Anda di halaman 1dari 261

ANALISIS PERKEMBANGAN MORAL PADA ANAK PENGHAFAL

AL-QUR’AN USIA 5-6 TAHUN


(Studi Kasus pada Anak Usia Dini di TK Ihya As-Sunnah Kota Tasikmalaya)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

oleh
Maghfira Haniefaty Tamimy
NIM 1904221

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2023
ii

ANALISIS PERKEMBANGAN MORAL PADA ANAK PENGHAFAL AL-QUR’AN


USIA 5-6 TAHUN (STUDI KASUS PADA ANAK USIA DINI DI TK IHYA AS-
SUNNAH KOTA TASIKMALAYA

oleh
Maghfira Haniefaty Tamimy

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

©Maghfira Haniefaty Tamimy

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2023

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difotocopy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skrispi dengan judul “Analisis


Perkembangan Moral pada Anak Penghafal Al-Qur’an Usia 5-6 Tahun
(Studi Kasus di TK Ihya As-Sunnah Kota Tasikmalaya)” ini beserta seluruh
isinya adalah benar-benar karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Tasikmalaya, Agustus 2023


Yang membuat pernyataan,

Maghfira Haniefaty Tamimy


1904221

i
ii

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan
baik tanpa bantuan, dorongan, motivasi, saran, kritik dan arahan dari semua pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu:
1. Dr. Heri Yusuf Muslihin, M.Pd., selaku Direktur Universitas Pendidikan
Indonesia Kampus Tasikmalaya sekaligus sebagai dosen yang memberikan
kesempatan untuk mengikuti berbagai project penelitian lainnya sehingga
memberikan kesempatan serta pengalaman yang lebih luas selama masa
perkuliahan;
2. Dr. Luthfi Nur, M.Pd., M.M., AIFO., selaku Wakil Direktur Universitas
Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya;
3. Dr. Gilar Gandana, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGPAUD
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya;
4. Ibu Aini Loita, M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan wali dosen yang
telah berjasa selama perkuliahan serta dalam proses penyelesaian skripsi
sehingga meluangkan waktunya untuk membimbing, begitu sabar dalam
memberikan saran dan motivasi kepada penulis sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan;
5. Bapak Nuraly Masum Aprily, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi saran dan
motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi;
6. Bapak dan Ibu dosen UPI Kampus Tasikmalaya yang telah memberikan
arahan serta ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan
hingga akhir penulisan skripsi ini;
7. Para Guru serta siswa-siswi kelompok B5 TK Ihya As-Sunnah Kota
Tasikmalaya yang telah berkenan memfasilitasi penulis dalam
melaksanakan penelitian;
8. Kedua orang tua tercinta yaitu ayahanda Agus Salim Ahmad Mujahidin dan
Ibunda Novita Widianingrum yang selalu memberikan do’a dan dukungan
selama penulis melaksanakan perkuliahan hingga sampai ketahap
penyelesaian skripsi;

ii
iii

9. Adik-adik tercinta, Ridho Muhammad Yasin, Muhammad Rais Akbar dan


Marha Fatimatuzzahra terima kasih atas canda, tawa, dukungan dan
motivasi yang telah diberikan hingga saat ini. Semoga kalian selalu
diberikan kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan;
10. Keluarga besar tercinta, keluarga Ciawi dan keluarga Cigeureung yang telah
memberikan dukungan baik dalam segi moral dan materi;
11. Mohammad Roby Rahmadani, kerabat terdekat yang telah menemani
penulis dalam keadaan apapun dan memberikan dukungan dan nasihat untuk
terus berproses ke arah yang lebih baik, semoga selalu diberikan kesehatan,
kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan;
12. Tiara Azzahra, Dafa Althof, Tsany Indriani, Nabila Siti Nurjamilah
Salsabila Zakiyah selaku sahabat SMP dan SMA yang telah menjadi tempat
bertukar cerita, penghibur dan pendengar yang baik dalam keseharian
penulis;
13. Adhiesty Fadilla, Nabila Siti dan Aulia Fithrati selaku sahabat semasa
perkuliahan yang telah menjadi tempat bertukar cerita, penghibur dan
pendengar yang baik semasa perkuliahan;
14. Rima Khoerunnisa, Firda , Fadya, dan Nabila, selaku penghuni grup Kosan
48. Terima kasih telah memberikan canda, tawa, motivasi, keseruan dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam hal akademis maupun
non-akademis dalam keseharian penulis selama masa perkuliahan ini.
15. Terakhir, terima kasih saya ucapkan kepada diri saya sendiri yang tetap
berjuang untuk melanjutkan hidup dan tidak menyerah dalam keadaan
apapun. Terimakasih yaa, kamu berharga dan luas biasa.

iii
iv

ABSTRAK

Moral merupakan perilaku, akhlak, atau tingkah laku baik atau buruk sesuai
dengan ajaran-ajaran atau peraturan yang berlaku di lingkungan masyarakat atau
di agama tertentu. Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai moral sejak usia
dini diprediksi berdampak positif pada perkembangan anak usia dini. Hal ini
membantu anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membedakan tindakan
yang positif dan negatif. Salah satu metode dalam menanamkan nilai-nilai moral
kepada anak adalah dengan mengajarkan Al-Qur’an sejak dini. Al-Qur’an berisi
ajaran perbaikan akhlak, mengajarkan dan menetapkan mana yang menjadi
perbuatan baik dan mana yang menjadi perbuatan buruk. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif metode studi kasus. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan
hasil penelitian, diketahui bahwa TK Ihya As-Sunnah memiliki beberapa
keunggulan dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak usia dini, yaitu
dengan berbagai kegiatan yang tercantum dalam kurikulum muatan lokal dari
Yayasan Ma’had Ihya As-Sunnah. Salah satu contoh yaitu adanya program
tahfidz Al-Qur’an untuk anak usia dini. Adapun kegiatan-kegiatan lain dalam
menstimulus perkembangan moral anak usia dini di TK Ihya As-Sunnah yaitu
pemberian pengetahuan atau pemahaman akan nilai-nilai moral dengan kegiatan
circle time, mulok PAI dan asbabun nuzul dari surat yang anak hafalkan.
Keteladanan, latihan pembiasaan dan pemberian pijakan (arahan) dari guru dan
orang tua akan mempengaruhi aspek perkembangan moral pada anak usia dini.

Kata kunci: Moral, Perilaku, Al-Qur’an.

iv
v

ABSTRACT
Morality is the behavior, ethics, or actions that are considered good or bad
according to the teachings or rules prevailing in a community or within a
particular religion. Instilling and developing moral values from an early age is
predicted to have a positive impact on the development of young children. This
helps children develop the ability to distinguish between positive and negative
actions. One method of instilling moral values in children is by teaching them the
Qur'an from an early age. The Qur'an contains teachings on improving
character, guiding and defining what constitutes good and bad behavior. This
research uses a qualitative approach with a case study method. Data collection in
this research involves observation, interviews, and documentation. Based on the
research findings, it is known that TK Ihya As-Sunnah has several advantages in
instilling moral values in young children. This is achieved through various
activities outlined in the local curriculum of the Ma'had Ihya As-Sunnah
Foundation. One example is the Quranic memorization program for young
children. Other activities aimed at stimulating the moral development of young
children in TK Ihya As-Sunnah include imparting knowledge and understanding
of moral values through activities such as circle time, Islamic studies, and
discussions about the context of revelation of the verses memorized by the
children. The exemplary behavior, habitual practices, and guidance provided by
teachers and parents will influence the aspects of moral development in young
children.
Key words: Moral, Behavior, Al-Qur’an.

v
vi

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR
PERNYATAAN......................................................................................................i
UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian.........................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................8
1.4 Manfaat/Signifikasi Penelitian.......................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................10
2.1 Pendidikan Anak Usia Dini..........................................................................10
2.2 Perkembangan Moral Anak Usia Dini.........................................................12
2.2.1 Pengertian Perkembangan Moral...........................................................12
2.2.2 Perkembangan Moral pada Anak Usia Dini..........................................16
2.2 3 Perkembangan Moral Pada Anak Usia 5-6 Tahun................................20
2.2.4 Perkembangan Moral dalam Konteks Agama.......................................21
2.2 5 Perkembangan Moral dalam Konteks Budaya..........................................23
2.3 Pendidikan Karakter.....................................................................................24
2.4 Menghafal Al-Qur’an pada Anak Usia Dini................................................28
2.4.1 Menghafal Al-Qur’an pada Anak Usia Dini..........................................28
2.4.2 Nilai-nilai Moral dalam Al-Quran.........................................................30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................37
3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian................................................................37
3.2 Tahapan-Tahapan Penelitian........................................................................38
3.3 Sumber Data dan Tempat Penelitian............................................................39
3.3.1 Sumber Data..........................................................................................39

vi
vii

3.3.2 Tempat Penelitian..................................................................................41


3.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................42
3.4.1 Teknik Observasi...................................................................................42
3.4.2 Teknik Wawancara................................................................................43
3.4.3 Studi Dokumentasi.................................................................................44
3.5 Keabsahan Data............................................................................................46
3.6 Teknik Analisis Data....................................................................................47
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN..........................................................49
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian..........................................................................49
4.1.1 Profil TK Ihya As-Sunnah Kota Tasikmalaya.......................................49
4.1.2 Visi dan Misi TK Ihya As-Sunnah........................................................50
4.1.3 Data Sarana dan Prasarana TK Ihya As-Sunnah...................................51
4.1.4 Struktur Pengurus TK Ihya As-Sunnah...........................................52
4.2 Temuan Penelitian........................................................................................53
4.2.1 Program Penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam
Meningkatkan Perkembangan Moral Anak Usia 5-6 Tahun..........................53
4.2.2 Penanaman Nilai-Nilai Moral pada Anak Penghafal Al-Qur’an di TK
Ihya As-Sunnah..............................................................................................58
4.2.3 Pengaruh Penghafalan Al-Qur’an Terhadap Pemahaman Nilai-Nilai
Moral Anak Usia 5-6 Tahun...........................................................................66
4.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Anak
Penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah.................................................67
4.3 Pembahasan..................................................................................................69
4.3.1 Program Penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam
Meningkatkan Perkembangan Moral Anak Usia 5-6 Tahun..........................69
4.3.2 Penanaman Nilai-Nilai Moral pada Anak Penghafal Al-Qur’an di TK
Ihya As-Sunnah..............................................................................................70
4.3.3 Pengaruh Penghafalan Al-Qur’an terhadap Pemahaman Nilai-Nilai
Moral Anak Usia Dini....................................................................................75
4.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral pada Anak
Penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah..............................................76
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI................................79

vii
viii

5.1 Simpulan..................................................................................................79
5.2 Implikasi.......................................................................................................80
5.3 Rekomendasi................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................81
LAMPIRAN...........................................................................................................86
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................240

viii
ix

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.................................................................................................................41
Tabel 3.2.................................................................................................................45

ix
x

DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1...............................................................................................................53
Bagan 4.2...............................................................................................................57
Bagan 4.3...............................................................................................................65
Bagan 4.4...............................................................................................................67

x
xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kegiatan Circle Time.........................................................................60
Gambar 4.2 Kegiatan Mulok PAI..........................................................................62
Gambar 4.3.............................................................................................................64

xi
xii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I: SK Pembimbing Skripsi.....................................................................87
Lampiran II: Surat Izin Penelitian..........................................................................90
Lampiran III: Pedoman Wawancara......................................................................92
Lampiran IV: Pedoman Observasi.........................................................................96
Lampiran V: Hasil Wawancara..............................................................................99
Lampiran VI: Hasil Observasi.............................................................................170
Lampiran VII: Proses Analisis Data....................................................................229
Lampiran VIII: Dokumentasi Peneltian...............................................................233

xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan anak usia dini menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 adalah “Pendidikan anak
usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Anak merupakan
generasi penerus bangsa yang harus selalu dijaga dan distimulasi dengan hal-hal
yang tepat, sehingga anak akan bertumbuh dan berkembang sebagai generasi yang
bermoral dan berpendidikan.
Masa anak usia dini sering disebut masa keemasan atau masa golden age.
Proses pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini sedang mengalami fase
yang pesat dalam berbagai aspek perkembangan kehidupan manusia. Menurut
banyak penelitian bidang neurologi ditemukan bahwa 50% kecerdasan anak
terbentuk pada kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah usia 8 tahun, perkembangan
otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Khomaeny, dkk.,
2018).
Menurut Nisa (dalam Damayanti, 2018 hlm 1) Pendidikan adalah pemberian
pengalaman kepada anak berupa pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan belajar
dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran dan pelatihan. Secara
umum pendidikan merupakan tanggung jawab setiap warga masyarakat, bangsa
dan negara dalam melahirkan generasi baru menjadi manusia yang lebih baik.
Maka dari itu, perlunya memberikan perhatian khusus kepada anak usia dini
berupa pendidikan agar anak mampu mencapai fase perkembangan sesuai dengan
tahapan usianya. Perkembangan yang distimulasi pada anak usia dini mencakup
enam aspek perkembangan, kemampuan nilai agama dan moral, kemampuan fisik
motorik, kemampuan kognitif, kemampuan bahasa, kemampuan sosial emosional,
dan seni.

1
2

Pelaksanaan pendidikan bukan hanya untuk mencerdaskan anak dari segi


intelektual atau kognitif tetapi juga mencerdaskan anak secara moral sehingga
memimiliki perilaku atau tutur kata yang baik sesuai dengan harapan masyarakat
(Khoironi, 2017). Salah satu aspek perkembangan yang perlu diperhatikan sejak
dini adalah perkembangan moral. Menurut Webster’s New World Dictionary
(dalam Wantah, 2005) moral digambarkan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya sesuatu tingkah laku.
Menurut Desmita (2009) menyebutkan bahwa moral berkaitan dengan pedoman
dan norma-norma tentang tindakan yang seharusnya dilakukan oleh seorang
individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Pentingnya menanamkan nilai-
nilai moral baik sejak usia dini disebabkan pada tahap perkembangan otak yang
optimal pada masa itu (masa usia dini).
Namun pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak, banyak faktor yang
akan mempengaruhi kehidupannya terutama mempengaruhi dalam sikap moral
anak. Mengutip data pada halaman website di kpai.go.id dari Komisi
Perlindungan Anak Indonesia pada tahun 2022 menunjukan ada sebanyak 4.683
aduan masuk ke pengaduan yang bersumber dari pengaduan langsung, pengaduan
tidak langsung (surat dan email), online dan media. Pengaduan yang paling
banyak adalah klaster Perlindungan Khusus Anak (PKA) sebanyak 2.133 kasus.
Ada berupa kasus kejahatan seksual, klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan
alternatif, pelanggaran hak anak dalam klaster pendidikan dan yang terakhir
adalah korban kekerasan fisik dan psikis.
Menurut data dari halaman website kpai.go.id, kasus kekerasan fisik dan
psikis yang terjadi pada anak sebanyak 502 kasus, dan faktor yang melatar
belakangi terjadinya kasus kekerasan fisik dan psikis pada anak diantaranya
adalah: 1). Pengaruh negatif teknologi dan informasi; 2). Permisifitas lingkungan
sosial-budaya; 3). Lemahnya kualitas pengasuhan; 4). Kemiskinan keluarga; 5).
Tingginya angka pengangguan; 6). Hingga kondisi lingkungan tempat tinggal
yang tidak ramah anak. Selain kasus kekerasan pada anak, adapun kasus anak
korban pornografi dan cyber crime sebanyak 87 kasus, dan 187 kasus untuk data
anak yang berhadapan dengan hukum.

2
3

Dari data tersebut menunjukan bahwa posisi anak sangat rentan terhadap
berbagai kasus-kasus yang berkaitan dengan moral karena ada banyak sekali
faktor yang dapat menjadikan anak sebagai korban maupun pelaku. Anak akan
mudah menjadi pelaku apabila anak mencontoh dari lingkungan sekitarnya yang
tidak baik, terutama bagi anak usia dini dimana mereka belum mampu
membedakan mana yang baik untuk ditiru dan mana yang tidak baik.
Dalam sebuah artikel detik.com tahun 2022, ada satu contoh fenomena
memprihatinkan yang berpengaruh terhadap perilaku anak, yaitu adanya balita 3
tahun yang sudah kecanduan merokok. Seorang balita tersebut berasal dari
Kabupaten Gunungkidul, Jawa Tengah. Menurut keterangan orangtuanya, balita
tersebut bahkan selalu mengamuk apabila tidak diberi rokok, sampai ibu dari
balita tersebut ditendangi, dilempari batu dan semua barang disekitar balita
tersebut dibanting. Faktor yang mempengaruhi balita tersebut kecanduan merokok
yaitu sering melihat ayahnya merokok, dan selalu memunguti puntung-puntung
rokok yang ada disekitar rumahnya, termasuk puntung rokok bekas ayahnya.
Balita tersebut sudah kecanduan merokok selama berbulan-bulan.
Salah satu contoh fenomena lain yaitu maraknya kasus bulliying yang sering
terjadi di Indonesia. Dalam sebuah artikel TribunLampung menjelaskan, telah
terjadi kasus bulliying di Taman Kanak-kanak di Bandar Lampung pada tahun
2016. Kronologi kejadiannya berawal seorang peserta didik merebut bekal salah
seorang temannya lalu dihabiskan pada waktu istirahat. Tak hanya sekali, pelaku
melakukan kejadian yang sama pada korban yang sama, kejadian ini korban
sampai didorong dan bekal korban dijatuhkan ke tanah dan diinjak-injak oleh
pelaku.
Adapun informasi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah
Kabupaten Tasikmalaya ada anak umur 11 tahun atau kelas V di Sekolah Dasar
kerap dipukuli oleh teman-temannya. Selain itu korban mengaku dipaksa oleh
teman-temannya menyetubuhi kucing dengan disaksikan, diolok-olok dan
direkam lalu teman-temannya menyebarkan video tersebut. Setelah kejadian itu,
korban mengalami depresi, sakit dan akhirnya meninggal dunia.
Selain kasus bullying, sering dijumpai juga anak usia dini yang berbicara
kurang sopan, senang meniru adegan kekerasan juga meniru perilaku orang

3
4

dewasa yang tidak seharusnya diikuti oleh anak-anak. Menurut Mufarochah


(dalam Robiah, 2020 hlm 2) menyebutkan moral bangsa Indonesia sedang tidak
baik-baik saja, terlihat banyaknya anak yang tidak berkata sopan, anak yang
melakukan kekerasan bahkan sampai berani melakukan percobaan bunuh diri
untuk memenuhi atau memaksakan apa yang ia inginkan.
Adapun faktor lain dari kemerosotan moral yang terjadi diakibatkan karena
dampak negatif dari tekonologi dan informasi yang semakin canggih yang telah
disebutkan pada halaman website kpai.go.id pada poin ke-1. Sudah tidak asing
bagi anak bermain handphone dalam setiap harinya. Anak menerima, melihat dan
mendengar berbagai informasi yang ada didalam internet, baik itu informasi yang
baik ataupun buruk. Menurut Mewar (2021) melalui internet, manusia bisa
melihat dan mencari sesuatu dengan sangat bebas, banyak sekali dampak positif
yang diberikan internet, akan tetapi dampak negatifnya juga terkesan cukup
banyak. Karena anak merupakan peniru yang hebat, maka anak akan menirukan
sesuatu yang dianggap menarik di internet tanpa ia mengetahui dan menyaring
informasi apakah itu hal baik atau tidak.
Menurut Elvaretta (2021) menjelaskan bahwa penggunaan internet bagi anak
usia dini harus selalu dipantau dan orangtua atau orang dewasa sekitar anak harus
bisa bijak dalam memilih konten yang akan diberikan atau ditampilkan kepada
anak usia dini. Beliau juga menjalaskan, bahwa menurut ahli psikologi, ada tiga
dampak negatif yang terjadi pada anak usia dini ketika berlebihan dalam
mengakses internet. Yang pertama, tumbuh kembang anak di segala aspek
perkembangannya menjadi tidak optimal. Kedua, anak akan menjadi kecanduan
gadget entah itu untuk mencari informasi, bermain, berkomunikasi bahkan untuk
mengakses pornografi. Dan yang ketiga, berdampak pada kesehatan anak, karena
pola makannya jadi tidak teratur dan kurangnya waktu tidur.
Karena beberapa kerusakan moral yang terjadi pada bangsa ini, pentingnya
menanamkan nilai-nilai moral baik sejak dini, untuk menjadi wadah penyaringan
agar anak mampu mengontrol dirinya sendiri atas segala perilaku yang ia lakukan.
Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai moral sejak usia dini diprediksi
berdampak positif pada perkembangan anak di masa depan. Ini membantu anak-
anak mengembangkan kemampuan untuk membedakan tindakan yang positif dan

4
5

negatif. Pendekatan ini juga membentuk naluri anak-anak untuk mengenali dan
menghargai perilaku yang terpuji, serta membiasakan mereka dengan praktik-
praktik berakhlak baik. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan
mengajarkan Al-Qur’an pada anak usia dini.
Kitab suci Al-Qur’an adalah petunjuk suci bagi umat Islam yang berisi
langsung firman dari Allah, SWT. Membaca dan menghayati maknanya bukan
hanya membawa pahala, tetapi juga memberikan manfaat besar dalam kehidupan
dunia maupun akhirat. Kitab suci Al-Qur’an ini merupakan sumber pokok dalam
agama islam yang mencankup seluruh aspek kehidupan manusia, berfungsi
sebagai panduan universal bagi seluruh umat manusia.. Sesuai dengan QS. Al-
Baqarah ayat 2 yang artinya:
“ Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada kergauan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa”.
Al-Qur’an juga berisi ajaran perbaikan akhlak, mengajarkan dan menetapkan
mana yang menjadi perbuatan baik dan mana yang menjadi perbuatan buruk.
Menurut Sajawandi (2015) Allah SWT memberikan panduan kepada manusia
melalui kitab suci-Nya sesuai dengan kapasitas mereka, baik secara fisik maupun
psikologis. Al-Qur'an berisi konten sebagai berikut: 1) Tauhid untuk
mengokohkan keyakinan pada keesaan Tuhan Yang Maha Esa, 2) Janji pahala
bagi mereka yang beriman dan beramal baik, dan ancaman siksa bagi yang ingkar,
3) Pedoman mengenai ibadah dan praktik-praktik ritual, 4) kisah-kisah dan
hikmah yang mengandung pelajaran berharga, 5) contoh-contoh teladan yang baik
dalam kehidupan, yang dapat dijadikan inspirasi.
Mengajarkan Al-Qur’an sejak dini bisa dilakukan melalui memulai membaca,
menulis dan menghafal. Menurut Manik (2021) salah satu cara untuk mengubah
akhlak anak-anak menjadi baik atau akhlakul karimah yaitu dengan mempelajari
Al-Qur’an, salah satunya dengan cara menghafal Al-Qur’an. Menghafal adalah
suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah
dibaca secara benar seperti apa adanya. Menurut Masyhud dan Husnur (dalam
Herma, 2016) menghafal pada saat usia dini merupakan hal yang tepat karena jika
semakin dini hafalannya selesai, mereka juga akan punya waktu untuk
mempelajari banyak hal lain. Pada saat itu juga apa yang anak pelajari, anak sudah

5
6

mempunyai modal dasar berupa hafalan Al- Qur’an dalam dada mereka. Terlebih
perkembangan dan pertumbuhan masa usia dini itu mengalami fase yang pesat,
maka anak akan dengan mudah untuk menghafal dan mengingat apa yang ia
pelajari termasuk ayat-ayat Al-Quran. Daya ingat anak pada masa usia dini
cenderung kuat dan berjangka panjang. Menghafal Al-Qur’an juga mampu
melatih kemampuan otak kanan dan kiri anak, hal tersebut akan melatih
perkembangan kognitif atau kecerdasan anak.
Namun, dalam menanamkan nilai-nilai moral baik kepada anak tidak akan
secara instan atau langsung hanya dengan mengahfal Al-Qur’an saja. Untuk
mencapai akhlak yang baik bagi anak harus dilakukan dengan berbagai usaha dari
lingkungan sekitar anak juga, baik dirumah maupun disekolah. Menurut
Supriyanto (2015) adapun beberapa cara yang harus dilakukan oleh orangtua dan
pendidik untuk mengembangkan sikap-sikal moral dan agama pada anak, yaitu
memberi contoh kepada anak. Anak usia dini mempunyai sifat suka meniru,
karena orangtua merupakan lingkungan pertama yang ditemui anak, maka anak
akan meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Oleh karena itu, orangtua
harus memberikan contoh yang baik bagi anak. Selain orangtua, pendidik di
sekolah juga harus bisa memberikan contoh yang baik bagi anak, supaya anak bisa
meniru kebiasaan-kebiasaan yang baik di sekolah seperti pendidiknya.
Selain memberikan contoh yang baik, menurut Supriyanto (2015)
menyebutkan bahwa pengembangan aspek nilai-nilai agama dan moral anak usia
dini harus dilakukan dengan kegiatan pembiasaan rutin dan keteladanan yang
dilakukan anak sehari-hari. Pendidik diharuskan untuk merancang kegiatan
pembelajaran yang lebih terprogram serta merencanakan media pembelajaran
yang sesuai untuk menstimulus berbagai aspek perkembangan anak usia dini,
termasuk aspek perkembagan nilai agama dan moral.
Setelah peneliti melakukan observasi ke taman kanak-kanak Ihya As-Sunnah
pada hari Rabu 7 Desember 2022, peneliti menemukan banyak keunggulan terkait
pelaksanaan perkembangan moral atau penanaman nilai-nilai moral di sekolah
tersebut. Taman kanak-kanak Ihya As-Sunnah merupakan salah satu lembaga
pendidikan di Kota Tasikmalaya yang memiliki program menghafal Al- Qur’an
pada anak usia dini setiap harinya. Metode yang digunakan oleh pendidik dalam

6
7

menghafal Al- Qur’an di sekolah tersebut bermacam-macam sesuai dengan


kemampuan serta kebutuhan tingkatan kelompok usia. Dalam proses menghafal
Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah, anak tidak hanya menghafal ayat-ayat Al-
Qur’an secara menerus, namun pendidik akan membacakan ayat terlebih dahulu
lalu pendidik akan menjelaskan arti serta kandungan dari setiap ayat yang anak
hafalkan. Selain itu juga, ada keunggulan lain pada TK Ihya As-Sunnah yaitu
pemberian materi TFP dan Mulok PAI setiap harinya pada anak. TFP merupakan
singkatan dari Term, Fact and Principle. Materi TFP tersebut berisi tentang
ketentuan, fakta dan prinsip dalam agama islam yang berkaitan dengan tema
bulanan disekolah yang sudah disusun oleh beberapa pendidik yang bertanggung
jawab. Dalam penyusunan materi TFP, para pendidik mengambil sumber dari Al-
Qur’an, hadits, buku dan kisah-kisah teladan. Semua materi TFP tersebut akan
disampaikan serta dijelaskan kepada anak setiap harinya pada waktu circle time.
Adapun mulok PAI yaitu penyampaian materi-materi seputar pendidikan agama
islam pada anak, setelah disampaikan biasanya pendidik akan mengulang-ngulang
bersama dengan anak, supaya materi tersebut bisa dihafal dengan mudah oleh
anak.
Pada penyampaian materi TFP dan mulok PAI tersebut, pendidik akan
mencantumkan landasan ayat Al- Qur’an sesuai dengan materi yang sudah
disusun, sehingga anak akan mengetahui bahwa segala sesuatu dalam
kehidupannya tercantum dalam kita suci Al-Qur’an. Dengan harapan, anak akan
berakhlak mulia dan membiasakan perilaku baik sesuai nilai-nilai moral dengan
landasan dari Al-Qur’an.
Melihat fenomena diatas, peneliti tertarik untuk mengungkap secara jelas
bagaimana penanaman nilai-nilai moral di taman kanak-kanak Ihya As-Sunnah
melalui berbagai program keunggulan dan kekhasan yang dimiliki sekolah
tersebut. Oleh karena itu, peneliti menyajikannya dalam sebuah skripsi yang
berjudul “Analisis Perkembangan Moral Anak Penghafal Al-Qur’an usia 5-6
tahun. (Studi Kasus Anak Usia Dini di TK Ihya As-Sunnah Kota Tasikmalaya)”.

7
8

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Maka pokok permasalahan yang
diteliti pada penelitian ini yaitu “Bagaimana perkembangan moral pada anak
penghafal Al-Qur’an usia 5-6 tahun di TK Ihya As-Sunnah”. Agar lebih
operasional, maka rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi 4 pertanyaan
penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimana program penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam
meningkatkan perkembangan moral anak usia 5-6 tahun?
2. Bagaimana penanaman nilai-nilai moral pada anak penghafal Al-Qur’an di
TK Ihya As-Sunnah?
3. Bagaimana penghafalan Al-Qur’an mempengaruhi pemahaman nilai-nilai
moral anak usia 5-6 tahun?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral pada anak
penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan umum yang ingin peneliti capai pada penelitian adalah untuk
mendeskripsikan perkembangan moral pada anak penghafal Al-Qur’an usia 5-6
tahun di TK Ihya As-Sunnah.
Adapun tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan program penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah
dalam meningkatkan perkembangan moral anak usia 5-6 tahun.
2. Mendeskripsikan penanaman nilai-nilai moral pada anak penghafal Al-Qur’an
di TK Ihya As-Sunnah
3. Mendeskripsikan bagaimana penghafalan Al-Qur’an mempengaruhi
pemahaman nilai-nilai moral anak usia dini.
1. Mendeskrpsikan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada
anak pengahafal Al-Qur-an di TK Ihya As-Sunnah.

1.4 Manfaat/Signifikasi Penelitian


Harapan peneliti pada hasil penelitian ini ialah bermanfaat untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan praktik pendidikan serta pengajaran dalam meningkatkan

8
9

keberhasilan belajar peserta didik. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai
berikut.
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini peneliti harapkan mampu memberikan atau
menambah pemahaman serta referensi terkait perkembangan moral pada anak usia
5-6 tahun.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Harapan peneliti pada penelitian ini adalah untuk membuatnya
menjadi sumber pembelajaran yang berharga, serta untuk menggali nilai-
nilai positif yang ditemukan dalam konteks perkembangan moral anak
usia dini, khususnya pada kelompok usia 5-6 tahun. Peneliti berharap
bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan
bagi kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam aspek perkembangan
moral pada anak-anak usia 5-6 tahun
b. Bagi Guru
Harapan peneliti pada penelitian ini mampu mengenalkan kepada
guru terkait program dan stimuasi-stimulasi yang diajarkan di lembaga
pendidikan yang bersangkutan yaitu TK Ihya As-Sunnah dalam
menanamkan nilai-nilai moral yang baik pada anak usia dini disekolah.
c. Bagi Orangtua
Harapan peneliti pada penelitian ini mampu memberikan atau
mengenalkan pentingnya menanamkan dan membiasakan sejak dini
terkait nilai-nilai moral baik bagi anak usia dini yang akan berpengaruh
terhadap kehidupan nya di masa yang akan datang.

9
10

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pendidikan Anak Usia Dini


Anak usia dini merupakan anak usia 0-6 tahun yang mengalami
perkembangan dan pertumbuhan sangat pesat (Sujiono, 2013). Anak pada usia
dini berada pada masa keemasan (golden age) dimana semua aspek
perkembangannya dapat mudah distimulasi. Sesuai menurut Rahman (2020) pada
usia dini perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan segala aspek pertumbuhan
dan perkembangannya. Menurut Sujiono (2009) mengemukakan, anak usia dini
merujuk pada individu yang tengah mengalami fase perkembangan yang
berlangsung pesat dan akan membentuk dasar bagi tahap-tahap berikutnya dalam
hidupnya. Rentang usia anak usia dini berkisar antara 0 hingga 6 tahun. Selama
periode ini, terjadi perkembangan dan pertumbuhan yang signifikan dalam
berbagai aspek kehidupan, mengalami tahap pertumbuhan yang pesat dalam
rentang perkembangan manusia.. Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
merupakan anak dengan usia 0 – 6 tahun yang mengalami perkembangan dan
pertumbuhan secara cepat dalam berbagai aspek sebagai bekal untuk menghadapi
kehidupannya di masa depan.
Masa usia dini merupakan masa keemasan yang hanya terjadi satu kali dalam
seumur hidup. Maka dari itu, pada masa ini penting bagi anak untuk diberi
pendidikan agar anak mengalami proses belajar yang baik dan terarah sehingga
anak bertumbuh dan berkembangan secara optimal. Menurut Nisa (dalam
Damayanti, 2018) pendidikan merupakan proses memberikan pengalaman kepada
anak-anak berupa pengetahuan, keterampilan, dan pola belajar, yang diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran dan latihan. Pada
dasarnya, pendidikan menjadi tanggung jawab kolektif setiap anggota masyarakat,
bangsa, dan negara untuk membentuk generasi penerus menjadi individu yang
lebih berkualitas.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan proses pendidikan yang
diadakan dengan maksud untuk mengakomodasi pertumbuhan dan perkembangan
komprehensif anak, atau fokus pada pengembangan seluruh aspek perkembangan
11

anak. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 Bab 1


Pasal 1 Ayat 14 menyebutkan, pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Menurut Cahyaningrum (dalam Damayanti, 2022) menyebutkan pendidikan
anak usia dini adalah usaha yang dilakukan untuk merangsang berbagai potensi
yang ada dalam diri anak supaya anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal. Pendidikan anak usia dini merupakan bekal awal untuk keberhasilan
jenjang pendidikan selanjutnya. Mempunyai bekal pendidikan awal, anak akan
lebih mudah melewati rintangan atau masalah yang akan ditemuinya pada jenjang
pendidikan selanjutnya. Pendidikan anak usia dini menurut Nurani (dalam Robiah
2022) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menekankan pada peletakan dasar ke aras pertumbuhan dan perkembangan fisik
(keseimbangan motorik halus dan kasar), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta beragama), kecerdasan (kemampuan berfikir, kemampuan mencipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), bahasa dan komunikasi, serta dengan
karakteristik masing-masing dan tahapan perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini. Maka disimpulkan, terdapat 6 aspek perkembangan yang harus
dioptimalkan pada masa usia dini yaitu aspek nilai agama dan moral, fisik
motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni.
Dari penjalasan diatas dapat disimpulkan pendidikan anak usia dini
merupakan usaha yang dilakukan untuk menstimulasi atau merangsang berbagai
potensi dan aspek perkembangan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
baik dan sebagai bekal awal untuk kesiapan anak menghadapi jenjang pendidikan
selanjutnya. Adapun aspek perkembangan pada anak usia dini yaitu aspek
perkembangan nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial
emosional dan seni.
12

2.2 Perkembangan Moral Anak Usia Dini


2.2.1 Pengertian Perkembangan Moral
Perkembangan merupakan rangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Menurut Daele (dalam
Astiti, 2019) mengatakan “Perkembangan merupakan perubahan secara
kualitatif”. Sesuai dengan pendapat tersebut, perkembangan bukan sekedar
penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu
proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Dapat
disimpulkan bahwa perkembangan merupakan suatu proses kedewasaan yang
terjadi pada manusia, bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan
seseorang. Proses perubahan yang dialami bersifat progresif atau sistematis.
Kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya
mores, yang artinya tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila.
Menurut Huky (dalam Gumilar, 2015) merumuskan pengertian moral sebagai
berikut;
a. Moral adalah kumpulan ide-ide mengenai perilaku hidup, yang memiliki
pola karakteristik tertentu, yang dianut oleh sekelompok individu dalam
konteks tertentu.
b. Moral adalah pedoman mengenai perilaku hidup yang positif berdasarkan
pandangan hidup atau agama tertentu.
c. Moral adalah tindakan perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kesadaran,
dimana manusia merasa berkewajiban untuk mencapai kebaikan, sesuai
dengan standar nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
Menurut Suseno (dalam Istiqomah, 2020) mengatakan bahwa moral selalu
berhubungan dengan penilaian tentang kebaikan atau keburukan manusia,
menjadikan ranah moral sebagai dimensi kehidupan manusia yang dievaluasi
berdasarkan aspek kebajikannya. Perilaku moral menggambarkan tindakan
manusia yang sejalan dengan harapan, norma, panduan, dan praktik yang dianut
oleh suatu kelompok sosial. Kehidupan bermasyarakat akan berjalan dengan
nyaman, damai dan tentram apabila sesuai dengan kebiasaan atau peraturan yang
13

berlaku di tempat tersebut. Maka dari itu, setiap manusia penting melaksanakan
dan membiasakan nilai-nilai moral yang berlaku di lingkungannya. Dapat
disimpulkan bahwa moral merupakan perilaku, akhlak, atau tingkah laku yang
baik atau buruk sesuai dengan ajaran-ajaran atau peraturan yang berlaku di
lingkungan masyarakat atau di agama tertentu. Sehingga setiap manusia mampu
mengetahui dan membedakan perilaku yang baik dan buruk.
Maka dari itu pengertian dari perkembangan moral merupakan proses
pendewasaan yang bertahap terkait pikiran, perasaan, budi pekerti dan perilaku
atau akhlak sesuai dengan peraturan yang harus dilakukan seseorang pada suatu
lingkungan ketika berintaraksi dengan orang lain.
Adapun beberapa pandangan dari para ahli dalam landasan pengembangan
moral dan karakter menurut Huliyah (2021, hlm 7-17) diantaranya:
1) Teori moral dan karakter Aristoteles
Menurut Aristoteles, keutamaan moral sebagai dasar bagi manusia
yang diperlukan untuk kesejahteraan atau perkembangannya. Namun,
beliau tidak menganggap moral itu bawaan dari lahir, karenanya perlu
latihan atau stimulus dalam pendidikan moral. Para pengikut Aristoteles
berasumsi bahwa kebajikan membawa manfaat bagi yang melakukan
kebajikan dan orang lain. Itulah mengapa manusia membutuhkan moral.
Moral merupakan penggerak manusia agar hidup harmoni dengan manusia
lain maupun dengan kelompok sehingga mampu bekerja sama secara
optimal. Dapat disimpulkan, bahwa pendidikan moral atau karakter
disusun sistematis melalui pelatihan moral sesuai dengan aturan dan pola
perilaku yang diinginkan dan disetujui oleh masyarakat.
2) Filsafat Pendidikan Moral John Dewey
Ajaran John Dewey dipengaruhi secara signifikan oleh teori
evolusi Charles Darwin (1809-1882), yang mengajarkan bahwa kehidupan
di dunia merupakan suatu proses yang dimulai dari tahap paling primitif
dan mengalami perkembangan serta kemajuan. Dewey meyakini bahwa
teori evolusi dan keyakinannya terhadap potensi manusia dalam mencapai
perkembangan moral serta dalam membentuk lingkungan sosial,
14

khususnya melalui pendidikan. Menurutnya, pengalaman memiliki peran


sentral dalam pandangan filosofi instrumentalisme yang dianutnya..
Filsafat instrumentalisme Dewey dibangun berdasarkan asumsi
bahwa pengetahuan bersumber dari pengalaman-pengalaman dan bergerak
kembali menuju pengalaman. Pendidikan moral harus terintegrasi dengan
kurikulum dan harus bersentuhan dengan isu-isu nyata yang menarik dan
penting bagi anak. Tanggung jawab utama sekolah adalah mengajarkan
anak untuk hidup dengan cara kooperatif dan saling membantu, selain itu
menjadikan kegiatan bermain sebagai landasan metode pendidikan pada
anak usia dini.
3) Pradigma Moral Kohlberg
Pemikiran Lawrence Kohlberg dipengaruhi oleh teori kognisi
moral Piaget dan menjadi sumbangan besar bagi psikologi moral. Menurut
Kohlberg (dalam Santrock, 2007) berpendapat bahwa terdapat 3 tingkatan
cara berpikir atau penalaran seseorang terkait perkembangan moral. Tiap-
tiap tingkatan tersebut terdiri dari 2 tahapan. Jadi, semua tahapan moral
menurut Kohlberg berjumlah 6 tahapan.
a) Penalaran Prakonvensional
Masa ini merupakan tingkat terendah dari penalaran moral menurut
Kohlberg. Pada tingkat ini, baik dan buruk diinterpresikan melalui
reward (imbalan) dan punishment (hukuman) eksternal. Pada tingkat
ini, terdari dari beberapa tahap; 1). Tahap 1 merupakan orientasi
ketaatan hukum, di mana saat ini anak berpikir harus patuh karena
takut akan hukuman. 2). Tahap 2 merupakan individualisme, tujuan
instrumental dan pertukaran. Maksudnya, anak menalar perilaku yang
baik hadir karena orang lain terlebih dahulu berperilaku baik padanya.
b) Penalaran Konvensional
Tingkat kedua dalam tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg
adalah periode ini. Pada tingkat ini, terdapat beberapa tahap: 1). Tahap
ini menggambarkan fase ekspektasi interpersonal mutual, di mana
anak mulai membangun hubungan dengan orang lain dan mengejar
kesesuaian dalam interaksi. Menghormati kepercayaan, perhatian, dan
15

kesetiaan kepada orang lain menjadi dasar penilaian moral. Fokus


anak pada keinginan untuk dianggap baik oleh diri sendiri dan orang
lain. Kemampuan berempati pada perspektif orang lain menjadi
penting, karena anak memahami bahwa perilaku baik terhadap orang
lain akan menghasilkan respons positif. 2). Langkah berikutnya adalah
moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, penilaian moral didasarkan
pada pemahaman tentang hukum, keadilan, dan tanggung jawab dalam
tatanan sosial. Memainkan peran sebagai warga yang patuh pada
aturan, menjunjung tinggi prinsip keadilan, dan menjaga
keseimbangan dalam masyarakat dianggap sebagai perilaku moral
yang benar.
c) Penalara nPascakonvensional
Masa ini adalah tingkat tertinggi dalam teori Kohlberg. Di mana
individu mulai menyadari danya jalur moral alternatif, dimana anak
dapat memilih dan memutuskan secara personal perilakunya. Adapun
tahapan pada tingkat ini sebagai berikut: 1). Pada tahap ini,
merupakan kontrak atau utilitas sosial dan hak-hak dasar. Di mana
seseorang menelar bahwa nilai, hak dan prinsip lebih utama dari
hukum. Seseorang mengevaluasi validitas hukum dan sistem sosial,
sejauh mana dapat menjamin dan melindungi hak dasar manusia. 2).
Dan tahap terakhir yaitu, prinsip etika universal yang merupakan
tahapan tertinggi dalam perkembangan moral menurut Kohlberg. Pada
tahap ini, individu mengembangkan standar moral berdasarkan hak
asasi manusia.
4) Pendidikan Karakter Thomas Lickona
Karakter adalah sifat batin yang konsisten dalam merespons situasi
dengan cara yang moral dan positif. Karakter mulia melibatkan
pemahaman tentang nilai-nilai kebaikan, diikuti oleh komitmen atau niat
untuk mengamalkan kebaikan tersebut. Karakter mencakup serangkaian
elemen seperti pengetahuan (kognitif), sikap (attitudes), motivasi
(motivations), perilaku (bevaviors), dan keterampilan (skills). Thomas
Lickona juga mengidentifikasi tujuh karakter utama yang perlu
16

ditanamkan pada peserta didik: kejujuran, empati, keberanian, kasih


sayang, pengendalian diri, kerja sama, dan ketekunan.

5) Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara


Konsep pendidikan karakter yang diajarkan oleh Ki Hajar
Dewantara melalui Pendidikan Taman Siswa memperkenalkan istilah
"Pendidikan Budi Pekerti". Dalam pandangan ini, budi pekerti merujuk
pada aspek baik dalam watak manusia, sedangkan watak berkaitan erat
dengan kepribadian individu. Kepribadian, dalam konteks ini, mencakup
dimensi fisik dan mental manusia. Artinya, budi pekerti adalah kumpulan
sifat-sifat positif yang cenderung tetap dan memiliki dampak pada sikap,
perilaku, dan mentalitas individu.
Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa dengan tujuan untuk
mengupayakan pendidikan yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan cipta, rasa dan karsa manusia dalam
integritas yang harmonis. Semua perpaduan tersebut itulah yang disebut
budi pekerti luhur manusia.
6) Konsep Pendidikan Karakter K.H. Hasyim Asy’ari
Menurut K.H. Hasyim Asy'ari menggambarkan pendidikan
karakter sebagai suatu proses di mana nilai-nilai karakter ditanamkan pada
peserta didik. Proses ini melibatkan elemen-elemen seperti kesadaran,
pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang kuat untuk menerapkan
nilai-nilai ini. Nilai-nilai tersebut mencakup aspek hubungan dengan
Tuhan, pengembangan diri, hubungan dengan sesama manusia, interaksi
dengan lingkungan, serta kontribusi pada masyarakat dan bangsa.
Tujuannya adalah membentuk individu yang sempurna sesuai dengan
kodratnya.
17

2.2.2 Perkembangan Moral pada Anak Usia Dini


Pendidikan anak usia dini akan menjadi pondasi atau bekal awal untuk
perkembangan anak usia dini di masa selanjutnya, sebagaimana dijelaskan oleh
Rahim, dkk (dalam Khaironi, 2017):
“The objective of early childhood education is to establish a foundation for
the development of a child’s character, behaviour, knowledge, skills and
creativity to spur further development and growth.”
Pendidikan anak usia dini memiliki tujuan utama dalam membentuk dasar
perkembangan anak. Ini mencakup pembentukan karakter, perilaku, pengetahuan,
keterampilan, dan kreativitas sebagai fondasi yang akan mendorong pertumbuhan
dan perkembangan lebih lanjut. Memperhatikan perilaku yang baik sejak dini
akan memberikan landasan penting untuk perkembangan perilaku positif lainnya
seiring dengan bertambahnya usia dan kedewasaan anak.Moral adalah salah satu
aspek perkembangan yang harus distimulasi pada anak sejak usia dini. Menurut
Rahim, dkk (dalam Khaironi 2017) mejelaskan terdapat enam aspek
perkembangan yang difokuskan dalam pendidikan anak, yaitu moral dan agama,
sosial emosional dan perkembangan kepercayaan diri, kemampuan bahasa,
kemampuan kognitif, kemampuan fisik motorik, dan kemampuan seni”.
Berdasarkan penjelasan tersebut keberadaan perkembangan moral dalam diri anak
sebagai individu sangat penting dan tidak bisa dianggap sepele.
Menurut Sinulingga (dalam Septiana, 2022) menyebutkan perkembangan
moral tidak terbatas pada sekadar pemahaman atau pengetahuan semata,
melainkan lebih menekankan pada tindakan yang timbul dari pengertian moral itu
sendiri. Moralitas sering juga diidentifikasi sebagai akhlak, budi pekerti, dan
etika. Perkembangan moral melibatkan nilai-nilai yang tumbuh dan berlaku dalam
lingkungan sosial yang mengarahkan perilaku individu. Menurut Bahri (2015)
anak ketika baru lahir di dunia tidak memiliki moral (amoral), tetapi dalam diri
anak terdapat potensi moral yang siap dikembangan dan distimulus. Oleh karena
itu, melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, anak akan
belajar dan memahami tentang perilaku mana yang baik dan mana yang tidak
boleh dikerjakan.
18

Selaras dengan pendapat Septiana (2022) perspektif behavioristik


menganggap bahwa anak mengalami perkembangan sejalan dengan pengaruh
lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku anak dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Namun, dalam konteks perkembangan moral, proses ini lebih
kompleks. Perkembangan moral pada dasarnya timbul dari interaksi antara anak
dan lingkungannya. Pentingnya interaksi ini terletak pada hubungan timbal balik
antara anak dengan individu-individu di sekitarnya. Interaksi ini memiliki peran
krusial karena hanya melalui pertukaran ini berbagai aspek perkembangan,
terutama dalam hal moral, bisa berkembang dengan baik pada anak.
Pendidikan moral anak usia dini dapat dilakukan mulai dari lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, sampai lingkungan masyarakat. Perkembangan
moral sejak dini bisa diberikan di berbagai macam lembaga pendidikan, salah
satunya di lembaga pendidikan anak usia dini. Menurut Ananda (2022)
menyebutkan Pengembangan moral pada anak prasekolah dapat difokuskan pada
beberapa aspek penting. Ini melibatkan mengenalkan anak pada pemahaman
tentang kehidupan pribadi yang terhubung dengan orang lain, memperkenalkan
dan menghargai keragaman di sekitar lingkungan mereka, mengajarkan peran
orang lain, serta mengembangkan kesadaran tentang hak dan tanggung jawab
mereka. Tahap usia dini anak adalah fondasi awal dalam membentuk moralitas
manusia, di mana perilaku dan kemampuan dasar terbentuk sesuai dengan tahap
perkembangannya. Tujuannya adalah membantu anak menjadi warga negara yang
baik di masa mendatang. Penting bagi orang dewasa di sekitar anak, termasuk
orang tua dan pendidik, untuk memberikan bimbingan dalam nilai-nilai moral
kepada anak usia dini.
Menurut Pasabiru (dalam Afnita, 2021) menyebutkan moral pada anak usia
dini masih dalam tingkat yang sangat rendah karena disebabkan oleh
perkembangan intelektual yang dimiliki anak masih belum tercapai dititik dapat
mempelajari atau menerapkan prilaku mana yang benar dan mana yang salah.
Adapun pendapat lain akan hal tersebut, menurut Berkowitz (dalam Afnita, 2021 )
Anak terkadang belum mengerti adanya peraturan dan tidak mengerti akan adanya
sebagai kelompok yang bersosial. Karena anak tidak mengerti tentang adanya
berprilaku moral yang baik, maka anak harus belajar dan dibimbing tentang
19

bagaimana berprilaku yang baik walau anak akan berproses dengan


perkembangannya.
Menurut pendapat Sjarkawi (dalam Afnita, 2021) mengemukakan Pendidikan
moral pada anak usia dini memiliki peran dalam merangsang perkembangan
moral anak, dengan fokus pada penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Pendekatan ini berupaya menciptakan pemahaman yang holistik dan
mempromosikan pengembangan moral dalam masyarakat, dengan prinsip
keadilan, persamaan, dan adaptasi yang terintegrasi di lingkungan mereka. Tujuan
perkembangan moral pada anak usia dini termasuk memberikan pemahaman dan
pertimbangan moral terhadap tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan,
mengembangkan kepercayaan yang menjadi dasar bagi pertimbangan moral anak
dalam mengambil keputusan, menghubungkan anak dengan norma-norma konkret
yang berlaku dalam masyarakat, mengkultivasi perilaku yang baik dan benar,
serta mendorong pencapaian prinsip moral yang tinggi.
Menurut Setiawati (dalam Khaironi, 2017) sesuai dengan tahapan
perkembangan moral menurut Kohlberg, anak termasuk pada tahap
perkembangan moral prakonvensional, dimana tingkah laku anak dikendalikan
oleh akibat fisik yang ditimbulkan dari perbuatannya yang biasanya muncul dalam
bentuk hadiah dan hukuman. Gunadi (2013) memaparkan bahwa Piaget membagi
perkembangan moral anak menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase absolut; anak menghayati peraturan sebagai suatu hal yang dapat
diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Peraturan sebagai
moral adalah obyek eksternal yang tidak boleh diubah.
b. Fase realitas; anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan
orang lain. Peraturan dianggap dapat diubah, karena berasal dari
perumusan bersama. Mereka menyetujui perubahan yang jujur dan
disetujui bersama, serta merasa bertanggung jawab menaatinya.
c. Fase subyektif; anak memperhatikan motif/kesengajaan dalam penilaian
perilaku.
Dapat disimpulkan dari beberapa penjelasan diatas bahwa perlu melakukan
pembinaan dan dikembangkannya nilai-nilai moral pada anak usia dini supaya
anak berkembang sesuai dengan potensi atau kemampuan anak secara optimal,
20

dan anak akan tumbuh dengan sikap dan perilaku positif di masa depan, serta anak
mengetahui perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk.
Pendidikan moral atau penanaman nilai-nilai moral dapat diintegrasikan
dalam proses pembelajaran disekolah. Menurut Sapendi (dalam Khaironi, 2017,
hlm. 11)
guru memiliki peran sebagai contoh teladan (role model) dalam konteks belajar-
mengajar, dan penting untuk berkomunikasi dua arah dengan anak-anak
berdasarkan kesungguhan hati. Pendidikan moral tidak hanya bisa disampaikan
melalui metode ceramah saja, tetapi memerlukan pendekatan yang lebih variatif.
Dalam hal ini, guru diharapkan dapat menjadi teladan yang dilihat, dihormati, dan
ditiru oleh anak-anak dalam tutur kata, sikap, serta perilakunya.

Karenanya, perilaku dan komunikasi guru harus sejalan dengan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat agar dapat menjadi model moral bagi anak-anak.
Sapendi (dalam Khaironi, 2017, hlm 11) juga menjelaskan bahwa sebagai
pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah memiliki tanggung jawab
terhadap kesejahteraan batin anak. Keduanya memiliki peran dalam mengarahkan
perilaku anak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Orang tua bertanggung
jawab atas kesejahteraan fisik dan perkembangan spiritual anak di lingkungan
rumah, sementara guru di sekolah turut bertanggung jawab dalam merangsang dan
membentuk sikap serta perkembangan spiritual anak. Orang tua dan guru saling
melengkapi dalam proses pembinaan anak, dan kerjasama serta pemahaman yang
erat diharapkan antara keduanya untuk mencapai tujuan bersama, yaitu
kesejahteraan batin dan spiritual anak.

2.2 3 Perkembangan Moral Pada Anak Usia 5-6 Tahun


Perkembangan moral pada anak usia dini dapat dilihat dari kemampuan anak
untuk memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
Menurut Masganti (dalam Harahap, 2017) mengemukakan bahwa perkembangan
moral merupakan perkembangan yang berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan dan kesadaran untuk
melakukan perbuatan baik dan rasa cinta terhadap perbuatan baik.
21

Sesuai dengan pemaparan materi menurut Kohlberg terkait jenjang


perkembangan moral pada individu, anak usia dini berada pada tingkat pra-
konvensional. Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Kohlberg (dalam
Anggraini, 2018) mengemukakan dalam pengembangan dasar moral anak
dibawah usia 10 tahun berada dalam pada fase pra konvensional yang di warnai
dengan penalaran moral, anak menentukan keburukan perilaku berdasarkan
tingkat hukuman dan akibat keburukan tersebut, sedangkan perilaku baik akan
dihubungkan dengan pengindraan dari hukuman. Dan perilaku baik dihubungkan
dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan sendiri tanpa mempertimbangkan
kebutuhan orang lain.
Sedangkan menurut Piaget menyatakan perkembangan moral terjadi dalam
tahapan yang jelas. Tahapan pertama disebut realism moral atau moralitas
pembatasan, kemudian tahap kedua yaitu moralitas otonomi atau moralitas kerja
sama atau hubungan timbal balik. Anak usia 5-6 tahun berada pada tahap pertama
yaitu tahap realism moral. Pada tahap ini perilaku anak ditentukan oleh ketaatan
otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Anak menganggap
bahwa orangtua dan orang dewasa berwenang membuat peraturan, dan anak harus
mengikuti aturan yang diberikan tanpa mempertanyakan kebenarannya (Freud,
1996).
Pada pada usia 5-6 tahun, seluruh potensi anak dapat berkembang dengan
baik karena mulai memasuki masa sensitif untuk menerima berbagai informasi.
Selaras dengan pendapat Montessori (dalam Sujiono, 2009) mengemukakan masa
ini merupakan periode sensitif (sensitive periods), yang secara khusus mudah
menerima rangsangan atau stimulus dari lingkungannya. Stimulus bisa
dimunculkan melalui berbagai aktivitas belajar dan bermain pada anak usia dini
baik disekolah maupun dirumah. Adapun tingkat pencapaian perkembangan anak
dalam aspek nilai agama dan moral usia 5-6 tahun dalam permendikbud No. 137
tahun 2014 sebagai berikut:
a. Mengenal agama yang dianut
b. Mengerjakan ibadah
c. Berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat, sportif, dan sebagainya
d. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
22

e. Mengetahui hari besar agama


f. Menghormati (toleransi) agama orang lain

2.2.4 Perkembangan Moral dalam Konteks Agama


Semua agama mengajarkan dan mengajak manusia untuk berbuat kebaikan,
terutama agama Islam. Maka dari itu, agama memiliki peran besar dalam
pendidikan moral untuk mengembangkan perkembangan moral yang dimiliki oleh
setiap manusia. Menurut Karlina, dkk. (2023) agama memiliki peran dalam
pendidikan moral sebagai landasan atau petunjuk utama. Al-Qur’an yang menjadi
kitab suci umat islam dan sumber utama dari semua ajaran yang ada di dalam
agama islam. Al-Qur’an juga diberi nama al-Hadi yang artinya petunjuk kepada
jalan yang benar. Al-Qur’an disebut juga al-Furqan yang berarti pemisahan antara
kebaikan dan kejahatan.
Karlina, dkk (2023) juga menyebutkan bahwa al-Qur’an memang
mengandung norma-norma kebaikan dan kejahatan. Dengan maksud, didalam Al-
Qur’an berisi tentang perintah melakukan kebaikan, dan larangan melakukan
kejahatan. Menurut Hanafi (dalam Firdaus, 2017) menyebutkan bahwa kitab suci
Al-Qur’an mengajarkan banyak sekali nilai-nilai spiritual dan akhlak kepada
kaum muslimin yang telah terbukti berhasil menjadikan umat muslimin tangguh
dalam menghadapi cobaan, mengajarkan keikhlasan dalam bekerja, kejujuran,
amanah dalam menjalankan tugas, bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan
masih seterusnya.
Menurut Rubini (2019) menjelaskan bahwa pendidikan moral adalah usaha
untuk menjadikan manusia bermoral atau berkarakter. Dengan maksud,
pendidikan moral adalah pendidikan yang mengajarkan tentang sikap dan
bagaimana berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam agama
islam, pendidikan moral disebut dengan pendidikan akhlak. Menurut Miskawih
(dalam Firdaus, 2017) pendidikan akhlak merupakan usaha untuk terwujudnya
sikap batin yang mampu mendorong secara spontan atau langsung lahirnya
perbuatan-perbuatan bernilai baik dari seorang individu. Rubini (2019) juga
mendefinisikan bahwa pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang
mengajarkan tentang bagaimana seharusnya bersikap terhadap seluruh makhluk
23

yang ada di muka bumi, baik makhluk hidup atau mati. Pendidikan moral atau
akhlak bertujuan untuk memberi batasan terhadap manusia dari perbuatan-
perbuatan buruk atau perbuatan yang tidak sesuai dengan norma didalam agama
atau norma masyarakat.
Menurut Majid (dalam Firdaus, 2017) menyebutkan bahwa dalam pendidikan
akhlak atau moral ini, merujuk pada Al-Qur-an dan Sunnah Nabi SAW sebagai
sumber utama dalam ajaran agama islam. Menurut Firdaus (2017) menjelaskan
bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak
manusia, sehingga terwujud kehidupan yang aman, bahagia dan sejahtera. Allah
SWT tidak hanya menurunkan kitab suci Al-Qur’an untuk membimbing manusia
menuju kebaikan, bahkan dari masa ke masa Allah SWT mengutus seorang rasul
yang membawa kitab suci sebagai pedoman hidup dari Allah SWT dan mengajak
manusia supaya beribadah hanya kepada Allah SWT dan melakukan kebaikan.
Aprily (2019) berpendapat bahwa nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah
SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia dan Nabi Muhammad SAW
sebagai Uswatun Hasanah (teladan terbaik) yang harus dicontoh oleh seluruh
umat manusia. Hal tersebut tercantum dalam surat Al-Qalam ayat 4, yang artinya;
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
agung.”
2.2 5 Perkembangan Moral dalam Konteks Budaya
Karakter negara dibentuk dari nilai kebudayaan yang sudah ditanamkan oleh
orang-orang terdahulu sehingga menjadi identitas bangsa. Nilai-nilai dari
kebudayaan kemudian akan turun menurun diwariskan kepada penerus bangsa
hingga kini. Menurut Kim (dalam Ardiyanti, 2016) mendefinisikan budaya ialah
sebuah kebiasaan yang diciptakan oleh manusia sebagai komunitas masyarakat
yang di dalamnya terdiri dari orang-orang yang saling berinteraksi atau sejumlah
kelompok sosial yang berbagi wilayah virtual, bersubjek otoritas politik yang
sama dengan harapan memiliki nilai budaya yang akan berlaku atau lebih
dominan.
Menurut Elke (dalam Ardiyanti, 2016) juga menyebutkan bahwa budaya
merupakan sebuah komplikasi yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, moral,
hukum, adat, dan kebiasaan lain yang diciptakan oleh manusia sebagai salah satu
24

anggota masyarakat, tempat mereka saling berhubungan satu sama lain, atau
sebuah pengelompokkan sosial tempat berbagi wilayah geografis, yang mengacu
pada kewenangan politik dan pengharapan budaya yang sama. Budaya dalam hal
ini merupakan bentuk adaptasi manusia sebagai bagian dari kelompok masyarakat
yang saling memiliki keterkaitan satu sama lain.
Menurut Syahrin (dalam Ardiyanti, 2016) menyebutkan bahwa moral sangat
berkaitan antara hubungan manusia, lingkungan sekitar dan Tuhan yang Maha
Esa. Beliau juga menyebutkan bahwa orang yang memiliki moral yang baik ialah
seorang individu yang mampu menyeimbangkan ketiga hubungan diatas pada
setiap tempat dan waktu. Dan pengenalan nilai-nilai moral adalah hal yang paling
awal dilakukan di lingkungan sekitar, baik di lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat atau sosial. Menurut Lickona (dalam Rizal, 2017)
menyebutkan bahwa perilaku moral merupakan suatu perbuatan yang didasari
pada standar sosial yang mengandung nilai-nilai kebajikan. Selaras dengan
pendapat Desmita (2013) perilaku moral merupakan hasil dari kemampuan
menimbang, memahami dan proses berpikir yang dilandasi dengan nilai-nilai
kebajikan dan memenuhi standar sosial yang ada di masyarakat.
Menurut Ardiyanti (2016) menyebutkan bahwa pembentukan moral
dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat sekitar. Karena moral merupakan aturan
berperilaku (code of conduct) yang artinya aturan tersebut berasal dari
kesepakatan sosial yang bersifat umum. Menurut Damon (dalam Ardiyanti 2016)
menyebutkan bahwa moral yang bermuatan aturan-aturan umum tersebut
bertujuan untuk pengembangan kepribadian ke arah yang positif dan hubungan
manusia yang harmonis.

2.3 Pendidikan Karakter


Kata karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Menurut Aprily (2019) menyebutkan bahwa orang
berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat atau
berwatak. Maksdunya, karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Menurut
Koesoema (dalam Aprily, 2019) Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik
25

atau sifat khas dalam diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak
lahir.
Menurut Aprily (dalam Damayanti, 2022 hlm 13) menyatakan bahwa
karakter juga dapat dikatakan sama dengan akhlak, oleh karena itu karakter
merupakan suatu nilai dari tindakan seseorang yang menyeluruh termasuk semua
aktivitas, aktivitas kepercayaan terhadap Tuhannya, diri sendiri serta sosial
dengan lingkungan sekitarnya yang dtunjukan melalui sifat, sikap, perbuatan dan
perilaku sesuai dengan norma yang berlaku.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini
merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Freud mengatakan
bahwa kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan
membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Menurut Muslih
(dalam Rohmah, 2018) Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam
mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak
dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. Dapat disimpulkan, bahwa
pentinganya pendidikan karakter dalam kehidupan manusia khususnya bagi anak-
anak penerus bangsa, supaya memiliki karakter yang berkualitas.
Pendidikan karakter menurut Lickona (dalam Aprily, 2019) yaitu sebagai
usaha yang disengaja untuk menumbuhkan kebaikan. Menurut Howard dkk.
(dalam Aprily, 2019) menyebutkan bahwa pendidikan karakter secara signfikan
mempersiapkan peserta didik untuk membuat keputusan yang baik, karena dimasa
yang akan datang peserta didik akan menghadapi berbagai masalah dan tantangan
hidup. Sedangkan menurut Zuchdi, dkk. (dalam Khaironi, 2017 hlm 84)
menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
perilaku yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan, diri
sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan, sehingga menjadi manusia yang
sebaik-baiknya.
Selaras dengan pendapat Suyanto (dalam Khaironi, 2017 hlm 83)
memaparkan bahwa karakter diartikan sebagai nilai-nilai, sikap dan perilaku yang
dapat diterima oleh masyarakat luas seperti etis, demokratis, hormat, bertanggung
26

jawab, dapat dipercaya, adil dan fair serta peduli, yang bersumber dari nilai-nilai
kemasyarakatan, ideologi negara, kewarganegaraan, nilai-nilai budaya bangsa,
agama dan etnik yang diterima oleh masyarakat Indonesia sehingga tidak
menimbulkan konflik. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan
upaya untuk mengembangkan perilaku yang mencankup kebiasan yang baik serta
penanaman sikap terpuji yang sesuai dengan ajaran agama, sikap nasionalisme
dan masyarakat sekitar. Sehingga terbentuknya individu yang mampu membuat
keputusan yang baik di masa depan, dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab
dan dewasa.
Menurut Mulyasa (dalam Huliyah, 2022 hlm 3) Pendidikan karakter bagi anak
usia dini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan sebagai dasar untuk
pengembangan pribadi selanjutnya. Pendidikan karakter bagi anak usia dini
adalah membentuk mental dan karakter bangsa di masa yang akan datang. Selain
itu, pendidikan karakter pada anak usia dini memiliki makna lebih tinggi dari
pengembangan moral, karena tidak hanya berkaitan tentang apa yang benar dan
salah, tetapi bagaiman menanamkan kebiasaan tentang perilaku yang baik dalam
kehidupan sehingga anak memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi serta
kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebijakan dalam kehidupan sehari-
hari.
Dilaksanakannya pendidikan karakter untuk menanamkan nilai-nilai karakter
positif bertujuan supaya menghasilkan individu dengan pribadi dan karakter yang
baik. Menurut Garnika (dalam Damayanti, 2022 hlm 14) mengemukakan bahwa
pendidikan anak usia dini merupakan sarana pendidikan mendasar dan paling
penting dalam mempersiapkan dan mendukug anak yang berkualitas di masa
depan. Dalam pembentukan karaktek anak tidak akan muncul secara instan, tetapi
harus ada peran penting dari orang lain di sekitar anak seperti orang tua, guru dan
orang dewasa yang dapat memberikan perhatian selama pembentukan karakter
berlangsung.
Menurut beberapa penjelasan diatas, sudah sangat jelas pentingnya
melaksanakan pendidikan karakter terutama pada masa usia dini. Penanaman
pendidikan karakter pada anak usia dini diharapkan akan mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki oleh anak agar terarah dan lebih baik serta dapat
27

membina anak agar mempunyai pribadi yang mandiri, empati, serta berakhlak
mulia.
Menurut Lickona (dalam Aprily dkk, 2021) pendidikan karakter mencakup
tiga unsur utama, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai
kebaikan (desiring the good), dan melaksanakan kebaikan (doing the good). Maka
pendidikan karakter yang baik bukan hanya melibatkan aspek pengetahuan yang
baik saja (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik (moral
feeling), yang akhirnya menjadi berperilaku yang baik (moral action).
Moral knowing artinya pengetahuan moral yaitu diindikasikan dengan
kesadaran moral termasuk memhami mana yang baik dan mana yang tidak baik
(buruk), pengetahuan nilai, pengetahuan tentang landasan moral, penalaran moral,
pengambilan keputusan dan pengenalan diri. Maka dari itu, pendidik atau orang
dewasa sekitar anak harus mampu menstimulasi kemampuan anak untuk
mengetahui berbagai keadaan yang akan dihadapi, melatih anak untuk memilih
mana jalan yang baik untuk dilakukan. Sedangkan moral feeling artinya perasaan
tentang moral yang diindikasikan dengan hati nurani, harga diri, empati,
mencintai kebaikan, pengendalian diri dan rendah hati. Dan yang terakhir yaitu
moral action yang artinya tindakan moral. Moral action merupakan tindakan
moral yang merupakan hasil dari moral knowing dan moral feeling, diindikasikan
dalam kompetensi, kemauan dan kebiasaan untuk melakukan. Apa yang diketahui
dan dirasakan akan dipertimbangkan segala keadaan dan fakta yang relevan untuk
kemudian memiliki kehendak untuk bertindak (Aprily, dkk. 2021)
Mulyasa (dalam Shofa, 2017) menjelaskan, dalam upaya mewujudkan
pendidikan karakter yang efektif, para guru atau pendidik di lembaga pendidikan
anak usia dini harus menerapkan sebelas prinsip berikut: 1) Mengutamakan nilai-
nilai etika sebagai dasar karakter, 2) Mengidentifikasi karakter secara
komprehensif, termasuk pemikiran, perasaan, dan perilaku, 3) Menggunakan
pendekatan yang tepat, proaktif, dan efektif dalam membangun karakter, 4)
Membangun komunitas sekolah yang penuh perhatian dan peduli, 5) Memberi
kesempatan pada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik, 6)
Mengimplementasikan kurikulum yang bermakna dan menantang, yang
menghormati semua peserta didik, serta membantu membangun karakter dan
28

kesuksesan mereka, 7) Mendorong tumbuhnya motivasi internal pada peserta


didik, 8) Membentuk seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan setia pada nilai-nilai dasar yang
sama, 9) Mengembangkan kepemimpinan moral yang terbagi dan dukungan yang
luas untuk inisiatif pendidikan karakter, 10) Menggandeng keluarga dan anggota
masyarakat sebagai mitra dalam upaya membangun karakter, 11) Melakukan
evaluasi terhadap karakter sekolah, peran staf sebagai pendidik karakter, serta
manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

Adapun lima metode pendidikan karakter menurut Atabik (dalam Khaironi,


2017 hlm 86) yaitu sebagai berikut:

1) Pendidikan melalui contoh teladan


Individu yang bertindak sebagai orang tua atau pendidik perlu menyadari
bahwa memberikan teladan yang baik kepada anak tidak hanya berarti
menunaikan tanggung jawab pendidikan mereka sepenuhnya. Sebaliknya,
teladan perlu diberikan secara konsisten untuk membentuk karakter anak.
2) Pendidikan melalui pembiasaan (pengulangan)
Dalam pendidikan anak usia dini, baik orang tua maupun guru dapat
meminta anak-anak kecil untuk mengulangi aktivitas (pembiasaan) atau
praktik yang sudah pernah mereka lakukan bersama. Hal ini bertujuan
untuk memperkuat pembentukan kebiasaan yang positif.
3) Pendidikan melalui cerita dan nasihat
Cara pendidikan dan nasihat bisa disampaikan melalui kegiatan bercerita.
Menurut Atabik, metode cerita sangat efektif dalam pendidikan anak usia
dini, karena anak-anak pada usia ini memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Ketika mereka mendengarkan cerita baru, mereka cenderung
memperhatikan dengan seksama. Di akhir cerita, pendidik dapat
mengambil peluang untuk mengajarkan hikmah yang terkandung di
dalamnya. Dengan cara ini, nilai-nilai pendidikan dapat ditanamkan sejak
dini.
4) Pendidikan melalui pemberian perhatian dan pengawasan
Memberikan perhatian dan pengawasan kepada anak merupakan prinsip
utama dalam pendidikan. Jika perilaku yang baik dilihat, anak perlu
29

diapresiasi sehingga mereka terdorong untuk melanjutkan perilaku


tersebut. Di sisi lain, perilaku yang tidak diinginkan perlu dicegah dan
diberikan penjelasan mengenai konsekuensinya.

