Anda di halaman 1dari 31

Kritik Normatif

JURNAL KAJIAN ESTETIKA


MASJID SALMAN ITB DITINJAU
DARI STRUKTUR
ALECHANDRO CHARLIE LAMBE
(2006090018)
PEMBAHASAN

1 RINGKASAN ISI JURNAL


 Pendahuluan
 Kajian Teori
 Metode Penelitian
2 KRITIK NORMATIF PADA JURNAL
3 KESIMPULAN
RINGKASAN JURNAL
PENDAHULUAN
Masjid Salman ITB merupakan salah satu karya
arsitektur masjid yang ada di Indonesia tepatnya di Kota
Bandung, Jawa Barat. Masjid Salman ITB merupakan salah
satu tonggak arsitektur masjid yang ada di Indonesia. Hal ini
dapat dilihat dari upaya pembebasan diri dari tradisi masjid
yang ada di Indonesia yang sebelumnya identik dengan atap
tumpak/tajuk atau kubah yang sering dianggap sebagai idiom
masjid. Masjid ini dirancangan oleh Bapak Ahmad Noe’man
pada tahun 1964, dan pada tahun 1972 masjid ini resmi
berdiri
Pembaruan aristektur pada Masjid Salman juga
dapat dilihat dari area sholatnya yang bebas kolom sehingga
memungkinkan shaf sholat tidak terputus. Hingga sekarang
Masjid Salman ITB sudah 49 tahun lamanya berdiri dan masih
dapat mempertahankan bentuknya dan berfungsi dengan baik
tanpa pernah ada perbaikan yang berarti.Semua hal ini terjadi
tidak lepas dari peranan struktur sebagai bagian-bagian yang
membentuk Masjid Salman ITB itu sendiri untuk dapat berdiri,
dimana fungsi utamanya adalah sebagai media untuk
menyalurkan beban, namun fungsi struktur dari sebuah
bangunan tidak hanya berhenti sampai disitu, tetapi juga
sebagai ekspresi keindahan dari karya arsitektur itu sendiri.
Estetika struktur sendiri dapat dikaji melalui fungsi
strukturalnya dan fungsi arsitekturalnya yang terdapat pada
elemen Masjid Salman ITB.
KAJIAN TEORI
1. Definisi Struktur
Struktur merupakan elemen penting dan mendasar bagi terciptanya sebuah bangunan agar bisa
berfungsi dan menjadi wadah untuk manusia melakukan aktvitas di dalamnya sesuai dengan fungsi
dan kebutuhannya, menjadi rangka bagi bangunan untuk menanggung beban dan gerakan yang
tercipta pada bangunan baik secara vertikal maupun lateral sehingga tidak mudah hancur dan tidak
membahayakan aktivitas yang ada di dalamnya.
2. Estetika Struktur
Eduardo Torroja berpendapat bahwa keindahan struktur terletak pada bentuk strukturnya dan sifat
kekuatannya yang menunjukan ekspresi tertentu. Pada dasarnya keindahan sebuah struktur harus
berada dalam kualitas strukturnya, bentuk struktur harus menyesuaikan secara ketat dengan
bentuk optimal yang ditentukan oleh kekuatan,
3. Struktur dalam Fungsi Mekanikal
4. Struktur dalam Fungsi Spasial
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan penelitian deskriptif untuk menjabarkan objek skripsi sejelas-jelasnya
sesuai data dan situasi yang ada.
2. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat beberapa teknik dalam usaha mengumpulan data pada penelitian ini yaitu :
a) Observasi dan Kunjungan
b) Wawancara
c) Referensi Studi Kasus Sejenis
d) Studi Pustaka
e) Simulasi Model
3. Tahap Analisis Data
Data dari hasil studi literatur, observasi, wawancara, dan referensi studi kasus sejenis dianalisa
untuk membuat skema sistem struktur. Skema sistem struktur dibuat berdasarkan gambar kerja
rekonstruksi Masjid Salman ITB.
4. Tahap Penarikan Kesimpulan
Hasil akhir dari penelitian didasari pada temuan-temuan yang hadir pada tahap analisis.
KRITIK NORMATIF PADA
JURNAL
1. Estetika Masjid Salman ITB ditinjau dari STRUKTUR yang sangat menarik dengan menggunakan
berbagai macam model struktur yang dapat membuat desain Masjid Salman ITB kelihatan indah.
2. Estetika Struktur Masjid Salman ITB Menurut Fungsi Mekanikal memiliki Kerja struktur tidak bisa
dilihat dari satuan portal tetapi secara keseluruhan bangunan karena memang pinsip kerja struktur
rigid frame adalah saling mengakukan
3. Struktur pada Masjid Salman ITB memiliki implikasi bahwa struktur direncanakan secara optimal
yang bekerja salam satu-kesatuan sistem struktur.

