Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL BOOK REPORT

PERENCANAAN PELABUHAN

DOSEN PENGAMPU:
Ir. HAMIDUN BATUBARA, MT
DODY TAUFIK SIBUEA, ST., MT

DISUSUN OLEH :
Nama : Dina Ardiyanti Nst
Nim : 5202250007

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Tuhan YME karna oleh rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang CBR (critical Book review) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pelabuhan.
Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pelabuhan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

terdapat kesalahan dalam pemahaman maupun penulisan makalah ini. Saya


mengucapakan terima kasih kepada, Bapak Ir. Hamidun Batu bara
,M.T. dan Bapak Dody Taufik Absor Sibuea, S.T., M.T dan Bapak Syahreza Alvan, ST.,
M.Si. selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Pelabuhan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan progam studi yang saya
tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Medan, 19 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3

IDENTITAS BUKU .................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 5


1 Rasionalisasi Pentingnya CBR .....................................................................................................5

2 Tujuan Penulisan CBR ............................................................................................................. 5

3 Manfaat CBR….................................................................................................................................... 5

BAB II RESIONAL BUKU .................................................................................... 6


Ringkasan Isi Buku… ........................................................................................................ 6

Parameter Perencanaan Pelabuhan ..................................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................17

A. Kelebihan Buku… ................................................................................................... 17

B. Kekurangan Buku… ................................................................................................ 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 18


A.KESIMPULAN ............................................................................................................................ 18

B.SARAN............................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

3
IDENTITAS BUKU

1. Judul buku : Perencanaan Pelabuhan


2. Penerbit : ITB
3. Kota Terbit : Bandung
4. Tahun 2002
5. Tebal buku : 471 halaman
6. Penyusun : Soedjono Kramadibrata
7. ISBN : 979-9299-63-2

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR

Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang
kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa,
pembahasan tentang Teknik Jalan Raya.Mahasiswa biasanya sangat malas dan bahkan tidak
mau jika disuruh membaca sebuah buku, maka dari itu dibuat tugas untuk para mahasiswa
mereview/mengkritik sebuah buku agar mahasiswa dapat mengupas isi buku dan tau
bagaimana cara membuat sebuah buku nantinya. Oleh karena itu, penulis membuat Critical
Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada
pokok bahasan tentang Perencanaan Perkerasan Jalan Raya.

1.2 Tujuan Penulisan CBR

- Menambah wawasan dan informasi dari buku yang direview.


- Meningkatkan keahlian kita dalam mereview buku.
- Menguatkan pembelajaran dengan cara mereview beberapa buku.
- Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku.

1.3 Manfaat CBR

- Mempermudah dalam memahami isi buku.


- Untuk menambah wawasan tentang Perencanaan Pelabuhan.
- Mengetahui Perhitungan Perencanaan Pelabuhan.
- Memahami Tentang Bagaimana Parameter Perencanaan Pelabuhan.

5
BAB II
RESIONAL BUKU

2. RINGKASAN ISI BUKU BAB IV

Perancangan pelabuhan (Port design)

Kegiatan perancangan selain sebagai kelanjutan aktivitas yang telah diletakkan oleh
perencanaan, juga merupakan penguraian kerangka teknis dan ekonomi dengan memperhatikan
kemampuan usaha detailisasi agar unsur kebutuhan adanya pelabuhan dapat terlaksana.
Keberhasilan pembangunan rancangan (desain) tersebut bukan hanya dari segi teknis saja, tetapi
juga banyak ditinjau dari segi operasi yang menjamin bukan saja dari efektivitas pengoperasian
pelabuhan, juga perlu dilihat dari segi efisiensi dua pihak, dalam hal ini pengguna jasa pelabuhan
dan pengusahaan dari investasi pelabuhan itu sendiri. Operasi (OPS) itr: sendiri banyak terkait
dengan derajat perancangan dan tidak lepas dari dukungan IPTEK. berbagai Jenis ilmu yang
terkait safu dengan lainnya seperti dapat dilihat pada Gambar 4.1, yaitu ilmu-ilinu dasar seperti
Ekonomi, Sistern Sosial, Psikologi, dan Komputer (informasi serta pengendalian) serta terkait
dengan rincian cabang ilrnu-ilmu dimaksud. Perubahan (the change) nilai salah satu dari disiplin
ilmu tersebut akan berpengaruh pada operasi/rancangan pelabuhan.

4.1 Pelabuhan ditinjau dari sudut teknis operasional


Secara teknis, pelabuhan adalah salah satu bagian dari Ilmu Bangunan Maritim, tempat
dimungkinkan kapl-kapal berlabuh atau bersandar dan kemudian dilakukan bongkar muat pada
barang angkutannya.

Dari sudut telrnis, dikenal beberapa macam pelabuhan, yaitu:


a. Pelabuhan lrlam (Natural and protected harbour), adalah suatu daerah yang menjurus ke
dalam (inlet) terlindung oleh suatu pulau, jazftah atau terletak di suatu teluk, sehingga
navigasi dan berlabuhnya kapal dapat dilaksanakan.
Contoh: Dumai, Cilacap, New York, Hamburg, dan sebagainya.
b. Pelabuhan Buatan (artifical harbour), adalah suatu daerah perairan yang dibuat manusia,
sehingga terlindung dari ombak/badai/arus dan memungkinkan kapal dapat merapat.
Contoh: Tanjung Priok, Dover, Colombo dan sebagainya.
c. Pelabuhan Semi Alam (Semi natural harbour)
Contoh: Palembang.

6
4.2 Pelabuhan ditinjau dari sudut bina pengusahaan
Hubungan pelabuhan dengan daerah lain/pedalamannya, kegiatan-kegiatan tersebut harus
dapat dikelola secara efisien. Dari segi finansial, pengusahaan pelabuhan harus dapat
menghasilkan, dalam arti secara minimal segala biaya (investasi) dan pengoperasiannya harus
dapat ditutup dari hasil pendapatan dalam suatu periode tertentu. Jangka investasi ini biasanya
dihitung selama (30-35) tahun, hingga biaya penyusutannya pun harus dapat dipikul. Pendapatan
pelabuhan (revenue) dikelola dengan sistem tarif jasa pelabuhan. Melibat tingkat pengembalian
panjang inilah (low yielding), maka investasi dan pengelolaan pelabuhan umum di Indonesia harus
dilakukan oleh tenaga-tenaga berpendidikan dan terampil serta terlatih melalui pelatihan berjenjang
dan berorentasi terbuka serta saling berinteraksi.

Berdasarkan beberapa persyaratan pengembalian investasi atau Rol (Return on Investment)


seperti telah diuraikan pada Bab 2, dari segi bina pengusahaan perlu dicapai kemampuan operasi
yang optimal (optimize operation) sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggs high
productivity) Perlu dibedakan pengertian produksi dan produkivitas. Produksi diartikan sebagai
jumlah hasil kerja peralihan angkutan pada tuan waktu (jam, hari/bulantahun), sedangkan
produktivitas diartikan jumlah hasil kerja per satuan tenaga kerja/peralatan dalam satuan waktu
(jam, hari, bulan, tahun),
Klasifikasi pelabuhan dilihat dari jenis jasa yang diberikan, dibagi menjadi:
Golongan (a)
1) Pelabuhan yang diusahakan, lalah pelabuhan dalam pembinaan Pemerintah yang sesuai
kondisi, kemampuan, dan pengembangan potensinya, diusahakan Ditinjau dari
pemungutan jasa-jasa menurut asas hukum perusahaan,
2) Pelabuhan yang tidak dissabakan ialah pelabuhan dalam pembinaan. Pemerintah yang
sesuai kondisi kemampuan dan pengembangan potensinya masih menonjol sifat overheid-
arg
3) Pelabuhan otonom, adalah pelabuhan yang diserahkan wewenangnya untuk mengatur diri
sendiri.
Golongan (b)
Ditinjau dari jenis perdagangan:
1) Pelabuhan Laut, ialah pelabuhan yang terbuka untuk jenis perdagangan dalam dan luar
negeri yang menganut Undang-Undang Pelayaran Indonesia
2) Pelabuhan Pantai, ialah pelabuhan yang terbuka bagi jenis pentagangan dalam negeri.
Golongan (c)
Ditinjau dari jenis pelayanan terhadap kapal dan muatan
1) Pelabuhan Utama (mayor port), yaitu pelabuhan yang melayani kapal-kapal besar dan
merupakan pelabuhan pengumpul/pembagi muatan,
2) Pelabuhan Cabang (feeder port), merupakan pelabuhan yang melayani kapal- kapal kecil

7
yang mendukung pelabuhan utama.
Ditinjau dari sisi pengguna jasa pelabuhan, masih dirasakan perlu diperoleh nilai tambah
pelanggan, yang harus diantisipasi oleh pengusaha pelabuhan untuk mampu mencari titik temu
yang seimbang. Dalam rumusan ini, dinyatakan:

4.3 Hubungan angkutan laut (pelayaran) dan pelabuhan


Untuk menunjang perdagangan dan lalu lintas muatan, diciptakan pelabuhan sebagai titik
simpul (central) yang memungkinkan perpindahan muatan dan penumpang, tempat kapal-kapal
dapat berlabuh dan bersandar untuk kemudian melakukan bongkar-muat dan/atau meneruskan
pelayaran ke daerah tujuan. Pelayaran samudera menempuh kebijaksanaan agar neraca jasa
angkutan dapat seimbang dan menjamin perdagangan luar negeri baik dari segi impor maupun
ekspor hasil-hasil di dalam negeri. Dari uraian singkat ini telah digambarkan peranan angkutan laut
yang seiring dengan perlumbuhan ekonomi/sosial bangsa dan dukungannya terhadap sektor
perdagangan.

4.4 Arus muatan (traffic flow) dan pelayaran di Indonesia


Indonesia secara geografis terbentang pada jarak 5000 Km antara batasan Barat/Timur dan
pada jarak 1800 Km antara Utara/Selatan. Kawasan daerah ini terdiri lebih dari 3000 pulau yang
didiami. Dengan daerah yang luas, maka keadaan lautan pun berbeda-beda. Dari sifat laut-laut ini,
untuk pelayaran antarpulau (inter insuler) digunakan kapal-kapal dengan ukuran-ukuran 750 DWT,
980 DWT, 1600 DWT, 2300 DWT dan 3000DWT, yaitu ukuran kapal-kapal yang cocok untuk
melayani daerah-daerah ini.

Dalam menunjang perdagangan berbentuk arus muatan, subsektor angkutan laut dapat dibagi
menjadi dua klasifikasi, yaitu:
a. Pelayaran samudera (luar negeri)
1. Nilai Valuta (dalam US$) perdagangan luar negeri dari olahan data 'Statistik Ekonomi
Keuangan Indonesia' yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia edisi Oktober 1980 dapat
disimpulkan pada Tabel 4-4 dari data ini, maka neraca perdangan luar negeri Indonesia
sejak tahun 1975 s.d. 1999 selalu dalam keadaan surplus. Komoditi yang dominan
adalah hasil minyak bumi dan komoditi yang sejenis (gas alam, lilin dan sebagainya),
sedangkan nilai angkutan dan perjalanannya masih menunjukan angka minus. hal ini
banyak dipengaruhi oleh jenis muatan dari angka angkutan tramper (angkutan
pelayaran secara tidak tetap).
2. Ditinjau dari Jumlah ton muatan
Pembagian muatan ekspor impor dari jalur utama antara lain: Indonesia- Eropa,
Indonesia-Jepang, dan Indonesia- USA/Canada, masing-masing dapat dilihat pada
Tabel-tabel 4.5a, 4.5b, 4.5c, dan 4.6a, 4.6b, 4.6. Dari tinjauan ini, maka hubungan
perdagangan utama Indonesia adalah dengan Jepang, pembagian muatannya pun cukup
memadai bagi perusahaan pelayaran Indonesia

b. Pelayaran dalam negeri Pembinaan pelayaran dalam negeri diatur dengan pembagian
sebagai berikut:
1) Pelayaran Nusantara (RLS, termasuk sebagai jaringan utama), yang jadwalnya
merupakan frekuensi yang tepat Kapal-kapal yang melayani jalur ini berlabuh dan
berangkat dari pelabuhan tertentu secara teratur, jadwal kedatangan dan

8
keberangkatan diumumkan sebelumnyu, tarif jasa angkatannya ditetapkan
Pemerintah Jumlah kapal yang melayani jaringan pelayaran nusantara ini tercatat
ada 367 unit yang berukuran dari 750 d 3500 DWT dengan jumlah kapasitas
379.631 DWT
2) Pelayaran lokal (termasuk sebagai jaringan lintas cabang/der routes) adalah
pelayaran yang menghubungkan pelabuhan pantai dengan pelabuhan laut.
Pelayaran lokal ini dilakukan oleh kapal-kapal dengan ukuran antara 200 sd 100
DWT dan jumlah kapasitasnya 137.815 BRT. Daerah operasi pelayaran lokal ini
beradius 500 N.MI
3) Pelayaran Rakyat adalah pelayaran dengan menggunakan perahu perahu layar
motor bantu yang digunakan pada saat tertentu bila tidak ada lenaga angin. Pada
masa mendatang, kapal dengan menggunakan tenaga angin akan dintensifkan
pemakaiannya karena langkanya bahan bakar minyak bumi. Beberapa negara maju
pada saat ini sedang giat mengembangkan riset pemakaian tenaga angin untuk
diterapkan pada kapal-kapal berukuran besar.
4) Pelayaran Perintis
Berbeda dengan fungsi pelayaran-pelayaran yang telah disebutkan di atas, fungsi
pelayaran perintis dimaksudkan untuk membuka suatu kegiatan ekonomi suatu
daerah. Kegiatan angkutan pelayaran perintis ini menyatakan suatu dalil The Trade
follow The Ship Daerah yang dimaksud adalah daerah terpencil yang banyak
terdapat di wilayah negara kita. Pelayaran perintia ini dikembangkan pemerintah
sejak pertengahan PELITA II. Kerugian akibat operasi kapal-kapal perintis ini
dipikul oleh pemerintah. Bila perkembangan perekonomian daerah tersebut telah
terbuka, pelayaran perintisini akan digantikan dengan pelayaran lokal. Beberapa
daerah dengan penempatan pelayaran perintis adalah sebelah barat Sumatra, daerah
Riau, daerah Nusa Tengggara Barat dan Timur, daerah Maluku, dan daerah
perairan Irian Jaya. Pada tahun 1980 (akhir) pelaksanaan pelayaran perintis ini
diselenggarakan oleh PT. PELNI

4.5 Karakteristik kapal


Dalam merancang pelabuhan, kita perlu mengetahui berbagai sifat dan fungsi kapal karena dar
data ini dapat diketahui ukuran-ukuran pokok kapal yang berguna bagi perencana untuk dapat
menetapkan ukuran-ukuran teknis pelabuhan dan cara menangani bongkar/muat. Sesuai dengan
pengembangan teknologi kapal, pelabuhan sebagai prasarana harus disesuaikan sedemikian rupa
agar dapat melayani kapal dan mampu menangani muatan. Antara kapal dan pelabuhan terdapat
hubungan ketergantungan (interdependensi)
Untuk mendalami karakteristik kapal, terdapat beberapa ragam faktor penentu, dilihat dari segi
material, fungsi, dan operasi dari kapal, antara lain:
a. Bahan material kapal yang dipakai yaitu baja, kayu, ferro semen, fibreglass dan lain
sebagainya;
b. Fungsi kapal sebagai kapal penumpang, kapal barang umum, kapal curah, kapa peti kemas,
kapal tanki, kapal tunda, kapal ikan, dan lain sebagainya;
c. Sistem pengendali dan penggerak yaitu mekanik, semiotomatis, otomatis diesel, sebagai
kekuatan penggerak utama dan lain sebagainya;
d. Daerah operasi dari kapal, jarak dekat/sedang, jauh, disesuaikan pula dengan keadaan perairan
laut.
Secara umum bentuk badan kapal dapat dibagi sebagai berikut:
a. Dasar rata (Flat bottom), biasa terdapat pada kapal-kapal dengan ukuran besar;
b. Dasar semi rata (Semi flat bottom), biasa terdapat pada kapal dengan ukuran sedang/kecil;
c. Dasar landai (Deep bottom), kapal dengan kecepatan tinggi

9
Sekedar untuk mendapatkan gambaran terhadap penanganan muatan (cargo handting), dan jenis-
jenis lain akan dibahas beberapa macam kapal dan jenis kapal dilihat dari Tata Letak dan
Pembagian Ruang serta ukuran-ukuran yang diperlukan dalam merencanakan suatu pelabuhan.

4.6 Macam/jenis kapal


Kapal sebagai sarana pengangkut muatan mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam menangani
mastannya. Mustan ini dapat berbentuk gas, cair, dan padat. Jarak dan besarnya muatan dapat
menentukan bentuk teknis kapalnya. Penanganan muatan pun (cargo handling) menentukan ciri
khas dari pelayanan terhadap kapal di dermaga serta peralatan yang membantu bongkar muat

4.7 Buoyansi dan sarat kapal


Prinsip rekayasa terma adalah Archimedes, yaitu perpindahan cairan akibat terapungnya kapal
sama besar dengan berat kapal tersebut (bersama muatannya). Dengan demikian pengawasan berat
dan buoyansi serta titik pusat kapalkapal dengan muatan sangat diperlukan pada saat pelaksanaan
bungkarimunt barang yang diangkut Stabilitas kapal dalam keadaan terapung sangat berkaitan
dengan butir-butir:

4.8 Hubungan dimensi, kecepatan, dan biaya operasi kapal


Penggunaan kapal-kapal besar memiliki keuntungan lebih ekonomis daripada kapal kapal
kecil, daya angkut dan jarak yang besar memberikan biaya tiap ton km yang kecil Di lain pihak
terdapat pula kerugian (die-advantage), misalnya adanya konsentrasi kebimbangan (the
consentration of hazard) karena besamya ukuran kapal, yaitu terhadap turnbukan (collision),
kebakaran, kerusakan mesin, angin ribut form) dan perung, jadwal pembangunan yang panjang,
perpanjangan jumlah waktu putar kapal (non around time), penambahan biaya penambatan kapal,
dan pembatasan rute kapal. Kapal-kapal besar membutuhkan peranganan muatan (cargo handling)
secara khusus, umumnya terhadap suatu jenis satuan mastan atau anitized cargo (container, peti
kemas).

4.9 Urutan kegiatan dan data pendukung dalam merencanakan pelabuhan


Untuk dapat merealisati suatu pembangunan pelabuhan, minimal ada 7 (ayak) datu- data pokok
yang dibutuhkan, yaitu:
a. Asal dan tujuan muatan (Origin and Destinations: /D); jenis mustan
b. Klimatologi, meliputi: angin, pasang surut, sifat air laut.
c. Topografi: Geologi, struktur tanah;
d. Rencana pembiayaan, ukuran keberhasilan secara ekonomis dilihat dari
e. Pendayagunaan modal segi ditinjau dari segi operasional, terutama dalam
f. Kaitan pelabuhan dengan sarana prasarana angkutan lain daerah pendukungnya secara
keseluruhan (komprihensif); dan kapal penanganan muatan yang menyinggahinya dan
yang mendukung kegiatan pelabuhan

10
4.10 Keterpaduan perencanaan dan perancangan

Dari uraian di depan, maka banyak hal bukan saja masalah teknis semata bahkan jauh
melampaui lintasan daerah pedalaman dan pelayaran yang mendukung perdagangan baik
nasional/regional maupun internasional. Dalam waktu tidak lama lagi diberlakukan perdagangan
bebas, Asean (thn 2003) dan Global (the 2020) serta persaingan yang terjadi antar pelabuhan.
Kompetisi pelayanan jasa mengakibatkan perlu adanya perencanaan terpadu. Untuk itu diperlukan
analisis sementara, teoritis, spesial (ruang dan waktu) dan antar-disiplin ilmu, dengan lebih
mendalam.

Gambar 4.13 Keterpaduan perencanaan dan perancangan dalam berbagai aspek

11
RINGKASAN BAB XI
PARAMETER DALAM PENENTUAN UKURAN PELABUHAN

12
13
14
15
16
BAB III PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku
Tata bahasa sudah sesuai EYD , Pembahasannya lengkap dan mudah dimengerti dengan
menampilkan bagan alir, grafik, tabel dan gambar sebagai pendukung pemahaman pembaca.
Segala macam perhitungannya jelas dengan rumus-rumus yang telah dipaparkan
walaupun buku ini terbilang buku lama tapi masih cocok untuk dijadikan pedoman untuk
Praktik Kerja di lapangan. Dan buku ini memiliki halaman yang tidak terlalu banyak,yang
dimana kita ketahui banyak pembaca yang terkadang agak malas dalam membaca buku yang
memiliki halaman yang banyak.

B. Kekurangan Buku
Saya mendapatkan berbagai kelemahan juga diantaranya adalah Sampul judul pada
buku ini juga memiliki kurangnya aspek-aspek elemen dalamnya, seperti sampul buku, warna
pada buku dan sebagainya sehingga kurang menambah nilai estetika dalam buku ini.

17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang,
berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
ke amanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra-dan antarmoda transportasi. (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008).

Menurut Lasse (2011), pelabuhan dapat diartikan sebagai tempat kapal berlabuh
(anchorage), mengolah gerak (maneuver), dan bertambat (berthing), untuk melakukan
kegiatan menaikan dan/atau menurunkan penumpang dan barang secara aman (securely) dan
selamat (safe).

B. SARAN
Untuk lebih memahami suatu pembelajaran mata kuliah seharusnya mahasiswa
menggunakan dua buah buku atau lebih sehingga kita dapat memperdalam ilmu dan
wawasan kita dalam ilmu Perencanaan Pelabuhan khususnya untuk mahasiswa teknik
sipil.

18
DAFTAR PUSTAKA

Soedjono Kramadibrata. (2002).PERENCANAAN PELABUHAN. Bandung:ITB.

19

Anda mungkin juga menyukai