Anda di halaman 1dari 1

SALAH NAIK ANGKOT

Perpulangan santri bulanan telah tiba, pagi yang cerah aku sudah siap dengan segala sesuatu yang akan
kubawa selama 2 hari 1 malam, "Allahuakbar" suara takbir membahana di lapangan bulu tangkis,
puluhan atau bahkan ratusan santri berpencar, meninggalkan area lapangan bulu tangkis, tempat kita
melaksanakan apel perpulangan, beberapa santri bercerita menyusun rencana jalan-jalan, dan beberapa
lagi berlari untuk mengambil hp masing masing,

Aku tiba di asrama menghela nafas, hari ini aku akan naik angkot untuk pulang, ini menyenangkan, akan
tetapi aku belum pernah naik angkot sendiri sebelumnya,

di mulai, saat aku merebahkan punggung di sandaran aku teringat sesuatu, membuka hp dan menekan
layar, tak lama kemudian terdengar suara dari seberang sana, aku hanya menelefon temanku
menyuruhnya menjaga adik kelas yang sedang mengerjakan hukuman dariku, setelah beberapa kata lagi
aku menutup telefon lalu kembali menatap ke jalanan yang mulai sibuk,

Akhirnya aku sampai di terminal, segera aku menemukan angkot yang sedang berteriak melambai lambai
mencari penumpang, aku segera menyebut tempat tujuanku, (untuk transit), lalu dia menyuruhku naik,
aku mengambil posisi paling belakang, tepat di sebelah seorang bapak bapak berpenampilan seperti kuli
bangunan, menggandeng tas kecilnya, angkotpun berjalan dengan normal, hingga tiba di tempat
tujuanku, aku turun dan menyerahkan selembar uang hijau, sebenarnya aku bisa saja tiba di tempat
tujuan langsung tanpa perlu transit, tapi aku terlanjur bilang ke tempat ini, dengan segera aku memesan
bentor (sebenarnya di tawarkan), aku langsung duduk di depan setelah menyebut nama tempat
tujuanku, teman teman si tukang bentor yang aku naiki ini, bercanda, mereka bilang si opa ini
(pengemudi bentor yang aku naiki) kakeknya Valentino Rossi, aku terkekeh, begitu mesin bentor
dinyalakan, mereka bilang "ei mesin helikopter ini" kemudian bentor ini pun meninggalkan mereka yang
sedang tertawa di belakang.

Sepanjang jalan aku bercerita dengan kakak, lewat hp tentunya, hingga tiba di tempat tujuan, aku
bergegas turun membayar tarif bentor lalu berpamitan kepada om bentor tua itu, aku sepertinya terlihat
mencolok dengan tas sedang berwarna cokelat yang ku tenteng, di depan warung aku melihat agi, aku
ingin menyapanya tapi urung, karena entahlah sedang malas saja, hari ini pengalaman baru bagiku,
walau hanya duduk saja tapi ini terasa melelahkan, mungkin karena aku begadang semalaman, beberapa
saat kemudian papa datang menjemputku dengan mobil dan kami menujui rumah panggung kami yang
asri, tidak jauh dari tempat ini.

Anda mungkin juga menyukai