Disusun Oleh :
Benedicta Claresta Sekunda (472023037)
Ajeng Shula (472023039)
Agasy Agatha (472023041)
Kevin Arya Mahendra (472023063)
PENGANTAR
Gangguan pada organ sistem pencernaan yang biasanya dijumpai adalah GER
(Gastroesophageal Reflux) dan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Keduanya adalah
gangguan yang terjadi pada lambung (ventrikulus/gaster). Kedua penyakit ini memiliki
kesamaan, yaitu dari segi gejala dan faktor penyebab terjadinya. Sedangkan yang menjadi
perbedaan ialah pada frekuensi munculnya kembali penyakit (kambuh). Pada individu yang
mengalami GER mungkin hanya mengalami gejala sesekali, seperti setelah mengkonsumsi
makanan tertentu atau dalam situasi tertentu. Di sisi lain, individu yang mengalami GERD
akan mengalami gejala dan kondisi kambuh yang yang lebih sering, lebih parah, dan lebih
tidak terkontrol. Pada kondisi GERD dampak kerusakan yang dialami oleh tubuh lebih besar.
GER (Gastroesophageal Reflux) terjadi karena sfingter kardia atau LES (Lower
Esophageal Sphincter) tidak menutup sepenuhnya dan dalam keadaan longgar. LES
(Lower Esophageal Sphincter) adalah cincin otot pada lambung yang memiliki peran
untuk mencegah naiknya asam lambung dan isi lambung ke dalam kerongkongan.
Akibat dari melemahnya cincin otot tersebut mengakibatkan asam lambung dan isi
lambung naik ke kerongkongan. Naiknya asam lambung menuju kerongkongan sering
disebut refluks asam lambung. Ketika terjadi refluks asam lambung, akan timbul rasa
tidak nyaman pada tubuh. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa sensasi terbakar
pada ulu hati (heartburn) berupa rasa panas dan perih, sensasi rasa pahit di mulut,
sensasi mual, perut kembung, nyeri perut, hingga mulas.
Pada kondisi naiknya asam lambung, apabila mengkonsumsi atau memakan sesuatu maka
yang terjadi yaitu peningkatan gejala refluks asam lambung. Makanan yang dimakan akan
memicu produksi lebih banyak asam lambung. Isi dari lambung berupa makanan yang sudah
diolah tadi akan kembali ke esofagus. Dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh naiknya
asam lambung adalah terjadinya iritasi pada dinding esofagus. Biasanya GER terjadi sesekali,
namun jika terjadi lebih dari dua kali dalam seminggu maka akan masuk ke tahap yang lebih
serius atau biasanya disebut dengan GERD.
Bila tidak diatasi maka dampak dari GERD akan menyebabkan masalah serius pada
beberapa organ, contohnya esophagitis, yaitu terjadinya peradangan pada lapisan
esofagus sehingga menyebabkan nyeri bahkan berakibat pada pendarahan di
kerongkongan. Ketika asam lambung mencapai saluran pernapasan menyebabkan
gangguan pada paru-paru, seperti asma, pneumonia, dan sesak nafas. Kemudian
GERD juga dapat menyebabkan Barretts Esophagus, dimana sel-sel yang melapisi
bagian bawah esophagus digantikan dengan sel-sel serupa yang ada di usus. Hal ini
memungkinkan resiko terkena kanker di bagian esophagus meningkat.
D. Organ apa saja yang terlibat dan dapat terganggu pada kondisi tersebut?
Jawaban :
1. Kerongkongan (esophagus)
merupakan organ yang paling terpengaruh oleh naiknya asam lambung.
Refluks asam yang berulang dapat menyebabkan iritasi pada lapisan dalam
kerongkongan. Sehingga menghasilkan gejala seperti nyeri dada dan sensasi
terbakar (heartburn).
2. Lambung (gaster)
Naiknya asam lambung dapat mengakibatkan iritasi pada lapisan lambung,
menyebabkan gastritis atau tukak lambung.
3. Mulut (cavitas oris)
Refluks asam yang mencapai mulut menyebabkan rasa asam atau pahit di
mulut. Dalam efek jangka panjang seperti GERD, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan bahkan berakibat pada iritasi pada gusi, lidah, atau
kerongkongan bagian atas.
4. Pankreas (pancreas)
Pada kondisi GERD, naiknya asam lambung merangsang pankreas terus dan
selalu memproduksi lebih banyak enzim pencernaan. Produksi enzim
pencernaan yang terlalu banyak dan sering dapat menyebabkan pankreatitis
atau peradangan pada pankreas.
Katz PO, Gerson LB, Vela MF. (2013). Corrigendum : Guidelines for the diagnosis and
management of gastroesophageal reflux disease. Am J Gastroenterol ;108.308-28.
Newberry C & Lynch K. (2019). The Role of Diet in The Development and Management of
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) : Why We Feel the Burn. Journal of Thoracic
Disease, 11(Suppl 12):S1594-S1601.
Saputera, M.D & Budianto, W. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Gastroesophageal Reflux
Disease (GERD) di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Continuing Medical Education, Vol.44
no. 5