Anda di halaman 1dari 15

AUDITING

PENYELESAIAN KASUS

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Sri Rahayu, S.E., M.S.A., A.k.CA

Disusun Oleh:

Clarisa Pragita (C1C022091)

Fenni Wang (C1C022098)

Ismi Riska Adinda Amelia (C1C022154)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS JAMBI

2024
Kasus minggu sebelumnya

Pembelian tlg 28 Des 2022 syarat fob destination senilai Rp. 50 juta 2/10,n/30 telah dicatat
sebagai pembelian oleh PT A. Barang sampai ke Gudang PT A tanggal 5/1 2023.

Jawaban

Menurut kelompok kami, seharusnya PT A belum mencatat transaksi pada tanggal 28


Desember sebagai pembelian, dikarenakan pembelian kredit tersebut menggunakan sistem
FOB destination point. Dimana pembelian itu diakui bila barang telah sampai di gudang, dan
barang telah sampai di gudang pada tanggal 5 Januari dengan jurnal:

Persediaan 50 juta

Utang usaha 50 juta

Kasus 1

1. PT. Gentala Arasy adalah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan perangkat keras
komputer. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan telah mengalami peningkatan
penjualan yang signifikan. Dalam rangka untuk terus memperkuat posisi pasar, perusahaan
telah memperluas jaringan distribusinya ke beberapa kota besar di Indonesia.
Lakukan telaah:
1. Potensi risiko terjadinya Fraud
2. Prosedur audit yang relevan
3. Potensi temuan audit

Jawaban

1. Potensi Risiko Terjadinya Fraud


• Kemungkinan Overstatement of Revenue, yaitu ketika penjualan meningkat secara
signifikan, ada risiko bahwa pendapatan yang dilaporkan oleh perusahaan bisa terlalu
dibesar-besarkan. Hal ini bisa terjadi karena adanya transaksi penjualan yang tidak
sebenarnya atau karena jumlah pendapatan yang dilaporkan lebih tinggi dari yang
sebenarnya terjadi.
• Perluasan jaringan distribusi juga dapat meningkatkan risiko manipulasi stok atau
inventory. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengelola stok dengan tidak benar, seperti
mencatat jumlah stok yang sebenarnya tidak ada atau melakukan pengeluaran stok tanpa
pencatatan yang benar.
2. Prosedur Audit yang Relevan
Dalam kasus ini, menurut kelompok kami prosedur audit yang relevan adalah inspeksi dan
pemeriksaan bukti pendukung.
• Inspeksi : Auditor dapat melakukan inspeksi terhadap dokumen penjualan seperti faktur
penjualan, kontrak penjualan, dan bukti pengiriman untuk memverifikasi keabsahan
transaksi penjualan dan pendapatan perusahaan. Inspeksi juga dapat dilakukan terhadap
dokumen-dokumen internal perusahaan yang terkait dengan pengelolaan stok atau
inventory untuk memastikan keakuratan pencatatan stok.
• Pemeriksaan bukti pendukung: Auditor dapat memeriksa bukti-bukti pendukung
transaksi seperti faktur, kontrak, atau dokumen lainnya untuk memverifikasi keabsahan
dan kebenaran transaksi.
3. Potensi Temuan Audit
• Kemungkinan temuan atas kelebihan pendapatan yang sebenarnya tidak terjadi. Auditor
dapat menemukan bahwa pendapatan yang dilaporkan oleh perusahaan sebenarnya tidak
terjadi atau tidak didukung oleh bukti yang cukup. Hal ini dapat terjadi jika terdapat
penjualan palsu atau pencatatan pendapatan yang tidak tepat.
• Temuan terkait manipulasi stok atau inventory. Auditor dapat menemukan tanda-tanda
manipulasi stok atau inventory, seperti adanya perbedaan antara catatan fisik dan
pencatatan sistem. Hal ini dapat menunjukkan adanya pencurian atau penyalahgunaan
stok untuk mengelabui kinerja perusahaan.

Kasus 2

2. PT. Aur Duri telah mengalami peningkatan penjualan secara signifikan sebesar Rp 500
miliar pada tahun berjalan. Dengan ekspansi pasar yang agresif, perusahaan
memperkenalkan kebijakan kredit yang lebih fleksibel untuk menarik pelanggan baru.
Namun, proses penilaian kredit tidak diperketat sesuai dengan kebijakan baru.

Lakukan telaah dan analisis terkait:

1. Analisis identifikasi temuan


2. Analisis potensi penyebab
3. Dampak
4. Prosedur Audit yang Relevan
5. Rekomendasi

Jawaban

1. Analisis Identifikasi
• Temuan: Peningkatan penjualan Rp 500 miliar, kebijakan kredit fleksibel, tetapi
penilaian kredit tidak diperketat.
• Identifikasi: Kebijakan baru belum sepenuhnya terimplementasi.
2. Analisis Potensi Penyebab
• Potensi Penyebab: Kurangnya penekanan pada penilaian kredit akibat fokus pada
ekspansi dan penarikan pelanggan baru.
• Implikasi: Risiko peningkatan pembayaran tunggakan atau pelanggan yang kurang
kreditworthy.
3. Dampak
• Dampak Positif: Peningkatan penjualan dan daya tarik pelanggan baru.
• Dampak Negatif: Potensi risiko kredit yang tidak terkendali, mungkin meningkatnya
tunggakan pembayaran.
4. Prosedur Audit yang Relevan
• Audit Penilaian Kredit dengan pelaksanaan ulang: Meninjau proses penilaian kredit
untuk memastikan kepatuhan dengan kebijakan baru.
• Audit Implementasi Kebijakan dengan pengamatan: Memeriksa sejauh mana kebijakan
baru diterapkan dan dipatuhi di semua lapisan perusahaan.
5. Rekomendasi
• Memperketat Penilaian Kredit: Memastikan bahwa proses penilaian kredit tetap ketat
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
• Pelatihan Karyawan: Memberikan pelatihan kepada staf terkait untuk memastikan
pemahaman yang baik terkait kebijakan kredit yang baru diterapkan.
• Pemantauan Kontinu: Mengadopsi pemantauan kontinu terhadap kinerja penjualan dan
risiko kredit untuk mengidentifikasi perubahan secepat mungkin.
Kasus 3

3. PT. Mutiara Hijau adalah distributor besar produk elektronik yang menjual barang kepada
ritel besar dan kecil di seluruh Indonesia. Perusahaan melakukan penjualan baik secara
kredit maupun tunai dan sering kali menangani pengiriman barang yang rumit, termasuk
penjualan konsinyasi. Dalam tahun berjalan, PT. Mutiara Hijau melaporkan peningkatan
penjualan sebesar Rp 800 miliar.

Lakukan telaah dan analisis terkait:

1. Analisis identifikasi temuan


2. Analisis potensi penyebab
3. Dampak
4. Prosedur Audit yang Relevan
5. Rekomendasi

Jawaban

1. Analisis Identifikasi Temuan


• Temuan positif: Peningkatan penjualan sebesar Rp 800 miliar menunjukkan kinerja yang
baik.
• Temuan negatif: Pengelolaan pengiriman barang yang rumit dan penjualan konsinyasi
mungkin menyebabkan tantangan logistik.
2. Analisis Potensi Penyebab
• Potensi penyebab positif: Strategi penjualan yang efektif, pelayanan pelanggan yang
baik.
• Potensi penyebab negatif: Tantangan dalam manajemen pengiriman dan risiko penjualan
konsinyasi.
3. Dampak
• Dampak positif: Peningkatan pendapatan dan reputasi perusahaan.
• Dampak negatif: Potensi kerugian akibat kesulitan logistik dan risiko penjualan
konsinyasi.
4. Prosedur Audit yang Relevan
• Prosedur pengamatan untuk memastikan ketersediaan barang yang mencukupi.
• Prosedur Penelusuran untuk mengevaluasi efisiensi dan keakuratan pengiriman.
• Prosedur perhitungan akun piutang untuk mengelola risiko kredit dan penjualan
konsinyasi.
5. Rekomendasi
• Meningkatkan sistem manajemen stok dan pengiriman untuk mengoptimalkan efisiensi.
• Memperkuat pengawasan terhadap penjualan konsinyasi, termasuk evaluasi risiko dan
manajemen piutang.
• Memperbarui kebijakan kredit untuk meminimalkan risiko dan pastikan pemantauan
yang ketat terhadap pelanggan besar dan kecil.
• Melakukan pelatihan karyawan terkait manajemen logistik dan penjualan konsinyasi.

Kasus 4

4. Kasus Kelemahan Pengendalian Internal PT. Jambi Raya

• Pembelian Barang Tidak Resmi: Pembelian material konstruksi senilai Rp 500 juta
dilakukan tanpa melalui proses pengadaan resmi, mengakibatkan pembayaran untuk
barang yang harga dan kualitasnya tidak sesuai dengan kebutuhan proyek.

• Pengeluaran kas senilai Rp 200 juta untuk perawatan peralatan dilakukan tanpa dokumen
pendukung yang memadai, menyebabkan kekurangan bukti atas pengeluaran tersebut.

• Pembelian jasa konsultasi senilai Rp 300 juta dilakukan dari perusahaan yang memiliki
hubungan dekat dengan salah satu manajer senior, tanpa proses tender yang transparan.

• Biaya pembangunan proyek senilai Rp 1 miliar diakui sepenuhnya pada awal proyek,
bukan berdasarkan persentase penyelesaian pekerjaan.

• Persediaan material konstruksi senilai Rp 400 juta tidak dicatat dengan benar dalam
sistem akuntansi, mengakibatkan perbedaan signifikan antara catatan buku dan jumlah
fisik.

• Sistem pencatatan yang lemah, terjadi pembayaran ganda untuk satu faktur pembelian
material senilai Rp 150 juta.

Lakukan telaah dan analisis terkait:


a. Dampak dari masing-masing kasus kelemahan pengendalian internal
b. Lakukan analisis terhadap kasus tersebut dan rekomendasi yang akan diberikan
Jawaban

a. Dampak
• Pembelian barang tanpa proses pengadaan resmi dapat mengakibatkan pemborosan dana
perusahaan, ketidaksesuaian barang dengan kebutuhan proyek, dan potensi kualitas hasil
kerja yang buruk.
• Pengeluaran kas tanpa dokumen pendukung memunculkan risiko penggelapan dana,
kesulitan dalam pencatatan, dan potensi peningkatan biaya yang tidak terkontrol.
• Pembelian jasa konsultasi tanpa proses tender yang transparan dapat mengakibatkan
kerugian finansial, serta menurunkan kepercayaan dan reputasi perusahaan.
• Pengakuan biaya proyek secara penuh di awal proyek dapat menyebabkan penilaian
kinerja proyek yang tidak akurat dan meningkatkan risiko kelebihan biaya.
• Persediaan material konstruksi yang tidak dicatat dengan benar dapat mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memantau stok dengan tepat, yang dapat mengganggu
kelancaran proyek.
• Sistem pencatatan yang lemah dapat menyebabkan kesalahan dalam mengelola keuangan
perusahaan, termasuk pembayaran ganda yang merugikan.
b. Analisis
• Kelemahan dalam pengendalian pembelian dan pengeluaran kas menunjukkan
kurangnya pengawasan, ketidaktransparanan, dan potensi penyalahgunaan kepercayaan
dalam pengelolaan keuangan perusahaan.
• Pembelian tanpa proses pengadaan resmi dan tanpa proses tender yang transparan
menunjukkan kurangnya pengendalian yang kuat dalam menjaga integritas dalam
pengelolaan aset perusahaan.
• Pengakuan biaya proyek secara penuh di awal proyek menunjukkan kurangnya
pengelolaan risiko dan kurangnya pemahaman tentang pengeluaran yang sesuai dengan
kemajuan proyek.
• Persediaan yang tidak dicatat dengan benar menunjukkan kurangnya kedisiplinan dalam
pencatatan dan pengelolaan persediaan, yang dapat mengakibatkan kerugian finansial
dan operasional.
• Sistem pencatatan yang lemah menunjukkan kekurangan dalam infrastruktur akuntansi
dan keuangan, yang dapat mengakibatkan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
c. Rekomendasi
• Memperkuat kontrol internal dengan menerapkan prosedur pengadaan yang jelas dan
transparan, serta memastikan bahwa semua pembelian melalui proses tender yang sesuai.
• Meningkatkan pengawasan dan verifikasi dokumen untuk setiap pengeluaran kas, serta
memperketat kontrol akses terhadap dana perusahaan.
• Mengembangkan kebijakan yang mengatur konflik kepentingan dan memastikan bahwa
setiap transaksi melalui proses evaluasi dan persetujuan yang ketat.
• Menerapkan metode pengakuan biaya proyek berbasis persentase penyelesaian pekerjaan
untuk memastikan pengakuan biaya yang lebih akurat.
• Memperbaiki sistem pencatatan persediaan dengan memperkenalkan kontrol yang lebih
ketat dan prosedur rekonsiliasi yang teratur.
• Memperkuat sistem pencatatan keuangan dan pengelolaan risiko untuk memastikan
keakuratan dan keandalan informasi keuangan perusahaan.

Kasus 5

5. Kasus Audit siklus pengeluaran pada PT. Fulan, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
distribusi dan logistik. Perusahaan ini mengelola operasi yang luas, termasuk pengiriman
barang secara nasional dan internasional, serta menyediakan jasa gudang. Dalam
menjalankan operasinya, PT. Fulan melakukan pembelian baik secara kredit maupun tunai
untuk berbagai kebutuhan, termasuk bahan bakar, suku cadang, dan jasa pihak ketiga.
Temuan Audit sebagai berikut:

• Pembayaran biaya angkut senilai Rp 500 juta kepada pemasok yang berlebihan karena
tidak memperhitungkan kontrak tarif yang telah dinegosiasikan, mengakibatkan
overpayment.

• Potongan pembelian senilai Rp 100 juta dari pemasok karena pembelian dalam jumlah
besar tidak dicatat, mengakibatkan biaya pembelian yang overstated.

• Barang senilai Rp 200 juta diterima dan dibayarkan tanpa memenuhi persyaratan
penerimaan barang yang telah ditetapkan, termasuk inspeksi kualitas dan kuantitas.

• Barang konsinyasi senilai Rp 150 juta yang diterima dari pemasok tidak tercatat dalam
sistem akuntansi, menyebabkan ketidakakuratan laporan persediaan.
• Pengeluaran kas senilai Rp 250 juta untuk pembelian bahan bakar yang dilakukan tanpa
melalui prosedur pembelian resmi, termasuk tanpa Purchase Order (PO).

Lakukan telaah dan analisis terkait:


a. Dampak dari masing-masing kasus temuan audit tersebut
b. Analisis penyebab
c. Lakukan analisis terhadap kasus tersebut dan rekomendasi yang akan diberikan

Jawaban

a. Dampak
1. Overpayment pada Biaya Angkut (Rp 500 juta)
• Dampak: Menyebabkan peningkatan biaya operasional yang seharusnya tidak terjadi,
merugikan keuangan perusahaan.
2. Potongan Pembelian Tidak Dicatat (Rp 100 juta)
• Dampak: Biaya pembelian tercatat lebih tinggi dari yang seharusnya, dapat
menghasilkan laporan keuangan yang tidak akurat.
3. Penerimaan Barang Tanpa Persyaratan (Rp 200 juta)
• Dampak: Meningkatkan risiko menerima barang cacat atau tidak sesuai dengan standar
kualitas, dan dapat merugikan operasional perusahaan.
4. Barang Konsinyasi Tidak Tercatat (Rp 150 juta)
• Dampak: Menyebabkan ketidakakuratan laporan persediaan, yang dapat
mempengaruhi keputusan manajemen terkait pengelolaan persediaan.
5. Pengeluaran Tanpa Proses Pembelian Resmi (Rp 250 juta)
• Dampak: Meningkatkan risiko penyalahgunaan dana dan mengurangi kontrol terhadap
pembelian, dapat merugikan keuangan perusahaan dan menyebabkan ketidakpatuhan
terhadap kebijakan internal.
b. Analisis
1. Overpayment pada Biaya Angkut
• Penyebab: Kurangnya pemantauan terhadap kontrak tarif yang telah dinegosiasikan
dengan pemasok.
2. Potongan Pembelian Tidak Dicatat
• Penyebab: Kelalaian dalam pencatatan pembelian besar-besaran yang memenuhi syarat
potongan.
3. Penerimaan Barang Tanpa Persyaratan
• Penyebab: Kelalaian dalam mengikuti prosedur penerimaan barang yang telah
ditetapkan.
4. Barang Konsinyasi Tidak Tercatat
• Penyebab: Kekurangan kontrol dalam mencatat barang konsinyasi yang diterima dari
pemasok.
5. Pengeluaran Tanpa Proses Pembelian Resmi
• Penyebab: Kekurangan pengawasan terhadap proses pembelian dan pelanggaran
prosedur pembelian.
c. Rekomendasi
1. Overpayment pada Biaya Angkut (Rp 500 juta)
• Rekomendasi: Meningkatkan pemantauan terhadap kontrak tarif, melakukan audit
reguler terhadap pembayaran biaya angkut.
2. Potongan Pembelian Tidak Dicatat (Rp 100 juta)
• Rekomendasi: Memperkuat kontrol internal terkait pencatatan pembelian, memastikan
potongan yang seharusnya dicatat.
3. Penerimaan Barang Tanpa Persyaratan (Rp 200 juta)
• Rekomendasi: Memperbarui dan menegakkan prosedur penerimaan barang, termasuk
inspeksi kualitas dan kuantitas.
4. Barang Konsinyasi Tidak Tercatat (Rp 150 juta)
• Rekomendasi: Meningkatkan pengawasan terhadap barang konsinyasi, memastikan
pencatatan yang akurat.
5. Pengeluaran Tanpa Proses Pembelian Resmi (Rp 250 juta)
• Rekomendasi: Peningkatan pengawasan internal, penerapan prosedur pembelian yang
ketat, termasuk penggunaan Purchase Order (PO) untuk setiap transaksi pembelian.

Kasus 6

6. Kasus siklus pengeluaran perusahaan dagang - PT. Batanghari, perusahaan yang bergerak
dalam distribusi berbagai produk konsumen, dari makanan dan minuman hingga kebutuhan
sehari-hari. Perusahaan ini memiliki jaringan distribusi yang luas ke berbagai ritel dan toko
di seluruh negeri. Temuan Audit:
• PT. Batanghari membayar Rp 750 juta untuk pembelian produk yang seharusnya hanya
senilai Rp 700 juta, karena tidak memperhitungkan diskon pembelian sebesar 7% yang
telah dinegosiasikan dengan pemasok.

• Pengeluaran kas senilai Rp 300 juta dilakukan untuk pembayaran invoice dari pemasok
tanpa bukti penerimaan barang yang memadai, mengakibatkan ketidakpastian atas
keberadaan barang tersebut.

• Barang senilai Rp 200 juta yang diterima dalam basis konsinyasi tercatat sebagai
pembelian reguler, menyebabkan biaya pembelian dan hutang usaha overstated.

• Biaya angkut pembelian senilai Rp 100 juta tidak dialokasikan ke biaya pembelian
barang, melainkan dicatat sebagai biaya operasional terpisah.

• Pembelian tunai senilai Rp 150 juta untuk kebutuhan mendadak tidak terdokumentasi
dengan baik, tanpa rincian barang yang dibeli atau bukti penerimaan yang memadai.

Lakukan telaah dan analisis terkait:


a. Dampak dari masing-masing kasus temuan audit tersebut
b. Analisis penyebab
c. Lakukan analsiis terhadap kasus tersebut dan rekomendasi yang akan diberikan.

Jawaban

a. Dampak dari Masing-masing Kasus Temuan Audit


1. Pembayaran Melebihi Harga Seharusnya (Rp 750 juta):
• Overpayment yang mengakibatkan beban pembelian yang lebih tinggi dari yang
seharusnya, merugikan keuangan perusahaan.
2. Pengeluaran Kas Tanpa Bukti Penerimaan Barang (Rp 300 juta):
• Ketidakpastian atas keberadaan barang yang dibeli, meningkatkan risiko kerugian
akibat barang yang hilang atau tidak sesuai.
3. Barang Konsinyasi Tercatat sebagai Pembelian Reguler (Rp 200 juta):
• Overstated biaya pembelian dan hutang usaha, mengakibatkan ketidakakuratan laporan
keuangan.
4. Biaya Angkut Tidak Dialokasikan ke Biaya Pembelian (Rp 100 juta):
• Mengakibatkan distorsi dalam perhitungan biaya pembelian barang, dapat merugikan
perencanaan dan analisis keuangan.
5. Pembelian Tunai Tanpa Dokumentasi yang Baik (Rp 150 juta):
• Risiko penyalahgunaan dana dan kehilangan kontrol terhadap pembelian, dapat
merugikan keuangan perusahaan.
b. Analisis Penyebab
1. Pembayaran Melebihi Harga Seharusnya:
• Kurangnya perhatian terhadap diskon pembelian yang telah dinegosiasikan dengan
pemasok.
2. Pengeluaran Kas Tanpa Bukti Penerimaan Barang:
• Lemahnya kontrol dalam proses penerimaan barang dan pembayaran.
3. Barang Konsinyasi Tercatat sebagai Pembelian Reguler:
• Kurangnya pemantauan dan kontrol atas transaksi konsinyasi.
4. Biaya Angkut Tidak Dialokasikan ke Biaya Pembelian:
• Ketidakjelasan atau kesalahan dalam proses pencatatan biaya.
5. Pembelian Tunai Tanpa Dokumentasi yang Baik:
• Lemahnya prosedur pengeluaran kas dan dokumentasi pembelian.

c. Analisis Terhadap Kasus dan Rekomendasi

1. Pembayaran Melebihi Harga Seharusnya (Rp 750 juta):


• Meningkatkan pemantauan dan validasi terhadap diskon pembelian yang telah
dinegosiasikan, serta memastikan ketepatan pencatatan.
2. Pengeluaran Kas Tanpa Bukti Penerimaan Barang (Rp 300 juta):
• Memperbarui prosedur penerimaan barang dan pembayaran, termasuk persyaratan
bukti penerimaan sebelum pembayaran.
3. Barang Konsinyasi Tercatat sebagai Pembelian Reguler (Rp 200 juta):
• Memperkuat kontrol internal terkait pencatatan transaksi konsinyasi, serta melakukan
pemantauan yang lebih baik.
4. Biaya Angkut Tidak Dialokasikan ke Biaya Pembelian (Rp 100 juta):
• Memperbaiki proses pencatatan biaya untuk memastikan alokasi yang tepat.
5. Pembelian Tunai Tanpa Dokumentasi yang Baik (Rp 150 juta):
• Memperketat prosedur pembelian tunai, termasuk pencatatan yang jelas dan validasi
kebutuhan mendadak sebelum pembelian.
Kasus 7
7. Kasus Siklus pengeluaran pada PT. Maju Tungkal, sebuah perusahaan industri yang
bergerak dalam produksi komponen elektronik. Perusahaan ini memiliki operasi yang
melibatkan pembelian bahan baku, suku cadang, dan jasa pihak ketiga untuk mendukung
proses produksinya. Terdapat beberapa temuan audit sebagai berikut:
• PT. Maju Tungkal membayar Rp 1 miliar untuk pembelian bahan baku yang seharusnya
hanya senilai Rp 900 juta, karena tidak memperhitungkan diskon 10% yang telah
dinegosiasikan dengan pemasok. Perusahaan telah mencatat sebagai berikut:

Persediaan Bahan Baku Rp 1 miliar

Kas Rp 1 miliar

• Biaya angkut untuk pengiriman bahan baku senilai Rp 50 juta dicatat sebagai
pengeluaran operasional, bukan ditambahkan ke biaya bahan baku. Perusahaan telah
mencatat sebagai berikut:

Beban Angkut Rp 50 juta

Kas Rp 50 juta

• Barang senilai Rp 200 juta yang diterima dalam basis konsinyasi tercatat sebagai
pembelian, padahal seharusnya tidak diakui sebagai hutang sampai barang tersebut
terjual. Perusahaan telah mencatat sebagai berikut:

Persediaan Barang Konsinyasi Rp 200 juta

Hutang Usaha Rp 200 juta

Lakukan telaah dan analisis terkait:

a. Dampak dari masing-masing kasus temuan audit tersebut


b. Analisis penyebab
c. Lakukan analsiis terhadap kasus tersebut dan rekomendasi yang akan diberikan
d. Apabila ada jurnal koreksi atau penyesuaian yang diperlukan buat jurnal yang tepat

Jawaban

a. Dampak dari Masing-Masing Kasus Temuan Audit


1. Pembayaran Lebih dari Seharusnya (Diskon Tidak Diperhitungkan):
• PT. Maju Tungkal mengalami kerugian finansial sebesar Rp 100 juta karena tidak
memperhitungkan diskon 10% yang telah dinegosiasikan dengan pemasok.
2. Biaya Angkut Dicatat sebagai Beban Operasional:
• Distorsi dalam analisis biaya produksi dan laba rugi karena biaya angkut seharusnya
ditambahkan ke biaya bahan baku, namun dicatat sebagai beban operasional.
3. Penerimaan Barang Konsinyasi Dicatat sebagai Pembelian:
• Distorsi dalam neraca keuangan karena barang konsinyasi seharusnya tidak diakui
sebagai hutang sampai barang tersebut terjual.
b. Analisis Penyebab
1. Pembayaran Lebih dari Seharusnya:
• Kurangnya koordinasi atau pemahaman yang tepat antara bagian pembelian dan
keuangan. Kurangnya kontrol internal dalam proses pembayaran.
2. Biaya Angkut Dicatat sebagai Beban Operasional:
• Kurangnya pemahaman atau kebijakan yang jelas mengenai penanganan biaya
pengiriman.
3. Penerimaan Barang Konsinyasi Dicatat sebagai Pembelian:
• Kesalahan ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang perlakuan
akuntansi untuk barang konsinyasi.
c. Analisis dan Rekomendasi
1. Pembayaran Lebih dari Seharusnya:
• Tingkatkan koordinasi antara departemen pembelian dan keuangan. Tetapkan prosedur
yang jelas untuk memastikan bahwa setiap diskon dinegosiasikan dengan pemasok
tercermin dalam pencatatan pembelian.
2. Biaya Angkut Dicatat sebagai Beban Operasional:
• Tetapkan kebijakan yang jelas mengenai perlakuan biaya pengiriman. Pastikan bahwa
biaya-biaya ini dicatat dengan benar untuk memastikan akurasi dalam laporan
keuangan.
3. Penerimaan Barang Konsinyasi Dicatat sebagai Pembelian:
• Berikan pelatihan kepada staf akuntansi dan pembelian mengenai perlakuan akuntansi
yang benar untuk transaksi konsinyasi. Tetapkan kebijakan yang jelas mengenai kapan
seharusnya mencatat barang sebagai pembelian atau hutang usaha.
d. Jurnal Koreksi atau Penyesuaia
1. Pembayaran Lebih dari Seharusnya:
Jika belum ada diskon yang diakui, buat jurnal koreksi: (10% dari Rp 1 miliar)

Persediaan Bahan Baku Rp 100 juta

Kas Rp 100 juta

2. Biaya Angkut Dicatat sebagai Beban Operasional:

Buat jurnal koreksi untuk memindahkan biaya angkut ke biaya bahan baku:

Biaya Angkut Rp 50 juta

Persediaan Bahan Baku Rp 50 juta

3. Penerimaan Barang Konsinyasi Dicatat sebagai Pembelian:

Buat jurnal koreksi untuk membatalkan pencatatan hutang usaha:

Hutang Usaha Rp 200 juta

Persediaan Barang Konsinyasi Rp 200 juta

Anda mungkin juga menyukai