Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SEJARAH DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah


Kajian Kebahasaan
Dosen Pengampu : Dr. Panca Dewi Purwati, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh :
1. Dyah Nur Hidayatun Janah (1401422010)
2. Faiqussabila (1401422014)
3. Putri Anisa Susanti (1401422026)
4. Irsya Naufa Ramadhina Wardani (1401422030)
5. Intan Nur Aini (1401422036)
6. Nurul Hidayah Tri Ginawati (1401422044)
7. Yazila Roofiqotul Ummah (1401422050)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


TAHUN AJARAN 2023/2024

1
PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Kajian Kebahasaan. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia di Indonesia, sebagai nilai
patriotisme dan semangat kebangsaan.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Panca Dewi Purwati, S.
Pd., M. Pd. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Kajian Kebahasaan yang membimbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang selalu sedia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
serta kesalahan yang kami yakini dari batas kemampuan kami. Maka dari itu kami dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 7 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................................. 1
Prakata ............................................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 5
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 6
2.1 Perkembangan Bahasa Indonesia .................................................................................. 6
2.1.1 Asal mula Bahasa Indonesia ................................................................................... 6
2.1.2 Status resmi Bahasa Indonesia ................................................................................ 8
2.1.3 Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia ............................................................. 9
2.2 Kedudukan Bahasa Indonesia………………………………………………………...13
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..19
3.1 Simpulan……………………………………………………………………………..20
3.2 Saran………………………………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Betapa pentingnya bahasa bagi kehidupan manusia di dunia ini kiranya tidak
diragukan lagi. Pentingnya bahasa tidak hanya dibuktikan oleh banyak orang yang
menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga diperhatikan oleh
para ilmuwan karena dibutuhkan sebagai alat untuk berkomunikasi dalam berbagai
hal.

Bahasa Indonesia yang dahulu dikenal dengan bahasa Melayu merupakan


bahasa penghubung antar suku bangsa yang hidup di Nusantara. Selain menjadi
bahasa penghubung antarsuku, bahasa Melayu juga menjadi bahasa perdagangan di
nusantara yang banyak digunakan oleh suku bangsa Indonesia dengan para
pedagang asing.

Pada tahun 1928 bahasa Melayu mengalami perkembangan yang luar biasa.
Pada tahun tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan
kebudayaan menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia,
keputusan ini dicetuskan melalui Sumpah Pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan
Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia diakui secara
Yuridis.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia?


1.2.2 Bagaimana sejarah asal mula Bahasa Indonesia ?
1.2.3 Apa status resmi Bahasa Indonesia ?
1.2.4 Bagaimana Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia ?
1.2.5 Apa kedudukan Bahasa Indonesia ?

4
1.3 TUJUAN

1.3.1 Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia

1.3.2 Untuk mengetahui asal mula Bahasa Indonesia

1.3.3 Untuk mengetahui status resmi Bahasa Indonesia

1.3.4 Untuk mengetahui bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia

1.3.5 Untuk mengetahui kedudukan Bahasa Indonesia

1.4 MANFAAT

1.4.1 Memberitahu pembaca perkembangan Bahasa Indonesia


1.4.2 Memberitahu pembaca asal mula Bahasa Indonesia
1.4.3 Memberitahu pembaca status resmi Bahasa Indonesia
1.4.4 Memberitahu pembaca Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia
1.4.5 Memberitahu pembaca kedudukan Bahasa Indonesia

5
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Bahasa Indonesia


2.1.1 Asal mula Bahasa Indonesia

Saat ini, bahasa Indonesia yang digunakan tidak tetap atau statis. Berbagai
perubahan kosakata yang terjadi menunjukkan bahwa bahasa Indonesia telah mengalami
perkembangan. Untuk mengetahui kapan bahasa Indonesia mulai berkembang bukanlah
perkara yang mudah karena hal tersebut bergantung pada persepsi tentang lahirnya bahasa
Indonesia. Apabila ingin membicarakan perkembangan bahasa Indonesia, maka harus
dibicarakan pula bahasa melayu sebagai sumber (akar) bahasa Indonesia yang
dipergunakan sekarang.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu ragam bahasa Melayu (Kridalaksana


1991). Bahasa Indonesia yang dipakai saat ini didasarkan pada bahasa Melayu Riau
(Provinsi Kepulauan Riau sekarang) yang telah menjadi lingua franca sejak abad ke-19.
Ada berbagai bukti bahwa bahasa Melayu pada waktu itu sudah digunakan sebagai bahasa
perhubungan. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang ditemukan, seperti (1) Prasasti
Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683, (2) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684,
(3) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686, dan (4) Prasasti Karang Brahi tahun
688 telah menggunakan bahasa Melayu Kuno. Di Jawa Tengah juga terdapat prasasti
serupa, yaitu Prasasti Gandasuli, tahun 832. Bahkan di Jawa Barat, tepatnya di Bogor juga
dijumpai prasasti (Prasasti Bogor, tahun 1942) yang menggunakan bahasa melayu Kuno.

Penggunaan istilah Indonsia diawali dengan terbit sebuah majalah ilmiah


tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA: "Jurnal Kepulauan
Hindia dan Asia Timur") pada tahun 1847 di Singapura. Journal ini dikelola oleh James
Richardson Logan dari Skotlandia. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi dari
Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menulis artikel On the Leading
Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam
artikelnya itu, Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan
Hindia atau Kepulauan Melayu untuk Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau
Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). "... Penduduk Kepulauan

6
Hindia atau Kepulauan Melayu masingmasing akan menjadi "Orang Indunesia" atau
"Orang Malayunesia"".

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, James Richardson Logan menulis artikel The
Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan
perlunya nama khas bagi kepulauan Hindia, sebab istilah Indian Archipelago ("Kepulauan
Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama
Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih
baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Orang Indonesia yang mula-mula menggunakan istilah Indonesia adalah


Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913
ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Pada dasawarsa
1920-an, nama Indonesia yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu
diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama
Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang
memperjuangkan kemerdekaan.

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia yang secara istilah baru lahir


memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mencapai kemerdekaan. Bahasa
Indonesialah yang digunakan sebagai pembangkit semangat kebangsaan dan rasa
nasionalisme bersama. Bahasa Indonesia pula yang menjadi sarana pencerdasan bangsa
melalui lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang di tanah air. Bahasa Indonesialah
yang akhirnya menjadi sarana perjuangan merebut kemerdekaan.

Selanjutnya, setelah Indonesia merdeka, bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai


bahasa negara seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Bab XV, Pasal 36 yang berbunyi bahasa Negara adalah bahasa
Indonesia. Keberadaan bahasa Indonesia merupakan kebanggaan tersendiri bagi bangsa
Indonesia karena merupakan bahasa asli milik pribumi dan telah mengakar di seluruh
wilayah Indonesia.

7
2.1.2 Status resmi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia (UUD 1945
pasal 36) dan bahasa persatuan bangsa Indonesia (Butir ketiga Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928). Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya
konstitusi.

Secara resmi bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia tercatat dalam
teks Sumpah pemuda sebagai hasil Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Kebulatan tekad para pemuda Indonesia waktu itu berbunyi:

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia

mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

kedua : Kami putra dan putri Indonesia

mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

ketiga : Kami putra dan putri Indonesia

menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Pada butir pertama adalah sebuah bentuk pengakuan bahwa pulau-pulau yang
bertebaran dan lautan yang menghubungkan pulau-pulau wilayah republik Indonesia
sekarang adalah suatu kesatuan tumpah darah ( tempat kelahiran) yang disebut tanah air
Indonesia. Butir kedua adalah pengakuan bahwa manusia-manusia yang menepati bumi
Indonesia itu juga merupakan satu kesatuan yang disebut bangsa Indonesia. Berbeda dari
butir pertama dan kedua para pemuda memilih kata mengaku, untuk butir ketiga mereka
memilih kata menjunjung, yakni menjunjung bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
Pada saat berlangsungnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu Riau, khususnya bahasa
Melayu Ragam Pasar, sudah menjadi lingua franca dan diakui sebagai bahasa pemersatu
suku-suku bangsa di Kepulauan Nusantara. Walaupun telah menjadi bahasa perhubungan
antar suku, bahasa Melayu tetap sebagai salah satu bahasa daerah. Oleh karena itulah, para
pemuda sepakat mengangkat bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia, sejajar dengan
nama bangsa dan tanah air, Indonesia. Hal ini merupakan pernyataan tekad kebahasaan
yang menyatakan bahwa Indonesia mempunya aneka ragam bahasa dalam setiap daerah,
tetapi disatukan dengan bahasa Indonesia.

8
2.1.3 Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia

1. Faktor penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi Bahasa Indonesia

Berikut ini merupakan faktor penyebab bahwa melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia.

a. Faktor sejarah

Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan,


dan bahasa perdagangan. Seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing menyatakan bahwa di
Sriwijaya pada waktu itu ada bahasa yang bernama Koen-louen (ada yang
menyebut Kou-luen, K’ouen-louen, Kw’enlun, Kun’lun, K’un-lun) yang
berdampingan dengan bahasa Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa
perhubungan (lingua franca) di kepulauan Nusantara. Bahasa yang dimaksud
adalah bahasa Melayu.

b. Faktor kaidah dan kesanggupan bahasa

Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa


kebudayaan dalam arti yang luas.

c. Faktor masyarakat

Bahasa Melayu sudah dikenal oleh banyak masyarakat. Dalam buku “Praktis
Bahasa Indonesia Edisi 2” yang dikeluarkan oleh usat bahasa dikatakan bahwa pada
waktu itu bahasa Melayu sudah menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara.

Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak
dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ngoko, kromo) atau perbedaan
bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahasa Sunda (kasar, lemes). Karena itu,
bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat sebagai bahasa perhubungan
antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena tidak
mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu memiliki sifat terbuka untuk menerima
pengaruh bahasa lain.

d. Faktor politik

Dalam sejarahnya ketika bahasa Melayu semakin berkembang dan bertambah

9
kukuh keberadaannya, bahasa Melayu juga menyerap kosakata dari berbagai
bahasa, terutama bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa.

e. Faktor psikologi

Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

2. Peristiwa-peristiwa Penting yang Berkaitan dengan Perkembangan Bahasa


Melayu

a. Perkembangan Ejaan

Berbagai peristiwa kemudian mengiringi bahasa Indonesia, baik dalam


kedudukannya sebagai bahasa persatuan maupun sebagai bahasa negara. Peristiwa-
peristiwa tersebut antara lain :

(1) Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa melayu oleh Ch.A. Van Ophujisen
dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

(2) Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de volkslectuur (komisi pbacaan
rakyat), kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi balai pustaka. buku-buku
diterbitkan di balai pustaka dengan menggunakan bahasa melayu sehingga
secara tidak langsung ikut menyebarluaskan bahasa melayu.

(3) Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal tersebut para pemuda
Indonesia memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa
Indonesia.

(4) Pada tahun 1933 secara resmi berdiri angkatan sastra muda yang menamakan
diriya sebagai pujangga baru yang dipimpin oleh Sultan Takdir Alisjahbana dan
kawan-kawan. Mereka mengadakan pengembangan, pembinaan, dan
penyebarluaskan penggunaan bahasa Indonesia melalui media majalah
Poejangga Baro. Hal ini sesuai dengan tujuan utama mereka, “memajukan
bahasa dan budaya Indonesia.”
10
(5) Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatangani Undang-Undang Dasar 1945.
Pada tanggal 36 UUD 1945 bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

(6) Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan Ejaan Republik ( Ejaan Soewandi )
sebagai pengganti Ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

(7) Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia meresmikan


penggunan Ejaan Bahasa Indonesia yang di sempurnakan melalui pidato
kenegaraan dalam sidang DPR, yang di kuatkan pula dengan Keputusan
Presiden Nomor 57 tahun 1957.

(8) Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.

b. Kongres Bahasa Indonesia

Selain itu, juga diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia secara rutin setiap lima
tahun sekali, kecuali pada awal Indonesia merdeka. Secara berturut-turut berikut
waktu diselenggarakannya Kongres bahasa Indonesia.

(1) Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan kongres bahasa Indonesia 1 di
solo, putusnya adalah bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan saat itu.

(2) Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober – 2 November


1954 memutuskan bahwa bangsa Indonesia bertekad untuk terus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang di tetapkan sebagai bahasa nasional
dan bahasa negara itu.

(3) Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober – 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan
bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka Peringatan Sumpah
Pemuda ke-50 ini memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan
bahasa Indonesia. Kongres tersebut memutuskan untuk terus berusaha

11
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

(4) Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada 21-26 November


1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Sumpah
Pemuda ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan agar dapat tercapai
semaksimal mungkin sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia
untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

(5) Kongres Bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober-
3 November 1988. Kongres ini dihadiri oleh sekitar tujuh ratus pakar bahasa
Indonesia dari seluruh Nusantara, yakni berupa (1)Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2)Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia.

(6) Kongres Bahasa Indonesia VI diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober2


November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa Indonesia dan 53
peserta tamu undangan dari mancanegara. Kongres ini mengusulkan agar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang
Bahasa Indonesia.

(7) Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia Jakarta pada
tanggal 26-30 Oktober 1998. Kongres ini mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Keanggotaan
terdiri atas tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap
bahasa dan sastra. 2. Tugasnya ialah memberikan nasehat kepada Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status
kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

(8) Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 14- 17
Oktober 2003 yang menekankan pada perlunya pembelajaran bahasa Indonesia
untuk orang asing (BIPA).

(9) Kongres Bahasa Indonesia IX di selenggarakan di Jakarta tanggal 28 Oktober -


1 November 2008. Pada kongres ini direncanakan diluncurkannya kamus
elektronik dan disahkannya Undang-Undang Bahasa. Namun pengesahan

12
Undang-Undang Bahasa gagal dilakukan karena belum selesai dibahas pada
tingkat DPR. Setelah ditunda selama satu tahun, akhirnya pada bulan November
2009 disahkanlah Undang-Undang No.24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

(10) Kongres Bahasa Indonesia X Diselenggarakan di Jakarta tanggal 28-31


Oktober 2013. Pada kongres ini menekankan pada penguatan bahasa Indonesia
dalam percaturan internasional.

(11) Kongres Bahasa Indonesia XI Diselenggarakan di Jakarta tanggal 28


Oktober - 1 November 2018. Kongres ini bertujuan menjayakan negara-bangsa
Indonesia melalui bahasa dan sastra Indonesia. Secara khusus, KBI XI
membahas peluang dan tantangan dalam pengembangan, pembinaan,
pelindungan, pemanfaatan, serta penegakan kebijakan bahasa dan sastra
Indonesia guna membawa negara-bangsa Indonesia berjaya pada era global ini.

2.2 Kedudukan Bahasa Indonesia


Dilihat dari segi kedudukannya, bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan.
Pertama bahasa memiliki kedudukan sebagai Bahasa Nasional. Kedua bahasa
Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa Negara atau Resmi. Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dimiliki sejak tahun 1945, sesuai dengan
ketentuan dalam UUD 1945, bab XV, pasal 36, “Bahasa Negara ialah bahasa
Indonesia”.

a. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Hasil Perumusan Seminar “Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di


Jakarta pada tanggal 25 s.d 28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai :

(1) Lambang kebanggaan nasional

Bahasa Indonesia “memancarkan‟ nilai- nilai sosial budaya luhur bangsa


Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita
harus bangga dengannya; kita harus menjunjungnya; dan kita harus

13
mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa
Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan
acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan
mengembangkannya.

(2) Lambang identitas nasional

Bahasa Indonesia merupakan “lambang‟ bangsa Indonesia. Ini berarti,


dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat,
perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang
demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian
kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak
menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.

(3) Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar


belakang sosial budaya dan bahasanya

Fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam


latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu
dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan
bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya,
sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi “dijajah‟ oleh
masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan
menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya
daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan
dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun.
Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa
Indonesia.

(4) Alat perhubungan antarbudaya dan anatardaerah

Bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-


hari. Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang
yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda,
mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi?
Bagaimana cara kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang
masyarakatnya tidak mengenal bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah

14
yang dapat menanggulangi semuanya itu. Dengan bahasa Indonesia kita
dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah,
segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan (disingkat:
ipoleksosbudhankam) mudah diinformasikan kepada warganya. Akhirnya,
apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat
peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti
tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

b. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

Hasil Perumusan Seminar “Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di


Jakarta pada tanggal 25 s.d 28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa
dalam kedudukan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai

(1) Bahasa resmi kenegaraan

Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan ialah digunakannya


bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai
saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan
kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Keputusan-
keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan lembaga-lembaganya dituliskan di dalam bahasa Indonesia.
Pidato- pidato atas nama pemerintah atau dalam rangka menunaikan tugas
pemerintahan diucapkan dan dituliskan dalam bahasa Indonesia.
Sehubungan dengan ini kita patut bangga terhadap mantan presiden kita,
Soeharto yang selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam situasi apa dan
kapan pun selama beliau mengatasnamakan kepala negara atau pemerintah.

(2) Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan

Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga


pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.
Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan rendah yang
anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah)
menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang
15
bersangkutan. Hal ini dilakukan sampai kelas tiga Sekolah Dasar. Sebagai
konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di
lembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran yang berbentuk media
cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengalihbahasakan berbagai referensi yang berbahasa asing ke bahasa
Indonesia. Apabila hal ini dilakukan, sangatlah membantu peningkatan
perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek). Mungkin pada saat mendatang bahasa Indonesia
berkembang sebagai bahasa iptek yang sejajar dengan bahasa Inggris

(3) Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk


kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan


penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu
hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media
komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut
agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima
oleh masyarakat.

(4) Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu


pengetahuan serta teknologi modern

Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan teknologi,


bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan nasional yang
beragam itu, yang berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula,
rasanya tidaklah mungkin dapat disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh
masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia. Agar
jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik
melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah
maupun media cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia.
Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya
sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan,
khususnya di perguruan tinggi.

16
c. Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Negara

(1) Perbedaan dari Segi Ujudnya

Perbedaan secara khusu, misalnya penggunaan kosakata dan istilah. Hal ini
disebabkan oleh lapangan pembicaraannya berbeda. Dalam lapangan politik
diperlukan kosakata tertentu yang berbeda dengan kosakata yang diperlukan
dalam lapangan administrasi. Begitu juga dalam lapangan ekonomi, sosial, dan
yang lain-lain. Akan tetapi, secara umum terdapat kesamaan. Semuanya
menggunakan bahasa yang berciri baku. Dalam lapangan dan situasi di atas tidak
pernah digunakan, misalnya, struktur kata “kasih tahu‟ (untuk memberitahukan
), “bikin bersih‟ (untuk membersihkan), “dia orang ‟ (untuk mereka), “dia punya
harga‟ (untuk harganya), dan kata “situ‟ (untuk Saudara, Anda, dan
sebagainya), “kenapa‟ (untuk mengapa), “bilang‟ (untuk mengatakan), “nggak‟
(untuk tidak), “gini‟ (untuk begini), dan kata- kata lain yang dianggap kurang
atau tidak baku.

(2) Perbedaan dari Proses Terbentuknya

Latar belakang timbulnya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional


dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara jelas-jelas berbeda.
Adanya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didorong oleh rasa
persatuan bangsa Indonesia pada waktu itu. Putra- putra Indonesia sadar bahwa
persatuan merupakan sesuatu yang mutlak untuk mewujudkan suatu kekuatan.
Semboyan “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” benar-benar diresapi oleh
mereka. Mereka juga sadar bahwa untuk mewujudkan persatuan perlu adanya
saran yang menunjangnya. Dari sekian sarana penentu, yang tidak kalah
pentingnya adalah sarana komunikasi yang disebut bahasa. Dengan
pertimbangan kesejarahan dan kondisi bahasa Indonesia yang lingua franca itu,
maka ditentukanlah ia sebagai bahasa nasional. Berbeda halnya dengan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara/resmi.

Terbentuknya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi dilatarbelakangi


oleh kondisi bahasa Indonesia itu sendiri yang secara geografis menyebar
pemakaiannya ke hampir seluruh wilayah Indonesia dan dikuasai oleh sebagian
besar penduduknya. Di samping itu, pada saat itu bahasa Indonesia telah
disepakati oleh pemakainya sebagai bahasa pemersatu bangsa, sehingga pada
17
saat ditentukannya sebagai bahasa negara/resmi, seluruh pemakai bahasa
Indonesia yang sekaligus sebagai penduduk Indonesia itu menerimanya dengan
suara bulat.

(3) Perbedaan dari Segi Fungsinya

Fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berbeda sekali


dengan fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Perbedan itu
terlihat pada wilayah pemakaian dan tanggung jawab kita terhadap pemakaian
fungsi itu. Kapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi dipakai, kiranya
kita ketahui.

Kita menggunakan sebagai bahasa negara/resmi dipakai sebagai alat


penghubung antarsuku, misalnya, karena kita sebagai bangsa Indonesia yang
hidup di wilayah tanah air Indonesia. Sehubungan dengan itu, apabila ada orang
yang berbangsa lain yang menetap di wilayah Indonesia dan mahir berbahasa
Indonesia, dia tidak mempunyai tanggung jawab moral untuk menggunakan
bahasa Indonesia sebagai fungsi tersebut. Jadi seseorang menggunakan bahasa
Indonesia sebagai penghubung antarsuku, karena dia berbangsa Indonesia yang
menetap di wilayah Indonesia; sedangkan seseorang menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi, karena dia sebagai warga negara Indonesia yang
menjalankan tugas tugas “pembangunan‟ Indonesia.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Sumber dari Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Bahasa Indonesia
merupakan salah satu ragam bahasa Melayu (Kridalaksana 1991). Bahasa Indonesia yang
dipakai saat ini didasarkan pada bahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau sekarang)
yang telah menjadi lingua franca sejak abad ke-19.
Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa persatuan
tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yudiris bahasa Indonesia di akui setelah
kemerdekaan Indonesia yaitu tanggal 18 Agustus 1945. Bahasa Indonesia adalah bahasa
resmi Negara Republik Indonesia (UUD 1945 pasal 36) dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia (Butir ketiga Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari
sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.

Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa Indonesia karena bahasa Melayu telah
digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara dan bahasa Melayu
sangat sederhana dan mudah di pelajari serta tidak memiliki tingkatan bahasa. Begitu
banyak hal yang berkaitan dengan bahasa Indonesia yang menjadi dinamika perjalanan
bahasa Indonesia sampai saat ini.

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara,


bermula dari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, dan dimungkinkan oleh kenyataan
bahwa bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang telah dipakai
sebagai di seluruh kepulauan Indonesia. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara dimiliki sejak tahun 1945, sesuai dengan ketentuan dalam UUD 1945, bab XV,
pasal 36, “ Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”.

Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional (1) Lambang kebanggaan nasional
(2) Lambang identitas nasional (3) Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang
berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya (4) Alat perhubungan antar
daerah dan antar budaya. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara (1) Bahasa
resmi kenegaraan (2) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan (3) Bahasa resmi untuk

19
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan
pemerintahan (4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.2 Saran
Sebagai Mahasiswa yang berkarakter dan berakhlak mulia, mahasiswa harus
memperhatikan eksistensi kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.Tentunya juga untuk
meningkatkan keberadaan berbahasa Indonesia antar sesama dan antara negara. Berkat
adanya bahasa Nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa
sehingga kesalahan pemahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya
dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan.

Menjunjung bahasa persatuan merupakan suatu kewajiban bagi warga negara


Indonesia kita sebagai warga negara jangan sampai melupakan jati dirikita sebagai bangsa
Indonesia karena melupakan bahasa nasional kita. Perlahan-lahan kita mulai
membiasakan diri kita sendiri untuk memulai mempelajari kaidah Bahasa Indonesia yang
baik dan benar jangan karena perkembangan zaman Bahasa Indonesia tergerus oleh
bahasa yang datang dariluar.
Kita harus memahami sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia. Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia yang secara istilah baru lahir memiliki peran yang
sangat strategis dalam upaya mencapai kemerdekaan. Bahasa Indonesialah yang digunakan
sebagai pembangkit semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme bersama. Bahasa
Indonesia pula yang menjadi sarana pencerdasan bangsa melalui lembaga-lembaga
pendidikan yang berkembang di tanah air. Bahasa Indonesialah yang akhirnya menjadi
sarana perjuangan merebut kemerdekaan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, N. (2015). Penanaman Nilai-nilai Karakter Dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 190-191.
Manurung, E., Rizkiyah, M., & Lubis, F. (2021). Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia
di Kalangan Generasi Muda Pada Masa Pandemi Covid-19 dan Era Globalisasi.
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,, 55-68.
Nasution, A. S., Wani, A. S., & Syahputra, E. (2022). Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia. Jurnal Multidisiplin Dehasen, 197-201.
Repelita, T. (2018). Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Jurnal Artefak, 45-48.

21

Anda mungkin juga menyukai