Anda di halaman 1dari 43

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penghasil devisa terbesar di
Indonesia. Akan tetapi hasil tersebut tidak serta merta mengangkat derajat petani
sebagai pelaku utamanya. Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang
menopang kehidupan masyarakat, karena pertanian merupakan mata pencaharian
sebagian besar penduduk Indonesia. Maka dari itu kenapa pertanian dikatakan
mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi, karena pertanian
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan industri, meningkatkan ekspor-
impor, dan memperluas kesempatan kerja serta mendorong pemerataan
kesempatan untuk berusaha (Widya,2018)
Penyuluhan pertanian merupakan kegiatan penting dan strategis yang
tidak terpisahkan dari pembangunan di sektor pertanian. Kegiatan penyuluhan
dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan
antara praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi
pertanian yang selalu berkembang (Mardikanto, 2007). Sejalan dengan ini (Jufitra
dkk, 2019) menyatakan bahwa penyuluhan pertanian yaitu proses pembelajaran
bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan Pertanian memiliki peran yang sangat strategis di dalam
mendukung dan mengawal program utama pembangunan pertanian, untuk
tercapainya empat sukses pembangunan pertanian sebagai swasembada dan
swasembada berkelanjutan, diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah dan
daya saing ekspor, dan peningkatan kesejahteraan petani (Achmad, 2014).
Sebagai penyuluh pertanian sudah seharusnya ahli atau berkompeten dalam
bidang pertanian karena disamping penyuluh sebagai fasilitator yang
membimbing petani, penyuluh juga berperan sebagai motivator dimana penyuluh
memberikan motivasi, informasi dan juga meningkatkan kesadaran petani
2

sehingga meningkatnya minat belajar petani dalam menghadapi permasalahan


dilapangan.
Petani merupakan pelaku utama dalam produksi pertanian petani juga
bagian dari masyarakat Indonesia yang perlu di tingkatkan kesejahteraannya dan
juga kecerdasannya, sangat banyak cara dan upaya dalam meningkatkan
kecerdasan petani, salah satu diantaranya yaitu dengan melaksanakan kegiatan
penyuluhan. Dengan adanya kegiatan penyuluhan dan dengan adanya penyuluh
diarapkan petani dapat mengetahui semua informasi tentang pertanian yang
sedang berkembang dan juga petani dapat menyerap dan memahaminya.
Pembangunan pertanian sendiri di tujukan kepada masyarakat atau petani
itu sendiri melalui lembaga-lembaga pembantu seperti kelompok tani (POKTAN)
dan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN). Walaupun penyuluh telah bersama
petani/kelompok tani dalam menjalankan pembangunan di sektor pertanian,
namun masih dibutuhkan adanya kebijaksanaan pemerintah yang berpihak kepada
penyuluh dan juga petani. Secara teoritis, pengembangan kelompok tani
dilaksanakan dengan menumbuhkan kesadaran petani, dimana keberadaan
kelompok tani tersebut dilakukan untuk petani.
Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh petani menjadi salah
satu faktor keberhasilan pembangunan pertanian, karena penyuluhan hadir sebagai
pemacu pembangunan pertanian. Sekarang peranan penyuluhan lebih dipandang
sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara
menambah pilihan bagi mereka, dan dengan cara menolong mereka
mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-masing pilihan
yang ada melalui pertemuan rutin tiap minggu/bulannya. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Pertanianan No. 82 Tahun 2013 Pengembangan poktan diarahkan pada;
a). Penguatan poktan menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri; b).
Peningkatan kemampuan anggota dalam pengembangan agribisnis; dan
c).Peningkatan kemampuan poktan dalam menjalankan fungsinya.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Penyuluhan Pertanian
Kabupaten Pulang Pisau. Diketahui bahwa penyuluh aktif di Kabupaten Pulang
Pisau yaitu 117 penyuluh dengan 53 penyuluh aktif, THL-TBPP (APBN) yaitu
3

14 penyuluh, THL-TBPP (APBD) yaitu 26 penyuluh dan penyuluh swadaya


berjumlah 24. Selenkapnya dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Jumlah Tenaga Penyuluh Pertanian di Kabupaten Pulang Pisau
Berdasarkan BP3K Tahun 2018
No Kec/BP3K Jumlah PNS Jumlah THL- Total
TBPP Jumlah Lainnya
Aktif Tugas APBN APBD Swadaya Swasta
Belajar
1 BP3K Bahaur 4 0 0 3 0 0 7
2 BP3K Banama 5 0 1 6 1 0 13
Tingang
3 BP3K Jabiren 4 0 1 4 5 0 14
4 BP3K Kahayan Tengah 12 0 1 1 2 0 16
5 BP3K Maliku 4 0 4 6 5 0 19
6 BP3K Sebangau Kuala 4 0 2 1 4 0 11
7 BP3K Pandih Batu 11 0 3 4 4 0 22
8 BP3K Kahayan Hilir 9 0 2 1 3 0 15
Jumlah 53 0 14 26 24 0 117
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2019
* THL-TBPP (Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian)
* APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
* APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
* BP3K (Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan)

Berdasarkan data pada Table 1, jumlah tenaga penyuluh di Kecamatan


Maliku (BP3K Maliku) sebanyak 19 tenaga penyuluh atau 16% dari total
penyuluh di Kabupaten Pulang Pisau, sedangkan BP3K dengan penyuluh yang
paling sedikit yaitu BP3K Bahaur dengan jumlah penyuluh 7 tenaga penyuluh
atau 5,9 % dari total tenaga penyuluh di Kabupaten Pulang Pisau.
Penyuluh dapat mempengaruhi sasaran melalui perannya sebagai edukator,
inovator, fasilitator, konsultasi, supervisor, pemantauan, evaluasi, maupun sebagai
penasehat petani (Mardikanto, 2009). Untuk meningkatkan efektivitas dari
kegiatan penyuluhan dan guna menumbuh dan mengembangkan peran serta petani
dalam pembangunan pertanian, maka peru dilakukan pembinaan terhadap
kelompok tani yang terbentuk sehingga nantinya akan mampu untuk tumbuh dan
berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang memadai dan selanjutnya akan
mampu menopang kesejahteraan angotanya. Pengembangan kelompok tani
4

merupakan serangkaian proses kegiatan memampukan/memberdayakan kumpulan


anggota kelompok tani untuk mempunyai tujuan bersama.
Penyuluh dituntut memiliki peran dalam pengembangan kelompok tani,
baik di tingkat kecamatan maupun tingkat kelurahan atau desa. Di tingkat
kecamatan yang bertugas sebagai operasional adalah koordinator penyuluh,
sedangkan penyuluh di tingkat kelurahan atau desa bertugas sebagai operasional
juga namun dengan kegiatan-kegiatan pendampingan dan pertemuan rutin,
penyampaian informasi dan memfasilitasi dalam menumbuh kembangkan
kemampuan manajerial, kewirausahaan kelembagaan petani, serta pelaku
agribisnis lainnya. Penyuluhan dilakukan guna memberikan masukan serta
membantu pelaku utama dalam menyelesaikan masalah yang ada di lapangan
dengan semua anggota kelompok tani dan juga untuk meningkatkan produksi
pertanian.
Desa Garantung merupakan wilayah yang masih memerlukan adanya
penyuluhan. Dimana, desa garantung memiliki lahan yang cukup luas yaitu,
1.446,75 Ha/M2 dan mendukung kelompok tani dalam meningkatkan usaha tani
dan hasil produksinya. Desa Garantung memiliki 20 kelompok tani yang dibina
oleh satu tenaga penyuluh pertanian. Persentase dari kelas kelompok tani pemula
sebesar 70% sedangkan untuk kelompok tani dengan kelas lanjut hanya 30% dari
seluruh kelompok tani di Desa Garantung. Dilihat dari kelas kelompok tani yang
ada, dapat dikatakan bahwa kelompok tani yang ada di Desa Garantung masih
belum berkembang karena perbandingan antara kelompok tani kelas lanjut dan
kelas pemula sangat jauh perbandingannya, untuk lebih detailnya dapat dilihat
pada tabel 2, dibawah ini.
5

Tabel 2. Data Penyuluh, Kelompok Tani dan Kelas Kelompok Tani di Desa
Garantung Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2018
No Penyuluh Pendamping Kelompok Tani Kelas Kelompok Jumlah Anggota
Nama/NIP Binaan Tani
BPK MASHUDI 1. Suka Tani 1 Pemula 36
(THL-TBPP) 2. Suka Tani 2 Pemula 26
3. Mekar Tani Pemula 25
4. Selaras Makmur Lanjut 30
5. Tani Barokah Lanjut 28
6. Sumber Hidup Pemula 26
7. Sumber Ekonomi Pemula 26
8. Karyo Utomo Pemula 33
9. Tani Subur Pemula 35
10. Suka Karya Pemula 49
11. Sumber Mulyo Lanjut 36
12. Sumber Rejeki Lanjut 36
13. Karya Sejati Lanjut 36
14. Karya Tani 1 Pemula 35
15. Karya Tani 2 Pemula 35
16. Petani Maju Pemula 34
17. Sri Mulyo Lanjut 33
18. Tani Jaya Pemula 36
19. Margo Tani Pemula 27
20. KWT. Miftahul Pemula 33
Huda
Jumlah 655
Sumber: Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kecamatan Maliku Tahun
2019

Menurut Peraturan Menteri Pertanian No 273 Tahun 2007 Tentang


Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani bahwa Kelompok tani dikatakan
berkembang apabila memiliki karakteristik yang berciri-ciri sebagai berikut: a.
saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota; b).
mempunyai tujuan, pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani;
c). mempunyai kesamaan dalam tradisi atau satu pemukiman, hampaan usaha,
jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi; d) ada
pembagian tugas dan tangung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan
bersama.
Peran penyuluh dalam mengembangkan kelompok tani di Desa Garantung
masih belum optimal karna terbatas pada pembinaan kelompok tani, bahwa
berdasarkan hasil observasi masih banyak kelompok tani yang belum melakukan
pertemuan kelompok serta belum menjadikan kelompok tani sebagai kelas belajar
bagi petani. Maka dari itu, memerlukan kajian peran penyuluh dalam
pengembangan kelompok tani, Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
6

penelitian dengan judul “Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan


Kelompok Tani di Desa Garantung Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang
Pisau”.
1.2. Rumusan Masalah
Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat, merupakan proses
pemandirian masyarakat. Pemandirian bukanlah menggurui, dan juga bukan
bersifat karitatif, melainkan mensyaratkan tumbuh dan berkembangnya
partisipasi atau peran serta secara aktif dari semua pihak yang akan menerima
manfaat penyuluhan, terutama masyarakat petani sendiri (Mardikanto, 2009).
Pada dasarnya penyuluh mempunyai tugas untuk menjadikan petani dapat mandiri
sehingga mampu menyelesaikan masalah dan menentukan keputusan sendiri.
Dalam pelaksanaannya tentu memakan waktu yang cukup lama, dan tentunya
memiliki hambatan-hambatan dalam pelaksanaanya. Melalui kelompok tani
penyuluh memberikan arahan dan bimbingan kepada petani melaui pertamuan
kelompok dan penyuluhan terbuka.
Progres dalam pengembangan kelompok tani yaitu penyuluh dituntut
memiliki peran bai di tingkat kecamatan maupun tingkat desa. Di tingkat
kecamatan yang bertugas operasional yaitu koordinator penyuluh pertanian,
sedangkan di tingkat desa, penyuluh pertanian juga bertugas secara operasional
dengan kegiatan-kegiatan pendampingan pertemuan rutin, penyampaian
informasi, memfasilitasi dan menumbuh kembangkan kemampuan manajerial,
kewirausahaan kelembagaan tani serta pelaku agribisnis lainnya. Tetapi pada
penelitian awal yang dilakukan peneliti dalam pengembangan kelompok tani oleh
penyuluh pertanian di BP3K Maliku yang difokuskan pada Desa Garantung tidak
selalu berjalan lancar karena masih terdapat beberapa hambatan, diantaranya
masih ada beberapa kelompok tani yang tidak rutin melakukan pertemuan atau
rapat bulanan, yang mana itu menjadi tugas penyuluh dalam memfasilitasi
pertemuan tersebut. Peran penyuluh dalam mengatasi hal tersebut belum
optimal masih terbatas pada peningkatan pembinaan, dan juga akan sangat
menyulitkan apabila dengan 20 kelompok tani yang ada di Desa Garantung hanya
dibina oleh 1 Penyuluh Pertanian.
7

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka disusun beberapa permasalahan


sebagai berikut:
1. Apa saja Program-program dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian
yang telah dijalankan dalam pengembangan kelompok tani di Desa
Garantung, Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau?
2. Bagaimana Tingkat Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan
Kelompok Tani di Desa Garantung, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang
Pisau?
3. Bagaimana Korelasi Peran Penyuluh Pertanian dengan Pengembangan
Kelompok Tani di Desa Garantung, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang
Pisau?

1.3. Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah diatas ditetapkan tujuan penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Mengetahui Program-program dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan
pertanian yang telah dijalankan dalam pengembangan kelompok tani di Desa
Garantung, Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau.
2. Menganalisis Tingkat Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan
Kelompok Tani di Desa Garantung, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang
Pisau.
3. Menganalisis Korelasi Peran Penyuluh Pertanian dengan Pengembangan
Kelompok Tani di Desa Garantung, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang
Pisau
1.4. Manfaat Penelitian
2. Bagi Peneliti, sebagai bagian dari proses yang harus ditempuh dan merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian.
3. Bagi Petani, sebagai masukan dan arahan dalam memecahkan masalah yang
terjadi di lingkup usahatani.
4. Bagi Pemerintah, Sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja dari penyuluh
sehingga penyuluh dapat menjalankan perannya dengan sebenar-benarnya.
8

5. Bagi Kalangan Akademis, sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya


yang masih terkait dengan penyuluhan pertania
9

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan Pertanian


2.1.1. Pengertian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian bahasa Belanda digunakan kata “voorlichting” yang
berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya.
Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan belanda,
walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua pihak. Indonesia
misalnya, mengikuti cara Belanda dengan menggunakan kata penyuluhan,
sedangkan Malaysia yang dipengaruhi bahasa inggris menggunakan kata
extensiaon yang arti harfiahnya adalah perkembangan. Bahasa Inggris dan Jerman
masing-masing mengistilah sebagai advisory work dan beratung yang berarti
seorang pakar dapat memberikan petunjuk kepada seseorang tetapi seseorang
tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya (Achmad, 2014).
Menurut (Kartasapoetra, 1987 dalam Erwadi, 2012) penyuluhan dalam arti
umum merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses
perubahan pada individu dan masyarakat sesuai dengan pola yang telah
direncanakan. Dengan demikian penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan
yang bersifat non-formal atau suatu sistem pendidikan di luar sistem sekolah,
dimana individu dan masyarakat ditunjukan cara-cara mencapai sesuatu dengan
tujuan dengan mengerjakannya sendiri atau juga ikut berperan.
Pengertian penyuluhan pertanian menurut UU Nomor 16 Tahun 2006
tentang SP3K (sistem penyuluhan, pertanian, perikanan dan kehutanan) pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan pada dasarnya adalah kegiatan profesional pelayanan jasa
pendidikan pembangunan. Penyuluhan menempatkan manusia sebagai subyek
pembangunan sehingga dapat mandiri dan berdaya dalam beradaptasi terhadap
perubahan lingkungannya. Penyuluhan juga merupakan suatu proses
10

pemberdayaan yang dilaksanakan secara partisipatif untuk mengembangkan


kapital manusia dan kapital sosial dalam mewujudkan kehidupan yang mandiri,
sejahtera, serta, bermanfaat (Sumardjo, 2010).
Penyuluhan bukanlah intruksi, pemaksaan atau tindakan menggurui, tetapi
merupakan proses belajar yang partisipatif untuk menemukan masalah dan
alternatif pemecahan yang terbaik, termudah dan termurah. Penyuluhan adalah
proses pemberdayaan masyarakat agar mengembangkan kapasitas individu,
kapasitas entitas (kelembagaan) dan kapasitas sistem (jejaring) dalam rangka
optimasi sumberdaya lokal (Anwas, 2011).
Penyuluhan pertanian merupakan proses perubahan sosial, ekonomi dan
politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui
proses belajar bersama yang berpartisipatif agar terjadi perubahan perilaku pada
diri semua stakeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam
proses pembangunan demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya dan
sejahtera secara berkelanjutan (Mardikanto, 2007).
Kartasapoetra (1991) menyatakan bahwa penyuluhan dalam arti umum
merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada
individu dan masyarakat agar dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat
tercapai apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya. Penyuluhan
dengan demikian merupakan suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal
atau suatu sistem pendidikan diluar sistem persekolahan yang biasa, dimana orang
ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu tetap
mengerjakan sendiri.
Berdasarkan pengertian penyuluhan di atas dapat disimpulkan bahwa,
penyuluhan pertanian merupakan proses pembelajaran (non formal) petani secara
partisipatif yang bertujuan untuk merubah perilaku serta meningkatkan kapasitas
petani sehingga mampu menjadikan petani yang mandiri secara finansial maupun
secara pemikiran dan mampu memecahkan masalahnya sendiri sehingga dapat
dikatakan sebagai petani yang sejahtera.
Pengertian penyuluhan pertanian sebagai suatu cara atau usaha pendidikan
yang bersifat non-formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan
11

(Samsudin, 1982) Penyuluhan pertanian mengandung arti aktivitas pendidikan


diluar bangku sekolah (non-formal) yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Selalu berhubungan dengan masyarakat petani di pedesaan yang sesuai
dengan kepentingan atau kebutuhan pada waktu tertentu.
2. Menggunakan cara-cara dan metode pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan sifat, perilaku dan kepentingan petaninya.
3. Keberhasilan pelaksanaannya memerlukan bantuan berbagai aktivitas baik
yang langsung menunjang pendidikan itu maupun yang tidak langsung.
4. Pelaksanaan pendidikan non-formal ini dilangsungkan dalam suasana
kooperasi dan toleransi, musyawarah untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan pelaksanaan usaha tani.
5. Penyuluhan pertanian atau peternakan merupakan pendidikan non-formal
yang ditujukan kepada petani atau peternak beserta keluarganya yang hidup
di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkan.

2.1.2. Tujuan Penyuluhan


Penyuluh bertugas untuk mendorong, membimbing dan mengarahkan
petani agar mampu mandiri dalam mengelola usahataninya karena penyuluhan
merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mampu dan mau mengorganisasikan dan menolong dalam mengakses informasi-
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebaga upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Penyuluh sangat membantu para petani untuk dapat
menganalisis dan menafsirkan situasi yang sedang berkembang, sehingga petani
dapat membuat pemikiran ke depan dan mengurangi kemungkinan masalah yang
terjadi. Selain itu kegiatan penyuluh pertanian sebagai proses belajar petani
melalui pendekatan kelompok yang diarahkan untuk terwujudnya kemampuan
kerja sama yang lebih efektif, sehingga mampu menerapkan inovasi, mengatasi
berbagai resiko dan kegagalan usaha (Mardikanto,2009).
12

Tugas utama penyuluh yaitu membantu petani dalam pengambilan


keputusan dari berbagai alternative pemecahan masalah. Namun menurut Setiana
(2015) masalah penyuluhan yaitu adalah kegiatan penyuluh lebih banyak pada
proses pelayanan dibanding mendidik petani agar mampu mengambil keputusan
sendiri.
Menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) pasal 3 tentang tujuan penyuluhan pertanian
yaitu:
a. Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang
maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan;
b. Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan
kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan
motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran,
dan pendampingan serta fasilitasi;
c. Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang
produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya,
bermitra sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan
lingkungan, dan bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya
pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan;
d. Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi pelaku
utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta
bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan; dan
e. Mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera,
sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan, dan
kehutanan;

2.2 Peran Penyuluh Pertanian


2.2.1. Definisi Peran
Peran dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu yang mewujudkan
bagian yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu peristiwa.
Sedangkan dalam pengertian sosiologi peranan adalah prilaku atau tugas yang
13

diharapkan dilaksanakan seseorang berdasarkan kedudukan atau status yang


dimilikinya. Jika seseorang memiliki peranan dalam suatu masyarakat berarti
seseorang ini mempunyai kekuasaan, wewenang serta tanggung jawab yang besar
dalam masyarakat.
Ibrahim (2001) mengatakan bahwa peran adalah proses dinamis
kedudukan (status). Istilah Peran sering dikaitkan dengan posisi atau kedudukan
seseorang. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran
menurut Komarudin (1994) pada buku “Ensiklopedia Manajemen” mengungkap
sebagai berikut :
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.
2. Pola perilaku yang diharapkan dapat meyertai suatu status.
3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4. Fungsi yang diharapkan diri seseorang atau menjadi karakteristik ada
padanya.
5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

2.2.2. Peran Penyuluh Pertanian


Peran penyuluh pertanian adalah membantu petani untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membentuk pendapat yang sehat
sehingga dapat membuat keputusan yang efektif (Van Den Ban dan Hawkins,
1999. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1994) yang menyatakan
penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu
mendorong petani mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan
yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan
memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Menurut Ibrahim (2001), peranan penyuluh pertanian adalah sebagai
pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi dan jembatan
penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian di bidang
pertanian. Para penyuluh juga berperan sebagai agen pembaruan yang
membantu petani mengenal masalah-masalah yang mereka hadapi dan
14

mencari jalan keluar yang diperlukan. Penyuluh bekerja untuk membangun


harmoni masyarakat yang penting bagi pelaksanaan berbagai proyek
pembangunan. Maka dari itu penyuluh adalah seorang manajer yang
merencanakan dan mengorganisir pekerjaan mereka sendiri. Semua peranan
penyuluh tersebut tidak dapat diisi oleh seseorang secara bersamaan, tetapi diisi
secara bertahap atau sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat tani.
Tugas utama penyuluh pertanian yaitu mengajak, mendorong, mengajar
dan membimbing petani agar mau dan mampu menguasai dan menerapkan
teknologi yang dapat meningkatatkan produksi usahataninya sesuai dengan
harapan Ibrahim (2009). Penyuluh pertanian merupakan agen perubahan yang
langsung berhubungan dengan petani. Menurut Jarmie, 2010, Fungsi utamanya
yaitu mengubah perilaku petani dengan pendidikan non formal sehingga petani
mempunyai kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan. Penyuluh dapat
mempengaruhi sasaran dalam perannya sebagai motivator, edukator,
dinamisator organisator, komunikator, maupun sebagai penasehat petani.
Penyuluh pertanian merupakan agen perubahan yang langsung
berhubungan dengan petani yang memilik tugas utamanya merubah perilaku
petani melalui pendidikan non formal sehingga petani memiliki kehidupan yang
lebih baik secara berkelanjutan. Menurut Suhardiyono (1992) peran penyuluh
pertanian yaitu sebagai pembimbing petani, sebagai organisator dan dinamisator
petani, sebagai teknisi, sebagai jembatan penghubung antara lembaga penelitian
dan petani.
a. Penyuluh sebagai Pembimbing Petani
Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru petani dalam pendidikan non
formal. Ia tidak mempunyai kekuasaan yang ada di tangannya. Seorang penyuluh
perlu memiliki gagasan yang tinggi untuik mengatasi hambatan dalam
pembangunan pertanian yang berasal dari petani maupun keluarganya. Seorang
penyuluh harus mengenal dengan baik sistem usaha tani setempat dan mempunyai
pengetahuan tentang sistem usahatani, bersimpati terhadap kehidupan , dan
kehidupan petani serta pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani baik
secara teori maupun praktek.
15

Penyuluh harus memberikan praktek demonstrasi tentang sesuatu cara atau


metode budidaya suatu tanaman, membantu petani menempatkan atau
menggunakan sara produksi pertanian dan peralatan yang sesuai dengan tepat.
Penyuluh harus mampu memberikan bimbingan kepada petani tentang sumber
dana kredit yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan usahatani mereka
dan mengikuti perkembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan petani yang berasal
dari instansi-instansi yang terkait.
b. Penyuluh sebagai organisator dan dinamisator petani
Dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan para penyuluh lapangan
tidakmungkin mampu untuk melakukan mampu untuk melakukan kunjungan
ke masing-masing petani sehingga petani harus diajak untuk membentuk
suatu kelompok-kelompok tani dan mengembangkan menjadi suatu lembaga
ekonomi dan sosial yang memiliki peran dalam mengembangkan
masyarakat sekitarnya. Dalam pembentukan dan pengembangan kelompok
tani, dan organisator petani.
c. Penyuluh sebagai teknisi/penasehat
Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis yang
baik, karena suatu saat penyuluh akan dimintai oleh petani untuk memberikan
saran maupun demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis. Tanpa adanya
pengetahuan dan keterampilan teknis yang baik maka akan sulit baginya dalam
memberikan pelayanan jasa konsultasi yang diminta petani.
Penyuluh harus bisa membantu memecahkan masalah atau sekedar
memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Melaksanakan peran
konsultasi, yang penting untuk memberikan rujukan kepada pihak lain yang
lebih mampu dan atau lebih kompeten untuk menanganinya. Melaksanakan
fungsi konsultasi penyuluh tidak boleh hanya “menunggu” tetapi harus aktif
mendatangi kliennya.
d. Penyuluh sebagai jembatan penghubung
Penyuluh bertugas untuk menyampaikan hasil temuan lembaga penelitian
kepada petani. Sebaliknya petani berkewajibab melaporkan hasil pelaksanaan
penerapan hasil temuan lembaga-lembaga penelitian yang dianjurkan tersebut
16

kepada penyuluh yang membinanya sebagai jembatan penghubung, selanjutnya


penyuluh menyampaikan hasil penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani
kepada lembagalembaga penelitian terkait sebagai bahan referensi lebih lanjut.
Kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai melalui penyuluhan antara lain:
1. Perbaikan-perbaikan teknologi yang dapat dicapai meliputi benih unggul,
pemupukan, pengendalian gulma, hama & penyakit, metode bercocok
tanam, peralatan pertanian, konservasi tanah dan air, pengolahan dan
penyimpanan hasil produksi, pemuliaan ternak, perbaikan nutrisi dan
kesehatan.
2. Perbaikan organisasi yaitu meliputi manajemen usaha tani, penganggaran,
penyimpanan catatan, tabungan berkelompok, kredit pertanian,
pemasaran, dan koperasi.
Menurut Ibrahim (2009), mengatakan bahwa penyuluh pertanian yang
profesional adalah penyuluh yang mampu dan berhasil mengajak, mendorong
dan mengajarkan petani untuk menerima menerapkan teknologi yang dianjurkan
kepadanya. Untuk itu, maka seorang penyuluh yang profesional harus memiliki
kompetensi yang memadai dalam hal penyuluh, harus memiliki jiwa dan
semangat kerja keras, ulet dan pantang menyerah bila menghadapi masalah atau
hambatan, senang melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat mendidik seperti
menyuluh, menasehati, membimbing dan membuat percontoh-contohan di
bidang pertanian, empati dan selalu berguna untuk mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi oleh masyarakat.
Menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluh
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Pasal 4 Merinci dengan jelas Fungsi atau
peran penyuluh pertanian, sebagai berikut:
1. Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku uttama dan pelaku usaha;
2. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha kesumber
informasi, teknologi dan sumberdaya lainnya agar mereka dapat
mengembangkan usahanya;
3. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan
pelaku utama dan pelaku usaha;
17

4. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh kembangkan


organisasinya mennjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi;
produktif; menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan;
5. Membantu menganalisi dan memecahkan masalah serta merespon peluang
dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam
mengelola usahanya;
6. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap
kelestarian fungsi lingkungan; dan
7. Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan dan
kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan;

2.3 Kelompok Tani


Peraturan Menteri Pertanian (2007) mengatakan bahwa kelompok tani
adalah kumpulan petani atau peternak atau pekebun yag dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber
daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang
ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”, yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota.
2. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani.
3. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis
usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi.
4. Ada pembagian tugas dan tanggungjawab sesama anggota berdasarkan
kesepakatan bersama.
Kelompok tani menurut Trimo Erwadi (2012) adalah petani yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan dan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumberdaya) keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seseorang ketua. Pada
hakikatnya kelompok tani merupakan kelompok dengan sistem sosial yang
terbentuk dan berada secara fungsional dan terkait oleh kerjasama untuk
memecahkan masalah bersama dalam rangka mencapai tujuan bersama.
18

2.3.1. Pengembangan Kelompok Tani


Pengembangan kelompok tani merupakan serangkaian proses kegiatan
untuk memberdayakan petani atau anggota masyarakat yang mempunyai tujuan
bersama. Proses pengembangan kelompok tani dimulai dari proses pengenalan
akan program, berlanjut pada kajian akan kondisi pedesaan secara partisipatif dan
diperkuat ketika masyarakat merasa mereka perlu berbagi tugas dan tanggung
jawab dalam melakukan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan
yang mereka hadapi.
Upaya pengembangan kelompok tani yang ingin dicapai adalah
terwujudnya kelompok tani yang dinamis, dimana para petani mempunyai
disiplin, tanggung jawab dan terampil dalam kerjasama mengelola kegiatan
usahataninya, serta dalam upaya meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha
ke arah yang lebih besar dan bersifat komersial (Fauzi, 2018).
Pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan
kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para
anggota dalam mengembangkan usahataninya, penguatan kelompok tani menjadi
organisasi petani yang kuat dan mandiri yang dicirikan antara lain :
1. Adanya pertemuan atau rapat anggota atau rapat pengurus yang
diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan.
2. Disusunnya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh
para pelaksanaan dilakukan evaluasi secara pertisipasi.
3. Memiliki aturan yang disepakati dan ditaati bersama.
4. Memiliki pencatatan atau pengadministrasian organisasi yang rapi.
5. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir.
6. Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar.
7. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para
petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya.
8. Adanya jalinan kerja sama antar kelompok tani dengan pihak lain.
9. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan
hasil usaha atau kegiatan kelompok.
19

Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dilakukan melalui


pemberdayaan petani untuk merubah pola pikir petani agar mau meningkatkan
usahataninya dan meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan
fungsinya. Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan
penyuluh dengan pendekatan kelompok. Kegiatan penyuluh melalui pendekatan
kelompok dimaksudkan untuk mendorong terbentuknya kelembagaan petani yang
mampu membangun sinergi antar petani dan antar poktan dalam rangka mencapai
efisiensi usaha. Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan kemampuan poktan
dilakukan pembinaan dan pendampingan oleh penyuluh pertanian, dengan
melaksanakan penilaian klasifikasi kemampuan poktan secara berkelanjutan yang
disesuaikan dengan kondisi perkembangannya (Peraturan Menteri Pertanian,
2013). Beberapa strategi pemberdayaan masyarakat tani yaitu pemberdayaan
petani melalui kelas kemampuan kelompok, pembangunan pertanian tidak terlepas
dari peran serta masyarakat tani yang sekaligus merupakan pelaku pembangunan
pertanian.
Pendekatan pengembangan kelompok belajar dari pengalaman lapangan
selama bekerjasama dengan kelompok masyarakat, berikut ini beberapa hal
penting dalam pendekatan pengembangan kelompok tani meliputi keanggotaan,
orientasi program, keswadayaan, pembuat keputusan dan peran masyarakat.
Diharapkan pendamping dalam memfasilitasi kegiatan kelompok masyarakat
dapat melihat aspek-aspek penting di bawah ini (Sukino, 2009).
Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan pengambangan
kelompok: a) Keanggotaan tidak terikat oleh jumlah; b) perlu memperhatikan
keterlibatan kaum perempuan; c) Berpihak pada mereka yang miskin sumberdaya,
tidak berpendidikan, dan kelompok terabaikan lainnya; d) orientasi kegiatan
berdasarkan kebutuhan, bukan ditentukan komoditasnya oleh pihak luar; e) aspek
keswadayaan tercermin dalam setiap kegiatan termasuk pembiayaan; f) Kelompok
sebagai pelaku utama pengambilan keputusan; g) Demokratis,Terbuka/transparan;
h) Berwawasan lingkungan dan budaya; i) Mengoptimalkan sumberdaya lokal; j)
peran masyarakat meningkat, peran pendamping semakin berkurang.
Proses penumbuhan kelompok tani antara lain sebagai berikut:
20

1. Mengidentifikasi kelompok-kelompok tani yang mempunyai jenis usaha


hampir sama pada wilayah tertentu (sentral produksi pertanian).
2. Setiap kelompok mengadakan koordinasi untuk bekerja sama antar kelompok
yang satu dengan kelompok yang lainnya.
3. Melaksanakan pertemuan/musyawarah antar pengurus kelompok untuk
membuat kesepakatan-kesepakatan usaha dengan skala yang lebih besar
dalam upaya memperkuat posisi tawar (Bergaining position).
4. Membuat aturan-aturan pengikat (secara tertulis) terhadap kesepakatan dari
musyawarah antar kelompok tersebut serta sanksi-sanksinya apabila terjadi
pelanggaran kesepakatan
5. Menentukan pengurus dari kelompok tani tersebut untuk melaksanakan
kegiatan usaha bersama sesuai dengan kebutuhan kelompok tani tersebut.
Penentuan pengurus kelompok tani tersebut harus dapat mewakili dari
kepentingan semua kelompok yang tergabung.
6. Membuat berita acara yang diketahui oleh instansi pemerintah terkait.
7. Adanya Rencana Usaha Bersama (RUB)
Menurut Fauzi (2018) Dengan bergabungnya kelompok tani tersebut
dalam suatu wadah kelembagaan pertanian dalam bentuk gabungan kelompok
tani, keberadaan petani akan lebih berdaya, yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah produksi yang dihasilkan dapat terkumpul lebih banyak, karena setiap
anggota atau kelompok mengumpulkannya untuk kepentingan bersama.
2. Kontinuitas hasil akan lebih mudah diatur, karena gapoktan dapat
memusyawarahkan rencana usaha kegiatannya bersama kelompok, sehingga
jadwal tanam dan tata laksana kegiatannya dapat direncanakan sesuai dengan
kebutuhan anggota dan pasar.
3. Petani menjadi subyek, karena gapoktan diharapkan dapat bernegosiasi
dengan pihak mitra usaha sesuai dengan kebutuhan anggotanya.
4. Petani mempunyai posisi yang lebih kuat dalam posisi tawar, karena dapat
memilih alternatif yang menguntungkan serta mengakses pasar yang lebih
baik.
21

5. Dapat menjalin kerjasama usaha yang saling menguntungkan dengan


koperasi, baik sebagai anggota maupun mitra usaha.
Berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani, maka kelompok tani
mempunyai kelas masing-masing dengan ciri-ciri kelompok sebagai berikut
(Sukino, 2009):
1. Kelas Pemula
Memiliki ciri-ciri kontak tani belum terlalu aktif, taraf pembentukan inti,
pemimpin formal aktif dan kegiatan kelompok bersifat informatif. Nilai skor
antara 0-250
2. Kelas Lanjut
Memiliki ciri-ciri, kelompok inti menyelenggarakan demontrasi usahatani dan
gerakan-gerakan terbatas, kegiatan kelompok dalam perencanaan (terbatas),
pemimpin formal aktif, kontak tani maupun tokoh lainnya telah bekerjasama
dengan baik. Nilai skor berkisar antara 251-500
3. Kelas Madya
Memiliki ciri-ciri, kelompok tani yang menyelenggarakan kerja sama
usahatani sehamparan, pimpinan formal kurang menonjol, kontaktani dan
kelompok inti bertindak sebagai pemimpin kerjasama usahatani sehamparan
dan berlatih mengembangkan program. Nilai skor berkisar antara 501-750
4. Kelas Utama
Kelas utama merupakan kelompok tani yang telah mandiri dan memliki
hubungan baik dengan lembaga lainnya, memiliki program tahunan untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan dan pemupukan modal. Nilai skor
berkisar antara 751-1000.
Untuk lebih jelasnya terkait perkembangan kemampuan kelompok tani
dapat di lihat daur hidup pertumbuhan kelompok tani pada gambar 1 berikut ini.
22

Gambar 1. Diagram Daur Hidup Pertumbuhan Kelompok Tani

Nilai Skor:
Kelas Utama : 751-1000
1000
Kelas Madya : 501-750
Kelas Lanjut : 251-500
Kelas Pemula : 1-250 750

500

250

Sumber: Sukino (2009)


Sukino (2009) menyatakan bahwa disetiap fase dapat di klaim dan setiap
fase juga mempunyai umur yang berbeda untuk mencapai tingkat yang lebih
tinggi. Hal ini tergantung dari keberlanjutan dari pemberdayaan yang dilakukan.
Lima jurus kemampuan kelompok sebagai tolak ukur penilaian kelas kemampuan
kelompok dalam era globalisasi dan era informasi ini sudah tidak sesuai lagi.
Karena dalam indikator tersebur kurang mencerminkan tingkat teknologi yang
berbasis agribisnis oleh kelompok. Dengan demikian apabila lima jurus
kemampuan kelompok tersebut masih diterapkan maka, akan berdampak pada
pembangunan pertanian yang stagnan, karena pembangunan pertanian saat ini
diukur oleh kemampuan kelompok.
Sedangkan, alat ukur sudah tidak relevan lagi terhadap kemajuan zaman.
Perlunya perumusan kembali indikator-indikator untuk meningkatkan kelas
kemampuan kelompok yang berimplikasi terhadap peran teknologi, ketangguhan
kelembagaan yang beorientasi agribisnis untuk menanggapi era globalisasi.

2.3.2. Peran Kelompok Tani


Menurut Mardikanto (2009) ada beberapa keuntungan dari pembentukan
kelompok tani itu, antara lain sebagai berikut:
23

1. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya


kepemimpinan kelompok.
2. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerja sama antar
petani.
3. Semakin cepatnya proses perembesan difusi inovasi teknologi baru.
4. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang (pinjaman)
petani.
5. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan
masukan maupun produk yang dihasilkannya.
6. Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasan
oleh petani sendiri.
Mardikanto (2009) memberikan tiga alasan utama dibentuknya kelompok
tani yaitu mencakup: 1) Untuk memanfaatkan secara optimal semua sumberdaya
yang tersedia; 2) dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan; 3)
adanya alasan ideologis yang mewajibkan para petani oleh suatu amanat suci yang
harus mereka amalkan melalui kelompok taninya. Keberadaan kelompok tani
merupakan salah satu potensi yang mempunyai peran penting dalam membentuk
perubahan perilaku anggotanya dan menjalin kerjasama anggota kelompoknya.
Melalui kelompok tani, proses pelaksanaan kegiatan melibatkan anggota
kelompok dalam berbagai kegiatan bersama, akan mampu mengubah atau
membentuk wawasan, pengertian, pemikiran, minat, tekad dan kemampuan
perilaku berinovasi menjadikan sistem pertanian maju.

2.4 Model Skoring Skala Likert


Skala Likert atau Likert Scale adalah skala penelitian yang digunakan
untuk mengukur sikap dan pendapat. Dengan skala likert ini, responden diminta
untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan
tingkat persetujuannya terhadap serangkaian pertanyaan. Pertanyaan atau
pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini biasanya disebut dengan variabel
penelitian dan ditetapkan secara spesifik oleh peneliti. Nama Skala ini diambil
24

dari nama penciptanya yaitu Rensis Likert, seorang ahli psikologi sosial dari
Amerika Serikat.
Maryuliana, dkk (2016), skala likert adalah suatu skala psikometrik
yang umum digunakan dalam kuesioner, dan skala yang paling banyak
digunakan dalam riset berupa survei. Sewaktu menanggapi pertanyaan dari
skala likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu
pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya
disediakan lima pilihan skala dengan format Sangat Setuju, Setuju, Netral,
Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju. Skala likert kerap digunakan sebagai
skala penilaian karena memberi nilai terhadap sesuatu untuk keperluan analisis
kuantitatif. Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat
dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda (Maryuliana dkk, 2016)
Menurut Sugiyono (2012) skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat,dan persepsi ataupun peran sesorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Skala likert memiliki dua bentuk pertanyaan yaitu
positif dan negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5,4,3,2, dan 1. Sedangkan
bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1,2,3,4 dan 5. Bentuk jawaban skala
likert terdiri dari: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RG), Tidak Sejutu
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Penentuan kriteria skor dari skala likert ini yaitu sebagai berikut: sangat
setuju diberi skor (5) Setuju diberi skor (4), Netral/Ragu-ragu diberi skor (3),
Tidak setuju diberi skor (2), sangat tidak setuju diberi skor (1).

2.5 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilaksanakan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya yang digunakan sebagai acuan untuk penelitian
selanjutnya. berikut beberapa Penelitian yang telah dilaksanakan terkait dengan
peran penyuluh pertanian yaitu sebagai berikut:
1. Najib & Rahwita (2010), Analisis data untuk menentukan interval kelas
menggunakan metode skoring (skor) atau metode analisis skala likert dan
untuk mengetahui peran penyuluh dalam pengembeangan kelompok tani
25

menggunakan analisis Chi-Square . Hasil penelitian menunjukkan bahwa


petani memberikan respon yang baik terhadap penyuluh pertanian dan
pengembangan kelompok tani, hasil penghitungan dengan analisis Chi-
Square untuk penyuluh pertanian X2 sebanyak 11,26 dan X2 tabel (ɑ = 0,05)
9,49 diantaranya adalah petani. Pengembangan kelompok X2 hitung 20,71
dan dan X2 tabel (ɑ = 0,05) 9,49 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa masih
banyak peran penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani di
desa bukit raya desa tenggarong seberang kecamatan kutai kartanegara. peran
penyuluh sebagai konsultan hendaknya lebih ditingkatkan agar terwujud
petani yang mandiri dan tidak harus selalu tergantung pada penyuluh.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah: menggunakan
teknik purposive sampling dengan kriteria: 1) Petani yang menjadi anggota
kelompok tani; 2) Petani yang telah berusahatani lebih dari lima tahun; 3)
Petani yang aktif dalam kegiatan rutin kelompok tani. Mengunakan enam
variabel (motivator, edukator, fasilitator, organisator, komunikator, dan
penasehat); 3) Dan juga dalam penelitian ini membandingkan pendapatan
antara petani kelas kelompok tani pemula dan lanjut.
2. Revi dan Berkat (2015) Analisis data dengan cara deskriptif dan statistik non
parametrik yaitu Korelasi Spearman. Hasil penelitian didapatkan bahwa, para
petani di Kelurahan Kalampangan merupakan petani yang tergabung dalam
21 kelompok tani, dengan jumlah petani anggota mencapai 520 petani.
Bidang usaha yang dikelola oleh para petani kalampangan cukup banyak dan
beragam, seperti usaha pertanian (palawija, sayur-sayuran, buah-buahan),
peternakan (sapi, kambing/domba, kerbau, ayam), dan perkebunan (kelapa).
Tingkat kemampuan kelompok tani cukup bervariasi, mulai dari kelas pemula
hingga madya, dengan sebaran terdapat sebanyak 1 kelompok kelas pemula
(4,76%), 12 kelompok kelas lanjut (57,14%), dan 8 kelompok kelas madya
(38,1%). Data yang dikumpulkan sampel 42 petani melalui kuesioner. Maka
data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan non-parametrik
yang sudah Penombak dinaikkan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepuasan petani tentang extesion kegiatan usaha tani telah puas
26

kategori. Dimensi dari kualitas layanan yang nyata, keandalan,


responseiveness, jaminan dan empati, adalah korelasi positif dengan kepuasan
petani di desa Kalampangan, kota Palangka Raya.
3. Rusita Dewi Saputri,Sapja Anantanyu dan Arip Wijianto (2016) Metode
analisis data yang digunakan adalah rank spearman. Hasil penelitian
menunjukkan Peran penyuluh pertanian lapangan secara keseluruhan dalam
kategori sangat rendah dengan presentase 56,70%. Perkembangan kelompok
tani secara keseluruhan dalam kategori rendah dengan prosentase 60%. Hasil
uji analisis hubungan antara peran penyuluh pertanian lapangan dengan
tingkat perkembangan kelompok tani adalah Hubungan antara peran
penyuluh pertanian lapangan dengan kemandirian kelompok memiliki
hubungan yang tidak signifikan. Hubungan antara peran penyuluh pertanian
lapangan dengan tingkat kemampuan anggota dan tingkat kemampuan
kelompok memiliki hubungan yang signifikan dan non signifikan. Peran
penyuluh sebagai motivator, fasilitator dan konsultan memiliki hubungan
signifikan sedangkan untuk peran penyuluh sebagai mediator tidak memiliki
hubungan yang signifikan.ada taraf kepercayaan 95%.

4. Sekar Inten M, Dewi Elviana CCW, dan Budi Rosen Nover S (2015), Metode
dalam penelitian ini adalah metode survai dengan responden sebanyak 30
petani. Metode analisis data untuk menghitung pendapatan petani padi yaitu
Π=TR-TC. Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh
peran penyuluh terhadap tingkat pendapatan petani, persamaan regresinya
adalah Y= a+bx+e, dimana; Y= tingkat pendapatan, a= konstanta, b=
koefisien regresi, x= peran penyuluh dan e= nilai residu. Secara keseluruhan
bahwa 13,33% responden menyatakan PPL kurang berperan, 36,67% PPL
berperan dan 50 % menyatakan PPL sangat berperan. Peran penyuluh yang
dimaksud adalah peran penyuluh sebagai pembimbing, pemantau dan
pengevaluasi, fasilitator serta konsultan. Berdasarkan analisis biaya produksi
yang dikeluarkan petani padi rata-rata per musim tanam dengan luasan rata-
rata1,7 ha adalah: biaya tetap Rp 759.102,00, biaya variabel Rp 2.278.833,00,
27

biaya produksi total Rp 3.037.935. Penerimaan rata-rata diperoleh sebesar Rp


10.613.333, sehingga pendapatan yang diperoleh rata-rata sebesar Rp
7.575.425,00. Analisis regresi sederhana diperoleh persamaan Y=
2539220.838 + 196470,904 X1 + e, dengan R2 sebesar 69,6%.
5. Achmad Faqih (2014), Hasil penelitian menunjukkan Peran penyuluh
lapangan sebagai pemrakarsa, motivator, mediator, dan fasilitator dalam
peran Bupati Suranenggala dengan skor penilaian 47 anggota kelompok.
Kinerja kelompok tani di Kecamatan Suranenggala berdasarkan dinamika
kelompok dikategorikan berdasarkan skor penilaian oleh 72 anggota
kelompok.
Terdapat hubungan yang nyata antara peran penyuluh pertanian lapangan
dengan kinerja kelompok tani berdasarkan dinamika kelompok dengan nilai
koefisien korelasi (rs) sebesar 0,4872 termasuk kategori sedang dan thitung
4,927.
2.6 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Penyuluh pertanian

Peran Penyuluh
Pertanian

Peran Sebagai Peran Sebagai Peran Sebagai Peran Sebagai Peran Sebagai Peran Sebagai
Motivator (X1) Edukator (X2) Fasilitator (X3) Komunikator Organisator Penasehat
(X4) (X5) (X6)

Hubungan Peran Penyuluh Pertanian


(X1-X6) dan Pengembangan
Kelompok Tani (Y)

Pengembangan
Kelompok Tani (Y)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian


Kemandirian Petani
28

Penyuluhan sendiri merupakan kegiatan yang ditujukan kepada pelaku utama


dalam mendorong keberlangsungan kegiatan pertanian. Melalui kelembagaan
petani (Kelompok Tani) petani di himpun dan kembangkan agar dapat berdaya
dan mandiri sehingga mampu mencapai kesejahteraan petani. Peneliti ingin
mengetahui bagaimana tingkat peran penyuluh dalam pengembangan kelompok
tani di Desa Garantung. Peran penyuluh sendiri yaitu meliputi peran sebagai
edukator, motivator, Fasilitator, organisator, komunikator, dan penasehat.
Kemudian melihat hubungan dari peran penyuluh dengan pengembangan
kelompok tani.
Pengembangan kelompok tani yang dimaksud adalah peningkatan kelas
kelompok tani. Dimana, semakin tinggi kelas kelompok tani maka dikatakan
semakin berkembang kelompok tani tersebut dari segi tingkat produksi,
kemadirian, saprodi dan saprotannya, dll. Namun, petani juga memiliki andil
dalam hal ini. Misalnya dengan menjalankan arahan penyuluh dengan baik dan
lain sebagainya. Karena pada hakikatnya pengembangan kelompok tani ini sendiri
bukan hanya melibatkan penyuluh saja namun juga petani yang tergabung dalam
kelompok tani.
29

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penentuan tempat dan waktu penelitian ini dilakukan secara porporsive.
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Garantung, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau dengan pertimbangan
bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang potensial untuk kegiatan produksi
pertanian, baik dari faktor alamnya yang strategis, maupun dari faktor luas lahan.
Sebagai daerah yang dikatakan potensial Desa Garantung merupakan tempat
untuk pengelolaan tenaga penyuluh dan Desa Garantung sendiri memiliki 20
Kelompok tani dengan kemampuan dan tingkatan kelas yang berbeda-beda
sebagai mana pada tabel 2, dan juga komoditas yang diproduksi juga berbeda.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melihat dan meneliti apakah penyuluh
pertanian yang ditugaskan di Desa Garantung benar-benar menjalankan perannya
sebagai penyuluh pertanian, dan apa saja hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
penyuluhan pertanian dan pengambangan kelompok tani di Desa Garantung.

3.2. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan jenis survei (survey). Sugiyono (2015) menyatakan bahwa
metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah dan sesuai dengan faktanya, tetapi penelitian melakukan perlakuan
pengumpulan data , misalnya dengan kuisioner, test, wawancara terstruktur dan
sebagainya.
Penggunaan metode survei ini ditujukan untuk mendapatkan keterangan
yang terperinci serta informasi yang jelas sesuai dengan persoalan yang telah
terjadi di daerah penelitian untuk mencapai tujuan dari penelitian tersebut. Melalui
metode survei ini informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan
kuisioner.
30

3.3. Metode Pengambilan Responden


Untuk melihat bagaimana peran penyuluh dalam pengembangan
kelompok tani maka diperlukan beberapa kelompok tani di Desa Garantung
sebagai sampel. Pengambilan kelompok tani melalui pemilihan kelompok tani
kemudian diikuti dengan pemilihan responden yang tergabung dalam kelompok
tani. Populasi petani di Desa Garantung terdapat dalam 20 Kelompok tani, dan
berdasarkan pra survei yang telah dilakukan, peneliti memilih kelompok tani
berdasarkan kelas, jumlah anggota dan jumlah nilai tertinggi.
Adapun kelompok tani yang sesuai kriteria untuk dijadikan sampel yaitu:
Poktan Sumber Mulyo, Poktan Sumber Rezeki, dan Poktan Karya Sejati.
Penetapan ketiga kelompok tani tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa
memiliki jumlah anggota tertinggi di setiap kelas yang ada (Pemula dan Lanjut)
dan juga jumlah nilai kelompok dan jumlah anggota.
Tahap selanjutnya yaitu menentukan jumlah responden dari 4 kelompok
tani terpilih. Total keseluruhan anggota yaitu sebanyak 157 orang/petani.
Penentuan responden menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan yaitu
15%. Rumus yang digunakan dalam menentukan responden yaitu sebagai berikut:
N
n= 2
1+ Ne
Keterangan:
n : Unit sampel
N : Jumlah seluruh populasi
e : Toleransi eror

Berdasarkan rumus Slovin di atas maka dapat diketahui perhitungannya yaitu


sebagai berikut:
N 157
n= 2
n= 2
1+ Ne 1+157.0 .15
157
n=
1+3,5325
157
n= =35
4,5325
Sehingga dengan demikian peneliti menetapkan jumlah responden dalam
penelitian ini yaitu 35 responden. Selanjutnya untuk mengetahui peranan
31

penyuluh pertanian maka peneliti akan menentukan beberapa responden yang


dipilih secara purporsive dengan kriteria yaitu ketua kelompok tani, wakil,
sekretaris dan anggota kelompok tani. Penentuan jumlah responden pada setiap
kelompok tani dilakukan secara proporsional dengan kriteria jumlah anggota
kelopok tani, sebagaimana terlihat pada tabel 3.
Tabel 3. Nama-Nama Sampel Kelompok Tani di Desa Garantung
No Nama Kelompok Tani Jumlah Responden Kelas
Anggota Poktan
1 Sumber Mulyo 36 8 Lanjut
2 Karya Sejati 36 8 Lanjut
3 Suka Tani 1 36 8 Pemula
4 Suka Karya 49 11 Pemula
Total 157 35
Sumber: Data Primer, 2019
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer
dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber
pertama, baik dariindividu atau perorangan seperti hasil wawancara atau
hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Sugiarto dkk,
2003). Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang diperoleh oleh
pihak-pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain yang pada
umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Sugiarto
dkk, 2003).
Pengumpulan data primer diperoleh dari penyuluh dan petani
responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan
pengamatan langsung dilapangan.
1. Data dari individu petani: Identitas petani meliputi: nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, luas lahan, kepemilikan lahan, jabatan
dikelompok.
2. Data dari penyuluh: Identitas penyuluh meliputi: nama, umur, jenis
kelamin, lama menjadi penyuluh di Desa Garantung, dan kegiatan
penyuluhan yang dilakukan
32

3. Data dari pengurus kelompok tani: Identitas anggota kelompok tani,


kegiatan kelompok tani, dan arsip kelompok tani.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari literatur yang berasal dari
instansi-instansi yang terkait antara lain:
1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pulang Pisau
2. Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau.
3. Balai Penyuluh Pertanian, Perkanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan
Maliku.
4. Kantor Desa Garantung.
5. Literatur Terkait.

3.5. Variabel Yang Diamati


Untuk mencapai tujuan penelitian yang pertama, yaitu Mengetahui peran
penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani di Desa Garantung,
Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau, maka data yang dikumpulkan ialah
mengenai pelaksanaan penyuluh dalam pengembangan kelompok berdasarkan
Peran Penyuluh menurut Mardikanto (2010) berikut ini dalam menumbuhkan dan
mengembangkan swadaya dan swakarya kelompok sasaran dilihat dalam tebel 4
di bawah ini.
Tabel 4. Variabel Penilaian Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan
Kelompok Tani
Variabel Indikator Pernyataan/Pertanyaan Kriteria skor
1. Variabel 1. Penyuluh a. Penyuluh mendorong 5. Sangat Berperan
Peran Sebagai petani untuk 4. Berperan
Pembimbing meningkatkan usaha 3. Netral
kelompok taninya. 2. Tidak Berperan
1.SangatTidak Berperan

b. Penyuluh mendorong 5. Sangat Berperan


petani untuk mau 4. Berperan
menggunakan 3. Netral
teknologi baru 2. Tidak Berperan
1. Sangat Tidak Berperan

c. Penyuluh mendorong 5. Sangat Berperan


petani untuk 4. Berperan
meningkatkan 3. Netral
keterampilan dalam 2. Tidak Berperan
berwirausaha 1. Sangat Tidak Berperan
33

d. Penyuluh mendorong 5. Sangat Berperan


petani untuk 4. Berperan
meningkatkan hasil 3. Netral
produksi tanaman 2. Tidak Berperan
usahatani kelompok. 1. Sangat Tidak Berperan
5. Sangat Berperan
e. Penyuluh memberikan 4. Berperan
ide/gagasan baru 3. Netral
kepada petani. 2. Tidak Berperan
1. Sangat Tidak Berperan
f. Penyuluh
mempraktikkan 5. Sangat Berperan
secara langsung 4. Berperan
setelah memberikan 3. Netral
ide/gagasan baru 2. Tidak Berperan
tersebut. 1. Sangat Tidak Berperan
g. Aktif dalam
membina, 5. Sangat Berperan
menjalankan tugas 4. Berperan
dan fungsinya dalam 3. Netral
menghadiri dan 2. Tidak Berperan
memfasilitasi 1. Sangat Tidak Berperan
pertemuan kelompok,
h. Penyuluh 5. Sangat Berperan
memberikan 4. Berperan
pelatihan atau cara 3. Netral
dalam penggunaan 2. Tidak Berperan
teknologi baru, 1. Sangat Tidak Berperan

