Ekonomi Makro Ardino
Ekonomi Makro Ardino
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Pendahuluan
Setiap orang akan selalu memperhatikan berbagai sumber daya
yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sumber daya
tersebut disebut dengan sumber daya produksi yang dapat terbagi
menjadi tiga kelompok:
a. Sumber daya alam
Sumber daya alam ini biasanya terkait dengan alam contohnya batu
bara, air, pepohonan dan tanah itu sendiri. Bahan baku yang
digunakan untuk memproduksi suatu barang yang berasal dari
berbagai sumber daya alam.
b. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia berkaitan dengan tenaga kerja
menggambarkan usaha manusia dalam bekerja, baik secara fisik
maupun mental yang dituangkan dalam proses produksi.
c. Sumber daya modal
Sumber daya modal ini terkait dengan sumber daya fisik buatan
manusia seperti gedung-gedung, mesin, peralatan, dan juga
perlengkapan yang akan digunakan di dalam proses produksi.
Ilmu ekonomi menjelaskan bagaimana sumberdaya produksi
tersebut digunakan untuk mewujudkan barang dan jasa yang
diinginkan untuk memenuhi kebutuhan. Sumber daya produksi
cukup terbatas dan barang maupun jasa yang dihasilkan juga
terbatas, oleh karena itu hal ini tentunya berlawanan dengan
kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang sebenarnya
kebutuhan masyarakat tidak terbatas. Keterbatasan itulah yang
menyebabkan banyak hal yang terasa cukup langka. Kelangkaan
tersebut meliputi kuantitas, kualitas, tempat dan waktu dari berbagai
sumber daya yang ada. Sesuatu menjadi tidak akan langka jika
jumlah (kuantitas) yang ada sesuai dengan kebutuhan, berkualitas
baik, tersedia di mana saja dan kapan saja saat dibutuhkan.
Kebutuhan manusia yang tidak terbatas dan sumber daya yang
tersedia (kuantitas, kualitas, tempat dan waktu) terbatas merupakan
pendorong aktivitas ekonomi. Artinya terbatasnya sumber daya yang
tersedia dibandingkan dengan kebutuhan, yang menyebabkan
(4) Eksporneto; ekspor neto berarti nilai ekspor -nilai impor, dan
ekspor neto merupakan salah satu hasil/aplikasi dari variabel
eksternal dan instrumen kebijakan.
Keempat output ini kemudian dapat bertindak sebagai variabel yang
di induksi. Variabel induksi adalah variabel yang dapat menambah
atau mengurangi jumlah tertentu ke atau dari fungsi yang sedang
dikembangkan. (Asnah dan dyanasari; 2021).
Aspek Ontologi Ekonomi Makro
Ontologi adalah bidang utama filsafat yang mempertanyakan hakikat
sebenarnya dari segala sesuatu yang ada. Menurut sistem hubungan
yang sistematis berdasarkan hukum sebab akibat. Artinya, ada
manusia, alam, prima causa dalam hubungan yang menyeluruh.
Ontologi membahas tentang apa yang ada, yang tidak terikat pada
satu perwujudan tertentu. Membahas tentang apa yang bersifat dan
menampilkan pemikiran universal yang universal.
Ontologi membahas tentang apa yang ada, yang tidak terikat pada
satu perwujudan tertentu. Dalam kaitannya dengan ilmu
pengetahuan, aspek ontologi mempertahankan objek yang dipelajari
di ilmu pengetahuan. Secara ontologis, ilmu pengetahuan membatasi
ruang lingkup kajian ilmiah pada bidang-bidang yang berada dalam
jangkauan pengalaman manusia dan dibatasi pada hal-hal yang
sesuai dengan pemikiran manusia. Ontologi membahas tentang
keberadaan yang mendunia, menunjukkan gagasan tentang alam
semesta yang universal. Ontologi berusaha menemukan inti yang
terkandung di dalam setiap realitas. Dalam rumusan lorens itu
bagus; ontologi merupakan hakikat wujud menjadi asumsi dasar
terhadap apa yang dimaksud sebagai kebenaran dan realitas.
Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu yang paling
universal dan paling kompeherensif.
Meskipun ontologi sebagai topik diabaikan sama seperti sejarah
pemikiran ekonomi di sebagian besar departemen ekonomi, ontologi
sebenarnya tidak dapat dihindari dalam penelitian ekonomi atau
ilmiah secara lebih luas (Arena dan Lawson, 2015, hal. 987).
Alasannya adalah bahwa apa yang dilakukan ilmuwan sosial sebagai
peneliti tentu memerlukan komitmen ontologis, jika kesesuaian
metode mereka bergantung pada asumsi tentang sifat (aspek)
realitas sosial yang diterapkan Lawson 2015A, hlm. 19- 21; 2019
hlm. 3- 6). Beberapa peneliti peka terhadap ketergantungan ini dan
berhati- hati untuk memastikan bahwa ada kesesuaian antara
metode mereka dan materi sosial yang mereka selidiki. Akan tetapi,
dalam banyak kasus, dan hal ini merupakan norma dalam sebagian
besar ilmu ekonomi, kelayakan suatu metode tertentu hanya
diasumsikan begitu saja, sehingga asumsi- asumsi ontologis yang
mendasari metode- metode tersebut tersirat dan tidak diakui.
Namun, banyak pemikir heterodoks terkemuka, termasuk beberapa
tokoh terbesar dalam sejarah disiplin ilmu ini, menolak metode-
metode tertentu dengan alasan adanya ketidaksesuaian antara apa
yang diasumsikan oleh metode- metode tersebut dan (apa yang
dianggap sebagai) ciri- ciri umum tertentu dari ilmu sosial. realitas.
Kritik Keynes( 1939) terhadap ekonometrika dengan alasan bahwa
ekonometrika, dalam pandangannya, mengandaikan secara kontra
faktual keseragaman dan homogenitas lingkungan selain fluktuasi
faktor- faktor yang secara eksplisit diperhitungkan, merupakan
contoh kasusnya. Begitu pula dengan skeptisisme Veblen( 1898)
mengenai apa yang dilihatnya sebagai konsepsi yang salah mengenai
sifat manusia. Diwujudkan dalam homo ekonomikus dan mode
analisis statis dan mekanis yang terkait dengannya. Penolakan
terhadap metode- metode yang gagal memberikan keadilan terhadap
dimensi subjektif kehidupan sosial, seperti yang mungkin fading
menonjol terlihat dalam karya Hayek (1942- 44), Lachmann (1977)
atau Shackle (1972, 1979), adalah contoh penting lainnya dari kritik
yang berorientasi ontologis semacam ini. Kritik semacam itu sering
kali digunakan untuk mempersiapkan landasan bagi upaya
konstruktif yang melibatkan upaya menguraikan berbagai aspek
ontologi dunia sosial. Dua pendekatan luas dapat dibedakan.
Yang pertama, terkadang disebut ontologi sosio- ilmiah( Lawson
2019, hal. 11), berfokus pada sifat keberadaan sosial tertentu.
Contoh penalaran ontologis semacam ini antara lain upaya
mengembangkan konsepsi kemampuan(Sen), modal (Marx, Menger,
Schumpeter, Lachmann), konvensi (Keynes), kewirausahaan
(Schumpeter, Kirzner), institusi (Commons, Ostrom, Veblen), pasar
(Hayek, Lachmann, Polanyi), uang (Marx, Menger, Commons,
Keynes), kelas sosial (Marx, Schumpeter), tatanan spontan (Hayek)
dan ketidakpastian( Keynes, Knight).
Pendekatan kedua, ontologi sosio- filosofis (Lawson 2019, hal. 11;
juga lihat hal. 9), berfokus pada ciri- ciri dunia sosial yang
diperkirakan terdapat atau beroperasi di dalamnya yaitu, ciri- ciri
makhluk sosial secara umum). Contohnya mencakup upaya untuk
mengonseptualisasikan hakikat pilihan dan sifat terbuka dari dunia
sosial yang konon memunculkan pilihan- pilihan tersebut seperti
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini memberikan contoh penulisan sumber sitasi. Semua
yang ada dalam daftar ini dapat dirunut dalam badan artikel
template ini untuk dipelajari tata cara penulisan sitasi dalam teks.
(Jenis: e-book)
Bransford, J. D., Brown, A. L., & Cocking, R. R. (2005). How people
learn: Brain, mind, experience and school Retrieved from
https://www.nap.edu/catalog/9853/how-people-learn-brain-
mind-experience-and-school-expanded-edition
(Jenis: prosiding)
Retnowati, E. (2012, 24-27 November). Learning mathematics
collaboratively or individually. Paper presented at the The 2nd
International Conference of STEM in Education, Beijing Normal
University, China. Retrieved from
http://stem2012.bnu.edu.cn/data/short%20paper/stem2012_88.
pdf.