Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kloning merupakan salah satu bioteknologi mutakhir yang sangat bermanfaat untuk
memultiplikasi genotip hewan yang memiliki keunggulan tertentu dan preservasi hewan yang
hampir punah. Walaupun keberhasilan produksi hewan kloning lewat transfer inti sel somatik
telah dicapai pada berbagai spesies, seperti domba, sapi, mencit, kambing babi, kucing, dan
kelinci, efisiensinya sampai sekarang masih sangat rendah yakni kurang dari 1 persen, dengan
sekitar 10 persen yang lahir hidup (Han et al., 2003 dalam Hine, T. M, 2004). Transfer inti
melibatkan suatu seri prosedur yang kompleks termasuk kultur sel donor, maturasi oosit in
vitro, enukleasi, injeksi sel atau inti, fusi, aktivasi, kultur in vitro reconstructed embryo, dan
transfer embrio. Jika salah satu dari tahap-tahap ini kurang optimal, produksi embrio atau
hewan kloning dapat terpengaruh.

Sejarah tentang hewan kloning telah muncul sejak awal tahun 1900, tetapi contoh
hewan kloning baru dapat dihasilkan lewat penelitian Wilmut et al. (1997), dan untuk
pertama kali membuktikan bahwa kloning dapat dilakukan pada hewan mamalia dewasa.
Hewan kloning tersebut dihasilkan dari inti sel epitel ambing domba dewasa yang dikultur
dalam suatu medium, kemudian ditransfer ke dalam ovum domba yang kromosomnya telah
dikeluarkan, yang pada akhirnya menghasilkan anak domba kloning yang diberi nama Dolly
(Hine, T. M, 2004).

Kloning domba pertama sebenarnya telah dilaporkan 26 tahun yang lalu oleh
Willadson (1986) yang menggunakan blastomer-blastomer embrio sebagai donor inti. Dan
hal inilah yang menjadi precursor bagi kegiatan-kegiatan transplantasi inti hewan-hewan
domestik termasuk domba Dolly. Produksi domba identik oleh Willadson (1986)
mencetuskan berbagai perbaikan dalam tehnik-tehnik kloning pada berbagai spesies hewan.
Hewan-hewan kloning yang dihasilkan dari transplantasi inti sel somatik telah dilaporkan
pada mencit, sapi, kambing, domba, dan babi (Hine, T. M, 2004). Penelitian-penelitian yang
melibatkan spesies-spesies lain terus dilakukan, dan dari informasi yang dihimpun
menunjukkan bahwa berbagai spesies hewan dapat dikloning lewat transplantasi inti.

Walaupun hewan kloning yang dihasilkan lewat transplantasi inti sangat tidak efisien,
akan tetapi fakta bahwa perkembangan kloning akan besar sekali dampaknya terhadap
kehidupan manusia menyebabkan percobaan-percobaan terkait kloning masih dilakukan.
Terlepas dari pro dan kontra terhadap proses kloning, pada dasarnya kloning tetap memiliki
beberapa manfaat yang dapat diperoleh manusia misalnya dalam melestarikan
keanekaragaman hayati yang terancam punah. Untuk itu, perkembangan pengetahuan tentang
kloning seperti proses klonin, tehnik kloning, serta manfaat kloning harus dipahami secara
benar.

B. Rumusan Masalah
Dari latarbelakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah definisi kloning?
2. Bagaimana tehnik-tehnik kloning yang pernah dilakukan?
3. Bagaimanakah manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan
kloning?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut.
1. Menjelaskan definisi kloning
2. Menjelaskan bagaimana tehnik-tehnik kloning yang pernah dilakukan
3. Menjelaskan manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan kloning

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah bagi penulis dan pembaca
dapat memperoleh pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan kloning, bagaimana
tehnik-tehnik kloning yang pernah dilakukan, manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh
dari penerapan kloning.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kajian
pustaka, yaitu penulis mengumpulkan berbagai sumber atau referensi yang relevan dengan
materi yang disajikan dan kemudian dilakukan pengkajian terhadap materi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kloning

Kloning berasal dari kata "Klon" dalam bahasa Yunani yang berarti ranting yang
dapat mereplikasi sendiri dan akhirnya tumbuh menjadi pohon. Kloning terjadi secara alami
dalam banyak jenis tanaman yaitu dengan cara vegetatif.kloning adalah cara bereproduksi
secara aseksual atau untuk membuat salinan atau satu set salinan organisme mengikuti fusi
atau memasukan inti diploid kedalam oosit (Seidel ,GE Jr., 2000 dalam Tong, W F., 2002).

Americaan Medical Association mendefinisikan kloning sebagai produksi dari


organisme identik secara genetik melalui sel somatik transfer nuklir, walaupun definisi yang
lebih luas sering digunakan untuk memasukkan produksi jaringan dan organ dari kultur sel
atau jaringan menggunakan sel (Tong, W F., 2002).

Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan populasi serupa genetik individu
identik yang terjadi di alam saat organisme seperti bakteri, serangga atau tanaman
bereproduksi secara aseksual . Secara definisi, klon adalah sekelompok organisme hewan
maupun tumbuhan melalui proses reproduksi aseksual yang berasal dari satu induk yang
sama. Setiap anggota klon tersebut memiliki jumlah dan susunan gen yang sama sehingga
kemungkinan besar fenotifnya juga sama (Rusda, M, 2003).

Kloning pada tanaman dalam arti melalui kultur sel mula-mula dilakukan pada
tanaman wortel. Dalam hal ini sel akar wortel dikultur, dan tiap selnya dapat tumbuh menjadi
tanaman lengkap. Teknik ini digunakan untuk membuat klon tanaman dalam perkebunan.
Dari sebuah sel yang mempunyai sifat unggul, kemudian dipacu untuk membelah dalam
kultur, sampai ribuan atau bahkan sampai jutaan sel. Tiap sel mempunyai susunan gen yang
sama, sehingga tiap sel merupakan klon dari tanaman tersebut.

Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada hewan amfibi (kodok), dengan
mengadakan transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi atau dihilangkan
inti selnya. Sebagai donor, digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium
perkembangan. Ternyata donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel epitel usus
kecebong pun masih dapat membentuk embrio normal.
B. Tehnik-Tehnik Kloning

Pada tahun 1928, Hans Spemann, melakukan eksperimen dengan embrio salamander
dengan melakukan percobaan dengan tehnik transfer inti sel embrio salamander ke sel tanpa
inti atau tanpa nukleus. Transfer nukleus pada dasarnya membutuhkan dua sel, yaitu suatu sel
donor dan sel oosit atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau
nukleusnya. Proses pembuangan nukleus tadi dinamakan proses enukleasi. Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan informasi genetisnya. Ke dalam telur yang telah dienukleasi tadi
kemudian dimasukkan nukleus (donor) dari sel somatik. Penelitian membuktikan bahwa sel
telur akan berfungsi terbaik bila berada dalam kondisi anfertilisasi, sebab hal ini akan
mempermudah penerimaan nukleus donor seperti dirinya sendiri. Di dalam telur, inti sel
donor tadi akan bertindak sebagai inti sel zigot dan membelah serta berkembang menjadi
blastosit. Blastosit selanjutnya ditransfer ke dalam uterus induk pengganti (surrogate mother).
Jika seluruh proses tadi berjalan baik, suatu replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi
sebenarnya setelah terbentuk blastosit in vitro, proses selanjutnya sama dengan proses bayi
tabung yang tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli obstetri ginekologi.

Ada beberapa tehnik kloning yang dikenal, antara lain tehnik Roslin dan Tehnik
Honolulu. Adapun penjelasan mengenai tehnik-tehnik kloning tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Tehnik Roslin

Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning. Dengan
kegiatan kloning yang dilakukan pada kambing tidak hanya membangkitkan antusias
terhadap kloning, melainkan kegiatan kloning tersebut membuktikan bahwa kloning binatang
dewasa dapat disempurnakan. Sebelumnya, tidak diketahui bahwa suatu nukleus dewasa
ternyata mampu memproduksi suatu hewan yang lengkap atau komplit.

Ian Wilmut dan Keith Cambell memperkenalkan tentang suatu metode yang mampu
melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel, yakni sel donor dan sel telur. Tanpa
singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada pada suatu keadaan yang optimum untuk
dapat diterima oleh embrio. Bagaimanapun juga sel donor harus diupayakan untuk dapat
masuk ke Gap Zero, atau stadium sel G0, atau stadium sel dorman (Rusda, M., 2003).
Tahapan yang dilakukan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell adalah sebagai berikut
(Rusda, M., 2003). Pertama, suatu sel (yang dijadikan sebagai sel donor) diseleksi dari sel
kelenjar mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset) untuk menyediakan informasi
genetis bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti membiarkan sel membelah dan membentuk
jaringan in vitro atau diluar tubuh hewan. Hal ini akan menghasilkan duplikat yang banyak
dari suatu inti yang sama..

Kedua, Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran,
yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel. Hal ini
menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan memasuki stadium G0 atau
stadium dorman. Kemudian sel telur dari domba betina Blackface dienokulasi dan diletakkan
disebelah sel donor.. Domba blackface adalah domba betina yang mukanya tertutupi bulu
hitam atau sering disebut juga Scottish Blackface.

Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik digunakan
untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu embrio
mulai diaktifkan. Tehnik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti aktivasi yang dilakukan oleh
sperma, karena hanya beberapa sel yang mampu bertahan cukup lama untuk menghasilkan
suatu embrio setelah diaktifkan oleh kejutan listrik (Rusda, M., 2003).

Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam hari,
diinkubasi di dalam oviduk domba. Apabila ternyata sel yang diletakkan di dalam oviduk
lebih awal, di dalam pertumbuhannya akan lebih mampu bertahan dibandingkan dengan
embrio yang diinkubasi di dalam laboratorium. Pada tahap terakhir, embrio tersebut akan
ditempatkan ke dalam uterus betina penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut
selanjutnya akan mengandung hasil kloning tadi hingga hewan hasil kloning siap untuk
dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan atau kesalaha selama dalam uterus domba, maka
suatu duplikat yang persis sama dari donor akan lahir.

Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama dengan
domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada efek yang merugikan, seperti
resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan
bertahap DNA. Percobaan kloning domba Dolly, yang merupakan mamalia pertama yang
dikloning dari DNA sel dewasa, telah dibunuh dengan suntikan mematikan pada tanggal 14
Februari 2003. Sebelum kematiannya, Dolly menderita kanker paru-paru dan arthritis
melumpuhkan, padahal sebagian besar domba Finn Dorset hidup sampai 11 sampai 12 tahun.
Setelah diperiksa, kambing Dolly tampaknya menunjukkan bahwa, selain kanker dan
arthritis, ia tampaknya cukup normal (Tong, W F., 2002).

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai proses kloning dengan tehnik Roslin yang
dilakukan pada domba, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

2. Tehnik Honolulu

Pada Juli 1998, sebuah tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan bahwa
mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik identik. Tehnik ini
diakreditasi atas nama Teruhiko Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi dari Universitas Hawai.
Yanagimachi menciptakan tiga generasi berturut-turut. Sebelum keberhasilan ini,
diperkirakan bahwa tahap awal di mana embrio genom hewan mengambil lebih (dua-sel
pada tikus) menyulitkan nukleus pemrograman ulang terjadi. Tikus adalah salah satu yang
untuk melakukan kegiatan mengkloning tidak seperti domba. Pada tikus, sel telur melai
melakukan mitosis segera setelah proses pembuahan terjadi, sehingga menyebabkan peneliti
hanya memiliki sedikit waktu untuk memprogram ulang inti baru.

Domba digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan beberapa jam
sebelum membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur untuk memprogram ulang
nukleus barunya. Meskipun tidak mendapatkan keuntungan tersebut ternyata Wakayama dan
Yanagimachi mampu melakukan kloning dengan angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi
yaitu menghasilkan 3 kloning dari sekitar seratus proses kloning yang yang dilakukan,
sedangkan dibandingkan percobaan yang dilakukan oleh Ian Wilmut hanya menghasilkan
satu klon dari 277 proses kloning yang di lakukan. Apabila kita persentasikan, maka
prosentase keberhasilan tehnik Honolulu lebih besar dengan angka persentase 3%, sedangkan
tingkat keberhasilan dengan tehnik Roslin yang dilakukan oleh Ian Wilmut hanya sebesar
0,361%.

Wakayama dan Yanagimachi melakukan pendekatan terhadap masalah sinkronisasi


siklus sel yang berbeda dibandingkan Ian Wilmut. Ian Wilmut menggunakan sel dari kelenjar
mammae yang harus dipaksa untuk memasuki ke stadia G0, sedangkan Wakayama dan
Yanagimachi awalnya menggunakan beberapa tipe sel yakni, sel otak dan sel kumulus. Sel
otak berada dalam stadia G0 secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada stadia
G0 ataupun G1.

Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai penerima atau resipien dari inti
donor. Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke dalamnya.
Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap ekstrak sel dari tikus
tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk mengkloning Dolly, percobaan
Wakayama tanpa melalui proses in vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan
justru pada sel-sel tersebut. Setelah satu jam sel-sel telah menerima nukleus-nukleus yang
baru. Setelah penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudian ditempatkan pada suatu
kultur kimia untuk memberi kesempatan sel-sel tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya
fertilisasi secara alamiah.

Pada suatu kultur dengan suatu substansi yang mampu menghentikan pembentukan
suatu polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk sebelum fertilisasi. Polar body akan
menjadikan jumlah dari gen dalam sel menjadi setengah dari jumlah gen sel normal.

Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-embrio. Embrio-embrio ini


kemudian ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate mother) dan akan tetap
berada di sana sampai siap untuk di lahirkan. Sel yang paling berhasil dari proses ini adalah
sel kumulus, maka penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe sel kumulus.

Setelah terbukti bahwa tehniknya dapat menghasilkan kloning yang hidup, Wakayama
juga membuat kloning dari kloning, dan membiarkan mahluk klon yang asli untuk
melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan
reproduksi secara sempurna. Pada saat dia mengumumkan keberhasilannya, Wakayama telah
menciptakan lima puluh kloning.

Tehnik baru ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang
bagaimana tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus bereproduksi
dalam kurun bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan domba. Hal ini menguntungkan
dalam hasil penelitian jangka panjang. Kloning juga sedang diterapkan pada spesies lain.
Sebagai contoh, pada awal tahun 2000, Akira Onishi dan koleganya di Jepang, mencoba
untuk mengkloning babi dengan menggunakan tehnik Honolulu (Buchana, F., 2000).
Para pendukung teknologi kloning berpendapat bahwa teknologi kloning dan
penelitian akan meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan kehidupan dengan menjawab
permasalahn-permasalahn biologi secara kritis, dan memajukan dunia peternakan, genetika
dan ilmu medis. Alasan utama di balik kegunaan kloning adalah bahwa dengan
menghasilkan salinan genetik yang hampir identik dari suatu organisme, hasil yang diperoleh
lebih cepat dan lebih dapat diprediksi dibandingkan dengan teknik reproduksi sebelumnya
seperti inseminasi buatan, yang membutuhkan biaya yang mahal (Tong, W F., 2002).

C. Manfaat Kloning

Secara garis besar kloning memiliki beberapa manfaat diantaranya:

1. Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan ilmu biologi, khususnya
reproduksi-embriologi dan diferensiasi.
2. Untuk Mengembangkan dan Memperbanyak Bibit Unggul
Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa
tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba, kambing
dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit unggul, maka
anggota klonnya pun akan mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat unggul tersebut
dapat lebih meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan tehnik transgenik. Dalam hal ini
ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya
akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.
Contoh lainnya yaitu untuk menghasilkan susu yang mengandung nutrisi ekstra atau
lebih banyak daging yang memiliki rasa dan kualitas lebih baik. Hal ini juga
memungkinkan genetik konservasi bibit lokal dengan kemampuan adaptasi terhadap
penyakit regional atau iklim setempat. Wells et al (1998) (dalam Tong, W F., 2002),
melaporkan dua anak sapi yang lahir dari kloning, disesuaikan dengan kondisi sub-
Antartika.
3. Untuk Tujuan Diagnostik dan Terapi
Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika
thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak.
Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan terlebih dahulu dibuat
klon pada tingkat blastomer. Jika ternyata salah satu klon blastomer tersebut
mengandung kelainan gen yang menjurus ke thalasemia mayor, maka dianjurkan untuk
melakukan terapi gen pada blastomer yang lain, sebelum dikembangkan menjadi
blastosit.
Penelitian Kloning dapat berkontribusi untuk pengobatan penyakit dengan
memungkinkan para ilmuwan untuk memprogram ulang sel. Melalui penelitian ini,
misalnya, sel-sel kulit bisa memprogram ke dalam sel-sel memproduksi insulin di
pankreas. Sel-sel kulit yang kemudian akan dimasukkan ke dalam pankreas pasien
diabetes, yang memungkinkan mereka untuk memproduksi insulin. Penyakit Parkinson
adalah penyakit degeneratif yang mempengaruhi neuron. Karena neuron tidak regenerasi,
kloning penelitian dapat memungkinkan pemrograman ulang sel ke neuron untuk
mengganti yang rusak oleh Parkinson.
4. Menolong atau Menyembuhkan Pasangan Infertil untuk Mempunyai Keturunan
Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara medis
infertilitas dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara psikologis ia
merupakan kondisis yang menghancurkan, atau membuat frustasi. Salah satu bantuan
ialah menggunakan tehnik fertilisasi in vitro. (in vitro fertilization = IVF). Namun IVF
tidak dapat menolong semua pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang tidak
dapat memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat menghasilkan sperma,
IVF tidak akan membantu.
Dalam hubungan ini, maka tehnik kloning merupakan hal yang revolusioner sebagai
pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma atau telur.
Mereka hanya memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun diambil, sudah
memungkinkan mereka punya turunan yang mengandung gen dari suami atau istrinya.
5. Dari Segi Ekonomi
Negara-negara yang gagal untuk penelitian kloning manusia akan menderita kerugian
secara ekonomi. Revolusi industri dan revolusi Internet memperkaya Amerika Serikat.
Bioteknologi akan memimpin revolusi ekonomi berikutnya. Negara-negara yang
melompat pertama akan menuai hasilnya. Mereka yang gagal untuk memulai penelitian
segera akan jatuh di belakang.

Menurut Simon, Smith (1998), setidaknya beberapa manfaat kloning bagi manusia
adalah untuk mengatasi masalah infertilitas, untuk operasi plastik dan rekonstruksi wajah,
mengatasi masalah implan payudaya (tidak menggunakan silikon), mencegah penyakit akibat
cacat genetik, mengatasi berbagai penyakit seperti down syndrome, gagal hati, gagal ginjal,
leukimia, dan kanker.

Menurut Tong, W F., (2002), saat ini ada tiga kelompok yang mengklaim dan
mengumumkan niat untuk mengkloning manusia, terlepas dari ketidaksetujuan pemerintah
atau masyarakat. Meskipun pada kenyataannya majalah bisnis Forbes memperkirakan biaya
dari upaya rahasia untuk mengkloning manusia dapat biaya sekitar US $ 1,7 juta.

Dr. Richard Seed, spesialis infertilitas manusia yang belajar di Amerika Serikat,
mengumumkan niatnya untuk mengkloning manusia pada 5 Desember 1997.

Cloneaid, sebuah perusahaan yang disponsori oleh Raelian gerakan kepercayaan,


yang percaya bahwa kehidupan di bumi diciptakan oleh alien, telah setuju untuk mencoba
untuk mengkloning anak yang telah mati. percobaan ini akan terus dilanjutkan, meskipun US
Food and Drug Administration meminta untuk menghentikannya, karena cloneaid bukan
untuk mengkloning manusia.

Pada konferensi di Roma pada 9 Mar 2001, Kloning Internasional mengumumkan


konsorsium bahwa mereka sepenuhnya siap untuk melakukan terapi kloning manusia untuk
pasangan subur. Konsorsium berbasis di salah satu negara Mediterania dan dipimpin oleh
tiga spesialis: Dr. Severino Antironi, Dr. Avi Ben Abraham dan Dr. Panayiotis Zavos. Lebih
dari 700 pasangan secara sukarela untuk berpartisipasi dalam proyek dan Dr. Zavos yang
menyatakan bahwa dengan kloning akan sangat mengurangi jumlah abnormal kelahiran.
Ada dugaan bahwa pekerjaan akan dilakukan di negara Mediterania yaitu di Libya.
Konsorsium tidak menawarkan untuk mengkloning orang yang sudah mati seperti anak-anak
atau orang terkenal seperti yang dilakukan klonaid.

Rusda, M., 2003, menyatakan bahwa hingga waktu ini sikap para ilmuwan, organisasi
profesi dokter dan masyarakat umumnya adalah bahwa pengklonan individu yaitu
pengklonan untuk tujuan reproduksi (reproductive cloning) dengan menghasilkan manusia
duplikat, kembaran identik, yang berasal dari sel induk dengan cara implantasi inti sel tidak
dibenarkan, tetapi untuk tujuan terapi (therapeutic cloning) dianggap etis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan makalah di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain:

Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan populasi serupa genetik individu
identik yang terjadi di alam saat organisme seperti bakteri, serangga atau tanaman
bereproduksi secara aseksual . Secara definisi, klon adalah sekelompok organisme hewan
maupun tumbuhan melalui proses reproduksi aseksual yang berasal dari satu induk yang
sama.

Ada beberapa tehnik kloning yang dikenal, antara lain tehnik Roslin dan Tehnik
Honolulu.

Manfaat kloning bagi manusia antara lain; untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul, untuk tujuan diagnostik dan terapi,
dan menolong atau menyembuhkan pasangan infertil untuk mempunyai keturunan

B. Saran

Hendaknya ilmu kloning bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, terlepas dari
pro dan kontra terhadap kloning. Akan tetapi pengawasan terhadap kegiatan kloning juga
perlu awasi oleh pihak yang berwenang dalam hal ini oleh pemerintah yakni dengan
membuat peraturan yang jelas mengenai teknologi kloning, sehingga tidak terjadi penyalah
gunaan teknologi oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai