literature dapat dikelompokan menjadi:

• Literatur primer: bentuk dokumen yang memuat karangan yang

lengkap dan asli. Jenisnya berupa makalah, koleksi karya ilmiah,

buku pedoman, buku teks, publikasi resmi, berkala, dan lain-lain.

• Literatur sekunder: disebut juga sebagai sarana dalam penemuan

abstrak, tinjauan literature, catalog induk, dan lain-lain.

Sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi. Sumber

informasi yang beraneka ragam bentuk ataupun wadahnya, perlu diatur atau
17

ditata dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan.

Informasi yang kita temukan sehari-hari bersumber darimana saja dan sumber

informasi tersebut adakalanya tidak memiliki tingkat relevansi yang tinggi.

B. Perilaku Pencarian Informasi

Perilaku informasi merupakan pola laku manusia terkait dengan

keterlibatan informasi, sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan,

memperlakukan, mencari dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran

sumber dan media penyimpan Putu Laxman Pendit (2003) yang mengulas

pendapat TD Wilson (2000) (dalam Pawit M Yusup 2010 : 100) menyusun

beberapa batasan tentang perilaku informasi dan aspek-aspek aksesorisnya.

Beberapa batasan di maksud sebagai berikut: perilaku infomasi (informasi

behavior), perilaku penemuan informasi (informasi seeking behavior), perilaku

pencarian informasi (informasi Searching behavior), dan perilaku penggunaan

informasi (informasi user behavior).

a. Perilaku informasi (informasi behavior)

Merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber

dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan

informasi baik scara aktif maupun secara pasif. Menontoan TV dapat

dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunkasi antar muka.

b. Perilaku penemuan informasi ( informasi seeking behavior)

Merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan sebagai

akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.


18

Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi

hastawi (surat kabar, sebuah perpustakaan) atau berbasis-komputer

(misalnya WWW).

c. Perilaku pencarian informasi ( informasi searcing behavior)

Merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang

ditunjukan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku

ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat

interaksi dengan komputer ( misalnya pengguna mouse atau tindakan meng-

klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya

pengunaan strategi bollenan atau keputusan memilih buku yang paling

relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan ).

d. Perilaku penggunaan informasi ( informasi user behavior)

Terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan

seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukan

dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya. (Putu Laxman

Pendit 2003:29-30.)

Wilson (2000:46) mengartikan perilaku (behavior) sebagai:

1. Tingkah laku yang ditimbulkan dari seseorang

2. Segala sesuatu yang dilakukan oleh benda hidup yang meliputi tindakan

dan respon terhadap stimulant.

3. Rospon seseorang, sekelompok orang atau spesies dari lingkungannya.


19

Perilaku pencarian informasi adalah upaya yang dilakukan oleh

seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku pencarian informasi

merupakan tindakan mecari informasi. Baik dari segi tingkat kebutuhan yang

berbeda maupun dari kemampuan pengguna. Perilaku pencarian informasi

berhubungan erat dengan kebutuhan informasi. Wilson Juga menjelaskan

bahawa perilaku pencarian informasi adalah perilaku pencarian inrformasi

(informasi searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem,

baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau

tindakan meng-klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental

(misalnya penggunaan strategi Bollean atau keputusan memilih buku yang

paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan).

Wilson (2000) menyatakan bahwa perilaku pencarian informasi tidak

hanya ditimbulkan oleh hal-hal yang bersifat kongitif atau berhubungan

dengan pemecahan persoalan (pengambilan keputusan), tetapi kebutuhan

seseorang untuk menjaga status yang dapat dipuaskan dengan perasaan miliki

lebih banyak pengetahuan tentang suatu topik dari bawahnya, jika akan

menimbulkan perilaku pencarian informasi. Namun pendapat Buckland

(1988) menyatakan bahwa perilaku informasi baru timbul, pada saat

kebutuhan informasi seseorang telah diekspresikan dalam bentuk permintaan.


20

Perilaku pencarian informasi terjadi karena adanya kebutuhan

informasi yang dirasakan seseorang. Kebutuhan tersebut bisa disebabkan oleh

desakan diri yaitu untuk mewujudkan kepuasan dirinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pencarian informasi adalah pencarian informasi, keadaan /

masalah informasi, bidang pengetanuan, sistem penelusuran dan hasil yang

didapat. Perilaku pencarian informasi yang akan diteliti lebih ditekankan pada

persepsi responden memenuhi kebutuhan informasinya serta alasan pemilihan

sumber-sumber informasi yang dipergunakan.

C. Model Perilaku Pencarian Informasi

Behavioral model of informasion seeking strategies yang diperkenalkan

David pada tahun 1987 dari hasil analisis pola-pola pencarian informasi

dikalangan peneliti bidang ilmu-ilmu sosial. Hasil penelitian ini merupakan pola

pencarian informasi yang terdiri dari enam tahap yaitu: starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring dan extracting. Dalam model perilaku

pencarian informasi David Ellis 1997 (dalam Pawit M Yusuf 2010:105) juga

menjelaskan bahwa perilaku pencarian informasi adalah salah satu dari beberapa

jenis model perilaku pencarian informasi dan analisis mikro pencarian informasi

secara keseluruhan. Ellis mengembangkan teori ini dengan mengadakan

penelitian kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh objeknya, seperti mencari

bacaan, meneliti di laboratorium, menulis makalah, mengajar dan sebagainya

secara umum, Ellis (1989 dalam Wilson 1999) menjelaskan bahwa perilaku

penemuan informasi terdiri dari beberapa butir (ciri) yaitu:


21

1. Starting, “ the initial searc for information in which potentially relevan

sources are identified.”.

Merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan

sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan yang biasanya

dilakukan seseorang pengguan informasi saat pertama kali mencari tahu

tentang suatu bahasan tertentu. Contohnya: melakukan overview terhadap

literature-literatur yang ada dalam suatu bidang baru atau mencari tahu

orang-orang ahli dalam suatu bidang tertentu.

2. Chaining,”following (backwards to forward) chains of citations or orther

type of connections among materials”.

Artinya kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-

bentuk perujukan antar dokumen lainya. Mengikuti rangkaian kutipan-

kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar bahan

informasi (literatur). Misalnya dengan menelusur daftar pustaka yang ada

pada sebuah literatur guna mendapatkan sumber informasi yang lain yang

membahas informasi yang sama.

3. Browsing, “semi-directed search in areas of potential interest, such as

scanning tables of contents indeces,and subject heading”.

Artinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah, di

wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk


22

dalm kegiatan kelompok ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal

atau menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

4. Differentiating,” assessing and filtering sources by examining, differences in

nature and quality’’.

Pemilihan menggunakan ciri-ciri dalam sumber informasi sebagai

patokan untuk memeriksa kualitas isi/ informasi. Kegiatan memilah dan

memilih bahan sumber informasi berdasarkan derajat kepentingan dan

ketetapan serta relebansinya dengan kebutuhan informasi, sehingga terpilih

bahan sumber informasi yang penting tepat dan palaing relevan.

5. Monitoring, “maintaining awareness of developments in a given subject

area by regular checking or key sources”.

Artinya yaitu kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

bersikenambungan atau dengan tetap dengan bertukar informasi dengan

rekan sejawat dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar

dalam bidang tertentu.

6. Extracting,“systematic examination of a particular source to extract

material of interest”.
23

Artinya secara sestematis menggali di suatu sumber untuk

mengambil materi/ informasi yang dianggap penting. Mengidentifkasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Ellis menyatakan bahwa enam butir di atas saling berkaitan untuk

membentuk aneka pola pencarian informasi, dan seringkali bukan merupakan

tahapan-tahapan yang teratur.

Starting

Extracting Chaining

Monitoring Browsing

Differentiating

Gambar 2: Perilaku Pencarian Informasi David Ellis (dalam Widyana, 2011).

Kemudian pada tahun 1993 model ini dikembangkan Ellis bersama

dengan Cox dan hasil penelitian bidang fisika dan kimia sehingga menghasilkan

delapan tahapan pencarian infomasi yang terdiri dari starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Berikut

ini kedelapan model pencarian informasi (Ellis,Cox dan Hall. 1993:359-365)


24

1. Starting

Starting merupakan titik awal pencarian informasi atau pengenalan

awal terhadap rujukan. Seringkali informasi ditemukan pada saat starting

merupakan topik penelitian yang dapat dikembangkan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut. Pada saat starting digunakan penelusuran sebagai

berikut:

a. Rujukan awal (starter references)

Rujukan awal merupakan titik awal untuk mendapatkan bahan rujukan

selanjutnya. Biasanya didapatkan dari atasan, teman sejawat atau dari

kumpulan catatan yang dibuat sendiri mengenai rujukan yang berhubungan

dengan topik yang diamati.

b. Tinjauan atau synopsis artikel (preview or synoptic articles)

Priview atau ulasan artikel digunakan tidak hanya sebagai sumber

rujukan menuju bahan primer tetapi juga sebagai kerangka untuk dapat

memahami isi dari bahan rujukan

c. Sumber sekunder (secondry resources)

Sumber sekunder seperti abstrak, indeks dan catalog subjek digunakan

untuk mencari informasi dalam rangka memilih topik penelitian yang

diamati oleh peneliti.

2. Chaining

Chaining diidentifikasikan sebagai hal yang penting pada pola

pencarian informasi. Kegiatan ini ditandai dengan mengikuti mata rantai


25

atau mengaitkan daftar literature yang ada rujukan inti. Chaining dapat dua

cara yaitu:

a. Backward chaining

Merupakan cara tradisonal yakni mengikuti daftar pustaka yang ada

pada rujukan inti, sehingga rujukan selanjutnya merupakan rujukan-rujukan

yang pernah disitir pada rujukan inti. Dengan melakukan cara mengaitkan ke

belakang, akan dihasilkan efek bola salju, sehingga hanya dengan

menggunakan satu rujukan inti saja akan didapatkan beberapa rujukan lain

yang tidak akan berbeda jauh dengan masalah yang dibahas pada rujukan

inti.

b. Forward chaining

Mencari rujukan lain berdasarkan subjek atau nama pengarang dari

rujukan inti yang telah ada dengan mengaitakan ke depan. Cara lain

dilakukan dengan menggunakan sarana bibliografi.

Ciri-ciri chaining adalah:

a. Mencari bahan rujukan berdasarkan daftar literature yang tertera pada

rujukan inti

b. Mencari bahan rujukan di luar daftar rujukan inti, akan tetapi tetap

berpedoman pada subjek atau pengarang yang ada pada rujkan inti.

3. Browsing

Merupakan tahap kegiatan yang ditandai dengan kegiatan pencarian

informasi dengan cara penelusuran semi terstuktur karena telah mengarah


26

pada bidang yang diamati. Kegiatan pada tahap ini efektif untuk mengetahui

tempat-tempat yang menjadi sasaran potensial ditelusuri. Browsingdapat

dilakukan dengan berbagai cara antara lain: melalui abstrak hasil penelitian,

daftar isi jurnal, jajaran buku, bahkan juga buku-buku yang dipajang pada

pemeran atau seminar.

4. Differentianting

Merupakan kegiatan membedakan sumber informasi untuk

menyaring informasi berdasarkan sifat kualitas rujukan. kriteria untuk

memilih rujukan yang akan digunakan adalah:

a. Topik

b. Pendekatan yang digunakan

c. Kualitas atau jenis perlakuan

Identifikasi sumber-sumber informasi terutama ditekankan pada

subjek-subjek yang dipilih dan selanjutnya akan mengabil bahan-bahan dan

topik yang diminati.

5. Monitoring

Merupakan kegiatan yang ditandai kegiatan memantau

perkembangan yang terjadi terutama dalam bidang yang diminati dengan

cara mengikuti sumber secara terataur. Monitoring dapat dilakukan dengan

cara yaitu:

a. Melaluai hubungan formal (informal contact)


27

Digunakan sebagai pra seleksi sumber dan bahan yang akan digunakan. Cara

ini merupakan ajang untuk bertukar informasi, baik dengan sejawat maupun

pakar bidang tertentu.

b. Membaca jurnal (monitoring journal)

Biasanya monitoring dilakukan terhadap sumber inti dalam jumlah

kecil tetapi telah terseleksi dan diikuti secara seksama. Misalnya beberapa

judul majalah yang dipilih sesuai dengan bidang yang diminati, diikuti

perkembangan setiap terbit, minimal dari judul-judulnya saja seperti pada

current content.

c. Monitoring Katalog (monitoring material published in book form)

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melihat daftar terbitan secara

berkala, preview atau bibliografi berkelanjutan dan melakukan akses berkala

ke perpustakaan.

6. Extracting

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terutama di perlukan pada

saat harus membuat tinjauan literature, sumber informasi yang digunakan

pada extracting ini adalah jurnal terutama jurnal-jurnal yang sudah standar,

catalog penerbit, bibliografi subjek, abstrak dan indeks.

7. Verifying

Ditandai dengan kegiatan pengecekan atau penilaina apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diingikan.

Sebagai pebandingan peneliti bidang ilmu sosial tidak melakukan tahapan


28

ini, berbeda dengan peneliti bidang fisika dan kimia yang melalui tahap ini

dengan melakukan pengujian untuk memastikan seandainya ada kesalahan-

kesalahan pada informasi yang diperoleh.

8. Ending

Tahap ending merupakan kategori perilaku yang tidak dijumpai pada

kajian Ellis (1987). Merupakan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian

Browsing

Starting Chaining Differentiating Extracting Verifying Ending

Monitoring

Gambar 2. Proses tahap perilaku pencarian informasi model dan dikomparasikan


dengan proses tahapan perilaku pencarian informasi model kuhlthau oleh Wilson
(1990). Sumber dari Natalya Godbold. (2006). Beyod informasi seeking: towards a
general model of information behavior information research, vol.11 No 4, july 2006
(dalam Siti Rozinah, 2012)

Dalam penelitan ini, model perilaku pencarian informasi yang digunakan

adalah model yang diuraikan oleh Ellis (1987) yang terdiri dari starting,

chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan

endingyang merupakan pola pencarian informasi peneliti ilmu-ilmu sosial.


29

D. Masyarakat Miskin

1. Pengertian Masyarakat Miskin

a. Masyarakat

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti yang seluas-

luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama

(KBBI). Masyarakat dapat pula diartikan sebagai semua kegiatan dalam

kehidupan bersama (Humonangan singgalingging, 2008:28). Masyarakat

dibentuk oleh indiviu-individu yang beradab dalam keadaan sadar.

Masyarakat mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas

masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup

bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau

dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup

bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok

manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Misalnya bangsa,

gologan dan sebagainya.

Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep Mayo, 1998:162

(dalam Edi Suharto 2010: 26) yaitu:

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama” yakni sebuah wilayah

geografi yang sama. Sebuah contoh, sebuah rukun tetangga,

perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah

pedesaan.
30

2. Masyarakat sebagai “ kepentingan bersama”, yakni kedamaian

kepentingan bersama pada masyarakat etis minoritas atau kepentingan

bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu sepertihalnya

pada kasus orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan kusus

(anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan

mental.

Defenisi masyarakat menurut Muthahhari (dalam Eko handoyo

2007:1) mengartiakan masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang

dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh

seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan tersatukan dan terlebur dalam

suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Yang dimaksud kehidupan

bersama adalah kehidupan yang didalamnya kelompok-kelompok

manusia hidup bersama-sama di suatu wilayah tertentu, terbagi iklim ,

berbagai identitas, berbagai kesenangan maupun kesediaan.

b. Miskin

Kata miski>n didalam al-Qur’an digandengkan dengan kata faqi>r

karenanya, dua istilah ini menjadi kajian khusus dalam melihat tolak ukur

miskin didalam al-Qur’an memakai beberapa kata dalam menggambarkan

kemiskinan, yaitu faqi>r, miski>n al sa>il, dan mahru>m. tetapi dua kata

yang pertama yang paling banyak disebut dalam al-Qur’an. Kata faqi>r

dijumpai dalam al-Qur’an sebanyak 12 kali dan kata miski>n disebut

sebanyak 25 kali. (Muhtadi Ridwan, 2012:31).


31

Tentang dua golongan ini para ahli berbeda pendapat, Abu Yusuf,

pengikut Abu Hanifah dan Ibnu Qasim, pengikut Imam Malik

mengatakan bahwa kedua golongan tersebut pada hakikatnya sama.

Sedangkan Yusuf Qardhawi memberikan perumpamaan bahwa kedua

kata tersebut seperti imam dan islam, kalau dukumpulkan terpisah, yakni

bila salah satu disebutkan sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai arti

buat kata yang sejajar. (Yusuf Qardhawi, 2002: 511)

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia miskin adalah tidak

berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).Sebagian

besar konsepsi mengenai kemiskinan sering diartikan dengan aspek

ekonomi, kemiskinan, sejatinya menyangkut pula dimensi material,

sosial, kultural, institusional dan sturktural ( Edi Suharto 2013: 15).

Dalam bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata sakana yang

berarti diam atau tenang, sedangkan kata masakin ialah bentuk jama’ dari

miskin yang menurut bahasa diambil dari kata sakana yang artinya

menjadi diam atau tidak bergerak karena lemah fisik atau sikap yang

sabar dan qana’h. ( Sidi Gazalba, 1985:134). Menurut al-fairuz abadi

dalam Al-Qamus “miskin” adalah orang yang tidak punya apa-apa atau

orang-orang yang sangat butuh pertolongan. Dan boleh dikatakan miskin

orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya.(Teungku Hasby

Ash-Shiddieqie, 2006:166) Dengan kata lain miskin adalah orang yang


32

hina karena fakir jadi miskin menurut bahasa adalah orang yang diam

dikarenakan fakir.

Sedangkan menurut Yasin Ibrahim sebagaimana yang

diungkapkan oleh M. Ridlwan Mas’ud dalam bukunya zakat dan

kemiskinan, instrument pemberdayaaan umat lebih luas lagi yaitu orang

yang tidak luas lagi yaitu orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Mereka kebalikan dari orang-orang kaya yang mampu

memenuhi apa yang diperlukan.(Muh. Ridwan Mas’ud,

2005:55)Sementara itu para ulama baik sahabat atau tabi’in berbeda

pendapat dan menafsirkan lafadh al-masakin dalam surat at-Taubah ayat

60:







Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
33

Kata miskin pada ayat di atas diartikan sebagai orang yang

mempunyai sesuatu tetapi kurang dari nisab, tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan mereka atau orang-orang yang memiliki harta tetapi

tidak mempu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa ada

bantuan.Ibnu Abbas menyatakan lain kata al-masakin diartikan orang

yang keluar rumah untuk meminta-minta. 7 Hal serupa juga diingkapkan

oleh Mujahid lebih lanjut ia menyatakan bahwa al-masakin adalah orang

yang meminta. Ibnu Zaid dalam menafsirkan al-masakin diartikan orang-

orang yang meminta-minta pada orag lain. Sedangkan menurut Qatadah

al-masakin adalah orang yang sehat (orang yang tidak mempunyai

penyakit) yang membutuhkan.

Pada riwayat lain disebutkan bahwa Umar menyatakan “bukanlah

orang miskin yang tidak mempunyai harta sama sekali, tetapi orang yang

buruk raganya” sementara ikramah menyatakan orang-orang ahli

kitab.Pengertian miskin sering disampaikan dengan fikir penjelasannya

adalah bahwa mengenai pengertian fakir dan miskin terdapat perbedaan

pendapat, yaitu sebagai berikut:Menurut Madzhab Hanafi, orang fakir

adalah yang memiliki usaha namun tidak mencukupi untuk keperluan

sehari-hari. Sedangkan orang miskin tidak memiliki tidak memiliki

matapencarian untuk mencukupi keperluan sehari-hari. Jadi keadaan

orang fakir masih lebih baik daripada orang miskin.Pendapat ini diperkuat

oleh Firman Allah dalam surat al-Balad ayat 16


34

:

Artinya: atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

1) Imam Abu Hanafiah memberi pengertian miskin adalah mereka yang benar-

benar miskin dan tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Imam Malik mengatakan bahwa fakir adalah orang yang mempunyai harta

yang jumlahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam

masa satu tahun.Imam asy-Syafi’i mengatakan bahwa fakir adalah orang yang

tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta dan usaha tetapi

kurang dari setengah kebutuhan hidupnya dan tidak ada orang yang

berkewajiban menggunakan biaya hidupnya.Imam Ahmad bin Hanbal

mengatakan bahwa fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau

mempunyai harta tetapi kurang dari setengah keperluannya. Sebagaimana kata

fakir, kata miskin pun mengalami pengertian yang bermacam-macam.Imam

Abu Hanafiah dan Imam Malik mengatakan bahwa orang miskin adalah orang

yang memiliki harta setangah dari kebutuhan hidupnya atau lebih tetapi

mencukupi. Ahli fikih sudah sama-sama mengadakan studi yang cukup

mendalam mengenai masala ini. Mereka sudah sepakat bahwa perbedaan

dalam hal ini tidak ada gunanya dalam arti zakat. Hal ini sebagai mana firman

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 273:


35





 

Artinaya:
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.

2) Ibnu Al-Arabi berpendapat sama saja antara fakir dan miskin yaitu orang

yang tidak mempunyai apa-apa. Abu Yusuf pengikut Abu Hanafiah dan Ibnu

Qasim pengikut Maliki juga berpendapat demikian.(M.Ali Hasan, 2006:95-

96).

Sementara itu Masdar F. Mas’udi mengatakan bahwa miskin menunjukan

pada orang yang secara ekonomi lebih beruntung daripada si fakir. Tetapi ia

tergolong orang-orang yang masih tetap kerepotan dalam memenuhi

kebutuhan hidup kesehariannya. (Masdar F. Mas’udi, 2005:115)


36

Dalam pengertian lain kemiskinan adalah salah satu bentuk ketidak

sejahteraan. Dalam al-Qur;an terdapat ayat-ayat yang menyebut tentang

kemiskinan dan petunjuk-petunjuk untuk mengatasinya. Namun dalam al-

Qur’an menyebutkan setiap orang yang memerlukan sesuatu sebagai fakir

atau msikin dan harus dibantu. Oleh karenaitu pengertian miskin tergantung

kepada ijtihad manusia yang selalu berubah dari masa ke masa, karena

ukuran-ukuran yang dipergunakan untuk merumuskan suatu makna yang

abstrak (seperti kemiskinan) selalu berubah-rubah.

c. Masyarakat Miskin

Untuk mengukur kemiskinanBPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Dengan

pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

yang diukur dari sisi pengetahuan. Jadi masyarakat miskin adalah

masyarakat yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di

bawah garis kemiskinan.

1) Kriteria Masyarakat Miskin

Kementerian Sosial Republik Indonesia menetapkan kriteria

dan pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu. Berdasarkan

keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor146/HUK/2013.

Fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister berasal dari

Rumah Tangga yang memiliki kriteria:


37

a) Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber


mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
b) Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk
memenuhi konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
c) Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga
medis, kecuali puskesmas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
d) Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai
jenjang SLTP
e) Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok
dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang
sudah usang/ berlumut atau tembok tidak diplaster.
f) Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk
setiap anggota rumah tangga.
g) Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
h) Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan
kondisi tidak baik/ kualitas rendah
i) Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik
atau listrik tanpa meteran.
j) Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2/ orang dan
k) Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ linnya.

Kriteria pengukuran kemiskinan menurut BKKBN. Pada awal

pemerintahan Orde Baru, data yang dipakai pemerintah, termasuk data

keluarga, terpencar dimasing-masing departemen sesuai dengan

kepentingannya. Sistem dan prosedurnya pun berbeda-beda antara satu

departemen dan departemen lainya sehingga sulit untuk digabungkan

menjadi data nasional.

Kemudian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

secara khusus mencatat dan melakukan pemantauan keluarga di


38

Indonesia dan hasilnya di kumpulkan dalam suatu pangkalan data yang

bersifat nasional. Sistem pendataan ini dilakukan secara konsisten

dengan pelaporan bulanan dari pusat kesehatan masyarakat

(puskesmas) kepada BKKN pusat, antara lain, tentang data jumlah

penguna konstrapepsi. Pada 1985 BKKBN mengembangkan sistem

pendataanya dan melakukan penggunaan kontrasepsi. Pada 1985

BKKBN mengembangkan sistem pendataannya dan melakukan survey

perencanaan keluarga nasional. Pada 1994 BKKBN menambah dua

bagia dalam surveinya, yaitu ukuran kesejahteraan keluarga dan

karakteristik demografi keluarga. Bagian kesejahteraan keluarga

digunakan untuk penargetan keluarga miskin yang dibagi dalam lima

kategori kesejahteraan, yaitu keluarga prasejahtera (Pra-KS), keluarga

sejahtera 1(K51), krluarga sejahtera 2(KS2), keluarga sejahtera 3

(KS3), dan keluarga sejahtera 3 plus (KS3 Plus).

Dalam penentuan kesejahteraan keluarga, BKKBN 23 indikator

yaitu:

a) Angota keluarga belum melaksanakan ibadah menurut agamanya


b) Seluruh anggota keluarga tidak dapat makan minimal dua kali
sehari
c) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk
di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
d) Bagian terluas dari lantai rumah adalah tanah.
e) Bila anak sakit, tidak dibawa ke sarana kesehatan
f) Angggota keluarga tidak melaksanakan ibadah agamanya secara
teratur
39

g) Keluarga tidak makan daging/ikan/telur minimal sekali


seminggu
h) Setiap anggota keluarga tidak memperoleh satu stel pakian baru
dalam setahun
i) Tidak terpenuhinya luas lantai luas rumah minimal delapan
meter pesegi per penghuni
j) Ada anggota keluarga yang sakit dalam tiga bulan terakhir.
k) Tidak ada anggota keluarga berumur 15 tahun keatas yang
berpenghasilan tetap
l) Ada anggota keluarga berumur 10-60 tahun ke atas yang tidak
bisa baca tulis
m) Ada anak berumur 5-15 tahun yang tidak bersekolah
n) Jika keluarga telah memiliki dua anak atau lebih, tidak memakai
kontrasepsi
o) Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan agamanya
p) Sebagian penghasilan keluarga ditabung
q) Keluarga minimal dapat makan bersama sekali dalam sehari dan
saling berkomunikasi
r) Keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
s) Keluarga melakukan rekrasi di luar rumah minimal sekali
sebulan
t) Anggota keluarga dapat mengunkan fasilitas transportasi lokal
u) Keluarga berkontribusi secara teratur dalam aktivitas sosial dan
v) Minimal satu anggota keluarga aktif dalam pengelolaan lembaga
lokal.

Data BKKBN ini telah digunakan dengan baik oleh pemerintah

maupun lembaga swasta untuk penargetan program seperti program

Takesra/kukesra, dan GN-OTA. Bahkan pada saat krisis ekonomi

1997/1998 data BKKBN digunakan untuk penargetan program-program

JPS, misalnya, program Operasi Pasar Khusus Beras oleh Badan Urusan

Logistik (Bulog).
40

UU No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskinPendataan

fakir miskin pasal 8,9,10 dan 11 antara lain :

• Pendataan fakir miskin pasal 8 yaitu:

a) Menteri menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk


melaksanakan penanganan fakir miskin
b) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
MENTERI berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga
terkait
c) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kegiatan statistik untuk melakukan pendataan
d) MENTERI melakukan verifikasi terhadap hasil pendataan yang
dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kegiatan statistik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3)
e) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
sekali
f) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) di
kecualikan apabila terjadi situasi dan kondisi tertentu yang baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
seseorang menjadi fakir miskin
g) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan oleh potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang
ada di kecamatan, kelurahan atau desa
h) Hasil verfikasi dan validasi sebagaimana dimaksud ayat (7)
dilaporkan kepada Bupati/Walikota
i) Bupati/ Walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada Gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
41

• Pasal 9

a) Seseorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif


mendaftarkan diri kepada lurah atau kepala desa atau nama lain
yang sejenis di tampat tinggalnya.
b) Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib
melaporkan setiap perubahan data anggota keluarganya kepada
lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat
tinggalnya.
c) Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib
menyampaikan pendaftaran atau perubahan sebagimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) kepada bupati/walikota melalui camat
d) Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
e) Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi
dan validasi terhadap pendaftaran dan perubahan sebagaimana di
maksud pada ayat (3)

• Pasal 10

a) Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi


informasi dan dijadikan sebagai data terpadu
b) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab Menteri
c) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dipergunakan oleh kementerian/ lembaga terkait dalam
penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh
masyarakat sesuai dengan ketetuntuan peraturan perundang-
undangan.
d) Kementerian/lemabaga yang menggunakan data terpada untuk
menangani fakir miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melaporkan hasil pelaksanaanya kepada Menteri
e) Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai
fakir miskin diberkian kartu indentitas.
f) Kementerian lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan
penerbitan kartu identitas diatur dengan peraturan menteri.
42

• Penetapan pasal 11

a) Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi yang


disampaikan kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal
8 ayat (9) dan pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri.
b) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan
bantuan dan/atau pemberdayaan.
c) Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang
sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan
oleh Menteri.

2) Klasifikasi Masyarakat Miskin

Kemiskinan berkaitan erat dengan sumber daya manusia

kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak berkualitas,

begitu pula sebaliknya. Penggolongan kemiskinan didasarkan pada

suatu standar tertentu, yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan

orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan kriteria ini paling

tidak ada tiga macam konsep kemiskinan, yaitu: kemiskinan absolute,

kemiskinan relative, dan kemiskinan subyektif.

Kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran

tertentu. lazimnya berorientasi pada kehidupan dasar anggota

masyarakat (sandang, pangan, papan). Masing-masing negara

mempunyai batasan kemiskinan absolute yang berbeda-beda sebab

kehidupan masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang


43

berlainan. Karena ukurannya dipastikan, konsep kemiskinan ini

mengenal garis batas kemiskinan. Pernah ada gagasan yang ingin

memasukkan pula kebutuhan dasar seperti: pendidikan, keamanan, dan

sebagainya, disamping kebutuhan fisik (Usman 2012:12).

Kemudian kemiskinan felative dirumuskan berdasarkan the idea

of relative setandard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan

waktu. Dasar pemikirannya adalah kemiskinan berbeda antara suatu

wilayah dengan wilayah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu

berbeda dengan waktu yang lainnya. Konsep kemiskinan semacam ini

lazimnya diukur dengan berdasarkan pertimbangan anggota masyarakat

tertentu, dengan berorientasi pada standar kelayakan hidup (Usman

2012:126).

Kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan

kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed

yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard.

Kelompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan,

boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin demikian pula

sebaliknya. Konsep kemiskinan semacam ini dianggap lebih tepat

apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan

cara atau strategi yang ekfektif untuk penanggulangannya. Perspektif

kultural merumuskan masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis:

individual, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individual kemiskinan


44

ditandai dengan sifat yang lazim disebut dengan a strong feeling or

marginality seperti: sikap parochial, apatisme, fatalism atau pasrah pada

nasib, boros, tergantung dan inferior (Usman 2012:128).

2. Ukuran-ukuran kemiskinan

Kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

melibatkan faktor ekonomi tetapi juga sosial, budaya dan politik. Untuk itu

tidaklah mengherankan apabila kesulitan akan timbul ketika fenomena

kemiskinan diobyektifkan dalam bentuk angka-angka. Dengan kata lain.

Tidak mudah untuk menentukan berapa rupiah pendapatan yang harus

dimiliki oleh setiap orang agar terhindar dari batas kemiskinan. Menurut

kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) dalam penanggulangan kemiskinan

absolute yaitu dengan menghitung pengeluaran rumah tangga untuk kosumsi

berdasarkan data Survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) ditetapkan

batas garis kemiskinan absolut adalah setara dengan tingkat pendapatan yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 2.100 kalori per orang plus

beberapa kebutuhan non-makanan lain, seperti: sandang, papan, dan lain-

lain. (Mas’oed Mochtar 1994:137).

3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan

Dimensi-dimensi yang terkait dalam kemiskinan. Pertama,

kemiskinan berdimensi ekonomi atau material, yaitu, papan, pangan,

sandang, perumahan, kesehatan dan lain-lain. Dimensi ini dapat diukur

dengan rupiah meskipun harganya akan selalu berubah-rubah setiap


45

tahunnya tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri. Kedua,

kemiskinan berdimensi sosial dan budayaseperti rendahnya pendidikan atau

adanya hambatan budaya misalnya, malas, mudah menyerah pada nasib dan

kurang memiliki etos kerja. Ketiga, kemiskinan berdimensi strukrtural atau

politis seperti kemiskinan yang terjadi disebabkan ketidakmerataan terhadap

sumberdaya karena struktrur dan peran seseorang dalam

masyarakat.Dimensi-dimensi kemiskinan pada hakikatnya merupakan

gambaran bahwa kemiskinan bukan hanya dalam artian ekonomi, tetapi

memperhatikan prioritas, sejalan dengan pembangunan nasional, bahwa

yang dikejar tidak semata-mata perubahan ekonomi melainkan juga

pembangunan kualitas manusia seutuhnya (Heru Nugroho 1995:26-31)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan dalam bab ini antara lain tentang tempat penelitian, jenis dan

motode penelitian, sumber data (data primer data sekunder), teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

A. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan lokasi yang dijadikan peneliti untuk

mendapatkan data dan fakta dalam memenuhi kebutuhan peneliti. Penelitian

yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin ini berlokasi di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

B. Jenis Dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian studi kasus yang

menggunakan Kualitatif Deskriptif, Menurut Sugiyono (2010:9) penelitian

kualitatif deskrptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. Sementara itu Nawawi dan Martini (1994:73)

mendefinisikan metode deskrptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan

46
47

objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan

kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Penelitian kualitatif

deskrptif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya

sesuai dengan pertanyaan penelitinya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata

apa yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperan, dan

bertindak).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:80), “populasi adalah wilayah generalisasi

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu. Ditetapkan oleh para peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua petugas Dinas

Sosial Kabupaten Solok Selatan yang berjumlah 25 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:81) “ sampel adalah sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan untuk

menetapkan jumlah sampel menurut Arikunto (2008:116) “ penentuan

pengambilan sampel sebagai berikut: apabila kurang dari 100 lebih baik

diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika


48

jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung

sedikit banyaknya dari:

a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,tenaga dan dana

b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal

ini menyangkut banyak sedikitnya dana

c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk

penelitian yang resikonya besar hasilnya akan lebih baik.

Informan dipilih berdasarkan teknik Purposive sampling dengan

menemukan informan kunci, dimana Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,

atau mungkin dia sebagai ahli kunci dari permasalahan yang kita kemukakan

sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Teknik Purposive sampling digunakan karena anggota sampel dipilih secara

khusus berdasarkan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 3 orang, 1 orang

pegawai Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten

Solok Selatan, yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala

seksi dan 1 orang pegawai dari staf Dinas Sosial bidang Sosial. Penulis

menjadikan Kabid Sosial sebagai orang yang paling tahu tentang persoalan yang

penulis kemukakan, sementara 2 informan yang lainya adalah kepala Seksi dan
49

pegawai/staf yang sudah lama menjabat dan berpengalaman tentang penelitian

ini.

D. Sumber Data

1. Primer

Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

primernya adalah kepala Seksi dan staf/petugas bidang Sosial Dinas Sosial,

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan yaitu

petugas yang bertugas melayani masyarakat miskin.

2. Skunder

Data sekunder adalah sumber yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber sekundernya

adalah kabid Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan.

E. Teknik Dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memenuhi

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini antara lain:


50

a. Observasi

Nasution, (dalam Sugiyono, 2012:226) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai

alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan

electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi

dengan jelas. Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono 2012:226) mengklasifikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),

observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (observation and covert

observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau

tersamar, karena peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyatakan

secara terus terang bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga objek

yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktifitas peneliti.

b. Wawancara

Sugiyono (2009:317) mengemukakan bahwa wawancara adalah

pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara. Wawancara


51

terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpul data, bila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul

data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara

terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul

data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data

dapat menggunakan pewawancara mempunyai keterampilan yang sama.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007), mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas

tersebut adalah reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

dan conclusion drawing/verificatioan Sugiyono (2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah analisis data yang dilaukan dengan memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Data yang diperoleh di dalam lapangan ditulis/diketik dalam

bentuk uraian atau laporan yang terperinci, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.
52

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian

data dimana penyajiannya dilakukan dalam bentuk uraina singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman

(dalam Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang

bersifat naratif.

3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification)

Langkah selanjutnya menurut Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono 2009:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnaya.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa data hasil

pengamatan dan data hasil wawancara. Data pengamatan didapat terutama

dari interaksi-interaksi antara penulis dengan informan.

Data wawancara dalam penelitian ini merupakan data utama yang

menjadi bahan utama dalam analisis untuk menjawab masalah peneliti,

wawancara dilakukan dengan wawancara terstruktur, dengan harapan

eksplorasi yang bebas, bisa menggali sebanyak mungkin informasi yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang dihasilkan dari

wawancara langsung diolah setiap kali wawancara, hasil wawancara


53

langsung dibuat rangkumannya, dan pertanyaan-pertanyaan inti dicatat

dalam reduksi transkrip wawancara. Untuk melengkapi data ini juga di

ajukan beberapa kali pertanyaan kepada informan di luar wawancara

informal, ini dilakukan untuk melengkapi apa yang sebelumnya

diwawancara kurang tereksplorasi dengan baik, dengan bagian penafsiran

data dapat dilakukan dengan baik.

Setelah semua infomasi dari hasil wawancara diperoleh, dilakukan

penafsiran data secara keseluruhan yang akan disajikan pada BAB IV.

Untuk menafsirkan perilaku pencarian informasi, penulis menggunakan

Model Perilaku Pencarian Informasi Ilmuan Sosial menurut David Ellis.

G. Waktu Penelitian

Agar penelitian ini memperoleh informasi dan data yang lengkap serta

untuk verifikasi maka penulis membutuhkan waktu 1 bulan, 19 Mei sampai 19

Juni di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan.
BAB IV
PEBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan

Bagian ini membahas semua tema yang diperoleh di lapangan tentang:

Gambaran umum Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, profil informan, Perilaku pencarian informasi petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dan

hambatan dalam pencarian informasi petugas Dinas Sosial.

A. Gambaran Umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan merupakan lembaga instansi pemerintah yang beralamat di Jln.

Poros Dua Kantor Bupati Timbulun Atas, Telp/Fax (0755) 7575155, Email:

Solsel. Satkerp3md @gmail.com. Kantor Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan .

1. Letak Geografis Kabupaten Solok Selatan

Kabupaten Solok Selatan berada pada jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang termasuk dalam daerah Patahan Semangka. Dengan luas

wilayah lebih kurang dari 3.590 km². Bila dilihat peta maka Posisi

54
55

kabupaten Solok Selatan tepat berada di bagian selatan Provinsi Sumatera

Barat dengan batas-batas wilayah di sekitarnya antara lain:

• Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Solok.

• Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Kerinci (Provinsi

Jambi).

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.

• Sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Dharmasraya

Ibu kota Kabupaten Solok Selatan adalah Padang Aro. Jarak antara

Padang Aro dengan Kota Padang adalah 166 Km. Secara administratif, sejak

tahun 2007 Kabupaten Solok Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu:

Sangir, Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, Sangir Batang Hari, Sungai Pagu,

Pauh Duo dan Koto Parik Gadang Diateh. Secara keseluruhan kabupaten ini

terdiri dari 39 nagari dan 215 jorong. Tiap kecamatan ini memiliki luas yang

bervariasi. Kecamatan terluas adalah kecamatan Sangir Batang Hari dengan

luas 752 km2 dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dengan luas 673 km2.

Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sangir Jujuan dengan luas 279 km2dan

Kecamatan Pauh Duo dengan luas 265 km2.

2. Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan

Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan di bidang Sosial diantarannya: Bidang Sosial,


56

Seksi Rehabilitas Sosial, Seksi perlindungan jamaina sosial dan Seksi

Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakair miskin.

a. Tugas-tugas Bidang Sosial

1) Bidang Sosial mempunyai tugas merumuskan kebijakan teknis,

penerimaan bimbingan teknis, melaksanakan program dan

pelayanan, serta pemantauan dan evaluasi dibidang Sosial

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Bidang Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyiapan rumusan kebijakan operasional di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan Sosial, jaminan Sosial,

pemberdayaan sosial dan penanggulangan fakir miskin

• Penyiapan bimbingan teknis dan supervise di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Rehabilitas

sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan

sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pelaksanaan tugas kedinasan yang diberikaan oleh pimpinan

sesuai bidang tugasnya.


57

b. Tugas-tugas Seksi Rehabilitas Sosial

1) Seksi Rehabilitas Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian

bimbingan teknis dan pemantauan serta evaluasi di bidang

Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Rehabilitas Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Rehabilitas Sosial mengacu

pada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Rehabilitas

Sosial

• Pengumpulan, pengelolaan dan evaluasi data di bidang

Rehabilitas Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Rehabilitas Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

c. Tugas Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

1) Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan penyusun dan pelaksanaan


58

kebijakan, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan serta di

bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial menyelenggarak

an fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Perlindungan dan Jaminan

Sosial mengacu paada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Perlindungan dan

Jaminan Sosial

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi data di bidang Perlindungan

dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

d. Tugas Seksi Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakir Miskin

1) Seksi Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan


59

pemantaua serta evaluasi di bidang Pemberdaayaan Sosial dan

Penanggulangan Fakir Miskin

2) Untuk melaksanaakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir

Miskin menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Pemberdayaan Sosial dan

Penanganan Fakir Miskin mengacu pada rencana kerja

Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Pemberdayaan

Sosial dan penanganan Fakir Miskin

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.


60

B. Profil informan

Informan merupakan objek utama dalam mendapatkan data. Untuk skripsi

ini peneliti mengambil 2 orang informan primer dan 1 orang informan sekunder.

Ketiga orang informan tersebut terdiri dari 2 pria dan 1 orang wanita, sekaligus

menjadi sampel dari jumlah total 25 orang pegawai Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan. 1 orang pegawai Dinas

Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan,

yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala seksi dan 1

orang pegawai dari staf.

Berikut profil masing-masing informan:

1. Nama : Diky Nanda Utama


NIP : 198211082005011006
Jabatan : Kabid Sosial
Lama Bekerja : 4 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Pakan Rabaa

2. Nama : Yulisman
NIP : 196501101989033010
Jabatan : Kasi
Lama Bekerja : 3 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Abai Sangir

3. Nama : Pepi Sutra Yani


NIP :-
Jabatan : Staf Bidang Sosial
Lama Bekerja : 10 tahun Pada Dinas Sosial
Alamat : Sungai Padi
61

C. Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang Masyarakat

Miskin di Kabupaten Solok Selatan

Dalam penelitian tentang perilaku pencarian informasi penulis

menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang terdiri dari 8

tahap yang dimulai dari tahap starting, chaining, browsing, differentiating,

monitoring, extracting, verifying, dan ending untuk menemukan informasi data

masyarakat miskin dan pengembangan atau publikasinya.

Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut:

1. Starting

Starting merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-

aktivitas yang memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang

dikategorikan sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan

yang biasanya dilakukan seseorang pengguna informasi saat pertama kali

mencari tahu tentang informasi.

Peneliti: Bagaimana upaya/langkah apa yang bapak/ibu lakukan untuk


mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “hal pertama yang kami lakukan untuk mendapatkan data


masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah kami mengacu kepada
BPS (Badan Pusat Statistik) yang di perbaharui dalam 1 kali dalam 5 tahun,
kewajiban kami adalah memverifikasi dan memvalidasi data tersebut minimal
1 kali dalam 1 tahun dan diharuskan 2 kali 1 tahun dan harus divalidasi setiap
tahunnya karena yang kita data masyarakat/ orang maka ia tidak statis atau
tidak tetap artinya akan naik akan turun setiap tahunnya akan berubah,
62

jangankan setiap tahun hitung bulan atau per 6 bulan bisa berubah, jadi harus
divalidasi data tersebut 2 kali dalam satu tahun”. (informan D)

“ berdasarkan Undang-undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan


Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin
berdasarkan kriteria orang fakir miskin dan tidak mampu berdasarkan basis
data terpadu kami mengacu data dari pendataan program BPS tahun 2011
yang berpedoman pada undang-undang No 8 tahun 2011 yang berdasarkan
peraturan Mentri Sosial No 8 tahun 2011 tentang pendata dan pengolahan data
penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS dan potensi kesejahteraan
sosial PSKS”. (informan P).

“ langkah awal yang kami lakukan untuk mendapatkan data kami mengacu
data pada data BPS yang di perbaharui 1 kali dalam 5 tahun. Berdasarkan
undang-undang No 11 tahun 2011 tentang kesejahteraan sosial dan undang-
undang No 13 tahun 2011 tentang fakir miskin”. (informan Y).

Informan menyatakan langkah pertama yang dilakukan oleh informan

adalah mengacu data masyarakat miskin dari BPS (Badan Pusat Statistik)

Kabupaten Solok Selatan berdasarkan undang-undang No 11 tentang

kesejahteraan Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang

penangana fakir miskin. Selama wawancara antara penulis dengan informan,

tampak jelas sekali oleh penulis bahwa informan begitu memahami betul

tentang apa yang digelutinya selama ini seperti halnya dalam pemaparan

informan terhadap data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Chaining

Chaining merupakan kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan

atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen lainya, mengikuti rangkaian

kutipan-kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar

bahan informasi (literature).


63

Peneliti: Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam


mengumpulkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “Sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan


Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), kita
di Solok Selatan ada namanya Tim Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan
Daerah, Kita juga bisa mengambil data dari Pak Jorong, Pak Wali dan Pihak
Kecamatan dalam rangka memvalidasi dan memverifikasi data BDT 2016”
(informan D)

“ sumber informasi yang kami dapat yaitu dari TKSK, TKSM, jorong, Wali
Nagari, kecamantan dari pedoman data BDT, STATISTIK, TP2K. yang akan
di data oleh TKSM dan TKSM karena merekalah yang akan mendata PMKS
dan PSKS” (informan P)

“sumber informasi dari berbagai sumber seperti dari BPJS, TKSK, TKSM,
TNP2K, jorong, walinagari, BDT, STATISTIK” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap Chaining ini Dinas Sosial

mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat miskin dari berbagai

sumber.

3. Browsing

Browsing atrinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah,

di wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal atau

menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

Peneliti: Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang yang bapak butuhkan
dalam pengumpulan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
64

Informan : “ Kita kalau di Dinas Sosial kita ada namanya TKSK (Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial
Masyarakat), TKSK ada di 7 kecamatan dan TKSM ada 39 Nagari dan
merekalah yang akan mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
bedasarkan PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial,
jadi TKSK dan TKSM yang akan mendata kerumah-rumah masyarakat’’
(informan D).

“ kami di Dinas sosial yang melakukan pendataan TKSK dan TKSM yang
intinya untuk melakukan pendataan merekalah yang akan mendata data
PMKS dan PSKS ini kami juga akan melakukan pendataan di bulan juli ini
setelah itu kami akan menvalidasi dengan mencocokan dengan data basis
terpadu dengan mengadakan koordinasi dengan Wali Nagari apakah data
masyarakat tersebut benar-benar miskin’’ (informan P)

“ ya seperti yang dikatakan pak Kabid dan buk pepi tadi kalau di Dinas Sosial
ini yang melakukan pendataan itu TKSK dan TKSM merekalah yang akan
mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ini mereka akan
mendata ke rumah-rumah masyarakat, TKSK dan TKSM tersebut yang akan
mendata masyarakat yang benar-benar tidak mampu” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap browsing ini yang mengumpulkan

data masyarakat miskin adalah TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat), yang

akan mendata ke rumah-rumah masyarakat miskin, berdasarkan

PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial.

4. Differentiating
Tahap differentiating merupakan tahap pemilihan menggunakan ciri-

ciri dalam sumber informasi sebagai patokan untuk memeriksa kualitas isi/

informasi. Kegiatan memilah dan memilih bahan sumber informasi


65

berdasarkan derajat kepentingan dan ketetapan serta relevansinya dengan

kebutuhan informasi, sehingga terpilih bahan sumber informasi yang paling

tepat dan paling relevan.

Peneliti: Apa yang Bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber informasi yang
paling relevan?

Informan: “

“ menjelang kita melakukan pendataan ini kita kan berkoordinasi dan


bersosialisasi dengan TKSK, TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK,
BAPEDA nya untuk mencocokan data-data berdasarkan kriteria orang miskin
kita masih mengacu pada kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional
yang akan dicocokan/diverifikasi benar tidaknya data tersebut” (informan D).

“ kita kan melakukan pendataan ini kita kan bersosialisasi dengan TKSK,
TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK, BAPEDA kita mencocokan
data-data, untuk kriteria fakir miskin kita belom bisa mengatakanya karena
kita berkordinasi dulu kita memakai kriteria nasional, kita mencocokan
dengan benar tidaknya data tersebut, data kami itu kita verifikasi dan
melakukan pengukuran dengan Wali Nagari antuk kecamatan dengan adanya
Wali Nagai, jorong, TKSM data tersebut dicocokan sesuai dengan hasil yang
dilapangan, setelah itu kita bisa menentukan orang itu miskin atu tidak
miskin” (informan P).

“ kita melakukan pendataan kita akan bersosialisasi dengan TKSK dengan


mengundang BPS, STATISTIK , BAPEDA yang akan mencocokan data-data
fakir mikin berdasarkan kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional”
(informan Y).

Tahap differentiating merupakan tahap penyeleksian dari berbagai

sumber yang telah di miliki, memilih sumber yang paling relevan dan tepat

untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan tema awal yang kita cari, seperti
66

yang dikatakan informan diatas bahwasanya informasi yang didapat

dimanfaatkan semua.

5. Monitoring

Monitoring artinya kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk dalam

kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

berkesinambungan atau dengan tetap bertukar informasi dengan rekan sejawat

dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar dalam bidang

tertentu.

Peneliti : Bagaimana bapak/ibu monitoring data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan?

Informan : “ cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari
Dinas Sosial, atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat
berfikir mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke
kita kadang bukan data yang sebenarnya, contoh “apakah bapak mempunyai
kebun atau ladang?, padahal dia punya tetapi karena yang mendata adalah
orang Dinas Sosial mereka akan bilang “oh gag ada pak, penghasilan bapak
sebulan berapa? , misalanya penghasilan sebulan orang miskin itu minimal
1000.000 rupiah, diatas satu juta tidak dikategorikan orang miskin misalnya,
karena Dinas Sosial yang mendata maka masyarakat mereka akan bilang pak
penghasilan saya cuma 1000.000 rupiah, makanya dalam mendata nanti kami
akan bekerjasama dengan pak jorong dan pak wali”. (informan D)

“ untuk memantau data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan


supaya tidak terjadi kekeliruan kami meminta bantuan jorong dan Wali Nagari
67

karena jorong dan Wali Nagarilah yang tahu persis keadaan masyaraktanya di
jorong tersebut”.(informan P).

“ ya itu tadi kadang kan masyarakat kita ini kalau ada pendataan bantuan
miskin mereka yang tidak miskin ikut menyertakan pendataan, seperti orang
itu mampu tetapi karena ada pendataan mereka bilang tidak mampu, untuk
pendataan ini supaya datanya persis dengan dilapangan kami disini ya minta
bantuan pihak jorong dan pihak Wali Nagari supaya datanya lebih akurat”
(informan Y).

Dalam monitoring bagi Dinas Sosial menurut penulis memang cocok

atau pantas untuk dilakukan, apalagi dalam pendataan masyarakat miskin

seperti bekerjasama dengan Jorong dan Wali Nagari yang selalu berhubungan

dengan masyarakat, sesuai dengan pernyataan informan diatas bahwasanya

tahap monitoring dilakukan dengan berdiskusi dengan pak jorong dan pak

wali apakah data tersebut sesuai dengan data yang di lapangan.

6. Extracting

Extracting artinya secara sestematis menggali di satu sumber untuk

mengambil materi/informasi yang dianggap penting mengidentifikasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah dapat di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Peneliti: siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan ?

Informan: “seperti yang saya katakana tadi informasi yang kami dapatkan
tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, kami mengacu
pada data BPS, dan informasi lainnya data dari TKSK dan TKSM , BPJS,
68

TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak


Wali dan dari pihak kecamatan.

“yang berperan dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok


Selatan ya data dari BPS, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan
Kemiskinan Daerah TKSK, TKSM, Karena TKSK dan TKSM lah yang akan
mendata masyarakt miskin di Kabupaten Solok Selatan dan dari jorong,
Nagari, Kecamatan” (informan P).

“seperti yang dikatakan pak kabid tadi informasi data masyarakat miskin di
Kabupaten Solok selatan datanya mengacu pada data BPS, dan yang lainya
seperti dari TKSK, TKSM, BPJS, TNP2K, Tim koordinasi penanggulangan
Daerah, seperti jorong, walinagari dan kecamatan” (informan Y).

Informan menyatakan bahwasanya untuk melengkapi informasinya

Dinas Sosial mendapatkan Informasi dari berbagai sumber diantaranya: data

dari BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, Pihak Jorong, Pihak Wali Nagari dan dari pihak

kecamatan. Karena sudah banyak sumber informasi yang didapatkan tentang

data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan telah merasa cukup.

7. Verifying

Verifying merupakan kegiatan pengecekan atau penilaian apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diinginkan.

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/mencocokan


data masyarakat miskin yang di peroleh ?

Informan: “Sebetulnya untuk pengecekan apakah data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan udah benar atau salah, sesuai informasi yang kami
69

dapat dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K,
Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak Wali
dan dari pihak kecamatan, kami akan melakukan pendataan lagi ke rumah-
rumah masyarakat, verifikasi yang memakai Basis Data Terpadu dari BPS
datanya dari BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembanguanan Daerah) data ini
yang akan dicocokan ke lapangan, nanti TKSK dan TKSM yang akan
mendata kerumah-rumah masyarakat.

“ setelah kita melakukan pendataan yang dilakukan oleh TKSK dan TKSM
kita melakukan pengukuran di Wali Nagari dan pihak kecamatan dengan
mencocokan semua data-data yang telah kita lakukan pendataan seperti data
STATISTIK, data BDT nanti kita akan mengklarifikasi kelapangan dengan
jorong. Kami akan menvalidasi data 2 kali dalam 1 tahun sampai data
kemiskinan ini terhapus” (informan P).

“ Kami melakukan pengecekan data tersebut apakah sudah benar atau tidak,
data yang kami peroleh dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM
, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak
Jorong,Pak Wali dan dari pihak kecamatan, kami akan menvalidasi ke rumah-
rumah masyarakat yang akan kami lakukan dalam 1 tahun 2 kali yang di
cocokan oleh TKSK dan TKSM” (informan Y).

Berdasarkan pernyataan informan di atas bahwa tahap verifying

dilakukan dengan mencocokan ke lapangan apakah informasi yang didapatkan

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sudah sesuai dengan

keadaan masyarakat yang sebenarnya. Sehingga dengan adanya pengecekan

ulang maka Dians Sosial akan mendapatkan data yang lebih akurat/benar

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

8. Ending

Merupakan kegiatan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian.


70

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan data masyarakat


miskin yang relevan di Kabupaten Solok Selatan ?

Informan:“Data yang telah kita dapat kami umumkan di Wali Nagari, sebelum
kita legalkan dengan SK pak Bupati, datanya kita tempel di Wali Nagari dan
kantor camat, nanti yang akan di umumkan oleh pak camat dan pak Wali
Nagari yang akan mengumumkan pada masyarakat, maksudnya jika ada
masyarakat yang protes, kita akan cek kelapangan berdasarkan pendataan dan
berdasarkan bukti-bukti dilapangan yang di dapatkan oleh TKSK dan TKSM
itu yang akan kita umumkan di kantor Wali Nagari dan kantor camat, dan
akhirnya akan keluar satu SK atau berbentuk peraturan Bupati tentang kondisi
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan data BPD (Badan
Permuawaratan Desa) dan BPS (Badan Pusat Statistik).” (informan D)

“setelah kita memperoleh data masyarakat miskin di Solok Selatan, setelah


kita validasi dan verivikasi data kita akan memapang data-data kemiskinan
Solok Selatan di setiap nagari, pernagarinya di kecamatan masing-masing
agar masyarakat melihat mana masyarakat miskin, mana masyarakat tidak
mampu, kami juga melakukan penempelen label ke rumah-rumah. Berarti
setelah data masyarakat Solok Selatan Oke kita akan membuat lampiran
nama-nama masyarakat miskin di Solok Selatan dan memberikan label-label
di setiap rumah-rumah sesuai dengan data yang ada”. (informan P).

“ setelah kami mendapatkan data tersbut, data tersebut akan di umumkan di


Wali Nagari, datanya di tempel di Wali Nagari dan kantor camat dan nanti
akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari dan pihak Kecamatan” (informan
Y).

Informan D dan inrorman Y menyatakan bahwasanya untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat dan akan di legalkan dengan SK

(surat keputusan) Bupati yang akan di temple di Wali Nagari dan kantor

camat yang akan di umumkan oleh pihak kecamatan dan dan pihak Wali

Nagari langsung kemasyarakat Kabupaten Solok Selatan. Sedangkan


71

informan P menyatakan hasil akhir data tersebut ditempelkan di rumah-rumah

masyarakat miskin.

Dari perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

msyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, sesuai dengan model perilaku

pencarian informasi David Ellis. Gambaran akhir dari perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan yang penulis kelompokan ke dalam bentuk kerangka diagram

berikut dibawah ini: Mengacu Pada data BPS

Sumber
Starting Informasi
Hasil akhir • BPJS
• Diserahkan • TNP2K
ke Wali
• BDT
Nagari &
Ending Chaining • STATISTIK
Camat
• PMKS
• Di tempel di
rumah-rumah • PSKS
• TKSK
• TKSM
• Jorong
Verifying Monitoring • Wali Nagari

Pengecekan ke rumah-rumah yang Monitoring bekerja sama dengan


dilakukan 1 tahun 2 kali Jorong dan Wali Nagari

1. Starting

Ketiga informan menyatakan langkah awal/pertama yang

dilakukan oleh informan adalah mengacu pada data masyarakat miskin

dari BPS ( Badan Pusat Statistik).


72

2. Chaining

Ketiga informan menyatakan pada tahap chaining ini petugas

Dinas Sisial mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat

miskin dari berbagai sumber.

3. Monitoring

Pada tahap monitoring ketiga informan menyatakan mereka

bekerjasama dan berdiskusi dengan pihak jorong dan Wali Nagari

apakah data tersebut cocok dengan yang di lapangan.

4. Verifying

Tahap verifying semua informan menyatakan mereka

mencocokan data masyarakat miskin dengan melakukan pengecekan

ulang ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan dalam 2 tahun

sekali.

5. Ending

Pada tahap ending dua informan menyatakan untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat yang akan di legalkan

dengan SK Bupati, yang akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari

dan Kecamatan kepada masyarakat sedangkan satu informan

menyatakan pada tahap ending hasil akhir dari data tersebut

ditempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.


73

Kerangka di atas merupakan gambaran dari tahapan teori David

Ellis yang penulis gambarkan kembali sesuai dengan perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dians Sosial tentang masyarakat miskin di

Kabupaten Solok Selatan.

D. Hambatan dalam Pencarian Informasi

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, seringkali seseorang mengalami

hambatan. Hambatan yang dialami oleh pencari informasi telah banyak dikaji

oleh beberapa ahli, salah satunya adalah Wilson (1997). Setiap orang akan

mengalami suatu hambatan dalam pencarian informasi. Hambatan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Peneliti: fakator apa yang menghambat bapak/ibu dalam pendataan masyarakat


miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan:

1. Faktor internal (faktor dalam organisasi)

“ kami disini Kekurangan tenaga TKSM dan TKSK yang dilapangan karena
39 nagari idealnya harus ada tenaga TKSM itu 50 orang, Cuma yang ada
sekarang baru 30 orang yang berada dan anggaran kami terbatas untuk
pendataan 2 kali satu tahun” (informan D)

“ kurangnya tenaga pendata , kurangnya kendaraan untuk pendataan TKSK


dan TKSM dan kami juga masih kekurangan tenaga TKSK dan TKSM, kita
di Solok Selatan 39 sembilan nagari dan kami masih kekurangan TKSK dan
TKSM “ (informan P)
74

“kami kekurangan tenaga TKSM dan TKSK untuk pendataan di lapangan,


tenaga TKSM kami sangat terbatas, dan dari segi anggaran, anggaran kami
sangat terbatas” (informan Y).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar organisasi)

“cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari Dinas Sosial,
atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat berfikir
mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke kita
kadang bukan data yang sebenarnya Jadi data yang mereka berikan bukan
data yang sebenarnya dan faktor wilayah/ kondisi wilayah,wilayah kita kan
masih banyak wilayah-wilayah yang tidak bisa dilalui kendaraan seperti
daerah lubuk ulang-aling butuh tenaga ektra untuk mendata masyarakat
miskin” (informan D)

“ dan dari segi wilayah yang wilayahnya yang curam dan kami akan
melakukan pendataan langsung rumah-kerumah’’ (informan P).

“ faktor yang meghambat ya itu faktor wilayah, liat saja wilayah kita masih
banyak daerah yang tidak bisa di lalui kendaraan, masih banyak wilayah
yang susah dijangkau, yang menyebabkan kami disini sulit untuk mendata
masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau ya seperti lubuk
ulang-aling dan wilayah-wilayah lain yang sulit dijangkau” (informan Y).

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa situasi tempat kegiatan

melakukan pencarian informasi merupakan penghambat berlangsungnya

pencarian informasi. Disamping itu lingkungan yang luas juga dapat menjadi

masalah penghambat (Wilson:2000). Dalam penelitian ini yang menjadi

hambatan adalah kondisi wilayah yang sulit dijangkau dan pola pikir masyarakat.

Terjadinya hambatan akan mempersulit pencarian informasi data masyarakat

miskin dan hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal dikarenakan banyak

faktor yang mempengaruhi Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


75

II. Pembahasan

Informasi yang peneliti peroleh di atas menunjukan bahwa dalam

melakukan proses pencarian informasi dengan menggunakan model perilaku

pencarian informasi David Ellis (1993) yaitu mulai dari tahap starting hingga

ending. Tahap starting merupakan tahap awal dalam proses perilaku pencarian

informasi. Menurut David Ellis, tahap awal ini adalah proses penentuan

pencarian informasi dalam melakukan pencarian informasi apakah

menggunakan kata kunci yang bersifat umum atau khusus, yang merujuk pada

rujukan awal, hal ini selaras dengan yang diungkapkan David Ellis yaitu

starting. Pada tahap Starting Dinas Sosial mengacu data masyarakat miskin

pada BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Solok Selatan

Tahap kedua yaitu chaining, maksudnya kegiatan yang ditandai

dengan mengikuti mata rantai atau mengaitkan daftar literature yang ada ke

rujukan kunci. Pada tahap pencarian informasi informan menggunakan

matarantai dari berbagai sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan), di Solok Selatan ada namanya Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, dari Jorong, Wali Nagari dan Pihak Kecamatan. Dari

berbagai sumber informasi yang diperoleh Dinas Sosial ini memudahkan

informan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pada tahap ini selaras

dengan ungkap Ellis bahwa dalam tahap ketiga yaitu browsing tahap ini
76

ditandai kegiatan mencari informasi yang terstruktur dan semi terstruktur, dan

dalam melakukan pencarian informasi informan harus bisa menentukan

subjek dari permasalahan yang ada, agar mudah dalam mendapatkan

informasi. Pada tahap browsing ini diungkapkan oleh informan bahwa pada

tahap ini tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial. Langkah selanjutnya

differentiating, pada tahap ini informan memilih referensi terhadap terhadap

informasi yang didapatkannya, pada tahap ini petugas Dinas Sosial

menggunakan semua informasi yang didapat. sedangkan Ellis menyebutkan

bahwa pada tahap differentiating merupakan tahap pemilihan terhadap

referensi yang akan digunakan untuk kebutuhan informasi. Tahap monitoring,

informan memilih-milih sumber informasi dengan tujuan memperoleh sumber

yang paling bermanfaat, informan menyatakan tahap monitoring dilakukan

dengan berdiskusi dengan pihak jorong. Selanjutnya tahap extracting ini

informan merangkum informasi yang didapatnya dan informasi tersebut akan

digunakan jika menurut mereka penting. Hal ini yang diungkap Ellis bahwa

pada tahap extracting ini adalah proses perangkuman informasi yang

didapatkan. Sedangkan Pada tahap ini petugas Dinas Sosial menyatakan

untuk melengkapi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

menyatakan mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Tahap ini tidak

sesuai dengan David Ellis


77

Tahap verifying adalah proses pengecekan kembali apakah informasi

yang didapatkan tersebut telah sesuai yang diinginkan pada tahap terakhir

yaitu ending, tahap ini merupakan tahap dimana semua proses pencarian,

pemilihan, penyeleksian dan pengecekan atau penilaian berakhir.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perilaku

pencarian informasi yang dilakukan oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dengan menggunakan model

perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 bahwasanya ada beberapa

tahap yang memang tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan yaitu browsing, differentiating, dan extracting. Sedangkan pada

tahap ending dari ketiga informan berbeda. Informan D dan Y melakukan

ending dengan menyerahlan hasil pencarian informasi masyarakat miskin

kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara informan P menempelkan

di rumah-rumah masyarakat miskin.


BAB V
PENUTUP

Dalam bab terakhir dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh

dari wawancara dan analisis data. Kesimpulan yang diambil ini merupakan jawaban

dari permasalahan yang sebelumnya dirumuskan di bab 1, selain kesimpulan, peneliti

juga memberikan saran-saran kepada pihak yang terkait.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan peneliti maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan:

1. Perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Sesuai dengan Teori

Pencarian informasi David Ellis 1993 tetapi ada beberapa tahap yang

tidak di lakukan yaitu browsing, differentiating, dan extracting.

Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan berbeda. Dua

informan melakukan ending dengan menyerahkan hasil pencarian

informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat,

sementara satu informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat

miskin.

2. Hambatan petugas Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan yaitu faktor internal dan eksternal.

78
79

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan memaparkan dalam bentuk

skripsi, maka penulis berharap sebagai berikut:

1. Petugas Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan sebaiknya secara langsung mengunjungi

masyarakat atau tanpa perantara sehingga data yang diperoleh sesuai

dengan kondisi masyarakat di lapangan.

2. kepada pembaca diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan

menggunakan metode atau teori perilaku pencarian informasi lainnya.

3. Dan kepada penulis sendiri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

menambah wawasan dibidang ilmu perpustakaan kususya dibidang

kebutuhan informasi serta dapat mengembangkan perilaku pencarian

informasi dan data yang mendukung dibidang pencarian informasi


DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto. 1996. Perangkap Kemiskinan: Problem dan Strategi


Pengentasannya dalam Pembangunan Desa. Yokyakarta: Aditia Medika

Dinas. (n.d). Retrieved Desember 19, 2017, from http: //Kbbi.web.id

Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi


Pembanguna Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. PT Refika Aditama:
Bandung

Eko Handoyo dkk.2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu


Sosial Negeri Semarang

Hamonangan Singgalingging. 2008. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Educatioan). Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan UNNES.

Heru Nugroho. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Pemberdayaan, Yogyakarta:


Aditiya Media

Hur Hayati. 2015. Perilaku Pencarian Informasi oleh Mahasiswa Tunanetra (Studi
Kasus di IAIN Imam Bonjol Padang). Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

IAIN Imam Bonjol Padang. 2015/2016. Buku Pedoman Akademik IAIN Imam Bonjol
Padang. Padang: IAIN Imam Bonjol Padang

Jalaluddin Rakhmat.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstuktur Teori
dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI

Keputusan Mentri Sosial Republik Indonesia No. 146/HUK/2013 tentang penetapan


Kriteria dan Pendapatan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu

M.Ali Hasan, 2006. Zakat dan Infaq. Jakarta: Kencana

Mas’oed Mochtar. 1994. Polotik, Birografi dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Masdar F. Mas’udi, 2005. Menggagas Ulang Zakat. Bandung: Mizan

Muh. Ridwan Mas’ud, 2005. Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan Umat.
Yogya: UII Press

Muhtadi Ridwan. 2012. Gelita Ekonomi Islam: Memangkas Kemiskinan, Mendorong


Perubahan. Malang: UIN Maliki Press

Mukham, Kepala BPS Petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan wawancara
Pribadi 20 February 2017 Solok Selatan

Nurafni Dahlia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akaik


di Karang Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang. Skripsi mahasiswa IIP
Fakultas Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Pawit M Yusup. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi


Retriveal. Jakarta: Kencana

Pengertian-masyarakat-miskin.(2011,02) Retrieved February 28, 2017, from html:


http://masyarakatmiskin.blogspot.co.id

Perilaku Pencarian dalam memenuhi Kebutuhan Informasi bagan 2. (2009,01 10).


Retrieved Desember 19, 2016, from http://encangsaepusin.wodpress.com

Putu Laxman Pendit. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta:
JIP-FSU

Racman Hermawan. 2006. Etika Kepustakawan Suatu Pendekatan Terhadap Kode


Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Rafika Sastra. 2014. Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra di


Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sarlito W. Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pres

Sherly Octavia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Menggunakan Ansroid Studi


Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas
Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sidi Gazalba, 1985. Ilmu Islam2: Asas Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Siti Rozinah. 2012. Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Dalam Penulisan
Skripsi (studi kasus di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
(STAINU) Jakarta). Depok. Tersedia Pada (http://lontar.ui.ac.id) diakses pada
tanggal 21 April 2017.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunyoto usman. 2012. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyarta:


Pustaka Pelajar

Widya Yusrina.2015. Perilaku Pencarian Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang
Dalam Memilih Perguruan Tinggi. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab Dan
Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Widyana Dewi Kartika. 2011. Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi


Peneliti: studi kasus di mahkamah konsitusi Republic Indonesia. Semarang.
Teredia pada (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip/issue/view/10)
diakses pada tanggal 15 April 2017.

Wiji Suwarno. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA Group.

Yusuf Qardhawi. 2002. Hukum Zakat. Jakarta: Lintera Internusa


Dokumentasi

Kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok


Selatan
Peneliti bersama Bapak Kabid Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

Peneliti besama Bapak Kasi dibidang Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
Peneliti bersama ibu staf bidang sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
PEDOMAN WAWANCARA

Teori David Ellis

No Indikator Instrumen Wawancara


1 Starting a. Apa persiapan yang Bapak/ibu lakukan sebelum melakukan pengumpulan data masyarakat miskin
di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Bagaimana upaya/ langkah apa yang Bapak/ibu lakukan untuk mendapatkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
2 Chaining a. Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam mengumpulkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan (misal: personal/ahli/lembaga dll).?
3 Browsing a. Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang bapak butuhkan dalam mengumpulkan data
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Apa kriteria masyarakat miskin yang Bapak/ibu gunakan dalam menyempurnakan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan?
4 Differentianting a. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber yang paling kongkrit ?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/ mencocokan data yang di peroleh ?
5 Monitoring a. Bagaimana bapak/ibu memantau/ monitoring data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?
6 Extacting a. Siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Siapa informan yang memberikan data yang konkrit tentang data masyarakat miskin?
7 Verifying a. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ibu peroleh telah sesuai yang diinginkan?
b. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ peroleh sesuai dengan di lapangan?
8 Ending a. Apa yang selanjutnya Bapak/ibu lakukan setelah informasi tenang data masyarakat miskin
didapatkan?
9 Faktor a. Faktor apa yang mempengaruhi Bapak/ibu dalam mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Penghambat Selatan?
b. Apa kendala Bapak/ibuk dalam mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
BIODATA PENULIS

Nama : Susi Utami


Nim : 1311020140
Fakultas/ Jurusan : Adab dan Humaniora/ SPI Konst.
Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Tempat/ Tgl Lhr : Bangun Rejo, 12 Mei 1992
Negeri Asal : Pincuran Tujuh Bangun Rejo,
Kecamatan Sangir, Kab. Solok
Selatan
E-mail : susiutami862@gmail.com
Hp : 085263514324
Judul Skripsi : Perilaku Pencarian Informasi Oleh
Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten
Solok Selatan

I. PENDIDIKAN YANG DITEMPUH:


1. SDN 24 Bangun Rejo di Solok Selatan Tahun 1999-2005
2. SMPN 14 Solok Selatan Tahun 2005-2008
3. SMKN 1 Solok Selatan Tahun 2008-2011
4. UIN Imam Bonjol Padang Tahun 2013-2017

II. DATA KELUARGA


1. Nama Orang Tua
 Ayah : Sutamto
 Ibu : Sujinah
2. Pekerjaan Orang Tua
 Ayah : Petani
 Ibu : Petani
3. Jumlah Saudara : 3 Orang
4. Anak yang ke : 1(Pertama)
5. Alamat Orang Tua : Pincuran Tujuh Bangun Rejo, Kecamatan Sangir,
Kab. Solok Selatan
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI OLEH PETUGAS DINAS SOSIAL
TENTANG MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN
SOLOK SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Sebagai Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Pada Jurusan Sejarah
Kebudayaan Islam Konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Oleh:

SUSI UTAMI
1311020140

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)


KONSENTRASI ILMU INFORMASI PERPUSTAKAAN (IIP)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN IMAM BONJOL PADANG
1438 H/2017 M
   
karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Qs. Alam Nasyrah: 5-8).

Kata-perkata yang tak dapat mengungkapkan segalanya

Cintamu, kasihmu, yang meneggakkan anakmu sampai detik ini

Harapanmu seperti biji padi

Segala isi dunia kau berikan untuk ku

Doa yang selalu menyertai langkahku

Sebongkah harapan terpancar diwajahmu

Untuk mengabulkan sepercik impian

Hujan, panas, badai, yang menerjang langkah-langkah kecil ini

Karana cinta dan kasihmu ku masih berdiri sampai saat ini

Matahari tak kan bersinar setetah malam, pelangi tak kan muncul setelah
hujan, Begitu pun hidup ini tiada arti kebahagiaan tanpa didahului
kepahitan

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup yang selalu


memberikan segalanya cinta, kasih dan sayang, mendampingi saat suka
dan duka, selalu mendampingi saat ku lemah tak berdaya Ayahanda dan
Ibunda tercinta yang selalu mendoakan untukku dalam setiap sujudnya.

Terima kasih Ayahnda dan Ibunda tercinta


KATA PENGANTAR

   


Puji sykur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis bisa menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “ Perilaku Pencarian Informasi Oleh Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan’’ .

Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun

umatnya untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berkat kemudahan

dan izin Allah, dan bantuan semua pihak akhirnya penulisan skripsi ini bisa

diselesaikan.

Penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan ucapan

terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda tercinta Sujinah dan

Ayahanda Sutamto yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu

menyayangi Ayahanda dan Ibunda dunia akhirat, juga buat adik-adik penulis

Cindy Sutanti, Vigo Trio Utama dan Nesa Riski Utami yang selalu memberi

dukungan agar penulis tetap semangat menyelesaikan skipsi ini. Semoga

Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

i
Melalui kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini:

1. Rektor UIN Imam Bonjol Padang Bapak Dr. Eka Putra Wirman, Lc.,M.A.

beserta jajaran Wakil Rektor UIN Imam Bonjol Padang.

2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Bapak Dr. H Yufni Faisol, M.A

beserta jajaran Wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

3. Ketua Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Bapak Muhammad Ilham,

S.Ag., M. Hum dan Sekretaris Jurusan Ibu Lisna Sandora, M.pd

4. Dosen Penasehat Akademik (PA) Bapak Muhammad Ilham, S.Ag,S.sos,

M. Hum yang telah memberikan ilmu, dukungan, dan arahannya selama

masa perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Arwemi, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Erida, M.Pd

selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, dan memberikan

bimbingan, arahan, dan sumbangan pemikiran sehingga penulis bisa

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suhefri, M.Ag dan Bapak Muntasir, M.Hum selaku penguji

yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini

7. Bapak Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, Bapak Kepala Bidang Sosial beserta staf yang

ii
dengan ikhlas memberikan data dan dukungan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak/Ibu pegawai

Akademik dan Kemahasiswaan (AKAMA) Fakultas Adab dan

Humaniora, dan Bapak/Ibu pegawai Perpustakaan UIN Imam Bonjol

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menggunakan buku-

buku sebagai bahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Ucapan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan jurusan

SKI Khususnya angkatan 2013, Yurnani, Melda, Bulan, Lilis, Dona, Utia,

Rolis dan yang lainya yang tidak bisa disebutkan semua. Dan teman kost

Kak Nova, Vita,Vina, Ilda, Rika, Sari, dan yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan terimakasih yang dapat

penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas atas segala amal

kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk

menyelesaikan studi yang penulis jalankan Amiin Yarabbal’Alamin.

Padang, 02 Agustus 2017


Wassalam

Susi Utami

iii
ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas


Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan disusun oleh Susi
Utami, Bp: 1311020140 Jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang. Permasalahan pokok yang
dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana perilaku pencarian informasi petugas
Dinas Sosial dalam mencari informasi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Selatan dengan menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang
dimulai dari Starting dan diakhiri dengan ending. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan perilaku pencarian informasi petugas Dinas Sosial tentang
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan. Peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data
melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
sampel diambil secara pusposive sumpling dari Kabid Sosial, Kasi Sosial dan staf
bidang Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari
Kabupaten Solok Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi oleh
petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sesuai
dengan perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 ada beberapa tahap yang tidak
dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan yaitu browsing,
differentiating, dan extracting. Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan
berbeda. Dua informan melakukan ending dengan menyerahlan hasil pencarian
informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara satu
informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.

Kata Kunci: Perilaku Pencarian Informasi

iv
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................................ 5
C. Penjelasan Judul ....................................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8
E. Tinjauan Kepustakaan .............................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi .................................................................................14


1. Pengertian Informasi ......................................................................14
2. Sumber Informasi ..........................................................................15
B. Perilaku Pencarian Informasi ...................................................................17
C. Model Perilaku Pencarian Informasi ........................................................20
D. Masyarakat Miskin ...................................................................................29
1. Pengertian Masyarakat Miskin ......................................................29
2. Ukuran-Ukuran Kemiskinan ..........................................................44
3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan.......................................................44

v
BAB III: METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian.....................................................................................46
B. Jenis Dan Metode Penelitian ....................................................................46
C. Populasi dan Sampel ................................................................................47
D. Sumber Data .............................................................................................49
1. Primer ............................................................................................49
2. Skunder ..........................................................................................49
E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data .......................................................49
1. Observasi .......................................................................................50
2. Wawancara ....................................................................................50
F. Teknik Analisis Data ................................................................................51
1. Reduksi Data (Data Reduction) .....................................................51
2. Penyajian Data (Data Diaply)........................................................52
3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification) .......................52
G. Waktu Penelitian ......................................................................................53

BAB IV: PEMBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan ........................................................................54


A. Gambaran umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan ..........................................54
B. Profil Informan ..............................................................................60
C. Perilaku Pencarian Infomasi Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan ...........................61
D. Hambatan dalam Pencarian Informasi ...........................................73
II. Pembahasan .............................................................................................75

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................78

vi
B. Saran...............................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Struktrur Organisasi Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari


Kabupaten Solok Selatan

Dokumentasi

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur

Provinsi Sumatera Barat. Sebelumnya, kabupaten ini merupakan bagian dari

Kabupaten Solok. Setelah kemerdekaan, muncul wacana pembentukan sebuah

kabupaten yang meliputi sebagian wilayah Solok Selatan saat ini. Hal ini ditandai

dengan diadakannya Konferensi Timbulan pada tahun 1950-an. Saat itu digagas

rencana pembentukan sebuah kabupaten dengan nama Kabupaten Sehilir Batang

Hari yang meliputi wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Pantai Cermin, Sungai

Pagu dan Sangir. Namun pada saat otonomi daerah keinginan tersebut baru

terwujud dengan nama Kabupaten Solok Selatan, yang diresmikan bersama 23

kabupaten baru lainnya di Indonesia, yaitu 7 Januari 2004 dengan Undang-

Undang Nomor 38 Tahun 2003.

Matapencarian masyarakat Solok Selatan umumnya berprofesi sebagai

petani, namun ada juga sebagian kecil berprofesi sebagai pedagang dan PNS.

Dari usaha yang mereka lakukan untuk memenuhi kehidupan keluarga atau

rumah tangga, masyarakat Solok Selatan umumnya memiliki penghasilan rendah

dibandingkan dengan penghasilan masyarakat di kabupaten lainnya di Sumatera

Barat. Kabupaten Solok Selatan menduduki peringkat 9 dari 12 kabupaten

lainnya di Sumatra Barat dalam hal pendapatan asli daerah.

1
2

Mengacu pada keputusan menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister

berasal dari rumah tangga yang memiliki kriteria:

1. Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber mata


pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar.
2. Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
3. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga medis,
kecuali puskemas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
4. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap
anggota rumah tangga.
5. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang
SLTP
6. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan
kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah usang/
berlumut atau tembok tidak diplaster.
7. Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi tidak
baik/ kualitas rendah.
8. Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
9. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau
listrik tanpa meteran.
10. Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2 / orang dan
11. Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ lainnya.

Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang

tidak memiliki akses prasarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas

perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan serta mata

pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu


3

dimensi politik, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan

dimensi aset ( P2 KP, Pedoman Umum, 2004:1).

Penanganan masalah sosial menurut Pendit (2003:33) adalah tugas Dinas

Sosial untuk membantu mayarakat seperti dalam hal: pembinaan organisasi,

pengembangan kelembagaan, bantuan sosial dan penanggulangan kemiskinan

serta rehabilitas sosial. Untuk membantu masyarakat yang membutuhkan

bantuan seperti bantuan sosial yang diberikan Dinas Sosial kepada masyarakat

Dinas Sosial harus mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang masyarakat

yang memerlukan bantuan dari Dinas Sosial. Informasi adalah serangkaian sinyal

atau pesan-pesan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, terlepas dari

atau sedikit berkaitan dengan proses kognitif.

Perilaku pencarian informasi merupakan suatu kegiatan seseorang untuk

mendapatkan informasi. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang

membutuhkan informasi baik untuk kebutuhan sosial, ekonomi, ilmu

pengetahuan, pendidikan, keagamaan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan

informasi tersebut maka seorang akan mencari informasi dengan menggunakan

berbagai sumber informasi. Menurut Wilson, (dalam Pendit, 2003:29) Perilaku

Pencarian Informasi (Information Seeking Behavior) merupakan upaya

menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk

memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja berinteraksi

dengan sistem informasi misalnya surat kabar, majalah, perpustakaan atau yang

berbasis komputer (misalnya WWW). Teori Perilaku Pencarian Informasi


4

tergolong dalam teori modern yang kemudian berkembang menjadi teori model

perilaku informasi manusia dan kebutuhan informasi.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 20

Februari 2017 di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan diperoleh informasi bahwa tugas Dinas Sosial adalah

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi di

bidang Sosial seperti: pemberdayaan dan rehabilitas masyarakat miskin,

perlindungan dan jaminan sosial, dan rehabilitas PMKS. Hal ini tertuang dalam

peraturan pemerintah Kabupaten Solok Selatan No 22: tahun 2005 tentang

Struktur Organisasi Dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari dalam pasal 12 yang berbunyi “ memberikan

bantuan sosial kepada peran sosialnya akibat bencana alam, bencana sosial

akibat lainya seperti kemiskinan , telantar dan cacat’’. Selanjutnya dari Dinas

Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

diperoleh data tentang jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

sebagai berikut:

No Jumlah
Nama Jumlah Penduduk Persentase
Kecamatan Penduduk miskin

1 Kecamatan Sangir 40.615 3.717 9,15%

2 Kecamatan KPGD 12.660 1.039 8,20%

3 Kecamatan Sungai Pagu 16.846 1.028 6,10%


5

4 Kecamatan Sangir Balai 16.858 1.132 6,71%


Janggo
5 Kecamatan Sangir Jujuan 30.949 2.674 8,64%

6 Kecamatan Sangir Batang 15.317 2.093 13,66%


hari
7 Kecamatan Pauh Duo 23.657 2.539 10,73%

Jumlah 15902 14.539 63,19%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa masyarakat Kabupaten Solok

Selatan 63,19% tergolong masyarakat miskin, walaupun dari segi pembangunan

daerah Kabupaten Solok Selatan telah mengalami perkembangan sejak 13 tahun

yang silam, akan tetapi pembangunan dan kesejahteraan belum seperti yang

diharapkan masyarakatnya. Melihat dari kondisi ini penulis tertarik untuk

mengungkapkan Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan di atas maka yang

menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi

Petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi maka penulis

membatasi masalah dengan batasan masalah sebagai berikut:


6

1. Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Faktor apa saja yang menghambat Petugas Dinas Sosial dalam mencari

informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

C. Penjelasan Judul

Judul dari penelitian ini adalah Perilaku Pencarian Informasi Petugas

Dinas Sosial Tentang Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan. Agar

tidak terjadi kesalah pahaman dan lebih teratahnya penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini, yaitu:

Perilaku Pencarian Informasi : Wilson (dalam Putu Laxman Pendit, 2003:29)

perilaku pencarian informasi ( informasi searching

behavior) merupakan upaya menemukan informasi

dengan tujuan tertentu sebagai akaibat dari adanya

kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Sedangkan maksud dari penulis adalah perilaku

petugas Dinas Sosial mencari informasi tentang

masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan

informasi.

Petugas Dinas Sosial : Petugas adalah seseorang yang melaksanakan tugas

pelayanan pada Tugas Pokok dan Fungsi, instansi

tempat bekerja sedangkan di dalam KBBI

disebutkan Dinas adalah bagian Kantor Pemerintah


7

yang mengurus pekerjaan tertentu, dan sosial

adalah berkenaan dengan masyarakat. Jadi petugas

Dinas Sosial merupakan kegiatan profesional untuk

membantu individu-individu kelompok-kelompok

dan masyarakat guna meningkatkan atau

memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi

sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang

memungkinkan mereka mencapai tujuan.

Masyarakat Miskin :Masyarakat miskin merupakan dimana kondisi

masyarakat yang dibawah standar kelayakan baik

dari segi politik, sosial , lingkungan, ekonomi dan

aset. kriteria miskin yang di terapakan dalam

keputusan menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 146/HUK/2013. tentang fakir miskin dan

orang tidak mampu.

Jadi yang dimaksud dengan judul dari skripsi ini adalah perilaku petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dalam

usaha mereka mencari dan menemukan informasi mengenai masyarakat miskin

di Kabupaten Solok Selatan.


8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan saya teliti adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mendeskripsikan perilaku pencarian informasi petugas Dinas

Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

b. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menghambat petugas Dinas Sosial

dalam mencari informasi tentang data masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Peneliti, untuk mengembankan ilmu pengetahuan, menambah wawasan

dibidang ilmu perpustkaan kususnya dibidang kebutuhan informasi serta

dapat mengembangkan perilaku pencarian informasi dan data yang

mendukung dibidang pencarian informasi

b. Pembaca, sebagai pedoman dan pembanding untuk jenis penelitian yang

sama dan dalam objek yang berbeda.

c. Bermanfaat bagi petugas Dinas Sosial itu sendiri.

E. Tinjauan Kepustakaan

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Perpustakaan Adab dan

Humaniora, Perpustakaan Pusat IAIN Imam Bonjol Padang, penelitian yang

berhubungan dengan perilaku pencarian informasi antara lain:


9

1. Rafika Sastra, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI kosentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi pada tahun 2014 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Pemustaka Tunanetra di Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana perilaku pencarian informasi tunanetra di

perpustakaan Yayasan Tuah Sakato Kalumbuk.

Kesimpulan dalam penelitiannya adalah kebanyakan dari pemustaka datang

ke perpustakaan bukan keinginan sendiri untuk mencari informasi tetapi

tunanetra dari panti untuk belajar AL-Quran Brille. Perilaku yang ditujukan

pada saat pemanfaatan informasi yang didapat oleh pengguna yaitu

berdiskusi dengan guru atau dengan teman satu asrama. Pada skripsi ini teori

yang digunakan berdasarkan model perilaku menurut David Ellis. Untuk

mengumpulkan data menggunakan metode purposive sampling dengan

menemukan informasi kunci, dimana purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu.

