JUDUL KEGIATAN:
ANALISIS PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA “KAMPUNG
IDIOT” MELALUI PEMETAAN SOCIAL CAPITAL IDIOT AREA (SOCIA)
SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH SOSIAL DI
PONOROGO (Studi Pada Desa Karang Patihan, Desa Pandak, Desa Krebet,
dan Desa Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo)
Oleh :
Maya Aprilia Wijayanti 105030400111040 / 2010
Putu Agus 115030500111033 / 2011
Dzulfah Aini 0910310043 / 2009
Nadhifatul K. 0910320103/ 2009
Laily Akbariah 0810310078/ 2008
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
i
HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
LAPORAN AKHIR
i
ABSTRAKSI
Analisis Penanganan Kejadian Luar Biasa “Kampung Idiot” Melalui
Pemetaan Social Capital ‘Idiot Area’ (SOCIA) sebagai Alternatif Pemecahan
Masalah Sosial di Ponorogo (Studi pada Desa Karangpatihan, Desa Pandak,
Desa Krebet, dan Desa Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo)
Maya Aprilia Wijayanti, Putu Agus, Dzulfah Aini, Nadhifatul K, Laily Akbariah
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Penelitian yang berjudul “Analisis Penanganan Kejadian
Luar Biasa “Kampung Idiot” Melalui Pemetaan Social Capital ‘Idiot Area’
(SOCIA) sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Sosial di Ponorogo (Studi
pada Desa Karangpatihan, Desa Pandak, Desa Krebet, dan Desa Sidoharjo,
Kabupaten Ponorogo”.
Dalam pelaksanaan penelitian yang dimulai dari persiapan, survei lapangan
sampai dengan penyusunan laporan akhir ini penulis menyadari banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) atas bantuan pendanaan dalam
pelaksanaan penelitian ini.
2. Jajaran Birokrasi Fakultas Ilmu Administrasi dan Universitas Brawijaya yang
telah memberikan informasi terkait PKM dan memfasilitasi pelaksanaan PKM.
3. Bapak Drs. Mochamad Rozikin, MAP , selaku Dosen Pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dalam pelaksanaan program
ini.
4. Rekan-rekan peneliti “Research Study Club” FIA UB yang sudah membantu
selama pelaksanaan PKM.
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo beserta seluruh jajaran yang telah
memberikan izin penelitian serta informasi kepada peneliti.
6. Masyarakat Desa Karang Patihan, Desa Pandak, Desa Krebet, dan Desa
Sidoharjo yang telah bersedia bekerja sama dengan peneliti .
Maka demi kesempurnaan laporan hasil penelitian ini, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian Penelitian tentang
sistem sosial di Kota Yogyakarya ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti.
Malang, 15 Juni 2012
Penulis
iii
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Ponorogo menjadi prioritas utama Pemerintah Jawa Timur untuk
menanggulangi kemiskinan. Hal ini dikarenakan jumlah kemiskinan Kabupaten
Ponorogo sangat tinggi (Soepriyatno, 2011). Keadaan ini telah berlangsung
puluan tahun, dan mencapai puncaknya pada krisis ekonomi pada tahun 1998. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya warga yang kekurangan gizi, tidak mendapatkan
pendidikan yang layak, serta kesulitan dalam mendapatkan akses air bersih.
(Anonim, 2011). Dampak lain dari kemiskinan yang terjadi di Kabupaten
Ponorogo tersebut juga mengakibatkan munculnya sebuah fenomena
keterbelakangan mental (down syndrome) di empat desa di Ponorogo yang
dijabarkan dalam tabel 1.
Tabel 1: Data warga Tuna Grahita di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011
Desa Jumlah
Karangpatihan 43 jiwa
Pandak 54 jiwa
Krebet 104 jiwa
Sidoharjo 323 jiwa
Total 524 jiwa
Sumber: data dari Dinsosnakertrans, 2011
Kondisi Kampung Idiot yang memprihatinkan membuat berbagai kalangan
bersimpati dan memberikan bantuan moril maupun secara materil kepada
masyarakat. Hal ini dibuktikan semakin meluasnya publikasi terhadap keberadaan
Kampung Idiot yang terdapat di Kabupaten Ponorogo. Pemerintah juga telah
memberikan sebuah bantuan untuk seperti yang dilakukan oleh Kementerian
Sosial mendirikan Rumah Kasih Sayang, perbaikan rumah dan lingkungan,
pendampingan ibu hamil, pemberdayaan sosial ekonomi, dan penyuluhan tentang
asupan gizi kepada warga desa (Anonim, 2010). Berdasarkan hal tersebut sebuah
perhatian dan tanggung jawab sosial dari semua kalangan, baik dari pemerintah,
civil society, dan swasta sangatlah penting, hal ini dapat terlihat pada modal sosial
(capital social).
