Anda di halaman 1dari 3

1.

Penilaian Kinerja
Penilaian Kinerja merupakan suatu proses penilaian dan pelaksanaan tugas
seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu organisasi sesuai
dengan instrumen yang ditetapkan (Permenpan RB No. 17 Tahun 2017).
Prestasi Kerja Pegawai (Permenkes RI Nomor 1 Tahun 2019) adalah hasil
pelaksanaan tugas yang dicapai dari tindakan dan kegiatan setiap pegawai dalam
melaksanakan tugas pekerjaan dengan menggunakan dan memanfaatkan sumber daya
organisasi. Sedangkan Penilaian Kinerja Perawat adalah sebuah proses dimana
pencapaian kinerja individu atau kelompok diukur dan dievaluasi serta dibandingkan
dengan standar yang telah ditentukan (Ellis & Hartley, 2012).
Manfaat dari penilaian kerja (Nursalam (2008) yaitu: Meningkatkan prestasi kerja
staf secara individu atau kelompok, Peningkatan yang terjadi akan mempengaruhi atau
mendorong sumber daya manusia secara keseluruhannya, Merangsang minat dalam
pengembangan pribadi, Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program
pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna, Menyediakan alat dan sarana
untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan gajinya atau sistem imbalan
yang baik, Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan
perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur
komunikasi dan dialog.
Model penilaian kinerja (Mangkunegara, (2009) yaitu: Penilaian sendiri, Penilaian
atasan, Penilaian mitra, Penilaian bawahan.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar
praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan standarnya (1) Pengkajian; (2) Diagnosa keperawatan; (3)
Perencanaan; (4) Implementasi; (5) Evaluasi.
Kelebihan: Target yang dicapai jelas, dapat mengelola operasional organisasi secara
efektif dan efisien melalui motivasi karyawan secara maksimal, membantu pengambilan
keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer dan
pemberhentian.
Kelemahan: Penilaian bersifat subjektif, jika hasil penilaian dibawah target/standar
maka bisa diancam pemberhentian sesuai Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011
dan PP No. 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai.

2. Langkah Pengendalian:
1). Langkah Pertama: Mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan LOS. Fokus utama yang perlu dievaluasi akibat lamanya perawatan di
ruangan rawat inap adalah diabetes melitus, komplikasi medis dan jenis stroke.
Faktor-faktor tersebut perlu diantisipasi dengan menggunakan metode Case
Manajement System artinya proses kolaborasi dalam hal asesmen, perencanaan,
fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi, dan advokasi pilihan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan yang komprehensif dari pasien dan keluarga melalui
komunikasi, dan tersedianya sumber daya yang memadai untuk mencapai hasil yang
efektif.
2). Langkah Kedua: Case Management System, meliputi edukasi, koordinasi asuhan,
pemenuhan kebutuhan pasien, manajemen transisi, dan manajemen utilisasi.
Alur case mangement system: Skrining: modifikasi subproses menjadi Skrining
Aktivasi, Aktivasi Case Manager, dan Skrining Verifikasi. Skrining Aktivasi dilakukan
oleh dokter/ perawat jaga sesuai kriteria kasus yang perlu case management yaitu
kasus risiko tinggi, high cost, multi-diagnosis/ multi-dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP), risiko length of stay panjang, faktor psikososial, faktor ekonomi,
atau faktor lain yang berisiko menjadi masalah dalam pelayanan. Apabila ditemukan
minimal 1 kriteria maka perawat/dokter akan melakukan Aktivasi Case Manager.
Case manager merespon aktivasi tersebut dengan melakukan Skrining Verifikasi
kriteria kasus kemudian mengidentifikasi kebutuhan pasien tersebut. Asesmen:
yang dilakukan oleh case manager secara langsung atau melalui koordinasi tim
pemberi asuhan sehingga didapatkan hasil asesmen yang lebih komprehensif
meliputi aspek klinis dan non klinis yang dirumuskan sebagai asesmen kebutuhan
pasien. Planning: Hasil asesmen pasien dirumuskan sebagai rencana tindak lanjut
perawatan (care plan) yang mencakup aspek klinis maupun administratif. Case
manager memfasilitasi kolaborasi tim klinis maupun administratif dalam penyusunan
care plan tersebut. Implementasi: proses untuk memenuhi rencana asuhan yang
telah disusun oleh tim. Case Manager melakukan monitoring implementasi care plan
dari masing-masing profesi yang merawat pasien. Bukti kegiatan didokumentasikan
dalam bentuk asesmen ulang dan perencanaan ulang dalam konteks evaluasi pasien
secara periodik sesuai kebutuhan selama pasien dirawat. Follow up post
discharge: Pasien diidentifikasi kebutuhan pemulangannya untuk disiapkan
kebutuhan tersebut sedini mungkin, dilakukan edukasi, untuk memastikan pasien
tetap terpenuhi kebutuhannya setelah pulang dari rumah sakit. Dalam 2x24 jam
pasca pemulangan, case manager akan melakukan tindak lanjut dengan metode
telepon atau kunjungan rumah. Case manager harus mendokumentasikan setiap
kegiatan sesuai alur dalam sistem informasi elektronik untuk memberikan deskripsi
bukti kegiatan pada setiap alur proses mulai dari skrining hingga follow up post
discharge.

Daftar Pustaka
Alfajri, N. Zain, et all (2018). Fidelity Case Management System Pada Pasien Stroke
Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada. Diakses pada tanggal 19
November 2019 Pukul 11.30 WIB
Alhasanah, H. Nuril. (2016). Gambaran Kinerja Perawat Berdasarkan Beban Kerja Di
Instalasi Rawan Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan Tahun 2016. Diakses pada tanggal 19 November 2019 Pukul 17.17 WIB
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit
Penyelenggara Pelayanan Publik.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Di Lingkungan Kementerian Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai