Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PENGAJUAN

MELESTARIKAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL


MELALUI LEGENDA TANGKUBAN PERAHU DESA
CIATER KECAMATAN SAGALAHERANG KABUPATEN
SUBANG JAWA BARAT DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN DI ERA GLOBALISASI

Tim Proyek :

Erna Oktaviani
Muhammad Fauzan Pratama
Rifki Hidayat At Thoriq
Rosida Susilawati
Salma Ghaisani Putri Firmansyah
Thiansy Adysti Salwa Aulia

SMA NEGERI 1 CISARUA


JL. KOLONEL MASTURI NO. 64 JAMBUDIPA KEC. CISARUA
KABUPATEN BANDUNG BARAT JAWA BARAT.
2024
LEMBAR PENGESAHAN

PROYEK KOLABORASI PSAJ

KEARIFAN LOKAL JAWA BARAT

MELESTARIKAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MELALUI


LEGENDA TANGKUBAN PERAHU DESA CIATER KECAMATAN
SAGALAHERANG KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT DALAM
MENGHADAPI TANTANGAN DI ERA GLOBALISASI

Mengetahui,

Koordinator I Koordinator II

Wawan Sudrajat, S.Pd. Indra Khaerul Saleh, S.Pd.


NIP 198105232022211003 NIP 198802022019031014

Kepala Sekolah Wakasek Kurikulum

Asep Kurniawan, S.Si., M.Pd. Nur Iman, S.Pd.


NIP 197901112006041006 NIP 198207192009011007
DESKRIPSI JUDUL PROYEK

Tangkuban Perahu artinya adalah perahu yang terbalik. Diberi nama Tangkuban Perahu karena
bentuknya memang menyerupai perahu yang terbalik. Nama gunung ini diambil dari legenda
cerita rakyat Sangkuriang dan Dayang Sumbi di bumi parahyangan. Gunung Tangkuban
Parahu adalah salah satu gunung yang terletak di Desa Ciater, Kabupaten Subang, Provinsi
Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus
dan hamparan kebun teh di sekitarnya. Gunung Tangkuban Perahu mempunyai ketinggian
setinggi 2.084 meter.

Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke
barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur,
mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak
aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Parahu dikelola oleh Perum Perhutanan.
Suhu rata-rata hariannya adalah 17oC pada siang hari dan 2 °C pada malam hari. Gunung
Tangkuban Perahu terbentuk sekitar 125.000 tahun lalu di Kaldera Sunda. Gunung ini, menurut
T. Bachtiar dan Dewi Syafriani dalam buku Bandung Purba, lebih muda dari Gunung
Burangrang. Gunung Burangrang yang terletak di sisi barat Gunung Tangkuban Parahu
terbentuk sekitar 210.000 hingga 105.000 tahun lalu. Menurut T. Bachtiar, Gunung Tangkuban
Parahu lahirnya setelah terbentuknya Sesar Lembang. Ketika Gunung Tangkuban Parahu
meletus, sebagian material alirannya yang mengalir ke selatan tertahan di kaki patahan.

Sepanjang sejarahnya, aktivitas yang terjadi di gunung Tangkuban Perahu telah membentuk
13 kawah. Tiga kawah diantaranya populer dijadikan destinasi wisata, yakni Kawah Ratu,
Kawah Upas, dan Kawah Domas. Sementara perincian 13 kawah lengkapnya sebagai berikut:
Kawah Upas terdiri dari Kawah Upas (termuda), Kawah Upas (muda), dan Kawah Upas (tua).
Kawah Ratu juga terdiri dari Kawah Ratu (1920), Kawah Ratu (muda), dan Kawah Ratu (tua).
Kemudian ada kawah baru, Kawah Pangguyanganbadak, Kawah Badak, Kawah Ecoma,
Kawah Jurig, Kawah Siluman, dan Kawah Domas. Gunung Tangkuban Parahu sempat meletus
beberapa kali. Orang yang sempat mencatat letusan pertamanya adalah botanis sekaligus
geologis bernama Franz Wilhelm Junghuhn. Berdasarkan catatan yang dibuat Junghuhn tahun
1853, catatan pertama tentang letusan Gunung Tangkuban Parahu adalah tahun 1829. Tak ada
data tentang letusan sebelumnya. Setelah itu letusan beristirahat selama 17 tahun, letusan
berikutnya terjadi pada tahun 1846. Setelah itu gunung tercatat aktif berturut-turut tahun 1867
dan 1887. Letusan besar berikutnya terjadi tahun 1896 setelah gunung mengalami masa
istirahat 50 tahun. Aktivitas atau letusan kemudian terjadi tahun 1910, 1929, 1935, 1946, 1947,
1950, 1952, 1957, 1961, 1965, 1967, 1969, 1971, 1983, 1992, 1994, 2004, 2013, dan 2019.
Menurut T. Bachtiar, masa istirahat antar letusan Gunung Tangkuban Parahu berlangsung
antara 30 - 70 tahun. Pada tahun 2005, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Daerah sudah membuat peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Tangkuban Parahu. Daerah-
daerah yang rawan bencana dibagi dalam tiga kategori. Masing-masing Kawasan Rawan
Bencana I, II, dan III. Ada yang berada dalam radius 1 km, 5 km dari letusan, dan yang
berpotensi terkena terjangan lahar dan hujan abu atau lontaran batu pijar. Dalam buku Bandung
Purba disebutkan, lembah yang berpotensi dilanda lahar meliputi Ciasem, Cimuji, Cikole,
Cibogo, Cikapundung, Cihideung, Cibeureum dan Cimahi. Sagalaherang adalah sebuah
Kecamatan di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat Indonesia. Kecamatan Sagalaherang
terletak Sebelah Tenggara DKI Jakarta, jarak antara Sagalagerang dengan ibu kota Jakarta
yaitu 176 km dan akses paling dekat dari Jakarta melalui tol Purbaleunyi keluar exit tol
jatiluhur Purwakarta dengan estimasi waktu tempuh melewati wanayasa yaitu 3 jam dan
dengan adanya tol cipali yang melalui Subang jarak tempuh antara jakarta dengan
Sagalaherang kurang lebih 2,5 jam saja. Topografi Sagalaherang adalah pegunungan dengan
ketinggian 300 meter (desa curug agung) - 1000 meter (desa cicadas) (mdpl) di atas permukaan
laut. Kecamatan Sagalaherang memiliki penduduk sekitar 30.289 jiwa dengan kepadatan
penduduk 600 jiwa/km2. Jumlah penduduk desa sagalaherang kaler menjadi yang terbanyak
5.714 jiwa dan desa ini sekaligus menjadi pusat perdaganan dan jasa di wilayah kecamatan
sagalaherang maupun di Kecamatan Serang panjang. Dengan memiliki batas wilayah yaitu
sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Dawuan, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Ciater, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jalan Cagak, sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Serangpanjang. Jacobus Ranjabar, dalam buku Sistem Budaya
Indonesia, Suatu Pengantar (2006), dengan mengutip Widjaja (1986), menjelaskan bahwa
pelestarian budaya adalah kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan, terarah, dan terpadu.
Dengan cara tersebut diharapkan kearifan lokal tetap hidup dan menjadi bagian integral dari
identitas dan kekayaan budaya Indonesia. Selaras dengan hal tersebut, menghargai kearifan
lokal di era modern memerlukan pendekatan yang berkelanjutan, terarah, dan terpadu. Lebih
lanjut, berikut uraian mengenai cara melestarikan kearifan lokal di era modern.

1. Kenali dan pelajari budaya daerah


Tahap paling mendasar untuk melestarikan kearifan lokal yakni dengan memahami tradisi, adat
istiadat, dan nilai-nilai kearifan lokal suatu daerah. Meningkatkan pemahaman tentang kearifan
lokal dapat dilakukan dengan menyaksikan pertunjukan seni budaya baik dari daerah sendiri
atau daerah lain. Selanjutnya secara perlahan, belajar secara mendalam tentang kearifan lokal
atau kebudayaan setempat.

2. Ajak masyarakat berpartisipasi aktif melestarikan kearifan lokal


Upaya melestarikan kearifan lokal dapat dilakukan dengan mendirikan organisasi kegiatan
budaya yang melibatkan partisipasi masyarakat. Hal demikian dapat ditempuh dengan cara
menyelenggarakan festival budaya, lokakarya atau pameran seni.

3. Dukung tokoh kearifan lokal


Beri dukungan kepada tokoh-tokoh yang berperan aktif dalam pelestarian kearifan lokal
menjadi. Dukungan ini perlu disesuaikan dengan hambatan atau masalah yang ada sehingga
dapat mendorong secara efektif partisipasi aktif para seniman, budayawan, dan pemimpin adat.

4. Manfaatkan media sosial


Bagaimana cara melestarikan budaya bangsa Indonesia di kancah internasional? Jawaban
pertanyaan tersebut salah satunya yakni dengan memanfaatkan media sosial untuk
mempromosikan dan membagikan konten terkait kearifan lokal, baik melalui foto, video,
tulisan, atau media lainnya. Melibatkan generasi muda dan memanfaatkan teknologi modern
dapat menjadi kunci keberhasilan dalam upaya melestarikan kearifan lokal di era globalisasi.

5. Praktikkan kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari


Upaya melestarikan kearifan lokal yang berikutnya adalah dengan mempraktikkan nilai-
nilainya. Seperti ikut dalam kegiatan gotong royong, menerapkan nilai toleransi, dan etos kerja,
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan wujud penyelarasan kearifan lokal dalam
aktivitas sehari-hari masyarakat.
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA (RAB)

NO Uraian Kegiatan Volume Satuan Spesifikasi Harga Jumlah Keterangan


Satuan

1. Cerita Rakyat
(Tangkuban Perahu)
1.1 Plywood 2 Unit 30x50cm Rp.20. 000 Rp. 20.000
Melaminto
(Triplek)
1.2 Kayu Pinus 4 Unit 10x10mm Rp.2.500 Rp.10.000
50cm
1.3 Kayu Pinus 1 Unit 10x10mm Rp.5000 Rp.5000
100cm
1.4 Cat Pilok Diton 1 Unit Rp. 23.900 Rp. 23.000

1.5 Print Out 10 Lembar Rp. 20.000 Rp. 20.000

Anda mungkin juga menyukai