Anda di halaman 1dari 35

IV.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah


Gambar 3. Lokasi Desa Garantung

Sumber: BPS Kecamatan Maliku


Secara administrasi desa Garantung masuk wilayah kecamatan Maliku
kabupaten Pulang Pisau. Wilayah Desa Garantung termasuk wilayah yang berada
di dataran rendah dan tinggi pantai dengan ketinggian 1 m dpl. Secara geogarafis
Desa Garantung terletak di 114.049469o bujur timur dan -2.7442464o lintang
selatan. Desa garantung secara administrasi berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara : Desa Wono Agung
b. Sebelah Selatan : Desa Gandang
c. Sebelah Timur : Desa Kanamit
d. Sebelah Barat : Desa Sidodadi
Desa Garantung memiliki luas wilayah 1.936 km² dengan luas
pemukiman 393.750 Ha/m², luas persawahan 1430 Ha/m², luas perkebunan 16,75
Ha/m², luas perkantoran 6.700 m² dan luas prasarana umum lainnya 48 Ha/m².
45

4.2. Keadaan Penduduk dan Fasilitas Umum


Jumlah penduduk di Kecamatan Maliku berkisar antara 24.152 Jiwa. Desa
Garantung merupakan desa yang secara administrasi terletak pada kecamatan
maliku dan dapat dikatakan cukup luas dengan kepadatan penduduk mencapai 80
(jiwa/km2). Jumlah penduduk di desa garantung sendiri yaitu berjumlah 2.662
jiwa dengan rinciannya sebagai berikut:
Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga di Desa
Garantung Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau dari Tahun 2017-
2019
Tahun Jenis Kelamin (Jiwa) Jumlah Jumlah Rumah
Laki-laki Perempuan Penduduk Tangga
(Jiwa)
2017 1.352 1.292 2.644 677
2018 1.357 1.297 2.654 680
2019 1.362 1300 2.662 682
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pulang Pisau 2020

Berdasarkan data tabel 10 diketahui bahwa jumlah penduduk serta jumlah


rumah tangga di Desa Garantung mengalami kenaikan di setiap tahunnya, dengan
laju pertumbuhan penduduk yaitu 0,30 persen/tahun, dengan demikian
pertumbuhan penduduk di Desa Garantung masih terbilang lemah atau masih
berskala kecil, dikarenakan pertambahan penduduk yang kurang signifikan atau
terbilang rendah di setiap tahunnya.
Kecamatan Maliku memiliki 23 TK, 32 Sekolah Dasar, 6 SMP/MTs dan 4
SMU/SMA. Desa Garantung sendiri memiliki 2 TK, 2 Sekolah Dasar, 1
SMP/MTs dan 1 SMU/SMA. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 11
di bawah ini.
Tabel 11. Jumlah Sekolah, Jumlah Murid dan Guru di Desa Garantung 2018
No Sekolah Jumlah Jumlah Murid Jumlah Guru
Sekolah
1 SD/MI 2 254 18
2 SMP/MTs 1 249 22
3 SMU/SMA 1 348 25
Total 6 861 65
Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Maliku, 2019
Berdasarkan data pada tabel 11 diketahui bahwa fasilitas pendidikan di Desa
Garantung cukup lengkap dan memadai, dimana jenjang pendidikan dari tingkat
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas tersedia
46

di Desa Garantung dan juga melihat jumlah siswa dari setiap jenjangnya dan juga
fasilitas pengajar yang telah tersedia terbilang cukup baik.
Masyarakat Desa Garantung memiliki latar belakang agama yang berbeda-
beda diantaranya yaitu islam, kristan, hindu dan juga buda. Jumlah tempat ibadah
di desa garantung dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12. Fasilitas Tempat Ibadah di Desa Garantung Kecamatan Maliku, 2018
No Fasilitas tempat ibadah Jumlah Tempat Ibadah
1 Masjid 2
2 Langgar dan Mushla 15
3 Gereja 1
4 Pura 1
5 Vihara 1
Total 17
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa fasilitas tempat ibadah di Desa


Garantung cukup lengkap dari agama islam, kristen, hindu dan budha telah
tersedia di Desa Garantung. Ini mencerminkan bahwa kehidupan beragama di
Desa Garantung cukup baik dan mampu untuk menghargai satu sama lainnya dan
juga saling hormat-menghormati.
4.3. Kondisi Pertanian
Pertanian di Kecamatan Maliku sudah cukup bagus, lahan yang digunakan
untuk lahan pertanian yaitu 13.991 hektar untuk lahan sawah dengan jenis
pengairan rawa lebak, 11.678 hektar lahan yang diusahakan untuk pertanian
perkebunan serta Seluas 16.112 hektar lahan non sawah dalam kondisi tidak
diusahakan.
Pertanian di Desa Garantung sendiri terdiri dari tanaman perkebunan, padi
dan juga tanaman hortikultura. Tanaman perkebunan yang diusahakan yaitu karet
dan juga sawit sedang tanaman hortikultura yaitu tanaman tomat, jagung dan juga
sayur-sayuran. Tanaman padi sangat jarang untuk dibudidayakan oleh petani,
dikarenakan kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk ditanami padi,
terlebih lagi padi rawa. Jenis padi yang diusahakan oleh petani yaitu padi lokal
tahunan yang cukup sesuai jika di usahakan di wilayah lahan pertanian di Desa
Garantung.
47

4.4. Identitas Penyuluh


Penyuluh pertanian di Desa Garantung bernama bapak Mashudi, lahir di
Maroanging pada tanggal 22 Mei 1977. Bapak Mashudi menjalani pendidikan di
Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri Rappang (SPP-N) atau setingkat
SMK/Sederajat. Bapak Mashudi menjadi penyuluh di Desa Garantung sejak tahun
2013 setelah beliau di pindah tugaskan dari Desa Tahai. Pengalaman menjadi
penyuluh yaitu pada tahun 2007 sampai dengan sekarang. Diklat yang pernah
diikuti selama menjadi penyuluh yaitu pembekalan tenaga harian lepas tenaga
bantu penyuluh pertanian pada tahun 2007 dan tahun 2008. Selama menjadi
penyuluh di Desa Garantung belum ada prestasi ataupun penghargaan yang
diperoleh dan diraih oleh pak Mashudi, baik dari dinas maupun dari kelompok
tani binaan. Bapak Mampu menggunakan 3 bahasa untuk berkomunikasi, bahasa
Indonesia, Jawa, dan juga Bugis.

4.4.1. Identitas dan Karakteristik Petani Responden


Petani atau responden merupakan pengurus dan anggota kelompok tani yang
dijadikan sebagai sampel. Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak
35 responden. Dimana, dalam menentukan responden yaitu dengan purporsive
sampling dengan kriteria ketua, sekertaris, bendahara dan juga anggota kelompok
tani dengan pengalaman bertani minimal 10 tahun. Identifikasi karakteristik
responden meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pendapatan/bulan,
Pengalaman Menjadi Petani, Luas Lahan dan jenis usaha pertanian. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini.
48

Tabel 13. Identitas Petani Responden


No Identifikasi Jumlah Petani Responden Persentase (%)
(orang)
1 Umur (Tahun)
a. < 30 1 2,85
b. 30-50 8 22,85
c. > 50 26 74,30

2 Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 34 97,15
b. Perempuan 1 2,85

3 Pendidikan
a. SD 26 74,30
b. SMP/Sederajat 6 17,14
c. SMA/Sederajat 2 5,71
d. S1 (Sarjana) 1 2,85

4 Pendapatan (Rupiah/Bulan)
a. < 500.000 -
b. 500.000 – 1.500.000 26 74,30
c. > 1.500.000 9 25,70

5 Pengalaman (Tahun)
a. < 10 -
b. 10 – 25 8 22,85
c. > 25 27 77,15

6 Luas Lahan (Ha)


a. < 1 -
b. 1 – 5 33 94,29
c. > 5 2 5,71

Sumber: Data Primer, 2021


Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia lebih
dari 50 tahun dengan persentase yaitu 74,30 %. Jenis kelamin responden lebih
dominan yaitu laki-laki dengan persentase 97,15 %. Kemudian, Tingkat
pendidikan responden rata-rata SD sebanyak 26 orang dengan persentase 74,30%
dan rata-rata pendapatan dari petani responden yaitu 500.000 s/d 1.500.000
sebanyak 26 responden dengan persentase 74,30%. Responden memiliki rata-rata
pengalaman bertani yaitu lebih dari 25 tahun sebanyak 27 responden serta rata-
rata luas lahan yang dimiliki yaitu 1 s/d 94,29%.
49

4.4.2. Profil Kelompok Tani Responden


Desa Garantung merupakan wilayah transmigrasi yang di bentuk pada tahun
1982, dan wilayah tersebut dicanagkan sebagai wilayah pertanian padi. Namun
seiring berjalannya waktu pertanian padi selalu mengalami kegagalan dikarenakan
kondisi tanah dan juga perariran yang tidak mendukung untuk dilakukan budidaya
padi, sehingga petani beralih haluan untuk melakukan budidaya pertanian jenis
karet dan juga kelapa sawit yang dirasa masyarakat lebih menguntungkan.
Kelompok tani di desa garantung dibentuk pada tahun 1983, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 14. Profil Kelompok Tani Sampel
Nama Tahun Jumlah Status Luas
No Kelompok Berdiri Anggota Ketua Kelas Lahan Komoditas Aset Kelompok

Sumber Sutrisno a. Hortikultura


1 Mulyo 1985 35 Lanjut 52 b. Padi
c. Karet a. Traktor
d. Kelapa
Sawit
2 Karya Sejati 1985 35 Boirin Lanjut 54
a. Hortikultura
b. Padi -
c. Karet
Rasman a. Padi a. Alat Panen
3 Suka Tani 1 1985 35 Pemula 56 b. Hortikultura Padi
c. Karet b. Traktor
d. Kelapa
Sawit
4 Suka Karya 1985 49 I Wayan S Pemula 78 a. Hortikultura
b. Karet a. Traktor
c. Kelapa b. Mini Jonder
Sawit
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan bahwa kelompok tani sumber mulyo
berdiri pada tahun 1985 dengan jumlah anggota 35 petani dengan ketua kelompok
tani yaitu bapak Sutrisno, luas lahan pertanian kelompok tani sumber mulyo yaitu
52 Ha, dengan komoditas yang dibudidayakan yaitu, Tanaman Hortikultura, Padi,
karet dan juga Kelapa Sawit. Kelompok tani sumber mulyo ini memiliki aset
yaitu Traktor.
Kelompok tani karya sejati berdiri pada tahun 1985 dengan jumlah anggota
35 petani dengan ketua kelompok tani yaitu bapak Boirin, luas lahan pertanian
kelompok tani sumber mulyo yaitu 54 Ha, dengan komoditas yang dibudidayakan
yaitu, Tanaman Hortikultura, Padi, dan Karet. Kelompok tani Karya Sejati ini
50

belum memiliki aset yang disediakan oleh pemerintah untuk dikelola oleh
kelompok tani.
Kelompok tani Karya Tani 1 berdiri pada tahun 1985 dengan jumlah anggota
35 petani dengan ketua kelompok tani yaitu bapak Rasman, luas lahan pertanian
kelompok tani sumber mulyo yaitu 56 Ha, dengan komoditas yang dibudidayakan
yaitu, Tanaman Hortikultura, Padi, karet dan juga Kelapa Sawit. Kelompok tani
sumber mulyo ini memiliki aset yaitu alat panen padi dan juga Traktor.
Sedangkan kelompok tani suka karya tidak jauh berbeda kelompok tani ini
berdiri pada tahun 1985 hingga saat ini dengan jumlah anggota 49 petani dengan
ketua kelompok tani yaitu bapak I Wayan Sudarsane, luas lahan pertanian
kelompok tani sumber mulyo yaitu 78 Ha, dengan komoditas yang dibudidayakan
yaitu, Tanaman Hortikultura, Padi, karet dan juga Kelapa Sawit. Kelompok tani
sumber mulyo ini memiliki aset yaitu Traktor dan mini jonder.
51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Program Yang Telah Dijalankan dan Pelaksanaan Programa


Penyuluhan
Programa penyuluhan pertanian adalah rencana tentang kegiatan
penyuluhan pertanian yang memadukan aspirasi petani-nelayan dan masyarakat
pertanian dengan potensi wilayah dan program pembangunan pertanian yang
menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang ingin dicapai, masalah-masalah
dan alternatif pemecahannya, serta cara mencapai tujuan yang disusun secara
partisipatif, sistematis, dan tertulis setiap tahun (Dwi dan Purwanto, 2016).
Sistem penyusunan programa di Desa Garantung mengikuti program-program
yang di arahkan oleh pemerintah Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau.
Programa penyuluhan yang di jalankan di Desa Garantung dapat di lihat pada
tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15. Programa Penyuluhan di Desa Garantung, 2019
No Programa Penyuluhan Metode Petani Yang
Hadir
1 Meningkatkan Hasil/Produktifitas Padi Lapangan 17
2 Merubah Pola Tanam Padi dari 1 Tahun sekali Lapangan 17
menjadi pola tanam Padi-Jagung
3 Pemanfaatan lahan tidur potensial menjadi lahan Diskusi 8
pertanian (Padi, Palawija dan Perkebunan) Kelompok
dan
Lapangan
4 Meningkatkan Kegiatan Gotong Royong Lapangan 28
5 Peremajaan Tanaman Karet Diskusi 18
Kelompok
6 Pengembangan jagung dengan cara menambah Diskusi 17
luas tanam dan pembukaan lahan baru. Kelompok
7 Menguatkan Kemitraan Lapangan 12
8 Penyusunan RDKK Diskusi 25
Kelompok
Sumber: Programa Penyuluhan Pertanian Desa Garantung, 2020
Berdasarkan tabel 15 diatas dapat diketahui bahwa:
1. Petani yang berpartisipasi dalam pelaksanaan programa penyuluhan
meningkatkan hasil/produktifitas padi hanya 17 petani atau sekitar 10,82 %
dari total keseluruhan populasi petani yang ada. Hal ini dikarenakan
sedikitnya petani yang membudidayakan tanaman padi. Pelaksanaan program
ini yaitu dengan dilakukan pemupukan berimbang pada tanaman padi.
52

2. Kemudian, pada programa kedua yaitu merubah pola tanam padi dari 1 tahun
sekali menjadi pola tanam padi-jagung juga hanya 10,82 % %, atau 17 petani
yang ikut berpartisipasi. Hal ini juga dipengauhi oleh sedikitnya jumlah
petani yang membudidayakan tanaman padi dan tanaman jagung.
3. Pada programa pemanfaatan lahan tidur potensial hanya 8 petani yang
berpartisipasi. Dalam pelaksanaan ini diskusi kelompok dan lapangan, diskusi
kelompok dilakukan untuk memberikan pemahaman dan mencatat petani
siapa saja yang ikut dalam pelaksanaan programa ini yang nantinya akan di
dampingi. Lapangan yaitu kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh
penyuluh lapangan, jumlah petani yang berpartisipasi sedikit dikarenakan
mahalnya biaya bongkar lahan sehingga banyak petani yang tidak mampu
untuk berpartisipasi.
4. Pada programa meningkatkan kegiatan gotong royong yaitu 17,83 % atau 28
petani yang berpartisipasi. Dalam hal ini, kegiatan gotong royong dilakukan
pada setiap kelompok tani, sehingga sedikitnya petani yang berpartisipasi
juga dikarenakan kurangnya komunikasi antara penyuluh, ketua poktan dan
juga anggota kelompok taninya.
5. Untuk programa peremajaan tanaman karet yang dilakukan secara diskusi
kelompok atau lebih ke pemberian materi yang dihadiri oleh 18 petani atau
sekitar 11,46 % dari populasi yang dijadikan sampel, sedikitnya petani karet
yang berpartisipasi juga dikarenakan mahalnya bibit karet unggul dan juga
biaya penanamannya sehingga banyak petani yang belum bisa berpartisipasi.
6. Untuk programa Pengembangan jagung dengan cara menambah luas tanam
dan pembukaan lahan baru menggunakan metode lapangan dihadiri oleh 13
petani atau 8,28 % dari jumlah populasi sampel. Penambahan luas tanam
jagunng ini merupakan menggunakan lahan yang sebelumnya tidak di Tanami
jagung menjadi lahan komoditas jagung serta pembukaan lahan baru adalah
langkah lanjutan dari pembukaan lahan tidur potensial yang dilakukannoleh
beberapa petani.
7. Pada programa menguatkan kemitraan yang dilakukan dengan penyuluhan
lapanangan merupakan usaha dari penyuluh untuk bermitra dengan BUMDES
(Badan Usaha Milik Desa) dan BUMDES bermitra dengan perusahaan
53

pengolahan hasil panen jagung yang ada di banjarmasin yaitu (PT. Jaffa
Comfeed ) sehingga petani tidak bingung untuk menjual hasil panennya.
8. Sedangkan pada programa penyusunan RDKK ini dilakukan setiap tahun
untuk mengajukan bantuan kepada pemerintah untuk petani, dan pelaksanaan
programa ini dilakukan secara diskusi kelompok dimana sekitar 15,92 %
petani yang berpartisipasi dalam penyusunan RDKK dimana yang hadir
dalam diskusi kelompok merupakan perwakilan dari setiap kelompok tani.
5.1.1. Hambatan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan hasil wawancara dengan PPL Desa Garantung Dalam
pelaksanaan program penyuluhan pertanian disimpulkan terdapat beberapa
kendala yaitu sebagai berikut:
1. Budget/Anggaran
Kurangnya anggaran dalam pelaksanaan program atau pembinaan lapangan
menjadi kendala yang sangat mempengaruhi efektivitas peran dari
penyuluh, karena tanpa adanya anggaran penyuluh memiliki keterbatasan
dalam melakukan pembinaan. Terlebih lagi dalam dengan adanya pandemi
covid-19 yang sangat mempengaruhi jumlah anggaran yang tersedia.
2. Kondisi wilayah
Program utama yang dicanangkan di desa garantung oleh pemerintah
setempat yaitu prningkatan produksi padi namun melihat kondisi wilayah
tersebut yang dominan wilayah gambut, dimana gambut memiliki
kandungan zat asam yang sangat tinggi sehingga tidak cocok untuk tanaman
padi.
3. Perbedaan Komoditas
Perbedaan komoditas yang diusahakan juga menjadi kendala dalam
pelaksanaan program. Tanaman yang dominan diusahakan di desa
garantung yaitu hortikultura, padi, kelapa sawit dan karet. Perbedaan
komoditas tersebut akan menimbulkan persaingan dalam pertumbuhan
komoditi yang diusahakan dan juga menimbulkan hama yang merugikan
satu sama lainnya.
54

