Bab V
Bab V
ini, sikap bergama yang dikaji terbatas pada agama yang dianut
keberagamaan.
Agama Hindu seringkali dipahami sebagai agama yang
Artinya :
38
keberagamaan yang inklusif dan plural, sedangkan sebagian lagi
39
dengan esensi agama Hindu seperti dalam petikan wawancara
berikut:
“Kita kan Islam, orang Sasak dan orang Bali yang Hindu
dari dulu sudah hidup berdampingan dari dulu. Saling
menghormati. Saling menghargai. Agama kita kan sama
dengan agama mereka, sama-sama nyembah Tuhan. Jadi
tidak ada masalah.” (Wawancara dengan Amaq Sahka,
tanggal 5 Juni 2017)
40
Islam menyayangkan berkembangnya paradigma keberagamaan
Sasak.
“Itu dah susah kalau sudah namanya saling jatuh cinta. Kita
disini kan bergaul bebas sama orang lain suku agama, jadi
tidak bisa dicegah itu terjadi. Namanya jodoh, memang
begitu. Jadi kadang-kadang dia ikut agama kita, kadang-
kadang dari kita yang ikut (Hindu). Sebenarnya kan
namanya agama dia sama-sama baik, agama apa pun.”
(Wawancara dengan Rus, 4 Juli 2017).
41
“Menurut saya, kebenaran itu mutlak hanya bisa didapat
dari Islam saja. (Ajaran) dalam agama lain bisa saja
keliatan baik di dunia, tapi Islam itu selamat dunia wal
akherat” (Wawancara dengan informan Mansur, 12 Maret
2017)
42
Tanggapan informan dengan tipologi ekslusif terhadap
“Tidak bisa begitu. Kalau dia ikut agama lain berarti keluar,
itu yang disebut murtad. Dia keluar dari Islam, neraka dia.
Kalau yang perempuan tidak ikut yang laki (masuk Islam)
tidak bisa karena dia (lelaki) itu imam, harus diturut sama
istrinya. Kalau dia laki-laki tidak mau (ikut Islam),
makanya tidak bisa dia jadi imam istrinya. Jadi tidak sah
juga karena tidak boleh menurut agama Islam (perempuan
muslim menikah dengan laki-laki non muslim) .”
(Wawancara dengan Mansur, 12 Maret 2017)”
43
pernikahan beda agama. Menurut observasi peneliti, karena
Hindu dan Islam dari Suku Bali dan Sasak di Pulau Lombok
Islam, dalam hal ini Wetu telu, dengan umat Hindu Bali seperti di
44
menyangkut keoercayaan, kepercayaan tidak bisa
dipaksakan. Tidak Boleh. Kepercayaan itu semua baik,
memaksakan kepercayaan itulah yang tidak
baik”(Wawancara dengan I Made Wijaya, tanggal 12 Juni
2017)
Penerimaan masyarakat dengan tipologi keberagamaan
45
merubah pola dalam sistem tersebut. Penguatan tipologi ekslusif
46