Anda di halaman 1dari 19

Bab I.

Pendahuluan

BAB I

PENGANTAR

1.1. Manajemen Proyek Konstruksi


Dari beberapa definisi manajemen antara lain Suatu proses dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengontrolan, dan penilaian terhadap usaha-
usaha yang dilakukan oleh anggota-anggota organisasi dengan menggunakan sumberdaya-
sumberdaya organisasi agar tercapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Definisi ini
dikemukakan oleh Stoner.
Proyek konstruksi adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan berupa
bangunan/infrastruktur yang dibatasi oleh waktu dan sumberdaya yang tersedia. Ada dua
kriteria proyek konstruksi, yaitu merupakan rangkaian kegiatan-kegiatan yang dimulai oleh
kegiatan awal dan diakhiri oleh kegiatan finishing dan rangkaian kegiatan tersebut bersifat
hanya sekali sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik.
Manajemen Proyek Konstruksi ialah penerapan fungsi-fungsi manajemen secara
sistematis pada suatu proyek dengan menggunakan sumberdaya secara efektif dan efisien
agar tujuan proyek tercapai secara optimal

Manajemen Proyek Konstruksi 1


Bab I. Pendahuluan

1.2. Estimasi & Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek


Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan yang berbeda. Pihak
owner membuat estimasi dengan tujuan untuk memperoleh informasi secara detail tentang
biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya. Ini disebut OE (Owner Estimate)
atau EE (Engineer Estimate). Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan untuk kegiatan
penawaran dan pengendalian terhadap proyek konstruksi. Ini disebut CE (Contractor Estimate).
Setiap proyek selalu dimulai dengan proses perencanaan (Planning).
Karena kebutuhan akan perencanaan/estimasi dalam penggunaan biaya dalam
pelaksanaan proyek maka dibuatlah Rencana Anggaran Biaya (RAB). Tahap-tahap yang harus
dilakukan dalam penyusunan anggaran biaya adalah sebagai berikut :
- Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar menyediakan
bahan/material konstruksi secara kontinu.
- Melakukan pengumpulan data tentang upah tenaga kerja yang berlaku di daerah lokasi
proyek dan atau upah tenaga kerja pada umumnya jika tenaga kerja didatangkan dari luar
daerah proyek.
- Melakukan perhitungan analisis bahan dan upah dengan menggunakan analisa yang
diyakini baik oleh yang membuat anggaran. Ada beberapa cara, yaitu :
Analisa BOW (Burgerlijke Openbare Werken).
Analisa lain, seperti analisa K, SNI, dll
Analisa berdasarkan pengalaman perusahaan.
- Melakukan perhitungan harga pekerjaan dengan memanfaatkan hasil analisa harga satuan
pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.
- Membuat Rekapitulasi.

Daftar harga Daftar harga


satuan upah Daftar harga alat satuan bahan

Daftar harga
satuan
pekerjaan

Rencana
Anggaran Biaya

Rekapitulasi

Manajemen Proyek Konstruksi 2


Bab I. Pendahuluan

Umumnya kontraktor membuat estimasi detail menurut format UCI (Uniform Construction Index)
yang dibagi menjadi 16 divisi. Yaitu :
Divisi 01 : General Requirements
Divisi 02 : Site Work/Earth Work
Divisi 03 : Concrete Work
Divisi 04 : Masonry Work
Divisi 05 : Metals Work
Divisi 06 : Wood & Plastics Work
Divisi 07 : Thermal & Mouisture Protection Work
Divisi 08 : Doors & Windows Work
Divisi 09 : Finishing Work
Divisi 10 : Specialties Work
Divisi 11 : Equipment
Divisi 12 : Furnishing Work
Divisi 13 : Special Construction Work
Divisi 14 : Conveying System Work
Divisi 15 : Mechanical Work
Divisi 16 : Electrical Work

Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan suatu proyek


konstruksi. Pengaruh dari perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada
pendapatan dalam proyek itu sendiri.Perencanaan saling berhubungan dengan penjadwalan
karena penjadwalan digunakan untuk menggambarkan proses dalam proyek konstruksi dan
merupakan bagian dari perencanaan.
Penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dan urutan
kegiatan serta menentukan waktu proyek dapat diselesaikan. Penjadwalan merupakan refleksi
dari perencanaan, karena itu perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu.

1.3. ARROW DIAGRAM METHOD


1.3.a PENDAHULUAN
Activity on arrow atau arrow diagram terdiri atas anak panah dan lingkaran/segiempat.
Anak panah menggambarkan kegiatan/aktifitas sedangkan lingkaran/segiempat
menggambarkan kejadian (event) atau node. Event awal dari anak panah disebut event “I”,
sedangkan event diakhir anak panah disebut event/node “J”.

Manajemen Proyek Konstruksi 3


Bab I. Pendahuluan

Setiap Activity on arrow merupakan satu kesatuan dari seluruh kegiatan sehingga
event/node “J” kegiatan sebelumnya merupakan event/node “I” kegiatan sesudahnya. Bentuk
diagram ini juga disebut dengan I-J diagram.
Arrow diagram merupakan visualisasi dari tabel daftar saling ketergantungan, sehingga
memudahkan kita untuk mengamati dan memahaminya.

1.3.b UNSUR WAKTU


Penggambaran network planning menggunakan simbol yang dapat berbentuk lingkaran
atau segiempat. Simbol-simbol ini dapat digunakan asalkan disertai legenda yang menjelaskan
tentang apa yang dimaksud. Lihat contoh berikut :

Earliest Earliest
Nomor Event Time Event Time
kejadian

Nomor
kejadian

Latest Latest
Event Time Event Time

1.3.c SYARAT-SYARAT PEMBUATAN ARROW DIAGRAM


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan arrow diagram, adalah :
 Dalam penggambarannya, network diagram harus jelas dan mudah dibaca.
 Harus dimulai dan diakhiri pada event/node/kejadian
 Kegiatan disimbolkan dengan anak panah yang dapat digambarkan dengan garis lurus
atau garis patah.
 Sedapat mungkin terjadinya perpotongan antar anak panah harus dihindari.
 Diantara dua event/node/kejadian hanya boleh terdapat satu anak panah
 Aktifitas dummy atau aktifitas semu digunakan garis putus-putus dan jumlahnya
seperlunya saja.

Aktifitas dummy adalah aktifitas yang tidak memerlukan sumberdaya dan juga waktu.
Sehingga aktifitas ini biasa juga disebut aktifitas menunggu

Manajemen Proyek Konstruksi 4


Bab I. Pendahuluan

EET Aktifitas EET


i j
LET Durasi LET

Event Item Kerja Event

Kegiatan

1.3.d EST, LST, EFT, LFT, TF & FF


Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang network diagram, kita perlu mengenali dulu
istilah-istilah yang digunakan dalam arrow diagram.
EST (Earliest Start Time) adalah waktu paling cepat dimulainya aktifitas suatu item
kerja. Dimana EST dituliskan pada event/node “I” pada kotak EET. LST (Latest Start Time)
adalah waktu paling lambat dimulainya aktifitas suatu item kerja. LST dituliskan pada
event/node “I” pada kotak LET. EFT (Earliest Finish Time) adalah waktu paling cepat
diselesaikannya aktifitas suatu item kerja. EFT dituliskan pada event/node “J” pada kotak EET.
LFT (Latest Finish Time) adalah waktu paling lambat diselesaikannya aktifitas suatu item kerja.
LFT dituliskan pada event/node “J” pada kotak LET.
Float adalah sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan memungkinkan
kegiatan tersebut dapat terlambat atau diperlambat, tetapi penundaan tersebut tidak
menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam penyelesaiannya.
Float dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Total Float Dan Free Float. Total Float (TF)
adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk terlambat atau diperlambatnya pelaksanaan
kegiatan tanpa mempengaruhi selesainya proyek secara keseluruhan. Sedangkan Free Float
(FF) adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk terlambat atau diperlambatnya pelaksanaan
kegiatan tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung mengikutinya.
Untuk memberikan illustrasi yang lebih jelas marilah kita cermati sebuah proyek yang
terdiri atas 12 kegiatan atau item kerja. Disediakan tabel analisa saling ketergantungan (Task
Dependencies) untuk dapat menggambarkan network diagramnya. Atau dapat juga dikatakan
bahwa Network Diagram merupakan visualisasi dari tabel saling ketergentungan, sehingga kita
lebih mudah untuk membaca dan memahaminya.