5.1.2. Karakteristik Penilaian Kelas Kelompok Tani


Kelompok tani dikatakan berkembang dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya yaitu aspek kelas kelompok tani. Untuk menentukan kelas kelompok
tani petugas lapangan atau penyuluh lapangan melakukan penilaian untuk dapat
menentukan skor dari kelompok tani tersebut. Penilaian dilakukan dengan mengisi
instrumen penilaian kelas kelompok, untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel
16 dibawah ini:
Tabel 16. Instrumen Penilaian Kelas Kemampuan Kelompok Tani
No Aspek Indikator Kriteria Kelas Kemampuan Kelompok Tani
Pemula Nilai Lanjut Nilai
1 Kemampuan Merencanakan Rencana Belajar Ada rencana belajar tidak 0-15 Ada Rencana belajar 16-25
tertulis Tertulis melibatkan poktan
Rencana Usaha Ada rencana usaha 0-50 Ada rencana usaha tertulis, 51-75
orientasi pasar
2 Kemampuan Struktur organisasi Ketua, Sekertaris Bendahara 0-10 Ketua, sekretaris, bendahara 16-20
Mengorganisasikan dan seksi-seksi
Aturan dan norma Ada aturan dan norma tidak 0-10 Ada aturan dan norma 16-20
tertulis tertulis
Admin pembukuan Buku (Tamu, Kas, anggota, 0-25 Buku (Tamu, Kas, anggota, 26-50
kegiatan, daftar hadir) kegiatan, daftar hadir, buku
iuran, notulen)
3 Kemampuan Pertemuan Rutin Jika ada program dan masalah, 0-10 Pertemuan rutin setiap 11-20
Melaksanakan Kegiatan kehadiran 50% bulan kehadiran 50%
Pelaksanaan belajar Melaksanakan Belajar 0-15 Melaksanakan belajar 16-25
dengan unsur poktan

Melakukan Usaha Usaha untuk sendiri 0-50 Usaha bersama kelompok 51-100

Pemupukan modal Pemupukan modal usaha 0-10 Pemupukan modal anggota 11-20
anggota dan penyisihan hasil usaha
kelompok
Pelayanan Pelayanan informasi teknologi 0-10 Pelayanan informasi 11-20
informasi, lingkup poktan dan penyuluh teknologi dari berbagai
teknologi untuk anggota sumber untuk anggota
4 Kemampuan melakukan Evaluasi usaha Melakukan evaluasi 0-10 Melakukan evaluasi 11-40
pengendalian dan kelompok perencanaan dan pelaksanaan perencanaan dan
pelaporan usaha tidak tertulis pelaksanaan usaha tertulis
melibatkan unsur kelompok
5 Kemampuan Pengembangan Ada pengembangan kapasitas 0-30 Sudah dilakukan penyiapan 31-50
mengenbangkan kapasitas dan SDM calon pengganti pengurus
kepemimpinan kelompok pengkaderan pengurus
tani
Sumber: Programa Penyuluhan Pertanian Desa Garantung, 2020

Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa instrument penilaian kelas kelompok


tani ada 5 aspek dan 12 indikator dan memiliki rank penilaian yang berbeda di
setiap kriteria kelasnya.
1. Pada Kelompok Tani Suka Karya: a). dalam aspek kemampuan
merencanakan masih belum ada terkait rencana belajar tidak tertulis dan
juga rencana usaha; b). Pada aspek kemampuan mengorganisasikan, struktur
organisasi telah lengkap dari ketua hingga sekertaris, memiliki aturan dan
norma tidak tertulis, namun dalam pembukuan hanya ada buku nama-nama
anggota saja, dan pertemuan rutin dilakukan jika ada program penyuluhan
yang dilakukan oleh PPL; c). Pada aspek kemampuan melaksanakan
55

kegiatan melaksanakan belajar masih rendah, namun telah melakukan usaha


sendiri untuk memenuhi kebutuhan, belum ada melakukan pemupukan
modal usaha anggota dan masih belum menjalankan dengan baik pelayanan
informasi teknologi; d). aspek kemampuan melakukan pengendalian dan
pelaporan, cukup bagus dalam melakukan evaluai perencanaan dan
pelaksanaan usaha tidak tertulis; e). aspek kemampuan mengembangkan
kepemimpinan kelompok tani, dimana masih belum ada pengembangan
kapasistas SDM.

2. Pada Kelompok Tani Suka Tani 1. a). dalam aspek kemampuan


merencanakan masih belum ada terkait rencana belajar tidak tertulis dan
juga rencana usaha; b). Pada aspek kemampuan mengorganisasikan, struktur
organisasi telah lengkap dari ketua hingga sekertaris, memiliki aturan dan
norma tidak tertulis, namun dalam pembukuan hanya ada buku nama-nama
anggota saja, dan pertemuan rutin dilakukan jika ada program penyuluhan
yang dilakukan oleh PPL; c). Pada aspek kemampuan melaksanakan
kegiatan melaksanakan belajar masih rendah, namun telah melakukan usaha
sendiri untuk memenuhi kebutuhan, belum ada melakukan pemupukan
modal usaha anggota dan masih belum menjalankan dengan baik pelayanan
informasi teknologi; d). aspek kemampuan melakukan pengendalian dan
pelaporan, cukup bagus dalam melakukan evaluai perencanaan dan
pelaksanaan usaha tidak tertulis; e). aspek kemampuan mengembangkan
kepemimpinan kelompok tani, dimana masih belum ada pengembangan
kapasistas SDM.

3. Pada Kelompok Tani Sumber Mulyo a). Dalam aspek kemampuan


merencanakan kelompok tani sumber mulyo ada rencana belajar tidak
tertulis namun masih belum memiliki rencana usaha; b). Pada aspek
kemampuan mengorganisasikan, struktur organisasi telah lengkap dari ketua
hingga sekertaris, telah memiliki aturan dan norma tidak tertulis, namun
dalam pembukuan hanya ada buku nama-nama anggota saja, dan pertemuan
rutin dilakukan jika ada program penyuluhan yang dilakukan oleh PPL; c).
Pada aspek kemampuan melaksanakan kegiatan melaksanakan belajar masih
56

rendah, namun telah melakukan usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan,


belum ada melakukan pemupukan modal usaha anggota dan masih belum
menjalankan dengan baik pelayanan informasi teknologi; d). aspek
kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan, cukup bagus dalam
melakukan evaluai perencanaan dan pelaksanaan usaha tidak tertulis; e).
aspek kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompok tani, dimana
telah dibentuk calon pengganti pengurus.

4. Pada Kelompok Tani Karya Sejati: a). Dalam aspek kemampuan


merencanakan kelompok tani sumber mulyo ada rencana belajar tidak
tertulis namun masih belum memiliki rencana usaha; b). Pada aspek
kemampuan mengorganisasikan, struktur organisasi telah lengkap dari ketua
hingga sekertaris, telah memiliki aturan dan norma tidak tertulis, namun
dalam pembukuan hanya ada buku nama-nama anggota saja, dan pertemuan
rutin dilakukan jika ada program penyuluhan yang dilakukan oleh PPL; c).
Pada aspek kemampuan melaksanakan kegiatan melaksanakan belajar masih
rendah, namun telah melakukan usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan,
belum ada melakukan pemupukan modal usaha anggota dan masih belum
menjalankan dengan baik pelayanan informasi teknologi; d). aspek
kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan, cukup bagus dalam
melakukan evaluai perencanaan dan pelaksanaan usaha tidak tertulis; e).
aspek kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompok tani, dimana
kelompok tani karya sejati masih belum memiliki calon pengganti pengurus
yang baru, sehingga bila akan di bentuk pengurus yang baru harus melalui
mufakat bersama.

