Anda di halaman 1dari 38

UJI PROPORTIES MATERIAL BETON

Disusun oleh:

Issac Jaques Mayola Yosoa (2205222010017)

I Gede Billy Ambara (2205222010018)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2023
2.1. Pendahuluan

Beton terbentuk dari campuran agregat halus, agregat kasar, semen


dan air dengan perbandingan tertentu. Beton merupakan suatu
bahan konstruksi yang banyak digunakan pada pekerjaan struktur
bangunan di Indonesia karena banyak keuntungan yang diberikan,
antara lain bahan pembentuknya yang relatif mudah diperoleh,
mudah dibentuk, mampu memikul beban yang berat, relatif tahan
terhadap temperatur yang tinggi, serta biaya pemeliharaan yang
kecil dibanding umur pemakaiannya. Kuat tekan beton sangat
dipengaruhi oleh material penyusunnya. Agregat, baik agregat
halus dan agregat kasar memiliki gradasi atau tingkat keseragaman
butiran yang bermacam-macam. Menurut ASTM (American
Society for Testing Materials) C.33-03, ada batasan-batasan
tertentu pada gradasi agregat kasar yang kemudian disebut dengan
batas atas dan batas bawah. Penelitian ini lebih menitik beratkan
tentang pengaruh dari berbagai macam gradasi agregat gabungan
terhadap perilaku beton itu sendiri. Sedangkan jenis dan
karakteristik semen adalah sama di setiap variasi gradasi agregat
kasar tersebut. Berbagai hipotesis awal yang melatar belakangi
penelitian ini berasal dari pengalaman-pengalaman penelitian dan
pengujian mengenai kuat tekan beton

sebelumnya, antara lain:

1. Semakin kecil dimensi agregat kasar semakin besar nilai kuat


tekannya (Hendra, P., dan Ika, W., 2006).

2. Gradasi ideal memiliki sifat interlocking atau saling mengunci


antar butiran agregat, sehingga nilai kuat tekan yang dihasilkan
cenderung optimal (Mulyono, 2004).
3. Rasio agregat halus berbanding agregat kasar yang makin
seimbang (mendekati 1:1) cenderung memiliki nilai kuat
tekan yang optimal. (Prabowo, S., L., 2010).

2.1. Tinjaun Pustaka


2.1.1. Pengertian Beton

Beton merupakan campuran antara bahan agregat halus dan kasar


dengan pasta semen (kadang-kadang juga ditambahkan
admixtures), yang apabila dituangkan ke dalam cetakan dan
kemudian didiamkan, akan menjadi keras seperti batuan. Proses
pengerasan terjadi karena adanya reaksi kimiawi antara air dengan
semen yang terus berlangsung dari waktu ke waktu. Hal ini
menyebabkan kekerasan beton terus bertambah sejalan dengan
waktu. Beton dapat juga dipandang sebagai batuan buatan. Rongga
pada partikel yang besar (agregat kasar) diisi oleh agregat halus,
dan rongga yang ada di antara agregat halus akan diisi oleh pasta
(campuran air dengan semen), yang juga berfungsi sebagai bahan
perekat sehingga semua bahan penyusun dapat menyatu menjadi
massa yang padat. Bahan penyusun beton meliputi air, semen
portland, agregat kasar dan halus, serta bahan tambah. Setiap
bahan penyusun mempunyai fungsi dan pengaruh yang berbeda-
beda. Sifat yang penting pada beton adalah kuat tekan. Bila kuat
tekannya tinggi, maka sifat-sifat yang lain pada umumnya juga
baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri
dari kualitas bahan penyusun, nilai faktor air-semen, gradasi
agregat, ukuran maksimum agregat, cara pengerjaan
(pencampuran, pengangkutan, pemadatan dan perawatan), serta
umur beton (Tjokrodimuljo, 1996). (Staffsite,UNY .,2023)

Beton adalah campuran yang terdiri dari agregat kasar dan agregat
halus, yang dicampur dengan air dan semen sebagai pengikat dan
pengisi antara keduanya, serta kadang-kadang ditambahkan
additive. (Tjokrodimuljo, K., 2004).

Wuryati, S., dan Candra, R., (2001), Dalam bidang bangunan yang
dimaksud dengan beton adalah campuran dari agregat halus dan
agregat kasar (pasir, kerikil, batu pecah atau jenis agregat lain)
dengan semen yang disatukan menggunakan air dalam jumlah
perbandingan tertentu.

BSN, 1990 , Beton sebagai campuran antara semen Portland atau


semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk
massa padat. (PT. Megacon Pekasa,2022).

Sebagai material komposit, keberhasilan penggunaan beton


tergantung pada perencanaan yang baik, pemilihan dan pengadaan
masing-masing material yang baik, proses penanganan, dan proses
produksinya.

Beton memiliki kelebihan dibanding material lain, diantaranya adal


ah sebagai berikut :

1) Beton termasuk bahan yang mempunyai kuat tekan yang


tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan
atau pembusukan dan tahan terhadap kebakaran;
2) Harga relatif murah karena menggunakan bahan dasar dari
lokal, kecuali semen Portland;
3) Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak
dalam bentuk yang sesuai keinginan;
4) Kuat tekan yang tinggi, apabila dikombinasikan dengan
baja tulangan dapat digunakan untuk sruktur berat;
5) Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton
lama yang retak, maupun diisikan ke dalam cetakan beton
pada saat perbaikan, dan memungkinkan untuk dituang
pada tempat-tempat yang posisinya sulit;
6) Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan
untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sulit.
7) Beton termasuk tahan aus dan kebakaran, sehingga biaya
perawatannya relatif rendah.
Beton juga memiliki kekurangan sebagai berikut :
a. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah
retak;
b. Beton segar mengalami susut pada saat pengeringan, dan
beton segar mengembang jika basah;
c. Beton keras mengeras dan menyusut apabila terjadi
perubahan suhu;
d. Beton sulit kedap air secara sempurna, sehingga selalu
dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan
garam dapat merusak tulangan beton;

Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dan


didetail secara seksama agar setelah dikombinasikan
dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail. (Putriani,
R., P., 2021)

2.1.2. Pemeriksaan Berat Jenis Semen


Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui berat jenis semen
dan pengaruhnya terhadap kemurniannya.
1. Alat yang digunakan
a) Timbangan (balance) dengan ketelitian 0.001
gram
b) Can (container)
c) Corong kaca
d) Le chatelier flask (Botol Le chatelier)
e) Saringan minyak
f) Bak air (minimal diameter 40 cm, tinggi 30 cm
yang penuh diisi air

Gambar 1: Timbangan (balance) dengan ketelitian +2


gram,

(Mulyono, T., 2017)

Gambar 2:
Can dan Corong Kaca,

(Mulyono, T., 2017)


2. Prosedur Pelaksanaan
Siapkan kebutuhan bahan, yaitu:
a) Kerosin bebas air atau neptha dengan berat jenis 62
API (American Petroleum Institute)
b) Semen Portland masukan kedalam can dan timbang
dengan berat +100 gram gunakan timbangan dengan
ketelitian +2 gram Gambar 1.6 dan gunakan can untuk
tempatnya Gambar 1.2.
c) Isi botol Le chatelier dengan kerosin atau neptha
skala”0”dan”1”. Kemudian keringkan
bagian dari atas cairan dalam botol sampai
antara.
d) Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu yang
ditetapkan pada botol +20oC untuk menyamakan
suhu cairan dalam botol dengan suhu yang
ditetapkan pada botol.
e) Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan yang
ditetapkan pada botol, baca skala pada botol
Masukkan semen Portland sebanyak 64 gram
kedalam botol sedikit demi sedikit, hindarkan
penempelan semen pada dinding botol diatas cairan.
Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol
dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai
gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan
cairan.
f) Rendam kembali botol beserta isinya kedalam bak
air, setelah suhu dalam botol sama dengan suhu yang
ditetapkan +20oC, baca skala pada botol, .
g) Hitung berat jenis semen, yaitu: berat semen dibagi
isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat
tertentu pada suhu 20oC.
Gambar 3: Le chatelier flask (Botol Le chatelier)

( Mulyono, T., 2017)

3. Hitungan Berat Isi semen Portland ( )

Berat jenis semen Portland

Dimana :

= pembacaan pertama pada skala botol Le chatelier


= pembacaan kedua pada skala botol Le chatelier

= berat isi air pada suhu

4. Lembar laporan sementara pengujian Berat Jenis


( Mulyono, T., 2017)

2.1.3. Pemeriksaan Waktu Pengikatan Semen Portland


Pemeriksaan waktu pengikatan semen Time of Setting Of Hidraulic Cement B
y Vicat Needle) dimaksudkan untuk mengetahui waktu pengikatan semen dari
berbagai tipe semen dan pengaruhnya terhadap campuran beton nantinya
1. Alat yang digunakan
a) Alat vicat (vicat apparatus)
b) Initial needle
c) Final needle
d) Cincin konik (conical ring mold)
e) Timbangan (balance) dengan ketelitian 0.01 gram,
f) Mixing bowl (Gambar 1.17)
g) Kaca plat (glass plate)
h) Gelas ukur (graduated cylinder)
i) Mesin pengaduk (mixer)
j) Stop watch
k) Can (container)
l) Spatula
m) Sarung tangan karet
2. Prosedur Pelaksanaan
1) Siapkan kebutuhan bahan, yaitu semen Portland sebanyak 650
gram. Kemudian masukkan air suling kedalam tromol mesin pe
ngaduk secukupnya, kemudian masukkan semen sebanyak 650
gram kedalam tromol, diamkan selama 30 detik agar menyerap
kedalam semen. Kemudian jalankan mesin pengaduk dengan k
ecepatan 140+5 rpm selama 30 detik.
2) Mesin pengaduk dihentikan selama 15 detik, selama itu
dinding tromol dari pasta yang menempel. Jalankan kembali
mesin pengaduk dengan kecepatan 285+10 rpm selama 1 (satu)
menit.
3) Ambil pasta semen dari tromol pengaduk, kemudian ambil
pasta semen dengan tangan dan bentuk seperti bola kemudian
dilemparkan dari satu tangan ketangan lain dengan jarak 15
cm. Sebanyak 6 kali.
4) Pegang pasta bola dengan satu tangan, kemudian tekankan
pada cincin konik (Gambar 1.5) yang dipegang dengan tangan
lain melalui lubang konik, sehingga cincin konik penuh dengan
pasta. Pasta ditekan pada posisi konik dari lubang besar ke
lubang yang kecil.

Gambar 4. Mixing Bowl, (Mulyon o,


T., 2017)

Gambar 5. Ala
t Uji Setting Time, (Mulyono, T., 201
7)

letakkan cincin konik dibawah jarum vicat, posisi konik diamet


er yang besar dibagian bawah dan yang kecil diatas. dan sentuh
kan jarum dengan bagian tengah permukaan pasta. Posisi center
cincin konik.

5) Kelebihan pasta semen pada konik dibersihkan, pada


permukannya diratakan dengan sendok perata (spatula) yang
digerakkan pada posisi miring pada permukaan cincin,
sehingga permukaan pasta rata benar dengan konik. Diamka
n selama 30 menit.
6) Jatuhkan jarum vicat sehingga meyentuh permukaan pasta sem
en dengan cara mengendurkan dan mengencangkan baut penj
epit dan catat awal penunjukkan jarum. Kemudian
kendurkan baut penjepit tersebut sambil jalankan stop
watch, catat penurunan yang terjadi selama 30 detik.
7) Ulangi pengukuran ini untuk titik yang lainya dimana, prosedur
(i) dan (j) setiap inerval 5 - 10 menit sampai didapat panetrasi
yang lebih kecil dari 25 mm. Jarak titik pengukuran satu sama
lain tidak boleh lebih dekat dari 6 mm dan tidak boleh lebih
dari 9 mm diukur dari tepi cincin konik.
8) Dengan melakukan interpolasi, tentukan waktu pengikatan
yang diperlukan untuk mencapai panetrasi 25 mm. Nilai ini
sebagai Initial setting time (waktu pengikatan awal). Waktu
pengikatan akhir (final setting time) didapat jika jarum
panetrasi tidak lagi dapat menembus pasta semen dalam
cincin konik.
9) Ulangi prosedur diatas untuk beberapa kadar air minimal 3 b
uah sample
(Mulyono,T., 2017)
3. Hitungan
I. Initial setting time (waktu pengikatan awal) didapat pada penuruna
n 25 mm
II. Waktu pengikatan akhir (final setting time) didapat jika jarum
panetrasi tidak lagi dapat menembus pasta semen dalam cincin
konik.
III. Buat grafik penurunan vs waktu dan Penurunan vs kadar air.
Contoh:
Tentukan waktu pengikatan awal untuuk hasil uji waktu pengikatan yang
memberikan hasil dengan data sebagai berikut:
Tabel 1. : Data hasil uji konsistensi

Kadar Air
Waktu 20% 30% 40%
Penguji Penurunan Jarum Vicat
an (mm)
(menit)
0 40 40 40
10 40 40 40
20 40 40 40
30 40 40 40
45 40 40 40
60 35 36 38
75 23 31 32
90 15 24 29
105 10 19 23
120 8 15 17
130 4 12 14
Penyelesaian:

Menggunakan data di Tabel 1, dibuat grafik penurunan vs waktu dan


Penurunan vs kadar air. Hubungan antara penurunan dengan waktu,
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 6: Hubungan antara Waktu Pengikatan dengan
Penurunan

Menggunakan Gambar 1.19 dapat ditentukan waktu pengikatan


saat penurunan 25 mm, yaitu didapatkan untuk Kadar air 20%,
30% dan 40% sebesar 72 menit, 88 menit dan 100 menit.
Waktu pengikatan awal disyaratkan minimal 45 menit dan
maksimal 375 menit untuk semen portland type I. Hasil ini
memenuhi syarat. Selanjutkan dibuatkan grafik hubungan
antara waktu pengikatan dengan kadar air, seperti Gambar 1.20.
Menggunakan trendline (kecenderungan) dengan polinomial
didapatkan sebuah persamaan , jika kadar air (KA) dan waktu
pengikatan T, maka dapat ditulis menjadi:

Dengan memasukan nilai


kadar air tertentu didapatkan waktu pengikatan
Gambar 7: Hubungan antara Waktu Pengikatan dengan Kadar Air

(Mulyono, T., 2017)

4. Lembar Laporan Sementara waktu Pengikat semen


(Mulyono, T., 2017)
2.1.4. Pemeriksaan Kuat Tekan Mortar Semen Portland
Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan mortar semen
prtland dari berbagai tipe semen dengan membuat benda uji berbentuk kubus
50 x 50 x 50 mm.
1. Alat yang digunakan
a) Cetakan kubus 50 x 50 x 50 mm (cement cube mold)
b) Meja alir (flow table)
c) Frame
d) Flow moldVernier Caliper
e) Tamper rod (batang pemadat)
f) Plat kaca (glass plate)
g) Gelas ukur (graduated cylinder)
h) Scraper/Spatula
i) Timbangan (balance) dengan ketelitian 0.01 gram
j) Mesin pengaduk (mixer)
k) Mixing Bowl
l) Stop watch
m) Rubber glovesCan (container)
n) Pasir standar (standard sand)
2. Prosedur Pelaksanaan
1) Siapkan kebutuhan bahan, yaitu semen Portland sebanyak 500
gram, dan pasir standar seberat 1375 gram serta air suling.
2) Faktor air semen adalah 0,485 untuk semua jenis semen portlan
d (242,5 mL) dan 0,460 untuk jenis semen portland yang meng
andung udara (230 mL).
3) Masukkan air suling kedalam tromol mesin pengaduk sebanyak
30% dari berat semen, kemudian masukkan semen sebanyak
500 gram kedalam tromol, diamkan selama 30 detik agar
menyerap kedalam semen. Kemudian jalankan mesin pengaduk
dengan kecepatan 140+5 rpm selama 30 detik.
4) Masukkan pasir otawa/kwarsa kedalam tromol sebanyak 1375
gram sambil pengaduk dijalankan dengan kecepatan 140+5
rpm selama 30 detik.
5) Mesin pengaduk dihentikan selama 15 detik, selama itu
dinding tromol dari pasta yang menempel. Jalankan kembali m
esin pengaduk dengan kecepatan 285+10 rpm selama 30 detik.
6) Hentikan mesin pengaduk, segera bersihkan mortar yang
menempel pada pinggir-pinggir tromol selama 15 detik,
kemudian biarkan mortar selama 75 detik.
7) Jalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan 285+10
rpm selama 60 detik.
8) Penetapan laju alir
9) Pencetakan benda uji
10) Pengujian kuat tekan
(Mulyono, T ., 2017)
3. Hitungan
Kekuatan tekan mortar (Mpa) = beban maksimum (P) dibagi luas
benda uji
4. Lembar laporan Sementara Pengujian Kuat Tekan Mortar
(Mulyono, T., 2017)

2.1.5. Uji Agregat


Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Berat jenis agregat normal berkisar antara
2,5 sampai 2,7. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% dari volume
mortar atau beton. Pemilihan agregat merupakan bagian yang sangat penting
karena karakteristik agregat akan sangat mempengaruhi sifat-sifat mortar atau
beton (Tjokrodimuljo, 1996). Ukuran agregat dalam prakteknya dapat
digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu :
a. Batu, jika ukuran butiran lebih dari 40 mm.
b. Kerikil, jika ukuran butiran antara 5 mm sampai 40 mm.
c. Pasir, jika ukuran butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm.
d. Butiran yang lebih kecil dari 0,15 mm, dinamakan “silt” atau tanah
(Tjokrodimuljo, 1996).

Faktor penting yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran
butir agregat. Apabila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam,
dapat menimbulkan volume pori lebih besar. Tetapi jika ukuran butirnya
bervariasi, maka volume pori menjadi kecil. Hal ini disebabkan butir yang
lebih kecil akan mengisi pori di antara butiran yang lebih besar. Agregat
sebagai bahan penyusun beton diharapkan memiliki kemampatan yang
tinggi, sehingga volume pori dan kebutuhan bahan pengikat lebih sedikit.

BSN,(1992), mengklasifikasikan distribusi ukuran butiran agregat halus


(pasir) menjadi empat daerah atau zone yaitu : zona I (kasar), zona II (agak
kasar), zona III (agak halus) dan zona IV (halus) sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 1.

TABEL 2. BATAS-BATAS GRADASI AGREGAT HALUS MENURUT


SNI 03-2834-1992

Ukuran Persentase Berat yang Lolos Saringan


Saringa Gradas Gradas Gradas Gradasi
n i Zona i Zona i Zona Zona
I II III IV
9,60 mm 100 100 100 100
4,80 mm 90-100 90-100 90-100 95-100
2,40 mm 60-95 75-100 85-100 95-100
1,20 mm 30-70 55-90 75-100 90-100
0,60 mm 15-34 35-59 60-79 80-100
0,30 mm 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 mm 0-10 0-10 0-10 0-15

I. Secara praktis, pasir yang baik dapat ditengarai secara visual dengan ciri-
ciri butirannya yang bersudut/tajam, berwarna kehitaman, tidak
mengandung lumpur ataupun zat organik.
Batasan gradasi agregat kasar yang baik untuk ukuran butir agregat
maksimum 19 mm dan 38 mm, menurut BSN, (1992), ditunjukkan pada
Tabel 2.

TABEL 3. BATAS-BATAS GRADASI AGREGAT KASAR


Ukuran Persentase Berat yang Lolos Saringan
Saringan 5 mm sampai 38 mm 5 mm sampai 19 mm

38,0 mm 90-100 100

19,0 mm 35-70 90-100

9,6 mm 10-40 50-85

4,8 mm 0-5 0-10

II. Agregat kasar, menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia,


perlu diuji ketahanannya terhadap keausan (dengan mesin Los Angelos).
Persyaratan mengenai ketahanan agregat kasar beton terhadap keausan
ditunjukkan pada Tabel 4.

TABEL 4. PERSYARATAN KEKERASAN AGREGAT KASAR

Kekuatan Beton Maksimum bagian yang


hancur dengan Mesin Los
Angeles, Lolos Ayakan 1,7
mm (%)

Kelas I (sampai 10 MPa) 50

Kelas II (10MPa- 40
20MPa)

Kelas III (di atas 20 27


MPa)
Berkaitan dengan pekerjaan konstruksi beton bertulang, ukuran
maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:

a. 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun


b. 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
c. 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat- kawat,
bundel tulangan, atau tendon-tendon pratekan atau selongsong-
selongsong.
Pada umumnya, campuran beton yang menggunakan agregat kasar
berupa batu pecah (split) akan menghasilkan kualitas beton yang lebih baik
dibandingkan dengan beton yang menggunakan agregat kasar alami (kerikil),
karena batu pecah memiliki pemukaan bersudut sehingga akan saling
mengisi/mengunci saat dipadatkan. Selain itu, permukaan batu pecah juga lebih
kasar sehingga kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat pada bagian
permukaan (interface) juga lebih baik.
III. Cara Pengujian Agregat untuk Keperluan Rancang Campur Beton
Sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi kuat tekan beton yang dihasilkan
sehingga, sebelum dilakukan rancang campur (mix-design) beton, harus di
ketahui beberapa sifat agregat berikut:
a. Bentuk dan tekstur,
b. Ukuran dan gradasi,
c. Kadar air,
d. Berat jenis,
e. Berat satuan atau bobot isi.
Sifat-sifat di atas berpengaruh langsung terhadap kebutuhan pasta semen
untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan
1. Cara Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar Menurut
BSN, (1990).
Metode ini digunakan untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan
saringan, dengan tujuan untuk memperoleh distribusi besaran atau
jumlah persentase butiran.
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran
agregat, yang lolos dari satu set saringan, kemudian angka-angka
persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
Peralatan yang digunakan meliputi; timbangan, satu set saringan, oven,
alat pemisah, mesin guncang jaringan, talam, dan alat lainnya.
Benda uji berupa agregat, baik agregat halus maupun agregat
kasar, yang diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan
banyak.
Berat minimum benda uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Agregat halus :
a. ukuran maksimum 4,76 mm; berat minimum 500 gram
b. ukuran maksimum 2,38 mm; berat minimum 100 gram
2. Agregat kasar antara lain :
a. ukuran maksimum 3,5 inchi (89 mm); berat minimum 35 k
g
b. ukuran maksimum 2,5 inchi (64 mm); berat minimum 25 k
g
c. ukuran maksimum 1 inchi (25 mm); berat minimum 10 kg.
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agr
egat tersebut dipisahkan menjadi dua bagian dengan saringan no. 4.
Prosedur pengujian meliputi tahapan sebagai berikut;
1) Benda uji dikeringkan dalam oven, dengan suhu (1105)
derajat celcius, sampai berat tetap.
2) Benda uji disaring melalui susunan saringan berlapis,
dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling
atas.
3) Saringan diguncang dengan tangan atau mesin selama 15
menit.
4) Prosentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-
masing saringan dihitung terhadap berat total benda uji
setelah disaring.
5) Hasil analisis saringan, dalam pengujian gradasi agregat
kasar dan agregat halus, diwujudkan dalam bentuk grafik
untuk menentukan kelayakan dan daerah gradasi
berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2.
Selanjutnya digunakan sebagai acuan perencanaan adukan beton.
Contoh hasil analisis saringan ditunjukkan pada Gambar di bawah ini:
Gambar 8. Contoh Hasil Analisis Saringan Agregat Halus

Gamba
r 9 Contoh Hasil Analisis Saringan Agregat Kasar

IV. Cara Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar Menurut
SNI 03-1969-1990
Metode pengujian ini dilakukan pada agregat kasar, yaitu agregat yang
tertahan oleh saringan berdiameter 4,75 mm (saringan No. 4). Metode ini
digunakan sebagai acuan untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis
kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan dari agregat
kasar.
Peralatan yang digunakan, antara lain, keranjang kawat No. 6 atau No. 8,
tempat air, timbangan, oven, saringan No. 4.
Benda uji adalah agregat yang tertahan oleh saringan berdiameter 4,75 mm
(saringan No. 4), yang diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
penempatan, sebanyak kira-kira 5 kg.
Prosedur pengujian meliputi tahapan sebagai berikut:
1) Mencuci benda uji, mengeringkannya dalam oven, dan kemudian
mendinginkannya.
2) Menimbang benda uji dengan ketelitian 0,5 gr (Bk).
3) Merendam benda uji dalam air selama 24 jam.
4) Mengeluarkan benda uji dari air, lalu benda uji ditimbang dalam
kondisi jenuh kering permukaan (Bj).
5) Meletakkan benda uji di dalam keranjang dan menggoncangkan
batunya lalu menentukan beratnya di dalam air (Ba).
6) Menghitung berat jenis curah, berat jenis jenuh kering muka, berat
jenis semu, dan penyerapan dengan menggunakan rumus-rumus
berikut:
Berat Jenis curah =Bk / Bj - Ba
Berat jenis jenuh kering muka =Bj / (B – Ba)
Berat jenis semu Bk /(Bk – Ba) Penyerapan =100 (Bj – Bk) /Bk
Bk :berat benda uji kering oven;
B : berat benda uji kering oven permukaan jenuh;
Bj : berat benda uji kering oven permukaan jenuh di dalam air
Hasil pengujian ini dapat digunakan dalam; penyelidikan quarry
agregat, perencanaan campuran, pengendalian mutu beton,
perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.

V. Cara Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Menurut B
SN, (1990).
Metode pengujian ini dilakukan pada jenis agregat halus, yaitu yang lolos
saringan No. 4 (4,75 mm). Metode ini merupakan acuan untuk menentukan
berat jenis curah, berat jenis kering permukaan Jenuh, berat jenis semu dan
angka penyerapan dari agregat halus. Peralatan yang digunakan, antara lain,
timbangan, piknometer, saringan No. 4, oven, desikator, dan lain lain.
Benda uji adalah agregat yang lolos saringan nomor 4 (4,75 mm),
diperoleh dari alat pemisah contoh agregat atau cara penempatan sebanyak
100 gr.
Prosedur pengujian dilaksanakan sebagai berikut:
1) Mengeringkan benda uji dalam oven selama 2 Jam, kemudian
mendinginkannya.
2) Merendam benda uji di dalam air selama (24 4) jam.
3) Membuang air perendam dan mengeringkan benda uji di udara
panas sampai tercapai keadaan jenuh kering permukaan.
4) Setelah tercapai kondisi jenuh kering permukaan, 500 gr benda uji
dimasukkan ke dalam piknometer, lalu piknometer direndam
dalam air.
5) Menambahkan Air sampai mencapai tanda batas.
6) Menimbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian
0,1 gram (Bt).
7) Mengeluarkan benda uji, lalu mengeringkannya dalam oven dan
mendinginkannya dalam desikator, kemudian ditimbang (Bk).
8) Menentukan berat piknometer berisi air penuh dan mengukur suhu
air guna penyesuaian dengan suhu standar 25oC (B).
9) Menghitung berat jenis curah, berat jenis jenuh kering permukaan,
berat jenis semu, dan penyerapan, dengan menggunakan rumus-
rumus sebagai berikut:
Berat jenis curah = Bk / (B + 500 – Bt)
Berat jenis jenuh kering muka =500 / (B + 500 – Bt)
Berat jenis semu =Bk /(B + Bk – Bt)
Penyerapan =100 (500 – Bk) /Bk
Bk :berat benda uji kering oven;
B : berat piknomneter berisi air;
Bj : berat p[iknometer berisi benda uji dan air;
Ba :berat berat benda uji kering oven permukaan jenuh.

VI. Cara Pengujian Bobot Isi dan Rongga Udara dalam Agregat Menurut SNI
03-4804-1998
Metode ini mencakup ketentuan peralatan, contoh uji, cara uji, dan
perhitungan berat isi dalam kondisi padat atau gembur, serta rongga udara
dalam agregat. Berat isi agregat adalah berat agregat persatuan isi,
sedangkan rongga udara dalam satuan volume agregat adalah ruang di
antara butir- butir agregat yang tidak diisi oleh partikel yang padat.

Peralatan yang diperlukan meliputi: timbangan kapasitas (2 – 20)


kg, batang baja 16 mm dan panjang 610 mm, alat penakar kapasitas (2,8
- 100) Iiter, sekop atau sendok, dan oven.

Contoh uji dipersiapkan jumlahnya mendekati (125-200) % dari


jumlah yang dibutuhkan untuk pengujian.
Perhitungan berat isi dilakukan dengan rumus:
M = (G – T) / V
Dengan:
M :berat isi agregat kering oven (kg/m3) G = agregat
dan penakar (kg)
T : berat penakar (kg)
V :volume penakar (m3)
Rumus yang digunakan untuk menghitung berat agregat kering
permukaan adalah;
MSSD = M { 1 + (A / l00)}
dengan:
MSSD :berat isi jenuh kering permukaan (kg/m3)
M :berat isi kering oven (kg/m3)
A :absorbsi (%)

Kadar rongga udara dihitung dengan persamaan berikut:

Kadar rongga udara = [(S x W) - M] / (S x W) x 100%

dengan,

M :berat isi dalam kondisi kering oven (kg/m3)


S : berat jenis agregat dalam kondisi kering

W : kerapatan air: 998 (kg/m3)

Pengujian ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

 Cara tusuk: isi penakar 1/3 dari volume takaran dan ratakan
kemudian tusuk 25 kali, isi lagi dengan bahan agregat
sampai volume 2/3 nya. Ratakan dan tusuk 25 kali kembali.
Isi lagi penakar sampai penuh, tusuk lagi 25 kali dan
ratakan.
 Cara ketuk: Isi takaran dengan agregat dalam tiga tahap,
padatkan setiap lapisan dengan mengetukkan alas penakar
ke atas lantai sebanyak 50 kali, ratakan, kemudian tentukan
berat penakar dan isinya.
 Cara sekop: Isi takaran dengan agregat, menggunakan
sekop, secara berlebihan, ratakan, kemudian tentukan berat
takaran dan isinya.
(Staffsite,UNY., 2023)

2.1.6. Uji Air

Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk

bereaksi dengan semen, yang juga berfungsi sebagai pelumas antara butiran-
butiran agregat agar dapat dikerjakan dan dipadatkan. Proses hidrasi dalam
beton segar membutuhkan air kurang lebih 25% dari berat semen yang
digunakan. Dalam kenyataan, jika nilai faktor air semen kurang dari 35%,
beton segar menjadi tidak dapat dikerjakan dengan sempurna, sehingga
setelah mengeras beton yang dihasilkan menjadi keropos dan memiliki
kekuatan yang rendah. Kelebihan air dari proses hidrasi diperlukan untuk
syarat-syarat kekentalan (consistency), agar dapat dicapai suatu kelecakan
(workability) yang baik. Kelebihan air ini selanjutnya akan menguap atau
tertinggal di dalam beton yang sudah mengeras, sehingga menimbulkan pori-
pori (capillary poreous).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada air, yang akan digunakan sebagai
bahan pencampur beton, meliputi kandungan lumpur maksimal 2 gr/lt,
kandungan garam-garam yang dapat merusak beton maksimal 15 gr/lt, tidak
mengandung khlorida lebih dari 0,5 gr/lt, serta kandungan senyawa sulfat
maksimal 1 gr/lt. Secara umum, air dinyatakan memenuhi syarat untuk
dipakai sebagai bahan pencampur beton, apabila dapat menghasilkan beton
dengan kekuatan lebih dari 90% kekuatan beton yang menggunakan air
suling (Tjokrodimuljo, 1996). Secara praktis, air yang baik untuk digunakan
sebagai bahan campuran beton adalah air yang layak diminum, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

Menurut BSN., (2016), rasio air semen (w/c) adalah perbandingan


antara berat air dengan berat semen dalam campuran beton. Rasio air
semen ini sangat penting dalam menentukan karakteristik beton, seperti
kekuatan, durabilitas, dan workability. Pengujian rasio air semen pada
campuran beton dilakukan dengan menggunakan alat gelas ukur dan
timbangan.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Siapkan gelas ukur bersih dan kering.
2. Timbang gelas ukur kosong.
3. Timbang gelas ukur yang berisi air.
4. Hitung volume air dengan menggunakan rumus berikut:
Volume air =Berat air / Densitas air
5. Timbang gelas ukur yang berisi air dan semen.
6. Hitung berat semen dengan menggunakan rumus berikut:

Berat semen = Berat gelas ukur berisi air dan semen -


Berat gelas ukur kosong

7. Hitung rasio air semen dengan menggunakan rumus berikut:

Rasio air semen =Volume air / Berat semen

Berdasarkan SNI 6880:2016, rasio air semen untuk beton


struktural adalah sebagai berikut:
 Beton normal (kuat tekan 28 hari ≥ 25 MPa): 0,40 - 0,60
 Beton ringan (kuat tekan 28 hari ≥ 25 MPa): 0,45 - 0,65
 Beton berat (kuat tekan 28 hari ≥ 35 MPa): 0,40 - 0,55
Rasio air semen yang lebih rendah akan menghasilkan beton yang
lebih kuat dan lebih tahan lama. Namun, rasio air semen yang terlalu
rendah juga akan membuat beton menjadi sulit dikerjakan.(Staffsite,UNY.,
2023).

KESIMPULAN
A. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan
i. Pada dasarnya bahan beton terbuat dari campuran bahan agregat
(halus dan kasar), Semen, air dan atau dengan bahan tambahan
(Addiktif). Dalam campuran beton, agregat halus dan kasar
terikat pada matrix semen. Beton termasuk bahan yang
mempunyai kuat tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan
terhadap pengkaratan atau pembusukan dan tahan terhadap
kebakaran;
ii. Harga relatif murah karena menggunakan bahan dasar dari lokal,
kecuali semen Portland;
iii. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam
bentuk yang sesuai keinginan;
iv. Kuat tekan yang tinggi, apabila dikombinasikan dengan baja
tulangan dapat digunakan untuk sruktur berat;
v. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang
retak, maupun diisikan ke dalam cetakan beton pada saat
perbaikan, dan memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat
yang posisinya sulit;
vi. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk
dituang pada tempat-tempat yang posisinya sulit.
vii. Beton termasuk tahan aus dan kebakaran, sehingga biaya
perawatannya relatif rendah.
B. Beton juga memiliki kekurangan sebagai berikut :
Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak;
i. Beton segar mengalami susut pada saat pengeringan, dan
beton segar mengembang jika basah;
ii. Beton keras mengeras dan menyusut apabila terjadi
perubahan suhu;
iii. Beton sulit kedap air secara sempurna, sehingga selalu
dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan
garam dapat merusak tulangan beton;
iv. Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dan
didetail secara seksama agar setelah dikombinasikan
dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail
v. Pemeriksaan waktu pengikatan semen Time of Setting Of
Hidraulic Cement By Vicat Needle) dimaksudkan untuk
mengetahui waktu pengikatan semen dari berbagai tipe
semen dan pengaruhnya terhadap campuran beton nantinya,
Uji Semen Portland, Pemeriksaan dimaksudkan untuk
mengetahui berat jenis semen dan pengaruhnya terhadap
kemurniannya, Pemeriksaan Waktu Pengikatan Semen
Portland, Pemeriksaan Kuat Tekan Mortar Semen Portland,
Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan
mortar semen prtland dari berbagai tipe semen dengan
membuat benda uji berbentuk kubus 50 x 50 x 50 mm.
vi. Uji Air Menurut SNI 6880:2016, rasio air semen (w/c)
adalah perbandingan antara berat air dengan berat semen
dalam campuran beton. Rasio air semen ini sangat penting
dalam menentukan karakteristik beton, seperti kekuatan,
durabilitas, dan workability. Pengujian rasio air semen pada
campuran beton dilakukan dengan menggunakan alat gelas
ukur dan timbangan.

PUSTAKA

Mulyono, T ., 2017,Pengujian Bahan Semen, htpps://www.researchgate.net,


Januari 2017

Prabowo, S ., L ., 2010, Pengaruh Gradasi Agregat Gabungan Pada Perilaku


Beton, 17 maret 2010

PT. Megacon Pekasa, 2022, Pengertian Beton Menurut Para Ahli,


https://megaconperkasa.com
Putriani, P ., R ., 2021,Karateristik Uji Proporties Dan Campuran Beton Normal,
https://www.researchgate.net, September 2021

Staffsite., 2023, Modul Bahan Bangunan ii agregatemail.pdf, https://staffnew.uny.


ac.id

Anda mungkin juga menyukai