Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI


SPANYOL/CORDOBA/EROPA
Dosen Pengampu : Didin Hidayat, S.Sy.,M.H.

Kelompok 8
 Dian Nurdiansyah
 Kayla Nurul Azkiyya

Program Studi Hukum Keluarga Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhary Cianjur


2023
Kata Pengantar

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat berdasarkan tugas kelompok mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, yang
berisi tentang Perkembangan Peradaban Islam di Spanyol/Cordoba/Eropa.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Cianjur, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar...............................................................................................i
Daftar isi.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3. Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
2.1.............................................................................................................
Bagaimana asal-usul masuknya Islam di Andalusia...........................3
2.2............................................................................................................. Berapa
periode kekuasaan Islam di Andalusia................................................5
2.3.............................................................................................................
Bagaimana perkembangan peradaban Islam di Andalusia.................9
2.4............................................................................................................. Apa
faktor-faktor penyebab keruntuhan kekuasaan Islam di
Andalusia............................................................................................10
BAB III PENUTUP......................................................................................13
3.1.............................................................................................................
Kesimpulan ........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dari banyaknya buku sejarah yang kita baca dan informasi-informasi yang telah kita
dapatkan, para ahli sejarah telah mencatat banyak hal tentang perkembangan peradaban Islam
khususnya pertengahan abad ke-8 M hingga permulaan abad ke-13 M. Sejarah peradaban
islam telah dicatat dalam sejarah , bahwa pada masa tersebut islam pernah mengalami masa
kejayaan. Kejayaan Islam ini diperlihatkan dengan berbagai kemajuan-kemajuan dalam
banyak bidang seperti bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, teknologi dan masih
banyak yang lainnya. Kemajuan-kemajuan itu terjadi baik dari Daulah Islam di Timur
(Daulah Abbasiyah) yang berpusat di Baghdad maupun Daulah Islam di Barat (Daulah
Umayyah) yang berpusat di Cordoba.
Di masa khalifah Bani Umayyah yang berumur kurang lebih 90 tahun telah mencapai
keberhasilan ekspansi ke berbagai daerah, baik di Timur maupun di Barat dengan wilayah
kekuasaan Islam yang benar-benar sangat luas. Pada zaman khalifah al-Walid Ibn al-Malik,
salah satu khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, umat Islam menaklukan
semenanjung Iberia. Semenanjung Iberia adalah nama tua untuk wilayah Spanyol dan
Portugal. Sejak awal abad 5 Masehi (tahun 406 M), wilayah tersebut dikuasai oleh bangsa
Vandals, maka dinamakan Vandulusia. Namun, sejak tahun 711 M, semenanjung Iberia dan
wilayah selatan Prancis jatuh ke dalam kekuasaan Islam, diperintah oleh pembesar-pembesar
Arab dan Barbar. Sejak itulah, wilayah ini dikenal dengan Andalusia.
Spanyol merupakan tempat paling utama dan jembatan emas bagi Eropa dalam
menyerap peradaban Islam dan hasil-hasil kebudayaan Islam, baik dalam bentuk hubungan
politik, social, perekonomian, maupun peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa
menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh peninggalan
negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran sains. Kemajuan Eropa yang
terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan
Islam yang berkembang di periode klasik.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis akan membahas
1. Bagaimana asal-usul masuknya Islam di Andalusia?

1
2

2. Berapa periode kekuasaan Islam di Andalusia


3. Bagaimana perkembangan peradaban Islam di Andalusia
4. Apa faktor-faktor penyebab keruntuhan kekuasaan Islam di Andalusia

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
1. Mengetahui asal-usul masuknya Islam di Andalusia
2. Mengetahui periode kekuasaan Islam di Andalusia
3. Mengetahui perkembangan peradaban Islam di Andalusia
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab keruntuhan kekuasaan Islam di And
BAB II
PEMBAHASAN

