Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN ARSITEKTUR JAWA PADA AUDITORIUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Kelompok:
Adelvin Marscha A.

(I0214002)

Alfinda Krista R.

(I0214014)

Bidari Putri R.

(I0214022)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITRAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

PENGERTIAN ARSITEKTUR JAWA


Arsitektur dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang upaya manusia dalam
menciptakan wadah/ruang untuk dan dalam rangka kehidupannya. Jadi menurut pengertian ini,
arsitektur dapat dimaksudkan sebagai proses maupun sebagai produk/hasil penciptaan. Bahkan
dalam arsitektur tradisional antara proses dan produk bukanlah suatu yang berhenti/terputus, tetapi
dapat berkelanjutan dari produk kemudian berlanjut ke suatu proses, demikian seterusnya.
Arsitektur Jawa adalah arsitektur yang lahir, tumbuh dan berkembang, didukung dan digunakan oleh
masyarakat Jawa. Arsitektur Jawa itu lahir dan hidup karena ada masyarakat Jawa, meskipun dikenal
oleh beberapa orang, nama-nama arsitek Jawa seperti Adipati Ario Santan, Wiswakharman, dan
lainnya. Bahkan banyak bangunan-bangunan Jawa yang adi luhung tidak ada yang mengetahui siapa
arsiteknya. Dengan demikian Arsitektur Jawa lebih dikenal sebagai arsitektur tanpa arsitek.
Secara tradisional, masyarakat Jawa merancang sebuah bangunan sebagai simbolisasi dari jagad
atau alam semesta. Sebagai contoh, masyarakat Jawa menyebut tempat tinggalnya dengan sebutan
omah yang merupakan bentukan dari dua kata: om, yang diartikan sebagai angkasa dan bersifat
kebapakan; dan mah yang bersifat keibuan. Rumah dan bangunan yang dirancang oleh masyarakat
jawa dimaknai sebagai simbolisasi dari jagad manusia yang terdiri dari Bapa Angkasa dan Ibu Pertiwi.
Hal ini menunjukkan pemahaman dan pendalaman masyarakat Jawa terhadap jagadnya, yang
dituangkan dalam merancang sebuah bangunan. Masyarakat Jawa mendisain sebuah bangunan
sebagai representasi dari makrokosmos dan mikrokosmos, dimana makrokosmosnya adalah
lingkungan alam, sedangkan mikrokosmosnya adalah arsitektur sebagai ruang tempat hidup yang
merupakan gambaran makrokosmos yang tak terhingga.

Bangunan Jawa disanding-dekatkan

dengan keteduhan alam pepohonan, keberadaannya merupakan representasi kecintaan terhadap


alam/jagad.

PENGERTIAN AUDITORIUM
Menurut KBBI auditorium adalah angunan atau ruangan besar yang digunakan untuk mengadakan
pertemuan umum, pertunjukan, dan sebagainya. Auditorium berasal dari kata audiens
(penonton/penikmat) dan rium (tempat), sehingga auditorium dapat diartikan sebagai tempat
berkumpul penonton untuk menyaksikan suatu pertunjukan tertentu.

Auditorium dibedakan berdasarkan aktivitas yang dilakukan didalamnya, yaitu:


Speech auditorium

: Auditorium yang fungsi utamanya adalah untuk aktivitas percakapan,

seperti konferenasi atau seminar.


Music auditorium

: Auditorium yang fungsi utamanya adalah untuk menampilkan aktivitas

kesenian seperti pertunjukan musik, teater musikal dan seni tari.


Auditorium multifungsi : Auditorium yang difungsikan untuk menampung kegiatan percakapan dan
musik sekaligus. Pemilihan ruangan ini didasari oleh pengamatan bahwa perancangan auditorium
(gedung pertunjukan) di Indonesia seringkali didesain tanpa melibatkan aspek-aspek akustik. Hal ini
menyebabkan kondisi akustik terkadang tidak memadai sehingga tidak mampu menampilkan
kualitas akustik yang baik.

ANALISIS AUDITORIUM

Gambar 1. Siteplan Auditorium UNS


Sumber: Google Earth
Lokasi : Universitas Sebelas Maret, Jalan Ir. Sutami No. 36A Jebres, Kota Surakarta, Jawa
Tengah. Terletak di belakang gedung Rektorat UNS.
Luas bangunan : 400 m2.

Gambar 2. Kanopi auditorium UNS


Sumber: Dokumen Pribadi

Kanopi pada arsitektur jawa hanyalah sebagai tambahan saja dan tidak harus ada. Kanopi
juga disebut topengan yang dimaknai seperti halnya topeng atau wajah yang tidak sebenarnya.
Kanopi berfungsi sebagai tempat pemberhentian kendaraan saat akan memasuki suatu bangunan.
Pada Bang auditorium UNS memiliki sebuah kanopi yang berfungsi tidak begitu jelas karena
hanyalah sebagai tambahan dengan ukuran yang minimalis, tetapi kanopi pada auditorium ini juga
berfungsi sebagai penghubung antara gedung rektorat dengan auditorium.
Pada langit-langit kanopi ini menerapkan desain tumpangsari yang berada pada bangunan
joglo tetapi dibuat lebih sederhana. Finishing langit-langit kanopi adalah cat berwarna coklat susu
yang tidak memiliki keharmonisan dengan ornamen disekitarnya. Pada bagian atas kanopi juga
terdapat angin-angin bermaterial kayu sebagai penunjang estetika pada bangunan.

Gambar 4. Tumpangsari kanopi auditorium UNS


Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 3. Kanopi auditorium UNS


Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 5. Bagian
samping auditorium
UNS
Sumber: Dokumen
Pribadi
Pada bagian samping auditorium terdapat tiang yang mengadopsi penggunaan soko guru
pada rumah joglo. Hal ini juga terlihat pada penerapan sistem purus dan penggunaan umpak. Sistem
purus adalah sistem sambungan tiang yang mempermudah ketika bangunan akan dibongkar untuk
di pindahkan, tetapi sistem purus pada bangunan ini hanya sebagai penambah nilai kesan estetis
sehingga fungsinya diabaikan. Begitu pula dengan bagian umpak yang hanya sebagai penambah nilai
estetis.

Gambar 6. Bagian dalam auditorium UNS


Sumber: Dokumen Pribadi
Ketika berada di dalam ruangan auditorium, hal yang langsung mencuri perhatian adalah
bagian plafon pada tengah ruangan. Plafon ini mengambil bentuk tumpangsari pada bangunan Joglo.

Gambar 7. Tumpangsari bagian


dalam auditorium UNS
Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 8. Preseden tumpangsari


Sumber: google.com

Plafon pada auditorium ini memiliki bentuk tumpang sari yang sederhana, seperti yang
terlihat pada gambar di atas. Tumpang sari pada auditorium tidak memiliki ornamen kayu yang
berbentuk ukiran seperti tumpang sari pada umumnya. Tumpang sari itu secara fungsional
sebenarnya untuk mengatur sirkulasi udara dan pendingin alami. Angin diputar ke atas, sehingga
kelika ada angin besar, tidak keras langsung menerpa penghuni yang berada di bawahnya.
Tumpangsari juga memutar angin, sehingga sirkulasi menjadi baik dan sehat. Namun, tumpang sari
pada auditorium hanya sebagai elemen plafon.

Gambar 9. Atap auditorium UNS


Sumber: Dokumen Pribadi
6

Bangunan auditorium menggunakan atap joglo. Ciri khas atap joglo, dapat dilihat dari
bentuk atapnya yang merupakan perpaduan antara dua buah bidang atap segi tiga dengan dua
buah bidang atap trapesium, yang masing-masing mempunyai sudut kemiringan yang berbeda
dan tidak sama besar. Atap joglo selalu terletak di tengah-tengah dan selalu lebih tinggi serta
diapit oleh atap serambi.

KESIMPULAN
Arsitektur Jawa pada bangunan auditorium UNS terlihat pada penggunaan elemenelemen bangunan, seperti penggunaan tumpangsari pada langit-langit kanopi dan bagian
dalam auditorium, penggunaan ornamen umpak dan purus pada tiangnya. Penggunaan
ornamen-ornamen ini hanyalah bentuk adopsi arsitektur Jawa yang diterapkan dengan
percampuran arsitektur yang ada di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai