Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada bab – bab

sebelumnya, maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan atas permasalahan

yang diajukan sebagai berikut :

1. Pengaturan Hak Cipta terkait dengan penggandaan karya cipta lagu

di Negara Indonesia dan Negara Singapura yaitu :

- Di Indonesia pengaturan Hak Cipta diatur dalam UU No 19

Tahun 2002. Khusus mengenai perlindungan bagi karya lagu atau musik

tidak diatur secara tegas. Bentuk perlindungan karya rekaman suara,

karya siaran dan karya pertunjukkan dialihkan perlindungannya kedalam

Hak Terkait, karya rekaman suara tidak lagi menjadi obyek perlindungan

Hak Cipta. Perlindungan Hak Cipta lebih diberikan kepada siapa pemilik

Hak Cipta (copyright owner) dan bukan kepada pencipta yang

sesungguhnya (the author).

- Berkaitan dengan pengaturan Hak Cipta di Singapura diatur dalam

Chapter 12 Intellectual Property Law Section 1. Kepemilikan Hak Cipta

di Singapura berprinsip bahwa orang yang menciptakan sebuah karya

adalah pemilik Hak Cipta dalam karya. Untuk mengatasi permasalahan

yang terus muncul mengenai pembajakan cakram optik yang berakibat

pada pengedaran terbuka CD, VCD dan CD-ROM bajakan

maka Singapura mengembangkan UU Pengawasan Manufaktur pada

Tahun 1998 yang mengatur manufaktur cakram optik.

Pengaturan penggandaan karya cipta lagu di Singapura sudah diatur

1
2

secara tegas melalui beberapa perjanjian FTA antara Singapura dan

Amerika Serikat.

2. Upaya hukum yang dilakukan untuk mengatasi penggandaan

Karya Cipta lagu di Indonesia melalui Hand Phone (HP) yaitu bisa

melalui upaya preventif dan upaya represif. Upaya preventif dapat

dilakukan melalui pendaftaran Hak Cipta dan lisensi, sedangkan upaya

represif bisa dilakukan dengan mengajukan gugatan ganti rugi melalui

Pengadilan Niaga, lembaga arbitrase dan alternatif penyelesaian

sengketa serta dengan melakukan tuntutan pidana melalui Pengadilan

Negeri. Sedangkan upaya hukum di Singapura untuk mengatasi

penggandaan karya cipta lagu bisa melalui litigasi dan non litigasi.

Melalui litigasi salah satunya adalah Pada Tahun 2000 di Singapura ada

sebuah unit yang disebut “cabang HKI” dibentuk dalam Divisi Pidana

Khusus (bagian dari penyidikan kriminal) guna melaksanakan

pemberantasan terhadap para pengedar karya – karya bajakan.

Penegakan hukum HKI melalui litigasi hukum tidak terlalu jelas di

Singapura, karena hanya sejumlah kecil keputusan Pengadilan yang

dilaporkan. Banyak kasus pelanggaran HKI khususnya penggandaan

karya cipta lagu biasanya diselesaikan dengan cara mediasi dan

arbitrase.

5.2. Saran
3

1. Untuk menghindari maraknya penggandaan karya cipta lagu

melalui HP yang berdampak merugikan pihak – pihak terkait

seyogyanya disediakan sarana yang harus digunakan untuk melakukan

tindakan penggandaan karya cipta lagu agar tidak merugikan hak – hak

dan kepentingan orang lain. Sarana ini sebaiknya dicantumkan

dalam peraturan perundang – undangan tentang Hak Cipta. Disamping

itu sebaiknya dalam hal penerapan sanksi lebih tegas bagi pelaku

pelanggar Hak Cipta. Penyempurnaan perangkat hukum HKI harus lebih

mengadaptasi dari ketentuan TRIPs Agreement.

2. Untuk kedepannya diharapkan kinerja aparat penegak hukum mulai

dari tingkat penyelidikan dan penyidikan di tingkat Kepolisian sampai

pada pemeriksaan perkara di lembaga Peradilan lebih tegas dalam

menindak pelaku pelanggaran di bidang Hak Cipta khususnya

penggandaan karya cipta lagu secara tidak sah untuk mengurangi

terjadinya tindak pidana ini. Semua pihak (instansi terkait,

organisasi profesi, aparat penegak hukum, dan

masyarakat) secara bersama – sama diharapkan berusaha mengupayakan

kesadaran hukum di bidang Hak Cipta dan hak terkait yang

pada akhirnya dapat mewujudkan terciptanya supremasi hukum. Salah

satu upaya untuk mengurangi terjadinya penggandaan karya cipta lagu

secara tidak sah yaitu melalui perangkat hukum yang jelas dan

profesionalisme aparat penegak hukum sehingga akan menjamin

berhasilnya Law Enforcement.

Anda mungkin juga menyukai