1.4. Asal-usul Perkembangan Islam di Andalusia (Spanyol)

1
Islam masuk Spanyol pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (705-715),
salah seorang khalifah Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus. Islam masuk ke
Spanyol lewat Afrika Utara, saat itu telah menjadi salah satu propinsi Daulah Umayyah.
Islam masuk Spanyol dalam dua gelombang; pertama, pada masa Khalifah Al-
Walid ibn Abdul Malik (710-712). Kedua, pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz
(717). Pada gelombang pertama ada tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan lebih
berjasa memimpin pasukan Islam dalam proses penaklukan Spanyol. Mereka adalah,
pertama, Tharif bin Malik, sebagai pasukan perintis dan penyelidik. Dia berangkat diutus
Musa bin Nusair pada tahun 710 M., dengan jumlah pasukan sebanyak 500 orang.
Mereka berhasil menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa. Di
antara pasukan Tharif adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang
disediakan oleh Julian. Dalam penyerangan pertama itu, Tharif bin Malik tidak mendapat
perlawanan yang berarti malahan mereka menang dan membawa pulang harta rampasan
yang lumayan banyak ke Afrika Utara.
Kedua, Thariq bin Ziyad, sebagai pasukan penakluk, mereka berangkat pada
tahun 711M, juga diutus Musa bin Nusair dengan jumlah pasukan sebanyak 7000 orang.
Sebagian besar pasukannya adalah suku Barbar yang didukung Musa bin Nusair dan
sebagian lainnya lagi adalah orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan
mereka menyeberangi selat dibawah pimpinan Thariq dan pasukannya mendarat dan
menyiapkan pasukannya untuk melakukan penyerangan disebut dengan nama Gibraltar
(Jabal Thariq).
Mendengar kedatangan Thariq, raja Roderik mempersiapkan pasukan Ghathia
sebanyak, ada yang mengatakan 70.000 orang ada pula yang mengatakan 100.000 orang
yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang yang selama ini di tindas oleh Raja
Roderik, suatu jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan pasukan Thariq. Maka musa
mengirim pasukan tambahan sebanyak 5000 orang atas permintaan Thariq. Sehingga
jumlah pasukan Thariq seleruhnya hanya 12.000 orang. Sebelum memulai pertempuran,

1
Syamruddin Nasution,Sejarah Peradaban Islam,Pekanbaru,Yayasan Pusaka Riau 2013,hal 140

3
4

Thariq berdiri dihadapan para sahabatnya dan berpidato, mendorong mereka agar
berjihad di jalan Allah. Isi berpidatonya, antara lain:
“Wahai manusia! Hendak kemana kalian melarikan diri? Laut kini berada di
belakang kalian, dan musuh pun berada di depan kalian! Ketahuilah! Sesungguhnya
kalian di pulau ini lebih terhina dari anak-anak yatim di dalam tempat yang paling
rendah. Sungguh musuh kalian telah menyongsong dengan pasukan tentara, dengan
senjata, dan dengan kekuatan yang melimpah. Sedangkan kalian tidak mempunyai
kekuatan kecuali kalian dapat merebut apa yang dimiliki musuh’.
“Jika hari-hari berkepanjangan sementara kalian dalam keadaan terdesak dan
sesuatu apapun tidak berhasil diraih, niscaya kehebatan kalian pasti lenyap, dan hati
2
mereka yang ciut karena berhadapan dengan kalian akan berubah menjadi berani
menghadapi kalian. Sungguh aku tidak memperingatkan kalian dengan suatu peringatan,
sedangkan aku berlepas diri daripadanya. Aku membawa kalian dengan diriku sebagai
pelaku pertama...” Ketahuilah! Al-Walid bin Abdul Malik, Amir al-Mukminin, telah
memilih kalian sebagai para pahlawan yang gagah dan berani. Dia menyukai kalian agar
para penguasa pulau ini menjadi mertua atau menantu kalian. Begitu juga agar beroleh
pahala dari Allah atas jasa kalian dalam upaya meninggikan kalimat dan menyebarkan
agama-Nya di pulau ini”.
Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Wadi Bakkah, raja Roderiq dapat
diserang dan dipukul dengan pedang Thariq dan mati terbunuh dan pasukannya terus
menaklukkan kota-kota penting lainnya, seperti Cordoba, Granada, dan Toledo (ibu kota
kerajaan Ghathia saat itu).
Tetapi ada dikatakan bahwa Roderick tidak sampai mati melainkan hanya luka
saja lalu melemparkan diri ke Lembah Lakkah sehingga tenggelam, jasadnya terbawa
hanyut oleh air sungai sampai ke Samudera Atlantik. Sampai hari ini akhir kehidupan
Raderick masih tetap menjadi teka-teki yang tidak dapat terjawab.
Kemenangan yang dicapai Thariq dan pasukannya dalam penyerangan pertama
ini membuka jalan bagi penaklukan lebih luas lagi bagi Thariq. Selain itu, Musa bin
Nusair merasa ingin turut serta membantu pasukan Thariq.
Ketiga, Musa bin Nusair, dia berangkat dengan pasukan besar menyeberangi selat
pada tahun 712 M, dan satu persatu kota yang dilaluinya dapat ditaklukkannya, seperti
Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida. Dia dan pasukannya bergabung dengan pasukan

2
Syamruddin Nasution,Sejarah Peradaban Islam,Pekanbaru,Yayasan Pusaka Riau 2013,hal 140
5

Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di


Spanyol sampai Naverre.
Pada saat mereka hendak melanjutkan pertempuran sampai ke pegunungan
Pyrenia di utara dan selatan Perancis, datang panggilan dari Khalifah al-Walid bin Abdil
Malik untuk menghadap Khalifah di Damaskus dan melaporkan hasil penaklukkan
mereka. Andai kata panggilan ini tidak datang diperkirakan mereka akan dapat
menaklukkan seluruh Spanyol sampai dengan Perancis, Italia, bahkan seluruh Eropa
barat, mengingat mudahnya menaklukkan Spanyol karena saat itu kondisi sosial politik
serta ekonomi yang rapuh turut menguntungkan pasukan Islam.
Gelombang kedua, penaklukan Spanyol di masa pemerintahan Khalifah Umar bin
Abdul Aziz (717 M) sasarannya untuk menguasai pegunungan Pyrenia dan Perancis
selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada al-Samah, tetapi usahnya gagal dan dia
terbunuh pada tahun 720 M. Selanjutnya, masih dalam masa Daulah Umayyah, pimpinan
pasukan diserahkan kepada Abdul Rahman bin Abdullah, tetapi penyerangannya ke
Perancis tidak berhasil dan dia dengan tentaranya mundur kembali ke Spanyol.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyerangan pasukan Islam ke Spanyol
hanya berhasil pada penyerangan gelombang pertama, sedangkan pada gelombang kedua
gagal karena kondisi sosial politik seta ekonomi yang sudah berubah walaupun hanya
dalam rentang waktu yang sangat singkat selama lima tahun (712 hingga 717 M).
Sesuatu yang sangat disayangkan banyak orang.

1.5. Periode-Periode Kekuasaan di Andalusia

3
Periode Pertama (711-755 M). Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali
yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini
stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna. gangguan-gangguan masih
terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa
perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan.
Perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang
berpusat di Kairawan. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi

3
At-thariq,Jurnal Studi Islam dan Budaya,Cilacap,Sufyan Tsauri 2022,hal 61.
6

perang saudara. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol
dalam jangka waktu yang amat singkat. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd al-
Rahman Al- Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
Periode Kedua (755-912 M), Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang
bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam,
yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil
(yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al- Dakhil, Hisyam I.
Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman, Munzir ibn
Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik di
bidang politik maupun bidang peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid
Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu
dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan
Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga
mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al- Ausath.

Pada pertengahan abad ke sembilan stabilitas negara terganggu dengan munculnya


gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom). Gangguan politik yang paling
serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada
tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu
sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat
Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih
sering terjadi (Badri Yatim, 1993: 95). Namun ada yang berpendapat pada periode ini dibagi
menjadi dua yaitu masa Amiran dan masa ke Khalifahan (Musyrifah Sunanto, 2003: 1).
4
Periode Ketiga (912-1013 M) berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al- Rahman
III yang bergelar "An-Nasir" sampai munculnya "raja-raja kelompok" yang dikenal dengan
sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar
Khalifah, penggunaan khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada
Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia
dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa
4
At-thariq,Jurnal Studi Islam dan Budaya,Cilacap,Sufyan Tsauri 2022,hal 61
7

suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat
ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan
Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abd al-
Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M). Pada
periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi
kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas
Cordova. Akhirnya pada tahun 1013 M. Dewan Menteri yang memerintah Cordova
menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali
negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.

Periode Keempat (1013-1086 M), Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh
negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif yang
berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar
diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa
pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan
kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang
Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik
tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke
istana lain

Periode Kelima (1086-1248 M). ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam
beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti
Murabithan (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun
pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika
Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di
Marakesy.

Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118
M. Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumazi. Dinasti ini datang ke
Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun'im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh
kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhhidun
menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara
8

tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh
tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam (Badri Yatim,
1993: 98).

Periode Keenam (1248-1492 M), Pada peride ini yaitu antara tahun (1232-1492 M)
ketika umat Islam Andalus bertahan diwilayah Granada dibawah kuasa dinasti bani Amar
pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar Al-Nasr, oleh karena itu
kerajaan itu disebut juga Nasriyyah (Musyrifah Sunanto, 2003: 122). Periode ini, Islam hanya
berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Peradaban
kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir.

Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad
merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai
penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya. Dalam
pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu
Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya.
Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik
tahta. Tentu saja. Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu tidak cukup puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat
Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen
tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand
dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam
di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk
Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi
umat Islam didaerah ini.

1.6. Bagaimana Perkembangan Peradaban Islam di Andalusia


9

1. Filsafat5

Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam
bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu
pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani
Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M). Atas inisiatif al-Hakam
(961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar,
sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi
Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh
para pemimpin Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan
filosof-filosof besar pada masa sesudahnya. Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi
munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam,
yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri
khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian
dalam menggeluti masalahmasalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga
ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.

2. Sains

IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga


berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi.
Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-
Naqqash terkenal

dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah
ahli dalam bidang

obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua
orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah
Islam bagian Barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228
M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari
Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M)
5
Siti Zubaidah,Sejarah Peradaban Islam,Medan,Perdana Publishing 2016,h.120
10

menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat
sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke
Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
3. Fiqih
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki, dan yang
memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn
Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir
Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
4. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan
jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai
penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun
wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

5. Bahasa dan Sastra


Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol.
Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol
menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa
Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih,
Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn
Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra
bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-
Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi
yang lain.
1.7. Apa faktor-faktor p6enyebab keruntuhan kekuasaan Islam di Andalusia
Kemunduran Islam di Spanyol dengan munculnya muluk al-Thawaif (Negara-
negara kecil) di daerah-daerah propinsi, yang terbebas dari pemerintahan pusat. Hajib al-
Mansur digantikan oleh anaknya, Abdul Malik. Dia mengikuti langkah-langkah ayahnya
dalam
pengelolaan Negara. Dalam masa pemerintahannya, Spanyol Muslim tetap
merupakan negeri yang makmur. Suku-suku Kristen yang mencoba melakukan
peemberontakan berhasil ditumpasnya dan terus memerintah dengan tangan besi. Dia
masih dapat mempertahankan keunggulan perintahan ayahnya, tetapi sayangnya, dia
hanya memerintah selama 6 tahun, karena diracun orang dan meninggal dunia pada
tahun
1008. Malapetaka kehancuran Daulah Umayyah di Spanyol mulai melanda istana ketika
terjadi kemelut perebutan kekuasaan sepeninggal Abdul Malik yang digantikan oleh
saudaranya Abdurrahman, karena dia tidak memiliki kemampuan seperti ayah atau
saudaranya, ditambah lagi dengan kebejatan moralnya yang menyolok, sehingga dia
6
Syamruddin Nasution,Sejarah Peradaban Islam,Pekanbaru-Riau,Yayasan Pusaka Riau 2013,h.170
11

tidak disukai rakyat, maka orang-orang Cordova memaksanya turun dan digantikan oleh
Muhammad bin Abdul Jabbar bin Abdurrahman III. dari keluarga daulah Umayyah.
Tetapi mereka tidak dapat memperbaiki keadaan. Akhirnya, pada tahun 1013 M. Dewan
Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol
telah terpecah dalam banyak Negara-negara kecil yang berpusat di kota-kota propinsi
terbebas dari pemerintahan pusat.216 Dalam tempo 22 tahun terjadi 14 kali pergantian
khalifah, umumnya melalui kudeta. Di atas kehancuran daulah Umayyah Spanyol
memasuki babak baru yang dikenal dengan periode Muluk al-Thawaif. 217 Setelah
jatuhnya keluarga al-Mansur, keluarga daulah Umiyah di Spanyol menjadi boneka-
boneka orang-orang Berber. Mereka mengangkat Abdurahman V, cucu Abdurrahman III
untuk menduduki tahta kekhalifahan, tetapi dia dibunuh oleh pengawal kerajaan.
Khalifah daulah Umayyah terakhir di Spanyol adalah Hisyam III, tetapi dia digulingkan
oleh orang-orang Berber pada tahun 1031 M. bersamaan dengan berakhirnya kekuasaan
daulah Umayyah di Spanyol. Pada rentang waktu antara tahun 1035-1492 M. terdapat
dua kekuatan kerajaan Islam di Spanyol, yaitu kekuasaan daulah Murabithun (1086-1143
M.) dan daulah Muwahhidun (1146-1235 M.), tetapi dua kerajaan Islam itu tidak dapat
menyatukan kekuatan Islam Spanyol bahkan pada tahun 1143 M. kekuasaan daulah
Murabithun berakhir di Spanyol dan digantikan daulah Muwahhidun. Akan tetapi pada
tahun 1212 M. tentara Kristen dapat mengalahkan dinasti Muwahhidun menyebabkan
mereka memilih meninggalkan Spanyol kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M.
Sepeninggal daulah Muwahhidun, keadaan Islam Spanyol semakin runyam, karena
berada di bawah penguasa- penguasa kecil. Dalam kondisi seperti itu, umat Islam tidak
dapat bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M.
Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Berarti
seluruh Spanyol, kecuali Granada telah lepas dari kekuasaan Islam.218 Kekuasaan Islam
hanya tinggal di daerah Granada di bawah daulah Bani Ahmar (1232-1492 M.) Pada
masa ini peradaban Islam kembali mengalami kemajuan, seperti pada masa kejayaan
Abdurrahman III, akan tetapi karena berada di daerah yang kecil secara politik tidak
memberi pengaruh yang berarti.Abu Abdullah, penguasa terakhir daulah Bani Ahmar
tidak mampu menahan serangan-serangan orang Kristen dan pada akhirnya menyerah
mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaannya kepada Ferdenand dan Isabella untuk
kemudian dia hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian,berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol pada tahun 1492 M. Nasib umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua
pilihan: masuk agama Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol.219 9.1. Faktor-Faktor
Kemunduran Pemerintahan Adapun yang menjadi faktor kemunduran Islam di Spanyol,
terdapat beberapa penyebab bagi terjadinya kemunduran dan kehancuran Islam di
Spanyol, di antaranya: 218 Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikhh al-Islami wa al-
Hadharah al-Islamiyah Konflik Sesama Perpecahan politik pada masa Muluk alThawa’if
menjadi penyebab mundurnya pemerintahan
Islam Spanyol, walaupun tidak menjadi penyebab mundurnya peradaban Islam Spanyol.
Masa itu, setiap daulah (raja) di beberapa daerah seperti di Malaga Toledo, Seville,
Granada, dan lain-lannya berusaha menyaingi Cordova (ibu kota Negara Islam). Padahal
sebelumnya, Cordova adalah satu-satunya pusat pemerintahan dan pusat ilmu
pengetahuan danperadaban Islam di Spanyol.Hal tersebut memberikan dampak terhadap
keberadaan Islam di Spanyol, baik yang positif (baik) maupun yang negatif (buruk).
Dampak positifnya adalah memberi peluang terbukannya pusat-pusat peradaban baru, di
12

antaranya, justru ada yang lebih maju dari peradaban Islam Cordova.220 Tetapi dampak
negatifnya, karena konflik antara sesama pemerintahan Islam mengakibatkan
kemunduran pemerintahanIslam di Spanyol.

1. Konflik dengan Kristen.


Sangat disayangkan para penguasa dan penakluk muslim ke Spanyol dahulu,
tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Penguasa Islam Spanyol membiarkan
Kristen taklukannya mempertahankan hukum dan adat istiadat mereka, asalkan tidak ada
perlawanan bersenjata. Padahal kehadiran Islam di Spanyol memperkuat rasa
kebangsaan orang-orang Kristen Spanyol. Akibatnya, kehidupan Negara Islam di
Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan dan perlawanan antara Islam dengan
Kristen. Pada saat umat Islam kuat dan memperoleh kemajuan, umat Kristen diam dan
ikut menikmati hasilnya, tetapi pada saat umat Kristen memperoleh kemajuan pesat sejak
abad ke-11 M, sementar umat Islam mengalami kemunduran, umat Islam diperangi,
dihancurkan dan diusir secara kejam dari Spanyol.

2. Kesulitan ekonomi
Dimana-mana Negara, termasuk NegaraSpanyol, apabila mengalami kesulitan
ekonomi dapat mengakibatkan suatu kehancuran. Itulah yang dialami pemerintahan
Islam di Spanyol, pada masa kemundurannya, disebabkan sibuk dengan konflik
berkepanjangan antara sesama umat Islam dan antara umat Islam dengan umat Kristen,
mengakibatkan mereka lalai membina perekonomian, akhirnya timbul kesulitan ekonomi
yang sangat memberatkan, hal itu turut mempengaruhi kondisi politik dan militer.
Kekacauan politik itu dimanfaatkan orang Kristen untuk memerangi umat Islam dan
dengan mudah dapat mereka kalahkan

3. Letak geografis yang terpencil


Letak geografis Spanyol bagi dunia Islam lainnya terpencil, karena dia berada di
belahan Eropa,sementara Islam lainnya ada di belahan Asia danAfrika. Sehingga dia
hanya berjuang sendirian, ketika mendapat serangan musuh dari utara Spanyol,kalaupun
ada bantuan hanya dapat dari Afrika Utara.Maka di saat umat Islam Spanyol diganggu
atau
diperangi oleh umat Kristen, maka negara Islam lainnya tidak dapat memberikan
bantuan mereka.
BAB 111
PENUTUP
3.1.........................................................................................................................
Kesimpulan

Andalusia, sebuah negeri yang meninggalkan jejak begitu besar di sepanjang


sejarah umat Islam pada awal perkembangan Islam di dunia Eropa. Tentu hal ini
menyita banyak perhatian besar dari berbagai khalayak umat Islam. Dikatakan
demikian, karena penguasaan Islam terhadap semenanjung Iberia lebih khusus
Andalusia, telah menunjukkan bahwa Islam telah tersebar ke negara Eropa.
Mulai dari tahapan awal proses masuknya Islam, dimana wilayah Spanyol
diduduki oleh khalifah-khalifah dalam setiap dinasti-dinasti yang didirikan dalam
setiap periodenya. Tentu, hal ini banyak memiliki peranan yang sangat penting dan
besar dalam perkembangan umat Islam. Dimana pada akhirnya Islam pernah berjaya
di Spanyol dan berkuasa selama tujuh setengah abad. Suatu masa kekuasaan dalam
waktu yang sangat lama untuk mengembangkan Islam.
Namun, di balik usaha keras umat Islam mempertahankan kejayaan pada masa
sekian abad itu, umat Islam menghadapi kesulitan yang amat berat. Dimana pada
suatu ketika, umat Islam diterpa serangan-serangan penguasa Kristen yang sampai-
sampai umat Islam tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen yang
semakin kuat itu. Sehingga pada akhirnya Islam menyerahkan kekuasaannya dan
semenjak itu berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nasutin, Syamruddin, Sejarah Kebudayaan Islam, Pekanbaru, Yayasan Pusaka Riau 2013.
Zubaidah, Siti, Sejarah Kebudayaan Islam, Medan, Perdana Publishing 2016
Thariq, At, Jurnal Studi Islam dan Budaya, Cilacap, Sufyan Tsauri 2022

14

Anda mungkin juga menyukai