Manajemen Proyek Konstruksi 5


Bab I. Pendahuluan

Item Kerja Durasi Mendahului Mengikuti


A 8 - B
B 7 A C
C 12 B, E D
D 18 C -
E 16 - C, F, J
F 25 E G, L
G 13 F -
H 9 - I
I 15 H K
J 11 E K
K 4 I, J L
L 19 K -

Tabel Saling ketergantungan (Task Dependencies)

Dari tabel daftar saling ketergantungan diatas, maka dapat digambarkan arrow diagramnya
sebagai berikut :

08 B 16 C 28
1 [7] 4 [12] 7
23 30 42
D
A [18]
[8]

00 E 16 F 41 G 60
0 [16] 2 [25] 5 [13] 9
00 16 41 60

H J
L
[9] [11]
[19]

09 I 27 K 41
3 [15] 6 [4] 8
22 37 41

1.3.e. FORWARD ANALYSIS


Untuk menghitung besarnya nilai EET(j) atau EFT digunakan perhitungan maju
atau Forward Analysis, yang dimulai dari event/node awal dan dilanjutkan ke
event/node berikutnya. Perhitungan didasarkan pada rumus :

EET(j) = EET(i) + durasi

Dimana : EET(i) : EST bagi kegiatan X


EET(j) : EFT bagi kegiatan X
: EST bagi kegitan Y

Manajemen Proyek Konstruksi 6


Bab I. Pendahuluan

Jika pada event/node terdapat dua hasil atau lebih maka diambil nilai yang terbesar

[27]

27
[26] 6

1.3.f. BACKWARD ANALYSIS


Untuk menghitung besarnya nilai LET(j) atau LST digunakan perhitungan
mundur atau Backward Analysis, yang dimulai dari event/node akhir dan mundur ke
event/node sebelumnya. Perhitungan didasarkan pada rumus :

LET(i) = LET(j) - durasi

Dimana : LET(i) : LST bagi kegiatan Y


LET(j) : LFT bagi kegiatan Y
: LST bagi kegitan X

Jika pada event/node terdapat dua hasil atau lebih maka diambil nilai yang terkecil

[30]

16
2 [16]

[26]

Untuk perhitungan float dapat dilakukan setelah perhitungan EET & LET telah dilakukan,
adapun rumus dasar yang digunakan adalah :
Untuk Total Float (TF) :

Total Float (TF) = LET(j) – Durasi – EET(i)

Dimana : LET(j) : LFT bagi kegiatan Y


EET(i) : EST bagi kegiatan Y
: EFT bagi kegitan X

Manajemen Proyek Konstruksi 7


Bab I. Pendahuluan

Untuk Free Float (FF) :

Free Float (FF) = EET(j) – Durasi – EET(i)

Dimana : EET(j) : LST bagi kegiatan Y


EET(i) : EST bagi kegiatan Y
: EFT bagi kegitan X

Tabel Forward Analysis

Event/Node Kegiatan EET(i) Durasi EET(j) Keterangan

1 A 0 8 8 Awal
2 E 0 9 9 Awal
3 H 0 16 16 Awal
B 8 7 15 Diambil Nilai
4
Dummy 16 0 16 terbesar 16
J 16 11 27 Diambil nilai
5
I 9 15 24 terbesar 27
6 F 16 25 41
7 C 16 12 28
K 27 4 31 Diambil nilai
8
Dummy 41 0 41 terbesar 41
D 28 18 46
Diambil nilai
9 G 41 13 54
terbesar 60
L 41 19 60

Tabel Backward Analysis

Event/Node Kegiatan LET(j) Durasi LET(i) Keterangan

7 D 60 18 42
8 L 60 19 41
G 60 13 47 Diambil nilai
6
Dummy 41 0 41 terkecil 41
4 C 42 12 30
5 K 41 4 37
Dummy 30 0 30
Diambil nilai
3 F 41 25 16
terkecil 16
J 37 11 26
1 B 30 7 23
2 I 37 15 22
A 23 8 15
Diambil nilai
0 E 16 16 0
terkecil 0
H 22 9 13

Manajemen Proyek Konstruksi 8


Bab I. Pendahuluan

1.4. CRITICAL PATH METHOD (CPM)


Dikembangkan oleh ahli matematika dan engineering team dari kerjasama perusahaan
DuPont dan Rand Coorporation. CPM merupakan suatu teknik perencanaan dengan analisis
jaringan berdasarkan logika ketergantungan antar aktifitas untuk menentukan perkiraan kurun
waktu penyelesaian proyek, aktifitas-aktifitas yang kritis, serta analisa dampak jika terjadinya
keterlambatan pada suatu aktifitas.
Untuk menentukan suatu aktifitas merupakan aktifitas yang kritis, jika Total Float (TF) dan
Free Float (FF) bernilai nol. Jika hanya salah satu dari float tersebut yang bernilai nol, maka
aktifitas itu tidak dapat dikatakan sebagai aktifitas yang kritis.

Item Earliest Latest Float


Durasi Ket
Kerja EST EFT LST LFT TF FF

A 8 0 8 0 23 15 0 -

B 7 8 16 23 30 15 1 -

C 12 16 28 30 42 14 0 -

D 18 28 60 42 60 14 14 -

E 16 0 16 0 16 0 0 Kritis

F 25 16 41 16 41 0 0 Kritis

G 13 41 60 41 60 6 6 -

H 9 0 9 0 22 13 0 -

I 15 9 27 22 37 13 3 -

J 11 16 27 16 37 10 0 -

K 4 27 41 37 41 10 10 -

L 19 41 60 41 60 0 0 Kritis

Tabel Analisa CPM

1.5. BAR CHART


Metode barchart/diagram batang ditemukan oleh H. L. Gantt (1917). Sehingga barchart
sering juga disebut Gantt Chart. Gantt Chart merupakan sekumpulan daftar urutan kegiatan
yang disusun dalam arah baris, sedangkan kolom menunjukkan skala waktu. Secara umum
Gantt Chart adalah diagram yang terdiri atas sekumpulan garis yang menunjukkan saat mulai

Manajemen Proyek Konstruksi 9


Bab I. Pendahuluan

dan saat selesai yang direncanakan untuk tiap kegiatan dalam suatu proyek dimana panjang
garis batangnya menidentifikasikan durasi dari kegiatan tersebut.
Diagram ini yang paling banyak digunakan secara luas pada penjadwalan proyek
konstruksi karena kemudahannya serta dapat dipahami oleh setiap level dalam organisasi
manajemen proyek konstruksi. Sehingga amat berguna sebagai alat komunikasi dalam
pelaksanaan proyek.
Pada halaman berikut merupakan diagram batang untuk contoh kasus yang kita bahas
pada buku ini.

1.6. PRECEDENCE DIAGRAM METHOD


Kegiatan dalam Predence Diagram Method (PDM) digambarkan dengan lambang
segiempat. Karena letak kegiatan dibagian node maka sering disebut Activity On Node (AON).
Adapun kelebihan PDM dibandingkan dengan ADM adalah :
 Tidak diperlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan diagram menjadi lebih
sederhana.
 Hubungan saling ketergantungan yang berbada dapat dibuat tanpa menambah jumlah
kegiatan.
 Karena node-nya melambangkan kegiatan sehingga diagram lebih pendek dan
sederhana.

Dapat dilihat seperti dibawah ini :

EST EFT Durasi Float


Jenis kegiatan
LST LFT EST No. Keg EFT

No. Keg Durasi Jenis Kegiatan

Alternatif 1 Alternatif 2

Keterangan :
EST : Earliest Start Time
EFT : Earliest Finish Time
LST : Latest Start Time
LFT : Latest Finish Time

Manajemen Proyek Konstruksi 10


Bab I. Pendahuluan

1.6.a. Task Dependencies


Hubungan antar kegiatan pada metode PDM digunakan sebuah garis penghubung,
yang dapat dimulai dari kiri ke kanan atau dari kegiatan atas ke bawah dan juga sebaliknya dari
kegiatan bawah ke atas. Untuk hubungan antar kegiatan satu dengan kegiatan yang lain atau
biasa disebut dengan hubungan saling ketergantungan pada metode PDM ini dikenal ada
empat macam, yaitu :
 Finish to Start (FS)
Type ini merupakan standar pada metode ini. FS adalah hubungan antara kegiatan
dimana suatu kegiatan dapat dimulai jika kegiatan sebelumnya yang langsung
mengikutinya telah selesai.
 Start to Start (SS)
SS adalah hubungan antar kegiatan dimana suatu kegiatan baru dapat dimulai jika
ada kegiatan yang lainnya telah dimulai.
 Start to Finish (SF)
SF adalah hubungan antar kegiatan dimana suatu kegiatan baru dapat diselesaikan
jika kegiatan yang lainnya telah dimulai.
 Finish to Finish (FF)
FF adalah hubungan antar kegiatan dimana suatu kegiatan baru dapat diselesaikan
jika kegiatan yang lainnya juga telah selesai.

FF (ij)

EST(i) EFT(i) EST(j) EFT(j)


Jenis kegiatan Jenis kegiatan
LST(i) LFT(i) FS
FS (ij) LST(j) LFT(j)

i Durasi (i) j Durasi (j)

SS (ij)

SF (ij)

Bagan Task Dependencies

1.6.b. Splitable Activity


Kegiatan splitable adalah sebuah kegiatan yang dapat dihentikan sementara atau harus
dihentikan sementara, dan dilanjutkan kembali beberapa saat kemudian. Contoh kegiatan ini,
misalnya pengecoran beton untuk elemen structural bangunan gedung (balok, kolom, plat
lantai).

Manajemen Proyek Konstruksi 11


Bab I. Pendahuluan

Kegiatan non-splitable adalah kegiatan yang harus dilaksanakan secara kontinu dan
tidak diizinkan untuk berhenti ditengah pelaksanaannya.

1.6.b. Lag Time


Lag time adalah terjadi penumpukan atau tenggang waktu pada hubungan antara dua
aktifitas. Terjadinya tenggang waktu disebut lag positif atau sering disebut lag time saja,
sedangkan terjadinya penumpukan waktu disebut lag negative atau disebut lead time.

1.6.c. EST, LST, EFT, LFT


Pengertian EST, LST, EFT, dan LFT pada PDM sama pada ADM. Cuma terdapat
perbedaan pada perhitungan nilai-nilainya. Besarnya nilai EST(j) dan EFT(j) dihitung dengan
perhitungan kedepan (Forward Analysis) dimana kegiatan I sebagai predecessors dan kegiatan
j sebagai successors, rumus yang digunakan untuk kegiatan non-splitable sebagai berikut :

EST(j) = EST(i) + lag time ………………………. (Predecessors “SS”)


EST(j) = EST(i) + lag time – durasi(j) ……….… (Predecessors “SF”)
EST(j) = EFT(i) + lag time ………………………. (Predecessors “FS”)
EST(j) = EFT(i) + lag time – durasi(j) …………. (Predecessors “FF”)

Untuk kegiatan splitable digunakan rumus :

EST(j) = EST(i) + lag time + interupsi ……………….…… (Predecessors “SS”)


EST(j) = EST(i) + lag time – durasi(j) + interupsi …….… (Predecessors “SF”)
EST(j) = EFT(i) + lag time + interupsi ……………………. (Predecessors “FS”)
EST(j) = EFT(i) + lag time – durasi(j) + interupsi ………. (Predecessors “FF”)

Sedangkan untuk EFT(j) digunakan rumus sebagai berikut :

EFT(j) = EST(j) + durasi(j)


EFT(j) = EST(j) + durasi(j) + interupsi

Jika terdapat lebih dari satu anak panah yang masuk ke sebuah node/kegiatan, maka
diambil nilai yang terbesar.
Sedangkan untuk besarnya nilai LST(j) dan LFT(j) dihitung dengan perhitungan
kebelakang (Backward Analysis) dimana kegiatan I sebagai predecessors dan kegiatan j
sebagai successors, rumus yang digunakan untuk kegiatan non-splitable sebagai berikut :

LFT(i) = LST(j) - lag time ………………………. (Predecessors “FS”)


LFT(i) = LST(j) - lag time + durasi(j) ……….… (Predecessors “SS”)

Manajemen Proyek Konstruksi 12


Bab I. Pendahuluan

LFT(i) = LFT(j) - lag time ………………………. (Predecessors “FF”)


LFT(i) = LFT(j) - lag time + durasi(j) …………. (Predecessors “SF”)

Untuk kegiatan splitable digunakan rumus :

LFT(i) = LST(j) - lag time - interupsi ………………………. (Predecessors “FS”)


LFT(i) = LST(j) - lag time + durasi(j) - interupsi ……….… (Predecessors “SS”)
LFT(i) = LFT(j) - lag time - interupsi ………………………. (Predecessors “FF”)
LFT(i) = LFT(j) - lag time + durasi(j) - interupsi …………. (Predecessors “SF”)

Sedangkan untuk EFT(j) digunakan rumus sebagai berikut :

LST(i) = LFT(i) + durasi(i)


LST(i) = LFT(i) + durasi(i) - interupsi

Sedangkan untuk ketersediaan waktu untuk terlambat atau diperlambatnya suatu kegiatan
diistilahkan dengan Slack. Dimana Slack mempunyai arti yang sama dengan float. Rumus
yang digunakan untuk menghitung Total Slack dan Free Slack disajikan sebagai berikut :

Total Slack (Ts) = LFT – Durasi – EST

Untuk Free Float (FF) :

Free Slack (Fs) = LST – Durasi – EST

Diberikan sebuah contoh sederhana, dari sebuah proyek dengan table task dependencies
seperti dibawah ini.

ITEM KERJA DURASI PREDECESSORS

Task #01 9 -

Task #02 5 01FS + 0d

Task #03 5 01FF + 3d

Task #04 7 01FS - 1d

Task #05 11 02SS + 7d; 03SF + 7d

Task #06 13 03FS + 1d

Task #07 11 03FF + 0d; 04SS + 7d

Manajemen Proyek Konstruksi 13


Bab I. Pendahuluan

Task #08 7 05SF + 0d; 06FS + 2d

Task #09 10 06SF + 3d; 07SS + 5d

Task #10 3 08FF + 2d; 09FS + 0d

Gambar diagram PDM nya lihat pada halaman sebelah. Dibawah ini adalah perhitungan
Forward Analysis.
EST(01) = 0 EFT(01) = EST(01) + durasi(01)
= 0 = 0+9
EST(01) = 0 EFT(01) = 9

EST(02) = EFT(01) + lag time EFT(02) = EST(02) + durasi(02)


= 9+0 = 9+5
EST(02) = 9 EFT(02) = 14

EST(03) = EFT(01) + lag time – durasi(03) EFT(03) = EST(03) + durasi(03)


= 9+3-5 = 7+5
EST(03) = 7 EFT(03) = 12

EST(04) = EFT(01) + lag time EFT(04) = EST(04) + durasi(04)


= 9-1 = 8+7
EST(04) = 8 EFT(04) = 15

EST(05) = EST(02) + lag time


= 9+7
EST(05) = 16 (nilai terbesar)
EST(05) = EST(03) + lag time – durasi(05) EFT(05) = EST(05) + durasi(05)
= 7 + 7 - 11 = 16 + 11
= 3 EFT(05) = 27

EST(06) = EFT(03) + lag time EFT(06) = EST(06) + durasi(06)


= 12 + 1 = 13 + 13
EST(06) = 13 EFT(06) = 26

EST(07) = EFT(03) + lag time – durasi(07)


= 12 + 0 - 11
= 1

Manajemen Proyek Konstruksi 14


Bab I. Pendahuluan

EST(07) = EST(04) + lag time EFT(07) = EST(07) + durasi(07)


= 8+7 = 15 + 11
EST(07) = 15 (nilai terbesar) EFT(07) = 26

EST(08) = EST(05) + lag time – durasi(08)


= 16 + 0 - 7
= 9

EST(08) = EFT(06) + lag time EFT(08) = EST(08) + durasi(08)


= 26 + 5 = 31 + 7
EST(08) = 31 (nilai terbesar) EFT(08) = 38

EST(09) = EST(06) + lag time – durasi(09)


= 13 + 3 - 10
= 6
EST(09) = EST(07) + lag time EFT(09) = EST(09) + durasi(09)
= 15 + 5 = 20 + 10
EST(09) = 20 (nilai terbesar) EFT(09) = 30

EST(10) = EFT(08) + lag time – durasi(10)


= 38 + 2 - 3
EST(10) = 37 (nilai terbesar)
EST(10) = EST(06) + lag time
= 13 + 2
= 15
EST(10) = EFT(09) + lag time EFT(10) = EST(10) + durasi(10)
= 30 + 0 = 37 + 3
= 30 EFT(10) = 40

Berikutnya disajikan perhitungan Backward Analysis, setelah diperoleh umur proyek adalah
40 hari.
LFT(10) = 40 LST(10) = LFT(01) - durasi(10)
= 40 = 40 - 3
LFT(10) = 40 LST(10) = 37

LFT(09) = LST(10) - lag time LST(09) = LFT(09) - durasi(09)


= 37 - 0 = 37 - 10
LFT(09) = 37 LST(09) = 27

Manajemen Proyek Konstruksi 15


Bab I. Pendahuluan

LFT(08) = LFT(10) - lag time LST(08) = LFT(08) - durasi(08)


= 40 - 2 = 38 - 7
LFT(08) = 38 LST(08) = 31

LFT(07) = LST(09) - lag time + durasi(07) LST(07) = LFT(07) - durasi(07)


= 27 – 5 + 11 = 33 - 11
LFT(07) = 33 LST(07) = 22

LFT(06) = LST(10) - lag time + durasi(06)


= 37 + 2 + 13
= 52 (diambil 40)
LFT(06) = LFT(09) - lag time + durasi(06)
= 37 - 3 + 13
= 47 (diambil 40)
LFT(06) = LST(08) - lag time LST(06) = LFT(06) - durasi(06)
= 31 - 5 = 26 - 13
LFT(06) = 26 (nilai terkecil) LST(06) = 13

LFT(05) = LFT(08) - lag time + durasi(05) LST(05) = LFT(05) - durasi(05)


= 38 – 0 + 11 = 40 - 11
LFT(05) = 49 (diambil 40) LST(05) = 29

LFT(04) = LST(07) - lag time + durasi(04) LST(04) = LFT(04) - durasi(04)


= 22 – 7 + 7 = 22 - 7
LFT(04) = 22 LST(04) = 15

LFT(03) = LFT(07) - lag time


= 33 - 0
= 33
LFT(03) = LST(06) - lag time
= 13 - 1
LFT(03) = 12 (nilai terkecil)

LFT(03) = LFT(05) - lag time + durasi(03) LST(03) = LFT(03) - durasi(03)


= 40 – 7 + 5 = 12 - 5
= 38 LST(03) = 7

Manajemen Proyek Konstruksi 16


Bab I. Pendahuluan

LFT(02) = LST(05) - lag time + durasi(02) LST(02) = LFT(02) - durasi(02)


= 29 – 7 + 5 = 27 - 5
LFT(02) = 27 LST(02) = 22

LFT(01) = LST(02) - lag time


= 22 - 0
= 22
LFT(01) = LST(04) - lag time
= 15 + 1
= 16
LFT(01) = LFT(03) - lag time LST(01) = LFT(01) - durasi(01)
= 12 – 3 = 9-9
LFT(01) = 9 (nilai terkecil) LST(01) = 0

Item Earliest Latest Slack


Durasi Ket
Kerja EST EFT LST LFT Ts Fs

01 9 0 9 0 9 0 0 Kritis

02 5 9 14 22 27 18 13 -

03 5 7 12 7 12 0 0 Kritis

04 7 8 15 15 22 14 7 -

05 11 16 27 29 40 24 13 -

06 13 13 26 13 26 0 0 Kritis

07 11 15 26 22 33 18 7 -

08 7 31 38 31 38 0 0 Kritis

09 10 10 20 27 37 27 17 -

10 3 37 40 37 40 0 0 Kritis

Tabel Analisa CPM

1.7. Analisa Sumber Daya


Sumber daya dalam suatu Proyek sangat mempengaruhi keberhasilan dari tujuan yang
telah ditetapkan.Sumber daya umumnya terbagi 3 yaitu :

Manajemen Proyek Konstruksi 17


Bab I. Pendahuluan

1. Tenaga Kerja
2. Material
3. Alat bantu kerja
Dimana tiap-tiap sumberdaya mempunyai karakteristik masing-masing dengan logika bahwa
tenaga kerja secara bekerjasama mengolah material dengan menggunakan alat bantu kerja.
Sehingga kita dapat mengetahui hal-hal mana yang cocok dimasukkan sebagai tenaga kerja
(work), material maupun alat bantu kerja (tools). Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah :
 Harga standar tenaga kerja (upah) dibayar berdasarkan satuan waktu, sedangkan
material & alat kerja bantu dibayarkan berdasarkan satuan volume atau jumlah.
 Tenaga kerja mempunyai 2 type harga, yaitu Harga Standar dan Harga Overtime
 Material akan semakin berkurang seiring dengan perkembangan kemajuan proyek,
sedangkan alat bantu kerja cenderung bersifat konstant atau tidak terkait dengan
progress pekerjaan.
 Tenaga kerja mempengaruhi jadwal dan biaya, material & alat hanya mempengaruhi
biaya tidak pada schedule.
Pemenuhan kebutuhan dari Tenaga kerja dan material akan sangat mempengaruhi jadwal dan
nilai cost/biaya dari suatu proyek.

Tenaga Kerja
Rumus yang digunakan adalah :

Ds = K x V

Dimana : Ds : Durasi per sumberdaya


K : Koefisien produktifitas sumberdaya
V : Volume per item kerja

Sehingga kebutuhan akan tenaga kerja pada suatu item kerja dapat diperoleh dengan
rumus :

Tk = Ds : Dr

Dimana : Tk : Kebutuhan tenaga kerja per item kerja


Ds : Durasi per sumberdaya
Dr : Durasi rencana

Material
Kebutuhan akan material pada suatu item kerja dapat diperoleh dengan rumus :

Manajemen Proyek Konstruksi 18


Bab I. Pendahuluan

M=KxV

Dimana : M : Kebutuhan material per item kerja


K : Koefisien kebutuhan
V : Volume kerja per item kerja

Contoh :
Diketahui kegiatan Pemasangan Bouwplank mempunyai volume 40 m1. Direncanakan
akan dilaksanakan selama 2 hari. Dengan menggunakan analisa BOW diperoleh :
Anl. A (1 m1 Pasangan Bowplank )
0,200 hari/m1 Tukang Kayu
0,020 hari/m1 Pekerja
0,004 m3/m1 Kayu kls. II (balok & papan)
0,015 Kg/m1 Paku
Diperoleh durasi per sumberdaya :
Durasi (tukang kayu) = 0,200 hari/m1 x 40 m1 = 8,0 hari
Durasi (pekerja) = 0,020 hari/m1 x 40 m1 = 0,8 hari
Diperoleh kebutuhan sumber daya pada item “Pemasangan Bouwplank”
Tukang kayu = 8,0 hari : 2 hari = 4
Pekerja = 0,8 hari : 2 hari = 0,4
Diperoleh kebutuhan material pada item “Pemasangan Bouwplank”
Kayu kelas II = 0,004 m3/m1 x 40 m1 = 0,16 m3
Paku = 0,015 kg/m1 x 40 m1 = 0,6 kg

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, dibutuhkan 4 orang Tukang kayu & 1 orang Pekerja serta
0,16 m3 kayu kelas II & 0,6 kg paku untuk menyelesaikan 40 m1 Pemasangan Bouwplank
selama 2 hari.

Manajemen Proyek Konstruksi 19

Anda mungkin juga menyukai