Anda di halaman 1dari 4

ESSAY

NATIONAL TEAM ISMKI


2024/2025

Picture
4x6

Name Muhammad Alif Zahran


University University of Lampung
Position Vice National Coordinator LD for
Kepemimpinan seringkali dikaitkan dengan manajemen,
Padahal kepemimpinan dan menajemen adalah dua hal yang
Konsep Kaderisasi yang ideal

berbeda. Kepemimpinan adalah suatu


keterampilan/kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
secara efektif. Sedangkan manajemen adalah proses
pengendalian, pengarahan, monitoring, dan kontrol
terhadap proses kepemimpinan tersebut dua hal yang
berbeda namun sangat berkaitan erat. Jika membahas
perihal konsep ideal dari kaderisasi sangat banyak sekali
teori dan jenis kepemimpinan yang mempengaruhi hal
tersebut,
1. "Great Man Theory" atau dikenal sebagai teori orang
hebat, membuat asumsi, bahwa sifat kepemimpinan dan
bakat-bakat kepemimpinan, dibawa seseorang semenjak
orang tersebut dilahirkan.

2. ”Trait Theory" atau yang sering kita sebut sebagai teori


sifat kepribadian ini meyakini bahwa orang yang dilahirkan
atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan
mereka unggul dalam peran kepemimpinan.

3. "Teori kontingensi" atau yang berasal dari kata


Contingency Theory menganggap, bahwa tidak ada cara
yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa
setiap gaya kepemimpinan harus didasarkan pada situasi
dan kondisi tertentu, atau yang kerap kita kenal dengan
situational leader.

4. "gaya dan perilaku" kebalikan dari the Great Man Theory


yang menyatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan.
Teori kepemimpinan ini fokus pada tindakan seorang
pemimpin. Bukan pada kualitas mental atau sifat atau
karakter bawaan dari orang tersebut.

5. Teori kepemimpinan "servant" atau dalam Bahasa


Indonesia disebut sebagai pelayan pertama kali
Konsep Kaderisasi yang ideal

diperkenalkan pada awal tahun 1970-an. Teori ini meyakini,


bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
bertugas untuk melayani, menjaga, dan memelihara
kesejahteraan fisik serta mental pengikut atau anggotanya.
Gaya kepemimpinan ini cenderung fokus untuk memenuhi
kebutuhan pengikut dan membantu mereka menjadi untuk
lebih mandiri dan berwawasan lebih luas.

6. "Transaksional Leader" Berasal dari kata dasar transaksi,


teori ini menggambarkan suatu gaya kepemimpinan yang
berdasar pada perjanjian atau kesepakatan yang dibuat
seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini, tentunya yang
menjadi pelaksana adalah pemimpin dan staf atau
pengikutnya Perjanjian ini dibuat dengan tujuan mendapat
pertukaran (transaksi) yang sepadan atau saling
menguntungkan antara pemimpin dengan staf.

7. "Transformasional Leader" Mengacu pada kata


transformasi, yang memiliki arti umum perubahan. Teori
kepemimpinan transformasional merupakan sebuah teori
yang mengarah pada istilah memanusiakan manusia. Teori
ini mengedepankan pendekatan personal pemimpin
terhadap staf atau bawahan, dapat juga organisasi, dalam
rangka membangun semangat, mengubah kesadaran, serta
memberi inspirasi, demi mencapai tujuan bersama tanpa
merasa ditekan maupun tertekan, bahkan mampu
memotivasi setiap anggotanya. Gaya pemimpin
transformasional selalu ingin mengelola lembaga atau
organisasi yang dipercayakan kepadanya dengan lebih
efektif dan efisien.

Berikutnya berdasarkan buku John C. Maxwell ada 5


tingkatan dari kepemimpinan, Setiap pemimpin diharapkan
untuk menciptakan perubahan positif, termasuk bagi dirinya
Konsep Kaderisasi yang ideal

sendiri, menjadikan kepemimpinan sebagai sebuah


perjalanan. Lima tingkatan kepemimpinan menggambarkan
progres kepemimpinan yang perlu dilalui.

Tingkatan pertama adalah jabatan, di mana pemimpin


memanfaatkan posisinya untuk membangun pengaruh.
Pemimpin yang hanya bergantung pada jabatannya
bukanlah pemimpin, melainkan sekadar atasan.

Tingkatan kedua adalah kerelaan, terbentuk melalui


hubungan dengan orang lain. Pemimpin di tingkat ini
bertujuan untuk memahami tim, membangun hubungan
yang kuat, dan mendapatkan kepercayaan.

Tingkatan ketiga adalah produktivitas, di mana pemimpin


efektif tidak hanya menciptakan lingkungan kerja nyaman,
tetapi juga berkontribusi secara signifikan pada organisasi,
memotivasi orang lain untuk mengikuti dengan hasil kinerja
yang positif.

Tingkatan keempat adalah pengembangan orang lain,


dicapai ketika pemimpin memberdayakan orang lain melalui
jabatan, hubungan, dan produktivitasnya, untuk menggali
potensi mereka.

Tingkatan kelima adalah puncak, di mana pemimpin


mengembangkan orang lain hingga tingkat keempat, bukan
hanya sebagai pemimpin yang efektif, tetapi juga mampu
membimbing dan mengembangkan pemimpin lainnya.

Anda mungkin juga menyukai