Anda di halaman 1dari 58

UNIT OPERASI DAN PROSES PENGOLAHAN LUMPUR

Dr. R. M. Sandyanto Adityosulindro, S.T., M.T., M.Sc.

Program study Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Kampus UI
Depok 16424, Indonesia

2022
CAPAIAN PEMBELAJARAN

✓ CPL 2: Mampu mengidentifikasi, memformulasi, melakukan studi pustaka, dan


menganalisis (C4) masalah teknik lingkungan yang kompleks dengan menggunakan
pinsip dasar matematika, sains, dan ilmu keteknikan guna mendapatkan kesimpulan
yang dapat dipertanggungjawabkan.
✓ CPMK 1: Mampu menganalisis (C4) unit operasi dan proses fisik, kimia dan biologis
dalam sistem pengolahan air dan air limbah berdasarkan prinsip-prinsip dasar
matematika, sains, dan keteknikan
✓ Sub-CPMK 7: Mampu menganalisis (C4) berbagai unit operasi dan proses pada
sistem pengolahan lumpur (sludge treatment)

2
PENDAHULUAN

3
TERMINOLOGI

✓ Grit: Pasir, kerikil, abu, kulit telur, potongan tulang, biji, …


✓ Scum: Material yang mengapung (e.g. lemak, sisa makanan, kertas, busa, …)
✓ Sludge (lumpur): Material / residu yang terbentuk selama proses pengolahan
air dan belum mengalami proses pengolahan apapun
✓ Biosolids: Lumpur dari proses pengolahan air limbah yang sudah diolah /
distabilisasi

4
KENAPA LUMPUR PERLU DIOLAH??

✓ Mengacu pada prinsip mass transfer, Lumpur residu dari proses


pengolahan air merupakan konsentrat yang mengandung berbagai
material (kontaminan) yang disisihkan oleh unit – unit pengolahan

✓ Lumpur mengandung berbagai


material solids, organic,
inorganic, dan mikroorganisme
pathogen bahkan senyawa
organic spesifik dan toksis
seperti Trihalomethan, farmasi,
pestisida, dll

5
TUJUAN PENGOLAHAN LUMPUR

✓ Mengurangi volume lumpur (kadar air) sehingga pengelolaan


menjadi lebih mudah dan lebih murah (memisahkan air dan solids)

✓ Membunuh mikroorganisme patogen dalam lumpur sehingga aman


untuk dimanfaatkan / dibuang ke lingkungan

6
REVIEW PROPERTY LUMPUR

7
KLASIFIKASI, SUMBER DAN KARAKTERISTIK
LUMPUR

8
KLASIFIKASI
Berdasarkan Sumber Instalasi Pengolahan

✓ Berdasarkan sumber instalasi pengolahan, lumpur residu proses


pengolahan air dapat diklasifikasikan menjadi (i) lumpur residu IPA
(waterworks sludge) dan (ii) lumpur residu IPAL (sewage sludge)

https://en.tempo.co/read/893526/info-tempo-indonesia-the-potential-market-of-water-treatment 9
https://www.dutchwatersector.com/news/go-ahead-for-conversion-first-two-dutch-wastewater-treatment-plants-to-revolutionary-modular
KLASIFIKASI
Berdasarkan Tipe Pengolahan

✓ Berdasarkan tipe pengolahan, lumpur residu pengolahan air dapat


diklasifikasikan menjadi (i) lumpur organic (organic sludge) dan (ii)
lumpur kimia (chemical sludge)

✓ Lumpur organik adalah lumpur yang berasal dari proses pengolahan


biologis (e.g. Lumpur aktif, trickling filter)

✓ Lumpur kimia adalah lumpur yang berasal dari proses pengolahan


fisik-kimia (e.g. koagulasi-flokulasi-sedimentasi)

10
KLASIFIKASI
Berdasarkan Tingkat Pengolahan

✓ Berdasarkan tipe pengolahan, lumpur residu pengolahan air dapat


diklasifikasikan menjadi (i) Lumpur primer (primary sludge) dan (ii)
Lumpur sekunder (secondary sludge)

✓ Lumpur primer adalah lumpur yang berasal dari unit pengolahan


tingkat primer seperti primary clarfier, pra-sedimentation

✓ Lumpur sekuner adalah lumpur yang berasal dari unit pengolahan


tingkat sekunder seperti secondary clarifier

11
KLASIFIKASI
Berdasarkan Unit Operasi dan Proses Penghasil Lumpur

IPA IPAL
• Pre-sedimentation sludge • Grit chamber residue
• Iron / manganese precipitates • Primary sludge (PS)
• Alum sludge • Waste activated sludge (WAS)
• Iron sludge • Trickling filter sludge
• Lime (softening) sludge • RBC sludge
• Polymeric sludge • Mixed sludge
• Diatomaceous earth sludge • Thickened sludge
• Spent filter backwash water • Digested sludge
• Membrane concentrate • Dewatered sludge
• Ion exchange brine

12
SUMBER RESIDU / LUMPUR
Coarse / fine screen (IPA/IPAL)

✓ Material yang disisihkan berupa material kasar


seperti potongan kain, kayu, sampah, ...

✓ Tidak termasuk dalam kategori lumpur yang dapat


diolah, sehingga dapat langsung dibuang di landfill

Grafik hubungan
antara volume
material yang
tertahan di
saringan
terhadap jarak
bukaan antar bar

13
Davis (2010)
SUMBER RESIDU / LUMPUR
Grit Chamber IPAL

✓ Material yang disisihkan berupa Pasir, kerikil,


pecahan kaca, abu, kulit telur, potongan tulang, biji,
lemak, minyak

✓ Volume grit bergantung pada tipe jaringan


pengumpul:
✓ Combined: 74 - 220 m3/106 m3
✓ Separated: 15 - 74 m3/106 m3

✓ Tidak termasuk dalam kategori lumpur yang dapat diolah, sehingga


dapat langsung dibuang di landfill

14
Davis (2010)
SUMBER RESIDU / LUMPUR
Primary clarifier IPAL

✓ Material yang disisihkan berupa lumpur


dengan kandungan solids (2 – 8 %) dan
organik (60 – 90 %), P (0.8 – 2.8 %)

✓ Memiliki bau yang tajam dan berwarna


coklat keabu-abuan.

✓ kandungan organik, nutrien dan patogen sehingga perlu diolah

15
Davis (2010)
SUMBER RESIDU / LUMPUR
(Coagulation-Flocculation) sedimentation basin (IPA)

✓ Material yang disisihkan berupa lumpur


dengan kandungan solids (0.1 – 4 %)
dan organik (10 – 25 %), dan alumninium
oxide (15 - 40%)

✓ Umumnya berwarna kecoklatan seperti


tanah

✓ kandungan solid cukup tinggi sehingga perlu diolah

16
Davis (2010)
KARAKTERISTIK RESIDU / LUMPUR IPA
(Coagulation-Flocculation) sedimentation basin

17
Crittended et al (2017)
SUMBER RESIDU / LUMPUR
Spent filter backwash water

✓ Dari segi kuantitas lebih besar dibandingkan lumpur dari clarifier /


sedimentasi. Konsentrasi solid relative rendah jika dibandingkan dengan
lumpur dari unit sedimentasi

✓ Umumnya berwarna kecoklatan seperti tanah

✓ Kandungan solid dan patogen pada air pencucian / backwash


umumnya belum memenuhi BML sehingga perlu diolah sebelum
dibuang ke badan air

18
KARAKTERISTIK RESIDU / LUMPUR IPA
Spent filter backwash water

19
Crittended et al (2017)
SUMBER RESIDU / LUMPUR
Secondary clarifier IPAL

✓ Material yang disisihkan berupa lumpur


dengan kandungan solids (0.5 – 2 %),
organik (60 – 85 %), P (1.5 – 3 %)

✓ Memiliki bau menyerupai tanah dan berwarna coklat. Lumpur dari


secondary clarifier tidak stabil dan cepat berubah warna menjadi hitam
dan mengeluarkan bau menyengat

✓ Memiliki bau menyengat, memiliki kandungan organik, nutrien dan


patogen cukup tinggi sehingga perlu diolah.

Davis (2010)
https://www.suezwaterhandbook.com/processes-and-technologies/biological-processes/suspended- 20
growth-cultures/activated-sludge-reactor-type-and-configurations
KARAKTERISTIK LUMPUR IPAL

21
Qasim and Zhu (2017)
KARAKTERISTIK LUMPUR IPAL

22
UNIT OPERASI DAN PROSES DALAM SISTEM PENGOLAHAN
LUMPUR

23
TIPIKAL TAHAPAN PROSES PENGOLAHAN LUMPUR

1. Preliminary treatments (optional)


2. Thickening
3. Stabilization
4. Conditioning
5. Dewatering
6. Final processing (optional)
7. Disposal

24
PRELIMINARY SLUDGE TREATMENTS

✓ Tujuan: Meningkatkan kinerja unit-unit pengolahan lumpur dengan


menyeragamkan kualitas dan kuantitas lumpur

✓ Preliminary sludge treatments bersifat optional tergantung karakteristik


lumpur yang akan diolah

✓ Contoh preliminary sludge treatments:


o Grinding
o In-pipe screening
o Cyclone degritting
o Blending
o Storage
o Pumping 25
SLUDGE THICKENING

✓ Tujuan:
o Mengurangi volume lumpur (sampai 50%) dengan menyisihkan
kadar air
o Mereduksi volume unit – unit pengolahan lumpur selanjutnya

✓ Alternatif metode sludge thickening


o Co-settling thickening
o Gravity thickening
o Floatation thickening
o Centrifugal thickening
o Gravity belt thickening
o Rotary belt thickening

26
SLUDGE THICKENING
Gravity Thickening

Prinsip:
❑ Sedimentasi tipe III (zone settling): interparticle
force hinder the settling of neighbouring particle →
mass of particles settle as a zone

❑ Sedimentasi IV (compression settling): settling of


particle that are of such a high concentration that
the particle touch each other and settling can occur
only by compression

27
SLUDGE THICKENING
Batch Settling Test

Menentukan limiting flux (solids loading) dari eksperimen batch settling test

Numerous concentrations of the sludge (C) are allowed to


settle to obtain the hindered settling velocities (v)

28
SLUDGE THICKENING
Kriteria desain Gravity ThickeninThickener IPA

29
Davis (2010)
SLUDGE THICKENING
Kriteria desain Gravity Thickener IPAL

30
Qasim and Zhu (2017)
SLUDGE THICKENING
Gambar Layout Gravity Thickener

31
Qasim and Zhu (2017)
SLUDGE THICKENING
Gambar Potongan Gravity Thickener

32
Qasim and Zhu (2017)
SLUDGE THICKENING
Contoh Gravity Thickener

33
Dokumentasi Ekskursi TLUI di IPAL Suwung (2019)
SLUDGE STABILIZATION

✓ Tujuan:
o Mereduksi konsentrasi patogen dan senyawa organik
o Dapat dilakukan dengan proses biologis atau kimiawi

✓ Alternatif metode sludge stabilization


o Anaerobic or aerobic digestion
o Alkaline stabilization (using lime)
o Chemical oxidation (using chlorine / hydrogen peroxide / ozone)

34
Qasim and Zhu (2017)
SLUDGE STABILIZATION
Anaerobic digestion

Proses stabilisasi lumpur secara


biologis dengan memanfaatkan
aktivitas mikoorganisme
anaerob (Pseudomonas,
Flavobacterium, Alcaligenes,
Escherechia, Aerobaccter) untuk
mendegradasi senyawa organik

35
Qasim and Zhu (2017)
SLUDGE STABILIZATION
Prinsip Anaerobic digestion

Degradasi senyawa organic kompleks


menjadi senyawa organic sederhana

Konversi senyawa organic sederhana


menjadi short-chain organic acids

Konversi short-chain organic acids


menjadi CH4 dan CO2

36
Qasim and Zhu (2017)
SLUDGE STABILIZATION
Kriteria desain Anaerobic digestion

Digester Volume
Bedasarkan SRT
V = SRT x Q
SRT: Sludge retention time (d)
Q: Sludge flow (m3/d)

Berdasarkan VSL
V = VSSIN / VSL
VSSIN: VSS loading (kg VSS/d)
VSL: Volatile Solid loading (kg VSS/m3.d)

Berdasarkan PCCR
V = Population x PCCR
Populasi: persons
PCCR: per capita capacity requirement
(m3/capita)

Berdasarkan kesetimbangan massa


V = (SRT) [QFS – (2/3)(QFS-QDGS)]
QFS: sludge feed (m3/d)
QDGS: sludge withdrawal (m3/d)
37
SLUDGE STABILIZATION
Detail reaktor Anaerobic digester

38
SLUDGE STABILIZATION
Contoh reaktor Anaerobic digester

39
SLUDGE CONDITIONING

✓ Tujuan:
o Meningkatkan efisiensi proses sludge dewatering
o Mereduksi patogen dan bau
o Dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisik

✓ Alternatif metode sludge conditioning


o Chemical conditioning : penambahan koagulan / polimer / lime / ash
o Physical conditioning: Heat (175-2300C) and pressure (1000-2000
kPa), ultrasonication (masih dalam tahap penelitian)

40
SLUDGE CONDITIONING
Contoh reaktor

41
Dokumentasi Ekskursi TLUI di IPAL Suwung (2019)
SLUDGE DEWATERING
Tujuan

✓ Memisahkan lumpur menjadi fase cair (liquid stream) dan fase padat
(cake) sehingga mempermudah penanganan, transport dan
pemrosesan / pembuangan akhir
o Liquid stream jika tidak memenuhi baku mutu dapat
diresirkulasi kembali ke dalam proses pengolahan air atau
diolah secara terpisah
o Cake dapat diproses kembali (e.g. dibuat kompos), dibuang ke
landfill atau pengelola limbah B3 tergantung karakteristiknya

42
SLUDGE DEWATERING
Alternatif metode dewatering

✓ Natural methods
o Sludge drying lagoons
o Sludge drying beds
✓ Mechanical methods
o Centrifugation
o Belt filter press
o Frame / plate filter press
o Rotary press

43
SLUDGE DEWATERING
Sludge Drying Beds

✓ Merupakan proses sludge


dewatering sederhana dimana
lumpur dihamparkan pada media
pasir dan kerikil
✓ Peneringan lumpur melalui
mekanisme evaporasi dan
perkolasi.
✓ Umum digunakan pada IPAL skala
kecil dan menengah
✓ Kriteria desain
✓ Solids-loading rate 50-125
kg/m2.year
✓ Detention time 10-20 days
✓ Solid content 20-30 %

44
Dokumentasi Ekskursi TLUI di IPAL Suwung, Bali (2019)
SLUDGE DEWATERING
Sludge Drying Beds

45
46
Dokumentasi Ekskursi TLUI di IPA Petanu, Bali (2019)
SLUDGE DEWATERING
Belt Filter Press

✓ Merupakan proses sludge


dewatering secara mekanikal
(menggunakan mesin)
✓ Peneringan lumpur melalui
mekanisme penyaringan melalui
belt dengan bantuan tekanan
✓ Umum digunakan pada IPAL skala
menengah dan besar
✓ Sebelum masuk ke unit belt filter
press, lumpur perlu ditambahkan
polimer

47
SLUDGE DEWATERING
Kriteria desain Belt Filter Press

48
SLUDGE DEWATERING
Belt Filter Press

49
FINAL PROCESSING

✓ Tahap / proses pengolahan lumpur yang spesifik dan optional


✓ Contoh:
• Composting : lumpur kering dicampur dengan serbuk kayu / sampah
kebun (rasio 1:3) kemudian dikondisikan moisture content (40-60%)
pada kondisi aerobic
• Heat drying : dikeringkan untuk meningkatkan nilai guna (e.g. bahan
baku pellet
• Incineration: Mereduksi volume cake secara signifikan, tidak
memerlukan proses sludge stabilization

50
DISPOSAL

✓ Agricultural application
✓ Non-agricultural land application: reklamasi lahan, landscaping,
municipal solid waste landfill, dedicated sludge / biosolids landfill

51
https://feeco.com/processing-sludges-for-acceptance-in-the-fertilizer-industry/
DIAGRAM ALIR SISTEM PENGOLAHAN LUMPUR

52
CONTOH DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN LUMPUR IPA

53
CONTOH DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN LUMPUR IPA

54
CONTOH DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN LUMPUR IPAL

55
CONTOH DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN LUMPUR IPAL

56
REFERENSI UTAMA

❖ Qasim, S. R. and Zhu, G. (2017). Wastewater Treatment and Reuse-Theory


and Design Examples. CRC Press
❖ Metcalf and Eddy (2014). Wastewater Engineering Treatment and Resource
Recovery, Fifth edition. New York: McGraw-Hill Education.
❖ Davis, M. L. (2010). Water and Wastewater Engineering. New York: McGraw-
Hill Education.

57
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA

Komentar??, pertanyaan??

58

Anda mungkin juga menyukai