Anda di halaman 1dari 4

Aturan Baru Natura Pajak : Fasilitas Kantor yang Kena Pajak

PMK Nomor 66 Tahun 2023

A. Batasan Nilai Tertentu Natura Tidak Kena Pajak

Melalui aturan baru pajak natura dalam PMK Nomor 66 Tahun 2023 yang berlaku mulai 1 Juli 2023, jenis
dan batasan nilai tertentu dari natura atau kenikmatan yang dikecualikan dari objek PPh di antaranya:

1. Makanan/minuman yang disediakan untuk seluruh karyawan di tempat kerja tanpa batasan nilai,
sedangkan kupon makan bagi karyawan dinas luar (termasuk dalam bentuk reimbursement biaya
makan/minum) maksimal Rp2 juta per bulan atau senilai yang disediakan di tempat kerja (mana yang lebih
tinggi).

2. Natura atau kenikmatan terkait standar keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja meliputi pakaian
seragam, antar jemput karyawan, peralatan keselamatan kerja, obat-obatan/vaksin dalam penanganan
pandemi tanpa batasan nilai.

3. Sarana, prasarana, dan fasilitas bagi pegawai beserta keluarga yang bekerja di daerah tertentu termasuk
daerah terpencil meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas perumahan, pelayanan kesehatan, pendidikan,
pengangkutan dan olahraga tanpa batasan nilai.

4. Bingkisan hari raya keagamaan meliputi Hari Raya Idulfitri, Natal, Nyepi, Waisak, dan Tahun Baru Imlek
tanpa batasan nilai, sedangkan bingkisan selain hari raya keagamaan tersebut maksimal Rp3 juta per
tahun.

5. Peralatan dan fasilitas kerja seperti laptop, komputer, ponsel, pulsa, dan internet tanpa batasan nilai.

6. Fasilitas pelayanan kesehatan dan pengobatan dalam penanganan kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja, kedaruratan, dan pengobatan lanjutannya tanpa batasan nilai.

7. Fasilitas olah raga selain golf, pacuan kuda, power boating, terbang layang, dan otomotif maksimal
Rp1,5 juta per tahun.

8. Fasilitas tempat tinggal komunal (asrama dan sebagainya) tanpa batasan nilai, sedangkan nonkomunal
(sewa apartemen/rumah) maksimal Rp2 juta per bulan.

9. Fasilitas kendaraan bukan objek pajak jika pegawai/penerima bukan pemegang saham dan penghasilan
bruto dari pemberi kerja tidak lebih dari Rp100 juta per bulan.

10. Fasilitas iuran kepada dana pensiun yang ditanggung pemberi kerja bagi pegawai.

11. Fasilitas peribadatan antara lain berbentuk musala, masjid, kapel, atau pura yang diperuntukkan
semata-mata untuk kegiatan peribadatan.

Dengan demikian, apabila nilai natura tersebut melebihi batas atau terdapat selisih dari nilai yang
ditetapkan tidak menjadi objek pajak, makan selisih tersebut akan dikenai pajak.
B. Ketentuan Pengenaan Pajak Natura

Merujuk Pasal 73 PP 55/2022, ketentuan perlakuan perpajakan atas penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan ini berlaku:

Bagi pemberi kerja atau pemberi penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
yang menyelenggarakan pembukuan tahun buku 2022 dimulai sebelum 1 Januari 2022, mulai berlaku
pada tangga; 1 Januari 2022.

Bagi pemberi kerja atau pemberi penggantian imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang
menyelenggarakan pembukuan tahun buku 2022 dimulai tanggal 1 Januari 2022 atau setelahnya, mulai
berlaku pada saat tahun buku 2022 dimaksud dimulai.

Kemudian pada PMK 66/2023, pemberlakuan ketentuan natura dalam pajak ini sebagai berikut:

Natura dan/atau kenikmatan diberikan selama tahun 2022 dikecualikan dari objek PPh.

Pemotongan PPh oleh pemberi dilakukan untuk pemberian natura dan/atau kenikmatan mulai 1 Juli 2023.

Natura dan/atau kenikmatan yang diterima selama 1 Januari 2023 sampai dengan 30 Juni 2023 yang
belum dipotong PPh, wajib dihitung dan dibayarkan PPh terutangnya serta dilaporkan dalam SPT PPh oleh
penerima.

Aturan Baru Natura Pajak : Fasilitas Kantor yang Kena PajakIlustrasi natura pajak atau kenikmatan yang
jadi objek PPh

Perhitungan Natura Pajak

Sebagaimana perhitungan PPh Pasal 21 pada umumnya, perhitungan natura pajak penghasilan pribadi
adalah dimasukkan dalam penghasilan bruto pegawai/karyawan.

Berikutnya, penghasilan bruto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Maka hasilnya merupakan
Penghasilan Kena Pajak.

Penghasilan Kena Pajak ini akan dikalikan dengan tarif pajak progresif PPh Pasal 17 yang sudah dinaikkan
tarif maupun penghasilan yang dikenakan pajak dalam regulasi pajak terbaru tentang PPh pribadi dalam
UU HPP.

Dalam UU HPP ini, jumlah penghasilan kena pajak yang dikalikan dengan tarif progresif terkecil yakni 5%
adalah sebesar Rp60.000.000 setahun.

Batasan penghasilan yang dikenakan PPh 21 dalam UU HPP ini naik Rp10.000.000 dari sebelumnya sebesar
Rp50.000.000.

Akan tetapi, nilai fasilitas yang dimasukkan dalam komponen penghasilan bruto pegawai/karyawan ini
tidak serta merta senilai barang yang diterima.
Namun harus dihitung terlebih dahulu berapa besar biaya penyusutan untuk natura dalam bentuk barang.

Jenis dan batasan nilai tertentu dari natura ini yang akan masuk dalam penghasilan bruto atau penghasilan
sebelum dikenakan PPh diatur dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Untuk menghitung pemotongan pajak natura setidaknya harus sesuai dengan prinsip dasar
pemajakannya.

Prinsip dasar pemajakan bagi pemberi kerja atau pemberi penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan ini adalah:

Jika suatu penghasilan dapat dikenakan PPh bagi pihak yang menerima, maka atas pengeluaran
penghasilan tersebut dapat dibebankan sebagai biaya oleh pihak yang mengeluarkan (taxable-
deductible); atau

Jika suatu penghasilan tidak dapat dikenai PPh bagi pihak yang menerima, maka atas pengeluaran
penghasilan tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya oleh pihak yang mengeluarkan (nontaxable-
nondeductible).

Berikut contohnya dalam PP 55/2022:

Pemberi kerja atau pemberi natura dan/atau kenikmatan yang menyelenggarakan pembukuan dengan
tahun buku 2022 dimulai sebelum tanggal 1 Januari 2022, misal periode pembukuannya dimulai pada
tanggal 1 Oktober 2021 dan berakhir pada tanggal 30 September 2022, maka berlaku ketentuan sebagai
berikut:

Periode pemberian natura dan/atau kenikmatan Ketentuan bagi pemberi Ketentuan bagi
penerima

Sebelum tanggal 1 Januari 2022 Tidak dapat dibebankan Bukan objek PPh

Mulai tanggal 1 Januari 2022 Dapat dibebankan Objek PPh

Contoh Perhitungan

PT AAA memberikan makanan dan minuman kepada seluruh karyawannya di kantor dengan nilai sebesar
Rp1.500.000 per karyawan per bulan.

Kemudian karyawan pada divisi pemasaran diberikan nilai kupon sebesar Rp3.000.000 per karyawan per
bulan karena karyawan divisi ini memiliki waktu kerja lebih banyak di luar kantor.

Berapa nilai tertentu dari natura berupa nilai kupon makan dan minum itu yang dikenakan pajak?
Jawabannya:

Batas natura tidak kena pajak sesuai PMK 66/2023 sebesar Rp2.000.000 per bulan

Nilai kupon karyawan divisi pemasaran di PT AAA sebesar Rp3.000.000 per bulan

Maka, ada selisih antara batasan nilai tertentu dan nilai kupon makanan-minuman yang sebenarnya,
dengan perhitungan berikut:

= (Nilai kupon yang diberikan) – (Batas nilai tertentu tidak kena pajak)

= Rp3.000.000 – Rp2.000.000

= Rp1.000.000

Dengan demikian, nilai kupon untuk natura yang dikenai pajak sebesar Rp1.000.000.

Dari perhitungan di atas, komponen pajak natura akan masuk dalam sistem payroll karyawan saat ini.

Pemotongan Pajak oleh Perusahaan

Karena pemberian fasilitas dari perusahaan yang diterima pegawai/karyawan merupakan bagian dari PPh
Pasal 21, maka pemotong natura pajak adalah perusahaan atau pemberi kerja.

Perusahaan akan memasukkan komponen fasilitas ini dalam perhitungan PPh 21 pegawai/karyawan atau
orang pribadi sebagai pemilik perusahaan yang mendapatkan fasilitas dari perusahaan miliknya.

Perusahaan pemotong pajak natura dalam PPh 21 akan menyetorkan ke kas negara.

Begitu juga dengan pihak atau pegawai/karyawan yang menerima fasilitas/kenikmatan ini juga wajib
melaporkan atas pemotongan pajak natura dalam pelaporan SPT Tahunan.

Anda mungkin juga menyukai