Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN 4

KESETIMBANGAN : HASIL KALI KELARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan kali ini adalah membuat larutan jenuh suatu garam

MgCO3, CaCO3, dan BaCO3; menentukan kelarutan garam MgCO3, CaCO3,

dan BaCO3; serta menentukan hasilkali kelarutan garam MgCO3, CaCO3, dan

BaCO3.

II. DASAR TEORI

Pada umumnya zat elektrolit larut sempurna dalam air, tetapi beberapa

garam dan basa tertentu juga larut dalam air. Zat elektrolit yang sukar larut

dalam air akan membentuk kesetimbangan dinamis antara ion-ion yang terlarut

dan zat padat yang mengendap. Kesetimbangan ini disebut dengan

kesetimbangan kelarutan. (Schaum, 1984)

Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif

yang melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan

diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa

kristal (kristalin) atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan
penyaringan atau pemusingan (sentrifuge). Endapan terbentuk jika larutan

menjadi terlalu jenuh dengan zat yang yang bersangkutan. Kelarutan (s) suatu

endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan

jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu, tekanan,

konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.

(Svehla. 1990)

Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat

yang dapat larut dalam sejumlah tertentu zat pelarut/larutan. Kelarutan

bergantung pada jenis zat terlarut. Ada zat yang mudah larut, tetapi banyak juga

yang sukar larut. Dalam larutan jenuh yang mengandung kristal zat padat tak

larut terdapat kesetimbangan antara zat padat dengan larutannya. Khusus untuk

larutan elektrolit (asam atau basa), kesetimbangan itu terjadi antara zat padat

dengan ion-ionnya. (Syukri, S. 1999)

Banyak senyawa anorganik yang sebenarnya tidak dapat larut dalam air,

dan mereka semua mempunyai kelarutan yang terhingga, betapapun kecilnya.

Tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan suatu ukuran kelarutan dari

senyawaan yang sedikit dapat larut seperti itu. Untuk dua garam apa saja

dengan angka banding stoikiometri kation dengan anion yang sama, garam

yang tetapan hasil kali kelarutannya lebih rendah akan kurang dapat larut

dalam air murni. Namun kelarutan relatif senyawa dapat diubah lewat

pengaruh ion sekutu. Efek ini dimanfaatkan secara praktis dalam

mengendapkan berbagai ion dari larutan sebagai garam tak dapat larut,
seringkali sampai konsentrasi sebuah ion yang tertinggal dalam larutan dapat

diabaikan. (keenan. 1992)

Pengendapan mempunyai kelarutan yang sangat kecil dan dapat

dipisahkan dengan filtrasi. Sifat endapan yang sedemikian rupa hingga mudah

dipisahkan dari kelarutannya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk menghilagkan

pengotor. Umumnya larutan endapan dilakukan pada larutan yang panas, sebab

kelarutan akan bertambah dengan bertambahnya temperatur. Pengendapan

dilakukan dalam larutan encer yang ditambahkan reaksi perlahan-lahan dengan

pengadukan teratur, partikel yang terbentuk lebih dahulu berperan sebagai

pusat pengendapan yang besar suatu reagen-reagen ditambahkan agar kelarutan

endapan bertambah besar

Beberapa faktor yang mampu menggeser kesetimbangan adalah:

1. Perubahan konsentrasi

Arah pergeseran akibat perubahan konsentrasi bergantung pada

jenis perubahan.

a) Jika salah satu konsentrasi ditambah, kesetimbangan bergeser

dari arah yang ditambah.

b) Jika salah satu konsentrasi dikurangi, kesetimbangan bergeser

kearah yang dikurangi.

2. Perubahan suhu

Jika sistem berada dalam kesetimbangan, kenaikan suhu

menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah endoterm dan penurunan


suhu menimbulkan pergeseran kearah reaksi endoterm. Sesuai dengan

hukum Van`t hoff.

3. Perubahan tekanan dan volum

Bila tekanan kesetimbangan gas diperbesar, kesetimbangan

bergeser kearah molekul yang terkecil. Sebaliknya bila tekanan

diperkecil kesetimbangan bergeser kearah molekul yang terbesar.

4. Pengaruh katalis

Katalis adalah zat kimia yang mempercepat reaksi tetapi tidak

bereaksi secara permanen.

Kelarutan zat terlarut dapat diketahui dari konsentrasi dalam kelarutan

jenuhnya, biasanya dinyatakan dalam banyaknya mol zat terlarut per liter

larutan jenuh. Seperti halnya kesetimbangan asam basa, akan kita ketahui

bahwa kesetimbangan kelarutan sangat dipengaruhi oleh kehadiran ion senama.

Kesetimbangan kelarutan dari zat-zat terlarut tertentu juga dipengaruhi secara

serentak oleh reaksi asam basa. Inilah sebabnya, mengapa beberapa zat terlarut

yang tidak larut dalam air mudah larut dalam larutan asam. Masih ada pula

faktor lain yang meningkatkan kelarutan zat terlarut, ialah pembentukan ion

kompleks. (Petrucci. 1987)

Kelarutan bergantung pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain terutama ion-

ion, dalam campuran itu. Ada perbedaan yang mencolok antara efek dari apa

yang disebut dengan ion sekutu dengan ion asing. Ion sekutu adalah suatu ion

yang juga merupakan salah satu bahan endapan. Dengan perak nitrat misalnya,
baik ion perak maupun ion klorida merupakan ion sekutu, tetapi semua ion

lainnya adalah asing. Umumnya dapat dikatakan bahwa, kelarutan suatu

endapan berkurang banyak sekali jika salah satu ion sekutu yang berlebihan itu.

Dengan adanya ion asing, kelarutan endapan bertambah, tetapi penambahan ini

umumnya sedikit, kecuali bila terjadi reaksi kimia (seperti pembentukan

kompleks atau reaksi asam basa) antara endapan dengan ion asing. (Svehla.

1990)

Tetapan kesetimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang

sedikit larut disebut tetapan hasilkali kelarutan (solubility product constant) dan

dinyatakan dengan lambang Ksp. Kesetimbangan heterogen yang terjadi atas

padatan dan cairan, misalnya padatan NB dengan pelarutnya H2O, akan

terbentuk sistem kesetimbangan sebagai berikut:

NB (s) + 2n (H2O) N+ (n H2O) + B- (n H2O)

Tampak di sini bahwa setiap 1 mol NB akan terionisasi membentuk 1

mol N+ (n H2O) dan 1 mol B- (n H2O). Dengan demikian, jika kelarutan itu s

mol, maka dalam larutan itu juga akan terbentuk N+/ N+ (n H2O) sebanyak s

mol dan B-/ B- (n H2O) sebanyak s mol pula, sehingga apabila larutan yang

terbentuk itu 1 liter, maka:

  
 2 

 N     N  n H O   sM

 
B     B  n H O   sM
   2 
Ksp =  N   B    s  s  s 2
   

s = Ksp

Jika garam itu terbentuk dari kation dan anion yang muatannya tidak

sama, misalnya NB2 atau N2B, maka secara umum ditulis NdBw, sehingga

kelarutan dapat dicari sebagai berikut:

2n H2O + N2B 2 N+ (n H2O) + B- (n H2O)

Jika kelarutan N2B adalah s mol, maka akan terbentuk 2s

mol N3+ (n H2O) dan 3s mol B- (n H2O).

Ksp =  N   B     2s 2   s  4s3
     

1
s3 = Ksp
4

1 3
s = 2 Ksp
2

Untuk reaksi:

2n H2O + N2B3 2 N+ (n H2O) + 3 B- (n H2O)

Jika kelarutan N2B3 adalah s mol, maka akan terbentuk 2s mol N3+ (n

H2O) dan 3s mol B- (n H2O).

2 3
Ksp =  N 3    B   2s 2  3s 3  4s 2  27s3
   

= 2 2 33  s5
1
s5 = Ksp
22  33

1 5 3 2
s = 2  3 Ksp
23

Untuk reaksi:

2n H2O + NdBw 2Nw+ (n H2O) + 3Bd- (n H2O)

Jika kelarutan NdBw adalah s mol, maka akan terbentuk ds

mol Nw+ (n H2O) dan w s mol Bd- (n H2O)


d  w  1
s = Ksp
dd w w


1 d  w  d w
s = .  d w Ksp
d  w

Keadaan di mana ion-ion kembali membentuk padat itu disebut keadaan

jenuh atau larutan yang terbentuk disebut larutan jenuh. Pada senyawa ionik

hasilkali kelarutan pada suhu tertentu merupakan nilai dari perkalian ion-

ionnya dalam larutan di mana pada suhu tertentu tersebut terjadi kesetimbangan

antara ion-ion tersebut dengan padatannya. Larutan yang demikian disebut

larutan jenuh. Dengan demikian jika nilai tetapan hasilkali kelarutan belum

dilampaui, padatan masih dapat larut. Jika yang dilarutkan banyaknya ion-ion

tersebut, perkaliannya persis sama dengan Ksp akan membentuk larutan jenuh

dan jika dilampaui akan membentuk endapan kembali. (Schaum, 1984)

Konstanta kesetimbangan reaksi tidak dipengaruhi oleh adanya katalis

atau enzim yang hanya mempercepat tercapainya kesetimbangan. Namun


reaksi-reaksi yang dalam industri jarang merupakan reaksi kesetimbangan

terlihat pada kecepatan pencampuran reaktan-reaktannya dan di bawah kondisi

non kesetimbangan katalis dapat memberikan pengaruh yang lebih besar dan

dapat mengubah komposisi campuran reaksi. Menurut asas Le Chatelier sistem

pada kesetimbangan, jika diberi gangguan akan memberi respon dengan

meminimalkan efek gangguan itu. Pada asas ini tersirat bahwa jika tekanan

diberikan pada sistem yang dalam kesetimbangan, maka reaksiya akan

menyesuaikan agar kenaikan itu minimum. Respons terhadap tekanan dapat

dinyatakan secara kuantitatif. Perhitungan itu juga mendukung kebenaran asas

Le Chatelier untuk jenis gangguan ini. (Atkins. 1999)

Dua kation yang terlarut yang membentuk endapan serupa yang dengan

kelarutan yang cukup berlainan dapat dipisahkan dengan pengendapan selektif

atau pengendapan fraksional. Ini dilakukan dengan pemilihan seksama dari

konsentrasi anion yang diperlukan, yang sering kali dapat dikendalikan dengan

memanfaatkan pengaruh ion sekutu. Analog dengan itu, dua endapan yang

serupa dengan larutan yang cukup berlainan dalam suatu larutan dengan jangka

pH tertentu,dan dapat dpisahkan dengan larutan selektif. Ini dilakukan dengan

mengatur pH, yang mengakibatkan terbentuknya suatu elektrolid lemah yang

melibatkan anion dari endapan itu.banyak endapan dapat juga dilarutkan secara

selektif dengan pembentukkan ion kompleks. Ligan yang mengintari kation

logam pusat adalah ion atau molekul yang berprilaku seperti basa Lewis.

Tetapan kesetimbangan keseluruhan untuk penambahan sederet ligan identik


kepada kation itu disebut tetapan kestabilan atau tetapan pembentukkan, Kf,

dan ion kompleks itu. (Keenan. 1992)

III. METODOLOGI

Alat dan Bahan

Alat

Alat yang digunakan adalah erlemeyer 100 ml, bekker gelas

100 ml, pipet volume 25 ml, 10 ml, dan 5 ml, buret, corong, dan

botol semprot.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah larutan jenuh CaCO3, larutan

baku HCl 0,001 M larutan baku NaOH 0,001 M, indikator Fenol

merah.

Prosedur Kerja

1. CaCO3 jenuh diambil dengan pipet gondok sebanyak 25 ml.

Kemudian diamsukkan dalam erlenmeyer 100 ml dan ditambahkan 5

ml larutan HCl 0,001 M (dengan pipet gondok 5 ml)

2. 10 ml larutan NaOH 0,001 M ditambahkan kemudian ditambahkan

lagi dengan indikator fenol merah

3. Larutan baku HCl 0,001 M, dimasukkan ke dalam buret


4. larutan campuran hasil kerja (II) dititrasi dengan larutan HCl baku

dari buret. Titrasi dihentikan jika larutan berubah warna dari merah

kejingga dan volume HCl 0,001 M dicatat.

5. Langkah kerja 1 – 4 diulangi lagi sebanyak 2 kali, kemudian volume

HCl 0,001 M dirata-ratakan

6. KSP CaCO3 dihitung dan dibanding dengan harga KSP teoritisnya.

IV. HASIL PERCOBAAN

Tabel Pengamatan

Dari hasil percobaan, diperoleh data pengamatan sebagai berikut:

No PROSEDUR HASIL

1 CaCO3 jenuh diambil sebanyak 25 ml dengan

pipet gondok dimasukkan ke dalam erlenmeyer

dan ditambahkan 5 ml larutan HCl 0,01 M

2 Ditambah 10 ml larutan NaoH 0,001 M dan Warnanya merah muda

ditambahkan 3 tetes indikator fenol merah

3 Larutan campuran tersebut dititrasi dengan Titrasi (1)

larutan HCl Baku V1 = 22,4 ml

V2 = 25,7 ml

∆V = 3,3 ml

Titrasi (2)
V1 = 30,6 ml

V2 = 31,9 ml

∆V = 1,3 ml

Warnanya Jingga

Perhitungan

Reaksi yang terjadi:

1. CaCO3 + 2 HCl  CaCl2 + H2O + CO2

2. HCl + 2 NaOH  NaCl + H2O

3. NaOH + HCl  NaCl + H2O

Dari data yang diperoleh dapat dilakukan perhitungan sebagai

berikut:

Diketahui: rata-rata volume HCl 0,001 M hasil titrasi adalah: 2,3 ml

Maka:

0,001 mol
HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa = 2,3 ml 
1000 ml

= 2,3 × 10-6 mol

NaOH yang bersisa = 2,3 × 10-6 mol

0,001 mol
NaOH yang ditambahkan = 10 ml 
1000 ml

= 10 . 10-6 mol

NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = |10 . 10-6 – 2,3 . 10-6| mol
= 7,7 . 10-6 mol

HCl yang bersisa = 7,7 . 10-6 mol

0.001 mol
HCl yang ditambahkan = 5 ml 
1000 ml

= 5 . 10-6 mol

HCl yang bereaksi dengan CaCO3 = |5 . 10-6 – 7,7 . 10-6| mol

= - 2,7 . 10-6 mol

Jumlah mol CaCO3 = -2,7 . 10-6 mol : 2 = - 1,35 . 10-7 mol

Kepekatan CaCO3 = - 1,35 . 10-7 mol : 25 . 10-3 L

= - 5,4 . 10-5 M

Jadi, kelarutan CaCO3 = - 5,4 . 10-5 M

Ksp CaCO3 = [Ca2+][CO32-] = (-5,4 . 10-5 M) (- 5,4 . 10-5 M)

= 2,916 . 10-9 M2

Menurut teori, Ksp CaCO3 = 4,8 . 10-9 M2.

