Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES ABDI NUSANTARA
=====================================================

NAMA : Herdinu Rahman Ningrum


NIM : 230119084
MATA AJAR : Proses Keperawatan & Berfikir Kritis
DOSEN : Ns. Elfira Sri Futriani, SPd.S.Kep.M.Kes
Petunjuk : Jawaban di kumpulkan pada hari sabtu, 27 Januari 2024
Upload di e-leraning masing-masing
(Jawaban sama tidak di nilai)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PERTANYAAN :
1. Jelaskan defenisi Berfikir Kritis menurut saudara dan berikan contoh real sesuai
tempat kerja masing-masing.
2. Jelaskan tahap-tahap dalam pengambilan Keputusan dalam berfikir kritis
3. Buatlah Aplikasi penerapan Interprofesional Collaborative ( IPC) di tempat kerja
masing-masing, apa factor pendukung , factor penghambat dan solusinya.

JAWABAN:
1. Definisi berpikir kritis adalah kemampuan berpikir secara rasional, runut atau
sistematis sehingga mampu memahami kebenaran informasi yang diterima,
menganalisis permasalahan secara objektif dan menyelesaikan permasalahan secara
tepat. Contoh berpikir kritis ditempat kerja adalah dalam memberikan asuhan
keperawatan seorang perawat professional dituntut mampu berpikir kritis dalam
melakukan tugasnya dimana seorang perawat harus mampu berpikir kritis dalam
menganalisis data data pasien, mampu menegakan diagnosis sesuai dengan yang
pasien butuhkan. Proses menganalisis data-data pasien adalah proses berpikir kritis
seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Proses analasis data pasien
adalah proses penting yang akan menentukan ketepatan penegakan diagnosis,
menentukan perencanaan untuk kemudian diimplementasikan.

2. - Merumuskan/mendefinisikan masalah. Tahap ini merupakan usaha untuk mencari


permasalahan yang sebenarnya.
- Pengumpulan Informasi yang Relevan. Tahap ini merupakan pencarian faktor-
faktor yang mungkin terjadi sehingga dapat diketahui penyebab timbulnya
masalah.
- Mencari Alternatif Tindakan. Tahap ini merupakan pencarian kemungkinan yang
dapat ditempuh berdasarkan data dan permasalahan yang ada.
- Analisis Alternatif. Tahap ini merupakan analisis terhadap setiap alternatif
menurut kriteria tertentu yang sifatnya kualitatif atau kuantitatif..
- Memilih Alternatif Terbaik. Tahap ini merupakan pemilihan alternatif terbaik yang
dilakukan atas kriteria dan skala prioritas tertentu.
- Melaksanakan Keputusan dan Evaluasi Hasil. Tahap ini merupakan tahap
pelaksanaan dan pengambilan tindakan. Umumnya tindakan ini dituangkan ke
dalam rencana tindakan. Evaluasi hasil memberikan masukan/umpan balik yang
bergunan untuk memperbaiki suatu keputusan atau mengubah tujuan semula
karena telah terjadi perubahan-perubahan.(Istanto,2012)

3. Interprofesional collaboration yang selanjutnya disingkat IPC didefinisikan sebagai


suatu keadaan dimana tenaga kesehatan yang berasal dari berbagai latar belakang
profesi bekerja sama dengan pasien, keluarga, dan komunitas dalam upaya
memberikan layanan kesehatan yang terbaik (Vega and Bernard, 2017). Dengan IPC
maka terwujud Collaborative Practice yang efektif yang pada gilirannya akan
mengoptimalkan kualitas layanan kesehatan, memperkuat sistem kesehatan dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik dalam perawatan akut dan primer, peningkatan
Tingkat kepuasan pada pasien, penerimaan perawatan yang lebih baik dan peningkatan
derajat kesehatan yang dilakukan oleh tim kolaboratif (Mahendradhata et al., 2017;
Miller et al., 2019). Di rumah sakit penerapan IPC dapat dilihat dari keterlibatan
beberapa profesi dalam memberikan pelayanan kepada pasien secara menyeluruh bio-
psikososial dan kultural, saling bekerjasama dengan pasien, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Petugas
kesehatan yang bermitra dalam satu tim kolaborasi dapat meningkatkan pandangan
pasien terhadap pelayanan yang diberikan dari komunikasi yang efektif.
IPC dapat terlaksana dengan baik dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Faktor pendukung:
Keterampilan berkolaborasi.
Kebiasaan diri setiap profesi dalam berkolaborasi dikantor antar sesama anggota
dalam profesi, dilingkungan tempat tinggal atau bahkan dikomunitas masing-masing
individu menciptakan keterampilan yang baik dalam berkomunikasi dan kolaborasi
antar profesi di rumah sakit.
Faktor penghambat:
Hambatan dalam pelaksanaan IPC terjadi pada ketiga fondasi tersebut. Hambatan
organisasi berupa kurangnya penghargaan tentang peran professional kesehatan
lainnya, kendala keuangan dan peraturan, masalah hukum dari ruang lingkup praktik
dan tanggung jawab, struktur penggantian untuk berbagai profesi, termasuk layanan
mana yang menerima penggantian; dan struktur administrasi yang menghambat
kolaborasi antarprofesional (Darlington, Feeney and Rixon, 2004; Callaly and
Fletcher, 2005; Rosen and Callaly, 2005; Darlington and Feeney, 2008).
Contoh aplikasi di rumah sakit:
Sebagai contoh Tn. N dengan diagnose medis CVD Non Hemoragic DM type 2 dan
Cardiomegali. Diberikan pelayanan dengan melibatkan perawat, dokter spesialis saraf,
dokter penyakit dalam, dokter spesialis jantung, ahli gizi, dan fisioterafis.
Faktor pendukung:
Komunikasi yang baik,dan koordinasi yang tepata ntar profesi sangat diperlukan
dalam pemberian pelayanan agar terwujud asuhan yang berkualitas dan kepuasan
pasien dan keluarga terhadap layanan yang diberikan.
Faktor penghambat:
Kurangnya komunikasi dan koordinasi antar perawat, dokter saraf, dokter IPD, dokter
jantung, ahli gizi dan fisioterapis dapat menyebabkan kesalahan dalam pemberian
asuhan pada Tn. N, baik itu terkait instruksi yang diberikan maupun Tindakan asuhan
yang harus diberikan
Solusi :
1. Dibutuhkan regulasi yang tepat dalam mengatur kolaborasi antar profesi dalam
pemberian asuhan pada Tn. N, seperti diperlukan nya standar operasional prosedur
(SOP) dalam melakukan kolaborasi antar profesi
2. Setiap profesi harus diberikan pengetahuan mengenai IPC agar setiap profesi
mengetahui fungsi , peran, tanggung jawab dan tujuan dari pelayanan yang
diberikan. Sehinggan semua Anggota tim dapat bekerja sama untuk mencapai
tujuan tersebut
3. Ada pertemuan rutin untuk meninjau efektivitas tim kolaborasi (perawat, dokter,
ahli gizi, fisioterapis) dan mendiskusikan bagaimana meningkatkan Kerjasama tim
dalam pemberian asuhan kepada pasien dan keluarga di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai