1. Pemberian Obat-Obatan
Obat-obatan dapat membantu mengatasi masalah berjalan, bergerak, dan gemetar. Adapun obat
yang dokter resepkan berfungsi dalam meningkatkan atau menggantikan dopamin.
Sebab, pengidap Parkinson memiliki konsentrasi dopamin otak yang rendah. Namun, dopamin
tidak dapat dokter berikan secara langsung karena tidak dapat masuk ke otak.
Carbidopa levodopa yaitu obat yang akan tubuh ubah menjadi dopamin dalam otak.
Levodopa dikombinasikan dengan carbidopa (Lodosyn) yang berfungsi untuk mencegah atau
mengurangi efek samping seperti mual.
Carbidopa levodopa inhalasi yang dapat membantu mengelola gejala yang muncul tiba-tiba
akibat hilangnya efektivitas obat sebelumnya.
Infus carbidopa levodopa yang dapat dokter berikan melalui selang makanan agar obat langsung
masuk ke dalam usus kecil.
Agonis dopamin yang meniru efek dopamin dalam otak.
Penghambat MAO B yang berguna untuk membantu mencegah kerusakan dopamin otak dengan
menghambat enzim otak monoamine oxidase B (MAO B).
Antikolinergik yang bermanfaat untuk membantu mengendalikan getaran yang terkait dengan
penyakit.
Amantadin yang dapat dokter berikan untuk mengontrol gerakan tak sadar (diskinesia) akibat
penggunaan carbidopa levodopa.
2. Prosedur Operasi
Ahli bedah menanamkan elektroda ke bagian tertentu dari otak. Elektroda terhubung ke
generator yang dokter tanamkan dalam dada dekat tulang selangka.
Alat ini akan mengirimkan listrik ke otak, sehingga dapat mengurangi gejala penyakit. Dokter
akan menyesuaikan pengaturan pada alat sesuai dengan kondisi pasien.
3. Terapi
Selain pengobatan dan operasi, pengidap Parkinson juga perlu menjalani beberapa terapi, yaitu:
Fisioterapi, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bergerak dan kelenturan tubuh. Terapi
ini juga bermanfaat untuk meningkatkan stamina dan kemampuan dalam menjalani aktivitas.
Terapi wicara, khususnya jika pengidap mengalami kesulitan berbicara dan menelan air liur atau
makanan.
Psikoterapi, untuk pengidap yang mengalami depresi akibat penyakit yang mereka derita. Dokter
biasanya merekomendasikan psikoterapi untuk mengelola kondisi mental pengidap.
Dalam beberapa kasus, terapi fisik dan terapi wicara juga dapat menjadi pilihan. Tujuannya,
untuk menjaga keseimbangan tubuh dan membantu memperbaiki masalah bicara.
Selain itu, ultrasound terfokus yang dipandu MRI (MRgFUS) juga dapat menjadi pilihan.
Metode ini adalah perawatan invasif minimal yang telah membantu beberapa orang dengan
penyakit Parkinson mengelola tremor.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi kafein lebih jarang
terkena penyakit Parkinson. Ketimbang mereka yang tidak meminumnya.
Namun jika ingin lebih memahami mengenai penyakit ini, baca juga lebih lanjut artikel ini: Perlu
Diketahui, Ini 7 Fakta tentang Penyakit Parkinson.
Kesulitan berpikir. Ini biasanya terjadi pada tahap akhir penyakit. Masalah kognitif seperti itu
tidak terlalu responsif terhadap obat-obatan.
Depresi dan perubahan emosi. Pengidap mungkin mengalami depresi dan perubahan
emosional lainnya seperti ketakutan, kecemasan, atau kehilangan motivasi.
Masalah mengunyah dan makan. Penyakit stadium akhir memengaruhi otot-otot dalam mulut
sehingga proses mengunyah menjadi lebih sulit.
Masalah tidur dan gangguan tidur. Pengidap akan mengalami masalah tidur termasuk sering
terbangun sepanjang malam, bangun lebih awal, atau tertidur saat siang hari.
Masalah kandung kemih. Penyakit dapat menyebabkan masalah kandung kemih termasuk
tidak dapat mengontrol urin atau kesulitan buang air kecil.
Sembelit. Banyak pengidap mengalami sembelit akibat saluran pencernaan yang bergerak
dengan lebih lambat.