Modal sosial (capital social) merupakan hubungan-hubungan yang tercipta
dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam
masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue)
yang menjaga kesatuan anggota masyarakat secara bersama-sama. Oleh sebab itu,
untuk menganalisis modal sosial (capital social) di Kabupaten Ponorogo terhadap
keberadaan Kampung Idiot ini, maka judul penelitian ini adalah “Analisis
Penanganan Kejadian Luar Biasa “Kampung Idiot” Melalui Pemetaan
Social Capital ‘Idiot Area’ (SOCIA) sebagai Alternatif Pemecahan Masalah
Sosial di Ponorogo (Studi pada Desa Karangpatihan, Desa Pandak, Desa
Krebet, dan Desa Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo)”
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi Social Capital dan keterkaitannya dengan pemecahan
masalah sosial ‘Kampung Idiot’ di Desa Karangpatihan, Desa Pandak, Desa
Krebet, dan Desa Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo?
2
2.2 Kemiskinan
Kemiskinan, menurut Sharp et al., dapat disebabkan oleh ketidaksamaan
pola kepemilikan sumber daya, perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia
dan disebabkan oleh perbedaan akses dalam modal (Ritonga, 2011). Menurut
Thorbecke, kemiskinan dapat lebih cepat tumbuh di perkotaan dibandingkan
dengan perdesaan karena, pertama, krisis cenderung memberi pengaruh terburuk
kepada beberapa sektor ekonomi utama di wilayah perkotaan, seperti konstruksi,
perdagangan dan perbankan yang membawa dampak negatif terhadap
pengangguran di perkotaan; kedua, penduduk pedesaan dapat memenuhi tingkat
subsistensi dari produksi mereka sendiri. (Anonim, 2009)
2.3 Keterbelakangan Mental
Keterbelakangan mental atau retardasi mental adalah adalah suatu gangguan
yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang di bawah rata-rata dan
gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18
tahun(Kaplan, 1997). Pendapat lain dikemukakan oleh Somantri (2006), retardasi
mental atau tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan ditandai oleh
keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
III. METODE PENDEKATAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian interaksi dengan
pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh, meluas dan mendalam mengenai pemetaan dan pemanfaatan social
capital.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah memberikan penilaian secara menyeluruh
terhadap Social Capital terhadap keberadaan Kampung Idiot.
3.3 Pemilihan Lokasi
Lokasi dari penelitian ini yaitu Desa Karangpatihan, Desa Pandak, Desa
Krebet, dan Desa Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo.
3.4 Sumber data
1) Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah berasal dari informan yang
meliputi Kepala Kelurahan, Kades, Kasun dan masyarakat Desa Karangpatihan,
Desa Pandak, Desa Krebet, dan Desa Sidoharjo, serta Kepala Dinas Sosial,
Tenagakerja dan Transmigrasi, Kabid Gizi Dinas Kesehatan, serta organisasi-
organisasi masyarakat di Desa Karangpatihan, Desa Pandak, Desa Krebet, dan
Desa Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo.
2) Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data terkait informasi lokasi dan
situs penelitian, kondisi sosial ekonomi, social capital, dan jumlah penduduk yang
menyandang status ODK di Desa Karangpatihan, Desa Pandak, Desa Krebet, dan
Desa Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo, dokumentasi interaksi sosial, foto.
3.5 Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara langsung dengan responden, yaitu Kepala
Desa, Kasun dan masyarakat Desa Karangpatihan, Desa Pandak, Desa Krebet, dan
Desa Sidoharjo, serta Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Tenagakerja dan
4
Penelitian
4 Penyusunan
Laporan Awal
5 Penyusunan
Laporan Akhir
Penelitian
Keterangan: () Perencanaan
() Pelaksanaan
4.3 Instrumen Pelaksanaan
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku
dengan materi terkait materi penelitian, pedoman wawancara, pedoman
observasi, alat tulis, kamera digital, perekam suara (handphone).
4.4 Rancangan dan Realisasi Biaya
Dana Dikti (tahap I dan II) : Rp 3.600.000,00
Penggunaan saat ini : Rp. 2.205.225,00
Saldo saat ini : Rp 1.394.775,00 (Rincian biaya terlampir)
V. HASIL PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Karangpatihan dan Desa Pandak terletak di Kecamtan Balong
kabupaten Ponorogo. Secara geografis Desa Karangpatihan merupakan dataran
tinggi, sedangkan desa pandak merupakan dataran tinggi dan dataran rendah.
Sehingga lahan pertanian merupakan faktor penting dalam perekonomian
masyarakat di kedua desa tersebut. Lokasi Desa Pandak dan Desa Karangpatihan
ini memiliki aksebilitas yang kurang menguntungkan karena tidak terjangkau oleh
transportasi umum dari kota kabupaten. Lokasi penelitian juga dilakukan di Desa
Krebet dan Desa Sidoharjo yang terletak di Kecamatan Jambon Kabupaten
Ponorogo.
Kondisi tanah di keempat desa ini termasuk dalam lahan pertanian kering
sehingga air sulit didapatkan. Lahan pertanian di keempat desa merupakan lahan
pertanian tadah hujan yang mengalmai masa panen satu tahun sekali dengan jenis
tanaman palawija dan kacang-kacangan. Padahal mata pencaharian utama
penduduk keempat desa tersebut merupakan petani. Sehingga berdasarkan
masalah tersebut untuk mencapai kesejahteraan bagi penduduk masih tidak dapat
terjangkau. Oleh sebab itu, tingkat perekonomian penduduk masih tergolong
menengah ke bawah.
Peran pemerintah sangat diperlukan dalam upaya pembangunan desa untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Upaya yang dilakukan yaitu dengan
cara pembangunan di bidang infrastruktur, bidng kesehatan, bidang pendidikan,
bidang ekonomi, dan bidang sosial. Pada bidang infrastruktur, pemerintah
memberikan pelayanan bantuan dalam pembangunan desa berupa pembangunan
jalan, jembatan, senitasi, pemipaan, pembangunan/renovasi rumah. Sedangkan
dalam bidang kesehatan dengan membangun puskesmas pembantu, polindes dan
posyandu dengan tenaga kesehatan medis dan non medis yang profesional. Pada
bidang pendidikan pemerintah juga telah membangun gedung pendidikan formal
dan nan formal, serta memberikan pendidikan gratis. Selain itu dibidang ekonomi
dilakukan pemerintah dengan cara memberikan bantuan-bantuan ternak, bibit dan
pupuk, serta perawatan lahan pertanian, pasar, sekaligus pendirian koperasi.
6
terdapat Rumah Kasih Sayang (RKS) sebagai salah satu tempat bagi para ODK
yang didirikan oleh Dinas Sosial untuk menghimpun dan memfasilitasi para
penderita ODK yang masih bisa diberdayakan.
4. Desa Sidoharjo
Di desa Sidoharjo ini pengembangan kebudayaan asli daerah tersebut tidak
begitu terlihat. Namun masih terdapat beberapa lembaga seni dan budaya yang
bertahan seperti ketoprak, karawitan, pencak silat, dan rumah adat. Sedangkan
lembaga atau kelompok masyarakat yang ada di Sidoharjo ini berupa kelompok
tani, PKK, KUBE (Kelompok Usaha Bersama), Koperasi Simpan Pinjam, PNPM,
kursus, Pengrajin bambu, Forum Sidowayah Bangkit, Sangu Akik, Apotek Hidup.
Kelompok masyarakat yang ada ini sebagai wadah bagi masyarakat untuk dapat
terus berkembang. Diantara masyarakat Desa Sidoharjo terkadang muncul
kecurigaan misalnya, dalam hal pembagian bantuan. Akan tetapi dalam keseharian
masyarakat pada umumnya masih memiliki kepudilan yang kuat terhadap para
penderita ODK. Nilai-nilai kebersamaan, saling memiliki, gotong royong, dan
kestiakawanan sosial ini terus ada dalam masyarakat.
Walaupun membangun jaringan atau networking dengan pihak atau instansi
di luar sana adalah salah satu hal yang sangat penting tetapi pada kenyataan di
desa ini belum terdapat organisasi. Namun, di salah satu dusun di Desa Sidoharjo
yaitu Dusun Sidowayah memiliki sebuah forum yang dimotori oleh para pemuda
yaitu Forum Sidowayah Bangkit. Forum ini membangun hubungan dengan pihak
luar, terkait masalah bantuan ataupun pemberdayaan masyarakat. Selain Forum
Sidowayah Bangkit juga terdapat KUBE dan Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina
Grahita (BBRSBG) Kartini Temanggung yang melakukan kegiatan sosial di desa
tersebut.
Berdasarkan deskripsi kondisi di setiap desa, nilai-nilai social capital yang
terdapat di setiap desa memiliki karakteristik yang berbeda. Dengan karakteristik
yang berbeda ini, maka perlakuan penyelesaian permasalahan sosial di desa
tersebut akan berbeda. Setiap faktor social capital di masing-masing desa
memiliki kelebihan dan kelemahan. Di Desa Pandak memiliki kelebihan pada
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan sesama masyarakat, hal ini
berbeda dengan Desa Sidoharjo dimana masih terdapat kecemburuan sosial
terhadap sesama warga walaupun mereka juga memiliki kepedulian terhadap
warga ODK. Di desa Karangpatihan terdapat suatu kelembagaan dan jaringan
yang baik, terbukti dengan adanya kerjasama peningkatan perekonomian
masyarakat melalui Kelompok Masyarakat, dan di Desa Krebet juga terdapat
Rumah Kasih Sayang (RKS) yang memberikan pelatihan keterampilan bagi ODK.
Mengacu pada setiap kondisi tersebut, walaupun secara keseluruhan dalam
nilai social capital baik, namun ada desa yang tidak memanfaatkan modal sosial
masyarakat dengan baik memalui upaya-upaya menuju kemandirian. Dalam hal
ini dari keempat desa dibagi menjadi kategori desa aktif dan desa yang pasif
dalam kemandirian. Desa yang aktif antara lain desa Karangpatihan, desa Krebet,
dan desa Sidoharjo sedangkan desa Pandak masih pasif dengan hanya
mengandalkan bantuan-bantuan dari pihak luar tanpa memiliki upaya secara
swadaya untuk memajukan desa yang berupa pemberdayaan, baik di bidang
ekonomi maupun sosial
8
Pemerintah NGO
Pendampingan &
Pemberdayaan
keterampilan diri. Hal tersebut dilakukan agar tercipta masyarakat yang lebih
mandiri. Melalui pembinaan dan pelatihan oleh para pemuda ini diharapkan dapat
menciptakan kepedulian sosial sehingga dapat tercapai kesetaraan sosial antara
masyarakat normal dengan masyarakat ODK. Disinilah social capital berperan
untuk meningkatkan tingkat kepedulian sosial dan kesetaraan sosial antara
masyarakat. Dengan demikian, dalam mengimplementasikan konsep ini
diperlukan adanya peranan aktor-aktor diantaranya pemerintah dan NGO.
Masyarakat pada umumnya, serata peranan masyarakat ODK. Hal ini dijelaskan
pada gambar 3.
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa antara ODK dengan
pemerintah memberikan kebijakan terkait pelatihan keterampilan, ODK dengan
masyarakat dalam hubungannya dengan hubungan sosial (social relationship)
dalam kesetiakawanan sosial. NGO dan masyarakat bekerjasama dalam
pemberdayaan masyarakat. Sedangkan NGO dengan pemerintah bekerjasama
dalam koordinasi pengimplementasian program. Melalui kemitraan yang
berkelanjutan tersebut diharapkan kesetaraan sosial dapat terwujud.
ODK
Society Relation
Peranan Policy
Stakeholder
Coordinativ
Implementati
Program
Local
Government
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo. 2010. Ponorogo Dalam Angka. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo
Coleman, J. 1999. Social Capital in the Creation of Human Capital. Cambridge
Mass: Harvard University Press.
Heriawan, Rusman. 2009. Kemiskinan. Badan Pusat Statistik
Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (1997). Sinopsis psikiatri : Ilmu
pengetahuan perilaku psikiatri klinis (7th. ed). Alih Bahasa : Kusuma Widjaja
& Wigma. Jakarta : Binarupa Aksara.
Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Ketigabelas.
Bandung: Remaja Rosda Karya
. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Keempatbelas.
Bandung: Remaja Rosda Karya
11
Lampiran Data
Laporan dan Analisis Data
Reduksi Data
1. Desa Karang Patihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo
Informan Informasi
Bapak Daud, Kepala (14 Maret 2012). Bahwa penyebab adanya fenomena sosial
Desa Karang Patihan yang ada di desa karang patihan adalah akibat serangan hama
tikus yang menyerang seluruh tanaman pertanian di desa
tersebut. Terdapat kelompok masyarakat yang
memberdayakan ODK di desa tsb. Banyak bantuan yang
masuk setelah adanya pemberiataan mengenai banyaknya
ODK di desa Karang Patihan. Selain melalui pokmas
perangkat desa juga melakukan subsidi silang terhadap
pembelian raskin agar raskin tersebut dapat dinikmat pula
oleh masyarakat desa secara keseluruhan. Tedapat beberapa
kelompok masyarakat yang ada di desa Karang Patihan.
Penderita tuna grahita terbanyak terdapat di dusun Tanggung
Rejo.
Bapak Eko, Ketua (14 Maret 2012). Kelompok masyarakat (POKMAS) Kareng
Kelompok Masyarakat Patihan Bangkit dibentuk atas dasar keprihatinan pemuda
karang patihan bangkit desa terhadap warga masyarakat yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Tujuan dari POKMAS adalah membantu
pemberdayaan masyarakat melalui perekonomian dengan
sumber pendanaan yang berasal dari CSR dan pemerintah
(Pusat dan Pemprov Jatim) melalui pengajuan proposal.
Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat Karang Patihan Bangkit untuk para ODK berupa
mencetak batu bata, ternak ayam dan kambing namun untuk
ternak ayam dan kambing masih menunggu bantuan dari
kodam V Brawijaya. Selain pemberdayaan, POKMAS juga
mengadakan proyek pembangunan infrastruktur terutama
infrastruktur jalan serta pemberian beasiswa kepada siswa
warga Karang Patihan yang kurang mampu.
(18 Maret 2012). Kelompok PIDRA merupakan kelompok
yang dibentuk oleh organisasi dari luar negeri dan
dikhususkan bagi daerah dataran tinggi dengan sifat tanah
yang kurang air. Kegiatan di PIDRA umumnya adalah
kegiatan untuk memberdayakan masyarakat desa setempat
salah satunya dengan unit simpan pinjam. Yang menjadi
anggota dari PIDRA itu sendiri adalah masyarakat miskin dan
tidak ada perangkat desa yang diperbolehkan untuk menjadi
anggota PIDRA sebab dalam PIDRA itu akan dilatih
kemandirian masyarakat miskin. Dan alhasil, dari pelatihan
keterampilan, pelatihan kesetaraan gender dan pelatihan
lainnya, membuktikan bahwa masyarakat miskin di Desa
Karang Patihan sudah memiliki pola pikir yang sebelumnya
masih tradisional menjadi semakin modern.
Bapak Samudji, ketua (18 Maret 2012). Pelatihan di temanggung dilakukan selama
Kader desa Karang tiga hari. Pelatihan-pelatihan yang diberikan di Temanggung
Patihan untuk kegiatan adalah pelatihan untuk perawatan diri bagi ODK. Pelaksanaan
pelatihan dari BBRSBG pelatihan terhadap ODK dilalukan oleh setiap kader yang
Kartini Temanggung membawahi tiga hingga empat ODK agar pemantauan dan
2
Bapak Juli, Kabid Gizi Dinas (17 Maret 2012). Kondisi lingkunagan sudah tidak
Kesehatan mendukung. Jika memang ingin tidak ada lagi
penderita ODK perlu menunggu masyarakat yang
menderita ODK yang itu meninggal karena melihat
mayoritas penderitanya berumur 40 tahun keatas.
Jika perlu warga yang tidak terkena itu dipindahkan
ke daerah yang tidak berpenduduk ODK dan
kondisinya mendukung. Jika penderitanya sudah tua
sudah tidak bisa dipulihkan dengan terapi kecuali
untuk bayi yang masih berumur 3-4 tahun masih bisa
diterapi. Tidak ada kerjasama antara dinsos dengan
dinkes utamanya di RKS kerjasama yang dilakukan
antara dinsos dengan puskesmas. Dinsos melakukan
penyuluhan mengenai pentingnya yodium, sehingga
memperkenalkan masyarakat dengan garam
beryodium agar kebutuhan masyarakat terhadap
yodium tercukupi.
Bapak Lilik Slamet, Kepala (21 Maret 2012). Banyak sektor Dinas kesehatan,
Bappeda SOSNAKERTRANS, pendidikan, PU. Dari dinas
kesehatan ada psikiater. Bappeda fungsinya sebagai
penganggaran, menampung semua usul dari satker
dan masyarakat. Dari desa kecamatan melakukan
musrenbang kecamatan. Satker itu dari dinas terkait
sesuai SKPD. Nantinya dicari prioritasnya. Bappeda
fungsinya sebagai mediasi antara satker dan
masyarakat. Program nasional pemberdayaan
masyarakat.
Penyajian Data
Desa Karang Patihan
Desa Karang Patihan terletak di kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo.
Desa ini terletak pada ketinggian 109 m dari permukaan laut dengan jarak 22 km
dari kota kabupaten dan jumlah penduduk mencapai 5434 jiwa. Luas wilayah
Desa Karang Patihan adalah 1336,6 Ha yang sebagian besar wilayahnya berupa
ladang/ tegalan kering. Sebelah utara dari desa ini berbatasan dengan desa Jonggol
8
Penyandang Tuna Grahita yang ada di Dasa karang Patihan sebagian besar
merupakan penduduk yang lahir pada kisaran tahun 1975. Latar belakang
penduduk yang memiliki kecacatan ini dikarenakan adanya gagal panen yang
9
Desa Pandak
Desa Sidoharjo
12
Lembaga:
• Kop.Smp-pjm
• Karang Taruna
•
•
PKK
KUBE
Kearifal Lokal:
Kebudayaan :
• Ketoprak
• Kelompk Tani • Rumah Adat
• pengrajin bambu • Karawitan
• Forum • Pencak Silat
Sidowayah
Bangkit
• Sangu Akik
Social Ca
Gotong Royong:
•
Kesetiakawanan :
Pembangun
• Membantu
an Jalan
ODK
Desa Norma:•
• Pembangun
Mempekerjak
an rumah
an ODK
warga
• Pernikahan
• Kematian
13
Sidowayah ini memiliki sebuah forum yang dimotori oleh para pemuda yang
masih peduli dengan pembangunan dan perkembangan wilayahnya. Forum
Sidowayah Bangkit adalah forum yang menaungi kelompok ini, berawal dari
obrolan ringan para warganya sehingga memiliki bentuk nyata untuk mewujudkan
perkembangan wilayahnya. Forum ini membangun relasi dan hubungan dengan
pihak luar, terkait masalah bantuan ataupun pemberdayaan masyarakat. Selain itu
sama seperti desa yang lain ada KUBE serta BBRSBG yang berpusat di
Temanggung yang secara langsung menangani masyarakat penderita ODK. Selain
itu juga muncul kepedulian dari berbagai lembaga zakat di luar sana, serta
perusahaan atau perseorangan yang masih peduli dengan desa ini.
Desa Krebet
15
Lembaga:
• Koperaasi Kebudayaan :
• Karang Taruna • Hadrah
•
•
PKK Kearifal Lokal:
Kelompk Tani
•
•
Karawitan
ketoprak
• RKS • Kontemporer
• KUBE • Reog
• ORSOS
Social Ca
Gotong Royong:
• Pernikahan
• Kematian Kesetiakawanan :
• Kerja BaktiNorma:• Membantu
• “nggarap” ODK
sawah
16