5.2. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Kelomok Tani


Pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan
kelompok, peningkatan kemampuan anggota kelompok tani menjadi organisasi
yang kuat dan mandiri. Peran penyuluh dalam pengembangan kelompok tani di
Desa Garantung sebagai motivator, edukator, fasilitator, organisator, komunikator
dan penasehat. Dari semua peran penyuluh tersebut tidak semua dilakukan oleh
penyuluh dengan sesuai harapan. Peran penyuluh dalam pengembangan kelompok
57

tani di Desa Garantung masih banyak memiliki kekurangan dan kelemahannya,


diantaranya dapat dilihat dari tingkatan kelas kelompok tani sebagai berikut:
5.2.1. Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani
Kelas Lanjut
5.2.1.1. Peran Penyuluh Pertanian Sebagai Pembimbing
Setelah dilakukannya penelitian dan analisis skala likert (scoring) pada peran
penyuluh pertanian sebagai motivator dalam pengembangan kelompok tani kelas
lanjut, maka didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 17. Kategori Peran Penyuluh Sebagai Pembimbing
No Pernyataan Skor
1 Penyuluh mendorong petani untuk meningkatkan usahataninya, 36
2 Penyuluh mendorong petani untuk mau menggunakan teknologi 38
baru
3 Penyuluh mendorong petani untuk meningkatkan keterampilan 41
dalam berwirausaha
4 Penyuluh mendorong petani untuk meningkatkan hasil produksi 50
usahataninya
5 Penyuluh memberikan ide/gagasan baru kepada petani 36
6 Penyuluh mempraktikkan secara langsung setelah memberikan 35
ide/gagasan baru tersebut
7 Penyuluh aktif dalam membina, menjalankan tugas dan fungsinya 51
dalam menghadiri dan memfasilitasi pertemuan kelompok
8 Penyuluh memberikan pelatihan atau cara dalam penggunaan 34
teknologi baru
Total Skor 321
Kategori Tidak Berperan
Berdasarkan tabel 17 bahwa petani/responden yang menyatakan penyuluh
berperan mendorong petani untuk meningkatkan usahataninya sebanyak 4
responden atau sebesar 25%, 1 responden menyatakan cukup atau sebesar 6%, 6
responden menyatakan tidak berperan atau 38% dan 5 responden menyatakan
sangat tidak berperan atau dengan pesentase 31%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh berperan Penyuluh mendorong
petani untuk mau menggunakan teknologi baru sebanyak 4 responden atau sebesar
25%, 2 responden menyatakan cukup atau sebesar 12%, 6 responden menyatakan
tidak berperan atau 38% dan 4 responden menyatakan sangat tidak berperan atau
dengan pesentase 25%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh sangat berperan mendorong
petani untuk meningkatkan keterampilan dalam berwirausaha sebanyak 1
responden atau sebesar 6%, 7 responden menyatakan cukup atau sebesar 44%, 7
58

responden menyatakan tidak berperan atau 44% dan 1 responden menyatakan


sangat tidak berperan atau dengan pesentase 6%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh Penyuluh mendorong petani
untuk meningkatkan hasil produksi usahataninya sebanyak 6 responden atau
sebesar 37,5%, 6 responden menyatakan cukup atau sebesar 37,5%, 4 responden
menyatakan tidak berperan atau 25%..
Petani/responden yang menyatakan penyuluh sangat berperan memberikan
ide/gagasan baru kepada petani sebanyak 1 responden atau sebesar 6%, 2
responden menyatakan berperan atau sebesar 12,5%, 2 responden menyatakan
cukup atau 12,5%, 6 responden menyatakan tidak berperan atau dengan pesentase
38%, dan 5 responden menyatakan sangat tidak berperan atau dengan presentase
31%.
Petani/responden yang menyatakan berperan untuk Penyuluh mempraktikkan
secara langsung setelah memberikan ide/gagasan baru tersebut sebanyak 1
responden atau sebesar 6%, 1 responden menyatakan cukup atau sebesar 6%, dan
14 responden menyatakan tidak berperan atau 88%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh berperan aktif dalam membina,
menjalankan tugas dan fungsinya dalam menghadiri dan memfasilitasi pertemuan
kelompok sebanyak 7 responden atau sebesar 44%, 5 responden menyatakan
cukup atau sebesar 31%, dan 4 responden menyatakan tidak berperan atau 25%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh Penyuluh berperan memberikan
pelatihan atau cara dalam penggunaan teknologi baru sebanyak 1 responden atau
sebesar 6%, 3 responden menyatakan cukup atau sebesar 19%, 9 responden
menyatakan tidak berperan atau 56%, dan 3 responden menyatakan sangat tidak
berperan atau dengan presentase 19%.
Sehingga skor yang didapatkan pada peran penyuluh sebagai Pembimbing
yaitu 321 dengan kategori tidak berperan. Berdasarkan hasil wawancara yang
didapatkan bahwa Penyuluh masih belum menjalankan perannya sebagai
pembimbing dengan baik dikarenakan kurangnya pendekatan penyuluh kepada
petani untuk memberikan arahan dalam mengembangkan usaha tani yang dikelola
oleh petani. Peningkatan usaha tani yang dilakukan oleh penyuluh hanya berfokus
pada satu komoditas dan mengikuti program dari dinas terkait dan kurang
59

memperhatikan program yang memang dibutuhkan oleh petani. Penyuluh masih


kurang berperan dalam memberikan ide/gagasan terbaru kepada petani dan juga
memberikan pelatihan penggunaan teknologi baru yang diberikan kepada petani
sehingga petani harus menyewa tenaga pekerja dalam mengelola lahan
pertaniannya dengan jumlah yang cukup menguras biaya. Sehingga penyuluh
berperan aktif dalam membina kelompok tani dan mengembangkan kelompok tani
serta mengembangkan usaha tani yang dijalankan oleh petani.

5.2.1.2. Peran Penyuluh Pertanian Sebagai Organisator


Setelah dilakukannya penelitian dan analisis skala likert (scoring) pada peran
penyuluh pertanian sebagai organisator dalam pengembangan kelompok tani kelas
lanjut, didapatkan hasil bahwasannya skor yang didapatkan pada peran penyuluh
sebagai fasilitator yaitu 125 dengan kategori tidak berperan, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Kategori Peran Penyuluh Sebagai Organisator
No Pernyataan Skor
1 Penyuluh mengembangkan kelompok tani agar mampu 35
berfungsi sebagai kelas belajar mengajar
2 Penyuluh mendorong petani dalam memilih usaha yang 44
lebih untung
3 Penyuluh mendorong usahatani yang terencana dan 46
terstruktur
Total Skor 125
Kategori Cukup
Berdasarkan tabel 20 Petani/responden yang menyatakan penyuluh berperan
dalam mengembangkan kelompok tani agar mampu berfungsi sebagai kelas
belajar mengajar sebanyak 2 responden atau sebesar 12%, 2 responden
menyatakan cukup atau sebesar 12%, 9 responden menyatakan tidak berperan atau
dengan pesentase 56%, dan 3 responden menyatakan sangat tidak berperan atau
dengan presentase 19%.
Petani/responden yang menyatakan berperan untuk Penyuluh mendorong
petani dalam memilih usaha yang lebih untung sebanyak 5 responden atau sebesar
31%, 3 responden menyatakan cukup atau sebesar 19%, 7 responden menyatakan
tidak berperan atau 44%, dan responden menyatakan sangat tidak berperan atau
6%.
60

Petani/responden yang menyatakan penyuluh berperan mendorong usahatani


yang terencana dan terstruktur sebanyak 3 responden atau sebesar 19%, 9
responden menyatakan cukup atau sebesar 56%, 3 responden menyatakan tidak
berperan atau 19%, dan 1 responden menyatakan sangat tidak berperan atau
dengan presentase 6%.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petani bahwa penyuluh
masih belum mengarahkan kelompok tani agar menjadi tempat kelas belajar
mengajar serta berbagai pengalaman antar anggota kelompok tani dengan
melakukan pertemuan rutin. Dengan perbedaan komoditas yang ada dalam satu
kelompok tani seharusnya dapat menjadi pengalaman yang dapat dibagikan antar
petani.

5.2.1.3. Peran Penyuluh Pertanian Sebagai Penghubung


Setelah dilakukannya penelitian dan analisis skala likert (scoring) pada peran
penyuluh pertanian sebagai komunikator dalam pengembangan kelompok tani
kelas lanjut, didapatkan hasil bahwasannya skor yang didapatkan pada peran
penyuluh sebagai penghubung yaitu 257 dengan kategori Cukup, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 19
Tabel 19. Kategori Peran Penyuluh Sebagai Penghubung
No Pernyataan Skor
1 Penyuluh mampu berkomunikasi dengan baik 48
kepada petani
2 Penyuluh membantu petani untuk mampu 42
berkomunikasi dalam berkelompok
3 Penyuluh memberikan informasi terbaru di bidang 38
pertanian kepada petani
4 Penyuluh membantu petani untuk mendapatkan saprodi 47
(sara produksi) yang baik
5 Penyuluh membantu kelompok tani untuk mendapatkan 44
akses dengan dinas pertanian
6 Penyuluh mengajak kelompok tani untuk melakukan 38
pertemuan rutin
Total Skor 257
Kategori Cukup

Berdasarkan tabel 21 Petani/responden yang menyatakan penyuluh berperan


dalam mampu berkomunikasi dengan baik kepada petani sebanyak 8
responden atau sebesar 50%, 3 responden menyatakan cukup atau sebesar 19%, 2
61

responden menyatakan tidak berperan atau dengan pesentase 12%, dan 3


responden menyatakan sangat tidak berperan atau dengan presentase 19%.
Petani/responden yang menyatakan berperan untuk Penyuluh membantu
petani untuk mampu berkomunikasi dalam berkelompok sebanyak 4 responden
atau sebesar 25%, 3 responden menyatakan cukup atau sebesar 19%, 8 responden
menyatakan tidak berperan atau 50%, dan 1 responden menyatakan sangat tidak
berperan atau 6%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh sangat berperan memberikan
informasi terbaru di bidang pertanian kepada petani sebanyak 1 responden atau
sebesar 6%, 3 responden menyatakan cukup atau sebesar 19%, dan 12 responden
menyatakan tidak berperan atau 75%.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa pada kelompok tani kelas lanjut
penyuluh cukup baik dalam berkomunikasi dengan petani dan memberikan
informasi yang cukup membantu dalam pengembangan usaha tani.

5.2.1.4. Peran Penyuluh Pertanian Sebagai Teknisi/Penasehat


Setelah dilakukannya penelitian dan analisis skala likert (scoring) pada peran
penyuluh pertanian sebagai penasehat dalam pengembangan kelompok tani kelas
lanjut, didapatkan hasil bahwasannya skor yang didapatkan pada peran penyuluh
sebagai fasilitator yaitu 107 dengan kategori tidak berperan, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 20
Tabel 20. Kategori Peran Penyuluh Sebagai Penasehat
No Pernyataan Skor
1 Penyuluh membantu petani untuk pemecahan masalah 29
dalam usahataninya
2 Penyuluh Mengarahkan dan memberikan saran/solusi 40
kepada petani
3 Penyuluh menjelaskan kepada petani yang akan menjadi 38
keuntungan dan keunggulan pada usahataninya
Total Skor 107
Kategori Tidak Berperan

Berdasarkan tabel 22 Petani/responden yang menyatakan penyuluh sangat


berperan dalam membantu petani untuk pemecahan masalah dalam usahataninya
sebanyak 1 responden atau sebesar 6%, 1 responden menyatakan cukup atau
62

sebesar 6%, 7 responden menyatakan tidak berperan atau dengan pesentase 44%,
dan 7 responden menyatakan sangat tidak berperan atau dengan presentase 44%.
Petani/responden yang menyatakan berperan untuk Penyuluh Mengarahkan
dan memberikan saran/solusi kepada petani sebanyak 2 responden atau sebesar
12%, 5 responden menyatakan cukup atau sebesar 32%, 8 responden menyatakan
tidak berperan atau 50%, dan 1 responden menyatakan sangat tidak berperan atau
6%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh berperan menjelaskan kepada
petani yang akan menjadi keuntungan dan keunggulan pada usahataninya
sebanyak 2 responden atau sebesar 13%, 3 responden menyatakan cukup atau
sebesar 19%, 10 responden menyatakan tidak berperan atau 75%, dan 1 responden
menyatakan sangat tidak berperan atau sama dengan 6%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh berperan Penyuluh membantu
petani untuk mendapatkan saprodi (sara produksi) yang baik sebanyak 9
responden atau sebesar 56%, 1 responden menyatakan cukup atau sebesar 6%, 2
responden menyatakan tidak berperan atau dengan pesentase 13%, dan 4
responden menyatakan sangat tidak berperan atau dengan presentase 25%.
Petani/responden yang menyatakan berperan untuk Penyuluh membantu
kelompok tani untuk mendapatkan akses dengan dinas pertanian tersebut
sebanyak 3 responden atau sebesar 19%, 6 responden menyatakan cukup atau
sebesar 37%, dan 7 responden menyatakan tidak berperan atau 44%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh berperan memberikan pelatihan
atau cara dalam penggunaan teknologi baru sebanyak 2 responden atau sebesar
13%, 3 responden menyatakan cukup atau sebesar 19%, 10 responden
menyatakan tidak berperan atau 62%, dan 1 responden menyatakan sangat tidak
berperan atau dengan presentase 6%.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani bahwa penyuluh masih kurang
dalam memberikan solusi untuk pemecahan masalah yang dihadapi petani, kurang
respon cepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani. sehingga
masih belum berperan sebagai penasehat.
63

5.2.2. Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani


Kelas Pemula
5.2.2.1. Peran Penyuluh Pertanian Sebagai Pembimbing
Setelah dilakukannya penelitian dan analisis skala likert (scoring) pada peran
penyuluh pertanian sebagai motivator dalam pengembangan kelompok tani kelas
pemula, didapatkan hasil bahwasannya skor yang didapatkan pada peran penyuluh
sebagai fasilitator yaitu 513 dengan kategori cukup berperan, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 21
Tabel 21. Kategori Peran Penyuluh Sebagai Pembimbing
No Pernyataan Skor
1 Penyuluh mendorong petani untuk meningkatkan usahataninya, 64
2 Penyuluh mendorong petani untuk mau menggunakan teknologi 67
baru
3 Penyuluh mendorong petani untuk meningkatkan keterampilan 67
dalam berwirausaha
4 Penyuluh mendorong petani untuk meningkatkan hasil produksi 63
usahataninya
5 Penyuluh memberikan ide/gagasan baru kepada petani 66
6 Penyuluh mempraktikkan secara langsung setelah memberikan 59
ide/gagasan baru tersebut
7 Penyuluh aktif dalam membina, menjalankan tugas dan fungsinya 65
dalam menghadiri dan memfasilitasi pertemuan kelompok
8 Penyuluh memberikan pelatihan atau cara dalam penggunaan 62
teknologi baru
Total Skor 513
Kategori Cukup

Berdasarkan tabel 21 bahwa petani/responden yang menyatakan penyuluh


berperan mendorong petani untuk meningkatkan usahataninya sebanyak 3
responden atau sebesar 16%, 8 responden menyatakan cukup atau 42%, dan 8
responden menyatakan tidak berperan atau dengan pesentase 42%.
Petani/responden yang menyatakan sangat berperan untuk Penyuluh
mendorong petani untuk mau menggunakan teknologi baru sebanyak 1 responden
atau sebesar 5%, 6 responden menyatakan berperan atau sebesar 32%, 7
responden menyatakan cukup atau 37%, dan 5 responden menyatakan untuk tidak
berperan atau dengan persentase 26%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh sangat berperan dalam
mendorong petani untuk meningkatkan keterampilan dalam berwirausaha
sebanyak 2 responden atau sebesar 10%, 7 responden menyatakan berperan atau
64

sebesar 37%, 7 responden menyatakan cukup atau 37%, dan 3 responden


menyatakan tidak berperan atau dengan persentase 16%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh Penyuluh sangat berperan
mendorong petani untuk meningkatkan hasil produksi usahataninya sebanyak 1
responden atau sebesar 5%, 8 responden menyatakan berperan atau sebesar 42%,
5 responden menyatakan cukup atau 26%, 4 responden menyatakan tidak berperan
atau dengan presentase 21%, dan 1 responden menyatakan untuk sangat tidak
berperan atau dengan persentse 5%.
petani/responden yang menyatakan penyuluh sangat berperan memberikan
ide/gagasan baru kepada petani sebanyak 1 responden atau sebesar 5%, 7
responden menyatakan berperan atau sebesar 37%, 6 responden menyatakan
cukup atau 32%, dan 5 responden menyatakan tidak berperan atau dengan
pesentase 26%.
Petani/responden yang menyatakan sangat berperan untuk Penyuluh
mempraktikkan secara langsung setelah memberikan ide/gagasan baru tersebut
sebanyak 2 responden atau sebesar 10,5%, 5 responden menyatakan berperan atau
sebesar 26%, 5 responden menyatakan cukup atau 26%, dan 7 responden
menyatakan untuk tidak berperan atau dengan persentase 37%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh sangat berperan untuk berperan
aktif dalam membina, menjalankan tugas dan fungsinya dalam menghadiri dan
memfasilitasi pertemuan kelompok sebanyak 2 responden atau sebesar 11%, 7
responden menyatakan berperan atau sebesar 37%, 7 responden menyatakan
cukup atau 37%, dan 3 responden menyatakan tidak berperan atau dengan
persentase 16%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh Penyuluh sangat berperan
memberikan pelatihan atau cara dalam penggunaan teknologi baru sebanyak 1
responden atau sebesar 5%, 6 responden menyatakan berperan atau sebesar 31%,
5 responden menyatakan cukup atau 26%, 3 responden menyatakan tidak berperan
atau dengan presentase 16%, dan 4 responden menyatakan untuk sangat tidak
berperan atau dengan persentse 21%.
Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota kelompok tani kelas pemula
bahwa penyuluh memberikan dorongan kepada petani padi khususnya untuk
65

mengembangkan usaha tani yang dikelola dengan adanya program-program yang


diberikan kepada petani. Penyuluh cukup dalam membina kelompok tani,
menghadiri dan memfasilitasi pertemuan antar kelompok minimal 6 bulan 1 kali,
misalnya dalam pengarahan penyusunan RDKK,

5.2.2.2. Peran Penyuluh Pertanian Sebagai Organisator


Setelah dilakukannya penelitian dan analisis skala likert (scoring) pada peran
penyuluh pertanian sebagai organisator dalam pengembangan kelompok tani kelas
pemula, didapatkan hasil bahwasannya skor yang didapatkan pada peran penyuluh
sebagai fasilitator yaitu 119 dengan kategori tidak berperan, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 22
Tabel 22. Kategori Peran Penyuluh Sebagai Organisator
No Pernyataan Skor
1 Penyuluh mengembangkan kelompok tani agar mampu 34
berfungsi sebagai kelas belajar mengajar
2 Penyuluh mendorong petani dalam memilih usaha yang 47
lebih untung
3 Penyuluh mendorong usahatani yang terencana dan 38
terstruktur
Total Skor 119
Kategori Tidak Berperan

Berdasarkan tabel 22 bahwa petani/responden yang menyatakan penyuluh


berperan dalam mengembangkan kelompok tani agar mampu berfungsi sebagai
kelas belajar mengajar sebanyak 1 responden atau sebesar 5%, 12 responden
menyatakan cukup atau sebesar 63%, dan 6 responden menyatakan sangat tidak
berperan atau dengan presentase 32%.
Petani/responden yang menyatakan berperan untuk Penyuluh mendorong
petani dalam memilih usaha yang lebih untung sebanyak 4 responden atau sebesar
21%, 3 responden menyatakan cukup atau sebesar 16%, 10 responden
menyatakan tidak berperan atau 53%, dan 2 responden menyatakan sangat tidak
berperan atau sekitar 10% dari 19 responden.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh berperan mendorong usahatani
yang terencana dan terstruktur sebanyak 3 responden atau sebesar 16%, 1
responden menyatakan cukup atau sebesar 5%, 8 responden menyatakan tidak
66

berperan atau 42%, dan 7 responden menyatakan sangat tidak berperan atau
dengan presentase 37% dari 19 responden.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petani yang tergabung
pada kelompok tani kelas pemula, bahwa penyuluh masih belum mengarahkan
kelompok tani agar menjadi tempat kelas belajar mengajar serta berbagai
pengalaman antar anggota kelompok tani dengan melakukan pertemuan rutin.
Dengan perbedaan komoditas yang ada dalam satu kelompok tani seharusnya
dapat menjadi pengalaman yang dapat dibagikan antar petani.

5.2.2.3. Peran Penyuluh Pertanian Sebagai Penghubung


Setelah dilakukannya penelitian dan analisis skala likert (scoring) pada peran
penyuluh pertanian sebagai komunikator dalam pengembangan kelompok tani
kelas pemula, didapatkan hasil bahwasannya skor yang didapatkan pada peran
penyuluh sebagai fasilitator yaitu 306 dengan kategori Cukup, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 23
Tabel 23. Kategori Peran Penyuluh Sebagai Penghubung
No Pernyataan Skor
1 Penyuluh mampu berkomunikasi dengan baik 66
kepada petani
2 Penyuluh membantu petani untuk mampu 52
berkomunikasi dalam berkelompok
3 Penyuluh memberikan informasi terbaru di bidang 51
pertanian kepada petani
4 Penyuluh membantu petani untuk mendapatkan saprodi 53
(sara produksi) yang baik
5 Penyuluh membantu kelompok tani untuk mendapatkan 45
akses dengan dinas pertanian
6 Penyuluh mengajak kelompok tani untuk melakukan 39
pertemuan rutin
Total Skor 306
Kategori Cukup

Berdasarkan tabel 23 bahwa petani/responden yang menyatakan penyuluh


sangat berperan dalam mampu berkomunikasi dengan baik kepada petani
sebanyak 1 responden atau sebesar 5%, 4 responden menyatakan berperan atau
sebesar 21%, 7 responden menyatakan cukup atau sebesar 37%, 4 responden
menyatakan tidak berperan atau dengan pesentase 21%, dan 3 responden
menyatakan sangat tidak berperan atau dengan presentase 16%.
67

Petani/responden yang menyatakan berperan untuk Penyuluh membantu


petani untuk mampu berkomunikasi dalam berkelompok sebanyak 2 responden
atau sebesar 10%, 4 responden menyatakan cukup atau sebesar 21%, 12
responden menyatakan tidak berperan atau 63%, dan 1 responden menyatakan
sangat tidak berperan atau 5%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh sangat berperan memberikan
informasi terbaru di bidang pertanian kepada petani sebanyak 1 responden atau
sebesar 5%, 1 responden menyatakan berperan atau sebesar 5%, 1 responden
menyatakan cukup atau 75%. 11 responden menyatakan tidak berperan atau sama
dengan 58% dan 5 responden menyatakan sangat tidak berperan atausama dengan
26% dari 19 responden menyatakan tidak berperan atau 75%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh sangat berperan dalam
membantu petani untuk mendapatkan saprodi (sara produksi) yang baik sebanyak
3 responden atau sebesar 16%, 7 responden menyatakan berperan atau sebesar
37%, 5 responden menyatakan cukup atau dengan pesentase 26%, dan 1
responden menyatakan tidak berperan atau dengan presentase 21%.
Petani/responden yang menyatakan berperan untuk Penyuluh membantu
kelompok tani untuk mendapatkan akses dengan dinas pertanian tersebut
sebanyak 6 responden atau sebesar 32%, 4 responden menyatakan cukup atau
sebesar 21%, 7 responden menyatakan tidak berperan atau 37%, dan 2 responden
menyatakan sangat tidak berperan atau sekitar 10% dari 19 responden.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh sangat berperan memberikan
pelatihan atau cara dalam penggunaan teknologi baru sebanyak 1 responden atau
sebesar 5%, 6 responden menyatakan berperan atau sebesar 32%, 10 responden
menyatakan tidak berperan atau 53%, dan 2 responden menyatakan sangat tidak
berperan atau dengan presentase 10% dari 19 responden
Berdasarkan hasil wawancara bahwa pada kelompok tani kelas pemula bahwa
penyuluh cukup baik dalam berkomunikasi dengan petani dan memberikan
informasi yang cukup membantu dalam pengembangan usaha tani. fasilitas yang
telah diusahakan oleh penyuluh cukup baik, misalnya penyediaan sarana produksi
seperti (pupuk, bibit, herbisida dan insektisida) terkhususnya pada petani padi dan
hortikultura. Sehingga, petani merasa tercukupi dengan adanya bantuan tersebut.
68

5.2.2.4. Peran Penyuluh Pertanian Sebagai Penasehat


Setelah dilakukannya penelitian dan analisis skala likert (scoring) pada peran
penyuluh pertanian sebagai penasehat dalam pengembangan kelompok tani kelas
pemula, didapatkan hasil bahwasannya skor yang didapatkan pada peran penyuluh
sebagai fasilitator yaitu 120 dengan kategori tidak berperan, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 24.
Tabel 24. Kategori Peran Penyuluh Sebagai Penasehat
No Pernyataan Skor
1 Penyuluh membantu petani untuk pemecahan masalah 39
dalam usahataninya
2 Penyuluh Mengarahkan dan memberikan saran/solusi 39
kepada petani
3 Penyuluh menjelaskan kepada petani yang akan menjadi 42
keuntungan dan keunggulan pada usahataninya
Total Skor 120
Kategori Tidak Berperan

Berdasarkan tabel 24 bahwa petani/responden yang menyatakan penyuluh


berperan dalam membantu petani untuk pemecahan masalah dalam usahataninya
sebanyak 2 responden atau sebesar 11%, 1 responden menyatakan cukup atau
sebesar 5%, 12 responden menyatakan tidak berperan atau dengan pesentase 63%,
dan 4 responden menyatakan sangat tidak berperan atau dengan presentase 21 dari
19 responden%.
Petani/responden yang menyatakan berperan untuk Penyuluh Mengarahkan
dan memberikan saran/solusi kepada petani sebanyak 2 responden atau sebesar
11%, 1 responden menyatakan cukup atau sebesar 5%, 12 responden menyatakan
tidak berperan atau dengan pesentase 63%, dan 4 responden menyatakan sangat
tidak berperan atau dengan presentase 21 dari 19 responden%.
Petani/responden yang menyatakan penyuluh berperan menjelaskan kepada
petani yang akan menjadi keuntungan dan keunggulan pada usahataninya
sebanyak 2 responden atau sebesar 11%, 4 responden menyatakan cukup atau
sebesar 21%, 9 responden menyatakan tidak berperan atau 47%, dan 4 responden
menyatakan sangat tidak berperan atau sama dengan 21%.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani bahwa penyuluh masih kurang
dalam memberikan solusi untuk pemecahan masalah yang dihadapi petani, kurang
69

respon cepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani. sehingga
masih belum berperan sebagai penasehat.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari lima kelompok tani yang menjadi
sampel responden dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan
dari kelas lanjut dan kelas pemula. Kelas lanjut menyatakan bahwa penyuluh tidak
berperan dalam pengembangan kelompok tani dengan total skor 810, sedangkan
kelas pemula menyatakan bahwa penyuluh cukup dalam pengembangan
kelompok tani dengan total skor 1058. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 39
dibawah ini.
Tabel 25. Hasil Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani
Berdasarkan Kelas Kelompok Tani di Desa Garantung
No Variabel Peran Penyuluh Skor Kelas Lanjut Skor Kelas Pemula
1 Pembimbing 321 513
2 Organisator 125 119
3 Penghubung 257 306
4 Teknisi/Penasehat 107 120
Total Skor 810 1058
Kategori Tidak Berperan Cukup

Berdasarkan tabel 25 bahwa peran penyuluh untuk kelas lanjut terbilang tidak
berperan, dan sebaliknya peran penyuluh untuk kelas pemula dikategorikan cukup
berperan. Berdasarkan hasil diatas maka dapat diketahui untuk hasil peran
penyuluh secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 30 di bawah ini.
Tabel 26. Hasil Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok Tani
di Desa Garantung
No Kelas Kelompok Skor
1 Lanjut 810
2 Pemula 1058
Total Skor 1868
Kategori Peran Cukup

Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa hasil keseluruhan dari peran


penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani kelas lanjut yaitu 810
dan kelas pemula yaitu 1058. Sehingga hasil skor keseluruhannya yaitu 1815,
maka dari itu dapat disimpulkan bahwa hasil keseluruhan dari peran penyuluh
pertanian dalam pengembangan kelompok tani di Desa Garantung dikategorikan
cukup berperan.
70

5.3. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman Rho


5.3.1. Kelas Lanjut
1. Hubungan Peran Penyuluh Sebagai Pembimbing dengan
Pengembangan Kelompok Tani Kelas Lanjut
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman pada hubungan variabel
peran penyuluh pertanian sebagai pembimbing terhadap pengembangan kelompok
tani mendapat nilai korelasi 0,700 lebih besar dibandingkan dengan r Tabel 0,485
dengan signifikansi 0,003. Artinya, peran pembimbing memiliki hubungan secara
nyata dan juga signifikan terhadap pengembangan kelompok tani. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan melakukan tugas penyuluh sebagai pembimbing
dengan baik maka akan dapat lebih mengambangkan kelompok tani lebih baik
lagi dalam melaksanakan kegiatan usahataninya.
2. Hubungan Peran Penyuluh Sebagai Organisator dengan
Pengembangan Kelompok Tani
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman pada hubungan variabel
peran penyuluh pertanian sebagai pembimbing terhadap pengembangan kelompok
tani mendapat nilai korelasi 0,505 lebih besar dibandingkan dengan r Tabel 0,485
dengan signifikansi 0,045. Artinya, peran pembimbing memiliki hubungan secara
nyata dan juga signifikan terhadap pengembangan kelompok tani. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan melakukan tugas dan fungsi penyuluh sebagai
organisator dapat menjadikan kelompok tani lebih baik lagi dalam
mengorganisasikan kelompok taninya, dan menjadikan kelompok tani sebagai
wadah petani mengembangkan kemampuan usahataninya.
3. Hubungan Peran Penyuluh Sebagai Penghubung dengan
Pengembangan Kelompok Tani
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman pada hubungan variabel
peran penyuluh pertanian sebagai pembimbing terhadap pengembangan kelompok
tani mendapat nilai korelasi 0,586 lebih besar dibandingkan dengan r Tabel 0,485
dengan signifikansi 0,017. Artinya, peran pembimbing memiliki hubungan secara
nyata dan juga signifikan terhadap pengembangan kelompok tani. Hal ini
menunjukkan bahwa jika penyuluh menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik
sebagai jembatan penghubung antara pemerintah/instansi dengan kelompok tani
71

maka akan menjadikan kelompok tani lebih berkembang lagi. Dengan adanya
jembata penghubung petani akan dengan mudah mendapatkan informasi
mengenai perkembangan atau tren terbaru tentang usahatani.
4. Hubungan Peran Penyuluh Sebagai Teknisi/Penasehat dengan
Pengembangan Kelompok Tani
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman pada hubungan variabel
peran penyuluh pertanian sebagai pembimbing terhadap pengembangan kelompok
tani mendapat nilai korelasi 0,591 lebih besar dibandingkan dengan r Tabel 0,485
dengan signifikansi 0,016. Artinya, peran pembimbing memiliki hubungan secara
nyata dan juga signifikan terhadap pengembangan kelompok tani. Hal ini
menunjukkan bahwa peran penyuluh sebagai teknisi/penasehat cukup penting
dalam pengembangan kelompok tani, dimana dengan sebagai teknisi/penasehat
penyuluh dapat memperbaiki sistem pertanian yang ada dengan memecahkan
masalah yang dimiliki petani.
5.3.2. Kelas Pemula
1. Hubungan Peran Penyuluh Sebagai Pembimbing dengan
Pengembangan Kelompok Tani Kelas Lanjut
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman pada hubungan variabel
peran penyuluh pertanian sebagai pembimbing terhadap pengembangan kelompok
tani mendapat nilai korelasi 0,517 lebih besar dibandingkan dengan r Tabel 0,447
dengan signifikansi 0,023. Artinya, peran pembimbing memiliki hubungan secara
nyata dan juga signifikan terhadap pengembangan kelompok tani. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan melakukan tugas penyuluh sebagai pembimbing
dengan baik maka akan dapat lebih mengambangkan kelompok tani lebih baik
lagi dalam melaksanakan kegiatan usahataninya.
2. Hubungan Peran Penyuluh Sebagai Organisator dengan
Pengembangan Kelompok Tani
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman pada hubungan variabel
peran penyuluh pertanian sebagai pembimbing terhadap pengembangan kelompok
tani mendapat nilai korelasi 0,626 lebih besar dibandingkan dengan r Tabel 0,447
dengan signifikansi 0,004. Artinya, peran pembimbing memiliki hubungan secara
nyata dan juga signifikan terhadap pengembangan kelompok tani. Hal ini
72

menunjukkan bahwa dengan melakukan tugas dan fungsi penyuluh sebagai


organisator dapat menjadikan kelompok tani lebih baik lagi dalam
mengorganisasikan kelompok taninya, dan menjadikan kelompok tani sebagai
wadah petani mengembangkan kemampuan usahataninya.
3. Hubungan Peran Penyuluh Sebagai Penghubung dengan
Pengembangan Kelompok Tani
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman pada hubungan variabel
peran penyuluh pertanian sebagai pembimbing terhadap pengembangan kelompok
tani mendapat nilai korelasi 0,605 lebih besar dibandingkan dengan r Tabel 0,447
dengan signifikansi 0,006. Artinya, peran pembimbing memiliki hubungan secara
nyata dan juga signifikan terhadap pengembangan kelompok tani. Hal ini
menunjukkan bahwa jika penyuluh menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik
sebagai jembatan penghubung antara pemerintah/instansi dengan kelompok tani
maka akan menjadikan kelompok tani lebih berkembang lagi. Dengan adanya
jembata penghubung petani akan dengan mudah mendapatkan informasi
mengenai perkembangan atau tren terbaru tentang usahatani.
4. Hubungan Peran Penyuluh Sebagai Teknisi/Penasehat dengan
Pengembangan Kelompok Tani
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman pada hubungan variabel
peran penyuluh pertanian sebagai pembimbing terhadap pengembangan kelompok
tani mendapat nilai korelasi 0,511 lebih besar dibandingkan dengan r Tabel 0,447
dengan signifikansi 0,025. Artinya, peran pembimbing memiliki hubungan secara
nyata dan juga signifikan terhadap pengembangan kelompok tani. Hal ini
menunjukkan bahwa peran penyuluh sebagai teknisi/penasehat cukup penting
dalam pengembangan kelompok tani, dimana dengan sebagai teknisi/penasehat
penyuluh dapat memperbaiki sistem pertanian yang ada dengan memecahkan
masalah yang dimiliki petani.
.
73

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan
1. Progam yang telah dilaksanakan oleh PPL di Desa Garantung terdapat 9
program yaitu sebagai berikut: Meningkatkan Hasil/Produktifitas Padi,
Merubah Pola Tanam Padi dari 1 Tahun sekali menjadi pola tanam Padi-
Jagung, Pemanfaatan lahan tidur potensial menjadi lahan pertanian (Padi,
Palawija dan Perkebunan), Meningkatkan Kegiatan Gotong Royong,
Peremajaan Tanaman Karet, Pengembangan jagung dengan cara menambah
luas tanam dan pembukaan lahan baru. Peningkatan produksi tanaman sawit
dan karet, Menguatkan Kemitraan, dan Penyusunan RDKK. Dari program
yang dilaksanakan diatas merupakan menindaklanjuti program yang disusun
oleh dinas pertanian. Program tersebut ada yang rutin dilakukan per tahun
dan ada yang baru dimulai sejak 2018, 2019 hingga saat ini. Dan belum ada
pembaruan program yang dilakukan.
Pelaksanaa programa penyuluhan pertanian di desa garantung lebih
dominan menggunakan metode diskusi kelompok dengan melakukan
pengarahan kepada petani, dan 44,44% atau 4 programa lainnya di lakukan
dengan terjun langsung ke lapangan. Terjun ke lapangan penyuluh langsung
mendatangi dimana lahan pertanian dan petani yang menjadi tujuan
programanya untuk diberikan pengarahan. Diskusi kelompok pada
pelaksanaan programa biasanya dilakukan dengan mengundang
ketua/pengurus kelompok tani di aula pertemuan desa garantung untuk
diberikan pengarahan atau pendalaman materi yang akan disampaikan. Dan
pertemuan atau diskusi kelompok ini di fasilitasi dengan menggunakan
lembaga Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
2. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap peran penyuluh
dalam pengembangan kelompok tani di Desa Garantung dapat disimpulkan
bahwa terdapat 2 kategori peran penyuluh yang tidak berperan pada kelas
lanjut dan dan 2 kategori dikatakan tidak berperan pada kelas kelompok tani
pemula. Sehingga skor yang didapatkan pada kelompok tani kelas lanjut
yaitu 810 dan skor yang didapatkan pada kelompok tani kelas pemula yaitu
74

1058. Sehingga hasil keseluruhan peran penyuluh pertanian dalam


pengembangan kelompok tani di Desa Garantung memperoleh skor 1868
dengan kategori cukup.
3. Setelah dilakukannya analisis korelasi Rank Spearman dapat disimpulkan
hasilnya sebagai berikut
a. Lanjut
Berdasarkan hasil analisis uji korelasi Rank Spearman pada kelompok
tani kelas lanjut yang meliputi peran sebagai pembimbing, organisator,
penghubung dan teknisi/penasehat memiliki hubungan yang nyata dan
signifikan hal ini dibuktikan dengan hasil uji korelasi pembimbing
mendapatkan nilai 0,700 dengan signifikansi 0,003, organisator
mendapatka nilai 0,505 dengan signifikansi 0,046, penghubung
mendapatkan nilai 0,586 dengan signifikansi 0,017 dan
teknisi/penasehat mendapatkan nilai 0,511 dengan signifikansi 0,016
b. Pemula
Berdasarkan hasil analisis uji korelasi Rank Spearman pada kelompok
tani kelas lanjut yang meliputi peran sebagai pembimbing, organisator,
penghubung dan teknisi/penasehat memiliki hubungan yang nyata dan
signifikan hal ini dibuktikan dengan hasil uji korelasi pembimbing
mendapatkan nilai 0,517 dengan signifikansi 0,023, organisator
mendapatka nilai 0,626 dengan signifikansi 0,004, penghubung
mendapatkan nilai 0,605 dengan signifikansi 0,006 dan
teknisi/penasehat mendapatkan nilai 0,511 dengan signifikansi 0,025

6.2. Saran
1. Dalam penyusunan programa penyuluh harus berperan aktif untuk melihat
apa saja yang dibutuhkan oleh petani dan mempertimbangkan kondisi
wilayah yang ada serta mempertimbangkan jenis komoditi yang diusahakan.
Dalam pelaksanaan program juga perlu diperhatikan untuk administrasi
pembukuan terkait daftar hadir, berita acara serta dokumentasi yang
diperlukan untuk meningkatkan kelas kelompok tani. Penyuluh juga harus
tetap memberikan dorongan kepada petani untuk terus berusaha
75

meningkatkan usaha taninya sehingga mampu meningkatkan status


kelompoknya ke jenjang yang lebih tinggi sampai dengan dapat dikatakan
sebagai kelompok tani yang mandiri.
2. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terdapat 2 kategori peran
penyuluh yang tidak berperan pada kelas lanjut dan dan 2 kategori dikatakan
tidak berperan pada kelas kelompok tani pemula dan maka dari itu penelliti
memberikan saran sebagai berikut:
a. Kelas Lanjut
Untuk Penyuluh
- Penyuluh harus lebih mendorong petani dalam meningkatkan usaha
pertaniannya serta memberikan arahan dalam pengembangan
kelompok tani. Penyuluh juga harus berkoordinasi bersama
pemerintah daerah atau instansi terkait melalui BP3K setempat
dalam pengembangan kelompok tani, melihat kekurangan yang ada
dan apa yang dibutuhkan oleh petani.
- Penyuluh juga harus memberikan pelatihan yang terstruktur kepada
petani untuk meningkatkan pengetahuan petani terkait usaha
pertanian yang dikembangkan, dan lebih berperan aktif dalam
melaksanakan pengembangan kelompok tani dalam hal praktek
lapangan.
- Dalam perencanaan programa harus melibatkan tokoh masyarakat
atau petani, dimana hal ini bertujuan untuk lebih mengetahui apa saja
yang dibutuhkan oleh petani, baik petani padi, hortikultura, karet,
dan kelapa sawit).
b. Kelas Pemula
- Penyuluh harus mendorong dan memfasilitasi petani untuk
melakukan pertemuan rutin dan menjadikan kelompok tani sebagai
tempat belajar bagi petani. Sehingga petani lebih merasakan fungsi
atas keberadaan kelompok tani tersebut.
- Penyuluh harus berperan aktif dalam melihat kendala-kendala yang
dirasakan petani terkait pengembangan usaha pertaniannya dan juga
76

memberikan solusi kepada petani demi keberlangsungan kelancaran


usaha pertanian yang dijalankan oleh petani.
- Dalam perencanaan programa harus melibatkan tokoh masyarakat
atau petani, dimana hal ini bertujuan untuk lebih mengetahui apa saja
yang dibutuhkan oleh petani, baik petani padi, hortikultura, karet, dan
kelapa sawit).
Untuk Pemerintah
- Pemerintah daerah harus melakukan evaluasi terhadap kinerja
penyuluh dan kondisi wilayah pertanian sehingga dalam perumusan
programa penyuluhan tepat sasaran. Pemerintah juga harus
memberikan pelatihan-pelatihan kepada penyuluh terkait
pengembangan kelompok tani khususnya di bidang usaha budidaya,
kepemimpinan, manajerial, dan kemampuan menganalisis kepasa
penyuluh agar penyuluh mampu meningkatkan kemampuan petani.
- Pemerintah juga harus terus berkoordinasi dengan penyuluh lapangan
melalui BP3K untuk melihat apa yang dibutuhkan oleh petani, dan
lebih teliti lagi dalam menyusun kebijakan-kebijakan yang ada,
sehingga apa yang disusun sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
petani.
3. Saran untuk peneliti selanjutnya: dalam penelitian ini peneliti hanya melihat
satu sisi saja yaitu sisi peran penyuluh pertanian. Maka dari itu, penelitian
selanjutnya harus melihat dari sisi petaninya juga dan juga melihat korelasi
programa dengan pengambangan kelompok tani.
77

DAFTAR PUSTAKA

Anwas, Muhammad Oos. 2011. Kompetensi Penyuluh Pertanian Dalam


Memberdayakan Petani. Jurnal Matematika, Sain dan Teknologi Volume
12. (12): 46-55
Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Maliku, 2019.
Rekap Nilai Kelompok Tani Kecamatan Maliku 2018. Pulang Pisau
Erwandi, Doli. 2012. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Mengaktifkan Kelompok
Tani di Kecamatan Lubuk Alang Padang. Universitas Andalas
Faqih, Achmad. 2014. Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dalam
Kegiatan Pemberdayaan Kelompok Terhadap Kinerja Kelompok Tani.
Jurnal Agrijati-Volume 26. (1): 12-18
Fauzi, Rahmad. 2018. Peran Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Kelompok
Tani di Kelurahan Tangkiling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. Palangka Raya
Ibrahim. 2001. Kajian Reorientasi Penyuluhan Pertanian Ke Arah Pemenuhan
Kebutuhan Petani di Provinsi Jawa Timur. Institut Pertanian Bogor.
. 2009. Komponen-komponen Pembangunan Pertanian Terpadu (1st ed.).
Malang: UMM Press.
Jarmie. 2000. Penerapan Ilmu Penyuluhan Menuju Pertanian yang Berwawasan
Agribisnis dalam Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju
Terwujudnya Masyarakat Madani. Institute Pertanian Bogor: Bogor
Kartasapoetra A. G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara: Jakarta
Komarudin. 1994. Ensiklopedia Manajemen (1st ed.). Bumi: Aksara Jakarta
Mardikanto, Totok. 2007. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat
Penyuluhan Kehutanan RI. Jakarta
. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Oress. Surakarta
. 2010. Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit TS. Surakarta
Najib, M., & Rahwita, H. 2010. Peranan Penyuluh Pertanian dalam
Pengembangan Kelompok Tani di Desa Bukit Raya Kecamatan
Tenggarong Seberang Kabuapaten kutai Kertanegara. Ziraa’ah, 28(2),
116–127.
Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. CV Ghalia: Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani,
Pub. L. No. 273/Kpyts/OT.160/4/2007. Jakarta: Departemen Pertanian.
78

Peraturan Mentri Pertanian. 2013. Tentang Pembinaan Kelompok Tani dan


Gabungan Kelompok Tani: Jakarta
Priyatni, Dwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktir. Andi Offset: Yogyakarta
Riansie. Usman, dan Abadi. 2012. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi. Cv
Alfabeta. Bandung.
Riduan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Cv Alfabeta.
Bandung.
Samsudin. 1982. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Angkasa
Offset. Bandung
Setiana. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia
Indonesia: Bogor
Sugiarto. 2003. Teknik Sampling. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung
. 2015. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung
Sukino. 2009. Pengelompokan Kelas Kelompok Tani. Institute Pertanian Bogor:
Bogor
Sunaryati, Revi dan Berkat. 2015. Analisis Kepuasan Petani Terhadap Kegiatan
Penyuluhan Pertanian Di Kelurahan Kalampangan, Palangka Raya
Kalimantan Tengah. Jurnal Agribisnis Vol. 9 (1) : 5-10
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K) Lembaran
Negara Tahun 2006 Nomor 92
Van den Ban dan Howkins. 1994. Permasalahan Penyuluhan Pertanian edisi II.
Bumi Aksara. Surabaya
Van den Ban. 1999. Permasalahan Penyuluhan Pertanian edisi I. Bumi Aksara.
Surabaya
Suparman, 1990. Statistik Sosial, Jakarta : Rajawali Perss. Supratiknya, A. 1995.
Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan Psikologis, Yokyakarta : Kanisius.
Astuti Rusita D, Anantanyu Sapja, Wijianton A. 2016. Peran Penyuluh Pertanian
Lapangan Dengan Tingkat Perkembangan Kelompok Tani Di Kabupaten
Sukoharjo. Jurnal AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal. 341 –
352

Anda mungkin juga menyukai