2. Nur Hayati, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam Bonjol

Padang, jurusan SKI konsetrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan menulis

skripsi pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi oleh

mahasiswa Tunanetra (studi kasus di IAIN Imam Bonjol Padang) skripsi ini

membahas tentang pola perilaku pencarian informasi mahasiswa tunannetra

dalam mendapatkan sebuah informasi. Penulisan skripsi ini bersifat kualitatif

yaitu menjelaskan fenomena yang ada secara akurat yang ditemukan


10

dilapangan. Untuk mendapatkan data, sekripsi ini menggunakan alat

pengumpulan data berupa observasi dan wawancara dengan mahasiswa

tunanetra beserta teman yang membantu mereka mencari informasi dan

dosen. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan purposive sampling.

3. Widya Yusrina, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang Dalam Memilih Perguruan Tinggi

skripsi ini membahas tentang perilaku pencarian informasi siswa kelas XII

SMA N 1 Padang dalam upaya mereka memilih perguruan tinggi. Batasan

masalah dalam penelitian ini adalah apa kebutuhan informasi siswa kelas XII

SMA 1 Padang terkait dengan perguruan tinggi, bagaimana pola perilaku

pencarian informasi tentang perguruan tinggi, dan apa hambatan yang

diterima selama proses pencarian informasi tentang perguruan tinggi.

Penelitian ini megguankan model T.D Wilson 1981 dan model pencarian

informasi David Ellis 1997.

4. Nurafni Dahlia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi ini pada tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian

Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akiak di Karang Ganting Kelurahan

Lubuk Lintah Padang. Skripsi ini membahas tentang kebutuhan informasi


11

dan perilaku pencarian informasi masyarakat pecinta batu akik di Karang

Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang serta sumber informasi yang

digunakan dengan menggunakan tahapan-tahapan pencarian informasi yang

dikembangkan oleh David Ellis.

5. Sherly Octavia, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora di IAIN Imam

Bonjol Padang, jurusan SKI konsentrasi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

menulis skripsi tahun 2015 dengan judul Perilaku Pencarian Informasi

Menggunakan Android Studi Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang

skripsi ini membahas tentang pemanfaatan Android sebagai sarana-sarana

informasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan

pengambilan data berdasarkan snowball sampling. Pengumpulan data

penelitian ini, mahasiswa memenuhi kebutuhan informasi lebih

memprioritaskan android dalam melakukan pencarian informasi untuk tugas

kuliahnya, karena bagi informan mencari informasi dengan Android tersebut

lebih praktis, bisa dibawa kemana-mana selama jaringan internet bisa

diakases. Penelitian ini menggunakan model David Ellis yang terdiri dari

8(delapan) tahap yang berawal dari starting hingga ending.

Skripsi Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia dan

Sherly Octavia menggunakan model perilaku menurut David Ellis (1997), David

Ellis adalah seorang ilmuan sosial yang mengemukakan beberapa karakteristik

perilaku pencarian informasi dari para peneliti, yang menggambarkan

karakteristik dari peneliti sosial, science, dan engineering, jadi dalam penelitian
12

ini penulis juga menggunakan model perilaku pencarian informasi menurut

David Ellis (1997) yang berawal dari starting hingga ending.

Objek dan subjek penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rafika Sastra, Nur Hayati, Widya Yusrina, Nurafni Dahlia

dan Sherly Octavia berbeda sera hasil pembahasan dalam penelitian ini juga

berbeda. Dengan menggunakan teori yang sama dengan penelitian yang lain,

jelas bahwa proses dalam melakukan pencarian informasi yang terdapat dalam

penelitian ini juga berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dan teraturnya pembahasan ini maka sistematika

penulisan, penulis membaginya kedalam beberapa bab diantaranya :

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang berisikan latar belakang

masalah, rumusan, dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis, yang membahas tentang

informasi, perilaku pencarian informasi, dan Petugas Dinas Sosial.

Bab ketiga menjelaskan tentang metodologi penelitian yang berisikan

tempat penelitian, jenis data dan metode penelitian, sumber data, teknik dan alat

pengumpul data, teknik analisis data dan waktu penelitian.

Bab keempat hasil penelitian, tentang bagaimana perilaku pencarian

informasi petugas Dinas Sosial untuk mendapatkan informasi data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


13

Bab kelima meupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-

saran penulis.

Selanjutnya adalah halaman yang berisikan lampiran-lampiran dan

dokumentasi dalam penelitian penulis.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pencarian Informasi

1. Pengertian Informasi

Dewasa ini informasi sangat dibutuhkan oleh setiap orang baik informasi

yang ilmiah maupun informasi yang non ilmiah, Informasi juga bermanfaat

dalam memenuhi kehidupan sehari-hari setiap manusia. Informasi adalah suatu

rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang

dibuat. Estabrook, 1977:245 (dalam Pawit M Yusuf 2010:1). Informasi

merupakan suatu kumpulan data yang terstruktur yang telah dikomunikasikan

kepada orang lain agar dapat bernilai guna bagi orang tersebut. McFadden, dkk

(dalam Widyana 2011:3). Informasi juga diartikan kandungan yang terdapat

dalam berbagai bentuk dokumen (bahan pustaka). Pengembangan koleksi

(collection development) tidak didasarkan pada bentuk fisik, tetapi oleh

kandungan informasinya (contents).(Rachman Hermawan S 2006: 2). Dan ada

juga yang mengartikan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang

lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. (Jogiyanto 2005: 8)

Menurut Suwarno (2010) informasi adalah suatu kajian mengenai

pencetus, pemakai, penggunaan, karakteristik, dan distribusi rekaman gratis. Ilmu

informasi adalah kajian mengenai pencetus, pemakai, pengguna , karakteristik,

dan distribusi rekaman gratis. Konsep ilmu informasi ini berdasarkan Anggaran

Dasar ASIS Sulistiyo Basuki: 1991,11 (dalam Wiji Suwarno 2010:15)

14
15

Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang berupa fakta, data dan pengetahuan yang telah dikomunikasikan

dan dapat dimanfaatkan oleh orang yang menerimanya dan bernilai guna bagi

orang yang membutuhkannya.Dalam bidang ilmu informasi, informasi dan

kebutuhan informasi juga dikaji sedemikian rupa untuk menghasilkan hasil yang

lebih baik akan kebutuhan informasi manusia, agar bisa dihadirkan suatu layanan

yang memenuhi kebutuhan informasi. Istilah ini dekenal dengan istilah kajian

pemakai.

Didalam kajian ini para ahli mengenal istilah information

behavior(perilaku informasi). Istilah ini merupakan keseluruhan perilaku

manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku

pencarian dan pengguna informasi.Wilson 2000 (dalam Pawit M Yusup

2010:100) Kajian perilaku ini ditujukan untuk menganalisa unsur-unsur dan

hubungan perilaku manusia yang dapat membantu kita untuk memahami tingkah

laku manusia.

2. Sumber Informasi

Sumber informasi dapat diperoleh dalam dokomen dan non-dokumen.

Sumber informasi yang berupa dokumen dapat berbentu buku, jurnal, majalah,

hasil-hasil penelitian. Sedangkan sumber informasi non dokumen adalah

manusia. yakni teman, pustakawan,pakar atau spesialis informasi seperti yang

dinyatakan oleh Setiarso (1997:5-6) bahwa sumber informasi juga terdapat pada:
16

a. Manusia: manusia sebagai sumber informasi dapat kita hubungi baik

secara lisan maupun tulisan. Yang lazim digunakan untuk kontak

langsung dengan sumber ini ialah pertemuan dalam bentuk ceramah,

panel diskusi, konferensi, lokalkarya, seminar dan lain-lain.

b. Organisasi: Badan atau lembaga penelitian baik milik pemerintah maupun

suwasta yang bergerak dalam bidang sejenis merupakan sumber

informasi penting termasuk industri dan himpunan profesi. Mereka

memiliki kemampuan karena mempunyai fasilitas berupa tenaga peneliti,

peralatan atau laboraturium, perpustakaan dan jasa informasi yang

tersedia.

c. Literatur: Literatur atau publikasi dalam bentuk terbaca maupun mikro

merupakan sumber informasi atau publikasi dalam bentuk terbaca

maupun mikro merupakan sumber informasi yang cukup majemuk.

Literature dapat dikelompokan menjadi:

• Literatur primer: bentuk dokumen yang memuat karangan yang

lengkap dan asli. Jenisnya berupa makalah, koleksi karya ilmiah,

buku pedoman, buku teks, publikasi resmi, berkala, dan lain-lain.

• Literatur sekunder: disebut juga sebagai sarana dalam penemuan

abstrak, tinjauan literature, catalog induk, dan lain-lain.

Sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi. Sumber

informasi yang beraneka ragam bentuk ataupun wadahnya, perlu diatur atau
17

ditata dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan.

Informasi yang kita temukan sehari-hari bersumber darimana saja dan sumber

informasi tersebut adakalanya tidak memiliki tingkat relevansi yang tinggi.

B. Perilaku Pencarian Informasi

Perilaku informasi merupakan pola laku manusia terkait dengan

keterlibatan informasi, sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan,

memperlakukan, mencari dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran

sumber dan media penyimpan Putu Laxman Pendit (2003) yang mengulas

pendapat TD Wilson (2000) (dalam Pawit M Yusup 2010 : 100) menyusun

beberapa batasan tentang perilaku informasi dan aspek-aspek aksesorisnya.

Beberapa batasan di maksud sebagai berikut: perilaku infomasi (informasi

behavior), perilaku penemuan informasi (informasi seeking behavior), perilaku

pencarian informasi (informasi Searching behavior), dan perilaku penggunaan

informasi (informasi user behavior).

a. Perilaku informasi (informasi behavior)

Merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber

dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan

informasi baik scara aktif maupun secara pasif. Menontoan TV dapat

dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunkasi antar muka.

b. Perilaku penemuan informasi ( informasi seeking behavior)

Merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan sebagai

akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.


18

Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi

hastawi (surat kabar, sebuah perpustakaan) atau berbasis-komputer

(misalnya WWW).

c. Perilaku pencarian informasi ( informasi searcing behavior)

Merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang

ditunjukan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku

ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat

interaksi dengan komputer ( misalnya pengguna mouse atau tindakan meng-

klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya

pengunaan strategi bollenan atau keputusan memilih buku yang paling

relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan ).

d. Perilaku penggunaan informasi ( informasi user behavior)

Terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan

seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukan

dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya. (Putu Laxman

Pendit 2003:29-30.)

Wilson (2000:46) mengartikan perilaku (behavior) sebagai:

1. Tingkah laku yang ditimbulkan dari seseorang

2. Segala sesuatu yang dilakukan oleh benda hidup yang meliputi tindakan

dan respon terhadap stimulant.

3. Rospon seseorang, sekelompok orang atau spesies dari lingkungannya.


19

Perilaku pencarian informasi adalah upaya yang dilakukan oleh

seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku pencarian informasi

merupakan tindakan mecari informasi. Baik dari segi tingkat kebutuhan yang

berbeda maupun dari kemampuan pengguna. Perilaku pencarian informasi

berhubungan erat dengan kebutuhan informasi. Wilson Juga menjelaskan

bahawa perilaku pencarian informasi adalah perilaku pencarian inrformasi

(informasi searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem

informasi. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem,

baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau

tindakan meng-klik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental

(misalnya penggunaan strategi Bollean atau keputusan memilih buku yang

paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan).

Wilson (2000) menyatakan bahwa perilaku pencarian informasi tidak

hanya ditimbulkan oleh hal-hal yang bersifat kongitif atau berhubungan

dengan pemecahan persoalan (pengambilan keputusan), tetapi kebutuhan

seseorang untuk menjaga status yang dapat dipuaskan dengan perasaan miliki

lebih banyak pengetahuan tentang suatu topik dari bawahnya, jika akan

menimbulkan perilaku pencarian informasi. Namun pendapat Buckland

(1988) menyatakan bahwa perilaku informasi baru timbul, pada saat

kebutuhan informasi seseorang telah diekspresikan dalam bentuk permintaan.


20

Perilaku pencarian informasi terjadi karena adanya kebutuhan

informasi yang dirasakan seseorang. Kebutuhan tersebut bisa disebabkan oleh

desakan diri yaitu untuk mewujudkan kepuasan dirinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pencarian informasi adalah pencarian informasi, keadaan /

masalah informasi, bidang pengetanuan, sistem penelusuran dan hasil yang

didapat. Perilaku pencarian informasi yang akan diteliti lebih ditekankan pada

persepsi responden memenuhi kebutuhan informasinya serta alasan pemilihan

sumber-sumber informasi yang dipergunakan.

C. Model Perilaku Pencarian Informasi

Behavioral model of informasion seeking strategies yang diperkenalkan

David pada tahun 1987 dari hasil analisis pola-pola pencarian informasi

dikalangan peneliti bidang ilmu-ilmu sosial. Hasil penelitian ini merupakan pola

pencarian informasi yang terdiri dari enam tahap yaitu: starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring dan extracting. Dalam model perilaku

pencarian informasi David Ellis 1997 (dalam Pawit M Yusuf 2010:105) juga

menjelaskan bahwa perilaku pencarian informasi adalah salah satu dari beberapa

jenis model perilaku pencarian informasi dan analisis mikro pencarian informasi

secara keseluruhan. Ellis mengembangkan teori ini dengan mengadakan

penelitian kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh objeknya, seperti mencari

bacaan, meneliti di laboratorium, menulis makalah, mengajar dan sebagainya

secara umum, Ellis (1989 dalam Wilson 1999) menjelaskan bahwa perilaku

penemuan informasi terdiri dari beberapa butir (ciri) yaitu:


21

1. Starting, “ the initial searc for information in which potentially relevan

sources are identified.”.

Merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan

sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan yang biasanya

dilakukan seseorang pengguan informasi saat pertama kali mencari tahu

tentang suatu bahasan tertentu. Contohnya: melakukan overview terhadap

literature-literatur yang ada dalam suatu bidang baru atau mencari tahu

orang-orang ahli dalam suatu bidang tertentu.

2. Chaining,”following (backwards to forward) chains of citations or orther

type of connections among materials”.

Artinya kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan atau bentuk-

bentuk perujukan antar dokumen lainya. Mengikuti rangkaian kutipan-

kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar bahan

informasi (literatur). Misalnya dengan menelusur daftar pustaka yang ada

pada sebuah literatur guna mendapatkan sumber informasi yang lain yang

membahas informasi yang sama.

3. Browsing, “semi-directed search in areas of potential interest, such as

scanning tables of contents indeces,and subject heading”.

Artinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah, di

wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk


22

dalm kegiatan kelompok ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal

atau menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

4. Differentiating,” assessing and filtering sources by examining, differences in

nature and quality’’.

Pemilihan menggunakan ciri-ciri dalam sumber informasi sebagai

patokan untuk memeriksa kualitas isi/ informasi. Kegiatan memilah dan

memilih bahan sumber informasi berdasarkan derajat kepentingan dan

ketetapan serta relebansinya dengan kebutuhan informasi, sehingga terpilih

bahan sumber informasi yang penting tepat dan palaing relevan.

5. Monitoring, “maintaining awareness of developments in a given subject

area by regular checking or key sources”.

Artinya yaitu kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

bersikenambungan atau dengan tetap dengan bertukar informasi dengan

rekan sejawat dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar

dalam bidang tertentu.

6. Extracting,“systematic examination of a particular source to extract

material of interest”.
23

Artinya secara sestematis menggali di suatu sumber untuk

mengambil materi/ informasi yang dianggap penting. Mengidentifkasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Ellis menyatakan bahwa enam butir di atas saling berkaitan untuk

membentuk aneka pola pencarian informasi, dan seringkali bukan merupakan

tahapan-tahapan yang teratur.

Starting

Extracting Chaining

Monitoring Browsing

Differentiating

Gambar 2: Perilaku Pencarian Informasi David Ellis (dalam Widyana, 2011).

Kemudian pada tahun 1993 model ini dikembangkan Ellis bersama

dengan Cox dan hasil penelitian bidang fisika dan kimia sehingga menghasilkan

delapan tahapan pencarian infomasi yang terdiri dari starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Berikut

ini kedelapan model pencarian informasi (Ellis,Cox dan Hall. 1993:359-365)


24

1. Starting

Starting merupakan titik awal pencarian informasi atau pengenalan

awal terhadap rujukan. Seringkali informasi ditemukan pada saat starting

merupakan topik penelitian yang dapat dikembangkan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut. Pada saat starting digunakan penelusuran sebagai

berikut:

a. Rujukan awal (starter references)

Rujukan awal merupakan titik awal untuk mendapatkan bahan rujukan

selanjutnya. Biasanya didapatkan dari atasan, teman sejawat atau dari

kumpulan catatan yang dibuat sendiri mengenai rujukan yang berhubungan

dengan topik yang diamati.

b. Tinjauan atau synopsis artikel (preview or synoptic articles)

Priview atau ulasan artikel digunakan tidak hanya sebagai sumber

rujukan menuju bahan primer tetapi juga sebagai kerangka untuk dapat

memahami isi dari bahan rujukan

c. Sumber sekunder (secondry resources)

Sumber sekunder seperti abstrak, indeks dan catalog subjek digunakan

untuk mencari informasi dalam rangka memilih topik penelitian yang

diamati oleh peneliti.

2. Chaining

Chaining diidentifikasikan sebagai hal yang penting pada pola

pencarian informasi. Kegiatan ini ditandai dengan mengikuti mata rantai


25

atau mengaitkan daftar literature yang ada rujukan inti. Chaining dapat dua

cara yaitu:

a. Backward chaining

Merupakan cara tradisonal yakni mengikuti daftar pustaka yang ada

pada rujukan inti, sehingga rujukan selanjutnya merupakan rujukan-rujukan

yang pernah disitir pada rujukan inti. Dengan melakukan cara mengaitkan ke

belakang, akan dihasilkan efek bola salju, sehingga hanya dengan

menggunakan satu rujukan inti saja akan didapatkan beberapa rujukan lain

yang tidak akan berbeda jauh dengan masalah yang dibahas pada rujukan

inti.

b. Forward chaining

Mencari rujukan lain berdasarkan subjek atau nama pengarang dari

rujukan inti yang telah ada dengan mengaitakan ke depan. Cara lain

dilakukan dengan menggunakan sarana bibliografi.

Ciri-ciri chaining adalah:

a. Mencari bahan rujukan berdasarkan daftar literature yang tertera pada

rujukan inti

b. Mencari bahan rujukan di luar daftar rujukan inti, akan tetapi tetap

berpedoman pada subjek atau pengarang yang ada pada rujkan inti.

3. Browsing

Merupakan tahap kegiatan yang ditandai dengan kegiatan pencarian

informasi dengan cara penelusuran semi terstuktur karena telah mengarah


26

pada bidang yang diamati. Kegiatan pada tahap ini efektif untuk mengetahui

tempat-tempat yang menjadi sasaran potensial ditelusuri. Browsingdapat

dilakukan dengan berbagai cara antara lain: melalui abstrak hasil penelitian,

daftar isi jurnal, jajaran buku, bahkan juga buku-buku yang dipajang pada

pemeran atau seminar.

4. Differentianting

Merupakan kegiatan membedakan sumber informasi untuk

menyaring informasi berdasarkan sifat kualitas rujukan. kriteria untuk

memilih rujukan yang akan digunakan adalah:

a. Topik

b. Pendekatan yang digunakan

c. Kualitas atau jenis perlakuan

Identifikasi sumber-sumber informasi terutama ditekankan pada

subjek-subjek yang dipilih dan selanjutnya akan mengabil bahan-bahan dan

topik yang diminati.

5. Monitoring

Merupakan kegiatan yang ditandai kegiatan memantau

perkembangan yang terjadi terutama dalam bidang yang diminati dengan

cara mengikuti sumber secara terataur. Monitoring dapat dilakukan dengan

cara yaitu:

a. Melaluai hubungan formal (informal contact)


27

Digunakan sebagai pra seleksi sumber dan bahan yang akan digunakan. Cara

ini merupakan ajang untuk bertukar informasi, baik dengan sejawat maupun

pakar bidang tertentu.

b. Membaca jurnal (monitoring journal)

Biasanya monitoring dilakukan terhadap sumber inti dalam jumlah

kecil tetapi telah terseleksi dan diikuti secara seksama. Misalnya beberapa

judul majalah yang dipilih sesuai dengan bidang yang diminati, diikuti

perkembangan setiap terbit, minimal dari judul-judulnya saja seperti pada

current content.

c. Monitoring Katalog (monitoring material published in book form)

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melihat daftar terbitan secara

berkala, preview atau bibliografi berkelanjutan dan melakukan akses berkala

ke perpustakaan.

6. Extracting

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terutama di perlukan pada

saat harus membuat tinjauan literature, sumber informasi yang digunakan

pada extracting ini adalah jurnal terutama jurnal-jurnal yang sudah standar,

catalog penerbit, bibliografi subjek, abstrak dan indeks.

7. Verifying

Ditandai dengan kegiatan pengecekan atau penilaina apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diingikan.

Sebagai pebandingan peneliti bidang ilmu sosial tidak melakukan tahapan


28

ini, berbeda dengan peneliti bidang fisika dan kimia yang melalui tahap ini

dengan melakukan pengujian untuk memastikan seandainya ada kesalahan-

kesalahan pada informasi yang diperoleh.

8. Ending

Tahap ending merupakan kategori perilaku yang tidak dijumpai pada

kajian Ellis (1987). Merupakan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian

Browsing

Starting Chaining Differentiating Extracting Verifying Ending

Monitoring

Gambar 2. Proses tahap perilaku pencarian informasi model dan dikomparasikan


dengan proses tahapan perilaku pencarian informasi model kuhlthau oleh Wilson
(1990). Sumber dari Natalya Godbold. (2006). Beyod informasi seeking: towards a
general model of information behavior information research, vol.11 No 4, july 2006
(dalam Siti Rozinah, 2012)

Dalam penelitan ini, model perilaku pencarian informasi yang digunakan

adalah model yang diuraikan oleh Ellis (1987) yang terdiri dari starting,

chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan

endingyang merupakan pola pencarian informasi peneliti ilmu-ilmu sosial.


29

D. Masyarakat Miskin

1. Pengertian Masyarakat Miskin

a. Masyarakat

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti yang seluas-

luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama

(KBBI). Masyarakat dapat pula diartikan sebagai semua kegiatan dalam

kehidupan bersama (Humonangan singgalingging, 2008:28). Masyarakat

dibentuk oleh indiviu-individu yang beradab dalam keadaan sadar.

Masyarakat mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas

masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup

bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau

dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup

bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok

manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Misalnya bangsa,

gologan dan sebagainya.

Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep Mayo, 1998:162

(dalam Edi Suharto 2010: 26) yaitu:

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama” yakni sebuah wilayah

geografi yang sama. Sebuah contoh, sebuah rukun tetangga,

perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah

pedesaan.
30

2. Masyarakat sebagai “ kepentingan bersama”, yakni kedamaian

kepentingan bersama pada masyarakat etis minoritas atau kepentingan

bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu sepertihalnya

pada kasus orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan kusus

(anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan

mental.

Defenisi masyarakat menurut Muthahhari (dalam Eko handoyo

2007:1) mengartiakan masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang

dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh

seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan tersatukan dan terlebur dalam

suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Yang dimaksud kehidupan

bersama adalah kehidupan yang didalamnya kelompok-kelompok

manusia hidup bersama-sama di suatu wilayah tertentu, terbagi iklim ,

berbagai identitas, berbagai kesenangan maupun kesediaan.

b. Miskin

Kata miski>n didalam al-Qur’an digandengkan dengan kata faqi>r

karenanya, dua istilah ini menjadi kajian khusus dalam melihat tolak ukur

miskin didalam al-Qur’an memakai beberapa kata dalam menggambarkan

kemiskinan, yaitu faqi>r, miski>n al sa>il, dan mahru>m. tetapi dua kata

yang pertama yang paling banyak disebut dalam al-Qur’an. Kata faqi>r

dijumpai dalam al-Qur’an sebanyak 12 kali dan kata miski>n disebut

sebanyak 25 kali. (Muhtadi Ridwan, 2012:31).


31

Tentang dua golongan ini para ahli berbeda pendapat, Abu Yusuf,

pengikut Abu Hanifah dan Ibnu Qasim, pengikut Imam Malik

mengatakan bahwa kedua golongan tersebut pada hakikatnya sama.

Sedangkan Yusuf Qardhawi memberikan perumpamaan bahwa kedua

kata tersebut seperti imam dan islam, kalau dukumpulkan terpisah, yakni

bila salah satu disebutkan sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai arti

buat kata yang sejajar. (Yusuf Qardhawi, 2002: 511)

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia miskin adalah tidak

berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).Sebagian

besar konsepsi mengenai kemiskinan sering diartikan dengan aspek

ekonomi, kemiskinan, sejatinya menyangkut pula dimensi material,

sosial, kultural, institusional dan sturktural ( Edi Suharto 2013: 15).

Dalam bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata sakana yang

berarti diam atau tenang, sedangkan kata masakin ialah bentuk jama’ dari

miskin yang menurut bahasa diambil dari kata sakana yang artinya

menjadi diam atau tidak bergerak karena lemah fisik atau sikap yang

sabar dan qana’h. ( Sidi Gazalba, 1985:134). Menurut al-fairuz abadi

dalam Al-Qamus “miskin” adalah orang yang tidak punya apa-apa atau

orang-orang yang sangat butuh pertolongan. Dan boleh dikatakan miskin

orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya.(Teungku Hasby

Ash-Shiddieqie, 2006:166) Dengan kata lain miskin adalah orang yang


32

hina karena fakir jadi miskin menurut bahasa adalah orang yang diam

dikarenakan fakir.

Sedangkan menurut Yasin Ibrahim sebagaimana yang

diungkapkan oleh M. Ridlwan Mas’ud dalam bukunya zakat dan

kemiskinan, instrument pemberdayaaan umat lebih luas lagi yaitu orang

yang tidak luas lagi yaitu orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Mereka kebalikan dari orang-orang kaya yang mampu

memenuhi apa yang diperlukan.(Muh. Ridwan Mas’ud,

2005:55)Sementara itu para ulama baik sahabat atau tabi’in berbeda

pendapat dan menafsirkan lafadh al-masakin dalam surat at-Taubah ayat

60:







Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
33

Kata miskin pada ayat di atas diartikan sebagai orang yang

mempunyai sesuatu tetapi kurang dari nisab, tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan mereka atau orang-orang yang memiliki harta tetapi

tidak mempu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa ada

bantuan.Ibnu Abbas menyatakan lain kata al-masakin diartikan orang

yang keluar rumah untuk meminta-minta. 7 Hal serupa juga diingkapkan

oleh Mujahid lebih lanjut ia menyatakan bahwa al-masakin adalah orang

yang meminta. Ibnu Zaid dalam menafsirkan al-masakin diartikan orang-

orang yang meminta-minta pada orag lain. Sedangkan menurut Qatadah

al-masakin adalah orang yang sehat (orang yang tidak mempunyai

penyakit) yang membutuhkan.

Pada riwayat lain disebutkan bahwa Umar menyatakan “bukanlah

orang miskin yang tidak mempunyai harta sama sekali, tetapi orang yang

buruk raganya” sementara ikramah menyatakan orang-orang ahli

kitab.Pengertian miskin sering disampaikan dengan fikir penjelasannya

adalah bahwa mengenai pengertian fakir dan miskin terdapat perbedaan

pendapat, yaitu sebagai berikut:Menurut Madzhab Hanafi, orang fakir

adalah yang memiliki usaha namun tidak mencukupi untuk keperluan

sehari-hari. Sedangkan orang miskin tidak memiliki tidak memiliki

matapencarian untuk mencukupi keperluan sehari-hari. Jadi keadaan

orang fakir masih lebih baik daripada orang miskin.Pendapat ini diperkuat

oleh Firman Allah dalam surat al-Balad ayat 16


34

:

Artinya: atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

1) Imam Abu Hanafiah memberi pengertian miskin adalah mereka yang benar-

benar miskin dan tidak memiliki apa-apa untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Imam Malik mengatakan bahwa fakir adalah orang yang mempunyai harta

yang jumlahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam

masa satu tahun.Imam asy-Syafi’i mengatakan bahwa fakir adalah orang yang

tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta dan usaha tetapi

kurang dari setengah kebutuhan hidupnya dan tidak ada orang yang

berkewajiban menggunakan biaya hidupnya.Imam Ahmad bin Hanbal

mengatakan bahwa fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau

mempunyai harta tetapi kurang dari setengah keperluannya. Sebagaimana kata

fakir, kata miskin pun mengalami pengertian yang bermacam-macam.Imam

Abu Hanafiah dan Imam Malik mengatakan bahwa orang miskin adalah orang

yang memiliki harta setangah dari kebutuhan hidupnya atau lebih tetapi

mencukupi. Ahli fikih sudah sama-sama mengadakan studi yang cukup

mendalam mengenai masala ini. Mereka sudah sepakat bahwa perbedaan

dalam hal ini tidak ada gunanya dalam arti zakat. Hal ini sebagai mana firman

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 273:


35





 

Artinaya:
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.

2) Ibnu Al-Arabi berpendapat sama saja antara fakir dan miskin yaitu orang

yang tidak mempunyai apa-apa. Abu Yusuf pengikut Abu Hanafiah dan Ibnu

Qasim pengikut Maliki juga berpendapat demikian.(M.Ali Hasan, 2006:95-

96).

Sementara itu Masdar F. Mas’udi mengatakan bahwa miskin menunjukan

pada orang yang secara ekonomi lebih beruntung daripada si fakir. Tetapi ia

tergolong orang-orang yang masih tetap kerepotan dalam memenuhi

kebutuhan hidup kesehariannya. (Masdar F. Mas’udi, 2005:115)


36

Dalam pengertian lain kemiskinan adalah salah satu bentuk ketidak

sejahteraan. Dalam al-Qur;an terdapat ayat-ayat yang menyebut tentang

kemiskinan dan petunjuk-petunjuk untuk mengatasinya. Namun dalam al-

Qur’an menyebutkan setiap orang yang memerlukan sesuatu sebagai fakir

atau msikin dan harus dibantu. Oleh karenaitu pengertian miskin tergantung

kepada ijtihad manusia yang selalu berubah dari masa ke masa, karena

ukuran-ukuran yang dipergunakan untuk merumuskan suatu makna yang

abstrak (seperti kemiskinan) selalu berubah-rubah.

c. Masyarakat Miskin

Untuk mengukur kemiskinanBPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Dengan

pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

yang diukur dari sisi pengetahuan. Jadi masyarakat miskin adalah

masyarakat yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di

bawah garis kemiskinan.

1) Kriteria Masyarakat Miskin

Kementerian Sosial Republik Indonesia menetapkan kriteria

dan pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu. Berdasarkan

keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor146/HUK/2013.

Fakir miskin dan orang tidak mampu yang teregister berasal dari

Rumah Tangga yang memiliki kriteria:


37

a) Tidak mempunyai sumber pencarian dan/atau mempunyai sumber


mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
b) Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk
memenuhi konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
c) Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga
medis, kecuali puskesmas atau untuk setiap anggota rumah tangga.
d) Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai
jenjang SLTP
e) Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok
dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang
sudah usang/ berlumut atau tembok tidak diplaster.
f) Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk
setiap anggota rumah tangga.
g) Kondisi lantai terbuat dari tanah/ semen/kramik dengan kondisi
tidak baik/ kualitas rendah.
h) Atap terbuat dari ijuk / rumbia atau genteng/seng/asbes dengan
kondisi tidak baik/ kualitas rendah
i) Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik
atau listrik tanpa meteran.
j) Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2/ orang dan
k) Mempunyai sumber air minim berasal dari sumur atau mata air tak
terlindungi/ air sungai/ air hujan/ linnya.

Kriteria pengukuran kemiskinan menurut BKKBN. Pada awal

pemerintahan Orde Baru, data yang dipakai pemerintah, termasuk data

keluarga, terpencar dimasing-masing departemen sesuai dengan

kepentingannya. Sistem dan prosedurnya pun berbeda-beda antara satu

departemen dan departemen lainya sehingga sulit untuk digabungkan

menjadi data nasional.

Kemudian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

secara khusus mencatat dan melakukan pemantauan keluarga di


38

Indonesia dan hasilnya di kumpulkan dalam suatu pangkalan data yang

bersifat nasional. Sistem pendataan ini dilakukan secara konsisten

dengan pelaporan bulanan dari pusat kesehatan masyarakat

(puskesmas) kepada BKKN pusat, antara lain, tentang data jumlah

penguna konstrapepsi. Pada 1985 BKKBN mengembangkan sistem

pendataanya dan melakukan penggunaan kontrasepsi. Pada 1985

BKKBN mengembangkan sistem pendataannya dan melakukan survey

perencanaan keluarga nasional. Pada 1994 BKKBN menambah dua

bagia dalam surveinya, yaitu ukuran kesejahteraan keluarga dan

karakteristik demografi keluarga. Bagian kesejahteraan keluarga

digunakan untuk penargetan keluarga miskin yang dibagi dalam lima

kategori kesejahteraan, yaitu keluarga prasejahtera (Pra-KS), keluarga

sejahtera 1(K51), krluarga sejahtera 2(KS2), keluarga sejahtera 3

(KS3), dan keluarga sejahtera 3 plus (KS3 Plus).

Dalam penentuan kesejahteraan keluarga, BKKBN 23 indikator

yaitu:

a) Angota keluarga belum melaksanakan ibadah menurut agamanya


b) Seluruh anggota keluarga tidak dapat makan minimal dua kali
sehari
c) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk
di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
d) Bagian terluas dari lantai rumah adalah tanah.
e) Bila anak sakit, tidak dibawa ke sarana kesehatan
f) Angggota keluarga tidak melaksanakan ibadah agamanya secara
teratur
39

g) Keluarga tidak makan daging/ikan/telur minimal sekali


seminggu
h) Setiap anggota keluarga tidak memperoleh satu stel pakian baru
dalam setahun
i) Tidak terpenuhinya luas lantai luas rumah minimal delapan
meter pesegi per penghuni
j) Ada anggota keluarga yang sakit dalam tiga bulan terakhir.
k) Tidak ada anggota keluarga berumur 15 tahun keatas yang
berpenghasilan tetap
l) Ada anggota keluarga berumur 10-60 tahun ke atas yang tidak
bisa baca tulis
m) Ada anak berumur 5-15 tahun yang tidak bersekolah
n) Jika keluarga telah memiliki dua anak atau lebih, tidak memakai
kontrasepsi
o) Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan agamanya
p) Sebagian penghasilan keluarga ditabung
q) Keluarga minimal dapat makan bersama sekali dalam sehari dan
saling berkomunikasi
r) Keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
s) Keluarga melakukan rekrasi di luar rumah minimal sekali
sebulan
t) Anggota keluarga dapat mengunkan fasilitas transportasi lokal
u) Keluarga berkontribusi secara teratur dalam aktivitas sosial dan
v) Minimal satu anggota keluarga aktif dalam pengelolaan lembaga
lokal.

Data BKKBN ini telah digunakan dengan baik oleh pemerintah

maupun lembaga swasta untuk penargetan program seperti program

Takesra/kukesra, dan GN-OTA. Bahkan pada saat krisis ekonomi

1997/1998 data BKKBN digunakan untuk penargetan program-program

JPS, misalnya, program Operasi Pasar Khusus Beras oleh Badan Urusan

Logistik (Bulog).
40

UU No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskinPendataan

fakir miskin pasal 8,9,10 dan 11 antara lain :

• Pendataan fakir miskin pasal 8 yaitu:

a) Menteri menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk


melaksanakan penanganan fakir miskin
b) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
MENTERI berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga
terkait
c) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kegiatan statistik untuk melakukan pendataan
d) MENTERI melakukan verifikasi terhadap hasil pendataan yang
dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kegiatan statistik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3)
e) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
sekali
f) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) di
kecualikan apabila terjadi situasi dan kondisi tertentu yang baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
seseorang menjadi fakir miskin
g) Verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan oleh potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang
ada di kecamatan, kelurahan atau desa
h) Hasil verfikasi dan validasi sebagaimana dimaksud ayat (7)
dilaporkan kepada Bupati/Walikota
i) Bupati/ Walikota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) kepada Gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
41

• Pasal 9

a) Seseorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif


mendaftarkan diri kepada lurah atau kepala desa atau nama lain
yang sejenis di tampat tinggalnya.
b) Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib
melaporkan setiap perubahan data anggota keluarganya kepada
lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat
tinggalnya.
c) Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib
menyampaikan pendaftaran atau perubahan sebagimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) kepada bupati/walikota melalui camat
d) Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada gubenur untuk
diteruskan kepada MENTERI
e) Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi
dan validasi terhadap pendaftaran dan perubahan sebagaimana di
maksud pada ayat (3)

• Pasal 10

a) Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi


informasi dan dijadikan sebagai data terpadu
b) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab Menteri
c) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dipergunakan oleh kementerian/ lembaga terkait dalam
penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh
masyarakat sesuai dengan ketetuntuan peraturan perundang-
undangan.
d) Kementerian/lemabaga yang menggunakan data terpada untuk
menangani fakir miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melaporkan hasil pelaksanaanya kepada Menteri
e) Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai
fakir miskin diberkian kartu indentitas.
f) Kementerian lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan
penerbitan kartu identitas diatur dengan peraturan menteri.
42

• Penetapan pasal 11

a) Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi yang


disampaikan kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal
8 ayat (9) dan pasal 9 ayat (4) ditetapkan oleh Menteri.
b) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar
bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan
bantuan dan/atau pemberdayaan.
c) Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang
sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan
oleh Menteri.

2) Klasifikasi Masyarakat Miskin

Kemiskinan berkaitan erat dengan sumber daya manusia

kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak berkualitas,

begitu pula sebaliknya. Penggolongan kemiskinan didasarkan pada

suatu standar tertentu, yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan

orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan kriteria ini paling

tidak ada tiga macam konsep kemiskinan, yaitu: kemiskinan absolute,

kemiskinan relative, dan kemiskinan subyektif.

Kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran

tertentu. lazimnya berorientasi pada kehidupan dasar anggota

masyarakat (sandang, pangan, papan). Masing-masing negara

mempunyai batasan kemiskinan absolute yang berbeda-beda sebab

kehidupan masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang


43

berlainan. Karena ukurannya dipastikan, konsep kemiskinan ini

mengenal garis batas kemiskinan. Pernah ada gagasan yang ingin

memasukkan pula kebutuhan dasar seperti: pendidikan, keamanan, dan

sebagainya, disamping kebutuhan fisik (Usman 2012:12).

Kemudian kemiskinan felative dirumuskan berdasarkan the idea

of relative setandard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan

waktu. Dasar pemikirannya adalah kemiskinan berbeda antara suatu

wilayah dengan wilayah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu

berbeda dengan waktu yang lainnya. Konsep kemiskinan semacam ini

lazimnya diukur dengan berdasarkan pertimbangan anggota masyarakat

tertentu, dengan berorientasi pada standar kelayakan hidup (Usman

2012:126).

Kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan

kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed

yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard.

Kelompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan,

boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin demikian pula

sebaliknya. Konsep kemiskinan semacam ini dianggap lebih tepat

apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan

cara atau strategi yang ekfektif untuk penanggulangannya. Perspektif

kultural merumuskan masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis:

individual, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individual kemiskinan


44

ditandai dengan sifat yang lazim disebut dengan a strong feeling or

marginality seperti: sikap parochial, apatisme, fatalism atau pasrah pada

nasib, boros, tergantung dan inferior (Usman 2012:128).

2. Ukuran-ukuran kemiskinan

Kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

melibatkan faktor ekonomi tetapi juga sosial, budaya dan politik. Untuk itu

tidaklah mengherankan apabila kesulitan akan timbul ketika fenomena

kemiskinan diobyektifkan dalam bentuk angka-angka. Dengan kata lain.

Tidak mudah untuk menentukan berapa rupiah pendapatan yang harus

dimiliki oleh setiap orang agar terhindar dari batas kemiskinan. Menurut

kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) dalam penanggulangan kemiskinan

absolute yaitu dengan menghitung pengeluaran rumah tangga untuk kosumsi

berdasarkan data Survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) ditetapkan

batas garis kemiskinan absolut adalah setara dengan tingkat pendapatan yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 2.100 kalori per orang plus

beberapa kebutuhan non-makanan lain, seperti: sandang, papan, dan lain-

lain. (Mas’oed Mochtar 1994:137).

3. Dimensi-Dimensi Kemiskinan

Dimensi-dimensi yang terkait dalam kemiskinan. Pertama,

kemiskinan berdimensi ekonomi atau material, yaitu, papan, pangan,

sandang, perumahan, kesehatan dan lain-lain. Dimensi ini dapat diukur

dengan rupiah meskipun harganya akan selalu berubah-rubah setiap


45

tahunnya tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri. Kedua,

kemiskinan berdimensi sosial dan budayaseperti rendahnya pendidikan atau

adanya hambatan budaya misalnya, malas, mudah menyerah pada nasib dan

kurang memiliki etos kerja. Ketiga, kemiskinan berdimensi strukrtural atau

politis seperti kemiskinan yang terjadi disebabkan ketidakmerataan terhadap

sumberdaya karena struktrur dan peran seseorang dalam

masyarakat.Dimensi-dimensi kemiskinan pada hakikatnya merupakan

gambaran bahwa kemiskinan bukan hanya dalam artian ekonomi, tetapi

memperhatikan prioritas, sejalan dengan pembangunan nasional, bahwa

yang dikejar tidak semata-mata perubahan ekonomi melainkan juga

pembangunan kualitas manusia seutuhnya (Heru Nugroho 1995:26-31)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan dalam bab ini antara lain tentang tempat penelitian, jenis dan

motode penelitian, sumber data (data primer data sekunder), teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

A. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan lokasi yang dijadikan peneliti untuk

mendapatkan data dan fakta dalam memenuhi kebutuhan peneliti. Penelitian

yang berjudul Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin ini berlokasi di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

B. Jenis Dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian studi kasus yang

menggunakan Kualitatif Deskriptif, Menurut Sugiyono (2010:9) penelitian

kualitatif deskrptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. Sementara itu Nawawi dan Martini (1994:73)

mendefinisikan metode deskrptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan

46
47

objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan

kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Penelitian kualitatif

deskrptif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya

sesuai dengan pertanyaan penelitinya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata

apa yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperan, dan

bertindak).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:80), “populasi adalah wilayah generalisasi

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu. Ditetapkan oleh para peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua petugas Dinas

Sosial Kabupaten Solok Selatan yang berjumlah 25 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:81) “ sampel adalah sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan untuk

menetapkan jumlah sampel menurut Arikunto (2008:116) “ penentuan

pengambilan sampel sebagai berikut: apabila kurang dari 100 lebih baik

diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika


48

jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung

sedikit banyaknya dari:

a) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,tenaga dan dana

b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal

ini menyangkut banyak sedikitnya dana

c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk

penelitian yang resikonya besar hasilnya akan lebih baik.

Informan dipilih berdasarkan teknik Purposive sampling dengan

menemukan informan kunci, dimana Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,

atau mungkin dia sebagai ahli kunci dari permasalahan yang kita kemukakan

sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Teknik Purposive sampling digunakan karena anggota sampel dipilih secara

khusus berdasarkan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 3 orang, 1 orang

pegawai Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten

Solok Selatan, yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala

seksi dan 1 orang pegawai dari staf Dinas Sosial bidang Sosial. Penulis

menjadikan Kabid Sosial sebagai orang yang paling tahu tentang persoalan yang

penulis kemukakan, sementara 2 informan yang lainya adalah kepala Seksi dan
49

pegawai/staf yang sudah lama menjabat dan berpengalaman tentang penelitian

ini.

D. Sumber Data

1. Primer

Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

primernya adalah kepala Seksi dan staf/petugas bidang Sosial Dinas Sosial,

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan yaitu

petugas yang bertugas melayani masyarakat miskin.

2. Skunder

Data sekunder adalah sumber yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber sekundernya

adalah kabid Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan.

E. Teknik Dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memenuhi

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini antara lain:


50

a. Observasi

Nasution, (dalam Sugiyono, 2012:226) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai

alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan

electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi

dengan jelas. Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono 2012:226) mengklasifikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),

observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (observation and covert

observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau

tersamar, karena peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyatakan

secara terus terang bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga objek

yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktifitas peneliti.

b. Wawancara

Sugiyono (2009:317) mengemukakan bahwa wawancara adalah

pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara. Wawancara


51

terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpul data, bila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul

data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara

terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul

data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data

dapat menggunakan pewawancara mempunyai keterampilan yang sama.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007), mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas

tersebut adalah reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

dan conclusion drawing/verificatioan Sugiyono (2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah analisis data yang dilaukan dengan memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Data yang diperoleh di dalam lapangan ditulis/diketik dalam

bentuk uraian atau laporan yang terperinci, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.
52

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian

data dimana penyajiannya dilakukan dalam bentuk uraina singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman

(dalam Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang

bersifat naratif.

3. Verifikasi Data (Conclusion drawing/verification)

Langkah selanjutnya menurut Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono 2009:252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnaya.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa data hasil

pengamatan dan data hasil wawancara. Data pengamatan didapat terutama

dari interaksi-interaksi antara penulis dengan informan.

Data wawancara dalam penelitian ini merupakan data utama yang

menjadi bahan utama dalam analisis untuk menjawab masalah peneliti,

wawancara dilakukan dengan wawancara terstruktur, dengan harapan

eksplorasi yang bebas, bisa menggali sebanyak mungkin informasi yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang dihasilkan dari

wawancara langsung diolah setiap kali wawancara, hasil wawancara


53

langsung dibuat rangkumannya, dan pertanyaan-pertanyaan inti dicatat

dalam reduksi transkrip wawancara. Untuk melengkapi data ini juga di

ajukan beberapa kali pertanyaan kepada informan di luar wawancara

informal, ini dilakukan untuk melengkapi apa yang sebelumnya

diwawancara kurang tereksplorasi dengan baik, dengan bagian penafsiran

data dapat dilakukan dengan baik.

Setelah semua infomasi dari hasil wawancara diperoleh, dilakukan

penafsiran data secara keseluruhan yang akan disajikan pada BAB IV.

Untuk menafsirkan perilaku pencarian informasi, penulis menggunakan

Model Perilaku Pencarian Informasi Ilmuan Sosial menurut David Ellis.

G. Waktu Penelitian

Agar penelitian ini memperoleh informasi dan data yang lengkap serta

untuk verifikasi maka penulis membutuhkan waktu 1 bulan, 19 Mei sampai 19

Juni di Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan.
BAB IV
PEBAHASAN

I. Temuan dan Pembahasan

Bagian ini membahas semua tema yang diperoleh di lapangan tentang:

Gambaran umum Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan, profil informan, Perilaku pencarian informasi petugas

Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dan

hambatan dalam pencarian informasi petugas Dinas Sosial.

A. Gambaran Umum Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan.

Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten

Solok Selatan merupakan lembaga instansi pemerintah yang beralamat di Jln.

Poros Dua Kantor Bupati Timbulun Atas, Telp/Fax (0755) 7575155, Email:

Solsel. Satkerp3md @gmail.com. Kantor Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan .

1. Letak Geografis Kabupaten Solok Selatan

Kabupaten Solok Selatan berada pada jajaran Pegunungan Bukit

Barisan yang termasuk dalam daerah Patahan Semangka. Dengan luas

wilayah lebih kurang dari 3.590 km². Bila dilihat peta maka Posisi

54
55

kabupaten Solok Selatan tepat berada di bagian selatan Provinsi Sumatera

Barat dengan batas-batas wilayah di sekitarnya antara lain:

• Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Solok.

• Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Kerinci (Provinsi

Jambi).

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.

• Sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Dharmasraya

Ibu kota Kabupaten Solok Selatan adalah Padang Aro. Jarak antara

Padang Aro dengan Kota Padang adalah 166 Km. Secara administratif, sejak

tahun 2007 Kabupaten Solok Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu:

Sangir, Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, Sangir Batang Hari, Sungai Pagu,

Pauh Duo dan Koto Parik Gadang Diateh. Secara keseluruhan kabupaten ini

terdiri dari 39 nagari dan 215 jorong. Tiap kecamatan ini memiliki luas yang

bervariasi. Kecamatan terluas adalah kecamatan Sangir Batang Hari dengan

luas 752 km2 dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dengan luas 673 km2.

Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sangir Jujuan dengan luas 279 km2dan

Kecamatan Pauh Duo dengan luas 265 km2.

2. Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan

Tugas-tugas Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan di bidang Sosial diantarannya: Bidang Sosial,


56

Seksi Rehabilitas Sosial, Seksi perlindungan jamaina sosial dan Seksi

Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakair miskin.

a. Tugas-tugas Bidang Sosial

1) Bidang Sosial mempunyai tugas merumuskan kebijakan teknis,

penerimaan bimbingan teknis, melaksanakan program dan

pelayanan, serta pemantauan dan evaluasi dibidang Sosial

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Bidang Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyiapan rumusan kebijakan operasional di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan Sosial, jaminan Sosial,

pemberdayaan sosial dan penanggulangan fakir miskin

• Penyiapan bimbingan teknis dan supervise di bidang

Rehabilitas Sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Rehabilitas

sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan

sosial, dan penanganan fakir miskin.

• Pelaksanaan tugas kedinasan yang diberikaan oleh pimpinan

sesuai bidang tugasnya.


57

b. Tugas-tugas Seksi Rehabilitas Sosial

1) Seksi Rehabilitas Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian

bimbingan teknis dan pemantauan serta evaluasi di bidang

Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Rehabilitas Sosial menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Rehabilitas Sosial mengacu

pada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Rehabilitas

Sosial

• Pengumpulan, pengelolaan dan evaluasi data di bidang

Rehabilitas Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Rehabilitas Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

c. Tugas Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

1) Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan penyusun dan pelaksanaan


58

kebijakan, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan serta di

bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial menyelenggarak

an fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Perlindungan dan Jaminan

Sosial mengacu paada rencana kerja Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Perlindungan dan

Jaminan Sosial

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi data di bidang Perlindungan

dan Jaminan Sosial

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.

d. Tugas Seksi Pemberdayaan Sosial dan penanganan Fakir Miskin

1) Seksi Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan


59

pemantaua serta evaluasi di bidang Pemberdaayaan Sosial dan

Penanggulangan Fakir Miskin

2) Untuk melaksanaakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir

Miskin menyelenggarakan fungsi:

• Penyusunan rencana kerja Seksi Pemberdayaan Sosial dan

Penanganan Fakir Miskin mengacu pada rencana kerja

Bidang Sosial

• Penyiapan bahan kebijakan teknis di bidang Pemberdayaan

Sosial dan penanganan Fakir Miskin

• Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data di bidang

Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

Seksi pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya

• Pelaksanaan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh

pimpinan sesuai bidang tugasnya.


60

B. Profil informan

Informan merupakan objek utama dalam mendapatkan data. Untuk skripsi

ini peneliti mengambil 2 orang informan primer dan 1 orang informan sekunder.

Ketiga orang informan tersebut terdiri dari 2 pria dan 1 orang wanita, sekaligus

menjadi sampel dari jumlah total 25 orang pegawai Dinas Sosial, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan. 1 orang pegawai Dinas

Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Nagari Kabupaten Solok Selatan,

yaitu Kabid Sosial dan 1 orang sampel diambil dari tingkat kepala seksi dan 1

orang pegawai dari staf.

Berikut profil masing-masing informan:

1. Nama : Diky Nanda Utama


NIP : 198211082005011006
Jabatan : Kabid Sosial
Lama Bekerja : 4 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Pakan Rabaa

2. Nama : Yulisman
NIP : 196501101989033010
Jabatan : Kasi
Lama Bekerja : 3 tahun di Dinas Sosial
Alamat : Abai Sangir

3. Nama : Pepi Sutra Yani


NIP :-
Jabatan : Staf Bidang Sosial
Lama Bekerja : 10 tahun Pada Dinas Sosial
Alamat : Sungai Padi
61

C. Perilaku Pencarian Informasi Petugas Dinas Sosial Tentang Masyarakat

Miskin di Kabupaten Solok Selatan

Dalam penelitian tentang perilaku pencarian informasi penulis

menggunakan teori perilaku pencarian informasi David Ellis yang terdiri dari 8

tahap yang dimulai dari tahap starting, chaining, browsing, differentiating,

monitoring, extracting, verifying, dan ending untuk menemukan informasi data

masyarakat miskin dan pengembangan atau publikasinya.

Perilaku Pencarian Informasi oleh Petugas Dinas Sosial Tentang

Masyarakat Miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut:

1. Starting

Starting merupakan langkah-langkah yang terdiri dari aktivitas-

aktivitas yang memicu kegiatan pencarian informasi. Kegiatan-kegiatan yang

dikategorikan sebagai kelompok kegiatan starting adalah kegiatan-kegiatan

yang biasanya dilakukan seseorang pengguna informasi saat pertama kali

mencari tahu tentang informasi.

Peneliti: Bagaimana upaya/langkah apa yang bapak/ibu lakukan untuk


mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “hal pertama yang kami lakukan untuk mendapatkan data


masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan adalah kami mengacu kepada
BPS (Badan Pusat Statistik) yang di perbaharui dalam 1 kali dalam 5 tahun,
kewajiban kami adalah memverifikasi dan memvalidasi data tersebut minimal
1 kali dalam 1 tahun dan diharuskan 2 kali 1 tahun dan harus divalidasi setiap
tahunnya karena yang kita data masyarakat/ orang maka ia tidak statis atau
tidak tetap artinya akan naik akan turun setiap tahunnya akan berubah,
62

jangankan setiap tahun hitung bulan atau per 6 bulan bisa berubah, jadi harus
divalidasi data tersebut 2 kali dalam satu tahun”. (informan D)

“ berdasarkan Undang-undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan


Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin
berdasarkan kriteria orang fakir miskin dan tidak mampu berdasarkan basis
data terpadu kami mengacu data dari pendataan program BPS tahun 2011
yang berpedoman pada undang-undang No 8 tahun 2011 yang berdasarkan
peraturan Mentri Sosial No 8 tahun 2011 tentang pendata dan pengolahan data
penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS dan potensi kesejahteraan
sosial PSKS”. (informan P).

“ langkah awal yang kami lakukan untuk mendapatkan data kami mengacu
data pada data BPS yang di perbaharui 1 kali dalam 5 tahun. Berdasarkan
undang-undang No 11 tahun 2011 tentang kesejahteraan sosial dan undang-
undang No 13 tahun 2011 tentang fakir miskin”. (informan Y).

Informan menyatakan langkah pertama yang dilakukan oleh informan

adalah mengacu data masyarakat miskin dari BPS (Badan Pusat Statistik)

Kabupaten Solok Selatan berdasarkan undang-undang No 11 tentang

kesejahteraan Sosial dan undang-undang No 13 tahun 2011 tentang

penangana fakir miskin. Selama wawancara antara penulis dengan informan,

tampak jelas sekali oleh penulis bahwa informan begitu memahami betul

tentang apa yang digelutinya selama ini seperti halnya dalam pemaparan

informan terhadap data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

2. Chaining

Chaining merupakan kegiatan mengikuti rangkaian sitasi, pengutipan

atau bentuk-bentuk perujukan antar dokumen lainya, mengikuti rangkaian

kutipan-kutipan atau mengikuti rangkaian hubungan-hubungan referensi antar

bahan informasi (literature).


63

Peneliti: Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam


mengumpulkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan: “Sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan


Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), kita
di Solok Selatan ada namanya Tim Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan
Daerah, Kita juga bisa mengambil data dari Pak Jorong, Pak Wali dan Pihak
Kecamatan dalam rangka memvalidasi dan memverifikasi data BDT 2016”
(informan D)

“ sumber informasi yang kami dapat yaitu dari TKSK, TKSM, jorong, Wali
Nagari, kecamantan dari pedoman data BDT, STATISTIK, TP2K. yang akan
di data oleh TKSM dan TKSM karena merekalah yang akan mendata PMKS
dan PSKS” (informan P)

“sumber informasi dari berbagai sumber seperti dari BPJS, TKSK, TKSM,
TNP2K, jorong, walinagari, BDT, STATISTIK” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap Chaining ini Dinas Sosial

mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat miskin dari berbagai

sumber.

3. Browsing

Browsing atrinya merawaki, mengembara tetapi dengan agak teratah,

di wilayah-wilayah yang dianggap punya potensi. Aktifitas yang termasuk

dalam kegiatan ini adalah seperti menelusur daftar isi sebuah jurnal atau

menelusur jajaran buku dengan tema tertentu di rak buku perpustakaan.

Peneliti: Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang yang bapak butuhkan
dalam pengumpulan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
64

Informan : “ Kita kalau di Dinas Sosial kita ada namanya TKSK (Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial
Masyarakat), TKSK ada di 7 kecamatan dan TKSM ada 39 Nagari dan
merekalah yang akan mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
bedasarkan PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial,
jadi TKSK dan TKSM yang akan mendata kerumah-rumah masyarakat’’
(informan D).

“ kami di Dinas sosial yang melakukan pendataan TKSK dan TKSM yang
intinya untuk melakukan pendataan merekalah yang akan mendata data
PMKS dan PSKS ini kami juga akan melakukan pendataan di bulan juli ini
setelah itu kami akan menvalidasi dengan mencocokan dengan data basis
terpadu dengan mengadakan koordinasi dengan Wali Nagari apakah data
masyarakat tersebut benar-benar miskin’’ (informan P)

“ ya seperti yang dikatakan pak Kabid dan buk pepi tadi kalau di Dinas Sosial
ini yang melakukan pendataan itu TKSK dan TKSM merekalah yang akan
mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ini mereka akan
mendata ke rumah-rumah masyarakat, TKSK dan TKSM tersebut yang akan
mendata masyarakat yang benar-benar tidak mampu” (informan Y).

Informan menyatakan pada tahap browsing ini yang mengumpulkan

data masyarakat miskin adalah TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan) dan TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat), yang

akan mendata ke rumah-rumah masyarakat miskin, berdasarkan

PERMENSOS (Peratuaran menteri sosial) dan Kementrian Sosial.

4. Differentiating
Tahap differentiating merupakan tahap pemilihan menggunakan ciri-

ciri dalam sumber informasi sebagai patokan untuk memeriksa kualitas isi/

informasi. Kegiatan memilah dan memilih bahan sumber informasi


65

berdasarkan derajat kepentingan dan ketetapan serta relevansinya dengan

kebutuhan informasi, sehingga terpilih bahan sumber informasi yang paling

tepat dan paling relevan.

Peneliti: Apa yang Bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber informasi yang
paling relevan?

Informan: “

“ menjelang kita melakukan pendataan ini kita kan berkoordinasi dan


bersosialisasi dengan TKSK, TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK,
BAPEDA nya untuk mencocokan data-data berdasarkan kriteria orang miskin
kita masih mengacu pada kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional
yang akan dicocokan/diverifikasi benar tidaknya data tersebut” (informan D).

“ kita kan melakukan pendataan ini kita kan bersosialisasi dengan TKSK,
TKSM dengan mengundang BPS, STATISTIK, BAPEDA kita mencocokan
data-data, untuk kriteria fakir miskin kita belom bisa mengatakanya karena
kita berkordinasi dulu kita memakai kriteria nasional, kita mencocokan
dengan benar tidaknya data tersebut, data kami itu kita verifikasi dan
melakukan pengukuran dengan Wali Nagari antuk kecamatan dengan adanya
Wali Nagai, jorong, TKSM data tersebut dicocokan sesuai dengan hasil yang
dilapangan, setelah itu kita bisa menentukan orang itu miskin atu tidak
miskin” (informan P).

“ kita melakukan pendataan kita akan bersosialisasi dengan TKSK dengan


mengundang BPS, STATISTIK , BAPEDA yang akan mencocokan data-data
fakir mikin berdasarkan kriteria orang miskin berdasarkan kriteria nasional”
(informan Y).

Tahap differentiating merupakan tahap penyeleksian dari berbagai

sumber yang telah di miliki, memilih sumber yang paling relevan dan tepat

untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan tema awal yang kita cari, seperti
66

yang dikatakan informan diatas bahwasanya informasi yang didapat

dimanfaatkan semua.

5. Monitoring

Monitoring artinya kegiatan memantau perkembangan dengan

berkonsentrasi pada beberapa sumber terpilih. Aktifitas yang termasuk dalam

kegiatan ini, dilakukan untuk menjaga agar pengguna informasi (yang

melakukannya) tetap mendapatkan informasi paling mutakhir. Termasuk

dalam kegiatan kelompok ini adalah membaca jurnal secara

berkesinambungan atau dengan tetap bertukar informasi dengan rekan sejawat

dalam keilmuan atau dengan bertukar informasi dengan pakar dalam bidang

tertentu.

Peneliti : Bagaimana bapak/ibu monitoring data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan?

Informan : “ cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari
Dinas Sosial, atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat
berfikir mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke
kita kadang bukan data yang sebenarnya, contoh “apakah bapak mempunyai
kebun atau ladang?, padahal dia punya tetapi karena yang mendata adalah
orang Dinas Sosial mereka akan bilang “oh gag ada pak, penghasilan bapak
sebulan berapa? , misalanya penghasilan sebulan orang miskin itu minimal
1000.000 rupiah, diatas satu juta tidak dikategorikan orang miskin misalnya,
karena Dinas Sosial yang mendata maka masyarakat mereka akan bilang pak
penghasilan saya cuma 1000.000 rupiah, makanya dalam mendata nanti kami
akan bekerjasama dengan pak jorong dan pak wali”. (informan D)

“ untuk memantau data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan


supaya tidak terjadi kekeliruan kami meminta bantuan jorong dan Wali Nagari
67

karena jorong dan Wali Nagarilah yang tahu persis keadaan masyaraktanya di
jorong tersebut”.(informan P).

“ ya itu tadi kadang kan masyarakat kita ini kalau ada pendataan bantuan
miskin mereka yang tidak miskin ikut menyertakan pendataan, seperti orang
itu mampu tetapi karena ada pendataan mereka bilang tidak mampu, untuk
pendataan ini supaya datanya persis dengan dilapangan kami disini ya minta
bantuan pihak jorong dan pihak Wali Nagari supaya datanya lebih akurat”
(informan Y).

Dalam monitoring bagi Dinas Sosial menurut penulis memang cocok

atau pantas untuk dilakukan, apalagi dalam pendataan masyarakat miskin

seperti bekerjasama dengan Jorong dan Wali Nagari yang selalu berhubungan

dengan masyarakat, sesuai dengan pernyataan informan diatas bahwasanya

tahap monitoring dilakukan dengan berdiskusi dengan pak jorong dan pak

wali apakah data tersebut sesuai dengan data yang di lapangan.

6. Extracting

Extracting artinya secara sestematis menggali di satu sumber untuk

mengambil materi/informasi yang dianggap penting mengidentifikasi secara

selektif bahan sumber informasi yang telah dapat di dapat untuk mendapatkan

informasi yang telah didapati.

Peneliti: siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan ?

Informan: “seperti yang saya katakana tadi informasi yang kami dapatkan
tentang data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, kami mengacu
pada data BPS, dan informasi lainnya data dari TKSK dan TKSM , BPJS,
68

TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak


Wali dan dari pihak kecamatan.

“yang berperan dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok


Selatan ya data dari BPS, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan
Kemiskinan Daerah TKSK, TKSM, Karena TKSK dan TKSM lah yang akan
mendata masyarakt miskin di Kabupaten Solok Selatan dan dari jorong,
Nagari, Kecamatan” (informan P).

“seperti yang dikatakan pak kabid tadi informasi data masyarakat miskin di
Kabupaten Solok selatan datanya mengacu pada data BPS, dan yang lainya
seperti dari TKSK, TKSM, BPJS, TNP2K, Tim koordinasi penanggulangan
Daerah, seperti jorong, walinagari dan kecamatan” (informan Y).

Informan menyatakan bahwasanya untuk melengkapi informasinya

Dinas Sosial mendapatkan Informasi dari berbagai sumber diantaranya: data

dari BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, Pihak Jorong, Pihak Wali Nagari dan dari pihak

kecamatan. Karena sudah banyak sumber informasi yang didapatkan tentang

data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan telah merasa cukup.

7. Verifying

Verifying merupakan kegiatan pengecekan atau penilaian apakah

informasi yang didapat telah sesuai atau tepat dengan yang diinginkan.

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/mencocokan


data masyarakat miskin yang di peroleh ?

Informan: “Sebetulnya untuk pengecekan apakah data masyarakat miskin di


Kabupaten Solok Selatan udah benar atau salah, sesuai informasi yang kami
69

dapat dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM , BPJS, TNP2K,
Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak Jorong,Pak Wali
dan dari pihak kecamatan, kami akan melakukan pendataan lagi ke rumah-
rumah masyarakat, verifikasi yang memakai Basis Data Terpadu dari BPS
datanya dari BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembanguanan Daerah) data ini
yang akan dicocokan ke lapangan, nanti TKSK dan TKSM yang akan
mendata kerumah-rumah masyarakat.

“ setelah kita melakukan pendataan yang dilakukan oleh TKSK dan TKSM
kita melakukan pengukuran di Wali Nagari dan pihak kecamatan dengan
mencocokan semua data-data yang telah kita lakukan pendataan seperti data
STATISTIK, data BDT nanti kita akan mengklarifikasi kelapangan dengan
jorong. Kami akan menvalidasi data 2 kali dalam 1 tahun sampai data
kemiskinan ini terhapus” (informan P).

“ Kami melakukan pengecekan data tersebut apakah sudah benar atau tidak,
data yang kami peroleh dari berbagai sumber seperti BPS, TKSK dan TKSM
, BPJS, TNP2K, Tim Koardinasi Penaggulangan Kemiskinan Daerah, Pak
Jorong,Pak Wali dan dari pihak kecamatan, kami akan menvalidasi ke rumah-
rumah masyarakat yang akan kami lakukan dalam 1 tahun 2 kali yang di
cocokan oleh TKSK dan TKSM” (informan Y).

Berdasarkan pernyataan informan di atas bahwa tahap verifying

dilakukan dengan mencocokan ke lapangan apakah informasi yang didapatkan

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan sudah sesuai dengan

keadaan masyarakat yang sebenarnya. Sehingga dengan adanya pengecekan

ulang maka Dians Sosial akan mendapatkan data yang lebih akurat/benar

tentang masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan.

8. Ending

Merupakan kegiatan tahap akhir dari pola pencarian informasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan berakhirnya suatu kegiatan penelitian.


70

Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan setelah mendapatkan data masyarakat


miskin yang relevan di Kabupaten Solok Selatan ?

Informan:“Data yang telah kita dapat kami umumkan di Wali Nagari, sebelum
kita legalkan dengan SK pak Bupati, datanya kita tempel di Wali Nagari dan
kantor camat, nanti yang akan di umumkan oleh pak camat dan pak Wali
Nagari yang akan mengumumkan pada masyarakat, maksudnya jika ada
masyarakat yang protes, kita akan cek kelapangan berdasarkan pendataan dan
berdasarkan bukti-bukti dilapangan yang di dapatkan oleh TKSK dan TKSM
itu yang akan kita umumkan di kantor Wali Nagari dan kantor camat, dan
akhirnya akan keluar satu SK atau berbentuk peraturan Bupati tentang kondisi
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan data BPD (Badan
Permuawaratan Desa) dan BPS (Badan Pusat Statistik).” (informan D)

“setelah kita memperoleh data masyarakat miskin di Solok Selatan, setelah


kita validasi dan verivikasi data kita akan memapang data-data kemiskinan
Solok Selatan di setiap nagari, pernagarinya di kecamatan masing-masing
agar masyarakat melihat mana masyarakat miskin, mana masyarakat tidak
mampu, kami juga melakukan penempelen label ke rumah-rumah. Berarti
setelah data masyarakat Solok Selatan Oke kita akan membuat lampiran
nama-nama masyarakat miskin di Solok Selatan dan memberikan label-label
di setiap rumah-rumah sesuai dengan data yang ada”. (informan P).

“ setelah kami mendapatkan data tersbut, data tersebut akan di umumkan di


Wali Nagari, datanya di tempel di Wali Nagari dan kantor camat dan nanti
akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari dan pihak Kecamatan” (informan
Y).

Informan D dan inrorman Y menyatakan bahwasanya untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat dan akan di legalkan dengan SK

(surat keputusan) Bupati yang akan di temple di Wali Nagari dan kantor

camat yang akan di umumkan oleh pihak kecamatan dan dan pihak Wali

Nagari langsung kemasyarakat Kabupaten Solok Selatan. Sedangkan


71

informan P menyatakan hasil akhir data tersebut ditempelkan di rumah-rumah

masyarakat miskin.

Dari perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

msyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan, sesuai dengan model perilaku

pencarian informasi David Ellis. Gambaran akhir dari perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang masyarakat miskin di Kabupaten

Solok Selatan yang penulis kelompokan ke dalam bentuk kerangka diagram

berikut dibawah ini: Mengacu Pada data BPS

Sumber
Starting Informasi
Hasil akhir • BPJS
• Diserahkan • TNP2K
ke Wali
• BDT
Nagari &
Ending Chaining • STATISTIK
Camat
• PMKS
• Di tempel di
rumah-rumah • PSKS
• TKSK
• TKSM
• Jorong
Verifying Monitoring • Wali Nagari

Pengecekan ke rumah-rumah yang Monitoring bekerja sama dengan


dilakukan 1 tahun 2 kali Jorong dan Wali Nagari

1. Starting

Ketiga informan menyatakan langkah awal/pertama yang

dilakukan oleh informan adalah mengacu pada data masyarakat miskin

dari BPS ( Badan Pusat Statistik).


72

2. Chaining

Ketiga informan menyatakan pada tahap chaining ini petugas

Dinas Sisial mendapatkan sumber informasi tentang data masyarakat

miskin dari berbagai sumber.

3. Monitoring

Pada tahap monitoring ketiga informan menyatakan mereka

bekerjasama dan berdiskusi dengan pihak jorong dan Wali Nagari

apakah data tersebut cocok dengan yang di lapangan.

4. Verifying

Tahap verifying semua informan menyatakan mereka

mencocokan data masyarakat miskin dengan melakukan pengecekan

ulang ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan dalam 2 tahun

sekali.

5. Ending

Pada tahap ending dua informan menyatakan untuk tahap

terakhir data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan akan di

umumkan di Wali Nagari dan kantor camat yang akan di legalkan

dengan SK Bupati, yang akan di umumkan oleh pihak Wali Nagari

dan Kecamatan kepada masyarakat sedangkan satu informan

menyatakan pada tahap ending hasil akhir dari data tersebut

ditempelkan di rumah-rumah masyarakat miskin.


73

Kerangka di atas merupakan gambaran dari tahapan teori David

Ellis yang penulis gambarkan kembali sesuai dengan perilaku pencarian

informasi oleh petugas Dians Sosial tentang masyarakat miskin di

Kabupaten Solok Selatan.

D. Hambatan dalam Pencarian Informasi

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, seringkali seseorang mengalami

hambatan. Hambatan yang dialami oleh pencari informasi telah banyak dikaji

oleh beberapa ahli, salah satunya adalah Wilson (1997). Setiap orang akan

mengalami suatu hambatan dalam pencarian informasi. Hambatan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Peneliti: fakator apa yang menghambat bapak/ibu dalam pendataan masyarakat


miskin di Kabupaten Solok Selatan?

Informan:

1. Faktor internal (faktor dalam organisasi)

“ kami disini Kekurangan tenaga TKSM dan TKSK yang dilapangan karena
39 nagari idealnya harus ada tenaga TKSM itu 50 orang, Cuma yang ada
sekarang baru 30 orang yang berada dan anggaran kami terbatas untuk
pendataan 2 kali satu tahun” (informan D)

“ kurangnya tenaga pendata , kurangnya kendaraan untuk pendataan TKSK


dan TKSM dan kami juga masih kekurangan tenaga TKSK dan TKSM, kita
di Solok Selatan 39 sembilan nagari dan kami masih kekurangan TKSK dan
TKSM “ (informan P)
74

“kami kekurangan tenaga TKSM dan TKSK untuk pendataan di lapangan,


tenaga TKSM kami sangat terbatas, dan dari segi anggaran, anggaran kami
sangat terbatas” (informan Y).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar organisasi)

“cenderung pola pikir masyarakat kalau ada yang mendata dari Dinas Sosial,
atau dari BPS atau dari Dinas lain misalkan kadang masyarakat berfikir
mereka akan mendapatkan bantuan jadi data yang mereka kasih ke kita
kadang bukan data yang sebenarnya Jadi data yang mereka berikan bukan
data yang sebenarnya dan faktor wilayah/ kondisi wilayah,wilayah kita kan
masih banyak wilayah-wilayah yang tidak bisa dilalui kendaraan seperti
daerah lubuk ulang-aling butuh tenaga ektra untuk mendata masyarakat
miskin” (informan D)

“ dan dari segi wilayah yang wilayahnya yang curam dan kami akan
melakukan pendataan langsung rumah-kerumah’’ (informan P).

“ faktor yang meghambat ya itu faktor wilayah, liat saja wilayah kita masih
banyak daerah yang tidak bisa di lalui kendaraan, masih banyak wilayah
yang susah dijangkau, yang menyebabkan kami disini sulit untuk mendata
masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau ya seperti lubuk
ulang-aling dan wilayah-wilayah lain yang sulit dijangkau” (informan Y).

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa situasi tempat kegiatan

melakukan pencarian informasi merupakan penghambat berlangsungnya

pencarian informasi. Disamping itu lingkungan yang luas juga dapat menjadi

masalah penghambat (Wilson:2000). Dalam penelitian ini yang menjadi

hambatan adalah kondisi wilayah yang sulit dijangkau dan pola pikir masyarakat.

Terjadinya hambatan akan mempersulit pencarian informasi data masyarakat

miskin dan hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal dikarenakan banyak

faktor yang mempengaruhi Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan.


75

II. Pembahasan

Informasi yang peneliti peroleh di atas menunjukan bahwa dalam

melakukan proses pencarian informasi dengan menggunakan model perilaku

pencarian informasi David Ellis (1993) yaitu mulai dari tahap starting hingga

ending. Tahap starting merupakan tahap awal dalam proses perilaku pencarian

informasi. Menurut David Ellis, tahap awal ini adalah proses penentuan

pencarian informasi dalam melakukan pencarian informasi apakah

menggunakan kata kunci yang bersifat umum atau khusus, yang merujuk pada

rujukan awal, hal ini selaras dengan yang diungkapkan David Ellis yaitu

starting. Pada tahap Starting Dinas Sosial mengacu data masyarakat miskin

pada BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Solok Selatan

Tahap kedua yaitu chaining, maksudnya kegiatan yang ditandai

dengan mengikuti mata rantai atau mengaitkan daftar literature yang ada ke

rujukan kunci. Pada tahap pencarian informasi informan menggunakan

matarantai dari berbagai sumber informasi dari BPJS (Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial), TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan), di Solok Selatan ada namanya Tim Koardinasi Penaggulangan

Kemiskinan Daerah, dari Jorong, Wali Nagari dan Pihak Kecamatan. Dari

berbagai sumber informasi yang diperoleh Dinas Sosial ini memudahkan

informan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pada tahap ini selaras

dengan ungkap Ellis bahwa dalam tahap ketiga yaitu browsing tahap ini
76

ditandai kegiatan mencari informasi yang terstruktur dan semi terstruktur, dan

dalam melakukan pencarian informasi informan harus bisa menentukan

subjek dari permasalahan yang ada, agar mudah dalam mendapatkan

informasi. Pada tahap browsing ini diungkapkan oleh informan bahwa pada

tahap ini tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial. Langkah selanjutnya

differentiating, pada tahap ini informan memilih referensi terhadap terhadap

informasi yang didapatkannya, pada tahap ini petugas Dinas Sosial

menggunakan semua informasi yang didapat. sedangkan Ellis menyebutkan

bahwa pada tahap differentiating merupakan tahap pemilihan terhadap

referensi yang akan digunakan untuk kebutuhan informasi. Tahap monitoring,

informan memilih-milih sumber informasi dengan tujuan memperoleh sumber

yang paling bermanfaat, informan menyatakan tahap monitoring dilakukan

dengan berdiskusi dengan pihak jorong. Selanjutnya tahap extracting ini

informan merangkum informasi yang didapatnya dan informasi tersebut akan

digunakan jika menurut mereka penting. Hal ini yang diungkap Ellis bahwa

pada tahap extracting ini adalah proses perangkuman informasi yang

didapatkan. Sedangkan Pada tahap ini petugas Dinas Sosial menyatakan

untuk melengkapi data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan

menyatakan mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Tahap ini tidak

sesuai dengan David Ellis


77

Tahap verifying adalah proses pengecekan kembali apakah informasi

yang didapatkan tersebut telah sesuai yang diinginkan pada tahap terakhir

yaitu ending, tahap ini merupakan tahap dimana semua proses pencarian,

pemilihan, penyeleksian dan pengecekan atau penilaian berakhir.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perilaku

pencarian informasi yang dilakukan oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan dengan menggunakan model

perilaku pencarian informasi David Ellis 1993 bahwasanya ada beberapa

tahap yang memang tidak dilakukan oleh petugas Dinas Sosial Kabupaten

Solok Selatan yaitu browsing, differentiating, dan extracting. Sedangkan pada

tahap ending dari ketiga informan berbeda. Informan D dan Y melakukan

ending dengan menyerahlan hasil pencarian informasi masyarakat miskin

kepada Wali Nagri dan jorong setempat, sementara informan P menempelkan

di rumah-rumah masyarakat miskin.


BAB V
PENUTUP

Dalam bab terakhir dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh

dari wawancara dan analisis data. Kesimpulan yang diambil ini merupakan jawaban

dari permasalahan yang sebelumnya dirumuskan di bab 1, selain kesimpulan, peneliti

juga memberikan saran-saran kepada pihak yang terkait.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan peneliti maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan:

1. Perilaku pencarian informasi oleh petugas Dinas Sosial tentang

masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan Sesuai dengan Teori

Pencarian informasi David Ellis 1993 tetapi ada beberapa tahap yang

tidak di lakukan yaitu browsing, differentiating, dan extracting.

Sedangkan pada tahap ending dari ketiga informan berbeda. Dua

informan melakukan ending dengan menyerahkan hasil pencarian

informasi masyarakat miskin kepada Wali Nagri dan jorong setempat,

sementara satu informan menempelkan di rumah-rumah masyarakat

miskin.

2. Hambatan petugas Dinas Sosial dalam mendapatkan data masyarakat

miskin di Kabupaten Solok Selatan yaitu faktor internal dan eksternal.

78
79

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan memaparkan dalam bentuk

skripsi, maka penulis berharap sebagai berikut:

1. Petugas Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari

Kabupaten Solok Selatan sebaiknya secara langsung mengunjungi

masyarakat atau tanpa perantara sehingga data yang diperoleh sesuai

dengan kondisi masyarakat di lapangan.

2. kepada pembaca diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan

menggunakan metode atau teori perilaku pencarian informasi lainnya.

3. Dan kepada penulis sendiri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

menambah wawasan dibidang ilmu perpustakaan kususya dibidang

kebutuhan informasi serta dapat mengembangkan perilaku pencarian

informasi dan data yang mendukung dibidang pencarian informasi


DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto. 1996. Perangkap Kemiskinan: Problem dan Strategi


Pengentasannya dalam Pembangunan Desa. Yokyakarta: Aditia Medika

Dinas. (n.d). Retrieved Desember 19, 2017, from http: //Kbbi.web.id

Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi


Pembanguna Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. PT Refika Aditama:
Bandung

Eko Handoyo dkk.2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu


Sosial Negeri Semarang

Hamonangan Singgalingging. 2008. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Educatioan). Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan UNNES.

Heru Nugroho. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Pemberdayaan, Yogyakarta:


Aditiya Media

Hur Hayati. 2015. Perilaku Pencarian Informasi oleh Mahasiswa Tunanetra (Studi
Kasus di IAIN Imam Bonjol Padang). Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

IAIN Imam Bonjol Padang. 2015/2016. Buku Pedoman Akademik IAIN Imam Bonjol
Padang. Padang: IAIN Imam Bonjol Padang

Jalaluddin Rakhmat.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstuktur Teori
dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: ANDI

Keputusan Mentri Sosial Republik Indonesia No. 146/HUK/2013 tentang penetapan


Kriteria dan Pendapatan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu

M.Ali Hasan, 2006. Zakat dan Infaq. Jakarta: Kencana

Mas’oed Mochtar. 1994. Polotik, Birografi dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Masdar F. Mas’udi, 2005. Menggagas Ulang Zakat. Bandung: Mizan

Muh. Ridwan Mas’ud, 2005. Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan Umat.
Yogya: UII Press

Muhtadi Ridwan. 2012. Gelita Ekonomi Islam: Memangkas Kemiskinan, Mendorong


Perubahan. Malang: UIN Maliki Press

Mukham, Kepala BPS Petugas Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan wawancara
Pribadi 20 February 2017 Solok Selatan

Nurafni Dahlia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Masyarakat Pecinta Batu Akaik


di Karang Ganting Kelurahan Lubuk Lintah Padang. Skripsi mahasiswa IIP
Fakultas Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Pawit M Yusup. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi


Retriveal. Jakarta: Kencana

Pengertian-masyarakat-miskin.(2011,02) Retrieved February 28, 2017, from html:


http://masyarakatmiskin.blogspot.co.id

Perilaku Pencarian dalam memenuhi Kebutuhan Informasi bagan 2. (2009,01 10).


Retrieved Desember 19, 2016, from http://encangsaepusin.wodpress.com

Putu Laxman Pendit. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta:
JIP-FSU

Racman Hermawan. 2006. Etika Kepustakawan Suatu Pendekatan Terhadap Kode


Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Rafika Sastra. 2014. Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra di


Perpustakaan Tuah Sakato Kalumbuk. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab
Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sarlito W. Sarwono. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pres

Sherly Octavia.2015. Perilaku Pencarian Informasi Menggunakan Ansroid Studi


Kasus Mahasiswa STIKes Ranah Minang. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas
Adab Dan Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Sidi Gazalba, 1985. Ilmu Islam2: Asas Agama Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Siti Rozinah. 2012. Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Dalam Penulisan
Skripsi (studi kasus di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
(STAINU) Jakarta). Depok. Tersedia Pada (http://lontar.ui.ac.id) diakses pada
tanggal 21 April 2017.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunyoto usman. 2012. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyarta:


Pustaka Pelajar

Widya Yusrina.2015. Perilaku Pencarian Informasi Siswa Kelas XII SMA 1 Padang
Dalam Memilih Perguruan Tinggi. Skripsi mahasiswa IIP Fakultas Adab Dan
Humaniora , IAIN “IB” Padang.

Widyana Dewi Kartika. 2011. Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi


Peneliti: studi kasus di mahkamah konsitusi Republic Indonesia. Semarang.
Teredia pada (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip/issue/view/10)
diakses pada tanggal 15 April 2017.

Wiji Suwarno. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA Group.

Yusuf Qardhawi. 2002. Hukum Zakat. Jakarta: Lintera Internusa


Dokumentasi

Kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari Kabupaten Solok


Selatan
Peneliti bersama Bapak Kabid Sosial di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan

Peneliti besama Bapak Kasi dibidang Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
Peneliti bersama ibu staf bidang sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Nagari Kabupaten Solok Selatan
PEDOMAN WAWANCARA

Teori David Ellis

No Indikator Instrumen Wawancara


1 Starting a. Apa persiapan yang Bapak/ibu lakukan sebelum melakukan pengumpulan data masyarakat miskin
di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Bagaimana upaya/ langkah apa yang Bapak/ibu lakukan untuk mendapatkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
2 Chaining a. Apa saja sumber informasi yang Bapak/ibu manfaatkan dalam mengumpulkan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan (misal: personal/ahli/lembaga dll).?
3 Browsing a. Jenis (material bahan rujukan) seperti apa yang bapak butuhkan dalam mengumpulkan data
masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Apa kriteria masyarakat miskin yang Bapak/ibu gunakan dalam menyempurnakan data masyarakat
miskin di Kabupaten Solok Selatan?
4 Differentianting a. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk memilih sumber yang paling kongkrit ?
b. Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mengklarifikasi/ mencocokan data yang di peroleh ?
5 Monitoring a. Bagaimana bapak/ibu memantau/ monitoring data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan?
6 Extacting a. Siapa yang berperan penting dalam pendataan masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan ?
b. Siapa informan yang memberikan data yang konkrit tentang data masyarakat miskin?
7 Verifying a. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ibu peroleh telah sesuai yang diinginkan?
b. Apakah data masyarakat miskin yang bapak/ peroleh sesuai dengan di lapangan?
8 Ending a. Apa yang selanjutnya Bapak/ibu lakukan setelah informasi tenang data masyarakat miskin
didapatkan?
9 Faktor a. Faktor apa yang mempengaruhi Bapak/ibu dalam mendata masyarakat miskin di Kabupaten Solok
Penghambat Selatan?
b. Apa kendala Bapak/ibuk dalam mendapatkan data masyarakat miskin di Kabupaten Solok Selatan
BIODATA PENULIS

Nama : Susi Utami


Nim : 1311020140
Fakultas/ Jurusan : Adab dan Humaniora/ SPI Konst.
Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Tempat/ Tgl Lhr : Bangun Rejo, 12 Mei 1992
Negeri Asal : Pincuran Tujuh Bangun Rejo,
Kecamatan Sangir, Kab. Solok
Selatan
E-mail : susiutami862@gmail.com
Hp : 085263514324
Judul Skripsi : Perilaku Pencarian Informasi Oleh
Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten
Solok Selatan

I. PENDIDIKAN YANG DITEMPUH:


1. SDN 24 Bangun Rejo di Solok Selatan Tahun 1999-2005
2. SMPN 14 Solok Selatan Tahun 2005-2008
3. SMKN 1 Solok Selatan Tahun 2008-2011
4. UIN Imam Bonjol Padang Tahun 2013-2017

II. DATA KELUARGA


1. Nama Orang Tua
 Ayah : Sutamto
 Ibu : Sujinah
2. Pekerjaan Orang Tua
 Ayah : Petani
 Ibu : Petani
3. Jumlah Saudara : 3 Orang
4. Anak yang ke : 1(Pertama)
5. Alamat Orang Tua : Pincuran Tujuh Bangun Rejo, Kecamatan Sangir,
Kab. Solok Selatan
BIODATA PENULIS

Nama : Susi Utami


Nim : 1311020140
Fakultas/ Jurusan : Adab dan Humaniora/ SPI Konst.
Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Tempat/ Tgl Lhr : Bangun Rejo, 12 Mei 1992
Negeri Asal : Pincuran Tujuh Bangun Rejo,
Kecamatan Sangir, Kab. Solok
Selatan
E-mail : susiutami862@gmail.com
Hp : 085263514324
Judul Skripsi : Perilaku Pencarian Informasi Oleh
Petugas Dinas Sosial Tentang
Masyarakat Miskin di Kabupaten
Solok Selatan

I. PENDIDIKAN YANG DITEMPUH:


1. SDN 24 Bangun Rejo di Solok Selatan Tahun 1999-2005
2. SMPN 14 Solok Selatan Tahun 2005-2008
3. SMKN 1 Solok Selatan Tahun 2008-2011
4. UIN Imam Bonjol Padang Tahun 2013-2017

II. DATA KELUARGA


1. Nama Orang Tua
 Ayah : Sutamto
 Ibu : Sujinah
2. Pekerjaan Orang Tua
 Ayah : Petani
 Ibu : Petani
3. Jumlah Saudara : 3 Orang
4. Anak yang ke : 1(Pertama)
5. Alamat Orang Tua : Pincuran Tujuh Bangun Rejo, Kecamatan Sangir,
Kab. Solok Selatan

Anda mungkin juga menyukai