4. Bentuk yang hadir pada Masjid Salman ITB adalah bentuk dasar bujur sangkar yang memiliki
karakteristik empat sisi yang sama besar dengan sudut 90 derajat, bentuk statis ataupun netral
yang tidak memiliki arah tertentu jika dilihat dari segi bentuk, dan memiliki titik berat pada
pertemuan dua garis diagonalnya, sehingga menciptakan desain yang sangat geometris dan
simetris.
5. Adapun struktur pada sisi depan bangunan memiliki artikulasi yang ikut dalam pendefinisian
entrance.
6. Struktur juga memiliki kondisi dimana digunakannya sistem struktur beton pra-tegang sebagai
penyederhanaan kubah dan kolom yang tidak menggunakan ornamentasi apapun sebagai
perwujudan dari ‘kederhanaan’dan ‘rasionalitas’.
7. Secara ruang, struktur sangat berperan aktif dalam mendefinisikan ruang yang ada dalam
bangunan, tetapi hal ini tidak bisa dilepaskan dari karakteristik struktur rigid-frame yang memiliki
keterikan erat dengan sebuah fungsi
8. Bangunan tidak sepenuhnya terbuka karena memiliki elemen arsitektural berupa dinding massive
dan kerawang yang mengisi interval antar struktur
9. Batang vertikal dan horizontal yang berada pada sisi terluar bangunan akhirnya membentuk
frame-view sehingga menambah keindahan bangunan
10. Sementara ekspresi yang dihasilkan oleh struktur dapat dimaknai sebagai media penyampaian
pemikiran Ahmad Noe’man dalam nilai-nilai yang ingin dibawa ke dalam Masjid Salman ITB.
11. Secara modulasi (pengaturan) dapat dilihat bahwa elemen struktur pada Masjid Salman ITB
tampak jelas pada fasad bangunan. Hal ini menciptakan pengaturan pada ekspresi bangunan
berupa vertikal dan horizontal
kesimpulan
Dari Kritik Normatif yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa struktur sebagai elemen
pembentuk ruang memiliki peran tertinggi dalam mencapai etetika struktur, yang mana tiap-tiap
ruang Masjid Salman ITB dapat berfungsi dengan baik tanpa adanya ganguan dari struktur.
Selanjutnya, struktur sebagai ekspresi bangunan cukup memiliki peran yang tinggi dalam mencapai
estetika struktur, yang ditandai dengan ekspresi bangunan Masjid Salman ITB yang tidak frontal dan
memiliki representasi dari pemikiran Ahmad Noe’man, tetapi terkesan cukup monoton. Terakhir,
struktur sebagai wujud bangunan memiliki peran paling rendah untuk mencapai estetika struktur
pada Masjid Salman ITB, dimana struktur hanya memiliki kesesuaian terhadap bentuk, tetapi tidak
spesifik sebagai pewujudan keseluruhan Masjid Salman ITB yang ditandai dengan bentuk
bangunan masih dapat diakomodasi oleh sistem struktur lain dan struktur tidak sepenuhnya menjadi
elemen pembentuk selubung bangunan pada Masjid Salman ITB. Adapun hal tersebut dapat
tercapai karena peran struktur sebagai penyalur beban yang memiliki penekanan pada
pengoptimalan bentuk struktur dan konfigurasinya.
TERIMAKASIH
Alechandro Charlie Lambe
(2006090018)

Kritik Interpretatif Jurnal Museum Di


Tengah Kebun, Kemang
Table Of Contents

01 02 03
Ringkasan Isi Jurnal Kritik Interpretative Pada Jurnal Kesimpulan
Ringkasan Isi Jurnal
01
Pendahuluan

Museum adalah lembaga permanen yang tidak mencari keuntungan, diabdikan untuk kepentingan masyarakat dan
perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan dan
memamerkan bukti-bukti bendawi manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan
Kata museum berasal dari mouseion, yang berarti kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak dewa Zeus, yang
melambangkan ilmu dan kesenan
Ringkasan isi Jurnal

Museum di Tengah Kebun adalah suatu museum penyimpanan ± 4.000 koleksi seni dan sejarah Indonesia
dan luar negeri yang berlokasi di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Museum ini dibangun di tengah kebun
seluas 3.500 m2. Museum ini dimiliki secara pribadi oleh Sjahrial Djalil, salah satu tokoh periklanan modern
Indonesia dan pendiri biro iklan Ad Force Inc. Pada tahun 2013, museum ini terpilih sebagai Museum Swasta
Terbaik di Museum Awards dengan koleksi dari 63 negara dan 26 provinsi di Indonesia. Hal yang membikin
museum ini berlainan dari museum lainnya adalah penataan sebanyak 2.414 koleksi yang dipamerkan untuk
pengunjung diletakkan tidak memakai agak di berbagai sudut ruangan, seperti lantai, tangah taman, toilet,
dinding luar rumah, dsb-nya
Pada mulanya, kontruksi Museum di Tengah Kebun adalah suatu rumah tinggal yang belakangnya
digunakan sebagai ruang pameran koleksi pemilik. Kontruksi museum ini berhenti digarap pada 1 Oktober
1980 dari berbagai sisa kontruksi bersejarah. Tembok museum dibangun dengan 65.000 batu bata dari
bekas gedung VOC dan 15.000 batu bata tua dari gedung metereologi yang dibangun tahun 1896. Engsel
pintu berasal dari Penjara Wanita, Bukit Duri, Jakarta, yang merupakan peninggalan gedung Meester Cornelis
di abad ke-18.
02
Kritik Interpretatif
Pada Jurnal
Kritik Interpretatif

Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak
menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk
kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan
pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang
sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.
Dalam kritik Arsitektur ini penulis menggunakan metode kritik interpretative evokatif. Salah satu metode kritik
interpretative adalah kritik Evokatif (Evocative), yaitu kritik yang Menggugah pemahaman intelektual atas
makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar
atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam
bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).
Kritik Interpretative Pada Jurnal

Gaya arsitektur pada museum ini adalah mirip dengan Rumah Adat
Betawi yaitu Rumah Kebaya. Sebelum memasuki area bangunan
museum, pengunjung dimanjakan jalan masuk dengan tiap sisinya
dikelilingi oleh pagar tanaman tinggi yang menciptakan suasana asri
dan sejuk seperti bukan di tengah Kota Jakarta. Terdapat banyak jenis
pohon tinggi nan rimbun sehingga semakin membuat suasana seperti
di pedesaan.

Museum ini memiliki bangunan utama yang didalamnya terdapat


banyak benda koleksi dari si pemilik yang memang sangat menyukai
benda antik. Suasana interior pun tidak kalah asri dengan di luar
bangunan museum. Setiap ruangan yang diisi oleh koleksi Sjahrial Djalil,
memiliki konsep dan tema berbeda. Seperti pada Ruang Majapahit yang
didesain bergaya Jawa Tengah, dengan furnitur terbuat dari kayu,
semakin menambah kesan bersejarah dan tradisional.
Suasana yang berbeda juga didapat di Ruang Keluarga yang mengusung
konsep furnitur penggabungan dari 3 kultur yaitu Eropa, Cina, dan Jawa
yang semakin menciptakan suasana seperti di sebuah villa di tengah
gunung. Nuansa hangat, nyaman, dan akrab ditimbulkan oleh ruangan ini,
semakin membuat pengunjung betah untuk berlama – lama duduk di
ruangan ini.

Selain ruangan – ruangan berkesan hangat dan nyaman diatas, halaman


belakang museum ini pun didesain sangat sejuk seperti pengunjung
berada di sebuah villa luas di pegunungan. Terdapat pendopo di tengah
halaman untuk bersantai atau hanya sekedar duduk – duduk menikmati
pemandangan halaman museum yang luas dan hijau.
03
Kesimpulan
Kesimpulan Kritik Interpretative Pada
Jurnal
Dengan Kritik Interpretatif kita dapat mengenali bagaimana Gaya arsitektur pada museum ditengah kebun yang
mirip dengan Rumah Adat Betawi yaitu Rumah Kebaya.
Kita bias mengetahui bagaimana suasana yang dibawah museum ini yang menggabungkan 3 kultur yaitu Eropa,
Cina, dan Jawa yang semakin menciptakan suasana seperti di sebuah villa di tengah gunung.
Dari kajian kritik interpretative ini kita dapat menarik bahwa bangunan museum ini tidak hanya menampikan
koleksi yang didalamnya tetapi dapat membawa kita kesuasan budaya yang diterapkan dalam museum ini.
THANK YOU
Kritik Deskriptif Jurnal Fungsi Struktural Dan
Arsitektural Pada Konstruksi Bambu Bangunan
Amfiteater Taman Buah Mekasari
Table Of Contents
1 Ringkasan Isi
Jurnal
Pendahuluan
Kajian Teori

Kritik Deskriptif
2
Jurnal
3 Kesimpulan
1 Ringkasan isi Jurnal
2 Kritik Deskriptif Jurnal

2023
2 Kritik Deskriptif Jurnal

2023
3 Kesimpulan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai