Memangku berkah, menghapus “benahi jiwamu yang pincang”
sungkawa kata Ramadhan tahun lalu
Yang membajak sawah bergegas Bahkan kau jadikan surga
pulang, menenteng air mata suka cita sebagai hadiah picisan tuk peluhmu yang bekerja Yang puja-puji di surau, dilanda Kau melupa tujuan,hakikat Bahagia deras rasa Bahagia Kata mbah nun berpuasa ialah Berjubel di kesibukan petang memeras jasad
Sebelum kemudian ia hadir dengan melembut jadi ruhani
gamblang sebab pemahaman terhadap ilmu akhirat Malamnya berdiri kita Bersama ialah menahan diri terhadap yang Menyangga tarawih beralas rasa tak abadi Bahagia Lalu berbukalah saya dengan rasa Saat kau angkat dua tangan dahaga dan lapar yang terobati melafal takbir Bukan dengan perkabungan sedih Tergetarlah hati oleh keagungan tiada henti maha tak ter-ukir Zionis itu menggendong genosida Saat keningmu menyatu dengan tanpa letih lantai-NYA Mengkremasi makhluk-makhluk Kau paham ketinggian allah maha tabu tanpa Nurani mengatasi segala sesuatu Di sepertiga malam,melodi kentongan Berpuasa tak sebatas kewajiban syar’i Di tepian petang ia meng’uluk menggantung di kantuk yang salam, tinggalkanmu bersisian masih ber angan dengan sunyi