2.4 Menghafal Al-Qur’an pada Anak Usia Dini


2.4.1 Menghafal Al-Qur’an pada Anak Usia Dini
Kata menghapal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab
dikatakan "Al-Hifdz" dan memiliki arti ingat. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) pengertian menghafal adalah berusaha meresapkan pikiran
supaya selalu ingat. Maka kata menghapal juga dapat diartikan dengan mengingat.
Mengingat berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan
pengecaman secara aktif. Menghapal memiliki makna tindakan untuk
mengusahakan agar suatu informasi tertanam dalam pikiran dan tetap diingat.
Menghapal melibatkan usaha untuk menyematkan materi tertentu dalam ingatan,
sehingga pada saat mendatang, materi tersebut dapat diingat secara tepat dan
sesuai dengan yang aslinya.. Menurut Rauf (dalam Maskur, 2018) menyebutkan
bahwa menghafal Al- Qur’an merupakan proses mengulang sesuatu, baik dengan
membaca atau mendengar. Sesuatu pekerjaan yang sering diulang, lama kelamaan
pasti menjadi hafal.
Selaras dengan pendapat Sa’adullah (2010) yaitu menghafal al-qur’an adalah
suatu proses mengulang-ngulang bacaan Al-Qur’an baik dengan cara membaca
maupun dengan cara mendengar, sehingga bacaan tersebut dapat melekat pada
ingatan dan dapat diucapkan atau diulang kembali tanpa melihat mushaf Al-
Qur’an.
Menurut Maskur (2018) adapun beberapa keutamaan atau keuntungan bagi
seseorang yang mampu untuk menghafalkan Al- Qur’an, yaitu sebagai berikut:
a. Orang yang menghafal Al-Qur’an adalah orang-orang pilihan Allah Swt.
karena menerima warisan dari Allah SWT. berupa kitab suci Al-Qur’an
(QS. Fathir Ayat 32).
b. Kedua, orang yang menghafal Al-Qur’an pada hari kiamat nanti akan
memakaikan mahkota kepada kedua orang tuanya di mana cahaya
30

mahkotanya lebih indah daripada cahaya matahari yang masuk ke rumah-


rumah di dunia (HR. Abu Daud).
c. Ketiga, menghafal Al-Qur’an adalah keistimewaan umat Islam karena
Allah Swt. telah menjadikan umat terbaik di kalangan manusia dan
memudahkannya untuk menjaga kitab-Nya, baik secara tulisan maupun
hafalan.
Menurut Qardhawi (dalam Aziz, 2017) mentafsirkan ayat dari surat Al-Anfal
ayat 2 sebagai berikut; membaca dan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an mampu
membuat manusia menjadi lebih beriman kepada Allah SWT dan memiliki akhlak
(karakter) yang mulia. Seorang ahli tafsir Quraish Shihab (dalam Aziz, 2017)
menyatakan bahwa sebagai umat islam memiliki tanggung jawab besar serta
diwajibkan untuk menaruh perhatian terhadap Al-Qur’an dalam menjaga
kemurnian Al-Qur’an serta mengamalkan isi kandungannya. Dan Subaih (dalam
Aziz, 2017) juga berpendapat bahwa pelajar yang mengikuti perkumpulan
mengahafal Al-Qur’an dapat membantu menambah konsentrasi dalam
mendapatkan ilmu dan membentuk karakter pelajar ke arah yang lebih baik.
Masa usia dini sering disebut dengan masa keemasan, dimana pada masa ini
sangat penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Salah satunya dalam perkembangan daya ingat atau daya hafalan, karena secara
mendasar sistem syaraf telah terbentuk. Anak usia dini memiliki daya ingat yang
kuat terhadap segala informasi yang anak terima, sehingga apa yang ia terima
akan dengan mudah dihafalkan dan dipraktikan oleh anak dalam kehidupan
sehari-hari. Selaras dengan hasil penelitian di bidang neurologi yang dilakukan
Benyamin Bloom (Diktendis, 2003), mengemukakan bahwa pertumbuhan sel
jaringan otak pada anak usia 0–4 tahun mencapai 50%, hingga usia 8 tahun
mencapai 80%.
Selaras dengan pendapat Julianto (dalam Aziz, 2017) menjelaskan bahwa
membaca Al-Qur’an ada kaitannya dengan fungsi kognitif. Orang yang konsisten
membiasakan membaca Al-Qur’an kemampuan kognitif luar biasa yang berpusat
pada otak akan meningkat, maksudnya orang yang sering membaca Al-Qur’an
akan bertambah kecerdasannya baik itu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan
31

emosional (EQ) dan kecerdasam spiritual (SQ). Sehingga akan mempengaruhi


perilaku dan karakter individu, karena tersimpan kuat di dalam memori otaknya.
Selain melatih daya ingat anak, menghafal Al-Qur’an merupakan proses
pembelajaran kepada anak untuk mengenalkan kitab suci umat islam yaitu Al-
Qur’an yang merupakan aspek penilaian dari perkembangan nilai agama dan
moral pada pendidikan anak usia dini.
2.4.2 Nilai-nilai Moral dalam Al-Quran
Menurut Firdaus (2017) Al-Qur’an diturunkan untuk menyempurnakan
akhlak manusia, sehingga tercapai kehidupan yang aman, bahagia dan sejahtera.
Menurut Faisal (2022) menjelaskan juga bahwa dalam agama islam, yang menjadi
dasar dalam pembentukan dan perbaikan akhlak atau moral ialah Al-Qur’an dan
Hadits. Mengapa demikian, karena kitab suci Al-Qur’an merupakan sumber utama
dan pedoman hidup yang Allah SWT berikan kepada umat Nabi Muhammad
SAW.
Merujuk dari sebuah website kemenag.go.id, ajaran moral atau
penyempurnaan akhlak sebaiknya merujuk pada tuntunan Al-Qur’an yang sudah
pasti keabsahannya. Beberapa contoh kandungan isi Al-Qur’an yaitu, perintah
untuk berbuat baik (ihsan), dan kebajikan (al-birr), menepati janji (al-wafa),
sabar, jujur, takut kepada Allah SWT, bersedekah di jalan Allah SWT, berbuat
adil, pemaaf dan masih banyak lagi.
Berikut penulis akan menyebutkan beberapa kandungan nilai-nilai moral
yang ada di dalam kita suci Al-Qur’an sesuai penjelasan dari Firdaus (2017):
1) Di dalam surat Al-Hujurat pada ayat 10 disebutkan tentang pentingnya
perdamaian bagi umat manusia. Dengan arti sebagai berikut;
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
Dalam tafsiran Shihab (dalam Firdaus, 2017) ayat tersebut berisi
tentang perintah Allah SWT untuk mendamaikan 2 kelompok beriman
yang sedang berselisih. Hal itu perlu dilakukan, karena sesungguhnya
orang-orang mukmin atau orang-orang yang mantap akan imannya
walaupun tidak satu keturunan adalah bagaikan bersaudara seketurunan.
32

Bagi orang-orang beriman yang tidak terlibat langsung dalam


perselisihan tersebut juga, harus mendamaikan saudara-saudaranya
supaya perselisihannya tidak menjadi lebih luas.
2) Di dalam surat Al-Hujurat ayat 11 berisi tentang larangan mengolok-
olok, merendahkan dan menggelari orang dengan nama-nama yang tidak
menyenangkan, dengan arti sebagai berikut;
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-
olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula
perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena)
boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan
(yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain,
dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah
beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim."
Dalam tafsiran Shihab (dalam Firdaus, 2017) ayat tersebutkan
memberikan petunjuk bahwa Allah SWT melarang hambanya untuk
mengolok-ngolok, menghina, dan panggil-memanggil dengan gelar yang
buruk kepada orang lain, karena semua hal tersebut akan menimbulkan
perselisihan antar 2 individu atau kelompok. Boleh jadi, orang atau
kelompok yang diolok-olokan atau dihina lebih baik kedudukannya di
sisi Allah SWT dari orang atau kelompok yang mengolok-ngolok atau
menghina. Allah SWT melarang hambanya mengolok-ngolok, menghina,
mengejek orang lain karena hal itu merupakan sifat kesombongan yang
harus kita hindari dan hukumnya haram (Firdaus, 2017).
3) Di dalam surat Al-Hujurat ayat 12 berisi tentang larangan seseorang
mengumpat dan menceritakan keaiban orang lain, dengan arti sebagai
berikut;
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara
33

kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha
Penerima Tobat, Maha Penyayang.”
Dalam tafsiran Shihab (dalam Firdaus, 2017) menjelaskan bahwa
berprasangka adalah upaya mencari tahu akan suatu hal. Berprasangka
yang termasuk kedalam dosa ialah berprasangka yang buruk. Dalam ayat
tersebut juga menjelaskan akan larangan mencari-cari kesalahan orang
lain yang justru ditutupi oleh pelakunya (orang yang melakukan
kesalahan), serta larangan menggunjing dan membicarakan aib orang
lain, karena hal-hal tersebut sama dengan memakan daging saudara
sendiri yang telah meninggal dunia.
4) Di dalam surat Al-Israa ayat 53 berisi tentang perintah mengucapkan
perkataan yang baik, dengan arti sebagai berikut;
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, "Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu
(selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan
adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
Dalam tafsiran Al-Mukhtashar yang di kutip dari website
tafsirweb.com menjelaskan bahwa dalam ayat diatas berisi tentang
perintah Allah SWT untuk mengucapkan perkataan yang baik dan benar
ketika berkomunikasi dengan sesama manusia, jangan mengucapkan
perkataan yang buruk dan kasar, karena setan akan menjadikan perkataan
yang buruk itu sebagai sebab utama untuk menimbulkan perselisihan.
5) Di dalam surat Al- A’raf ayat 56 berisi tentang ajaran menghargai
lingkungan, dengan arti sebagai berikut;
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”.
Dalam tafsiran Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asyqar
(Dosen Tafsir di Universitas Islam Madinah) yang di kutip dari website
34

tafsirweb.com menjelaskan, bahwa ayat diatas berisi larangan Allah


SWT untuk merusak bumi. Contohnya dengan membunuh sesama
manusia, menghancurkan rumah-rumah, membunuh hewan-hewan dan
menebang pepohonan dan mengeringkan sungai-sungai. Selain beberapa
hal diatas, adapun beberapa perbuatan yang merusak muka bumi yaitu
dengan kafir terhadap Allah SWT, masuk ke dalam kemaksiatan dan
tidak menjalankan aturan sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan.
6) Di dalam surat An-Nahl ayat 90 berisi tentang perintah berlaku adil,
berbuat kebajikan dan larangan melakukan perbuatan buruk atau keji,
dengan arti sebagai berikut;
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Allah melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.”.
Dalam tafsiran Syaikh Prof. Imad Zuhair Hafidz (Profesor fakultas
Al-Qur’an di Universitas Islam Madinah) yang di kutip dari website
tafsirweb.com menjelaskan, bahwa dalam ayat diatas berisi tentang
perintah Allah SWT kepada manusia untuk berbuat keadilan dan
kebaikan dalam beribadah kepada Allah SWT dan menunaikan hak-hak
manusia dengan perkataan dan perbuatan yang baik. Selain itu, Allah
SWT juga memberikan larangan kepada manusia untuk melakukan
perbuatan dan perkataan yaang buruk, serta kedzholiman dan
permusuhan.
7) Di dalam surat Luqman ayat 12 berisi tentang perintah kepada manusia
untuk selalu bersyukur, dengan arti sebagai berikut;
“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu,
“Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya, Maha Terpuji.”.
35

Dalam tafsiran Syaikh Prof. Imad Zuhair Hafidz (Profesor fakultas


Al-Qur’an di Universitas Islam Madinah) yang di kutip dari website
tafsirweb.com menjelaskan, bahwa dalam ayat diatas berisi tentang
perintah Allah SWT untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah
diberikan oleh Allah SWT, baik itu dengan perkataan maupun perbuatan.
Manfaat dari rasa syukur itu akan kembali kepada seseorang yang telah
melakukan itu.
8) Di dalam surat Ali-Imran ayat 134 berisi tentang ajaran sikap santun dan
perintah untuk menahan amarah, dengan arti sebagai berikut;
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.”.
Dalam tafsiran Syaikh Prof. Imad Zuhair Hafidz (Profesor fakultas
Al-Qur’an di Universitas Islam Madinah) yang di kutip dari website
tafsirweb.com menjelaskan kandungan dari ayat diatas yaitu sifat orang
yang bertakwa kepada Allah akan senantiasa menginfaq kan hartanya
disaat kaya maupun susah, dan mampu menahan amarahnya dengan
bersabar serta memaafkan orang yang bersalah terhadapnya.
9) Di dalam surat Al-Isra’ ayat 37 berisi tentang perintah untuk rendah hati
dan tidak menyombongkan diri, dengan arti sebagai berikut;
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong,
karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan
sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”.
Dalam tafsiran Syaikh Prof. Imad Zuhair Hafidz (Profesor fakultas
Al-Qur’an di Universitas Islam Madinah) yang di kutip dari website
tafsirweb.com menjelaskan, bahwa dalam ayat diatas berisi tentang
larangan Allah SWT untuk berjalan diatas muka bumi ini dengan
keangkuhan atau kesombongan, karena seorang manusia tidak akan
mampu berjalan kaki melintasi seluruh muka bumi ini, dan meskipun
seorang manusia merasa tinggi, ketinggiannya tidak akan mencapai
puncak gunung.
36

10) Di dalam surat Al-Ahzab ayat 70 berisi tentang ajaran berkata jujur dan
larangan berdust, sebagai berikut;
“Wahai orang-orang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah
dan ucapkanlah perkataan yang benar”.
Dalam tafsiran Al-Muyassar (Kementrian Agama Saudi Arabia)
yang di kutip dari website tafsirweb.com menjelaskan, bahwa dalam ayat
diatas berisi tentang perintah Allah SWT kepada manusia untuk
mengucapkan perkataan yang jujur, sesuai kebenarannya dan tidak
berdusta dalam segala urusan atau keadaan.

2.1 Penelitian Relevan


Peneliti menemukan beberapa pada penelitian sebelumnya yang membahas
terkait program dan proses penghafalan Al-Qur’an dalam menstimulus
perkembangan moral anak usia dini. Maka dari itu peneliti akan menjabarkan
beberapa penelitian yang relevan sebagai berikut:
1) Pada penelitian Labib Sajawandi (2015) yang berjudul “Dampak Aplikasi
Model Pembelajaran Qurani dalam Meningkatkan Perkembangan Moral
Anak di Kelas dan Kemampuan Menghafal Ayat Al Quran di TK Plus Al-
Burhan Pekalongan” menujukkan bahwa dengan model pembelajaran
Rumah Qurani, perkembangan moral anak di kelas meningkat lebih baik,
dengan nilai N-Gain 0,584 pada kelas eksperimen dan 0,327, pada kelas
kontrol, kelas eksperimen meningkat 10% lebih baik dari pada kelas
kontrol, pada aspek kemampuan menghafal ayat Al Quran meningkat lebih
baik dengan nilai N-Gain 0,751 dan 0,542, pada kelas kontrol pada kelas
eksperimen meningkat 20% lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini
dikarenakan model pembelajaran Rumah Qurani menggunakan metode-
metode yang sesuai dengan dunia anak yang menekankan pada eksplorasi
lingkungan, eksplorasi permainan dan eksplorasi gerak tubuh anak.
2) Penelitian Thia Yulia Agoestine (2019) yang berjudul “Pelaksanaan
Program Tahfidz Al-Qur’an dalam Menangani Moralitas Siswa di SMP IT
Insan Madani Bongas Indramayu” mengemukakan bahwa program tahifdz
Al-Qur’an di SMP IT Insan Madani mampu mengatasi masalah moralitas
37

siswa. Dimana siswa SMP IT Insan Madani mampu menjadi pembeda di


lingkungan sekitarnya dan mempunyai filter terhadap hal-hal negatif dari
derasnya arus globalisasi dan medernisasi pada zaman ini.
3) Penelitian Siti Nurul Aprida dan Suryadi (2022) yang berjudul
“Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Terhadap Perkembangan Nilai
Agama dan Moral Anak Usia Dini” mengemukakan bahwasannya dalam
pelaksanaan pembelajaran Al-Qur'an pada perkembangan nilai agama dan
moral anak usia dini menunjukan bahwa anak dapat mengetahui do’a
pendek sehari-hari, anak mengetahui surat-surat yang biasa dibaca ketika
shalat, anak mengetahui hari besar agama Islam, dan anak menunjukan
perilaku sopan, hormat, peduli, toleransi, dan mampu menjaga kebersihan
diri.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode
studi kasus. Menurut Moleong (dalam Damayanti, 2022, hlm 32) penelitian
kualitatif sebagai tata cara yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
yang tertulis atau secara lisan dari seseorang dan perilaku yang diamati.
Sedangkan menurut Sugiyono, 2015) metode kualitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, instrument pada penelitian
ini merupakan peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan secara
38

gabungan, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada


generalisasi.
Adapun fokus pada penelitian ini yaitu mengenai perkembangan moral pada
anak penghafal Al-Qur’an usia 5-6 tahun di TK Ihya As-Sunnah, program dan
proses TK Ihya As-Sunnah dalam menstimulus perkembangan moral untuk anak
usia dini. Maka dari itu, peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan
metode studi kasus, di mana peneliti terjun secara langsung, mendalam, serta
melakukan analisis data penelitian secara menyeluruh. Menurut Yusuf (dalam
Sahara, 2021) metode studi kasus merupakan proses pengumpulan data dan
informasi mengenai seseorang, peristiwa, lingkungan sosial (latar belakang sosial)
atau kelompok secara mendalam, detail, intensif, komprehensif dan sistematis
menggunakan berbagai metode dan teknologi serta berbagai sumber informasi.
Adapun menurut Patton (dalam Raco, 2018) bahwa studi kasus adalah studi
tentang kekhususan dan kompleksitas pada kasus tunggal dan berusaha untuk
memahami kasus tersebut dalam konteks, situasi, dan waktu tertentu.
Cresswell (dalam Aprily, 2019) fokus studi kasus yaitu pendalaman kasus
pada suatu kejadian baik itu menyangkut individu, kelompok budaya ataupun
suatu potret kehidupan. Yang harus dilakukan oleh peneliti dalam penelitian studi
kasus ini adalah mengamati suatu peristiwa yang melibatkan individu/pelaku
dalam satu adegan sosial pada tempat dan waktu tertentu. Maka dari itu, peneliti
mengamati peristiwa dan kejadian yang melibatkan kepala sekolah TK Ihya As-
Sunnah, guru wali kelas B5 di TK Ihya As-Sunnah, guru tahfidz B5 di TK Ihya
As-Sunnah dan anak penghafal Al-Qur’an pada kelompok B5 di TK Ihya As-
Sunnah. Adapun karakteristik dari studi kasus menurut Cresswell (dalam Aprily,
2019) yaitu: 1) Mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi; 2) Suatu kasus yang
dimbil harus unik dan merupakan sebuah “sistem yang terikat” oleh waktu dan
tempat; 3) Studi kasus menggunakan berbagai sumber informasi dalam
pengumpulan datanya untuk memberikan gambaran secara terinci dan mendalam
tentang respons dari suatu peristiwa.
Alasan peneliti menggunakan metode studi kasus berkaitan dengan
perkembangan moral di TK Ihya As-Sunnah karena, pertama; studi kasus
memberikan informasi penting mengenai interaksi antar-variabel dan metode yang
39

memerlukan penjelasan serta pemahaman yang lebih menyeluruh. Kedua;


pendekatan studi kasus memberikan peluang untuk mendapatkan wawasan
tentang prinsip-prinsip dasar perilaku manusia; melalui penyelidikan mendalam,
peneliti dapat mengidentifikasi karakteristik dan relasi-relasi yang mungkin tidak
terduga sebelumnya. Ketiga; studi kasus dapat menghasilkan data dan temuan
yang sangat berharga, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengidentifikasi
permasalahan dan merencanakan penelitian lebih rinci dalam upaya memajukan
ilmu sosial.
Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan serangkaian tahapan, yaitu
mengumpulkan data, memproses data, dan menyusun laporan. Tahap
pengumpulan data dilakukan melalui beberapa metode, antara lain melakukan
observasi langsung di sekolah, mengadakan wawancara dengan kepala sekolah
dan guru, serta mengambil dokumen yang berkaitan untuk memperkuat dan
melengkapi data yang relevan dengan topik penelitian. Hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi lapangan akan dibuatkan kesimpulan yang berkenan
dengan perkembangan moral di TK Ihya As-Sunnah.

3.2 Tahapan-Tahapan Penelitian


Pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga tahapan yang dilaksanakan.
Pertama, tahapan studi persiapan atau studi orientasi dengan menyusun proposal
penelitian yang bersifat tentatif dan mempersiapkan sumber pendukung yang
diperlukan.
Kedua, tahapan studi eksplorasi umum dengan melakukan: (1) konsultasi,
wawancara, dan perijinan pada lembaga yang dijadikan objek penelitian, dalam
hal ini TK Ihya As-Sunnah, yang hasilnya digunakan untuk melakukan penelitian;
(2) pertimbangan umum pada beberapa subjek yang dijadikan sumber untuk
melakukan wawancara yang mempengaruhi seleksi dan pemilihan subjek
penelitian; (3) mengadakan studi literatur untuk menentukan kembali fokus dan
kasus penelitian; (4) mengadakan seminar proposal sebagai prasyarat dapat
berlanjutnya penelitian ini dan untuk memperoleh masukan dari dosen
pembimbing akademik serta dosen penguji proposal penelitian; dan (5)
40

melakukan konsultasi berlanjut untuk memperoleh legitimasi dosen pembimbing


skripsi agar dapat melanjutkan studi penelitian.
Ketiga, tahapan eksplorasi terfokus yang diikuti dengan pengecekan hasil
atau temuan penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian. Tahap eksplorasi
terfokus ini mencakup: (1) tahap pengumpulan data yang dilakuan secara terinci
dan mendalam guna menemukan konseptual tema-tema di lapangan; (2) dilakukan
pengumpulan dan analisis data secara bersama-sama; (3) dilakukan pula
pengecekan hasil dan temuan penelitian oleh pembimbing tesis; dan (4)
selanjutnya ditulis sebagai laporan hasil penelitian, untuk diajukan ke tahap
pengujian tesis.

3.3 Sumber Data dan Tempat Penelitian


3.3.1 Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut
Sugiyono (dalam Damayanti, 2012) menyebutkan karakteristik dari penelitian
kualitatif yaitu hasil data yang telah dikumpulkan akan lebih banyak
menggunakan kata-kata daripada angka, lebih banyak menjelaskan tentang proses
dalam penelitian, mengutarakan arti dari suatu keadaan yang telah terjadi dan
menerangkan maksa sebagai bagian penting dari penelitian kualitatif.
Pendekatan kualitatif yang dipergunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui dan mendeskripsikan secara jelas dan rinci tentang bagaimana
perkembangan moral anak pengahafal Al-Qur’an usia 5-6 tahun di TK Ihya As-
Sunnah, yang meliputi program pengahafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah
dalam meningkatkan perkembangan moral; penanaman nilai-nilai moral pada
anak penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah; penghafalan Al-Qur’an di TK
Ihya As-Sunnah mempengaruhi pemahaman nilai-nilai moral anak; dan faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada anak penghafal Al-Qur’an
di TK Ihya As-Sunnah. Maka peneliti melakukan serangkaian kegiatan di
lapangan mulai dari penelusuran ke lokasi penelitian, studi orientasi, dan
dilanjutkan dengan studi secara terfokus di TK Ihya As-Sunnah selama tiga bulan
yaitu dari bulan Maret-Mei 2023 untuk pengamatan dan di bulan Agustus 2023
untuk pengambilan data.
41

Sesuai dengan fokus penelitian ini, maka data yang diambil dari berbagai
sumber informasi, melewati pihak-pihak yang benar-benar memahami tentang
permasalahan yang diteliti, sumber dokumen yang mendukung dan melalui
pengamatan langsung di lapangan, yang semua dianggap dapat mendukung data
dan kebenaran yang terkait dengan perkembangan moral anak penghafal Al-
Qur’an usia 5-6 tahun di TK Ihya As-Sunnah. Data diperoleh dari orang pertama
atau orang yang mengetahui secara jelas dan rinci mengenai masalah yang diteliti,
disamping itu juga diperoleh dari dokumen-dokumen berupa catatan, rekaman,
gambar yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sumber data yang utama
dalam penelitian adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai. Menurut Moleong (dalam Aprily, 2019) pencatatan sumber data
utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha
gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.
Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dalam bentuk kalimat atau
ucapan lisan dari informan. Sebagai sumber utama atau infromasi utama adalah
Kepala Sekolah dari TK Ihya As-Sunnah, kemudian sumber data selanjutnya dari
2 orang guru (guru wali kelas B5 dan guru tahfidz B5), dengan demikian data
yang diperoleh dalam penelitian ini benar dan akurat sesuai dengan fokus
penelitian.
Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Daftar Informan Penelitian

No. Kode Nama Jabatan


1 WKS/IF1/W ITT Wakil Kepala Sekolah TK Ihya
As-Sunnah
42

2 GW/IF2/W ILS Guru Wali Kelas B5


3 GT/IF3/W IEN Guru Tahfidz Kelas B5
Keterangan: WKS/IF1/W : Wakil Kepala Sekolah/ Informan 1/ Wawancara/ Ibu
Tanti Triandini
GW/IF2/W : Guru Wali Kelas/ Informan 2/ Wawancara/ Ibu Lia
Sonalia
GT/IF3/W :Guru Tahfidz/ Informan 3/Wawancara/ Ibu Enay
Narsih
Data yang diakumulasi dalam penelitian ini bersumber dari data primer,
yaitu informasi yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber aslinya.
Data primer juga dikenal sebagai data asli atau baru, yang memiliki kebaruan.
Dalam mengumpulkan data primer, peneliti mengambilnya secara langsung.
Metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data primer
melibatkan observasi dan wawancara.
Guna mendukung data dari sumber data primer, maka peneliti
mengumpulkan dari sumber data sekunder yang ada, antara lain waktu circle time
yang membahas tentang materi-materi yang berkaitan dengan tema dan
berlandasan dari Term, Fact and Principle yang sudah disusun oleh lembaga
sekolah, pijakan sebelum bermain sentra tentang pengulang tentang nama-nama
ciptaan Allah SWT dan nama-nama bulan hijriah, melakukan mulok PAI yang
membahas tentang materi-materi keislaman dan pembiasaan perilaku-perilaku
baik di TK Ihya As-Sunnah serta dokumentasi (foto-foto) kegiatan yang berkaitan
dengan perkembangan moral di TK Ihya As-Sunnah.

3.3.2 Tempat Penelitian


Dalam penelitian ini lokasi penelitian yang diambil adalah TK Ihya As-
Sunnah yang terletak di Jalan Terusan Paseh BCA No. 11 RT02/RW02 kelurahan
Tuguraja, Kecamatan Cihideung, kota Tasikmalaya. TK Ihya As-Sunnah ini
ditetapkan sebagai lokasi penelitian dikarenakan memiliki beberapa program yang
menarik seperti adanya circle time, mulok PAI, pijakan-pijakan dan pembiasaan
dari guru kepada anak untuk bersikap tanggung jawab, mandiri, mengantri, dan
masih banyak keunggulan-keunggulan lain yang dapat menstimulus
perkembangan moral pada anak usia dini. TK Ihya As-Sunnah dikenal di sekitar
43

masyarakat wilayah Tasikmalaya sebagai salah satu sekolah yang unggul, bahkan
tidak sedikit murid-murid di TK Ihya As-Sunnah yang berasal dari luar kota
Tasikmalaya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga) teknik dalam pengumpulan data,
yaitu; observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi.
3.4.1 Teknik Observasi
Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2015) menjelaskan bahwa observasi adalah
proses yang melibatkan rangkaian elemen biologis dan psikologis yang kompleks.
Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan jenis observasi yang dikenal sebagai
observasi berperan serta (participant observation), dimana peneliti aktif terlibat
secara langsung dengan individu yang menjadi subjek pengamatan atau sebagai
sumber data penelitian.
Pada teknik observasi dalam penelitian ini dilaksanakan dengan dua teknik,
yaitu observasi non-partisipan dan partisipan. Observasi non-partisipan adalah
observasi yang dilaksanakan dengan sengaja supaya objek yang diobservasi tidak
mengada-ngada atau berubah karena kedatangan peneliti. Peneliti hanya berperan
sebagai pengamat fenomena yang sedang diteliti. Hal ini digunakan untuk
mengamati seluruh proses belajar mengajar di TK Ihya As-Sunnah dari
kedatangan pagi sampai perpulangan sekolah.
Sedangkan observasi terlibat ialah melibatkan peneliti secara langsung atau
berinteraksi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan subjek dalam
lingkungannya, mengumpulkan data secara sistematik dalam bentuk lapangan.
Dalam observasi terlibat, peneliti ikut serta dalam beberapa kegiatan belajar
mengajara seperti pemberian materi circle time, memimpin disaat melakukan
variasi bermain (berolahraga atau bermain games yang menstimulus fisik motorik
anak), memberikan pijakan-pijakan pembiasaan yang baik kepada anak seperti
mengingatkan untuk tidak mengobrol saat ada yang berbicara didepan,
mengingatkan untuk tetap tertib saat dalam barisan atau antrian, mengingatkan
anak untuk tidak berteriak-teriak, berlari-lari didalam kelas, mengingatkan untuk
selalu bertanggung jawab atas setiap yang anak lakukan, mengingatkan anak
44

untuk menyelesaikan masalah bersama siapapun dengan berbicara yang baik, dan
masih banyak lagi. Walaupun ada beberapa kegiatan yang peneliti terlibat secara
langsung, guru kelas tetap akan memberikan arahan atau bimbingan apabila
peneliti keliru dalam penyampaian materi atau keliru dalam pengucapan pijakan.
3.4.2 Teknik Wawancara
Sugiyono (2015) mengemukakan bahwa teknik wawancara dimanfaatkan
sebagai sarana pengumpulan data apabila peneliti menginginkan pemahaman yang
lebih mendalam dari responden, terutama ketika jumlah responden yang terlibat
dalam penelitian terbatas atau sedikit. Dalam konteks penelitian ini, metode
wawancara yang diterapkan adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak
terstruktur merujuk pada pendekatan wawancara yang lebih bebas, di mana
peneliti tidak menggunakan panduan wawancara yang telah disusun secara
sistematis dan rinci untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2015). Dalam hal ini,
panduan yang digunakan oleh peneliti hanya mencakup kerangka besar
permasalahan yang akan diajukan dalam wawancara.
Teknik wawancara sangat efisien digunakan oleh peneliti dengan bertanya
tentang apa yang belum dipahami terkait latar belakang masalah pada penelitian
ini, serta untuk memperoleh data atau informasi akurat mengenai perkembangan
moral di TK Ihya As-Sunnah. Maka dari itu, pentingnya persiapan sebelum
melakukan wawancara, garis-garis besar pertanyaan harus sesuai dengan
penggalian data dan kepada siapa wawancara itu dilakukan. Bentuk pertanyaan
tidaklah terstruktur secara tepat guna, tetapi memberikan kemungkinan pertanyaan
berkembang dan informasi yang diperoleh sebanyak-banyaknya. Disela-sela
percakapan itu, diselipkan pertanyaan pancingan (probing) tujuannya adalah
untuk menggali lebih dalam lagi tentang hal-hal yang diperlukan.
Dalam wawancara, peneliti menggunakan alat bantu perekam suara di
handphone, hal ini dimaksudkan agar data yang diambil tidak hilang, lebih
objektif dan lengkap sebagaimana kesesuaian dengan informasi yang diberikan.
Situasi yang sering muncul adalah ketika informasi yang diberikan oleh satu
subjek tidak selaras atau bahkan bertentangan dengan informasi yang diberikan
oleh subjek lain. Oleh karena itu, jika data belum mencerminkan konsistensi,
peneliti perlu melakukan langkah tambahan dengan mengonfirmasinya kembali
45

kepada subjek yang sebelumnya memberikan informasi tersebut. Tujuannya


adalah untuk memastikan akurasi dan validitas data yang terkumpul. Sebagai
akibatnya, proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti tidak hanya
berlangsung sekali, tetapi harus dilakukan secara berulang dengan beberapa
informan pada waktu yang berbeda. Metode interview ini dilakukan langsung
dengan kepala sekolah TK Ihya As-Sunnah, 2 orang guru (guru wali kelas B5 dan
guru tahfidz B5) untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
3.4.3 Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penelitian kualitatif dalam
penggunaan metode observasi dan wawancara (Sugiyono, 2015). Dokumentasi
dilakukan dalam mengumpulkan data untuk mendukung dan menunjang teknik
wawancara dan observasi. Penggunaan studi dokumentasi ini berdasarkan pada
lima alasan; pertama, sumber-sumber ini mudah ditemukan dan tidak memerlukan
biaya yang besar, terutama dalam hal waktu; kedua, dokumen dan rekaman
menjadi sumber informasi yang stabil, tepat, dan bisa diolah kembali; ketiga,
dokumen dan rekaman mengandung informasi yang kaya, relevan secara
kontekstual, serta mendasar dalam situasinya; keempat, sumber-sumber ini
memiliki nilai legal yang memenuhi tuntutan akuntabilitas; dan kelima, sifatnya
yang tidak reaktif membuat sumber-sumber ini mudah diakses melalui teknik
analisis konten.
Guna menjaring dan mengumpulkan data penelitian yang dibutuhkan serta
pedoman /instrumen data yang digunakan melibatkan sumber-sumber data dalam
penelitian ini, maka lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2
Penjaringan Data Penelitian
46

NO Masalah Penelitian Sumber Data/Informasi Bentuk


Pedoman/Instrumen
1 Bagaimana program  Seorang kepala sekolah  Pedoman
penghafalan Al-Qur’an di dari TK Ihya As- wawancara.
TK Ihya As-Sunnah dalam Sunnah  Pedoman studi
meningkatkan  Seorang guru tahfidz dokumentasi.
perkembangan moral anak dari kelas B5
usia 5-6 tahun? Dengan alat bantu
berupa:
- alat perekam
suara.
- kamera photo
(handphone).

2 Bagaimana penanaman  Seorang kepala sekolah  Pedoman


nilai-nilai moral pada anak dari TK Ihya As- Observasi
penghafal Al-Qur’an di Sunnah  Pedoman
TK Ihya As-Sunnah?  Seorang guru wali Wawancara.
kelas dari kelas B5  Pedoman studi
 Seorang guru tahfidz dokumentasi
dari kelas B5 berupa dokumen
 Dokumentasi buku buku TFP dan
TFP (Term, fact and dokumen
principle) saat webbing tema
pemberian materi pada
circle time dan mulok Dengan alat bantu
PAI. berupa:
 Dokumentasi Webbing - Alat perekam
Tema (mading sekolah suara
yang berisi tema dan - Kamera photo
sub-tema, asmaul (handphone)
husna dan aspek-aspek - Catatan lapangan
moral yang lebih
dominan diterapkan
pada setiap bulan).

3 Bagaimana penghafalan  Seorang kepala sekolah  Pedoman


Al-Qur’an mempengaruhi dari TK Ihya As- Observasi.
pemahaman nilai-nilai Sunnah  Pedoman
moral anak usia 5-6 tahun?  Seorang tahfidz dari wawancara.
kelas B5  Pedoman studi
dokumentasi.
Dengan alat bantu
berupa:
- Kamera photo
(handphone).
47

- Catatan lapangan.
- Alat perekam.

4 Faktor-faktor apa saja  Seorang kepala sekolah  Pedoman


yang mempengaruhi dari TK Ihya As- Wawancara.
perkembangan moral pada Sunnah  Pedoman studi
anak penghafal Al-Qur’an  Seorang guru wali dokumentasi
di TK Ihya As-Sunnah? kelas dari kelas B5 berupa dokumen
 Seorang guru tahfidz buku TFP dan
dari kelas B5 dokumen
 Dokumentasi buku webbing tema
TFP (Term, fact and
principle) saat Dengan alat bantu
pemberian materi pada berupa:
circle time dan mulok - Alat perekam
PAI. suara
- Kamera photo

(handphone)
 Dokumentasi Webbing
 Catatan lapangan
tema (mading sekolah
yang berisi tema dan
sub-tema, asmaul
husna dan aspek-aspek
moral yang lebih
dominan diterapkan
pada setiap bulan).

3.5 Keabsahan Data


Penelitian kualitatif harus menggunakan kebenaran yang objektif. Maka dari
itu, keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat diperlukan. Uji
kredibilitas dapat dikatakan sebagai kepercayaan data yang berasal dari hasil
penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kredibilitas
yang dilakukan adalah triangulasi. Menurut Sugiyono (2015) triangulasi diartikan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari beberapa
teknik pengumpulan data dan sumber data yang sudah ada.
Teknik triangulasi pada sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian ini
supaya dalam pengumpulan data peneliti menggunakan berbagai sumber data,
yaitu dengan menggunkan sumber data dalam bentuk informasi yang didapatkan
melalui hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru-guru di TK Ihya As-
Sunnah. Segala peristiwa yang ada terjadi di TK Ihya As-Sunnah didapatkan
melalui observasi terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
48

anak, memulai pembiasaan nilai-nilai moral baik yang dilakukan oleh anak usia
dini, serta perilaku dari seluruh guru dalam memberikan contoh atau keteladanan
sebagai upaya mendidik sikap moral anak usia dini di TK Ihya As-Sunnah, serta
informasi melalui dokumen-dokumen pendukung lainnya yang berkaitan dengan
perkembangan moral anak usia dini.

3.6 Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data.
Menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2015), analisis data merupakan tahapan
dimana data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, serta sumber-
sumber lainnya disusun secara sistematis. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan
kesimpulan yang jelas dan mudah dipahami oleh peneliti dan pembaca..
a. Reduksi Data
Mereduksi data adalah proses ringkasan, pemilihan inti informasi, dan
penekanan pada hal-hal signifikan dengan penemuan tema dan pola tertentu.
Tindakan ini bertujuan memberikan pandangan yang lebih terfokus dan
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data lebih lanjut serta
menemukannya kembali jika perlu, sebagaimana disebutkan oleh Rachman
(dalam Aprily, 2019). Pada tahap ini, analisis disempitkan oleh peneliti
melalui pengelompokan dan pengkategorian data dalam setiap permasalahan
melalui penjelasan singkat. Data yang kurang relevan dihilangkan, dan data
diatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir bisa diverifikasi. Karena
penelitian ini mengadopsi desain studi kasus, informasi deskriptif tentang
partisipan dapat diorganisir dalam tabel sebagai salah satu bentuk penyajian
hasil.
b. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah proses reduksi data adalah peneliti melakukan
penyajian data atau menyusun data secara sistematis dan terorganisir sehingga
strukturnya mudah untuk dipahami. Metode yang sangat umum adalah
menggunakan pendekatan naratif untuk mengemukakan temuan dari analisis
data. Para peneliti sering memanfaatkan elemen visual seperti grafik, ilustrasi,
atau tabel untuk mempermudah penyajian hasil pengolahan data. Dalam
49

situasi di mana desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus, metode
ini dapat berbentuk informasi deskriptif yang dipresentasikan dalam bentuk
tabel mengenai karakteristik partisipan (Creswell, 2014, hlm. 267)
Oleh karena itu, peneliti berupaya mengatur data yang relevan agar menjadi
informasi yang dapat diambil kesimpulannya dan memiliki signifikansi
tertentu. Langkah ini melibatkan penampilan data serta pembentukan
hubungan antara berbagai fenomena untuk menggali apa yang terjadi
sebenarnya dan apa yang memerlukan tindak lanjut demi mencapai tujuan
yang ditetapkan.
Pada tahap ini, data yang telah melalui proses reduksi dan seleksi sesuai
dengan konsep atau kategori yang relevan, kemudian disajikan secara
menyeluruh dalam bentuk grafik dan narasi. Tujuannya adalah agar data
tersebut menjadi informasi yang dapat ditarik kesimpulannya dan memiliki
arti penting. Dalam proses ini, data diatur dengan cara yang relevan agar
dapat dihubungkan dengan hasil penelitian serta teori yang ada.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verfikasi
Tahapan yang selanjutnya setelah proses pengurangan dan penyajian data
adalah penegasan hasil penelitian apakah memvalidasi atau menyangkal
informasi atau kesimpulan sebelumnya. Peneliti memiliki fleksibilitas untuk
membuat kesimpulan yang awalnya bersifat umum dan terbuka, yang
kemudian berkembang menjadi lebih rinci dan kokoh. Proses pencapaian
kesimpulan akhir ditaruh pada data yang terkumpul, yang bergantung pada
rangkaian kesimpulan sebelumnya, catatan lapangan, penyimpanan data, dan
teknik pencarian ulang yang digunakan. Kesimpulan bisa ditarik dengan
bantuan matriks yang dibentuk untuk mengidentifikasi pola, topik, atau tema
yang sesuai dengan fokus penelitian.
50

BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan terkait hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian, baik yang diperoleh melalui wawancara, studi dokumentasi maupun
observasi secara langsung mengenai perkembangan moral pada anak penghafal
Al-Qur’an, program dan proses TK Ihya As-Sunnah dalam menstimulus
perkembangan moral untuk anak usia dini. Dalam penyajian data temuan dan
pembahasan ini, peneliti memperoleh dari berbagai kegiatan penelitian yang telah
dilakukan secara disiplin, sistematis dan dilakukan dengan para perencanaan
maupun proses pengambilan data dan informasi.
Adapun narasumber yang diwawancarai dalam penelitian berjumlah tiga
orang, yaitu sebagai berikut.
1. Tanti Triandini, S.Pd. sebagai wakil kepala sekolah dan koordinator
kurikulum TK Ihya As-Sunnah yang diberikan kode informan (IF1)
2. Lia Sonalia, S.Pd.I sebagai koordinator TK B dan guru wali kelas B5 yang
diberi kode informan (IF2)
3. Enay Narsih sebagai koordinator PAI dan guru tahfidz B5 yang diberi
kode informan (IF3)
Laporan hasil penelitian yang berupa data-data lengkap yang diperoleh dari
temuan empiris di lapangan baik mengenai hasil wawancara, hasil observasi dan
hasil dokumentasi secara lengkap dijadikan pada bagian lampiran.

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian


4.1.1 Profil TK Ihya As-Sunnah Kota Tasikmalaya
PAUD Ihya As-Sunnah merupakan lembaga pendidikan anak usia dini yang
melayani jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan nonformal. Jalur
pendidikan formal diselenggarakan melalui program Taman Kanak-Kanak Islam
Terpadu yang diperuntukkan bagi anak usia 4-6 tahun. TK A untuk usia 4-5 tahun
dan TK B untuk usia 5-6 tahun. Sedangkan, jalur pendidikan nonformal
diselenggarakan melalui program TPA (Tempat Penitipan Anak) dan TAAM
(Taman Asuh Anak Muslim). Program TPA terbagi menjadi dua jenis layanan,
yakni baby house untuk anak usia 3-12 bulan dan toddler untuk anak usia 1-2
51

tahun. program TAAM juga terbagi menjadi dua jenis layanan, yakni TAAM
kecil untuk anak usia 2-3 tahun, TAAM besar untuk anak usia 3-4 tahun. Berikut
merupakan identitas lembaga PAUD Ihya As- Sunnah:
Nama Satuan Pendidikan : PAUD IT Ihya As-Sunnah
Nama Program : TPA, TAAM, TK
Status Sekolah : Swasta
Izin Operasional : SK Nomor 503/0470/SK-PEND/BPMPPT/2020
Tahun Berdiri : 2001
Alamat : Jalan Terusan Paseh BCA No. 11 RT/RW 002/002
Kelurahan. Tuguraja Kecamatan. Cihideung Kota
Tasikmalaya
Kode Pos : 46125
No Telpon :082120819480
E-mail :paudihyaassunnah@ymail.com
Web :www.miastasikmalaya.com
TK Ihya As-Sunnah termasuk ke dalam taman kanak-kanak islam terpadu
yang fokus pada pengajarannya mengenalkan Al-Qur’an dan hadits, tahfidzul
Qur’an, materi-materi PAI dan pembiasaan-pembiasaan positif. Siswa/siswi TK
Ihya As-Sunnah berasal dari berbagai daerah, baik yang berasal dari
Kabupaten/Kota di Tasikmalaya daan Jawa Barat hingga luar pulau Jawa. TK
Ihya As-Sunnah sendiri berada dalam naungan Yayasan Ma’had Ihya As-Sunnah
Kota Tasikmalaya. Kegiatan belajar mengajar siswa/siswi di TK Ihya As-Sunnah
dimulai dari pukul 08.00-13.30 WIB untuk TK A, dan TK B dimulai dari pukul
08.00-13.45 WIB.
4.1.2 Visi dan Misi TK Ihya As-Sunnah
1) Visi
Membina generasi masa depan yang beraqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
sesuai Manhaj Salaful Ummah.
2) Misi
a. Mendidik generasi masa depan yang sholeh, sehat, serdas dan ceria
b. Mengenalkan Al-Qur’an dan Al-Hadits sejak dini
c. Menggali dan membangun Multiple Intelegence setiap anak
52

d. Menyelanggarakan pendidikan yang berpusat kepada anak, sedangkan


guru sebagai fasilitator, motivator dan evaluator dengan pendekatan
sentra dan lingkaran yang diintegrasikan dengan kurikulum Ma’had
Ihya As-Sunnah melalui pembelajaran tematik.
4.1.3 Data Sarana dan Prasarana TK Ihya As-Sunnah
TK Ihya As- Sunnah menyediakan sarana prasarana yang cukup lengkap
dan terjaga dengan baik, sehingga tercapainya suatu tujuan dan keberhasilan
dalam proses belajar mengajar yang berkualitas. Adapun sarana prasarana yang
tersedia di TK Ihya As-Sunnah Kota Tasikmalaya sebagai berikut:
1) Ruang Kelas
TK Ihya As-Sunnah memiliki 14 ruangan kelas yang baik dan nyaman
diantaranya, 3 kelas ruangan sentra bahan alam, 3 kelas ruangan sentra
main peran, 3 kelas ruangan sentra balok, 3 kelas ruangan sentra imtaq
dan 2 kelas ruangan sentra persiapan
2) Ruang Kantor
TK Ihya As-sunnah memiliki ruang kantor/ ruang kepala sekolah dan
pengelola yang terdapat di lantai 2 di gedung sekolah. Namun TK Ihya’
Assunnah tidak memiliki ruang guru secara khusus karena semua guru
selalu berada di kelas masing-masing sampai pembelajaran selesai.
3) Ruang Dapur
TK Ihya As-Sunnah memiliki ruang dapur dengan kondisi layak dan
bersih yang digunakan untuk memasak snack dan makan siang untuk
anak-anak, guru dan staf sekolah.
4) Kamar Mandi/ WC
TK Ihya As-sunnah memiliki 33 kamar mandi dengan kondisi
yang baik, layak dan bersih.
5) Area Cuci Tangan
TK Ihya As-sunnah memiliki area cuci tangan yang sekaligus
digunakan untuk area berwudhu dan cuci piring anak dengan kondisi
yang baik dan bersih serta disertai sabun cuci tangan dan sabun pencuci
piring.
6) Ruang Serba Guna atau Aula
53

TK Ihya As-sunnah memiliki ruangan aula atau ruang serba guna


dengan kondisi yang baik, layak dan cukup besar yang terletak di lantai
3
7) Gudang
TK Ihya As-sunnah memiliki ruangan gudang yang terletak di lantai 3
gedung sekolah. Gudang tersebut digunakan untuk menyimpan barang
dan arsip dokumen.
8) Area Parkir
TK Ihya As-sunnah memiliki area parkir yang cukup luas untuk
menampung kendaraan-kendaraan.
9) Tempat Berwudhu
TK Ihya As-sunnah memiliki area cuci tangan yang sekaligus
digunakan untuk area berwudhu dan cuci piring anak.
10) Ruang Bermain
TK Ihya As-Sunnah memiliki area bermain yang cukup dan bik,
dilengkapi dengan macam-macam alat permainan edukatif luar ruangan
yang aman bagi anak.
4.1.4 Struktur Pengurus TK Ihya As-Sunnah
TK Ihya As-Sunnah dalam melaksanakan roda pendidikannya tentu tidak
dapat terlaksanakan hanya dengan mengandalkan Kepala Sekolah saja, melainkan
memerlukan struktur organisasi yang kuah sehingga mampu menjalankan setiap
fungsi dan tugasnya masing-masing. Maka TK Ihya As-Sunnah memiliki struktur
pengurus seperti yang digambarkan pada bagan berikut:
54

Bagan 4.1
Struktur Organisasi TK Ihya As-Sunnah

(Sumber: Dokumentasi Sekolah, 4 Agustus 2023)

4.2 Temuan Penelitian


4.2.1 Program Penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam
Meningkatkan Perkembangan Moral Anak Usia 5-6 Tahun
Kurikulum yang diterapkan di TK Ihya As-Sunnah yaitu kurikulum 2013
dan dikombinasikan dengan kurikulum muatan lokal Yayasan Ma’had Ihya As-
55

Sunnah yang didalamnya ada muatan kurikulum PAI dan indikator khusus terkait
tahfidz Al-Qur’an. Dalam pelaksanaan kegiatan menghafal Al-Qur’an, TK Ihya
As-Sunnah memiliki program-program khusus yang menjadi ciri khas tersendiri
yang membedakan TK Ihya As-Sunnah dengan lembaga pendidikan yang lain.
Agar peneliti dapat mengetahui program penghafalan Al-Qur’an yang ada di
TK Ihya As-Sunnah, maka peneliti mengumpulkan informasi melalui wawancara
langsung dengan wakil kepala sekolah dan guru-guru yang ada di TK Ihya As-
Sunnah.
Berdasarkan hasil wawancara kepada IF1 menggambarkan proses dan aspek
yang terlibat dalam program hafalan Al-Qur'an bagi anak usia 5-6 tahun di TK
Ihya As-Sunnah. Dalam konteks ini, TK Ihya As-Sunnah merupakan lembaga
pedidikan bagian dari Yayasan Ma’had Ihya As-Sunnah yang memiliki layanan
hafalan Al-Qur’an dan bahkan ada kelas khusus penghafalan Al-Qur’an tanpa
kelas reguler. Adapun landasan filosofis yang mendasari TK Ihya As-Sunnah
memiliki program hafalan Al-Qur’an berasal dari hadits shahih riwayat Bukhari
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-
Qur’an dan mengajarkannya”.
IF1 menjelaskan sudah sepatutunya bagi seorang yang berilmu
menyebarkan ilmu setelah mempelajarinya. Belajar dan mengajarkan Al-Qur’an
sama sama mendapat ganjaran dari Allah SWT. Dalam mengajarkan Al-Qur’an di
TK Ihya As-Sunnah, guru tidak hanya mengajak anak untuk sekedar menghafal
lafadz Al-Qur’an saja, tetapi guru menjelaskan terkait kandungan atau makna dari
setiap surat yang dihafalkan, dengan harapan anak-anak bisa mengamalkan nilai-
nilai baik yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an.
Program hafalan Al-Qur-an yang dilaksanakan di TK Ihya As-Sunnah
bukan hanya sekedar anak menghafal ayat-ayat Al-Qur’an saja, melainkan para
peserta didik diberikan pemahaman dari setiap kandungan surat yang di hafalkan.
Adapun metode hafalan Al-Qur’an yang dilaksaksanalan di TK Ihya As-Sunnah
yang dijelaskan pada hasil wawancara dengan IF1 yaitu secara klasikal
menggunakan metode talqin, dimana guru akan membacakan ayat terlebih dahulu
lalu dilanjutkan dengan anak meniru secara berulang-ulang. Untuk memudahkan
penghafalan, guru akan memotong ayat menjadi bagian-bagian kecil. Potongan
56

ayat-ayat tersebut dibacakan oleh guru dan akan diikuti oleh anak secara berulang-
ulang. Apabila semua potongan ayat sudah lancar, guru akan menggabungkan
menjadi satu ayat yang utuh dan dibacakan secara bersama-sama. Sedikit
tambahan yang diberikan oleh IF3, metode pengahafalan Al-Qur’an yang
digunakan di TK Ihya As-Sunnah yaitu dengan anak mendengar, meniru dan
melihat. IF3 menjelaskan, anak akan mendengar dan melihat terlebih dahulu apa
yang dibacakan oleh gurunya dan dilanjutkan dengan meniru apa yang tadi sudah
disampaikan atau di lafadz kan. IF3 juga menjelaskan ada beberapa guru yang
menggunakan metode tambahan yaitu menulis di papan tulis ayat Al-Qur’an yang
sedang dihafalkan, untuk lebih menekan kan visualisasinya. Meskipun sebagian
anak belum menguasai pembacaan huruf sambung, tetapi anak akan
diperkenalkan dengan huruf hijaiyyah, membiasakan anak untuk melihat huruf
sambung dan memperkenalkan anak terkait harokat. Metode yang dilaksanakan
tersebut, membantu anak lebih cepat dalam proses menghafal Al-Qur’an.
Adapun penjelasan dari IF1 dan IF3 juga menjelaskan, metode yang efektif
sesekali digunakan untuk kelompok B (usia 5-6 tahun) yaitu dengan membagi 2
kelompok kecil, untuk memberikan perhatian lebih kepada anak-anak yang
membutuhkan pengulangan lebih intensif. Alasan membagi menjadi dua
kelompok kecil, karena ada beberapa anak yang membutuhkan waktu lebih lama
dan pengulangan yang lebih banyak dalam kegiatan hafalan Al-Qur’an.
Program-program penghafalan Al-Qur’an yang dilaksanakan di TK Ihya
As-Sunnah terdiri dari 2 bagian, yaitu program hafalan rutin dan program hafalan
spontan. Dalam hasil wawancara dengan IF1 dan IF3 menggambarkan, program
hafalan Al-Qur’an rutin yang dilaksanakan itu berlangsung setiap hari yang di
pimpin oleh guru tahfidz masing-masing kelompok. Kegiatan yang dilakukan
berupa penambahan ayat dan muroja’ah (pengulangan hafalan sebelumnya).
Selain itu, ada program hafalan rutin lainnya seperti muroja’ah bersama yang
dilaksanakan per unit (5 kelompok). Kegiatan yang dilakukan berupa muroja’ah
hafalan surat yang telah dihafal secara bersama-sama, lalu dilanjutkan dengan
muroja’ah per kelompok yang ditonton oleh semua teman-teman kelompok lain.
Hal itu dilaksanakan untuk membangun rasa percaya diri anak untuk tampil
didepan dan ditonton oleh semua teman-temannya. Selain program hafalan rutin,
57

adapun program hafalan spontan yaitu adanya games seperti tebak-tebakan surat,
menebak nama surat, melanjutkan ayat dan lain sebagainya. Hal itu dilaksanakan
sebagai upaya untuk menghilangkan rasa jenuh dan menjaga semangat anak
dalam menghafal Al-Qur’an. Selain itu, kegiatan tersebut sesekali dilaksanakan
untuk mengisi waktu luang saat proses kegiatan belajar.
Dalam proses penghafalan Al-Qur’an pasti akan ada kendala yang dialami,
hal itu selaras dengan yang diungkapkan oleh IF1 dan IF3 dalam wawancara
dengan peneliti. Para informan menyebutkan kendala utama yang dialami dalam
proses penghafalan Al-Qur’an yaitu menjaga daya fokus anak selama waktu
tahfidz yang cukup panjang yaitu 45 menit. Selain itu peran orang tua di rumah
menjadi kunci dalam menjaga dan mendukung program hafalan Al-Qur'an anak.
Orang tua berperan memastikan anak-anak melakukan muroja'ah dirumah dan
menjaga hafalan surat-surat, terutama surat-surat yang sudah dihafal sebelumnya.
Apabila orang tua tidak mengajak anak untuk muroja’ah, itu akan menjadi
kendala bagi penghafalan Al-Quran, karena membuat anak menjadi mudah lupa
terhadap surat-surat lama yang sudah dihafalkan. IF3 mengungkapkan bahwa
orang tua juga perlu memperhatikan makharijul huruf setiap ayat pada proses
muroja’ah. Beliau mengungkapkan, salah satu tantangan dalam penghafalan Al-
Qur’an yaitu dalam artikulasi pada setiap masing-masing anak. Untuk mengatasi
perbedaan kemampuan tadi, pembagian kelompok kecil akan dilakukan supaya
setiap anak mendapatkan perhatian yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Proses penghafalan Al-Qur’an yang dilaksanakan di TK Ihya As-Sunnah
tidak memiliki target pencapaian khusus. Hal itu dijelaskan oleh IF1 dan IF3,
bahwa setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda, sehingga program
tahfidz ini tidak terikat pada target tertentu. Anak akan melaksanakan program
hafalan sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing.
Pada proses penghafalan Al-Qur’an, terdiri menjadi beberapa bagian
kegiatan. IF1 dan IF3 menjelaskan bahwa kegiatan ini terbagi menjadi 3 bagian
kegiatan. Pertama yaitu kegiatan muroja’ah yang artinya anak diajak untuk
membaca kembali surat-surat yang telah dihafalkan sebelumnya, dengan tujuan
anak bisa konsisten hafal atau mutqin (kuat) dalam hafalannya. Kedua yaitu
menambah ayat. Kegiatan ini proses menambah satu per-satu ayat dalam suatu
58

surat, dan biasanya para guru tahfidz di TK Ihya As-Sunnah memenggal-menggal


satu ayat menjadi beberapa bagian supaya dihafalkan sedikit-sedikit dan tidak
memberatkan anak. Ketika setiap penggalan ayat sudah hafal, maka akan
digabungkan menjadi satu ayat yang utuh, dan terus akan dibacakan berulang-
ulang sampai anak bisa melafalkan dengan lancar. Ketiga yaitu kegiatan asbabun
nuzul. Kegiatan asbabun nuzul yang disampaikan oleh IF3 merupakan
penyampaian kandungan atau makna dari surat yang dihafalkan oleh anak.
Diawali dengan menyampaikan arti dari suatu surat, lalu diturunkan di kota apa,
lalu penyampaian latar belakang turunnya suatu surat. Dalam penyampaian ini
bisa berupa pemaparan materi (ceramah) atau bisa dengan pembacaan siroh atau
kisah. Misalnya anak sedang menghafalkan surat Al-Lahab, guru akan
menjelaskan ada apa dengan Abu Lahab, mengapa Abu Lahab bisa diazab oleh
Allah SWT, dan diakhir kegiatan akan diambil suatu hikmah tau pembelajaran
yang disampaikan kepada anak bahwa kita tidak boleh menyakiti sesama manusia
apalagi menyakiti Nabi Muhammad SAW.

Bagan 4.2
Program Penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam Meningkatkan
Perkembangan Moral Anak Usia 5-6 Tahun

Program Penghafalan Al-


Qur'an di TK Ihya As-
Sunnah

Landasan Hadits Kurikulum Muatan


Riwayat Bukhari Lokal Ma'had Ihya
As-Sunnah

Metode Talqin

Muroja'ah,
Menambah ayat,
dan Asbabun
nuzul
59

4.2.2 Penanaman Nilai-Nilai Moral pada Anak Penghafal Al-Qur’an di TK


Ihya As-Sunnah
Setelah mengetahui mengenai program penghafalan Al-Qur’an yang
dilaksanakan di TK Ihya As-Sunnah, maka peneliti ingin mengetahui dan melihat
secara langsung bagaimana penanaman nilai-nilai moral di TK Ihya As-Sunnah.
Adapun temuan mengenai penanaman nilai-nilai moral di TK Ihya As-Sunnah
didapatkan berdasarkan hasil obeservasi peneliti dan diperkuat dengan data hasil
wawancara terhadap wakil kepala sekolah dan guru-guru serta didukung dengan
studi dokumentasi yang peneliti dapatkan. Ada 3 (tiga) aspek yang saling
berkaitan dan mendukung satu sama lain dalam penanaman nilai-nilai moral pada
anak usia 5-6 tahun di TK Ihya As-sunnah, yaitu meliputi aspek keteladanan,
aspek kedua pemberian pemahaman terkait nilai-nilai moral dalam kegiatan circle
time, mulok PAI dan asbabun nuzul, aspek terakhir latihan pembiasaan dan
pemberian pijakan.
4.1.2.1 Keteladaan
Berdasarkan hasil wawancara, menurut IF1 guru berperan penting sebagai
contoh teladan yang baik bagi anak. Keteladanan para guru akan menjadi contoh
utama yang akan selalu ditiru oleh anak baik itu dari tutur kata, bahasa tubuh dan
perbuatan sehari-hari. Dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai moral di TK Ihya
As-Sunnah, dari mulai kegiatan pembalajaran, pemberian pemahaman dan latihan
pembiasaan-pembiasaan baik akan selalu berkaitan dengan keteladanan guru.
IF2 menjelaskan, bahwa materi pemahaman nilai-nilai moral yang
disampaikan kepada anak akan terasa kurang maksimal apabila tidak didukung
dengan contoh dan keteladanan dari para guru itu sendiri. Apa yang dilakukan
oleh guru akan dicontoh dan diikuti oleh anak usia dini. Selaras dengan yang
dijelaskan oleh IF2, teladan yang diberikan oleh guru menjadi faktor penting
dalam menanamkan nilai-nilai moral anak. Guru harus memberikan contoh nyata
atau langsung dengan menunjukan sikap-sikap yang baik, dengan harapan anak-
anak akan menirunya. IF2 juga memberikan contoh, apabila ingin anak memiliki
adab makan yang baik, maka guru itu sendiri yang harus memberikan contoh
60

seperti tidak makan sambil berdiri, menggunakan tangan kanan, tidak mengobrol
disaat makan dan lain sebagainya.
Menurut IF1 menjelaskan, bahwa dengan keteladanan dari guru secara
konsisten merupakan faktor penting yang menjadi ciri khas TK Ihya As-Sunnah
itu sendiri, ditambah dengan pengawasan kepada anak dari mulai kedatangan
sekolah sampai anak-anak pulang sekolah. Anak tidak dibiarkan tanpa
pengawasan guru-gurunya. Hal tersebut meminimalisir kegiatan-kegiatan yang
sedikit menyimpang dari pembiasaan yang diberikan oleh pihak lembaga sekolah.
4.1.2.2 Pemberian Pemahaman Terkait Nilai-Nilai Moral
Dalam mengembangkan aspek pengetahuan nilai-nilai moral anak, guru akan
memberikan pemahaman kepada anak dari kegiatan circle time, mulok PAI dan
asbabun nuzul dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an. Dalam wawancara bersama
IF1 menjelaskan, kegiatan circle time dilaksanakan setiap hari, dimana guru akan
menjelaskan materi TFP (Term, Fact and Principe) yang berkaitan dengan tema
yang berlangsung setiap bulan. TFP itu sendiri berisi tentang informasi-informasi
yang berfokus pada pengertian, fakta dan prinsip yang berkaitan dengan tema.
IF1 memaparkan bahwa materi TFP disusun dengan mengumpulkan
informasi terkait tema yang ditentukan dan disusun sebelum dimulainya tahun
ajaran baru melalui rapat kerja tahunan dalam waktu yang cukup panjang.
Penyusunan materi TFP dimulai dengan menunjuk PJ (Penanggung Jawab) untuk
setiap tema terlebih dahulu. Para PJ kemudian mengumpulkan dan menyusun
informasi berdasarkan tema yang ditangani. Materi TFP yang dijelaskan oleh IF1,
melibatkan pengertian istilah-istilah, fakta-fakta yang relevan, serta nilai-nilai atau
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan tema yang sedang dibahas. Contohnya,
tema pada bulan agustus yaitu tentang tubuh dan mengambil asmaul husna Al-
Khaaliq Allah Maha Pencipta. Para PJ akan merancang materi seputar informasi
tubuh, kesehatan, fakta dan prinsip tentang tubuh dan hadits-hadits yang berkaitan
dengan asmaul husna. Supaya memudahkan anak dalam memahami materi-materi
TFP yang disampaikan, para PJ akan menyiapkan visualisasi atau gambar-gambar
yang kumpulkan dalam sebuah dokumen, gambar-gambar tersebut akan
diperlihatkan kepada anak setelah penyampaian materi selesai. IF1 dan IF2
menjelaskan dalam materi-materi TFP juga akan mencantumkan nilai-nilai
61

karakter sedikitnya yang berkaitan dengan tema, misalnya pada tema tubuh nilai-
nilai karekter yang berkaitan yaitu karakter kuat, bersih syukur.
Materi TFP bersumber dari Al-Qur’an, hadits dan buku. Dalam materi TFP
akan dicantumkan daftar pustaka di bagian halaman akhir sebagai referensi.
Proses penyusunan materi TFP berjalan secara deduktif, dimulai dengan informasi
umum sebelum mengefokuskannya lebih mendalam dan mengerucut. IF1
memberikan sebuah contoh penjelasan, tema tubuh merupakan sub tema dari tema
Diriku atau Diri Sendiri. Dalam penyampaian materi TFP tidak langsung
menjelaskan tentang tubuh, tetapi diberikan pengantar awal tentang identitas diri
dan apa saja yang menjadi identitas diri bagi anak. Materi TFP juga diarahkan
untuk menanamkan nilai-nilai moral, seperti menjaga kebersihan tubuh dan
mengajarkan bersyukur terhadap pemberian Allah pada tubuh dan masih banyak
lagi.
Dalam observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 4, 7, 8, 9 dan 10
Agutus 2023, peneliti menenukan salah satu fakta bahwa TK Ihya As-Sunnah
membiasakan untuk membaca asmaul husna disaat memulai kegiatan circle time.
Dan kegiatan tersebut dilakukan secara konsisten setiap hari, namun peliti akan
melampirkan pada salah satu hari, yaitu:
Sebelum memulai kegiatan circle time pada pukul 10.00 WIB, guru selalu
mengajak anak untuk membaca tema bulan agustus yaitu “Tubuh Sehat
Menjadikanku Muslim yang Ceria Karunia Allah Al-Khaaliq Allah Maha
Pencipta”. Hal itu menunjukan bahwa guru secara tidak langsung
memberikan pemahaman kepada anak bahwa Allah yang menciptakan
berbagai makhuk, dan guru memberikan pemahaman bahwa Allah
memiliki nama yang agung beserta sifatnya (asmaul husna). (Data
Observasi 7Agustus pukul 10.00 WIB)
62

Gambar 4.1 Kegiatan Circle Time


(Sumber: Dokumen pribadi, 7 Agustus 2023)
Kegiatan selanjutnya adalah pemberian mulok PAI, mulok PAI merupakan
singkatan dari “Muatan Lokal Pendidikan Agama Islam”. IF1 menjelaskan bahwa
dalam kegiatan mulok PAI berisi tentang penyampaian materi-materi keagamaan
islam dasar yang cocok disampaikan untuk anak usia dini. Materi mulok PAI
disusun langsung oleh Koordinator Kurikulum PAI di TK Ihya As-Sunnah dan
Pembina Teknis dari Yayasan Ma’had Ihya As-Sunnah.
Penyampaian mulok PAI dilaksanakan sebelum perpulangan sekolah, guru
akan mengenalkan dan menjelaskan materi-materi PAI dengan skala yang mudah
dicerna oleh anak. Adapun muatan pembelajaran dalam kegiatan mulok PAI yang
tercantum dalam program semester II pada kelompok B sebagai berikut:
a. Ibadah Praktis (Gerakan wudhu, gerakan sholat, bacaan sholat dan
dzikir setelah sholat)
b. Adab (Lafal mahfudzhot)
c. Tahfidz (Bacaan surat-surat pendek)
d. Baca Al-Qur’an (Bacaan/kalimat Iqro/ Kibar)
e. Aqidah (Rukun iman, asmaul husna dan kalimat thoyyibah)
f. Bahasa Arab (Kosa kata bahasa arab)
g. Doa Harian (Doa sehari-hari)
h. Siroh (Kisah Nabi)
i. Pembiasaan doa harian (Doa harian)

Melihat dari uraian pada program semester diatas, ada beberapa muatan
pembelajaran yang berkaitan dengan pemberian pemahaman akan nilai-nilai
moral yaitu, pada saat penyampaian materi tentang adab dan siroh. IF2
menjelaskan bahwa TK Ihya As-Sunnah memang tidak ada pemberian materi
secara langsung akan nilai-nilai moral atau pembejalaran khusus terkait nilai-nilai
moral. Akan tetapi TK Ihya As-Sunnah sendiri memiliki strategi khusus untuk
menyampaikan nilai-nilai moral dengan pembukusan atau berbagai kegiatan yang
menarik, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan perkembangan moral
anak usia dini.
63

Dalam observasi yang dilakukan peneliti, peneliti menemukan fakta bahwa


TK Ihya As-Sunnah konsisten dalam pemberian materi mulok PAI kepada seluruh
peserta didik. Penelti akan melampirkan penjelasan pada salah satu hari dalam
observasi:
Pada kegiatan mulok PAI hari ini guru menyampaikan siroh atau kisah
Nabi Adam AS pada pukul 12.50 WIB (Data Observasi 9 Agustus 2023
pukul 12.50). Semua anak mendengarkan dengan seksama.

Gambar 4.2 Kegiatan Mulok PAI


(Sumber: Dokumen pribadi, 9 Agustus 2023)

Dan yang terakhir merupakan kegiatan asbabun nuzul. IF1 dan IF3
mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan penyampaian makna atau
kandungan dari surat yang sedang anak hafalkan, bisa berupa kisah atau materi
pembahasan. IF3 menjelaskan bahwa kegiatan asbabun nuzul diawali dengan
menyampaikan arti dari suatu surat, lalu diturunkan di kota apa, lalu penyampaian
latar belakang turunnya suatu surat. Dalam penyampaian ini bisa berupa
pemaparan materi (ceramah) atau bisa dengan pembacaan siroh atau kisah.
Misalnya anak sedang menghafalkan surat Al-Lahab, guru akan menjelaskan ada
apa dengan Abu Lahab, mengapa Abu Lahab bisa diazab oleh Allah SWT, dan
diakhir kegiatan akan diambil suatu hikmah tau pembelajaran yang disampaikan
kepada anak bahwa kita tidak boleh menyakiti sesama manusia apalagi menyakiti
Nabi Muhammad SAW. Lalu IF3 menambahkan penjelasan bahwa kegiatan
64

asbabun nuzul diharapkan dapat mengubah karakter anak, dan anak bisa tersentuh
dengan cerita-cerita yang disampaikan oleh guru.

4.1.2.3 Latihan Pembiasaan dan Pemberian Pijakan


Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan IF1 dan IF2
mengungkapkan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi anak dalam memahami
dan mengimplementasikan nilai-nilai moral yaitu dengan latihan pembiasaan dan
pemberian pijakan oleh guru. IF1 menjelaskan bahwa pembiasaan-pembiasaan
yang sudah diajarkan dari mulai kedatangan ke sekolah sampai perpulangan
sekolah senantiasa terpantau oleh guru, adapun apabila anak lupa atau tidak
melaksanakan pembiasaan-pembiasaan positif yang sudah diajarkan, guru akan
memberikan pijakan secara tidak langsung kepada anak. Misalnya anak A
memasuki ruangan tidak mengucapkan salam, guru dengan sigap mengatakan
”Apabila memasuki ruangan Ibu akan mengucapkan salam”. Secara tidak
langsung itu adalah upaya mengingatkan kembali kepada anak akan pembiasaan-
pembiasaan positif, namun tidak langsung kepada anak tersebut.
Selaras dengan yang dijelaskan oleh IF2, metode khusus yang digunakan di
TK Ihya As-Sunnah dalam menanamkan nilai-nilai moral yaitu selalu
memberikan pijakan secara berulang-ulang dan konsisten. Guru memberikan
pijakan yang konsisten sebagai upaya membiasakan anak untuk selalu melakukan
pembiasaan-pembiasaan positif, yang lama kelamaan akan menjadi habit atau
kebiasaan tanpa pemberian pijakan dari guru. IF2 juga menjelaskan, dalam
tercapainya pembiasaan dan sikap positif pada anak tidak hadir secara instan,
butuh waktu dan pemberian pijakan yang konsisten. Sebelum guru memberikan
pijakan, guru harus memberi contoh terlebih dahulu kepada anak sesuai dengan
pembahasan sebelumnya mengenai keteladanan seorang guru yang akan dicontoh
oleh anak.
Adapun temuan pembiasaan-pembiasaan positif di TK Ihya As-Sunnah
yang berkaitan dengan nilai-nilai moral dari hasil observasi yang dilakukan pada
tanggal 4, 7, 8,9 10 Agustus 2023 yaitu sebagai berikut:
a. Pembiasaan membaca doa-doa sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan
65

b. Adanya jadwal khalifah, dimana semua anak akan medapatkan jadwal


untuk menjadi khalifah. Tugas khalifah itu sendiri yaitu memimpin
berbagai kegiatan dikelas, seperti memimpin dalam doa, berbaris,
penanggung jawab disaat pengambilan alat-alat makan dan snack time
dan sebagainya.
c. Sabar menunggu antrian pada saat di kamar mandi, tempat wudhu,
pembagian makan berat dan snack, dan pelaporan jurnal dan sentra.
d. Pembiasaam berbicara sesuai fakta dalam kegiatan pelaporan ragam
main sentra
e. Mengucapkan pujian dan sifat-sifat Allah dalam bentuk asmaul husna
f. Pembiasaan menyelesaikan perselisihan dengan komuikasi yang baik
g. Pembiasaan berkata jujur dalam mengakui kesalahan
h. Pembiasaan meminta maaf ketika melakukan kesalahan
i. Pembiasaan melaksanakan ibadah sholat dzuhur secara berjamaah
j. Pembiasaan melaksanakan adab-adab tentang memberi salam, makan
dan minum, menyampaikan terima kasih setelah mendapatkan bantuan,
meminta bantuan dengan cara yang baik, melewati orang yang lebih tua
k. Bertanggung jawab atas hak milik diri sendiri

Terdapat pembiasaan-pembiasaan positif lain yang terdapat di TK Ihya As-


Sunnah. Pembiasaan-pembiasaan yang peneliti sebutkan diatas merupakan hasil
dari pengamatan peneliti dan pembiasaan-pembiasaan yang konsisten
dilaksanakan oleh anak tanpa pemberian pijakan yang terus-menerus dari guru.
Dalam observasi yang dilakukan peneliti, peneliti menemukan beberapa fakta
mengenai pembiasaan-pembiasaan yang konsisten anak-anak lakukan setiap hari.
Peneliti akan melampirkan salah satu hari dalam hasil observasi yaitu:
Anak-anak selalu bertanggung jawab atas hak miliki sendiri, pada saat
setelah makan anak akan mencuci bersih piring dan sendok yang telah anak
gunakan. (Data observasi 10 Agustus pukul 12.50)
66

Gambar 4.3
(Sumber: Dokumen pribadi 10 Agustus 2023)
Adapun nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik di
TK Ihya As-Sunnah menurut IF2 terdiri dari 20 karakter. Beliau menjelaskan
dalam menanamkan nilai-nilai karakter membawa sumber dari buku yang dibuat
langsung dari ustadz dari Ma’had Ihya As-Sunnah hasil karya Ustadz Abu Rizal
Fadhilah yang berjudul “20 Karakter Guru dan Peserta Didik”. Berikut 20
karakter yang harus ditanamkan kepada anak usia dini di TK Ihya As-Sunnah; 1)
Ikhlas, 2) Sabar, 3) Taqwa, 4) Jujur, 5) Syukur, 6) Khusyu, 7) Istiqomah, 8)
Tawadhu (Rendah Hati), 9) Qona’ah, 10) Berani, 11). Kasih Sayang, 12) Hormat,
13) Optimis, 14) Mutu, 15) Bersih, 16) Disiplin, 17) Tanggung Jawab, 18) Rajin,
19) Berpikir Positif, dan 20) Toleransi.
IF2 mengemukakan sebelum menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak,
guru harus mempelajari dan menanamkan nilai-nilai karakter tersebut ke dalam
diri gurunya masing-masing. Maka dari itu, TK Ihya As-Sunnah mengadakan
pembekalan rutin yang diadakan untuk semua guru pada setiap minggu nya,
kegiatan tersebut diharapkan menjadi bekal yang cukup bagi guru untuk
menyampaikan nilai-nilai karakter kepada anak, sehingga ketika guru memasuki
kelas sudah dalam keadaan siap untuk mengajar anak.
Bagan 4.3
Penanaman Nilai-Nilai Moral Anak Pemghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah
67

Pemberian
Keteladanan Pemahaman (materi)
akan Nilai-Nilai Moral

Latihan Pembiasaan Penanaman Nilai-Nilai


dan Pemberian Moral Pada Anak Usia
Pijakan dini

4.2.3 Pengaruh Penghafalan Al-Qur’an Terhadap Pemahaman Nilai-Nilai


Moral Anak Usia 5-6 Tahun
Proses penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah itu dibagi menjadi 3
bagian. IF1 menjelaskan, yang pertama adalah muroja’ah, penambahan ayat, dan
yang terakhir asbabun nuzul. Adapun beberapa guru yang melaksanakan kegiatan
asbabun nuzul diawal sebelum memasuki surat baru yang akan dihafalkan, dan
adapun beberapa guru yang menyampaikan asbabun nuzul setelah surat yang
dihafalkan telah selesai. Dari hasil wawancara dengan IF1 dan IF3, kegiatan
asbabun nuzul dapat mempengaruhi nilai-nilai moral pada anak. Dalam kegiatan
asbabun nuzul itu sendiri merupakan penyampaian makna atau kandungan dari
surat yang dihafalkan, bisa berupa materi ataupun menjadi kisah.
IF3 menjelaskan, dengan diadakan nya asbabun nuzul sedikitnya
tersampaikan makna atau kandungan dari surat yang anak hafalkan. Dalam
materi-materi yang disampaikan saat asbabun nuzul ada beberapa nilai-nilai moral
atau karakter yang akan disampaikan sesuai dengan pembahasan kandungan dari
surat yang dihafalkan. Lalu IF3 juga menjelaskan proses dalam asbabun nuzul
diawali dengan menyampaikan arti dari suatu surat, lalu diturunkan di kota apa,
lalu penyampaian latar belakang turunnya suatu surat. Dalam penyampaian ini
bisa berupa pemaparan materi (ceramah) atau bisa dengan pembacaan siroh atau
kisah. Misalnya anak sedang menghafalkan surat Al-Lahab, guru akan
menjelaskan ada apa dengan Abu Lahab, mengapa Abu Lahab bisa diazab oleh
Allah SWT, dan diakhir kegiatan akan diambil suatu hikmah tau pembelajaran
68

yang disampaikan kepada anak bahwa kita tidak boleh menyakiti sesama manusia
apalagi menyakiti Nabi Muhammad SAW.
Selain pengaruh dari asbabun nuzul, kualifikasi guru tahfidz juga akan
mempengaruhi kepada kualitas penghafalan anak. IF1 menjelaskan, kualifikasi
yang diperhatikan bukan dari jumlah hafalan yang harus sekian juz, tetapi
kualifikasi yang diperhatikan benar atau tidaknya bacaan seorang guru tahfidz.
Karena, anak hanya akan mendengar dari yang mengajarkannya, anak belum bisa
membenarkan lafadz atau makhraj huruf yang benar seperti apa. Maka dari itu,
bekal yang dimiliki oleh seorang guru tahfidz di Ihya As-Sunnah harus mumpuni,
supaya dalam penyampaian nya bisa benar, terlebih dalam proses penghafalan Al-
Qur’an ada kegiatan asbabun nuzul, dimana guruharus menyampaikan kandungan
atau makna dari surat secara benar serta bisa menyampaikannya dengan versi
skala anak.

