Anda di halaman 1dari 9

INISIASI 4

Jaringan Aktifitas
Di dalam pelaksanaan suatu proyek perlu kiranya dilakukan perencanaan secara masak,
penjadwalan serta pengawasan aktifitas, agar supaya proyek tersebut selesai pada waktu seperti
yang diharapkan. Untuk keperluan tersebut diperlukan sarana yang diharapkan dapat membantu
pihak pengambil keputusan yang terlibat dalam pelaksanaan proyek. Dengan sarana tersebut
diharapkan membantu untuk:
 memeriksa apakah aktifitas-aktifitas yang menjadi bagian dari proyek dikerjakan
menurut urutan pelaksanaan yang sesuai.
 memperkirakan jangka waktu selesainya proyek berdasarkan jangka waktu
pelaksanaan aktifitas-aktifitas di dalamnya.
 memeriksa apabila terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan yang disebabkan karena
sesuatu hal serta mengantisipasinya agar tidak mengganggu jadwal keseluruhan
penyelesaian proyek.
 membuat alokasi sumberdaya yang tersedia sesuai dengan keperluan pelaksanaan
proyek.

Sarana yang sering digunakan antara lain dengan Jaringan Proyek atau disebut juga dengan
Jaringan Aktifitas.
Dalam pertemuan ini akan dipelajari diagram yang berupa jaringan proyek atau jaringan
aktifitas. Selanjutnya akan dibahas juga masalah yang dikenal sebagai Analisis Lintasan Kritis

Penurunan dan Pengertian Dasar Dalam Jaringan Aktifitas

Di dalam penggunaan jaringan aktifitas baik dalam tahap perencanaan, penjadwalan, maupun
pengawasan suatu proyek, perlu kiranya dipahami terlebih dahulu bagaimana kita dapat
melakukan penurunan jaringan aktifitas. Sebelum melakukan penurunan jaringan, akan lebih
mudah apabila kita mengetahui dahulu aktifitas-aktifitas yang dikerjakan. Karena hal ini
menyangkut penggunaan sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, bahan baku, dan
sebagainya. Kemudian dilakukan pemeriksaan ketergantungan antar aktifitas. Di sini diperiksa,
aktifitas mana yang mendahului dan aktifitas mana yang mengikuti suatu aktifitas. Akhirnya, kita
lakukan penurunan jaringan aktifitasnya dengan cara menggambarkannya dengan menggunakan
simbol-simbol gambar.

Penurunan Diagram Aktifitas

Seperti kita ketahui bahwa suatu proyek terdiri dari serangkaian aktifitas atau kegiatan yang
saling terkait satu dengan yang lain . Proyek tersebut mempunyai saat permulaan dan saat akhir
yang harus diselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang diharapkan.

Penurunan diagram aktifitasnya terdiri dari 2 tahap :

1. Pertama-tama kita perinci aktifitas-aktifitas mana yang terdapat dalam proyek tersebut
dengan cara membuat daftar aktifitas. Kemudian dari daftar tersebut kita periksa urutan
aktifitas-aktifitasnya, mana yang saling tergantung dan mana yang tidak saling bergantung.

2. Peninjauan unsur waktu. Unsur ini berupa jangka waktu aktifitas.

1
Unsur ini juga akan menyatakan kapan terjadinya kejadian (atau peristiwa, event), yaitu kejadian
saat dimulainya ataupun selesainya setiap aktifitas.

Contoh 1
aktifitas menggali tanah
aktifitas menempel perangko
aktifitas memasang iklan

Suatu kejadian dinyatakan dengan suatu simpul.


Yang dimaksudkan kejadian disini adalah suatu pangkal atau ujung dari suatu aktifitas, yaitu
saat dimulainya aktifitas atau saat selesainya aktifitas.

Contoh
Kejadian yang berkaitan dengan aktifitas contoh l, adalah
saat dimulainya penggalian tanah, saat selesainya penggalian tanah
saat dimulainya pemasangan perangko, saat selesainya pemasangan perangko
saat dimulainya pemasangan iklan, saat selesainya pemasangan iklan

Dalam suatu diagram, kejadian sering merupakan suatu pertemuan dari ujung atau pangkal dari
beberapa aktifitas.

Contoh
Baik aktifitas maupun kejadian pertama pada contoh 1 di atas dapat digambarkan sebagai
berikut :

menggali tanah

menggali tanah

Gambar l. Hubungan kejadian dan aktifitas.


Bentuk maupun panjang busur tidak mempunyai kaitan dengan jangka waktu pelaksanaan
aktifitas.

Ketergantungan atau keterkaitan antar aktifitas.


Di dalam kaitan pelaksanaan suatu proyek, aktifitas-aktifitas yang terdapat di dalamnya
biasanya saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu untuk setiap 2 aktifitas A dan B kita harus
memeriksa apakah A harus mendahului B atau sebaliknya atau apakah A dan B dapat dikerjakan
secara bersamaan.
Apabila aktifitas A1 , A2 harus selesai lebih dahulu sebelum dimulainya aktifitas A4.
Sedangkan aktifitas A1 saja yang harus selesai sebelum dimulainya aktifitas A3 , maka kita
gambarkan sebagai berikut

A1 A3

A1 A3
A2 A3
B
A2 A4
A1 A4

2
Jaringan Aktifitas
Apabila kita perhatikan, G = (S,B). Dalam hal ini, simpul-simpul anggota himpunan
S merupakan kejadian, yaitu kejadian saat mulainya aktifitas dan kejadian saat selesainya
aktifitas. Sedangkan busur-busur angggota himpunan B merupakan aktifitas-aktifitas
yang dilaksanakan. Pada tahap selanjutnya, diberikan unsur bobot (di sini menyatakan
jangka waktu penyelesaian aktifitas). Dalam hal ini setiap busur (i,j) B mempunyai
bobot wij.

Lintasan Kritis dan Waktu Luang


Pada pembahasan sebelumnya, telah Anda pelajari pengertian dasar yang diperlukan dalam
penurunan jaringan aktifitas serta beberapa sifat dari jaringan aktifitas. Unsur pertama yang
dinyatakan sebagai simpul merupakan kejadian dimulainya (atau selesainya ) suatu aktifitas atau
beberapa aktifitas. Sedang unsur kedua yang dinyatakan sebagai busur merupakan aktifitas yang
menjadi anggota dari himpunan aktifitas suatu proyek. Unsur ketiga dari jaringan aktifitas yaitu
bobot setiap busur (sebutlah busur aktifitas ) merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk
pelaksanaan aktifitas yang disajikan oleh busur tersebut . Pada pembahasan selanjutnya Anda
akan menjumpai kegunaan unsur ketiga tersebut. Seperti kita ketahui bahwa suatu proyek yang
merupakan himpunan aktifitas-aktifitas, mempunyai waktu penyelesaian pelaksanaan proyek .
Waktu penyelesaian tersebut merupakan selisih dari waktu selesainya pelaksanaan aktifitas akhir
dan waktu dimulainya pelaksanaan aktifitas awal.
Oleh karena itu waktu penyelesaian suatu proyek sangat dipengaruhi oleh jangka waktu
pelaksanaan aktifitas-aktifitas yang menjadi anggota dari himpunan aktifitas.

Dalam pembahasan ini, akan dijumpai beberapa pengertian dasar yang melibatkan jangka
waktu pelaksanaan aktifitas, yaitu saat kejadian paling awal dan saat kejadian paling lambat,
lintasan kritis, kejadian dan aktifitas kritis, waktu luang untuk suatu kejadian dan waktu luang
untuk suatu aktifitas .

Jangka waktu aktifitas


Ada beberapa yang kita kenal di dalam menentukan jangka waktu aktivitas

Seperti telah kita ketahui bahwa bobot setiap busur dari jaringan aktifitas merupakan jangka
waktu pelaksanaan aktifitas yang disajikan oleh busur tersebut . Pada pembahasan jaringan
aktifitas, jangka waktu dari setiap aktifitas dinyatakan dalam satuan waktu yaitu jam, hari,
minggu, bulan ataupun tahun. Namun dengan pertimbangan untuk lebih memudahkan
perhitungan, satuan waktu yang digunakan harus sama untuk keseluruhan aktifitas dari suatu
proyek. Pada penggambaran dalam jaringan aktifitas , jangka waktu suatu aktifitas dituliskan
disamping busur yang mewakili aktifitas tersebut .

Contoh
7
i j

Gambar 14.Busur aktifitas


Bilangan 7 di atas busur (i,j) menyatakan bahwa jangka waktu aktifitas (i,j) adalah 7 satuan
waktu.

3
Saat Kejadian Paling Awal (earliest event time )

Oleh karena suatu proyek terdiri dari himpunan aktifitas-aktifitas yang saling berkaitan, maka
semua aktifitas anggotanya juga akan mempunyai saat paling awal dapat dimulainya aktifitas
tersebut. Atau dengan perkataan lain, simpul i (sebutlah simpul kejadian) dalam jaringan aktifitas
akan mempunyai saat kejadian paling awal atau saat paling awal terjadinya suatu kejadian, yang
untuk selanjutnya kita tulis saja PA(i).

Contoh
Diberikan jaringan aktifitas G=(S,B), seperti pada Gambar di bawah ini. Jangka waktu
setiap aktifitas diberikan dalam satuan waktu hari.

1
7 15
0 9 3
5 6
2

Dapat kita lihat bahwa, selesainya aktifitas (0,1) paling awal adalah pada hari ke-7. Karena
aktifitas tersebut adalah satu-satunya aktifitas yang menuju ke simpul 1, maka saat paling awal
dari kejadian 1 adalah juga pada hari ke-7. Hal itu kita tuliskan sebagai PA(1) = 7.
PA(1)=7

1
7 16
PA(0)=0 0 9 3 PA(3)=23
5 6
2
PA(2)=16

Di sini, yang dimaksudkan dari saat paling awal kejadian 1 adalah saat kejadian paling awal
selesainya aktifitas (1,2) atau saat kejadian paling awal dimulainya aktifitas yang mengikutinya,
yaitu (1,2) dan (1,3).
Akan tetapi pada simpul 2, terdapat 2 busur yang menuju ke simpul tersebut, yaitu busur (0,2)
dan (1,2). Saat paling awal dari kejadian 2 merupakan saat paling akhir selesainya aktifitas (0,2)
dan aktifitas (1,2). Selesainya aktifitas (0,2) adalah hari ke-5, sedangkan selesainya aktifitas (1,2)
adalah hari ke-16. Jadi saat paling awal dari kejadian 2 adalah hari ke-16 bukan hari ke-5 sebab
setelah selesai semua kegiatan yang dilakukan sebelum kejadian 2 atau dinyatakan sebagai
PA(2) = 16, artinya bahwa kejadian 2 atau dalam contoh di atas aktivitas (2,3) dapat dimulai
setelah hari ke-16. Dengan cara yang sama kita dapat menentukan kejadian 3, walaupun kejadian
3 merupakan kejadian akhir, kita perlu menentukan saat paling awal kejadian 3. Kalau kita

4
perhatikan untuk mencapai kejadian 3 perlu melalui kejadian 1 dan kejadian 2. Dari jaringan di
atas ada 3 buah jaringan aktivitas yang dapat di buat untuk mencapai simpul 3 yaitu:
 simpul 0 ke simpul 1 dan langsung ke simpul 3, dengan lama waktu 7 + 16 = 23 hari
 simpul 0 ke simpul 1ke simpul 2 dan baru ke simpul 3, dengan lama waktu 7+9+6=22 hari
 simpul 0 ke simpul 2 dan langsung ke simpul 3, dengan lama waktu 5 + 6 =11 hari

PA(3) = 23 menyatakan bahwa saat paling awal kejadian 3 adalah 23. Hal tersebut berarti
bahwa saat paling awal dari kejadian selesainya proyek adalah 23 hari setelah dimulainya proyek.
Dapat kita lihat dengan mudah bahwa jangka waktu selesainya proyek merupakan bobot
lintasan terpanjang dari simpul 0 ke simpul 3, yaitu:
0-1 -3

Metode Penentuan Saat Kejadian Paling Awal.

Pada dasarnya untuk mencari saat kejadian paling awal atau saat paling awal terjadinya suatu
kejadian adalah sama dengan mencari lintasan terpanjang dari simpul sumber ke simpul kejadian
tersebut.

Contoh
Diberikan jaringan G = (S,B), sebagai berikut

19

7 6 4 9 6
0 1 3 4 6 7

3 4
4 9
2 5

23

Pada gambar di atas, bilangan di samping busur (i,j) merupakan jangka waktu penyelesaian
aktifitas (i,j)

Kita akan menentukan jangka waktu penyelesaian proyek dengan menggunakan algoritma dari
depan atau saat kejadian awal dari jaringan aktifitas di atas.

Dengan menggunakan algoritma dari depan akan diperoleh :

Langkah 1 : Kita selalu suatu kejadian didahului dari sumber dalam hal ini yaitu pada simpul 0,
sehingga
PA(0)=0
Langkah 2 : Hal yang penting dalam penentuan nilai PA adalah lintasannya, misalnya kejadian
2, ada dua lintasan yang dilalui untuk sampai ke simpul 2, yaitu langsung dari simpul
0 ke simpul 2 dan satu lagi dari simpul 0 ke simpul 1 dulu baru menuju simpul 2.
Sehingga
j=1, PA(1)= maks[PA(0) + c01] = maks[ 0 + 7] = 7
j=2, PA(2)= maks[PA(0) + c02, PA(1) + c12] = maks[0 + 4, 7 +3] = 10

5
j=3, PA(3)= maks[PA(1) + c13] = maks[7 + 6] = 13
j=4, PA(4)= maks[PA(1) + c14, PA(3) + c34] = maks[7 +19, 13 + 4] = 26
j=5, PA(5)= maks[PA(2) + c25]= maks[10 + 9] = 19
j=6, PA(6)= maks[PA(4) + c46, PA(5) + c56] = maks[26 + 9, 19 + 4]= 35
j=7, PA(7)= maks[PA(2) + c27, PA(6) + c67] = maks[10 + 23, 35 + 6]= 41

Dari hasil di atas, diperoleh bahwa jangka waktu penyelesaian proyek adalah 41 satuan waktu,
seperti yang dinyatakan oleh PA(7) = 41.
Dapat anda lihat bahwa lintasan terpanjang dari simpul 0 ke simpul 7, yaitu
0 - 1 - 4 - 6 – 7, bobotnya adalah 41
Cara ini sangat membantu kita untuk mencari jangkah waktu penyelesaian proyek atau lintasan
kritis di bandingkan apabila kita menentukan semua lintasan yang ada. .

Saat Kejadian Paling Lambat


Proses penentuan saat paling lambat dilakukan sama seperti proses penentuan saat paling
awal suatu kejadian, hanya bedanya, di sini kita mengacu pada simpul muara n. Jadi dengan
mengacu pada PL(n), kita tentukan PL(i), melalui dari pengurangan PL(n) dan jangka waktu
aktifitas (i,n), yang dalam hal ini (i,n) B. Sedangkan untuk simpul-simpul yang lain digunakan
pemilihan nilai minimum dari beberapa pengurangan.

Algoritma Mundur

Langkah 1:
PL(n) = PA(n)
Untuk i = n-1, n-2, ..., 1, 0 kita kerjakan langkah berikut
Langkah 2:
PL(i) = min. [PL(j) - cij ]
(i,j)B
dengan
cij : bobot busur (i,j) atau jangka waktu pelaksanaan aktifitas (i,j).

Contoh
Kita perhatikan kembali jaringan aktifitas berikut ini ( dimana jaringan kita ambil seperti
penentuan melalui algoritma maju)

19

7 6 4 9 6
0 1 3 4 6 7

3 4
4 9
2 5

23

Langkah 1: Timbul pertanyaan dalam langkah 1 ini, yaitu menentukan besaran nilai PL(7)?

6
Untuk mendapatkannya kita dapat menentukan besarannya sama dengan PA(7) atau
kita membuat semua lintasan dari simpul 1 ke simpul 7, kemudian kita cari nilai
terbesar. Kalau kita perhatikan bahwa nilai PA(7) = 41, sehingga kita nyatakan nilai
PL(7) = 41
Langkah 2:
j = 6, PL(6) = min.[PL(7) – c67] = min.[41-6] = 35
j = 5, PL(5) = min.[PL(6) – c56] = min.[35-4] = 31
j = 4, PL(4) = min.[PL(6) – c46] = min.[35-9] = 26
j = 3, PL(3) = min.[PL(4) – c34] = min.[26-4] = 22
j = 2, PL(2) = min.[PL(5) – c25, PL(7) – c27] = min.[31-9, 41-23] = 12
j = 1, PL(1) = min.[PL(2) – c12, PL(3) – c13, PL(4) – c14] =
= min.[12-3, 18-6, 26-19] = 7
j = 0, PL(0) = min.[PL(2) – c02, PL(1) – c01] = min.[12-4, 7-7] = 0
Sebenarnya kita tidak perlu menghitung PL(0), karena sudah pasti sama dengan 0. Tetapi
perhitungan PL(0) ini dilakukan untuk memeriksa apakah perhitungan sebelumnya benar.

Waktu Luang dan Lintasan Kritis .

Apabila PL(j) > PA(j), maka kejadian j mempunyai waktu luang sebesar PL(j)-PA(j).
Dalam hal ini, saat berakhirnya aktifitas (i,j) yang menuju ke simpul kejadian j, masih
dimungkinkan mundur tanpa mempengaruhi jangka waktu penyelesaian proyek. Di sini
dimaksudkan bahwa walaupun jangka waktu aktifitas (i,j) lebih lama dari sebelumnya, jangka
waktu penyelesaian proyek masih tetap.
Apabila PL(j) = PA(j), maka kejadian j tidak mempunyai waktu luang.

Contoh
Mari kita perhatikan hasil dari jaringan di atas.
PA(0) = 0 PL(0) = 0
PA(1) = 7 PL(1) = 7
PA(2) = 10 PL(2) = 12
PA(3) = 13 PL(3) = 22
PA(4) = 26 PL(4) = 26
PA(5) = 19 PL(5) = 31
PA(6) = 35 PL(6) = 35
PA(7) = 41 PL(7) = 41

Kalau kita perhatikan dari contoh di atas ada 3 kejadian yang masih mempunyai
waktu luang, yaitu kejadian 2, 3 dan 5.
Mari kita lihat untuk kejadian 2 atau simpul 2
Telah diperoleh bahwa PA(2) = 10, ini menunjukkan bahwa :
saat paling awal selesainya aktifitas (0,2) adalah hari ke-10, atau
saat paling awal dimulainya aktifitas (2,1), atau saat paling awal dimulainya aktifitas (2,3)
adalah setelah hari ke-10, yaitu setelah selesainya aktifitas (0,2).
Sedangkan PL(2) = 22, ini menunjukkan bahwa :
saat paling lambat selesainya aktifitas (0,2) adalah hari ke-20, atau
saat paling lambat dimulainya aktifitas (2,1), atau saat paling lambat dimulainya aktifitas (2,3)
adalah setelah hari ke-22.

7
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa kejadian 2 mempunyai waktu luang sebesar PL(2) -
PA(2) = 12-10 = 2 hari. Dalam hal ini penyelesaian aktifitas (0,2) masih dimungkinkan mundur 2
hari. Hal yang sama untuk simpul 3 dan 5 dapat dilakukan dengan cara yang sama.

Sedangkan waktu luang setiap aktifitasnya dapat kita hitung dengan menggunakan PA(i),
PA(j), PL(i), PL(j) dan cij.
Jenis-jenis waktu luang dari aktifitas.
1. Waktu luang total
Waktu luang total (total float) dari aktifitas (i,j) merupakan selisih waktu antara waktu
paling lambat dimulainya aktifitas (i,j) dan saat paling kejadian i, atau ditulis sebagai
TF(i,j) = [PL(j) – cij] – PA(i)

Waktu luang ini menyatakan maksimal lamanya penundaan aktifitas (i,j) yang diharapkan
tidak mempengaruhi jangka waktu penyelesaian proyek.

2. Waktu luang bebas


Waktu luang bebas (free float) dari aktifitas (i,j) dapat dinyatakan sebagai
FF(i,j) = [PA(j)-cij] – PA(i)

Waktu luang ini menyatakan lamanya maksimal waktu penundaan dimulainya aktifitas (i,j), jika
aktifitas (j,k) dijadwalkan dimulai pada saat paling awal.

3. Waktu luang aman


Waktu luang aman (safety float) dari aktifitas (i,j) dapat dinyatakan sebagai
SF(i,j) = [PL(j)-cij] - PL(i)
Waktu luang ini menyatakan lamanya maksimal waktu penundaan dimulainya aktifitas (i,j), jika
aktifitas (j,k) dijadwalkan dimulai pada saat paling lambat.

4. Waktu luang takterikat


Waktu luang takterikat (independent float) dari aktifitas (i,j) dapat dinyatakan sebagai
IF(i,j) = maksimum [(PA(j)- cij) - PL(i), 0]
Waktu luang ini menyatakan lamanya maksimal waktu penundaan yang dimungkinkan dari
dimulainya aktifitas (i,j), jika aktifitas (h,i) dijadwalkan terlambat selesai dan aktifitas (j,k)
dijadwalkan lebih awal.

Contoh
Kita perhatikan kembali jaringan aktifitas G = (S,B) dari contoh di atas.
Pada jaringan aktifitas tersebut, saat paling awal PA(i) dan saat paling lambat PL(i) dari kejadian
i, i = 0,1,2,3,4,5,6,7 diberikan pada tabel di bawah

i PA(i) PL(i) ket.

0 0 0 *
1 7 7 *
2 10 12
3 13 22
4 26 26 *
5 19 31
6 35 35 *
7 41 41 *

8
Pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa simpul 0, 1, 4, 6, dan 7 merupakan simpul yang
menyatakan kejadian kritis, karena PA(j) = PL(j), untuk j=0, 1, 4, 6, dan 7.
Simpul-simpul kritis tersebut membentuk lintasan kritis
0 – 1 – 4 – 6 – 7.

Anda mungkin juga menyukai