(Keenan. 1992)
V. PEMBAHASAN

Dari percobaan untuk larutan BaCO3 dan MgCO tidak dilakukan karena

bahannya tidak ada. Yang digunakan hanya CaCO3 sebanyak 25 ml, lalu

didalamnya ditambahkan HCl sebanyak 5 ml. Dari percobaan diketahui bahwa

warna CaCO3 adalah putih berupa larutan. kemudianCaCO3 dicampurkan

dengan HCl, setelah itu ditambahkan NaOH dan 3 tetes fenol merah. Akibat

adanya penambahan ini warna larutan berubah menjadi merah muda. Setelah

terbentuk warna merah muda larutan lalu dititrasi dengan HCl yang berada

dalam buret. Adapun reaksi yang terjadi pada seluruh proses adalah:

1. CaCO3 + 2 HCl  CaCl2 + H2O + CO2

2. HCl + 2 NaOH  NaCl + H2O

3. NaOH + HCl  NaCl + H2O

Setelah dilakukan titrasi, dimana tercapai titik akhir kesetaraan yaitu pada

saat terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi jingga, titrasi

dihentikan. Volume HCl yang ditambahkan ke dalam larutan dicatat, hal ini

dilakukan lewat pembacaan miniskus di buret untuk volume awal dan volume

akhir sehingga didapatkan banyaknya HCl yang dimasukkan dengan cara

mengurangkan keduanya. Titrasi hingga mencapai keseimbangan ini dilkukan 2

kali. Dari tiap titrasi yang dilkukan ternyata hasilnya beragam. Untuk itu, hasil

dari tiap data dirata-ratakan.

Dari hasil ini merupakan HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa. NaOH

yang telah dimasukkan jumlahnya 10 ml berarti ada 10 x 10-6 mol. Sedangkan


NaOH sisa 2,3 x 10-6 mol. Dari nilai itu didapat banyaknya NaOH yang

digunakan yaitu bernilai 7.7 x 10-6 mol.

Nilai 7,7 x 10-6 sama dengan nilai HCl sisa dari reaksi dengan CaCO3. jadi HCl

yang bereaksi adalah banyaknya HCl yang ditambahkan dikurangi HCl sisa.

Ternyata hasilnya negatif -2,7 x 10-6 mol. Jumlah mol CaCO3 adalah -1,35 x

10-6. nilai ini didapat setelah dilakukan penyetaraan dengan koefisien

persamaan reaksi. Nilai yang didapatkan negatif, padahal nilai ini setara dengan

nilai kelarutan CaCO3, nilai kelarutan tidak mungkin terjadi meskipun nantinya

hasil kali kelarutan positif.

Diperolehnya nilai negatif mungkin dikarenakan ketidaaktepatan dalam

pembacaan miniskus. Kemudian disebabkan oleh adanya penentuan titik

kesetaraan titrasi yang tidak jeli, karena hal itu ditentukan berdasarkan oleh

perubahan warna menjadi jingga. Meskipun nilai kelarutannya negatif tetapi

hasil kalinya positif, sedangkan nilai ksp teoritis CaCO3 adalah 4,8 x 10-9

berarti pada percobaan ini terjadi perbedaan nilai ksp yang disebabkan oleh hal

di atas.
VI. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka praktikan dapat

mengambil kesimpulan bahwa:

1. Kesetimbangan kimia adalah suatu reaksi di mana zat hasil reaksi kembali

bereaksi menghasilkan pereaksi dengan laju yang sama dengan reaksi

majunya.

2. kelarutan adalah banyaknya garam yang dapat larut dalam sejumlah pelarut.

3. Hasil kali kelarutan adalah perkalian antara ion-ionnya dalam larutan

dimana pada suhu tersebut terjadi keseimbangan antara ion-ionya dengan

padatannya.

4. Dari hasil kali kelarutan dapat ditentukan nilai kelarutannya. Semakin

rendah hasil kali kelarutan semakin rendah pula kelarutannya pada

perbandingan stoikiometri tertentu.

5. kelarutannya CaCO3 dari hasil percobaan ialah -5,4 x 10-5 sedangkan Ksp

CaCO3 adalah 2,916 x 10-9 M2, namun Ksp CaCO3 secara teori ialah 4,8 .

10-9 M2.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika jilid 1 edisi keempat. Jakarta : Erlangga.


Keenan, C W, dkk. 1984. Kimia untuk Unuversitas. Edisi 6. Jakarta :
Erlangga
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.

Terjemahan : A. Suminar. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Schaum. 1998. Kimia Dasar Seri Schaum. Penerbit ITB, Bandung.

Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan

Semimakro edisi ke lima. Jakarta : Kalman Media Pustaka.


TUGAS PERCOBAAN 4

KIMIA DASAR I

1. Apa yang menyebabkan kesalahan hasilkali kelarutan antara hasil percobaan

dibandingkan dengan teoritis?

Jawab:

Kesalahan hasilkali kelarutan antara hasil percobaan dengan nilai teoritisnya

terjadi dikarenakan lamanya proses titrasi yang mengakibatkan banyaknya

volume titrasi, yang disebabkan oleh mungkin kesalahan dalam melakukan titrasi

(mengocok larutan dan atau memperhatikan perubahan warna pada larutan), yang

sebenarnya volume titrasi dari percobaan ikut menentukan dalam perhitungan

harga Ksp; serta karena bahan yang tidak sesuai ketentuan percobaan.

2. Apa yang dimaksud dengan:

a. Larutan jenuh c. Larutan lewat jenuh

b. Kelarutan d. Hasilkali kelarutan

Jawab:

a. Larutan jenuh adalah suatu larutan yang dalam keadaan di mana ion-ion yang

terlarut kembali tepat membentuk padat (endapan).

b. Kelarutan adalah banyaknya garam yang dapat larut dalam sejumlah pelarut.

c. Larutan lewat jenuh ialah suatu larutan dalam keadaan di mana Ksp telah

dilampaui, tetapi belum membentuk endapan kembali.


d. Hasilkali kelarutan ialah nilai dari perkalian konsentrasi ion-ion elektrolit

yang sukar larut dalam larutan jenuhnya dipangkatkan koefisiennya masing-

masing.

3. Apa sebab kelarutan dan hasilkali kelarutan beragam antar senyawa ionik?

Jawab:

Beragamnya kelarutan dan hasilkali kelarutan antar senyawa ionik disebabkan

oleh adanya perbedaan sifat fisis dari senyawa/garam itu sendiri.

4. Jika kelarutan kalsium sulfat 0,209 gr tiap ml pada suhu 30OC, berapa kepekatan

ion sulfat dan Ksp garam tersebut?

Jawab:

0,209 gr
Diketahui: CaSO 4  = = 0,0015 M
136 gr/mol

Ditanya: - Ksp = ... ?

- Kepekatan = ... ?

Penyelesaian:

Kepekatan CaSO4 = 0,0015 M

Ksp CaSO4 = s2

= ( 0,0015 M )2
= 2,25 . 10-5 M2

5. Ada larutan terdiri atas Pb(NO3)2 0,012 M dan Sr(NO3)2 0,2 M. Ke dalam

larutan tersebut ditambahkan larutan Na2SO4, tentukan:

a. Garam apa yang mengendap lebih dahulu?

b. Kepekatan ion SO42- saat garam tersebut mengendap ialah ........?

Ksp PbSO4 = 1,06 . 10-8 M2

Ksp SrSO4 = 1,5 . 10-7 M2

Jawab:

a. PbSO4 =  Pb 2   SO 2   = 0,012 M  s


   4 

Karena besarnya kepekatan SO42- tidak diketahui, maka dapat dilihat dari

perbandingan Ksp-nya. Garam yang mengendap terlebih dahulu adalah garam

SO42- karena kemungkinan garam inilah yang melampaui Ksp-nya.

b. Kepekatan ion SO42-

Syarat mengendap ialah jika K = Ksp

Ksp PbSO4 =  Pb 2   SO 2  


   4 

1,06 . 10-8 M2 = 1,2 . 10-2 M  s


1,06 . 10  8 M 2
s =
1,2 . 10 2 M

s = 8,8 . 10-7 M

Jadi, kepekatannya adalah sebesar 8,8 . 10-7 M.

Anda mungkin juga menyukai