2. Penyuluh a. Penyuluh 5. Sangat Berperan


Sebagai mengembangkan 4. Berperan
Organisator kelompok tani agar 3. Netral
dan mampu berfungsi 2. Tidak Berperan
Dinamisator sebagai kelas belajar 1. Sangat Tidak Berperan
mengajar.
b. Penyuluh mendorong 5. Sangat Berperan
petani dalam memilih 4. Berperan
usaha yang lebih 3. Netral
untung 2. Tidak Berperan
1. Sangat Tidak Berperan
c. Penyuluh mendorong 5. Sangat Berperan
usahatani yang 4. Berperan
terencana dan 3. Netral
terstruktu 2. Tidak Berperan
1. Sangat Tidak Berperan

3. Penyuluh a. Penyuluh membantu 5. Sangat Berperan


Sebagai petani untuk 4. Berperan
Jembatan mendapatkan saprodi 3. Netral
Penghubung (sarana produksi) 2. Tidak Berperan
yang baik 1. Sangat Tidak Berperan

b. Penyuluh membantu 5. Sangat Berperan


34

kelompok tani untuk 4. Berperan


mendapatkan akses 3. Netral
dengan Dinas 2. Tidak Berperan
Pertanian, 1. Sangat Tidak Berperan

c. Penyuluh mengajak 5. Sangat Berperan


kelompok tani untuk 4. Berperan
melakukan 3. Netral
pertemuan rutin. 2. Tidak Berperan
1. Sangat Tidak Berperan
d. Penyuluh mampu 5. Sangat Berperan
berkomunikasi 4. Berperan
dengan baik kepada 3. Netral
petani, 2. Tidak Berperan
1. Sangat Tidak Berperan

e. Penyuluh membantu 5. Sangat Berperan


petani untuk mampu 4. Berperan
berkomunikasi dalam 3. Netral
berkelompok, 2. Tidak Berperan
1. Sangat Tidak Berperan

f. Penyuluh memberikan 5. Sangat Berperan


informasi terbaru di 4. Berperan
bidang pertanian 3. Netral
kepada petani. 2. Tidak Berperan
1. Sangat Tidak Berperan

4. Penyuluh a. Penyuluh membantu 5. Sangat Berperan


Sebagai dalam pemecahan 4. Berperan
Teknisi/penas masalah dalam 3. Netral
ehat usahataninya, 2. Tidak Berperan
1. Sangat Tidak Berperan

b. Penyuluh 5. Sangat Berperan


mengarahkan dan 4. Berperan
memberikan 3. Netral
saran/solusi kepada 2. Tidak Berperan
petani. 1. Sangat Tidak Berperan

c. Penyuluh menjelaskan 5. Sangat Berperan


kepada petani yang 4. Berperan
akan menjadi 3. Netral
keuntungan dan 2. Tidak Berperan
keunggulan pada 1.Sangat Tidak Berperan
usahataninya

5. Kelengkapan Pengurus kelompok telah 5. Sangat Lengkap


administrasi melengkapi melengkapi 4. Lengkap
yang administrasi seperti buku 3. Cukup
dibutuhkan tamu, daftar hadir 2. Tidak Lengkap
dengan pertemuan, daftar 1. Sangat Tidak Lengkap
adanya buku anggota, notulen rapat,
tamu, daftar buku simpan pinjam,
35

hadir buku investasi barang,


pertemuan, buku informasi, buku
daftar catatan, hasil kegiatan
anggota,
notulen rapat,
buku simpan
pinjam, buku
investasi
barang, buku
informasi,
buku catatan,
hasil kegiatan,
Pengembangan
Kelompok Susunan Penyuluh mengatur 5. Sangat Lengkap
Tani (Y) kepengurusan kelengkapan susunan 4. Lengkap
kelompok tani pengurus kelompok dan 3. Cukup
(ketua, sekertaris menjelaskan tugasnya 2. Tidak Lengkap
dan bendahara) melaksanakan pembagian 1. Sangat Tidak Lengkap
tugas/kerja diantara
sesama anggota sesuai
kesepakatan bersama

Kerjasama dan Penyuluh mengadakan 5. Sangat Sering


pertemuan dengan pertemuan rapat anggota 4. Sering
melakukan gotong yang diselenggarakan 3. Cukup
royong dan secara berkala dan 2. Tidak Pernah
melakukan kelas kesinambungan 1. Sangat Tidak Pernah
belajar supaya
petani lebih tahu
dalam mengelola
pertaniannya.

Permodalan KAS -Penyuluh harus dapat 5. Sangat Lengkap


kelompok tani menghitung jumlah 4. Lengkap
modal yang didapatkan 3. Cukup
dari usaha yang dikelola 2. Tidak Lengkap
bersama 1. Sangat Tidak Lengkap

Sumber: Data Primer, 2023


3.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas merupakan uji instrument data untuk mengetahui
seberapa cermat suatu item dalam mengukur apa yang ingin diukur. Item
dapat dikatakan valid jika adanya korelasi yang signifikan dengan skor
totalnya, hal ini menunjukkan adanya dukungan item tersebut dalam
mengungkapkan yang ingin diungkapkan (Priyatno, 2014).
36

Item yang digunakan adalah pertanyaan/pernyataan dalam bentuk


kuesioner atau angket yang disebarkan kepada responden. Skala
pertanyaan/pernyataan dikatakan valid, apabila melakukan apa yang
seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Jika skala
pengukuran tidak valid maka tidak dapat digunakan, sebab tidak mengukur
apa yang seharusnya diukur.
Sedangkan Rianse dkk, (2012) menyatakan bahwa pengujian
validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan
mengkorelasikan antara skor item instrument dengan rumus Pearson
Product Moment, dengan persamaan sebagai berikut:
n(ΣXY )−(ΣX )(ΣY )
r hitung =
√ {nΣX 2−(ΣX )2 .(nΣY 2−(ΣY )2)}
Keterangan:
r
hitung= Koefisien Korelasi
ΣXi= Jumlah Skor Item
ΣYi= Jumlah Skor Total (seluruh item)
n= Jumlah Responden

Tentang uji validitas ini dapat disampaikan hal-hal pokoknya,


sebagai berikut:
1. Uji ini sebenarnya untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan
dalam kuesioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel.
2. Daftar pertanyaan ini pada umumnya untuk mendukung suatu
kelompok variabel tertentu.
3. Jika r tabel< r hitung, maka butir soal disebut valid.
Uji validitas pada kuesioner peran penyuluh dalam pengembangan
kelompok tani di desa garantung menggunakan R tabel 0,339 dengan level
significance yaitu 0,05 atau 5%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 5 dibawah ini.
37

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Kuesioner Peran Penyuluh Pertanian dalam


Pengembangan Kelompok Tani
No Variabel R tabel Pernyataan Pernyataan
yang diuji yang valid
1 Sebagai Pembimbing 0,339 8 4
2 Sebagai Organisator 0,339 3 4
3 Sebagai Penghubung 0,339 6 3
4 Sebagai Teknisi/Penasehat 0,339 3 3
5 Pengembangan Kelompok Tani 0,399 4 4
Jumlah 24 24
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui bahwa uji validitas dilakukan pada setiap
butir pernyataan di setiap variabel dan hasilnya valid. Karena, jumlah r tabel < rhitung.
Hasil validitas menunjukkan bahwa pernyataan yang valid yaitu 35 dari 35
responden. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.

b. Uji Reliabilitas
Riduan (2009), Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri
subjek memang belum berubah. Pengujian realibilitas menggunakan rumus Alpha
Cronbach yang diinterpretasikan sebagai korelasi dari skala yang diamati dengan
semua kemungkinan pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan
menggunakan butir pertanyaan yang sama. Rumus Alpha Cronbach, yaitu:

( )
2
∑S
r= (n−1
n
) 1
S
2
t

t
Keterangan :
r : koefisien reliabilitas
n : banyaknya butir item
∑s2𝑡 : jumlah varian skor dari tiap item
S2𝑡 : varian total
38

Jika nilai Cronbach’s Alpha > r table disebut reliabel. Sebaliknya jika nilai
Cronbach’s Alpha < r table disebut tidak reliabel atau Jika nilai Alpha > 0,60
disebut reliabel. Sebaliknya jika nilai Alpha < 0,60 disebut tidak reliabel. Alat
untuk melakukan uji relibialitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Peran Penyuluh Pertanian dalam


Pengembangan Kelompok Tani
No Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Alpha
1 Sebagai Pembimbing ,769 0,60 Reliabel
2 Sebagai Organisator ,801 0,60 Reliabel
3 Sebagai Penghubung ,749 0,60 Reliabel
4 Sebagai Teknisi/Penasehat ,803 0,60 Reliabel
5 Pengembangan Kelompok ,651 0,60 Reliabel
Tani
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa 6 variabel yang telah diuji
dinyatakan variabel, hal ini dikarenakan Cronbach’s Alpha > r table.

3.6. Metode Analisis Data


Data yang diamati pada penelitian ini adalah peran penyuluh pertanian
dalam pengembangan Kelompok tani di Desa Garantung, Kecamatan Maliku,
Kabupaten Pulang Pisau adalah sebagai berikut:
1. Pada tujuan yang pertama peneliti ingin melihat program apa saja yang telah
dilaksanakan oleh penyuluh pertanian di Desa Garantung. Data diperoleh
dengan melakukan wawancara kepada penyuluh secara mendalam, bukti
absensi/berita acara dan lain-lain kemudian data yang didapatkan akan
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
2. Pada tujuan kedua, yaitu mengetahui proses kegiatan penyuluhan pertanian di
Desa Garantung melalui observasi secara langsung dan mendalam dengan
penyuluh lapangan dan petani. Kemudian dianalisis dengan analisis deskriiptif
kualitatif.
3. Pada tujuan yang ketiga menganalisis tingkat peran penyuluh pertanian dalam
pengembangan Kelompok Tani di Desa Garantung dan dianalisis secara
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Peran penyuluh dalam pengembangan
39

kelompok-kelompok tani di Desa Garantung dianalisa secara deskriptif


kualitatif. Dari jawaban responden pada kuisioner diperoleh data yang
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode skoring (skor). Semua
kriteria penilaian peran penyuluh pertanian diberi skor yang telah ditentukan.
Cara yang digunakan dalam menyusun data tersebut adalah menggunakan
Skala Likert melalui tabulasi dimana skor responden dijumlahkan, ini
merupakan total skor kemudian dihitung rata-ratanya, dan rata-rata inilah yang
ditafsirkan sebagai posisi penilaian responden pada skala Likert sehingga
mempermudah dalam mengelompokkan dan mempersentasekan data.
Skor Penilaian Tingkat Peran Penyuluh Pertanian diukur dengan
menggunakan skala Likert. Skor untuk setiap tanggapan masing –masing
kategori adalah adalah sebagai berikut: Sangat Berperan (5), Berperan (4),
Cukup (3), Tidak Berperan (2) dan Sangat Tidak Berperan (1).
Jawaban responden dihitung kemudian dikelompokan sesuai kriteria.
Berdasarkan kriteria tersebut didapatkan bobot nilai yang mengindikasikan tingkat
peran penyuluh. Kemudian menurut Suparman (1990) untuk menentukan skor
penilaian tingkat peran penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani
yaitu menggunakan rumus:
Skor Tertinggi = JP x JR x ST1
Skor Terendah = JP x JR x ST2
Ket : JP : Jumlah Pernyataan
JR : Jumlah Responden
ST1 : Skor Tertinggi
ST2 : Skor terendah
Masing–masing kriteria memiliki rentang dalam menentukan interval kelas,
untuk itu dapat digunakan rumus sebagai berikut:
C = Xn - Xi
X

Keterangan:
C = Interval Kelas/Rentang
Xn = Skor Tertinggi
Xi = Skor Terendah
X = Jumlah Kelas
40

Kemudian, setelah didapatkan skor tersebut maka akan dilihat korelasi


atau hubungan dari variabel peran pada setiap indikatornya dengan pengembangan
kelompok tani. Analisis korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih yang
bersifat kuantitatif.Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui kekuatan
hubungan atau korelasi antara variabel independen dan dependen. Pengujian
hipotesis pada penelitian ini menggunakan statistik non parametrik korelasi Rank
Spearman (Siegel, 1997) dengan menggunakan rumus:
n
6 ∑ di 2
i=1
r s=1− 3
n −n

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi
di = Perbedaan pasangan setiap peringkat
n = Jumlah sampel
Rumus rs (koefisien korelasi) ini digunakan atas dasar pertimbangan
bahwa dalam penelitian ini akan melihat korelasi (keeratan hubungan) antar dua
peubah, yaitu X dan Y dari peringkat dan dibagi dalam klasifikasi tertentu. Hal ini
sesuai dengan fungsi rs yang merupakan ukuran asosiasi dua peubah yang
berhubungan, diukur sekurang-kurangnya dengan skala ordinal (berurut),
sehingga objek atau individu yang dipelajari dapat diberi peringkat dalam dua
rangkaian yang berurutan. Jika terdapat peringkat yang berangka sama dalam
variabel X maupun Y, maka memerlukan faktor koreksi T (Siegel, 1997) dengan
rumus sebagai berikut:

2 2 2
∑ x +∑ y −∑ di
r s=
√2 ∑ x 2 ∑ y 2
3
2 n −n
∑x = −¿ ∑ Tx
12
41

3
2 n −n
∑y = −¿ ∑ Ty
12

3
t −t
∑T=
12

Keterangan:
N = Jumlah responden
t = Banyak observasi yang berangka sama pada suatu peringkat
T = Faktor koreksi
2
∑ x = Jumlah kuadrad variabel bebas yang dikoreksi
2
∑ y = Jumlah kuadrad variabel terikat yang dikoreksi
∑ Tx = Jumlah faktor koreksi variabel bebas
∑ Ty = Jumlah faktor koreksi variabel terikat
Pengujian hipotesis dan kaidah pengambilan keputusan adalah:
1. Jika rs hitung < rs tabel atau jika sig. (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis ditolak,
artinya tidak ada hubungan yang nyata antara kedua variabel yang diuji.
2. Jika rs hitung ≥ rs tabel atau jika sig. (2-tailed) ≤ 0,05 maka hipotesis diterima,
artinya ada hubungan yang nyata antara kedua variabel yang diuji.

Untuk mencari skor penilaian tingkat peran penyuluh pertanian dalam


pengembangan kelompok tani digunakan rumus :
Skor tertinggi = Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden x Skor Tertinngi

Penentuan skor penilaian tingkat peran penyuluh pertanian dalam


pengembangan kelompok tani kelas lanjut yaitu sebagai berikut:
Skor Tertinggi = 20 x 16 x 5 = 1.600
Skor Terendah = 20 x 16 x 1 = 320
Maka Rentang = 1.600-320 = 256
5
Tabel 7. Skor Penilaian Tingkat Peran Penyuluh dalam Pengembangan Kelompok
Tani Kelas Lanjut
No Interval Kelas Tingkat Peran Penyuluh
1 320 – 575 Sangat Tidak Berperan
2 576 – 831 Tidak Berperan
42

3 832 - 1.087 Cukup


4 1.088 - 1.343 Berperan
5 1.344 - 1.600 Sangat Berperan

Penentuan skor penilaian tingkat peran penyuluh pertanian dalam


pengembangan kelompok tani kelas Pemula yaitu sebagai berikut:
Skor Tertinggi = 20 x 19 x 5 = 1900
Skor Terendah = 20 x 19 x 1 = 380
Maka Rentang = 1900-380 = 304
5
Tabel 8. Skor Penilaian Tingkat Peran Penyuluh dalam Pengembangan Kelompok
Tani Kelas Pemula
No Interval Kelas Tingkat Peran Penyuluh
1 380– 683 Sangat Tidak Berperan
2 684 – 987 Tidak Berperan
3 988 - 1.291 Cukup
4 1.292 - 1.595 Berperan
5 1.596 - 1.900 Sangat Berperan

Setelah dari masing-masing variabel didapatkan kriterianya, kemudian


menentukan kriteria untuk hasil keseluruhan, yaitu sebagai berikut:
Skor Tertinggi = 20 x 35 x 5 = 3500
Skor Terendah = 20 x 35 x 1 = 700
Maka Rentang = 3.500-700 = 560
5
Tabel 9. Skor Penilaian Tingkat Peran Penyuluh dalam Pengembangan Kelompok
Tani
No Interval Kelas Tingkat Peran Penyuluh
1 700 - 1.259 Sangat Tidak Berperan
2 1.260 - 1.819 Tidak Berperan
3 1.820 - 2.379 Cukup
4 2.380 - 2.939 Berperan
5 2.940 - 3.500 Sangat Berperan

3.7. Definisi Operasional


1. Peran merupakan tugas dan profesi yang harus dilaksanakan dengan baik.
2. Petani merupakan seorang yang berperan dalam usaha dibidang pertanian
(Usahatani).
43

3. Penyuluh merupakan orang yang memiliki peran dan profesi dalam


memberikan pendidikan dan bimbingan kepada masyarakat untuk mengatasi
berbagai masalah sehingga dapat mencapai tujuan utama.
4. Penyuluh pertanian adalah Seseorang yang memiliki tugas dalam
memberikan motivasi, bimbingan dan dorongan kepada petani dan membantu
dalam mensejahterakan kehidupan petani.
5. Penyuluhan Pertanian merupakan suatu sistem pengembangan dan proses
yang membantu petani dalam menganalisis suatu masalah.
6. Kelompok tani merupakan sekumpulan petani dan atau peternak yang
berhimpun dalam suatu kelompok demi mencapai tujuan bersama.
7. Kelas kelompok tani merupakan suatu tingkatan dan ukuran sejauh mana
kelompok tani sudah berkembang.
8. Motivator merupakan orang yang mampu menjadi contoh untuk orang lain.
9. Edukator merupakan orang yang mampu mendidik seseorang atau lebih untuk
melakukan proses belajar.
10. Fasilitator adalah seseorang yang mampu menyediakan atau memfasilitasi
segala sesuatu untuk kegiatan baik dari segi sarana maupun prasarana.
11. Komunikator merupakan seseorang yang mampu mengkomunikasikan atau
menyampaikan aspirasi-aspirasi petani kepada pemerintah.
12. Organisator adalah orang yang mampu mengorganisasikan suatu kegiatan
secara terstruktur untuk mencapai tujuan.
13. Penasehat adalah orang mampu mencari solusi dalam pemecahan masalah
yang ada.

Anda mungkin juga menyukai