Bagan 4.4
Pengaruh Penghafalan Al-Qur’an Terhadap Pemahaman Nilai-Nilai Moral Anak
Usia 5-6 Tahun

Kegiatan asbabun
nuzul
Pengharuh
Penghafalan Al-Qur'an
terhadap Pemahaman
Moral Anak
Kualifikasi guru tahfidz
69

4.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Anak


Penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah
Faktor pendukung yang akan mempengaruhi perkembangan moral anak usia
dini di TK Ihya As-Sunnah yaitu, adanya figur dari seluruh guru terutama guru
wali kelas dan guru pendamping pada kelas B5 yang selalu menunjukan sikap-
sikap positf baik dalam tutur kata dan perilaku. Menurut IF1 dan IF2 yaitu dari
kesamaan pola asuh antara disekolah dan dirumah. Orang tua sebisa mungkin
mengikuti pola asuh yang diterapkan di sekolah untuk diterapkan juga dirumah,
dengan harapan anak bisa konsisten menjalankan pembiasaan-pembiasan baik
dirumah, tidak hanya di sekolah. Pembiasaan dan pemberian pijakan-pijakan yang
sering diberikan guru harus diikuti oleh orang tua di rumah, dalam upaya untuk
menstimulus dan memperkuat pengenalan nilai-nilai moral anak. Aspek moral itu
tidak cukup dengan pemberian ilmu pengetahuan saja, tetapi harus adanya
pembiasaan yang konsisten dilakukan oleh seseorang, supaya menjadi suatu
kebiasaan untuk anak. Sebelum orang tua memberikan arahan dalam pembiasaan
dan pemberian pijakan, orang tua harus memberikan teladan atau contoh dari
setiap pembiasaan yang orang tua akan berikan kepada anak, misalnya ketika
orang tua mengajarkan anak untuk membaca doa-doa harian sebelum dan sesudah
berkegiatan, orang tua harus mengimplementasikan atau mempraktekan kegiatan
tersebut sehari-hari supaya anak bisa mencontoh kebiasaan baik yang dilakukan
orang tua.
Dalam menyelaraskan pola asuh orang tua dan sekolah, IF1 dan IF2
menjelaskan bahwa TK Ihya As-Sunnah mengadakan kegiatan rutin berupa
parenting orang tua yang diadakan satu bulan sekali. Pada kegiatan tersebut akan
disosialisasikan terkait tema yang diadakan pada setiap bulan, sehingga orang tua
akan mengetahui mengenai yang sedang dipelajari oleh anak disekolah. Dengan
adanya kegiatan tersebut, diharapkan para orang tua bisa mengikuti pola asuh
yang sesuai dengan sekolah berupa melaksanakan pembiasaan serta pemberian
pijakan-pijakan akan sesuai dengan yang dilaksanakan di TK Ihya As-Sunnah.
File pdf yang berkaitan dengan tema (materi TFP) akan dikirimkan kepada setiap
orang tua, untuk menjadikan bekal dan arahan bagi orang tua dalam mengenalkan
nilai-nilai moral yang berkaitan dengan tema.
70

Selain adanya kegiatan parenting yang dilaksanakan setiap bulan, IF1


mengungkapkan adanya kegiatan Sekolah Orangtua Santri (SOS) yang diadakan
untuk umum, namun lembaga sekolah lebih memprioritaskan untuk para orangtua
siswa dari TK Ihya As-Sunnah. IF1 juga menjelaskan, kegiatan SOS itu sendiri
terdiri dari 8 tahapan, setiap orang tua diwajibkan mengikuti kegiatan SOS pada
tahap pertama dan pembiayaan nya juga sudah termasuk kedalam biaya
pendaftaran sekolah diawal. Untuk tahapan selanjutnya akan dikenakan biaya
kembali, dan akan kembali kepada masing-masing orangtua akan mengikuti atau
tidak. Narasumber dari kegiatan SOS biasanya terdiri dari psikolog, dokter dan
dosen.
Selain adanya faktor pendukung, tentu ada juga faktor-faktor penghambat
dalam perkembangan moral anak usia dini di TK Ihya As-Sunnah. IF1 dan IF2
menjelaskan bahwa sebaliknya dari pembahasan diatas, apabila pola asuh yang
digunakan dirumah tidak sinkron dengan di sekolah, itu akan menjadi penghambat
pada perkembangan moral anak. Anak akan mengalami kebingungan dan
kesulitan dalam menginternalisasikan nilai-nilai yang sudah diajarkan disekolah.
IF2 menjelalaskan, keterlibatan orang tua dalam mendukung penanaman nilai-
nilai moral sangat penting, karena akan menentukan sikap anak dimasa depan.
Ketika orang tua tidak terlibat secara memadai dalam memberikan dukungan
untuk perkembangan moral anak, hal tersebut akan menyulitkan kemajuan
perkembangan moral anak di masa depan.
Adapun faktor penghambat lain yang diungkapkan oleh IF1 yaitu dari era
digital. Pada zaman ini era digital semakin maju, semua orang akan berpacu pada
tekonologi, yang berdampak positif dan negatif pada setiap manusia. Hal tersebut
juga akan menjadi tantangan kepada orang tua untuk selalu melakukan
pengawasan dalam penggunaan teknologi bagi anak usia dini. Kemudahan yang
diberikan internet dalam mengakses berbagai hal termasuk tontonan yang anak
sendiri tidak tahu apakah itu baik untuk dirinya atau tidak. Maka dari itu,
penanaman nilai-nilai moral perlu dihadirkan sejak dini, agar anak tidak mudah
terpengaruh dengan hal-hal negatif yang ada dalam teknologi.
71

4.3 Pembahasan
Dalam pembahasan hasil penelitian, peneliti berusaha untuk memberikan
analisis objektif dan mendalam mengenai hasil temuan di lapangan. Agar tidak
terjadi kesalahan dalam menginterpretasi, peneliti mengungkapkan konsep dan
teori serta pandagan beberapa ahli yang relevan dengan data hasil lapangan.
Kemudin analisis dan pembahasan hasil temuan ini disusun dengan sistematis
sesuai dengan susunan rumusan masalah berikut:
4.3.1 Program Penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam
Meningkatkan Perkembangan Moral Anak Usia 5-6 Tahun
TK Ihya As-Sunnah merupakan lembaga pendidikan dalam naungan
Yayasan Ma’had Ihya As-Sunnah yang memiliki layanan program penghafalan
Al-Qur’an bagi peserta didik. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa yang
mendasari TK Ihya As-Sunnah dalam pembuatan program penghafalan Al-Qur’an
berlandasan dari hadits shahih riwayat Bukhari:
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-
Qur’an dan mengajarkannya”.
Dalam mengajarkan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah, guru tidak hanya
mengajak anak untuk sekedar menghafal lafadz Al-Qur’an saja, tetapi guru
menjelaskan terkait kandungan atau makna dari setiap surat yang dihafalkan,
dengan harapan anak-anak bisa mengamalkannya. Selaras dengan tafsiran dari
Shihab (dalam Aziz, 2017) menyatakan bahwa sebagai umat islam memiliki
tanggung jawab besar serta diwajibkan untuk menaruh perhatian terhadap Al-
Qur’an dalam menjaga kemurnian Al-Qur’an serta mengamalkan isi
kandungannya.
Metode penghafalan Al-Qur’an yang dilaksaksanalan di TK Ihya As-
Sunnah secara klasikal menggunakan metode talqin, dimana guru akan
membacakan ayat terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan anak meniru secara
berulang-ulang. Untuk memudahkan penghafalan, guru akan memotong ayat
menjadi bagian-bagian kecil. Potongan ayat-ayat tersebut dibacakan oleh guru dan
akan diikuti oleh anak secara berulang-ulang. Apabila semua potongan ayat sudah
lancar, guru akan menggabungkan menjadi satu ayat yang utuh dan dibacakan
secara bersama-sama.
72

Program yang dilaksanakan dalam penghafalan Al-Qur’an terdiri dari dua


bagian, yaitu program hafalan rutin dan program hafalan spontan. program
hafalan Al-Qur’an rutin yang dilaksanakan itu berlangsung setiap hari yang di
pimpin oleh guru tahfidz masing-masing kelompok. Kegiatan yang dilakukan
berupa penambahan ayat dan muroja’ah (pengulangan hafalan sebelumnya).
Selain itu, ada program hafalan rutin lainnya seperti muroja’ah bersama yang
dilaksanakan per unit (5 kelompok). Selain program hafalan rutin, adapun
program hafalan spontan yaitu adanya games seperti tebak-tebakan surat,
menebak nama surat, melanjutkan ayat dan lain sebagainya. Hal itu dilaksanakan
sebagai upaya untuk menghilangkan rasa jenuh dan menjaga semangat anak
dalam menghafal Al-Qur’an. Selain itu, kegiatan tersebut sesekali dilaksanakan
untuk mengisi waktu luang saat proses kegiatan belajar.
4.3.2 Penanaman Nilai-Nilai Moral pada Anak Penghafal Al-Qur’an di TK
Ihya As-Sunnah
Menurut Lickona (dalam Aprily dkk, 2021) pendidikan karakter mencakup
tiga unsur utama, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai
kebaikan (desiring the good), dan melaksanakan kebaikan (doing the good). Maka
pendidikan karakter yang baik bukan hanya melibatkan aspek pengetahuan yang
baik saja (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik (moral
feeling), yang akhirnya menjadi berperilaku yang baik (moral action).
Moral knowing merujuk pada pemahaman mengenai konsep moral, yang
meliputi kesadaran terhadap apa yang dianggap baik dan buruk, pengetahuan
mengenai nilai-nilai moral, pemahaman tentang dasar-dasar moral, kemampuan
berpikir moral, pengambilan keputusan moral, dan pengenalan terhadap nilai-nilai
diri. Oleh karena itu, para pendidik atau orang dewasa yang berada di sekitar anak
memiliki tanggung jawab untuk merangsang kemampuan anak-anak dalam
mengenali situasi-situasi yang mereka hadapi, melatih mereka untuk memilih
tindakan yang benar.
Di sisi lain, moral feeling mengacu pada perasaan-perasaan yang berkaitan
dengan moralitas, termasuk hati nurani, harga diri, kemampuan untuk merasakan
empati, kasih sayang terhadap kebaikan, kemampuan mengendalikan diri, dan
sikap rendah hati. Ini adalah perasaan-perasaan yang mendorong individu untuk
73

mengikuti prinsip-prinsip moral dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral


yang mereka anut.
Dan terakhir, moral action mengacu pada tindakan-tindakan yang memiliki
dimensi moral. Tindakan-tindakan ini merupakan hasil dari pemahaman dan
perasaan moral, yang tercermin dalam kemampuan, keinginan, dan kebiasaan
seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral. Segala pengetahuan
dan perasaan yang dimiliki akan dipertimbangkan dalam konteks keadaan dan
fakta yang relevan, sehingga individu memiliki kemauan untuk bertindak sesuai
dengan nilai-nilai moral yang mereka anut.
Sedangkan menurut Atabik (dalam Khoironi 2017 hlm 86) ada 5 metode
dalam pendidikan karakter sebagai berikut:
1) Pendidikan dengan keteladanan
Orang tua yang telah memberikan keteladanan yang baik kepada anak,
tidak boleh merasa sudah menunaikan segala tanggung jawab pendidikan
anaknya. Artinya keteladanan diberikan secara terus-menerus sehingga
keteladanan tersebut dapat membentuk karakter anak.
2) Pendidikan dengan kebiasaan (pengulangan)
Dalam mendidik anak usia dini, seorang pendidik baik orang tua maupun
guru, dapat meminta seorang anak kecil (anak usia dini) untuk mengulang
apa yang telah dia dapatkan dari pendidik berupa praktik yang telah
dilakukan bersama mereka sebelumnya.
3) Pendidikan dan nasihat
Pendidikan dan nasihat dapat diberikan melalui kegiatan bercerita.
Menurut Atabik, metode cerita (kisah) ini sangat efektif dalam mendidik
anak usia dini, sebab mereka memiliki tingkat penasaran tinggi, sehingga
ketika mereka mendengar sesuatu yang baru, maka mereka akan
memperhatikan dengan seksama apa yang dikisahkan oleh pendidik, dalam
hal ini guru atau orang tua. Di akhir cerita seorang pendidik dapat
menunjukkan hikmah di balik kisah yang baru saja diceritakan. Sehingga
sejak dini mereka telah mendapatkan nilai-nilai pendidikan.
4) Pendidikan dengan memberikan perhatian dan pengawasan
74

Perhatian kepada anak dan mengontrol yang dilakukan oleh pendidik


adalah asas pendidikan yang utama. Jika melihat sesuatu yang baik,
dihormati, maka sang anak terus didorong untuk melakukannya. Jika
melihat sesuatu yang jahat, maka harus dicegah, diberi peringatan dan
dijelaskan akibatnya.

Pada penelitian ini, peneliti menemukan fakta di TK Ihya As-Sunnah bahwa


dalam proses penanaman nilai-nilai moral hampir sama dengan teori-teori
pendidikan karakter diatas. Dalam prosesnya, penanaman nilai-nilai moral di TK
Ihya As-Sunnah mencankup 3 (tiga) unsur utama yang saling mendukung dan
berkaitan satu sama lain yaitu, keteladanan, pemberian pemahaman terkait nilai-
nilai moral dan yang terakhir latihan pembiasaan dan pemberian pijakan.
4.3.2.1 Keteladanan
Dalam penelitian ini terungkap bahwa langkah pertama dan terpenting dalam
menanamkan nilai-nilai moral di TK Ihya As-Sunnah adalah menggunakan
metode keteladanan dari semua guru-guru. Salah satu visi dan misi TK Ihya As-
Sunnah tertulis bahwa guru sebagai fasilitator, motivator dan evaluator dalam
pelaksanaan pendidikan. Maka dari itu keberadaan guru dalam proses pendidikan
sangat penting, terutama dalam penanaman nilai-nilai moral kepada anak usia
dini. Pelaksanaan penanaman nilai-nilai moral dimulai dari pemberian
pemahaman akan nilai-nilai moral itu sendiri serta latihan pembiasaan-
pembiasaan akan selalu berkaitan dengan keteladaan guru.
Dalam proses penanaman nilai-nilai moral akan terasa kurang maksimal
apabila tidak diukung dengan contoh nyata dari setiap guru. Karena apa yang
dilakukan oleh guru akan dicontoh dan diikuti oleh anak usia dini. Hal tersebut
selaras dengan pendapat Supriyanto (2015) beberapa cara yang harus dilakukan
oleh orang tua dan pendidik untuk mengembangkan sikap-sikap moral dan agama
pada anak yaitu memberi contoh kepada anak. Apabila menginkan anak memiliki
perilaku dan pembiasaan yang baik, guru diharuskan untuk menunjukan sikap
yang baik dan mengimplementasikan pembiasaan-pembiasaan baik itu sendiri.
Sebagai contoh, apabila menginginkan anak memiliki adab makan yang
baik, maka guru itu sendiri yang harus memberikan contoh seperti tidak makan
sambil berdiri, menggunakan tangan kanan, tidak mengobrol saat makan, dan lain
75

sebagainya. Selaras dalam pendapat Supriyanto (2015) menyebutkan bahwa


dalam pengembangan aspek nilai-nilai agama dan moral anak usia dini harus
dilakukan dengan kegiataan pembiasaan rutin dan keteladanan yang dilakukan
sehari-hari.
4.3.2.2 Pemberian Pemahaman Terkait Nilai-Nilai Moral
Dalam mengembangkan aspek pengetahuan nilai-nilai moral anak, guru akan
memberikan pemahaman kepada anak dari kegiatan circle time, mulok PAI dan
asbabun nuzul dalam kegiatan tahfidzul Qur’an. Sumber utama dalam pemberian
materi-materi pengetahuan moral yang diadakan di TK Ihya As-Sunnah
bersumber dari Al-Qur’an, hadits, dan buku-buku.
Pemberian pengetahuan atau pemahaman akan nilai-nilai moral termasuk
kepada unsur moral knowing. Menurut Lickona dalam (dalam Aprily, dkk. 2021)
Moral knowing merujuk pada pemahaman mengenai konsep moral, yang meliputi
kesadaran terhadap apa yang dianggap baik dan buruk, pengetahuan mengenai
nilai-nilai moral, pemahaman tentang dasar-dasar moral, kemampuan berpikir
moral, pengambilan keputusan moral, dan pengenalan terhadap nilai-nilai diri.
Kegiatan yang pertama dalam pemberian pemahaman nilai-nilai moral yaitu
pada kegiatan circle time. Kegiatan tersebut merupakan penyampaian materi TFP
(Term, Fact and Principle). Materi TFP berisi tentang informasi mengenai
pengertian, fakta dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan tema. Kegiatan kedua
dalam pemberian pemahaman nilai-nilai moral yaitu penyampaian materi mulok
PAI. Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan materi-materi dasar agama
islam yang sesuai dengan tahapan usia anak-anak. Materi tersebut disajikan dalam
skala yang mudah dicerna untuk anak. Materi-materi keagamaan islam yang
disampaikan di TK Ihya As-Sunnah terdiri dari ibadah praktis, adab, tahfidz,
pembacaan Al-Qur’an, aqidah, bahasa arab, doa harian, dan siroh (kisah Nabi).
Beberapa materi PAI yang disampaikan di TK Ihya As-Sunnah sesuai dengan
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.137 tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut: 1)
Mengenal agama yang dianut, 2) Mengerjakan ibadah, 3) Berperilaku jujur,
penolong, sopan, hormat, sportif, dan sebagainya, 4) Menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, 5) Mengetahui hari besar agama, 6) Menghormati (toleransi) agama
76

orang lain. Dan kegiatan yang ketiga, yaitu terdapat dalam proses penghafalan Al-
Qur’an, yaitu bagian asbabun nuzul. Kegiatan asbabun nuzul merupakan
penyampaian makna atau kandungan dari surat yang dihafalkan oleh anak. Guru
akan menyampaikan makna dan kandungan surat Al-Qur’an sesuai dengan skala
pemahaman anak dan secara garis besar saja.
4.3.2.3 Latihan Pembiasaan dan Pemberian Pijakan
Langkah selanjutnya dalam proses penanaman nilai-nilai moral di TK Ihya
As-Sunnah melalui latihan pembiasaan dan pemberian pijakan. Metode ini
merupakan metode yang terpenting, karena melatih dan membiasakan anak untuk
mengimplementasikan mengenai nilai-nilai moral yang sudah disampaikan oleh
seorang guru dalam kehidupan sehari-hari. Latihan pembiasaan bertujuan untuk
mengembangkan dan menyentuh aspek hati nurani dan kepekaan anak untuk
mempraktekan nilai-nilai moral itu sendiri. Hal termasuk selaras dengan pendapat
Lickona (dalam Aprily, 2019) moral feeling artinya perasaan tentang moral yang
diindikasikan dengan hati nurani, harga diri, empati, mencintai kebaikan,
pengendalian diri dan rendah hati.
Ketika seorang anak sudah memiliki kepekaan atau kesadaran akan nilai-nilai
moral, anak cenderung akan melaksanakan segala aktivitas nya sesuai dengan
nilai-nilai moral yang berlaku. Hal tersebut selaras juga dengan pendapat Lickona
(dalam Aprily, 2019) moral action merupakan tindakan moral yang merupakan
hasil dari moral knowing dan moral feeling, diindikasikan dalam kompetensi,
kemauan dan kebiasaan untuk melakukan. Apa yang diketahui dan dirasakan akan
dipertimbangkan dengan segala keadaan dan fakta yang relevan untuk kemudian
memiliki kehendak untuk bertindak.
Dalam memaksimalkan kegiatan latihan pembiasaan, guru akan memberikan
pijakan-pijakan kepada anak secara terus-menerus. Pengertian pijakan dalam
konteks ini, bisa menjadi pengingat atau teguran untuk mengarahkan anak dalam
segala kegiatannya di sekolah. Pemberian pijakan secara konsisten dilakukan
sebagai bentuk pembiasaan anak terhadap anak agar terbiasa melakukan kegiatan-
kegiatan positif baik disekolah maupun diluar sekolah. Pemberian pijakan secara
tidak langsung merupakan pemberian pengetahuan akan nilai-nilai moral (moral
knowing) yang perlu dibiasakan oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
77

memberikan pijakan yang konsisten, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran


diri anak (moral feeling) untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif yang sesuai
dengan nilai-nilai moral (moral action).
Selain menanamkan nilai-nilai moral kepada anak usia dini, TK Ihya As-
Sunnah juga menanamkan nilai-nilai karakter kepada seluruh peserta didik.
Terdapat 20 karakter utama yang harus ditanamkan oleh guru kepada anak usia
dini bersumber dari buku hasil karya ustadz ma’had Ihya As-Sunnah yang
berjudul ”20 Karakter Guru dan Peserta Didik”. Sebelum guru menyampaikan
atau menanamkan nilai-nilai karakter tersebut kepada anak, guru diberikan
pembekalan dan motivasi dari pihak yayasan ma’had Ihya As-Sunnah agar para
guru memiliki bekal yang mumpuni dan dapat menerapkan karakter-karakter
tersebut pada diri sendiri. Menurut Asy’ari (dalam Huliyah 2016) menjelaskan,
kegiatan menanamkan nilai-nilai karakter meliputi komponen kesadaran,
pemahaman, kepedulian dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-
nilai tersebut.

4.3.3 Pengaruh Penghafalan Al-Qur’an terhadap Pemahaman Nilai-Nilai


Moral Anak Usia Dini
Proses kegiatan penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dibagi
menjadi tiga bagian kegiatan, yaitu penambahan ayat, muroja’ah, dan asbabun
nuzul. Beberapa guru di TK Ihya As-Sunnah melaksanakan kegiatan asbabun
nuzul sebelum memulai penghafalan pada surat yang baru, dengan maksud
menumbuhkan rasa antusias atau penasaran anak akan mempelajari Al-Qur’an.
Tujuan dari kegiatan asbabun nuzul adalah untuk memberikan pemahaman
awal tentang makna atau kandungan surat yang akan anak hafalkan, bisa berupa
materi ataupun menjadi kisah. Selaras dengan yang di kemukakan oleh Atabik
(dalam Khaironi 2017, hlm 86) bahwa metode cerita (kisah) sangat efektif dalam
mendidik anak, karena anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga ketika
mendengar sesuatu yang baru, anak akan memperhatikan dengan seksama apa
yang dikisahkan oleh guru. Di akhir penyampaian kisah, guru dapat menunjukan
atau menyampaikan hikmah dari kisah, sehingga anak dapat mendapatkan nilai-
nilai pendidikan.
78

Dari temuan hasil penelitian peneliti, kegiatan asbabun nuzul akan


berpengaruh pada pemahaman nilai-nilai moral anak, karena melalui kegiatan
tersebut nilai-nilai moral tersampaikan melalui hikmah dari kisah yang dijelaskan
oleh guru tahfidz. Hal tersebut selaras dengan pendapat Firdaus (2017) yang
menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT untuk
menyempurnakan akhlak manusia dan membimbing manusia menuju kebaikan.
Selain pengaruh dari asbabun nuzul, kualifikasi guru tahfidz memiliki peran
penting dalam meningkatkan kualitas penghafalan Al-Qur’an anak usia dini.
Kualifikasi guru tahfidz yang diperhatikan TK Ihya As-Sunnah tidak berfokus
pada jumlah hafalan yang dimiliki oleh seorang guru, tetapi dari kualitas bacaan
Al-Qur’an dan makhraj yang dilafalkan oleh guru tahfidz. Penghafalan Al-Qur’an
dalam tahap usia dini masih dalam proses belajar dan bergantung pada guru
tahfidz-nya dalam memahami cara melafalkan huruf-huruf hijaiyyah dengan
benar. Oleh karena itu, guru tahfidz harus memiliki pemahaman yang mendalam
tentang bacaan Al-Qur'an dan mampu mengajarkan dengan baik agar penghafalan
anak-anak lebih efektif.

4.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral pada Anak


Penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada anak usia dini
di TK Ihya As-Sunnah terdiri dari faktor pendukung dan penghambat. Faktor
pendukung yang pertama yaitu adanya figur atau keteladanan dari para guru.
Sikap, tutur kata dan pembiasaan positif yang dilakukan oleh guru secara
konsisten, akan memberikan contoh nyata kepada anak yang diharapkan akan
diikuti oleh anak-anak. Selaras dengan yang di kemukakan oleh Supriyanto
(2015) salah satu cara untuk mengembangkan perkembangan moral dan agama
pada anak usia dini, yaitu memberi contoh kepada anak. Anak usia dini memiliki
sifat suka meniru, maka anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang
sekitar anak.
Faktor pendukung yang kedua yaitu kesamaan pola asuh antara di sekolah
dan dirumah. Orang tua sebisa mungkin untuk mengikuti pola asuh yang
diterapkan di sekolah, guna menciptakan konsistensi dalam pembiasaan-
79

pembiasaan positif di sekolah maupun di rumah. Pembiasaan dan pemberian


pijakan-pijakan yang sering diberikan guru harus diikuti oleh orang tua di rumah,
dalam upaya untuk menstimulus dan memperkuat pengenalan nilai-nilai moral
anak. Aspek moral itu tidak cukup dengan pemberian ilmu pengetahuan saja,
tetapi harus adanya pembiasaan yang konsisten dilakukan oleh seseorang. Kedua
faktor tersebut selaras dalam pendapat Supriyanto (2015) menyebutkan bahwa
dalam pengembangan aspek nilai-nilai agama dan moral anak usia dini harus
dilakukan dengan kegiataan pembiasaan rutin dan keteladanan yang dilakukan
sehari-hari.
Selain faktor pendukung, adapun faktor penghambat yang mempengaruhi
perkembangan moral anak usia dini di TK Ihya As-Sunnah, yaitu yang pertama
pola asuh yang diterapkan tidak sinkron antara disekolah dan dirumah. Apabila
pembiasaan-pembiasaan positif yang diajarkan di sekolah tidak didukung dengan
diterapkan dirumah, maka anak akan mengalami kesulitan dalam memahami dan
menerapkan akan pembiasaan-pembiasaan positif tersebut. Keterlibatan orang tua
dalam mendukung penanaman nilai-nilai moral sangat penting, karena orang tua
merupakan lingkungan pertama bagi anak. Apabila orang tua kurang terlibat
dalam mendukung perkembangan moral anak, itu akan menghambat dalam proses
perkembangan moral anak nantinya.
Faktor penghambat yang kedua yaitu berasal dari dampak era digital. Di era
digital saat ini, perkembangan teknologi terus maju pesat, dan hal ini memiliki
dampak positif maupun negatif bagi masyarakat terutama anak usia dini.
Fenomena ini juga memberikan tantangan bagi orang tua dalam mengawasi
penggunaan teknologi oleh anak-anak usia dini. Hal tersebut selaras dengan
pendapat Elvaretta (2021) penggunaan internet bagi anak usia dini harus selalu
dipantau dan orangtua atau orang dewasa sekitar anak harus bisa bijak dalam
memilih konten yang akan diberikan atau ditampilkan kepada anak usia dini.
Internet memberikan akses mudah ke berbagai konten, termasuk yang mungkin
tidak cocok bagi perkembangan anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi orang
tua untuk menanamkan nilai-nilai moral sejak usia dini, agar anak-anak tidak
mudah terpengaruh oleh aspek negatif dari teknologi.
80

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI


5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengambilan data mengenai program dan
proses TK Ihya As-Sunnah dalam menstimulus perkembangan moral anak usia
dini, peneliti memperoleh suatu simpulan yaitu:
1) 1Program Penghafalan Al-Qur'an di TK Ihya As-Sunnah dilandasi oleh
hadits shahih riwayat Bukhari yang menyatakan pentingnya mempelajari
dan mengajarkan Al-Qur'an. Guru tidak hanya mengajarkan hafalan lafadz
81

Al-Qur'an, tetapi juga menjelaskan makna atau kandungan setiap surat


yang dihafal agar anak bisa mengamalkannya. Metode penghafalan yang
digunakan adalah metode talqin, di mana ayat dibacakan oleh guru dan
akan ditiru oleh anak secara berulang-ulang.
2) Penanaman Nilai-Nilai Moral pada Anak Penghafal Al-Qur'an di TK Ihya
As-Sunnah melibatkan tiga unsur utama dalam pendidikan karakter: moral
knowing, moral feeling, dan moral action. Guru memberikan keteladanan,
mengajarkan pemahaman terkait nilai-nilai moral, dan melakukan latihan
pembiasaan serta memberikan pijakan untuk mendorong implementasi
nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman ini juga
melibatkan keterlibatan orang tua dengan pola asuh yang konsisten
3) Pengaruh penghafalan Al-Qur'an terhadap pemahaman nilai-nilai moral
anak usia dini dijelaskan melalui metode asbabun nuzul, di mana makna
atau kandungan surat dijelaskan sebelum penghafalan dimulai. Faktor
kualifikasi guru tahfidz juga berpengaruh dalam meningkatkan kualitas
penghafalan Al-Qur'an anak.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral anak usia dini di
TK Ihya As-Sunnah meliputi faktor pendukung seperti figur guru sebagai
keteladanan, dan kesamaan pola asuh antara sekolah dan rumah. Faktor
penghambat mencakup ketidaksinkronan pola asuh serta dampak era
digital yang mempengaruhi penggunaan teknologi oleh anak usia dini.

5.2 Implikasi
Implikasi dari penelitian ini bisa mencakup rekomendasi bagi pendidik dan
orang tua untuk bekerja sama dalam memperkuat nilai-nilai moral, terutama
melalui pemodelan perilaku yang konsisten, komunikasi, dan pengawasan paparan
teknologi anak. Integrasi program penghafalan Al-Qur'an dengan pendidikan
moral menjadi pendekatan holistik dalam membentuk individu yang berakhlak
baik.
82

5.3 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dipaparkan, maka
peneliti memberikan rekomendasi yang disampaikan untuk pihak-pihak yang
terkait:
1) Bagi orang tua, penelitian ini dapat di jadikan pijakan dalam
pendidikan terutama dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak
usia dini. Pola asuh yang diterapkan orang tua sebisa mungkin
menyesuaikan dengan pola asuh sekolah, kolaborasi ini akan
membantu memperkuat dalam pembentukan nilai positif dalam
kehidupan anak.
2) Bagi pendidik, penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran
terkait metode-metode yang di berikan untuk menstimulus bidang
keagamaan islam dan moral.
3) Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan referensi atau
bahan perbandingan dalam mengembangkan perkembangan moral
pada anak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA
Afnita, J., & Latipah, E. (2021). Perkembangan Moral Anak Usia Dini Usia 0-6
Tahun dan Stimulasinya. Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak,
289-306.
83

Afrizal. (2014). Metode penelitian kualitatif: Sebuah upaya mendukung


penggunaan penelitian kualitatif dalam berbagai disiplin ilmu. PT
RajaGrafindo Persada.

Agoestine, T. Y. (2019). Pelaksanaan Program Tahfizh Al-Qur‟ an dalam


Menangani Moralitas Siswa di SMP Islam Terpadu Insan Madani Bongas
Indramayu.

Anggraini, W., & Syafril, S. (2018). Pengembangan Nilai–Nilai Moral dan


Agama pada Anak Usia Dini.

Aprily, N. M. (2019). Pendidikan Karakter di Pesantren: Studi Kasus di Pondok


Pesantren Cipari Kabupaten Garut (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).

Aprily, N. M., Rizqi, A. M., & Purwati, P. (2021). Cageur Bageur Bener Pinter
Singer: Filosofi Pengasuhan Sunda Dalam Pendidikan Karakter Di Raudhatul
Athfal (Ra). JIV-Jurnal Ilmiah Visi, 16(1), 11-24.

Arifin, Z. (2011). Pendidikan Moral Dalam Multi Perspektif. State Islamic


University of Sultan Syarif Kasim II.

Ariska, T., Halida, H., & Lukmanulhakim, L. Analisis Pengembangan Moral pada
Anak Usia 5-6 Tahun di TK Kemala Bhayangkari 13 Pontianak Kota. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 8(2).

Auliya, F., Pranoto, Y. K. S., & Sunarso, A. (2020). Kecerdasan Moral Anak Usia
Dini. Penerbit NEM.

Aziz, J. A. (2017). Pengaruh Menghafal Al-Quran Terhadap Pembentukan


Karakter Peserta Didik Di Roudhotul Atfal (RA) Jamiatul Qurra
Cimahi. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 2(1),
1-15.

Babel.kemenag.go.id. (2018, 22 Februari). Nilai-Nilai Karakter Dalam Al-Qur’an.


Diakses dari https://babel.kemenag.go.id/id/opini/574/Nilai-nilai-Karakter-
Dalam-Al-Qur’an.
84

BP-PAUD, T. P., & BP-PAUD, T. P. (2018). Panduan penilaian perkembangan


nilai agama dan moral pada kelompok anak usia 5-6 tahun: berbasis
kurikulum 2013.

Cresswell, J. W. (2014). Research Design Qylitative, Quantitative, and Mixed


Methods Approaches (4 ed.). Sage.

Damayanti, D. (2022). Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Kegiatan Nyaba Ka


Lemburr di RA Al-Biruni Majalengka. Skripsi. Universitas Pendidikan
Indonesia.

Detik.com. (2022, 22 Maret). Duh! Balita 3 Tahun di Gunungkidul Kecanduan


Rokok, Ngamiuk Jika Tak Dituruti. Diakses dari
https://www.detik.com/jateng/jogja/d-5995489/duh-balita-3-tahun-di
gunungkidul-kecanduan-rokok-ngamuk-jika-tak-dituruti.

Elvaretta, L. (2021). Bahaya Internet Bagi Anak Dibawah Umur serta Dampak
yang akan terjadi Ketika Seseorang Anak Kecanduan Handphone. Karya
ilmiah. MA Bilingual Muslimat NU Sidoarjo.

Firdaus, I. A. (2017). Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an (Kajian


Tafsir Surat al-Hujurat ayat 9-13) (Bachelor's thesis, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan).
Gumilar, S. T. (2015). Analisis Nilai Moral Pada Tokoh Utama Réda Dalam Film
Le Grand Voyage (Lgv) Karya Ismaël Ferroukhi (Doctoral dissertation,
Universitas Pendidikan Indonesia).
Harahap, I. M. S. (2017). Upaya meningkatkan perkembangan moral anak usia 5-
6 tahun melalui metode bercerita di tk nurul ihsan ilmi Medan
Tembung (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).

Herma, T., & Kusyairy, U. (2020). Analisis Penerapan Metode Tabarak


Menghafal Al-Qur’an Juz 30 Di Sekolah Tahfidz Al-Husna Balita Dan Anak
Makassar. NANAEKE: Indonesian Journal of Early Childhood Education,
3(1), 37-48.

Huliyah, M. (2016). Hakikat pendidikan anak usia dini. As-Sibyan: Jurnal


Pendidikan Anak Usia Dini, 1(01), 60-71.
85

Huliyah, M. (2021). Strategi Pengembangan Moral dan Karakter Anak Usia Dini.
Jejak Pustaka.
Istiqomah, L. (2020). Implementasi Budaya Religius dalam Mengembangkan
Moralitas Siswa Melalui Hafalan Satu Hari Satu Ayat Juz’ama di MI Ma’arif
Kadipaten Ponorogo (Doctoral dissertation, IAIN PONOROGO).

Karlina, H., Sopian, A., & Fatkhullah, F. K. (2023). Analisis Pendidikan Moral
Dari Perspektif Agama, Filsafat, Psikologi Dan Sosiologi. Naturalistic:
Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 7(2), 1699-
1709.

Kemendikbud. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Khaironi, M. (2017). Pendidikan Moral Pada Anak Usia Dini. Jurnal Golden
Age, 1(01), 1-15.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia. (2022, 24 Januari). Catatan Pelanggaran


Hak Anak Tahun 2021 dan Proyeksi Pengawasan Penyelenggaraan
Perlindungan Anak Tahun 2022. Diakses dari
https://www.kpai.go.id/publikasi/catatanpelanggaran-hak-anak-tahun-2021-
dan-proyeksi-pengawasan penyelenggaraan-perlindungan-anak-tahun-2022

Lickona, T. (2022). Character matters (Persoalan karakter): Bagaimana


membantu anak mengembangkan penilaian yang baik, integritas, dan
kebajikan penting lainnya. Bumi Aksara.

Lubis, A. M., & Ismet, S. (2019). Metode Menghafal Alquran Pada Anak Usia
Dini di Tahfidz Center Darul Hufadz kota Padang. Aulad: Journal on Early
Childhood, 2(2), 8-14.

Manik, W., & Fisabilillah, I. (2021). Peran Program Tahfiz Alquran Dalam
Meningkatkan Perilaku Belajar Terhadap Anak Dan Remaja. WARAQAT:
Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 6(2), 58-65.

Maskur, A. (2018). Pembelajaran Tahfidz Alquran Pada Anak Usia Dini. IQ (Ilmu
Al-qur'an): Jurnal Pendidikan Islam, 1(02), 188-198.
86

Moleong, L J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Murdiono, M. (2008). Metode penanaman nilai moral untuk anak usia dini. Jurnal
Kependidikan: Penelitian Inovasi Pembelajaran, 38(2).

Muthoharoh, F. (2019). Implementasi Pengembangan Nilai-Nilai Agama dan


Moral Anak Usia Dini di Kelompok TK-B Sekolah Alam Bintaro Tahun
Ajaran 2018/2019 (Bachelor's thesis, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta).

Raco, J. (2018). Metode penelitian kualitatif: jenis, karakteristik dan


keunggulannya. https://doi.org/10.31219/osf.io/mfzuj

Robiah, E. (2022). Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini (Sudi
Etnografi pada Kearifan Lokal Kampung Naga). Skripsi. Universitas
Pendidikan Indonesia.

Rubini, R. (2019). Pendidikan Moral Dalam Perspektif Islam. AL-MANAR: Jurnal


Komunikasi dan Pendidikan Islam, 8(1), 225-271.

Sa’dullah, 2010. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press.
Kusmarni, Y. (2012). Studi kasus. UGM Jurnal Edu UGM Press, 2

Sajawandi, L. (2015). Dampak Aplikasi Model Pembelajaran Rumah Qurani


Dalam Meningkatkan Perkembangan Moral Anak Di Kelas Dan Kemampuan
Menghafal Ayat Al Quran di TK Plus Al-burhan Pekalongan. Jurnal
Educhild: Pendidikan dan Sosial, 4(1), 28-34.

Septiana, D. A., & Syafrudin, U. (2022). Implementasi Pengembangan Moral


Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal Pendidikan Anak, 8(1), 17-30.

Shofa, M. N. (2017). Penanaman pendidikan karakter untuk anak usia dini. Jurnal
Thufula IAIN Kudus, 5(1), 64-80.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Metode Penelitian


Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D), 308.
87

Supriyanto, D. (2015). Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak dan


Pendidikan Keagamaan Orangtua. MODELING: Jurnal Program Studi
PGMI, 2(2), 66-75.

Tribunnews.com. (2016, 24 Januari). Kasus Bullying di Lampung, Anak TK


Rebut Bekal Temannya lalu Diinjak-injak. Diakses dari
https://lampung.tribunnews.com/2016/01/24/kasus-bullying-di-lampunganak-
tk-rebut-bekal-temannya-lalu-diinjak-injak.

Wulandari, I. (2022). Konsep Pendidikan Moral Dalam Menghafal Al-Qur’an


Menurut Imam Nawawi. Nihaiyyat: Journal of Islamic Interdisciplinary
Studies, 1(1), 1-6.

LAMPIRAN
1. Lampiran I : SK Pembimbing Skripsi
88

2. Lampiran II : Surat Izin Penelitian


3. Lampiran III : Pedoman Wawancara
4. Lampiran IV : Pedoman Observasi
5. Lampiran V : Hasil Wawancara
6. Lampiran VI : Hasil Observasi
7. Lampiran VII:Dokumentasi Penelitian

Lampiran I: SK Pembimbing Skripsi


89
90
91
92

Lampiran II: Surat Izin Penelitian


93
94

Lampiran III: Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara

(Kisi-kisi Instrumen Wawancara Kepada Wakil Kepala Sekolah)

1. Bagaimana program penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam


meningkatkan perkembangan moral anak usia 5-6 tahun
 Landasan filosofis TK Ihya As-Sunnah mengadakan program
hafalan Al-Qur’an (Tahfidz Al-Qur’an) bagi anak usia dini
 Metode hafalan Al-Qur’an yang efektif digunakan untuk anak usia
5-6 tahun di TK Ihya As-Sunnah
 Program hafalan Al-Qur’an rutin yang di adakan di TK Ihya As-
Sunnah
 Program hafalan Al-Qur’an spontan yang diadakan di TK Ihya As-
Sunnah
 Kendala dalam menjalankan program hafalan Al-Qur’an bagi anak
usia 5-6 tahun di TK Ihya As-Sunnah
 Apakah ada target khusus pencapaian hafalan Al-Qur’an tiap
tahunnya di TK Ihya As-Sunnah
2. Bagaimana penanaman nilai-nilai moral pada anak penghafal Al-Qur’an di
TK Ihya As-Sunnah
 Visi Misi TK Ihya As-Sunnah
 Kurikulum yang digunakan di TK Ihya As-Sunnah
 Seberapa penting penanaman nilai-nilai moral bagi TK Ihya As-
Sunnah
 Metode khusus atau khas yang digunakan oleh tenaga pendidik di
TK Ihya As-Sunnah dalam menanamkan dan menstimulus nilai-
nilai moral anak
 Strategi pengajaran yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai
moral kepada anak penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah
 Kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk menstimulus
perkembangan moral anak penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-
95

Sunnah
 Nilai-nilai moral yang dikembangkan secara dominan di TK Ihya
As-Sunnah
 Bentuk intervensi dan habituasi dalam penanaman nilai-nilai moral
yang diterapkan di TK Ihya As-Sunnah
3. Bagaimana penghafalan Al-Qur’an mempengaruhi pemahaman nilai-nilai
moral anak usia 5-6 tahun
 Proses penghafalan Al-Qur’an usia 5-6 tahun di TK Ihya As-
Sunnah
 Strategi khusus yang digunakan dalam meningkatkan pemahaman
nilai-nilai moral bagi anak usia 5-6 tahun disaat proses penghafalan
Al-Qur’an
 Kualifikasi guru tahfidz yang digunakan di TK Ihya As-Sunnah
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral pada
anak penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah
 Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan penanaman
nilai-nilai moral pada anak penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-
Sunnah
 Pembekalan yang diberikan kepada tenaga pendidik dalam
menstimulus perkembangan moral anak penghafal Al-Qur’an di
TK Ihya As-Sunnah
 Peraturan khusus bagi seluruh tenaga pendidik yang akan
membantu memaksimalkan penanaman nilai-nilai moral bagi anak
di TK Ihya As-Sunnah

(Kisi-kisi Instrumen Wawancara Kepada Guru Wali Kelas B5)


96

1. Bagaimana penanaman nilai-nilai moral pada anak penghafal Al-Qur’an di


TK Ihya As-Sunnah
 Metode khusus atau khas yang digunakan oleh tenaga pendidik di
TK Ihya As-Sunnah dalam menanamkan dan menstimulus nilai-
nilai moral anak
 Strategi pengajaran yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai
moral kepada anak penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah
 Kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk menstimulus
perkembangan moral anak penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-
Sunnah
 Nilai-nilai moral yang dikembangkan secara dominan di TK Ihya
As-Sunnah
 Bentuk intervensi dan habituasi dalam penanaman nilai-nilai moral
yang diterapkan di TK Ihya As-Sunnah
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral pada
anak penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah
 Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan penanaman
nilai-nilai moral pada anak penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-
Sunnah
 Pembekalan yang diberikan kepada tenaga pendidik dalam
menstimulus perkembangan moral anak penghafal Al-Qur’an di
TK Ihya As-Sunnah
 Bagaimana peran antara guru wali kelas dan guru pendamping
dalam menstimulus perkembangan moral anak pernghafal Al-
Qur’an di TK Ihya As-Sunnah
 Peraturan khusus bagi seluruh tenaga pendidik yang akan
membantu memaksimalkan penanaman nilai-nilai moral bagi anak
di TK Ihya As-Sunnah

(Kisi-kisi Instrumen Wawancara Kepada Guru Tahfidz B5)


97

1. Bagaimana program penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam


meningkatkan perkembangan moral anak usia 5-6 tahun
 Metode hafalan Al-Qur’an yang efektif digunakan untuk anak usia
5-6 tahun di TK Ihya As-Sunnah
 Program hafalan Al-Qur’an rutin yang di adakan di TK Ihya As-
Sunnah
 Program hafalan Al-Qur’an spontan yang diadakan di TK Ihya As-
Sunnah
 Kendala dalam menjalankan program hafalan Al-Qur’an bagi anak
usia 5-6 tahun di TK Ihya As-Sunnah
 Apakah ada target khusus pencapaian hafalan Al-Qur’an tiap
tahunnya di TK Ihya As-Sunnah
2. Bagaimana penghafalan Al-Qur’an mempengaruhi pemahaman nilai-nilai
moral anak usia 5-6 tahun
 Proses penghafalan Al-Qur’an usia 5-6 tahun di TK Ihya As-
Sunnah
 Strategi khusus yang digunakan dalam meningkatkan pemahaman
nilai-nilai moral bagi anak usia 5-6 tahun disaat proses penghafalan
Al-Qur’an
 Cara guru tahfidz dalam mengatasi kejenuhan saat menghafal Al-
Qur’an
98

Lampiran IV: Pedoman Observasi


Pedoman Observasi

Tingkat Indikator Hasil Observasi


Pencapaian Dilaksanakan Tidak
Perkembangan Dilaksanakan
Moral Anak Usia
5-6 Tahun
Mempercayai a. Mengucapkan kalimat
adanya Tuhan pujian terhadap ciptaan
melalui ciptaan- Tuhan
Nya b. Percaya adanya
ciptaan-ciptaan Tuhan
c. Percaya sifat-sifat
tuhan sebagai pencipta
d. Percaya agama yang
dianutnya
Menghargai diri a. Bersyukur terhadap
sendiri, orang lain dirinya
dan lingkungan b. Merawat tanaman dan
sekitar sebagai binatang ciptaan
rasa syukur Tuhan
kepada Tuhan c. Bersyukur terhadap
lingkungan (teman,
orang tua, guru)
d. Saling menghargai
(toleransi)
Memiliki perilaku a. Berpeilaku jujur dalam
yang perkataan
mencerminkan b. Berperilaku jujur
sikap jujur dalam perbuatan
Mengenal dan a. Mengetahui doa-doa
menunjukkan (doa sebelum dan
kegiatan sesudah belajar, doa
beribadah sehari- sebelum dan sesudah
hari dengan makan, doa sebelum
tuntunan orang dan sesudah tidur, doa
dewasa untuk kedua orang tua)
sesuai agama yang
dianut
b. Melakukan kegiatan
berdoa (doa sebelum
dan sesudah belajar,
doa sebelum dan
sesudah makan, doa
sebelum dan sesudah
tidur, doa untuk kedua
99

orang tua)
c. Mengetahui tata cara
ibadah sesuai agama
yang dianutnya
d. Melakukan tata cara
ibadah sesuai agama
yang dianut
e. Mengetahui tempat
ibadah sesuai agama
yang dianut
f. Mengetahui hari-hari
besar agama
a. Mengetahui tata cara
Mengenal dan memberi salam
menunjukkan b. Memberi salam sesuai
perilaku baik dengan tata cara yang
sebagai cerminan baik
akhlak mulia c. Mengetahui tata cara
makan dan minum
d. Melakukan makan dan
minum sesuai tata cara
yang baik
e. Mengetahui cara
menyampaikan terima
kasih setelah
mendapatkan bantuan
f. Menyampaikan terima
kasih setelah diberi
bantuan dengan cara
yang baik
g. Mengetahui cara
meminta bantuan
h. Meminta bantuan
dengan cara yang baik
i. Mengetahui tata cara
berbicara secara santun
j. Berbicara secara
santun
k. Mengetahui tata cara
berjalan melewati
orang yang lebih tua
l. Berjalan melewati
orang yang lebih tua
dengan tata cara yang
baik
100

m. Mengetahui tata cara


berpakaian
n. Berpakaian dengan
tata cara yang baik
o. Berperilaku baik dan
santun sesuai dengan
agama dan adat
setempat
101

Lampiran V: Hasil Wawancara


Transkip Wawancara Informan 1

Transkip Hasil Wawancara I

Nama : Tanti Triandini, S.Pd. (Wakil Kepala Sekolah &


Koordinator Kurikulum)

Tgl & Waktu : 4 Agustus 2023, Pkl. 13.50 WIB

Tipe Wawancara : Terstruktur

Tempat : Ruang Kepala Sekolah / Ruang Pengelola

Pertanyaan Penelitian:

1. Bagaimana program penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam


meningkatkan perkembangan moral anak usia 5-6 tahun?

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Assalamulaiakum Ibu, Waalaikumsalam neng,
gimana kabarnya? Alhamdulillah baik.
Gimana neng ada yang
bisa Ibu bantu?
2 Begini Ibu, saya kan Betul neng Ibu
sebelumnya udah Yulyawati memang
menginformasikan ya banyak agenda, boleh
ke Ibu, untuk meminta mungkin saya
Ibu jadi informan menggantikan beliau
dalam penelitian saya. saja.
Memang seharusnya
kan sama ibu kepala
sekolah ibu Yulyawati,
tapi beliau agenda nya
sangat padat ya bu.
102

3 Alhamdulillah, apabila Mangga neng silahkan,


Ibu bersedia. Mungkin Insya Allah saya akan
wawancara nya akan menjawab sebisa saya
dilaksanakan sekarang ya neng, mohon maaf
Bu, saya ingin apabila jawaban Ibu
mewawancarai terkait kurang memuaskan.
program tahfidz, dan
penanaman atau
pendidikan moral yang
dilaksanakan disini.
4 Terimakasih banyak Baik neng bismillah,
Ibu sebelumnya. Saya untuk program hafalan
langsung saja ingin Al-Qur’an itu memang
bertanya. Untuk betul diadakan di TK
pertanyaan pertama Ihya As-Sunnah karena
yaitu tentang landasan sekolah ini berada
filosofis TK Ihya As- dalam yayasan Ma’had
Sunnah mengadakan Ihya As-Sunnah. Dalam
program hafalan Al- yayasan ini, memiliki
Qur’an bagi anak usia layanan terkait tentang
dini. Apakah ada hafalan Al-Qur’an,
sumber yang melandasi bahkan memiliki divisi
TK Ihya As-Sunnah tahfidz khusus dan
dalam mengambil mempunyai kelas
program tahfidz khusus untuk
tersebut. penghafalan Al-Qur’an
saja tanpa sekolah
reguler, dan pada kelas
ini khusus diasuh oleh
Syeikh dari negeri
Yaman. Nah, untuk
landasannya itu sendiri
103

ada dalam salah satu


hadits shahih: Utsman Landasan Filosofis
bin Affan RA Program Tahfidz Al-
meriwayatkan dari Qur’an: hadits
Rasulullah SAW shahih dari Utsman
bersabda “Sebaik-baik bin Affan RA
kamu (manusia) adalah meriwayatkan dari
orang yang belajar Al- Rasulullah SAW
Qur’an dan bersabda “Sebaik-
mengajarkannya.”. baik kamu
Hadits tersebut (manusia) adalah
diriwayatkan oleh orang yang belajar
Bukhari. Yang kita Al-Qur’an dan
inginkan itu mengajarkannya.”.
mengajarkan Al-Qur’an HR. Bukhari
kepada anak sejak dini,
sehingga anak tau
kehidupan semua anak-
anak itu berlandasan
dari dalam Al-Qur’an.
5 Baik ibu, pertanyaan Metode yang digunakan Metode tahfidz:
selanjutnya mungkin secara klasikal disini Metode talqin
tentang metode apa yaitu dengan metode
yang efektif digunakan talqin. Jadi dalam satu
dalam penghafalan Al- ayat nanti guru tahfidz
Qur’an untuk usia 5-6 akan memotong ayat
tahun yang jadi beberapa bagian,
dilaksanakan di TK lalu setiap potongan
Ihya As-Sunnah? ayat tersebut akan
dibacakan oleh guru
terlebih dahulu dan
diikuti secara bersama-
104

sama dengan anak, dan


dilakukan secara
berulang-ulang.
Kemudian potongan-
potongan ayat tersebut
nantinya digabungkan
menjadi satu ayat yang
utuh dan dibacakan
bersama-sama secara
berulang-ulang.
Adapun metode yang
sesekali digunakan
pada kelas B, yaitu
dengan membagi 2
kelompok kecil dalam
satu kelas. Hal itu
dilakukan supaya guru
bisa melihat secara
lebih fokus mana anak
yang terlihat sudah
mampu dan mana anak
yang terlihat kurang
kondusif dalam proses
penghafalan Al-Qur’an.
Jadi tidak selalu
klasikal berbarengan
satu kelas neng, kadang
dibagi 2 kelompok,
misalnya yang satu di
kelas yang satu diluar
kelas seperti itu.
6 Ohiya Ibu betul, Betul neng, pembagian
105

kadang saya melihat 2 kelompok tersebut


ada beberapa anak juga kadang membantu
yang tertinggal hal-hal semacam itu,
hafalannya karena misalnya akan
mungkin tidak sekolah membantu anak-anak
hari sebelumnya atau yang penyerapan
mungkin ada faktor- informasi nya
faktor yang lain. cenderung agak lama
atau lambat dari teman-
teman yang lain. Ada
beberapa anak yang
memang bisa
menghafal tetapi butuh
penguatan dan
pengulangan nya lebih
lama, apabila disatukan
dengan anak-anak yang
lain akan memakan
waktu yang lama kan
ya neng, jadi lebih baik
dibagi 2 kelompok
supaya guru juga bisa
fokus menangani anak-
anak tersebut.
7 Baik Ibu, selanjutnya Untuk program hafalan
untuk program hafalan rutin yang dilaksanakan
Al-Qur’an rutin yang disini itu dilakukan
diadakan disini seperti setiap hari ya neng, di
apa Bu? dalam kegiatan tahfidz
itu ada menambah ayat Kegiatan rutin
dan muroja’ah atau tahfidz AL-Qur’an :
mengulang hafalan menambah ayat,
106

yang sebelumnya. muroja’ah.


Selain itu, ada juga
kegiatan rutin bulanan
yaitu murojaah Kegiatan rutin
bersama yang tahfidz Al-Qur’an:
dilakukan per-unit atau Muroja’ah bersama
5 kelompok misalnya (Per-unit: 5
dari kelas A1-A5, kelompok kelas)
disana seluruh
kelompok akan
murojaah bersama dan
setelah itu satu
kelompok bergantian
untuk maju kedepan
membacakan 1 surat
yang sudah dicapai oleh
setiap kelompok. Hal
tersebut juga, akan
melatih rasa percaya
diri anak karna ditonton
oleh seluruh teman-
temannya.
8 Baik Ibu, mungkin Hmmm, mungkin untuk
yang tadi itu kan kegiatan spontan itu Kegiatan spontan
kegiatan rutin nya. lebih ke games ya neng tahfidz Al-Qur’an:
Untuk kegiatan misalnya tebak-tebakan Kegiatan games.
program hafalan nama surat, atau
spontan apakah ada melanjutkan ayat, atau
Ibu? menebak jumlah ayat
dalam surat tertentu.
Sebetulnya kegiatan-
kegiatan tersebut untuk
107

variasi kegiatan saja sih


neng, supaya anak tidak
merasa jenuh dan
bosan.
9 Ohiya Bu, jadi itu Iya betul neng seperti
variasi kegiatan saat itu, supaya anak juga
penghfalan Al-Qur’an tidak mudah jenuh dan
dan secara spontan ya menambah semangat
tidak direncanakan ya anak
Bu
10 Baik Ibu, selanjutnya Untuk kendala, pastinya
apakah ada kendala yang pertama tentang
dalam menjalankan membuat daya fokus
program hafalan Al- anak konsisten dalm
Qur’an bagi anak usia waktu yang disiapkan
5-6 tahun disini? selama 45 menit yang
sudah include dengan
pembukaan pembacaan
doa, menambah ayat
dan murojaah. Yang
kedua kendalanya
dalam murojaah surat-
surat lama yang sudah
dihafalkan, apalagi
untuk kelas B yang
capaian surat-suratnya
sudah lebih jauh, dan
biasanya surat-surat
yang lama nya apabila
tidak sering dimurojaah
akan cepat lupa. Maka
dari itu neng, penting
108

juga untuk anak sering


murojaah dirumah
dengan bimbingan
orangtua, supaya
hafalan surat-surat tetap
terjaga, minimalnya
dengan mendengarkan
murotal juz amma.
11 Baik Ibu, jadi pengaruh Khusus untuk
dari orang tua dirumah pencapaian hafalan sih
untuk mengajak anak tidak ada ya neng, yang
murojaah juga sangat penting para pendidik
penting ya. Dan disini bisa mengenalkan
selanjutnya apakah di Al-Qur’an sejak dini.
TK Ihya As-Sunnah Adapun target khusus
ada target khusus misalnya pada TK B
pencapaian hafalan Al- harus hafal dari surat
Qur’an setiap ini sampai ini atau
tahunnya? selama 3 bulan harus
hafal sekian surat itu
tidak ada, karena setiap
anak memiliki
perkembangan yang
berbeda-beda seperti
yang Ibu bicarakan tadi.
Pokonya apabila anak
sudah lancar nih
misalnya surat An-Nas
ya boleh dilanjutkan
dengan surat
selanjutnya Al-Falaq
seperti itu neng.
109

2. Bagaimana penanaman nilai-nilai moral pada anak penghafal Al-Qur’an di


TK Ihya As-Sunnah?

No Interviewer Interviewe Ide Pokok


1 Baik Ibu mungkin Mangga silahkan neng.
beberapa pertanyaan
tadi itu terkait program
hafalan Al-Qur’an yang
dilaksanakan di TK
Ihya As-Sunnah.
Selanjutnya saya akan
menanyakan beberapa
pertanyaan terkait
bagaimana penanaman
nilai-nilai moral atau
pendidikan moral yang
dilaksanakan disini.
2 Iya bu, mungkin yang Ini saya harus jawab
pertama terkait visi dan sekarang atau supaya lebih
misi TK Ihya As- jelas saya lampirkan saja
Sunnah itu seperti nanti ya neng dikirim via
apa ? wa?
3 Boleh Ibu dikirim saja (Ibu mengirim file visi
via wa dan misi TK Ihya As-
Sunnah) Itu sudah saya
kirim ya neng
4 Baik Ibu terimakasih, Untuk kurikulum TK Ihya Kurikulum yang
saya lanjutkan ke As-Sunnah kita masih digunakan: TK
pertanyaan selanjutnya menggunakan kurikulum Ihya As-Sunnah
terkait kurikulum yang 2013 sekarang, meskipun menggunakan
digunakan di TK Ihya sekarang masih dalam kurikulum 2013
As-Sunnah proses adaptasi menuju yang
110

kurikulum merdeka yang dikombinasikan


masih banyak tahapan- dengan
tahapan yang perlu saya kurikulum
pelajari lebih lanjut dan muatan lokal
perlu penyesuaian dengan PAI, salah
sekolah. Dan kurikulum satunya yaitu
yang digunakan disini program tahfidz
juga dikombinasikan Al-Qur’an.
dengan kurikulum muatan
lokal PAI yang salah
satunya menjadi ciri khas
kita yaitu tentang tahfidz
Al-Qur’an. Jadi kita
mempunyai indikator
khusus terkait dengan
hafalan surat Al-Qur’an.
Jadi disini menggunakan
kurikulum 2013 yang di
dalamnya ada muatan
kurikulum PAI.
5 Baik Ibu, selanjutnya Ya jelas neng itu sangat
seberapa penting penting, yang namanya
penanaman nilai-nilai nilai moral itu kan sebuah
moral bagi TK Ihya As- nilai yang senantiasa
Sunah itu sendiri? selalu dibawa pergi,
dimana dia berpijak ya itu
yang menjadi nilai dirinya
gitu kan. Maka dari itu,
penting distimulasi sejak
usia dini.
6 Baik baik Ibu, Untuk metode yang Metode yang
selanjutnya saya ingin pertama dengan metode digunakan dalam
111

bertanya terkait metode bercerita siroh atau cerita menanamkan


khusus yang digunakan kisah nabi yang akan nilai-nilai moral:
oleh pendidik disini disampaikan oleh guru Metode bercerita
dalam menanamkan disetiap kelas, dan nanti siroh atau
atau menstimulasi nilai- akan diambil hal-hal baik sesekali
nilai moral anak usia atau hikmah yang menonton
dini? dijelaskan kepada anak,
dan biasanya itu tentang
nilai-nilai moral. Adapun
pada sentra imtaq sering
melakukan nonton
bersama tentang kisah
para nabi, sahabat nabi,
atau tentang video animasi
yang secara tidak
langsung menggambarkan
nilai-nilai moral yang
harus dilakukan. Seperti
cerita si Dodo dan teman-
temannya yang
mengajarkan untuk
bersikap jujur kepada
pedagang saat membeli
sesuatu. Adapun metode
lain yaitu dengan
penamaan setiap
kelompok, misalnya pada
tahun kemarin penamaan
kelompok tentang Nabi-
nabi. Sebegai contoh
kelompok A1 dinamakan
dengan kelompok Nabi
112

Adam AS, guru akan


mengenalkan siapa sih
Naba Adam itu, meskipun
cerita lengkapnya ada
pada siroh yang
dilaksanakan pada setiap
bulannya, tetapi guru akan
menjelaskan secara garis
besar pada nama
kelompok yang anak
tempati. Lalu selanjutnya
metode yang dilaksanakan
disini harus dengan contoh
nyata yang dibiasakan Metode yang
oleh seluruh pendidik di digunakan dalam
TK Ihya As-Sunnah, menstimulus
sehingga guru menjadi nilai-nilai moral:
teladan yang baik dan keteladanan guru,
akan dicontoh oleh anak latihan
anak, maka dari itu pembiasaan dan
pemberian pijakan-pijakan pemberian
juga sangat penting pijakan.
dilakukan oleh guru.
Pijakan yang diberikan
oleh pendidik disini harus
senantiasa positif
kemudian bahasa tubuh
pendidik juga harus
senantiasa positif pokonya
disaat guru sudah masuk
kedalam kelas semuanya
harus siap dalam
113

membantu anak-anak
dalam membentuk nilai-
nilai moralnya.
7 Masya Allah, jadi tidak Strategi pengajaran yang
hanya menyampaikan efektif dalam
pengetahuan tentang menanamkan nilai-nilai
moral saja ya Bu moral itu sebetulnya
kepada anak itu, tetapi banyak neng, sebagai
didukung dengan contoh yang digunakan
tindakan dan disini misalnya dalam
pembiasaan dari guru proses penghafalan Al-
sendiri yang harus Qur’an biasanya sebelum Strategi
positif supaya menjadi memulai hafalan ke surat pengajaran untuk
teladan bagi anak-anak. yang baru kita akan menanamkan
Untuk selanjutnya mengenalkan surat nilai-nilai moral:
mungkin bagaimana tersebut lebih dulu, arti Penyampaian
strategi pengajaran surat tersebut apa Asbabun nuzul
yang efektif dalam kemudian kandungan
menanamkan nilai-nilai suratnya apa atau asbabun
moral kepada anak usia nuzul nya apa meskipun
dini di TK Ihya As- disampaikannya masih
Sunnah? dalam skala versinya anak
usia dini, atau tidak terlalu
mendalam. Kemudian
dalam tema setiap bulan
itukan selalu ada landasan
tema ya neng, jadi dalam
awal mengenalkan tema
yang baru akan
disampaikan bahwa tema
ini berlandaskan dari ayat
Al-Qur’an, meskipun
114

ayatnya tidak dihafalkan


oleh anak, tapi tetap kita
berangkat dari setiap tema
itu berlandas dari ayat Al-
Qur’an.
8 Baik Ibu, pertanyaan Pembiasaan-pembiasaan Kegiatan upaya
selanjutnya terkait dari mulai anak datang ke menstimulus
kegiatan apa saja yang sekolah sampai pulang itu perkembangan
dilaksanakan disini senantiasa terpantau oleh moral:
sebagai upaya untuk guru gitu ya, sehingga Pembiasaa-
menstimulus apapun yang dilakukan pembiasaan
perkembangan moral oleh anak akan terkontrol. positif dan
anak usia dini di TK Ketika anak-anak controling dari
Ihya As-Sunnah? melakukan sesuatu yang guru setiap
tidak sesuai dengan nilai waktu.
moral ya berarti disana
tugas guru untuk
meluruskan untuk
memberikan pijakan
apabila hal yang tadi
dilakukan oleh anak itu
tidak baik loh berikan
alasan mengapa itu
menjadi tidak baik, karena
sejatinya anak-anak itu
membutuhkan kehadiran
orang dewasa untuk
membimbing dan
membantu mereka. Selain
itu juga, mungkin dengan
kegiatan bercerita tadi
yang sudah dijelaskan
115

sebelumnya. Lalu bisa


juga dalam penyelesaian
masalah, maksudnya kan
anak itu masih berpotensi
untuk terjadinya masalah
atau konflik dengan
temannya, sehingga ketika
ada konflik antar teman
itu ya kita bantu mereka
untuk bisa menyelesaikan
masalahnya itu bicara
dengan baik-baik
komunikasi yang baik,
apalagi misalnya ada
beberapa anak yang masih
membutuhkan bantuan
dalam berkomunikasi atau
belum siap berbicara dan
sebagainya.
9 Ohh.. begitu Bu, baik Gak ada sih neng
selanjutnya apakah ada sebetulnya, disini tidak
nilai-nilai moral yang ada nilai moral yang
dikembangkan secara terlihat dominan atau
dominan disini Bu? sering di stimulasi karena
Misalnya nilai jujur semuanya sama semuanya
atau nilai sportif atau harus distimulasi dengan
mungkin yang lain seimbang
116

10 Baik Ibu, dan


Paling kalau intervesi
selanjutnya apa saja
ketika guru memberikan
bentuk intervensi dan
contoh dalam hal
habituasi dalam
berbicara, misalnya ada
penanaman nilai-nilai
anak yang menggunakan
moral yang diterapkan
fisik kepada temannya
di TK Ihya As-Sunnah?
yang membuat temannya
tidak nyaman, otomatis
guru akan turun atau
mengintervensi apabila
sudah didalam kondisi
yang tidak aman, guru
akan izin dan berbicara
“maaf ya bu tanti izin
pegang karena sudah tidak
aman tangannya, temanmu
tidak nyaman”. Adapun
beberapa anak yang dalam
menyelesaikan masalah
masih perlu dibantu oleh
gurunya “temanmu tidak
nyaman loh dipukul,
bagaimana supaya
temanmu merasa nyaman
lagi”. Dan tidak sedikit
anak-anak yang mungkin
belum pernah meminta
maaf atau sifat egois nya
yang sedang mendominasi
dalam diri anak jadi dia
tidak mau langsung untuk
meminta maaf kepada
117

temannya, maka dari itu


peran guru untuk
mengintervensi dan
memberikan pijakan
seperti “biasanya ibu tanti
akan minta maaf kalau
misalnya ibu melakukan
kesalahan meskipun tidak
sengaja”. Jadi memang
ada beberapa bentuk
intervensi yang anak
butuh contoh real atau
nyata dari ibu gurunya.
Dan untuk habituasi nya
itu dari pembiasaan-
pembiasaan positif yang
selalu konsisten kita
lakukan yaa seperti toilter
training, membaca doa
sehari-hari dan banyak sih
neng pembiasaan-
pembiasaan yang lain.

3. Bagaimana penghafalan Al-Qur’an mempengaruhi pemahaman nilai-nilai


moral anak usia 5-6 tahun?

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Baik Ibu, untuk Untuk proses
pertanyaan selanjutnya penghafalan Al-Qur’an
terkait tentang sih sama yang sudah
penghafalan Al-Qur’an dijelaskan tadi yah di
dalam mempengaruhi talqin per ayat oleh guru,
118

pemahaman nilai-nilai dan untuk TK B bisa


moral anak usia 5-6 lebih banyak diberikan
tahun. Langsung saja kesempatan untuk
kepertanyaan pertama membaca sendiri gitu
ya Bu, bagaimana satu persatu.
proses awal sampai
akhir penghafalan Al-
Qur’an pada usia 5-6
tahun atau kelompok
TK B di TK Ihya As-
Sunnah?
2 Nah saya izin bertanya Iya betul neng, ada
juga Bu, tadi saat kalanya guru mem-
melakukan observasi visualisasikan ayat yang
langsung ke kelas saya sedang anak hafalkan,
melihat guru itu meskipun anak-anak
menulis ayat yang belum bisa membacanya
dihafalkan oleh anak, tapi setidaknya anak
apakah itu masuk mempunyai gambaran
kedalam metode atau nilai-nilai keaksaraan
seperti apa? yang bisa kita kenalkan.
Misalnya ketika kita
menulis ayatnya, kita
kenalkan ini huruf apa
kemudian huruf
tunggalnya seperti apa,
dan mengenalkan harokat
apa yang ditulis seperti
itu neng.
3 Baik baik Ibu, Itu tadi setiap
selanjutnya saya akan kandungan-kandungan Strategi khusus
bertanya tentang ayat yang dihafalkan kita yang untuk
119

strategi khusus yang ungkapkan, kita meningkatkan


digunakan dalam deskripsikan gitu ya perkembangan
meningkatkan sehingga disana bisa moral melalui
pemahaman nilai-nilai meningkatkan tahfidz Al-Qur’an:
moral bagi anak usia 5- pemahaman nilai-nilai Menyampaikan
6 tahun disi? moral bagi anak. Sebagai kandungan atau
contoh misalnya makna dari ayat
dijelaskan Allah yang anak
menyukai orang-orang hafalkan.
penghafal Al-Qur’an dan
menjelaskan tentang
pahala dari setiap
hurufnya berapa
sehingga menambah
semangat anak untuk
menghafal Al-Qur’an
dan dijelaskan hal positif
tentang keagungan Al-
Qur’an itu seperti apa
4 Mungkin lebih Betul sekali neng seperti
pemberian motivasi itu.
juga ya Bu yang
disajikan dengan
keutamaan-keutamaan
penghafal Al-Qur’an
itu seperti apa.
5 Baik Ibu, untuk Kalau untuk jenjang TK
selanjutnya apakah ada sendiri karena kita bukan
kualifikasi secara khusus untuk mencapai
khusus untuk menjadi target hafalan, jadi
guru tahfidz di TK Ihya sebetulnya kita tidak ada
As-Sunnah? kualifikasi khusus harus
120

hafal sekian juz itu tidak


ada, tapi yang paling
penting adalah Kualifikasi untuk
kualifikasi dalam guru tahfidz Al-
bacaannya harus benar Qur’an:
karena memang Pembacaan Al-
tantangannya itu disana, Qur’an secara
kadang kita dihadapin benar dan mau
oleh guru yang belajar tahsin.
kemampuan
membacanya itu belum
benar gitu, sehingga
disini juga kan diadakan Pembekalan rutin
secara rutin seminggu bagi seluruh guru
sekali pelatihan tahsin supaya kompetensi
untuk guru-guru bersama guru selalu
ustadz yang ada di terstimulus.
Ma’had Ihya As-Sunnah,
sehingga kompetensi
guru tetap bisa
terstimulus dengan baik,
bagaimana kita bisa
memberikan sesuatu
kepada anak apabila kita
sendiri tidak punya
seperti itu. Jadi
kualifikasi yang
terpenting itu bukan dari
jumlah hafalannya, tetapi
dari benar dan mau
belajar dalam bacaannya.
Apalagi kan anak usia
121

dini ketika sudah


dikenalkan satu pelafalan
kalau dari awalnya sudah
salah, itu lumayan sedikit
sulit untuk
membenarkannya.
6 Apakah itu di tes satu- Iya neng, jadi untuk
satu semua guru dalam sekarang itu memang
bacaannya Al-Qur’an kita membuat sebuah
nya Bu? peraturan untuk
perekrutan guru disini
harus dicek bacaannya,
sehingga nanti akan
bepengaruh pada formasi
guru, jangan sampai
dalam satu kelas dua-
duanya kualifikasi dalam
bacaannya masih kurang
dua-duanya. Alangkah
lebih baik kalau misalnya
dalam satu kelas ada
salah satu yang
bacaannya lebih baik,
jadi dia yang akan
memimpin kegiatan
tahfidz. Selain itu
kualifikasi yang harus
ada yaitu guru mau
belajar untuk bacaannya
menjadi lebih baik.
122

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral pada anak


penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah?

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Baik Ibu, selanjutnya Mungkin untuk faktor Faktor
saya akan mengajukan pendukung bisa dengan pendukung
beberapa pertanyaan ketika orang tua dalam
tentang faktor-faktor apa menyamakan pola asuh penanaman
saja yang mempengaruhi antara disekolah dan nilai-nilai
perkembangan moral dirumah, caranya dengan moral:
anak usia dini. orang tua mengikuti menyamakan
Pertanyaan pertama apa parenting dan SOS, itu pola asuh
saja faktor pendukung juga akan menjadi salah rumah sesuai
dan penghambat dalam satu faktor pendukung. dengan pola
pelaksanaan penanaman Pemberian pola atau asuh disekolah.
nilai-nilai moral pada stimulus yang didapatkan
anak usia dini di TK oleh anak itu sejalan mau
Ihya As-Sunnah? yang disekolah ataupun
dirumah. Nah sebaliknya
neng, faktor tersebut bisa Faktor
menjadi penghambat penghambat:
apabila pola asuh yang pola asuh yang
diberikan oleh orang tua tidak sinkron.
tidak disamakan dengan
sekolah, karena tidak
semua orangtua yang bisa
bekerja sama untuk
menyamakan pola asuh di
sekolah. Misalnya seperti
ini neng, dalam soal
hafalan saja kita tidak
meminta muluk-muluk
kepada orang tua untuk
123

menambah hafalan surat


kepada anak gitu ya, tapi
ketika orangtua berusaha
untuk mencoba mengajak
anak murojaah hafalan
saja itu sudah cukup
membantu. Kemudian
dalam soal pola asuh juga
ketika di sekolah
senantiasa diberikan
stimulus untuk berbicara
sesuai fakta ketika
melaporkan hasil ragam
main pada saat sentra lalu
ada banyak pemberian
pijakan seperti
mengingatkan anak untuk
menggunakan adab atau
tata cara makan yang baik
seperti berdoa sebelum
makan, menggunakan
tangan kanan saat makan,
lalu makan dan minum
sambil duduk. Ketika
datang kerumah apakah
semua itu dilaksanakan
juga oleh orangtua, kan
belum tentu ya neng.
Apabila orangtua kurang
menstimulus seperti itu
akan menjadi penghambat
juga dalam penanaman
124

nilai-nilai moral pada


anak. Ada juga faktor
penghambat yang lain
mungkin dari lingkungan
sekitar anak itu sendiri
baik itu dalam lingkungan
keluarganya sendiri atau
masyarakat sekitar apalagi
kita sekarang kan ada di
era digital ya, kita akan
berpacu pada teknologi
dengan kemudahan yang
didapatkan oleh anak,
tontonan yang sangat
mudah juga didapatkan itu
juga menjadi tantangan
bagi kita disini.
2 Baik Ibu, sebelum saya Ohiya, SOS itu singkatan
melanjutkan ke dari Sekolah Orangtua
pertanyaan selanjutnya Santri yang diadakan
saya ingin menanyakan sebanyak 8 tahapan.
tadi SOS itu singkatan Sebenarnya itu dibuka
dari apa dan seperti apa untuk umum, tetapi kita
kegiatannya ya Bu? memprioritaskan untuk
para orang tua siswa di
TK Ihya As-Sunnah. Nah
untuk tahapan yang
pertama pada SOS itu
diwajibkan untuk seluruh
orangtua mengikutinya ya
neng, karena dari biaya
nya juga udah include
125

pada biaya pendaftaran


sekolah.
3 Baik baik Ibu, jadi Iya betul neng seperti itu.
memang ada beberapa
kegiatan khusus yang
diadakan sekolah untuk
orang tua sebagai upaya
untuk menyamakan pola
asuh ya Bu.
4 Pertanyaan selanjutnya Pembekalannya mungkin
mungkin tentang apa selalu kita pantau dari
saja pembekalan yang evaluasi rutin yang
diberikan kepada tenaga diadakan untuk memantau
pendidik dalam kinerja semua guru, lalu
menstimulus selanjutnya ada ta’lim
perkembangan moral atau kajian untuk guru-
anak disisi? guru sehingga agar semua
yang dilakukan
berlandasan. Apabila kita
menstimulasi anak-anak
ini ada banyak hal yang
menanti kita loh salah
satunya pahalanya dan
berbagai hal lainnya.
Sehingga ketika kita
mengajarkan anak sebuah
hal positif dan anak
mengamalkannya sampai
anak mati, itukan
pahalanya akan terus
mengalir kepada kita.
Lalu dalam evaluasi juga
126

kan ada penguatan-


penguatan untuk guru,
motivasi kepada semua
guru untuk senantiasa
berperilaku positif, karena
apabila kita menginginkan
anak yang baik pasti akan
berangkat dari gurunya
dulu, apabila ingin anak
sabar ya berarti kitanya
dulu yang harus sabar dan
dalam hal-hal lainnya.
5 Baik baik Bu, untuk Dari ustadz yang ada di
ta’lim atau kajian itu Ma’had Ihya As-Sunnah.
sendiri biasanya oleh
siapa dipimpinnya?
6 Untuk waktu ta’lim dan Untuk ta’lim dan evaluasi
evaluasi guru rutin guru itu dilaksanakan
biasanya dilaksanakan sepekan sekali setelah
nya kapan ya Bu? perpulangan sekolah,
diadakan dalam waktu
yang berbeda ya neng
misalnya untuk ta’lim hari
senin dan untuk evaluasi
hari jumat seperti itu.
Adapun satu lagi itu
kumpulan untuk
membahas materi PAI
dilaksanakan 2 minggu
sekali yang dipimpin oleh
koordinator PAI,
membahas untuk materi-
127

materi PAI yang akan


diberikan kepada anak
usia dini itu levelnya
segimana, misalnya kita
akan memberikan materi
PAI tentang adab makan
dengan tangan kanan,
sebelum diberikan kepada
anak, kita membahas dulu
mengupas dulu nih kenapa
sih kita harus
mengenalkan makan
dengan tangan kanan
seperti itu. Dan mungkin
itu kegiatan tahsin tadi ya,
sebagai pembekalan untuk
guru dalam bacaan Al-
Qur’annya. Disana tidak
hanya menyampaikan
materi cara membacanya
saja, terkadang ustadz nya
juga menyampaikan nilai-
nilai dari bacaan tersebut.
7 Ohiya iya baik Bu, dan Peraturan khusus nya pasti
mungkin ini pertanyaan kita berangkat dari
terakhir. Apakah ada peraturan agama ya,
peraturan khusus disini karena kita disini tenaga
bagi seluruh tenaga pendidik nya semua
pendidik yang akan perempuan jadi yang
membantu harus diperhatikan pasti
memaksimalkan tentang cara penampilan,
penanaman nilai-nilai kemudian cara bertutur
128

moral bagi anak usia kata, cara bersikap. Hal-


dini? hal seperti itu juga
memang ada
peraturannya, ketika mau
bergabung disini ya mau
tidak mau harus
menyesuaikan dengan
peraturan yang ada disini.
Ketika berpakaian ya
gimana, ketika bertutur
kata seperti apa. Dan
itupun selalu kita pantau,
kitakan gak tau ya setiap
latar belakang seseorang
itu seperti apa apalagi
misalnya baru bergabung,
bahkan sampai pimpinan
ma’had kami juga
mengatakan jangan
sampai ada guru imitasi,
maksudnya ketika
bergabung kesini memang
mengikuti semua yang ada
disini misalnya bercadar
atau berkerudung syar’i,
namun hal itu hanya di
sekolah saja berbeda
dengan diluar sekolah.
Sehingga ha tersebut
memang belum menjiwai
belum memahami kenapa
sih kita harus menutup
129

aurat seperti itu. Dan


peraturan-peraturan
khusus yang ada disini
juga semuanya memang
berangkat dari peraturan
seorang muslimin &
muslimat, Terlebih kan
seorang guru digugu dan
ditiru, jadi sebisa mungkin
kita disini menjadi sumber
contoh yang baik untuk
anak-anak, terutama
dalam hal nilai-nilai moral
tadi.
8 Baik baik Ibu, Mangga neng boleh, nanti
Alhamdulillah mungkin kabari saja saya sebelum
untuk wawancara kali ini wawancara ya takutnya
cukup sekian, apabila Ibu sedang tidak ada di
nanti ada informasi sekolah
tambahan atau ada yang
perlu saya tanyakan lagi,
saya mohon izin dan
semoga Ibu berkenan
untuk diwawancara lagi
tidak apa-apa Bu?
9 Baik Ibu, saya izin pamit Waalaikumussalam Wr.
dulu Bu, Wb.
Assalamualaikum..

Transkip Hasil Wawancara II

Nama : Tanti Triandini, S.Pd. (Wakil Kepala Sekolah &


Koordinator Kurikulum)
130

Tgl & Waktu : 7 Agustus 2023, Pkl. 14.28 WIB

Tipe Wawancara : Terstruktur

Tempat : Ruang Kepala Sekolah / Ruang Pengelola

Pertanyaan Penelitian:
2. Bagaimana penanaman nilai-nilai moral pada anak penghafal Al-Qur’an di TK
Ihya As-Sunnah?

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Assalamualaikum, wr.wb. Waalaikumsalam neng,
Ibu terimakasih sudah sama-sama semoga apa
meluangkan waktunya yang Ibu informasikan
kembali untuk berkenan bisa membantu dalam
diwawancarai oleh saya. penelitian neng ini ya.
2 Iya Ibu, sebelumnya Baik silahkan.
mohon maaf ada beberapa
pertanyaan yang saya akan
ajukan untuk
memperdalam pemahaman
saya terkait bagaimana
penanaman nilai-nilai
moral yang dilaksanakan
di TK Ihya As-Sunnah.
3 Sebelumnya kan Ibu sudah Untuk hidden curiculum
memberikan informasi memang ada yang
terkait kurikulum yang beberapa hal yang
digunakan di TK Ihya As- diterapkan disini namun
Sunnah, apakah ada tidak tertulis, misalnya
hidden curiculum yang dalam penanaman moral
dilaksanakan di TK Ihya untuk usia dini itukan
As-Sunnah yang tidak harus dengan pembiasaan Penanaman
tertulis? dan pemberian pijakan- nilia-nilai
pijakan guru yang terus moral:
131

menerus ya, semakin Pembiasaan


kuat pijakan yang dan pemberian
diberikan oleh guru pijakan yang
semakin memperkuat kuat,
juga pembiasaan anak- keteladanan
anak. Serta yang paling dari guru.
penting itukan contoh
nyata dari guru nya itu
sendiri, karena sejatinya
guru adalah kurikulum
berjalannya anak-anak,
ketika ada satu
kandungan dalam Al-
Qur’an atau kisah nabi
yang ingin kita
sampaikan kepada anak
seperti misalnya larangan
menghujat atau menghina
orang lain, maka kita
juga harus
mengaplikasikan hal itu
terlebih dahulu. Lalu kita
disini juga memang
mengurangi intervensi
fisik kepada anak,
misalnya disaat anak-
anak berbaris, kita hanya
mengarahkan untuk anak
berbaris dengan rapih
dan tertib tanpa
menggunakan intervensi
fisik seperti memegang
132

tangannya atau
memegang bahunya.
Usaha kita menenkankan
pijakan-pijakan itu
supaya anak bisa
bertindak secara mandiri
dan lama-lama akan
menjadi terbiasa.
4 Baik baik Ibu, mungkin itu Baik, untuk strategi
untuk hidden curiculum pengajaran yang efektif
nya ya. Pertanyaan kemarin mungkin Ibu
selanjutnya terkait strategi menjelaskan terkait
pengajaran yang efektif asbabun nuzul yang
dalam menanamkan nilai- dilakukan sebelum
nilai moral kepada anak penghafalan Al-Qur’an
usia dini disini itu seperti ya. Sebetulnya itu
apa? strategi yang efektifnya
itu banyak, sebagai salah
contoh yang
membedakan sekolah
kita dengan sekolah yang
lain itu adanya Penanaman
pemberian materi TFP nilai-nilai
pada saat waktu circle moral melalui:
time dan pemberian Pemberian
materi mulok PAI setiap materi TFP
harinya kepada anak. dan mulok
PAI.
5 Apakah bisa dijelaskan Untuk pemberian materi
lebih mendalam Bu terkait TFP itu dilaksanakan
pemberian materi TFP dan setiap hari pada waktu
mulok PAI itu seperti apa? circle time. Materi TFP
133

berisi tentang informasi-


informasi terkait tema,
dan materi itu sendiri
disusun pada saat rapat
kerja tahunan yang
dilaksanakan sebelum
dimulai tahun ajaran
baru. Jadi setelah kita
punya webbing tema
yang menjadi acuan kita
dalam proses pengajaran
nanti kita juga
menentukan PJ dari
setiap tema, dari PJ
setiap tema tersebut
mereka akan berkumpul
untuk menyusun materi
yang membahas tentang
informasi-informasi
sesuai tema yang diusung
oleh PJ tema tersebut.
Misalnya tema pada
bulan ini tentang tubuh,
para PJ bertanggung
jawab atas semua
kegiatan dan materi
dalam tema tersebut
termasuk dalam
penyusunan materi TFP
tadi, dan Alhamdulillah
sudah 2 tahun sekarang
kita dalam meyusunan
134

materi TFP itu sebagian


besar bersumber dari
buku bukan dari internet,
sehingga nanti biasanya
suka dicantumkan daftar
pustakanya darimana
sumbernya. Para PJ ini
nanti akan menyusun
berapa banyak TFP yang
dibuat sampai pada
akhirnya terkumpul dan
dipilih mana saja materi
yang akan diambil dan
siap sebarkan kepada
setiap kelas. PJ dalam
setiap tema itu pun tidak
hanya menyusun materi
TFP saja, mereka juga
menyusun bahan ajar
materi PAI atau yang tadi
disebutkan yah
pemberian mulok PAI
dan materi-materi lainnya
seperti parenting dan
kegiatan penunjang tema.
Pokoknya para PJ pada
setiap tema akan
bertanggung jawab atas
semua pelaksanaan
kegiatan pada tema bulan
tersebut.
6 Baik Ibu, dan untuk isi TFP itu sendiri
135

dari materi TFP dan mulok merupakan singkatan


PAI itu sendiri apakah bisa yang terdiri dari term,
digambarkan seperti apa? fact and principle. Isinya
terkait pengertian-
pengertian kemudian
fakta-fakta dan nilai atau
prinsip-prinsip terkait
dengan sebuah materi
atau pembahasan yang
sedang diangkat dan
sesuai tema tadi,
misalnya bulan ini tema
tubuh, maka pada TFP
itu berisi tentang
pengertian tubuh, fakta-
fakta kesehatan tubuh
dan lain sebagainya. Pada
penyusunan materi
disana juga bersifat
deduktif, jadi diawali
dengan pengetahuan-
pengetahuan secara
umum dulu baru
kebawahnya akan lebih
mengerucut. Misalnya
bulan ini kan tema tubuh,
secara umum itukan
merupakan sub tema dari
identitas atau diriku ya,
maka pada penyampaian
nya pun nanti tidak
langsung menjelaskan
136

tentang tubuh, tetapi


diberikan pengantar awal
tentang identitas itu
seperti apa, apa saja yang
menjadi identitas diri kita
itu. Dalam TFP itu Materi TFP
sendiri juga ada beberapa dan Mulok
materi yang menanamkan PAI: Materi
nilai-nilai moral seperti TFP berisi
contoh, arahan untuk materi-materi
menjaga kebersihan terkait nilai-
tubuh karena sebagian nilai moral.
dari iman dan arahan
untuk senantiasa
bersyukur atas apa yang
Allah berikan pada tubuh
kita. Dan masih banyak
contoh-contoh lainnya. Mulok PAI
Selanjutnya untuk mulok berisi tentang
PAI ya neng, itu juga materi terkait
berisi terkait tentang keagamaan
materi-materi keagamaan islam.
islam. Pemberian mulok
PAI dilaksanakan
sebelum pulang sekolah.
Guru akan mengenalkan
dan menjelaskan materi-
materi PAI dengan skala
yang mudah dicerna oleh
anak. Misalnya,
pemberian kosa kata
bahasa arab yang sesuai
137

dengan tema, materi lain


misalnya tentang
mengenalkan bacaan
sholat, mengenalkan
adab dan ketakwaan yang
disajikan melalui hafalan
mahfudhzat (kata-kata
mutiara dalam bahasa
arab, penggalan hadits
atau ayat) atau bisa
dengan menghafal hadits
terkait pembahasan yang
dikenalkan tadi. Materi-
materi lainnya juga
tentang mengenalkan doa
talbiyah dan doa-doa
harian, lalu ada
mengenalkan rukun iman
dan rukun islam, ada juga
pembacaan siroh Nabi
yang disesuaikan dengan
tema yang dibahas,
adapun mengenalkan
tentang aqidah dan masih
banyak lagi. Materi-
materi PAI itu tercantum
di dalam dokumen
program semester yang
sudah di susun pada
RAKER (rapat kerja),
dan dituangkan juga ke
dalam TFP.
138

7 Baik-baik Ibu sudah ada Untuk kegiatan yang


gambaran bagi saya, dilaksanakan yah,
terimakasih sudah mungkin masih sama
menjelaskan terkait TFP seperti yang kemarin
dan mulok PAI secara dengan pembiasaa-
rinci. Selanjutnya mungkin pembiasaan yang
saya ingin menanyakan dilakukan setiap hari oleh
kembali kegiatan-kegiatan anak serta pemberian
yang dilaksanakan sebagai pijakan-pijakan yang
upaya menstimulus selalu diulang-ulang
perkembangan moral guru, lalu dalam
anak? membantu anak dalam
penyelesaian masalah,
dan mungkin ada juga
kegiatan evaluasi rutin
terkait proses KBM yang
dilaksanakan selama satu
minggu sekali, disana
semua guru akan saling
bertukar informasi terkait
perkembangan setiap
anak kelasnya saat
melakukan sentra di
kelas lain. Sehingga
apabila ada anak yang
memiliki permasalahan
dalam satu aspek
perkembangannya, bisa
dijadikan acuan oleh
guru kelas untuk
menekankan
perkembangan tersebut
139

lebih dalam lagi supaya


permasalahan cepat
terselesaikan.
8 Alhamdulillah, seluruh Alhamdulillah kalau
pertanyan saya sudah memang sudah terjawab
cukup terjawab Ibu. neng, lancar
Terimakasih banyak ya Bu penelitiannya ya neng.
sudah memberikan banyak Waalikumsalam wr.wb..
informasi dan meluangkan
waktunya juga untuk saya.
Semoga Ibu sehat selalu,
saya izin pamit.
Assalamualaikum,
wr.wb...

Transkip Wawancara Informan 2

Transkip Hasil Wawancara I

Nama : Lia Sonalia, S.Pd.I (Wali Kelas Kelompok B5 &


Koordinator TK B)

Tgl&Waktu : 5 Agustus, Pkl. 10.30 WIB

Tipe Wawancara : Terstruktur

Tempat : Ruang Kelas B5

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana penanaman nilai-nilai moral pada anak penghafal Al-Qur’an di TK


Ihya As-Sunnah?

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Assalamulaiakum Ibu Waalaikumsalam, sehat
Lia, apa kabarnya? neng Alhamdulillah, kalau
neng gimana sehat?
140

2 Alhamdulillah Ibu saya Boleh silahkan saja neng,


juga sehat. Langsung hanya saja Ibu akan
saja mungkin ya Bu, memberikan informasi
seperti yang sudah saya sesuai yang Ibu pahami
informasikan dan Ibu ketahui saja.
sebelumnya, saya ingin Mohon maaf apabila
meminta Ibu untuk informasi dari Ibu kurang
menjadi informan lengkap atau tidak
dalam penelitian saya. menjawab semua
Apakah Ibu berkenan pertanyaan yang diberikan.
untuk diwawancarai?
3 Tidak apa-apa Ibu, itu Baik silahkan, saya jawab
sudah sangat cukup sebisa saya saja ya neng.
bagi saya. Untuk
wawancara nya akan
dilaksanakan sekarang
ya Bu, saya ingin
mewawancarai terkait
penanaman moral dan
faktor-faktor lain yang
akan mempengaruhi
perkembangan moral
anak usia dini di TK
Ihya As-Sunnah.
4 Baik Ibu, untuk Kalau metode khusus yang Metode yang
pertanyaan pertama itu digunakan dalam digunakan dalam
apakah ada metode menanamkan nilai moral menanamkan
khusus atau khas yang disini itu kita selalu nilai-nilai moral:
digunakan oleh guru memberikan pijakan- Guru memberikan
disini dalam pijakan yang berulang- pijakan secara
menanamkan dan ulang kepada anak, dan berulang-ulang
menstimulus nilai-nilai pada ahirnya menjadi suatu sehingga menjadi
141

moral anak? kebiasaan yang akan suatu kebiasaan


dilaksanakan oleh anak. (habit).
Contohnya seperti
mengucapkan salam setiap
memasuki ruangan, apabila
ada anak yang lupa
mengucapkan salam ketika
masuk ruangan kelas, guru
harus sigap dan peka
memberi pijakan “Apabila
memasuki ruangan Bu Lia
akan mengucapkan salam”
Hal tersebut memang tidak
langsung ditujukan kepada
anak tersebut tadi, tetapi itu
sebagai upaya untuk
menyadarkan anak bahwa
ketika masuk ruangan itu
harus mengucapkan salam
loh. Memang untuk
tercapainya pembiasaan
tersebut juga tidak secara
instan ya, tapi yang
terpenting kita selalu
konsisten dalam pemberian
arahan atau pijakan kepada
anak. Tapi sebelum itu,
yang paling penting adalah
ketika guru memberikan
contoh terlebih dahulu,
setiap masuk kelas guru
akan mengucapkan salam
142

misalnya, atau ikut


mengantri disaat ingin
berwudhu atau masuk
kamar mandi. Lama
kelamaan hal-hal yang
dilakukan guru akan ditiru
juga oleh anak, oleh karena
itu guru harus
mencontohkan sikap-sikap
yang baik. Ada juga
mungkin pembacaan siroh Metode yang
atau kisah nabi yang pada digunakan dalam
akhirnya guru akan menanamkan
menarik hikmah atau nilai-nilai moral:
kesimpulan nilai-nilai Pembacaan siroh
moral apa nih yang harus atau kisah Nabi.
diikuti oleh kita sebagai
manusia. Dalam
penanaman nilai moral itu
pun tidak terus menerus
membacakan siroh ya, bisa
diganti dengan menonton
kisah-kisah yang
mengandung nilai moral
sampai kegiatan penunjang
tema juga itu pemberian
informasi kepada anak
secara nyata. Supaya lebih
jelas seperti ini, ketika
tema pedagang pada
semester kemarin, kita
mengajak anak untuk
143

bertransaksi atau belanja


langsung di Asia Plaza,
disana secara tidak
langsung kan anak
mengaplikasikan nilai-nilai
moral seperti sabar
mengantri saat dikasir, lalu
berkata jujur atas apa yang
mereka beli, dan
membayar sesuai dengan
nominal yang dibeli oleh
anak.
5 Baik Ibu, selanjutnya Sebetulnya tidak jauh beda Strategi
untuk strategi dengan jawaban saya tadi pengajaran yang
pengajaran yang efektif ya, seperti pemberian digunakan dalam
dalam menanamkan pijakan lalu pembiasaan menanamkan
nilai-nilai moral yang dilakukan terus- nilai-nilai moral:
kepada anak usia dini menerus dan mungkin yang Pemberian
itu seperti apa? paling penting itu tadi, pijakan dan
teladan dari setiap guru itu pembiasaan yang
sendiri, apabila ingin anak dilakukan secara
berakhlak baik yang kita konsisten serta
juga harus keteladanan dari
mencontohkannya juga, para guru.
apabila ingin anak makan
sesuai dengan adab dan
tata cara makan yang baik
ya kita dulu mencontohkan
seperti apa adab makan itu.
Dan kita juga megadakan
briefing pagi setiap hari
sebelum melaksanakan
144

KBM sebagai upaya


penguatan-penguatan
kepada guru dan
menyampaikan informasi
kalau ada guru yang tidak
masuk bisa digantikan
dengan guru pendamping
lain, sehingga jangan
sampai pada satu kelas itu
hanya ada satu guru, itu
kan akan cukup berat.
6 Jadi strategi yang Kalau untuk kegiatan
efektif itu dengan secara khusus pemberian
pemberian pijakan, materi tentang moral itu
pembiasaan dan tidak ada ya neng, tetapi
teladan yang baik dari pada sebagian besar Kegiatan yang
setiap guru ya Bu. kegiatan anak disini itu dilaksanakan
Selanjutnya terkait apa pasti berkaitan dengan sebagai upaya
saja kegiatan yang moral misalnya dalam menstimulus
dilaksanakan disini pembiasaan-pembiasaan perkembangan
sebagai upaya untuk tersebut tadi. Anak moral:
menstimulus dibiasakan untuk Pembiasaan-
perkembangan moral mengantri di kamar mandi, pembiasaan setiap
pada anak usia dini? bergantian sabar dalam hari.
mengambil makanan, lalu
saat berpindah kelas sentra
juga anak kan dilatih untuk
berbaris dengan rapih tanpa
ribut, lalu setiap memulai
dan selesai kegiatan selalun
diiringi dengan doa dan
masih banyak pembiasaan
145

yang lainnya.
7 Baik baik Ibu, untuk Tidak ada sih neng, karena
selanjutnya apakah ada semuanya kita
nilai-nilai moral yang kembangkan secara rata.
dikembangkan secara Paling juga kita memang
dominan di TK Ihya memfokuskan beberapa Nilai-nilai
As-Sunnah? nilai karakter yang harus karakter yang
dikembangkan yang ditanamkan:
bersumber dari satu buku Bersumber dari
karya ustadz dari Ma’had satu buku karya
Ihya As-Sunnah yaitu ustadz dari
Ustadz Abu Rizal Ma’had Ihya As-
Fadhilah. Disana terdapat Sunnah yaitu
20 nilai karakter yang Ustadz Abu Rizal
harus kita tanamkan Fadhilah. Disana
kepada anak, tapi sebelum terdapat 20 nilai
disampaikan dan karakter yang
ditanamkan kepada anak, harus kita
ibu gurunya juga harus tanamkan kepada
mempelajari dan anak.
menanamkan nilai-nilai
karakter tersebut ke dalam
diri masing-masing.
8 Baik baik Ibu, Habituasi mungkin itu tadi
selanjutnya terkait dari pembiasaan dan
seperti apa intervensi pemberian pijakan guru
dan habituasi dalam yang berulang-ulang
penanaman nilai-nilai sehingga sudah menempel
moral yang diterapkan di otak anak bahwa nilai-
di TK Ihya As-Sunnah? nilai moral itu harus
dilakukan loh. Untuk
intervensi nya itu mungkin
146

apabila ada anak yang


berselisih kita akan
membantu
menyelesaikannya, ditanya
baiki-baik oleh kita
“kejadiannya tadi seperti
apa” sehingga pada
akhirnya nanti guru akan
memberikan pijakan untuk
meminta maaf apabila
melakukan kesalahan, itu
sebagai salah satu
contohnya neng.
9 Baik baik Ibu, mungkin Mangga silahkan.
itu beberapa
pertanyaan terkait
penanaman moral yang
terjadi di TK Ihya As-
Sunnah. Saya akan
melanjutkan
pertanyaan yang lain.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral pada


anak penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah?

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Pertanyaan selanjutnya Pola asuh orang tua Faktor-faktor
terkait tentang faktor- mungkin menjadi faktor yang
faktor apa saja yang yang mempengaruhi mempengaruhi
mempengaruhi perkembangan moral anak perkembangan
perkembangan moral ya neng. Perlu adanya moral AUD:
anak usia dini? Bisa persamaan pola asuh baik Penyamaan pola
dengan faktor dirumah atau sekolah. Oleh asuh antara
147

pendukung dan faktor karena itu adanya SOS disekolah dan


penghambat ya Bu. untuk menyamakan pola dirumah.
asuh yang diberikan kepada
anak.

2 Baik Ibu, selanjutnya Alhamdulillah nya sih tidak


saya ingin bertanya ada ya neng, justru laporan
tentang faktor dari orang tua itu
penghambat yang dapat menunjukan perkembangan
mempengaruhi anak itu lebih baik setelah
perkembangan moral sekolah disini. Kita juga
anak. Apakah ada mengadakan sharing
faktor disekolah yang langsung dengan orang tua
dapat menghambat selama 2 bulan pertama
perkembangan moral? sejak masuk sekolah, dan
Alhamdulillah laporan-
laporan dari orang tua itu
menyampaikan anak-anak
mereka berubah jadi lebih
baik, dan perkembangan
nya juga menjadi kearah
yang positif. Dan di kelas
ini juga Alhamdulillah
sebagian besar para orang
tua selalu kooperatif
menyamakan pola asuh
148

dirumah seperti yang ada di


sekolah, dan para orang tua
juga sering sharing
menyampaikan
perkembangan dirumah
seperti apa gitu.
3 Baik baik Ibu, Ada neng seperti latihan Pembekalan
pertanyaan selanjutnya tahsin dengan ustadz setiap untuk guru:
apa saja pembekalan hari sabtu, lalu ada ta’lim latihan tahsin,
yang diberikan oleh atau kajian setiap satu ta’lim atau kajian
pihak Yayasan Ihya minggu sekali pada hari dan pembahasan
As’Sunnah kepada rabu dengan ustadz dari materi PAI.
tenaga pendidik disini ma’had juga, lalu ada
dalam menstimulus pembahasan materi PAI
perkembangan moral dengan koordinator PAI
anak usia dini? setiap hari senin.
4 Oh iya iya Bu, Kegiatan di TK Ihya As-
selanjutnya bagaimana Sunnah itukan cukup padat
peran antara guru wali ya neng, dari mulai
kelas dan guru kedatangan pagi anak, lalu
pendamping dalam tahfidz, variasi bermain,
menstimulus snack dan kegiatan lainnya.
perkembangan moral Jadi biasanya guru kelas
anak usia dini di TK dan guru pendamping
Ihya As-Sunnah? berdiskusi membagi-bagi
kegiatan-kegiatan supaya
lebih kondusif. Misalnya
saya sebagai wali kelas di
kelompok B5 memimpin
saat waktu snack, circle
time, sentra hingga pulang.
Dan untuk guru
149

pendamping tugasnya
dalam memimpin variasi
bermain (olahraga), tahfidz,
pemberian mulok PAI.
Tapi kita juga tidak yang
harus sesuai seperti itu ya,
misalnya ketika guru
pendamping sedang ada
keperluan lain yang lebih
mendesak sehingga tidak
bisa memimpin dalam
kegiatan variasi bermain,
saya harus sigap
menggantikan itu. Karena
kan setiap kegiatan yang
dilakukan anak disini harus
selalu dipantau dan
dikontrol oleh guru supaya
lebih kondusif. Pokonya
dalam penjadwalan atau
pembagian tugas ini itu
lebih ke fleksibel, yang
terpenting setiap guru harus
bertanggung jawab atas apa
yang sudah diamanatkan
dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan belajar
dan bermain anak.
5 Baik Ibu, untuk Untuk peraturan sih
pertanyaan selanjutnya mungkin dari cara
itu apakah ada berpakaian yang sesuai
peraturan khusus bagi dengan norma agama
150

seluruh pendidik yang misalnya menutup aurat,


akan membantu menggunakan gamis, tidak
memaksimalkan ketat dan lain sebagainya.
penanaman nilai-nilai Kemudian guru harus bisa
moral bagi anak usia menjadi suri tauladan yang
dini? baik bagi anak, dari segi
cara bertutur kata sampai
berperilaku harus
disesuaikan dengan norma
agama. Lalu itu mungkin
neng, disini kan tidak boleh
berhias diri secara
mencolok atau menor gitu
sewajarnya saja.
6 Alhamdulillah mungkin Iya silahkah tidak apa-apa
untuk wawancara kali neng selagi Ibu ada waktu
ini cukup sekian, luang.
apabila nanti ada
informasi tambahan
atau ada yang perlu
saya tanyakan lagi,
saya mohon izin dan
semoga Ibu berkenan
untuk diwawancara lagi
tidak apa-apa Bu?
7 Baik Ibu, saya izin Waalaikumsalam wr.wb
pamit dulu.
Assalamualaikum
wr.wb.

Transkip Hasil Wawancara II


151

Nama : Lia Sonalia, S.Pd.I (Wali Kelas Kelompok B5 &


Koordinator TK B)

Tgl&Waktu : 7 Agustus, Pkl. 13.50 WIB

Tipe Wawancara : Terstruktur

Tempat : Ruang Kelas B5

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana penanaman nilai-nilai moral pada anak penghafal Al-Qur’an di TK


Ihya As-Sunnah?

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Assalamualaikum, Waalaikumsalam neng,
wr.wb. Ibu Lia.. gimana gimana ada yang
bisa Ibu bantu?
2 Iya Ibu, sebelumnya Iya sama sama, semoga
terimakasih sudah yang Ibu sampaikan nanti
meluangkan waktunya bisa membantu ya neng.
kembali untuk berkenan Ibu juga hanya menjawab
diwawancarai oleh saya. semampunya saja.
3 Iya Ibu. Untuk Baik silahkan dimulai saja
wawancara kedua kali ini neng
saya akan menyakan hal-
hal yang kurang lebih
sama sih seperti kemarin,
terkait bagaimana
penanaman nilai-nilai
moral disini dan faktor
apa saja yang
mempengaruhi
perkembangan moral
anak di TK Ihya As-
Sunnah
152

4 Iya bu, untuk yang Sebetulnya untuk strategi Strategi


pertama bagaimana pengajaran dalam Pengajaran
strategi pengajaran yang menanamkan moral disini dalam
efektif dalam itu bisa melalui kegiatan menanamkan
menanamkan nilai-nilai circle time dan mulok PAI, nilai-nilai moral:
moral kepada anak usia disana anak-anak kegiatan circle
dini di TK Ihya As- diberikan pemahaman time dan mulok
Sunnah? terkait nilai-nilai moral PAI.
yang harus dilakukan
sehari-hari. Tapi kan tidak
cukup hanya pemberian
informasi saja ya neng,
yang terpenting itu nilai-
nilai moral yang
disampaikan bisa di
aplikasikan oleh anak-
anaknya, maka dari itu
berkaitan dengan yang
sudah Ibu sampaikan
sebelumnya, yaitu paling
penting pembiasaan dan Strategi
pembeian pijakan dari pengajaran
guru yang berulang-ulang dalam
setiap hari kepada anak, menanamkan
supaya nilai-nilai moral nilai-nilai moral:
tadi menjadi habit atau Latihan
kebiasaan bagi anak. pembiasaan dan
Contoh nyata dari guru pemberian
juga itu sangat penting ya pijakan.
neng, supaya anak-anak
meniru hal dari guru itu
kebiasaan-kebiasaan
153

positif maka sebisa


mungkin kita harus
berperilaku yang baik
depan anak dari mulai
perkataan kita, tingkah
laku kita dan lainnya. Soal
menegur anak aja kita itu
disarankan tidak boleh
langsung nunjuk anak
salah, kita beritahu kan
secara tidak langsung dan
halus. Misalnya ada anak
yang minum sambil berdiri
kita langsung sampaikan
“Laa yasyrob ahadukum
qooimaa jangan minum
sambil berdiri” anak pun
akan langsung menyadari
kesalahan dia, walaupun
kita tidak menegur anak
secara langsung. Cara
memberikan pijakan
seperti itu kan akan
mengingatkan anak juga
terkait hadits larangan
minum sambil berdiri,
disaat kita menegur ada
landasan yang kita
sampaikan juga. Jadi
fungsi dari pemberian
pijakan-pijakan itu sendiri
sangat banyak manfaatnya
154

bagi anak neng banyak


contoh-contoh yang
lainnya juga.
5 Baik baik Ibu, selanjunya Bentar Ibu ambilkan dulu Nilai-nilai
untuk nilai-nilai karakter ya bukunya takut Ibu karakter yang
yang Ibu sampaikan salah. (Ibu Lia mengambil ditanamkan:
kemarin, kalau tidak buku 20 Karakter Guru & Nilai ikhlas,
salah ada 20 karakter Peserta Didik) Ini neng sabar, taqwa,
yang harus ditanamkan nilai-nilai karakter yang jujur, syukur,
kepada anak-anak di TK diterapkan disini (Ibu khusyu,
Ihya As-Sunnah. Boleh menunjukan daftar isi di istiqomah,
disebutkan apa saja dalam buku) ada ikhlas, tawadhu atau
karakter-karakter yang sabar, taqwa, jujur, syukur, rendah hati dsb.
diterapkan disini Bu? khusyu, istiqomah,
tawadhu atau rendah hati
dan lain sebagainya.
Sebelum disampaikan dan
ditanamkan kepada anak
para guru juga dapet
bimbingan dulu neng dari
yayasan biasanya lewat
kajian ta’lim membahas
karakter-karakter tadi,
sehingga ketika nanti pas
mau disampaikan kepada
anak kita tidak akan
bingung dan kita nya juga
harus menanamkan
karakter-karakter tadi
dalam diri kita sehingga
anak juga kan bisa
mencontoh.
155

6 Masya Allah iya Ibu, jadi Iya neng seperti itu, dan
disini itu selain metode semuanya juga
dan strategi nya yang dilaksanakan dengan rutin
khas tapi juga emang setiap minggu, jadi ke
segalanya tersusun kitanya juga enak dapet
dengan baik, ilmu baru dapet arahan
pembekalannya baru, ketika guru sudah
persiapannya juga sangat mulai-mulai lupa akan
matang ya Bu, ketika diingatkan kembali oleh
disekolah guru sudah pihak yayasan ma’had
siap sedia untuk seperti itu, ditambah ada
mengajar dan evaluasi rutin juga neng,
memberikan contoh. ketika sekiranya ada
sesuatu yang lupa atau
kurang dari kita maka
guru-guru lain akan
menyampaikan
mengingatkan apa saja itu
dan dicari solusinya seperti
apa, jadi semua
permasalahan yang ada
insya Allah akan
terselesaikan secara cepat
dan tepat.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral pada anak


penghafal Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah?

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Baik baik Ibu, jadi Faktor-faktor ya, Hmmm..
semuanya disiapkan Seperti yang Ibu
secara matang ya Bu. sampaikan kemarin sih
156

Selanjutnya untuk sama neng, mungkin dari


pertanyaan terakhir, apa pola asuh orang tua yang
saja faktor-faktor yang harus diselaraskan dengan
dapat mempengaruhi sekolah, supaya
perkembangan moral pembiasaan-pembiasaan
anak usia dini di TK Ihya yang dilakukan disekolah
As-Sunnah? juga diterapkan dirumah.
Apabila orangtua nya
kurang kooperatif dalam
menyamakan pola asuh, ya
itu juga menjadi
penghambat sih neng,
nantinya anak akan
cenderung berubah-rubah
tidak konsisten dalam
melaksanakan kebiasaan-
kebiasaan positifnya, anak
akan selalu banyak
diingatkan gitu neng gak
hideng sendiri.
2 Ohiya iya Ibu betul, Oh itu neng paling kalau
apakah adalagi faktor setelah libur panjang
pendukung atau misalnya libur idul fitri,
penghambat lainnya Bu? mereka itu akan transisi
lagi biasanya sih lebih ke
saat kedatangan sekolah
agak mogok, lalu saat
tahfidz baca iqro juga ada
beberapa yang lupa karena
mungkin tidak dimurojaah
ya sama orangtuanya
dirumah lalu kebiasaan-
157

kebiasaan seperti
mengucapkan salam,
membaca doa-doa itu
sebagian anak ada yang
lupa perlu diingatkan
kembali, tapi itu juga ga
semua anak sih cuma
beberapa saja. Dan
biasanya juga itu tidak
berlangsung lama,
mungkin 2 sampai 3 hari
diberi pijakan-pijakan
kembali juga anak akan
terbiasa lagi dan inget lagi.
3 Iya iya Bu, jadi memang Soalnya neng kalau kita
disini itu semua hanya memberikan pijakan
controling nya oleh guru tapi kitanya tidak sesuai
nya ya Bu, segala mencontohkan itu tidak
pijakan-pijakannya akan kena ke anaknya
konsisten dilakukan, lalu akan ada yang kurang
dicontohkan secara nyata
oleh guru.
4 Masya Allah Ibu, itu juga Betul neng seperti itu.
faktor penting ya Bu
yang membuat anak-anak
disini senantiasa
berperilaku yang baik
sesuai dengan aturan.
5 Baik baik Ibu. Tidak apa-apa neng Ibu
Alhamdulillah, semua juga lagi santai ini kok,
pertanyaan sudah Alhamdulillah kalau
terjawab Ibu. Terima memang sudah terjawab.
158

kasih banyak atas Lancar-lancar yaa semoga


jawaban dan informasi cepet selesai penelitiannya.
yang Ibu sampaikan ke
saya, maaf juga
menganggu waktu beres-
beres Ibu dikelas.
6 Aamiin Yaa Allah.. Sama-sama,
Terimakasih banyak Ibu Waalaikumsalam wr.wb..
sekali lagi, saya izin
pamit. Assalamualaikum
wr.wb..

Transkip Wawancara Informan 3

Transkip Hasil Wawancara I

Nama : Enay Narsih (Guru Tahfidz Kelompok B5 & Koordinator


PAI)

Tgl & Waktu : 5 Agustus 2023, Pkl. 11.00 WIB

Tipe Wawancara : Terstruktur

Tempat : Ruang Kelas B5

Pertanyaan Penelitian:

1. Bagaimana program penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam


meningkatkan perkembangan moral anak usia 5-6 tahun?

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Assalamualaikum Waalaikumsalam wr.wb..
wr.wb, Ibu Nay gimana Alhamdulillah baik. Apa
kabarnya? ada yang bisa saya bantu
neng?
2 Begini Bu, sebelumnya Iya neng mangga, saya
saya sudah juga sudah meluangkan
159

informasikan ya ke Ibu waktu hari ini untuk


untuk meminta Ibu bertemu dengan neng
menjadi informan terkait wawancara ini.
dalam penelitian saya.
Apabila Ibu berkenan
mungkin kita akan
laksanakan
wawancaranya
sekarang.
3 Alhamdulillah baik Ibu, Untuk metode hafalan Al- Metode tahfidz
langsung saja mungkin Qur’an yang efektif Al-Qur’an di TK
ya. Untuk yang pertama digunakan untuk anak Ihya As-Sunnah:
terkait program tahfidz kecil itu dengan cara Melihat,
yang ada disini. Metode melihat, meniru, mendengarkan,
apa yang efektif mendengarkan dan yang meniru dan guru
digunakan untuk terakhir menulis. Yang menulis ayat.
penghafalan Al-Qur’an pertama itu dengan
usia 5-6 tahun? mendengar dan melihat
karena itu kan anak masih
mendengar audio dan
melihat ya seperti apa,
anak akan belajar juga
dengan indranya yang
Allah telah berikan.
Selanjutnya yaitu dengan
meniru, meniru disini
maksudnya mengucapkan
ayat-ayat yang sudah
dibacakan tadi oleh
gurunya. Dan yang
terakhir itu dengan cara
ditulis, walaupun memang
160

anak sebetulnya belum


bisa membaca huruf
sambung tapi kan disana
anak akan mulai mengenal
huruf-huruf hijaiyyah. Dan
biasanya guru-guru disini
juga akan menulis lagi
huruf tunggal nya dibawah
huruf sambung yang anak
sedang hafalkan. Metode
itu juga digunakan dengan
harapan supaya anak
terbiasa melihat huruf
hijaiyyah sambung lalu
mengenalkan harokat juga.
Apabila dalam
penyampaian tahfidz itu
ditulis dan didengarkan,
maka anak juga akan
semakin nempel dan cepat
menghafalnya.
4 Baik baik Ibu mungkin Untuk program hafalan Program hafalan
itu dari metodenya ya. rutin nya sih program yang Al-Qur’an di TK
Selanjutnya apa saja sudah menjadi kegiatan Ihya As-Sunnah:
program hafalan Al- harian, untuk TK A Program hafalan
Qur’an rutin dan program hafalan setiap rutin (kegiatan
spontan yang diadakan harinya 30 menit, kalau sehari-hari dan
di TK Ihya As-Sunnah? untuk TK B ditambah murojaah
waktunya neng sedikit bersama).
menjadi 45 menit. Untuk
kegiatan spontan biasanya Program hafalan
kita jadwalkan setiap bulan spontan:
161

misalnya pada minggu ke muroja’ah


berapa untuk murojaah bersama 1 unit.
bersama 1 unit, itu juga
salah satunya untuk
melatih rasa percaya diri
anak tampil didepan
teman-temannya. Itu
biasanya diawali dengan
murojaah bersama dulu
surat-surat yang telah
dihafalkan kita baca
bersama-sama, lalu maju
kedepan satu-satu
perkelompok membacakan
surat tertentu yang sudah
dihafalkan juga.
5 Baik Ibu, selanjutnya Tentu saja mengalami ya,
apa saja yang menjadi terutama dalam
kendala dalam kemampuan masing- Kendala
menjalankan program masing anak kan tidak menjalankan
hafalan Al-Qur’an pada sama, misalnya berbeda hafalan Al-
anak usia 5-6 tahun di dalam daya tangkapnya, Qur’an:
TK Ihya As-Sunnah? dalam artikulasinya, dalam Kemampuan
daya fokusnya juga masing-masing
terutama. Tentunya anak berbeda
kendala-kendala tersebut dalam daya
akan memicu guru supaya tangkap dan
lebih bisa menghadapi pelafalan atau
anak-anak tersebut, makhraj huruf.
bagaimana mencari solusi
dan metode supaya dengan
berbagai macam keadaan
162

anak, harus tetap


tersampaikan kepada anak
meskipun tidak terkesan
memaksa tapi kita selalu
mengusahakan. Dan
mungkin apabila di
kelompok B kita sesekali
membagi 2 kelompok
supaya lebih efektif,
karena itu tadi ada
beberapa anak yang daya
tangkapnya kurang
artikulasi nya kurang jadi
lebih kondusif kita
pisahkah dari teman-
temannya yang sudah
mampu. Pembagian
kelompok itu sesuai
dengan kemampuan anak,
untuk anak-anak yang
sudah jauh hafalannya
disatukan, untuk anak-
anak yang masih kurang
masih rendah hafalannya
kita pisah gitu supaya
tidak menghambat pada
anak-anak yang tadi,
setidaknya untuk anak-
anak yang kurang itu tadi
tetap dapet tidak kita
abaikan. Kendala
selanjutnya, mungkin dari
163

artikulasi. Kadang ada


anak yang sudah bisa nih
sudah hafal, tapi ketika di
cek lagi banyak pelafalan
huruf yang keliru, dan itu
lumayan susah untuk
dibetulkannya, misalnya
membedakan antara huruf
alif dan ain dalam surat
Al-Fatihah “an’amta
‘alaihim”, itu juga hanya
beberapa anak yang lulus
ketika membacakannya.
Jadi mungkin ada faktor
dari rumah juga yang
mempengaruhi pelafalan
anak, positifnya mungkin
anak sering murojaah
tidak akan lupa tapi
negatifnya ada orang tua
yang kurang
memperhatikan
pelafalannya. Dan bagi
guru itu lumayan susah
neng untuk
membenarkannya.
6 Baik baik Ibu, Awalnya memang ada,
selnjutnya mungkin tapi kita kembalikan lagi
apakah ada target kepada anak tadi Bu sesuai
pencapaian khusus dengan kemampuan anak.
dalam hafalan Al-
Qur’an disini, misalnya
164

setiap semester harus


hafal sekian surat atau
seperti apa?

2. Bagaimana penghafalan Al-Qur’an mempengaruhi pemahaman nilai-nilai


moral anak usia 5-6 tahun?

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Pertanyaan-pertanyaan Prosesnya kan sudah
tadi mungkin terkait dijelaskan diawal mungkin
program tahfidz yang ya neng, dimulai dari anak
dilaksanakan di TK mendengarkan gurunya
Ihya As-Sunnah. Saya yang men talqin kan ayat,
akan melanjutkan ke lalu dilanjutkan dengan
pertanyaan selanjutnya anak meniru sedikit demi
terkait bagaimana sedikit dari ayat tersebut
penghafalan Al-Qur’an dan yang terakhir guru
dalam mempengaruhi menulis ayatnya di papan
pemahaman nilai-nilai tulis. Ditambahkan dengan
moral anak usia 5-6 murojaah secara rutin
tahun. Yang pertama, surat-surat yang sudah
bagaimana proses dari dihafalkan sebelum pada
awal sampai akhir kegiatan penambahan ayat.
penghafalan Al-Qur’an
usia 5-6 tahun yang
diaksanakan disini?
2 Baik Ibu, selanjutnya Untuk strategi khusus itu Strategi khusus
seperti apa strategi mungkin asbabun nuzul ya dalam
khusus yang digunakan neng. Dalam memberi meningkatkan
dalam meningkatkan pemahaman tentang pemahaman nilai-
pemahaman nilai-nilai penghafalan Al-Qur’an nilai moral:
moral bagi anak usia 5- kepada anak sedikitnya Kegiatan asbabun
6 tahun disaat proses kita harus mengenalkan nuzul.
165

penghafalan Al-Qur’an? asbabun nuzul. Misalnya


anak menghafal surat Al-
Lahab, dijelaskan dulu
sebelumnya surat Al-
Lahab itu tentang kisah
Abu Lahab, kenapa
dengan Abu Lahab. Hal itu
untuk memancing rasa
antusias anak
mendengarkan cerita apa
yang terkandung dalam
surat-surat di dalam Al-
Qur’an. Asbabun nuzul itu
harus sedikitnya
tersampaikan kepada anak,
biasanya sih sebelum
memulai surat yang baru
guru akan menjelaskan
tentang asbabun nuzul nya
dan itupun tidak
tersampaikan langsung
pada waktu yang sama,
disampaikan sebagian-
sebagian saja, soalnya
kalau langsung akan
memakan waktu yang
lama tidak akan keburu
untuk menambah ayat dan
murojaah. Tapi ada juga
sih beberapa guru yang
menyampaikan asbabun
nuzul nya setelah selesai
166

kegiatan menghafal
fleksibel saja sih neng. Kegiatan asbabun
Yang terpenting nuzul diharapkan
tersampaikan, dan dapat mengubah
setidaknya dengan karakter.
asbabun nuzul itu
diharapkan dapat
mengubah karakter anak,
bisa tersentuh juga dengan
cerita-cerita yang
disampaikan. Kegiatan
asbabun nuzul juga kan
ada tanya jawabnya ya
antara guru dan anak, nah
itu juga akan dapat
memudahkan anak untuk
berkomunikasi.

3 Jadi dalam asbabun Iya neng betul, ada


nuzul itu dapat perbendaharaan kata juga,
menstimulus aspek pokonya ada beberapa
bahasa juga ya Bu aspek juga yang
dalam sesi tanya jawab? terstimulus dalam kegiatan
ini. Dengan asbabun nuzul Kegiatan asbabun
juga dapat meningkatkan nuzul dapat
pemahaman nilai-nilai meningkatkan
moral, karena disana kan pemahaman nilai-
ada pemberian pengajaran nilai moral,
terkait akidah dan akhlak. karena disana
pemberian
pengajaran terkait
akidah dan
167

akhlak.
4 Baik baik Ibu, Jadi bisa disela-sela
selanjutnya pertanyaan menghafal itu kita ajak
terakhir terkait cara anak untuk menggerak-
mengatasi kejenuhan gerakan tubuhnya,
yang anak alami saat misalnya mengayun-
menghafal Al-Qur’an? ayunkan tangan seperti itu.
Lalu bisa sekedar minum
dulu yah supaya
tenggorokannya juga tidak
kering atau bisa pemberian
reward supaya anak
semangat untuk
mengeluarkan suaranya
nanti diberi bintang gitu
neng, meskipun itu di TK
B biasanya sudah tidak
ada. Untuk kelompok B itu
lebih diberikan
pemahaman tentang
hikmah dari membaca Al-
Qur’an.
5 Oh iya baik baik Ibu, Iya betul, kadang jenuh
waktu saya mengamati juga kan kalau terus-
juga saya melihat Ibu terusan duduk, sugan we
mengajak anak untuk dengan berdiri mah jadi
berdiri, yang bisa cenghar.
menjawab atau sudah
hafal dibolehkan duduk.
168

6 Alhamdulillah Ibu, Iya neng sama-sama.


mungkin wawancara
kali ini cukup sekian.
Terimakasih banyak Ibu
sudah meluangkan
waktu untuk saya dan
terimakasih juga atas
ilmu nya.
7 Mungkin apabila nanti Silahkan neng boleh,
ada informasi tambahan sebelumnya kabari saja
atau ada yang perlu dulu Ibu nya takut lagi ada
saya tanyakan lagi, saya kegiatan lain.
mohon izin dan semoga
Ibu berkenan untuk
diwawancara lagi tidak
apa-apa Bu?
8 Baik Ibu siap, saya izin Waalaikumussalam Wr.
pamit ya Bu, Wb.
Assalamulaiakum..

Transkip Hasil Wawancara II

Nama : Enay Narsih (Guru Tahfidz Kelompok B5 & Koordinator


PAI)

Tgl & Waktu : 8 Agustus 2023, Pkl. 13.45 WIB

Tipe Wawancara : Terstruktur

Tempat : Ruang Kelas B5

Pertanyaan Penelitian:

1. Bagaimana program penghafalan Al-Qur’an di TK Ihya As-Sunnah dalam


meningkatkan perkembangan moral anak usia 5-6 tahun?
169

No Interviewer Interviewee Ide Pokok


1 Assalamualaikum Ibu Waalaikumsalam neng,
Nay.. gimana mau sekarang
wawancaranya?
2 Iya boleh Ibu sekarang Iya sama-sama neng,
aja apabila Ibu ada selagi Ibu bisa membantu
waktu luangnya mah Ibu juga akan bantu
sekarang, terimakasih sebisa Ibu.
Bu sebelumnya sudah
berknenan
diwawancarai lagi oleh
saya.
3 Baik Bu, langsung saja Iya baik neng silahkan.
mungkin ya.
Wawancara kedua kali
ini saya akan
menanyakan hal-hal
yang sebetulnya kurang
lebih sama seperti
kemarin yaitu terkait
program penghafalan
Al-Qur’an yang
dilaksanakan disini
4 Yang pertama itu Iya betul neng.
metode tahfidz yang
dilaksanakan di TK
Ihya As-Sunnah.
Sebelumnya Ibu
menjelaskan bahwa
metode yang digunakan
disini itu yang pertama
menderngar dan
170

melihat, lalu meniru


dan menulis.
5 Nah sebelumnya juga Metode talqin itu
saya sudah wawancara sebetulnya sama dengan
ya Bu dengan Ibu wakil yang Ibu jelaskan yaitu
kepala, beliau melihat, mendengar,
menyebutkan bahwa meniru dan menulis. Cuma
metode yang digunakan memang pengertian dari
dalam tahfidz disini itu talqin nya itu sendiri guru
adalah metode talqin. membacakan terlebih
dahulu ayatnya, lalu akan
ditiru oleh anak secara
berulang-ulang sampai
hafal. Adapun beberapa
guru yang suka
menambahkan dengan
menulis ayat di papan
tulis, itu hanya menambah
saja, dengan harapan yang
kemarin Ibu jelaskan,
supaya membiasakan anak
melihat huruf hijaiyyah
sambung atau sebagai
pengenalan lah gitu neng,
jadi saat anak baca iqro
nanti sudah terbiasa.
6 Baik baik Ibu, dan Astagfirulloh, iya mungkin IF3 mengoreksi
untuk pertanyaan Ibu keliru ya neng. Itu bahwa murojaah
selanjutnya terkait seharusnya masuk bersama
program spontan yang kedalam program rutin. merupakan
diadakan disini. Aduh, punteun ya neng. program rutin.
Murojaah bulanan per-
171

unit itu kan Ibu


sampaikan kemarin
merupakan program
spontan ya, namun hal
itu berbeda dengan
yang Ibu wakil kepala
sampaikan. Beliau
menyebutkan bahwa
murojaah besar itu
merupakan kegiatan
rutin, karena kegiatan
tersebut rutin
dijadwalkan setiap
bulan dan pasti
dilaksanakan.
7 Tidak apa-apa Ibu saya Iya neng untuk itu betul
bertanya kembali juga yang disampaikan oleh Ibu
kan itu untuk tanti, merupakan program
meyakinkan kembali rutin.
informasi yang saya
dapatkan seperti apa.
8 Baik baik Ibu, Hmm... kalau untuk Program hafalan
terimakasih program spontan sih spontan:
informasinya. mungkin ya neng dari Mengadakan
Selanjutnya untuk games yang dilakukan games dadakan
program hafalan apabila ada waktu luang, apabila ada waktu
spontannya itu ada atau misalnya kayak cerdas luang.
tidak Bu? cermat gitu dibagi 2
kelompok, lalu nanti
disajikan pertanyaan
seperti menebak surat,
melanjutkan ayat,
172

menebak surat dari


asbabun nuzul yang
disebutkan oleh guru,
paling yang gitu-gitu aja
neng dan itupun jarang
sekali apabila ada waktu
luang saja.
9 Baik baik Ibu. Alhamdulillah apabila Ibu
Alhamdulillah untuk membantu, semoga lancar
wawancara kedua kali urusannya ya neng.
ini dicukupkan sekian,
karena pertanyaan-
pertanyaan saya juga
sudah terjawab
semuanya. Terimakasih
banyak Bu sudah
banyak membantu saya
memberikan informasi,
menjawab semua
pertanyaan, itu akan
sangat membantu untuk
saya.
10 Aamiin Aamiin Yaa Waaaikumsalam wr.wb..
Allah, terimakasih
sekali lagi Ibu, saya
pamit duluan.
Assalamualaikum
wr.wb...
173

Lampiran VI: Hasil Observasi


Hasil Observasi ke-1

1. Identitas observasi
a. Lembaga yang diamati : TK Ihya As-Sunnah
b. Hari, tanggal : Jumat, 4 Agustus 2023
c. Waktu : 08.00-13.45 WIB
2. Aspek-aspek yang diamati
a. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
b. Menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar sebagai rasa
syukur kepada Tuhan
c. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
d. Mengenal dan menunjukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan
tuntunan orang dewasa
e. Mengenal dan menunjukan perilaku baik sebagai cerminan akhlak
mulia

Tingkat Indikator Hasil Observasi Keterangan


Pencapaian Dilaksanak Tidak
Perkembang an Dilaksanak
an Agama an
dan Moral
Anak Usia 5-
6 tahun
Mempercaya a. Mengucapka √ Semua anak-
i adanya n kalimat anak diberikan
Tuhan pujian pijakan oleh
melalui terhadap guru ketika
ciptaan-Nya ciptaan melihat ciptaan
Tuhan Allah
mengucapkan
kalimat pujian,
tetapi hanya
sebagian anak-
anak saja yang
mengucapkann
ya. Guru
memberikan
pijakan
sebelum makan
174

dengan
mengucapkan
rasa syukur atas
rezeki yang
Allah berikan
hari ini dan
mengucapkan
pujian asmaul
husna “Ar-
Rozzaaq Allah
Maha Pemberi
Rezeki”
Pemberi
Rezeki” dan
ada contoh lain
pada saat
kegiatan circle
time, anak
bersama-sama
menyebutkan
tema pada
bulan agustus
yaitu “Tubuh
Sehat
Menjadikanku
Muslim yang
Ceria Karunia
Allah Al-
Khaaliq Allah
Maha Pencipta)
b. Percaya √ Semua anak
adanya percaya akan
ciptaan- adanya ciptaan
ciptaan Tuhan. Ketika
Tuhan guru sedang
memberikan
pijakan
sebelum sentra,
semua anak
menyebutkan
satu per satu
ciptaan Allah
yang ada di
darat.
175

c. Percaya √ Semua anak


sifat-sifat menyebutkan
tuhan sifat-sifat Allah
sebagai (asmaul husna)
pencipta setiap memulai
kegiatan circle
time. Contonya:
anak bersama-
sama
menyebutkan
tema pada
bulan agustus
yaitu “Tubuh
Sehat
Menjadikanku
Muslim yang
Ceria Karunia
Allah Al-
Khaaliq Allah
Maha Pencipta)
d. Percaya √ Semua anak
agama yang percaya akan
dianutnya ciptaan-ciptaan
Allah,
melakukan
ibadah,
membaca doa-
doa harian dan
lain sebagainya.
176

Menghargai a. Bersyukur √ Anak-anak


diri sendiri, terhadap selalu ceria
orang lain dirinya dalam
dan menjalankan
lingkungan semua kegiatan
sekitar disekolah,
sebagai rasa menghabiskan
syukur snack dan
kepada makanan berat
Tuhan yang sudah
diambil,
menjaga tubuh
nya supaya
tetap aman,
berolahraga
setiap hari
supaya menjaga
tubuhnya tetap
sehat,
bertanggung
jawab ketika
sedang menjadi
khalifah
(memimpin saat
berbaris,
memimpin pada
kegiatan berdoa
pagi,
memimpin
berdoa saat
variasi bermain,
memimpin
berdoa ketika
keluar dan
masuk kelas,
memimpin
berdoa ketika
sentra,
memimpin
berdoa ketika
hendak ke
kamar mandi
dan keluar
kamar mandi,
memimpin
berdoa setelah
berwudhu,
memimpin
177

berdoa sebelum
dan sesudah
makan dan
memimpin
berdoa ketika
akan pulang.
Lalu anak juga
menjaga
kebersihan,
melakukan
gosok gigi
setelah makan,
lalu mencuci
piring sesudah
makan. Lalu
semua anak
mengetahui hak
milik dirinya
sendiri dan
mampu
mempertahanka
n hak milik
sendiri dengan
cara yang baik /
benar.
b. Merawat √ Anak menjaga
tanaman dan tanaman,
binatang pohon-pohon
ciptaan disekitar
Tuhan sekolah. Pada
kegiatan variasi
bermain pagi
anak
mengambil
kucing yang
sedang ada
ditengah
lapangan untuk
dipindahkan ke
tempat yang
lebih aman,
karena di
lapangan
tersebut sedang
ada santri yang
sedang bermain
sepak bola.
178

c. Bersyukur √ Anak-anak
terhadap selalu bermain
lingkungan bersama teman
(teman, sebayanya,
orang tua, anak-anak
guru) selalu peduli
dan membantu
teman yang
memiliki
kebutuhan
khusus. Contoh:
membantu anak
berkebutuhan
khusus dalam
menulis
namanya, disaat
ABK masuk
kelas, anak-
anak serempak
mengucapkan
salam, lalu
ketika ABK
menunjukan
karyanya
teman-
temannya akan
memberikan
apresiasi atau
pujian. Selain
itu anak-anak
juga
menghormati
semua guru,
mengikuti
semua arahan
guru.
d. Saling √ Tidak
menghargai membeda-
(toleransi) bedakan teman,
disaat bermain
anak-anak
selalu sportif,
menghargai
teman yang
sedang
berbicara,
mengikuti
aturan main,
179

menoleransi
kepada ABK
apabila kurang
mandiri masih
perlu bantuan
teman atau
guru, tidak
saling
mengejek.
Sebagian besar
anak selalu
fokus dalam
mendengaran
informasi yang
diberikan oleh
guru. Lalu
ketika sebelum
pulang, guru
akan meminta
maaf kepada
semua anak
”Terimakasih
teman-teman
sudah bermain
di sentra imtaq
hari ini. Bu Lia
dan Bu Ade
meminta maaf
apabila
memiliki
kesalahan
kepada kalian”
dan semua anak
menjawab
“Sama-sama
kami juga minta
maaf”
Memiliki a. Berperilaku √ Ketika ada anak
perilaku jujur dalam yang sedang
yang perkataan mengalami
mencermink perselisihan,
an sikap anak bisa jujur
jujur mengakui
kesalahan di
depan teman
dan guru.
Anak-anak
mengatakan
180

menjadi
khalifah sesuai
dengan
jadwalnya. Lalu
disaat
melaporkan
ragam main
dalam sentra
anak
mengucapkan
dengan jujur
bermain apa
saja dan tuntas
atau tidak.
Sebetulnya
guru juga sudah
mengetahui
anak bermain
berapa ragam
main dan apa
saja, karena
guru memantau
anak pada saat
sentra, tetapi
pada akhir
sentra guru
akan
menanyakan
kembali kepada
anak untuk
melatih anak
supaya
berbicara sesuai
fakta. Lalu
ketika setelah
sentra di kelas
lain, guru
bertanya
kepada anak
apakah ada
masalah yang
terjadi atau
tidak. Lalu
ketika setelah
selesai sentra di
kelas lain, guru
akan bertanya
kepada anak-
181

anak apakah
ada masalah di
kelas sentra
tadi, dan anak
menjawab
“Tadi Bu si A
(inisial)
melempar botol
minum” .
b. Berperilaku √ Ketika anak
jujur dalam yang berselisih
perbuatan mengakui
kesalahannya,
dia juga akan
minta maaf
kepada
temannya. Lalu
ketika saat
makan anak-
anak akan
membawa
snack, lauk
pauk dan buah
sesuai jatahnya.
Anak-anak
memiliki
kesadaran
untuk
bertanggung
jawab saat
menjadi
khalifah pada
hari yang sudah
dijadwalkan.
Mengenal a. Mengetahui √ Sebagian besar
dan doa-doa (doa anak
menunjukka sebelum dan mengetahui doa
n kegiatan sesudah sebelum dan
beribadah belajar, doa sesudah makan,
sehari-hari sebelum dan doa sebelum
dengan sesudah dan sesudah
tuntunan makan, doa belajar, doa
orang sebelum dan untuk kedua
dewasa sesudah orang tua.
tidur, doa Ditambah
untuk kedua dengan doa
orang tua) pagi, doa
sesuai kebaikan dunia
182

agama yang dan akhirat, doa


dianut masuk dan
keluar kamar
mandi, doa
sesudah wudhu,
doa masuk dan
keluar ruangan
dan doa
kafaratul
majlis.
b. Melakukan √ Sebagian besar
kegiatan anak
berdoa (doa membiasakan
sebelum dan untuk membaca
sesudah doa sebelum
belajar, doa dan sesudah
sebelum dan makan, doa
sesudah sebelum dan
makan, doa sesudah belajar,
sebelum dan doa untuk
sesudah kedua orang
tidur, doa tua. Ditambah
untuk kedua dengan doa
orang tua) pagi, doa
kebaikan dunia
dan akhirat, doa
masuk dan
keluar kamar
mandi, doa
sesudah wudhu,
doa masuk dan
keluar ruangan
dan doa
kafaratul
majlis.
c. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
ibadah sesuai cara sholat,
agama yang dzikir,
dianutnya berwudhu,
membaca iqro
dan
menghafalkan
Al-Qur’an.
d. Melakukan √ Anak
tata cara melakukan
ibadah sesuai ibadah sholat
agama yang dzuhur,
183

dianut berdzikir,
berwudhu,
membaca iqro
dan menghafal
Al-Qur’an.
Adapun
beberapa anak
yang berinfaq
di celengan
kelas.
e. Mengetahui √ Semua anak
tempat mengetahui
ibadah sesuai masjid adalah
agama yang tempat ibadah
dianut umat islam.
f. Mengetahui √ Sebagian anak
hari-hari mengetahui
besar agama agama islam
memiliki
perayaan besar
yaitu hari raya
idul fitri dan
idul adha.
a. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak
memberi mengetahui tata
salam cara memberi
salam sebelum
memasuki
Mengenal
ruangan saat
dan
keluar ruangan
menunjukka
dan.
n perilaku
b. Memberi √ Sebagian besar
baik sebagai
salam sesuai anak
cerminan
dengan tata membiasakan
akhlak mulia
cara yang memberi salam
baik sebelum
memasuki
ruangan saat
keluar ruangan
dan.
184

c. Mengetahui √ Semua anak


tata cara mengetahui tata
makan dan cara makan
minum yang benar.
Misalnya
membacakan
doa sebelum
makan, tidak
makan sambil
berdiri, makan
menggunakan
tangan kanan,
tidak banyak
berbicara saat
makan,
membawa
makan sesuai
keinginan,
bertanggung
jawab
menghabiskan
makanannya,
duduk dengan
rapih.
Anak-anak
menggambar
dan mewarnai
masjid sesuai
kreativitas pada
saat jurnal pagi,
dan anak
mengetahui
identitas masjid
yaitu
mempunyai
kubah dan tiang
besar.
185

d. Melakukan √ Semua anak


makan dan melakukan tata
minum cara makan
sesuai tata yang benar.
cara yang Misalnya
baik membacakan
doa sebelum
makan, tidak
makan sambil
berdiri, makan
menggunakan
tangan kanan,
tidak banyak
berbicara saat
makan,
membawa
makan sesuai
keinginan,
bertanggung
jawab
menghabiskan
makanannya,
duduk dengan
rapih.
e. Mengetahui √ Sebagian besar
cara anak
menyampaik mengetahui
an terima penyampaian
kasih setelah terimakasih
mendapatkan setelah
bantuan mendapatkan
bantuan.
f. Menyampaik √ Sebagian besar
an terima anak
kasih setelah menyampaikan
diberi terimakasih
bantuan setelah
dengan cara mendapatkan
yang baik bantuan.
Contohnya
disaat guru
membagikan
buku tabungan,
anak akan
mengucapkan
“terimakasih
Bu”
186

g. Mengetahui √ Sebagian besar


cara anak
meminta mengetahui
bantuan cara meminta
bantuan dengan
baik dan santun
h. Meminta √ Sebagian anak
bantuan meminta
dengan cara bantuan dengan
yang baik baik dan
berbicara yang
santun. Contoh
ketika saat
berwudhu anak
akan meminta
bantuan guru
untuk
membukakan
kancing pada
bagian tangan
dengan
mengucapkan
“Ibu tolong
bukakan ini
(sambil
memperlihatkan
kancing baju
bagian
tangan)”. Lalu
ketika
i. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak
berbicara mengetahui tata
secara santun cara berbicara
secara santun
j. Berbicara √ Sebagian besar
secara santun anak berbicara
secara santun
kepada guru
dan teman
sebayanya
dalam segala
aktivitas di
sekolah.
k. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak
berjalan mengetahui tata
melewati cara berjalan
187

orang yang melewati orang


lebih tua yang lebih tua.
l. Berjalan √ Sebagian besar
melewati anak berjalan
orang yang sesuai tata cara
lebih tua berjalan ketika
dengan tata melewati guru,
cara yang misalnya
baik menundukan
badan dan
berbicara
“permisi Bu”
m. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
berpakaian cara
berpakaian.
n. Berpakaian √ Semua anak
dengan tata mengetahui tata
cara yang cara berpakaian
baik yang baik,
menggunakan
seragam
sekolah dan
kerudung (bagi
perempuan)
supaya
menutup aurat,
berpakaian
dengan rapih.
o. Berperilaku √ Sebagian besar
baik dan anak
santun sesuai berperilaku
dengan baik dan santun
agama dan sesuai aturan.
adat
setempat

Hasil Observasi ke-2

1. Identitas observasi
a. Lembaga yang diamati : TK Ihya As-Sunnah
b. Hari, tanggal : Senin, 7 Agustus 2023
c. Waktu :08.15-13.45 WIB
2. Aspek-aspek yang diamati
188

a. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya


b. Menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar sebagai rasa
syukur kepada Tuhan
c. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
d. Mengenal dan menunjukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan
tuntunan orang dewasa
e. Mengenal dan menunjukan perilaku baik sebagai cerminan akhlak
mulia

Tingkat Hasil Observasi


Pencapaian Dilaksanakan Tidak
Perkembangan Indikator Dilaksanakan Keterangan
Nilai Agama
dan Moral
Anak Usia 5-6
tahun
Mempercayai a. Mengucapkan √ Semua anak-anak
adanya Tuhan kalimat pujian diberikan pijakan
melalui terhadap oleh guru ketika
ciptaan-Nya ciptaan Tuhan melihat ciptaan
Allah
mengucapkan
kalimat pujian,
tetapi hanya
sebagian anak-
anak saja yang
mengucapkannya.
Guru
memberikan
pijakan sebelum
membagikan
makanan kepada
anak dengan
mengucapkan
rasa syukur atas
rezeki yang Allah
berikan hari ini
dan mengucapkan
pujian asmaul
husna “Ar-
Rozzaaq Allah
Maha Pemberi
Rezeki” dan ada
189

contoh lain pada


saat kegiatan
circle time, anak
bersama-sama
menyebutkan
tema pada bulan
agustus yaitu
“Tubuh Sehat
Menjadikanku
Muslim yang
Ceria Karunia
Allah Al-Khaaliq
Allah Maha
Pencipta)
b. Percaya √ Semua anak
adanya percaya akan
ciptaan-ciptaan adanya ciptaan
Tuhan Tuhan. Ketika
guru sedang
memberikan
pijakan sebelum
sentra, semua
anak
menyebutkan satu
per satu ciptaan
Allah yang ada di
air.
c. Percaya sifat- √ Semua anak
sifat tuhan menyebutkan
sebagai sifat-sifat Allah
pencipta (asmaul husna)
setiap memulai
kegiatan circle
time. Contonya:
Anak bersama-
sama
menyebutkan
tema pada bulan
agustus yaitu
“Tubuh Sehat
Menjadikanku
Muslim yang
Ceria Karunia
Allah Al-Khaaliq
Allah Maha
Pencipta)
190

d. Percaya agama √ Semua anak


yang dianutnya percaya akan
ciptaan-ciptaan
Allah, melakukan
ibadah, membaca
doa-doa harian
dan lain
sebagainya.
Menghargai a. Bersyukur √ Anak-anak selalu
diri sendiri, terhadap ceria dalam
orang lain dan dirinya menjalankan
lingkungan semua kegiatan
sekitar sebagai disekolah,
rasa syukur bertanggung
kepada Tuhan jawab untuk
menghabiskan
snack dan
makanan berat
yang sudah
diambil, menjaga
tubuh nya supaya
tetap aman,
berolahraga
setiap hari supaya
menjaga
tubuhnya tetap
sehat,
bertanggung
jawab ketika
sedang menjadi
khalifah
(memimpin saat
berbaris,
memimpin pada
kegiatan berdoa
pagi, memimpin
berdoa saat
variasi bermain,
memimpin
berdoa ketika
keluar dan masuk
kelas, memimpin
berdoa ketika
sentra, memimpin
berdoa ketika
hendak ke kamar
mandi dan keluar
kamar mandi,
191

memimpin
berdoa setelah
berwudhu,
memimpin
berdoa sebelum
dan sesudah
makan dan
memimpin
berdoa ketika
akan pulang).
Lalu anak juga
menjaga
kebersihan,
melakukan gosok
gigi setelah
makan, lalu
mencuci piring
sesudah makan.
b. Merawat √ Semua anak tidak
tanaman dan merusak
binatang tanaman, pohon-
ciptaan Tuhan pohon disekitar
sekolah. Semua
anak menjaga
binatang yang
ada di sekitar
sekolah.
c. Bersyukur √ Anak-anak selalu
terhadap bermain bersama
lingkungan teman sebayanya,
(teman, orang anak-anak selalu
tua, guru) membantu teman
yang memiliki
kebutuhan
khusus. Contoh:
membantu anak
berkebutuhan
khusus dalam
menulis
namanya, disaat
ABK masuk
kelas, anak-anak
serempak
mengucapkan
salam, semua
anak
menghormati
para guru,
192

mengikuti semua
arahan guru.
d. Saling √ Tidak membeda-
menghargai bedakan teman,
(toleransi) disaat bermain
anak-anak selalu
sportif,
menghargai
teman yang
sedang berbicara,
mengikuti aturan
main,
menoleransi
kepada ABK
apabila kurang
mandiri dan
masih perlu
bantuan teman
atau guru, tidak
saling mengejek.
Sebagian besar
anak selalu fokus
dalam
mendengarkan
informasi yang
diberikan oleh
guru.
Memiliki a. Berperilaku √ Ketika ada anak
perilaku yang jujur dalam yang sedang
mencerminkan perkataan mengalami
sikap jujur perselisihan, anak
bisa jujur
mengakui
kesalahan di
depan teman dan
guru. Anak-anak
mengatakan
menjadi khalifah
sesuai dengan
jadwalnya. Lalu
disaat
melaporkan
ragam main
dalam sentra,
anak
mengucapkan
dengan jujur
bermain apa saja
193

dan tuntas atau


tidak. Sebetulnya
guru juga sudah
mengetahui anak
bermain berapa
ragam main dan
apa saja, karena
guru memantau
anak pada saat
bermain sentra,
tetapi pada
kegiatan akhir
sentra guru akan
menanyakan
kembali kepada
anak untuk
melatih anak
supaya berbicara
sesuai fakta. Lalu
ketika setelah
selesai sentra di
kelas lain, guru
akan bertanya
kepada anak-anak
apakah ada
masalah di kelas
sentra tadi, dan
apabila tidak
memiliki masalah
anak akan
berbicara “tidak
Bu”
b. Berperilaku √ Pada waktu
jujur dalam makan anak-anak
perbuatan akan membawa
snack, lauk pauk
dan buah sesuai
jatahnya. Lalu
nak-anak
memiliki
kesadaran untuk
bertanggung
jawab saat
menjadi khalifah
pada hari yang
sudah
dijadwalkan.
194

a. Mengetahui √ Sebagian besar


doa-doa (doa anak mengetahui
sebelum dan doa sebelum dan
sesudah sesudah makan,
belajar, doa doa sebelum dan
sebelum dan sesudah belajar,
sesudah doa untuk kedua
makan, doa orang tua.
sebelum dan Ditambah dengan
sesudah tidur, doa pagi, doa
doa untuk kebaikan dunia
kedua orang dan akhirat, doa
tua) sesuai masuk dan keluar
agama yang kamar mandi, doa
dianut sesudah wudhu,
doa masuk dan
keluar ruangan
dan doa kafaratul
majlis.
b. Melakukan √ Sebagian besar
Mengenal dan kegiatan anak
menunjukkan berdoa (doa membiasakan
kegiatan sebelum dan untuk membaca
beribadah sesudah doa sebelum dan
sehari-hari belajar, doa sesudah makan,
dengan sebelum dan doa sebelum dan
tuntunan sesudah sesudah belajar,
orang dewasa makan, doa doa untuk kedua
sebelum dan orang tua.
sesudah tidur, Ditambah dengan
doa untuk doa pagi, doa
kedua orang kebaikan dunia
tua) dan akhirat, doa
masuk dan keluar
kamar mandi, doa
sesudah wudhu,
doa masuk dan
keluar ruangan
dan doa kafaratul
majlis.
c. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
ibadah sesuai cara sholat,
agama yang dzikir, berwudhu,
dianutnya membaca iqro
dan
menghafalkan Al-
Qur’an.
195

d. Melakukan tata √ Anak melakukan


cara ibadah ibadah sholat
sesuai agama dzuhur, berdzikir,
yang dianut berwudhu,
membaca iqro
dan menghafal
Al-Qur’an.
Adapun beberapa
anak yang
berinfaq di
celengan kelas.
e. Mengetahui √ Semua anak
tempat ibadah mengetahui
sesuai agama masjid adalah
yang dianut tempat ibadah
umat islam.
Anak-anak
menyebutkan
nama-nama
mesjid yang
mereka ketahui.
Beberapa anak
menggambar dan
mewarnai masjid
sesuai kreativitas
pada saat jurnal
pagi, dan anak
mengetahui
identitas masjid
yaitu mempunyai
kubah dan tiang
besar.
f. Mengetahui √ Sebagian anak
hari-hari besar mengetahui
agama agama islam
memiliki hari
besar yaitu hari
raya idul fitri dan
idul adha.
a. Mengetahui √ Sebagian besar
Mengenal dan
tata cara anak mengetahui
menunjukkan
memberi tata cara memberi
perilaku baik
salam salam sebelum
sebagai
memasuki
cerminan
ruangan dan saat
akhlak mulia
keluar ruangan.
196

b. Memberi √ Sebagian besar


salam sesuai anak
dengan tata membiasakan
cara yang baik memberi salam
sebelum
memasuki
ruangan saat
keluar ruangan
dan.
c. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
makan dan cara makan yang
minum benar. Misalnya
membacakan doa
sebelum makan,
tidak makan
sambil berdiri,
makan
menggunakan
tangan kanan,
tidak banyak
berbicara saat
makan,
membawa makan
sesuai keinginan,
bertanggung
jawab
menghabiskan
makanannya, dan
duduk dengan
rapih.
d. Melakukan √ Semua anak
makan dan melakukan tata
minum sesuai cara makan yang
tata cara yang benar. Misalnya
baik membacakan doa
sebelum makan,
tidak makan
sambil berdiri,
makan
197

menggunakan
tangan kanan,
tidak banyak
berbicara saat
makan,
membawa makan
sesuai keinginan,
bertanggung
jawab
menghabiskan
makanannya, dan
duduk dengan
rapih.
e. Mengetahui √ Sebagian besar
cara anak mengetahui
menyampaikan penyampaian
terima kasih terimakasih
setelah setelah
mendapatkan mendapatkan
bantuan bantuan.
f. Menyampaikan √ Sebagian besar
terima kasih anak
setelah diberi menyampaikan
bantuan dengan terimakasih
cara yang baik setelah
mendapatkan
bantuan.
Contohnya disaat
guru membagikan
buku tabungan,
anak-anak akan
mengucapkan
“terimakasih Bu”
g. Mengetahui √ Sebagian besar
cara meminta anak mengetahui
bantuan cara meminta
bantuan dengan
baik dan santun
h. Meminta √ Sebagian anak
bantuan meminta bantuan
dengan cara dengan baik dan
yang baik berbicara yang
santun. Contoh
ketika saat
berwudhu anak
meminta bantuan
guru untuk
membukakan
198

kancing pada
bagian tangan
dengan
mengucapkan
“Ibu tolong
bukakan ini
(sambil
memperlihatkan
kancing baju
bagian tangan)”.
i. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak mengetahui
berbicara tata cara
secara santun berbicara secara
santun
j. Berbicara √ Sebagian besar
secara santun anak berbicara
secara santun
kepada guru dan
teman sebayanya
dalam segala
aktivitas di
sekolah.
k. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak mengetahui
berjalan tata cara berjalan
melewati orang melewati orang
yang lebih tua yang lebih tua.
l. Berjalan √ Sebagian besar
melewati orang anak berjalan
yang lebih tua sesuai tata cara
dengan tata berjalan ketika
cara yang baik melewati guru,
misalnya
menundukan
badan dan
berbicara
“permisi Bu”
m. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
berpakaian cara berpakaian.
n. Berpakaian √ Semua anak
dengan tata mengetahui tata
cara yang baik cara berpakaian
yang baik,
menggunakan
seragam sekolah
dan kerudung
199

(bagi perempuan)
supaya menutup
aurat, berpakaian
dengan rapih.
o. Berperilaku √ Sebagian besar
baik dan anak berperilaku
santun sesuai baik dan santun
dengan agama sesuai aturan.
dan adat
setempat

Hasil Observasi ke-3

1. Identitas observasi
a. Lembaga yang diamati : TK Ihya As-Sunnah
b. Hari, tanggal : Selasa, 8 Agustus 2023
c. Waktu :07.40-13.45 WIB
2. Aspek-aspek yang diamati
a. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
b. Menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar sebagai rasa
syukur kepada Tuhan
c. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
d. Mengenal dan menunjukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan
tuntunan orang dewasa
e. Mengenal dan menunjukan perilaku baik sebagai cerminan akhlak
mulia

Tingkat Hasil Observasi


Pencapaian Dilaksanaka Tidak
Perkembangan Indikator n Dilaksanakan Keterangan
Nilai Agama
dan Moral
Anak Usia 5-6
tahun
200

Mempercayai a. Mengucapkan √ Semua anak-anak


adanya Tuhan kalimat pujian diberikan pijakan
melalui terhadap oleh guru ketika
ciptaan-Nya ciptaan Tuhan melihat ciptaan
Allah
mengucapkan
kalimat pujian,
tetapi hanya
sebagian anak-
anak saja yang
mengucapkannya.
Guru
memberikan
pijakan sebelum
membagikan
makanan kepada
anak dengan
mengucapkan
rasa syukur atas
rezeki yang Allah
berikan hari ini
dan mengucapkan
pujian asmaul
husna “Ar-
Rozzaaq Allah
Maha Pemberi
Rezeki” dan pada
saat kegiatan
circle time, anak
bersama-sama
menyebutkan
tema pada bulan
agustus yaitu
“Tubuh Sehat
Menjadikanku
Muslim yang
Ceria Karunia
Allah Al-Khaaliq
Allah Maha
Pencipta)
201

b. Percaya √ Semua anak


adanya percaya akan
ciptaan- adanya ciptaan
ciptaan Tuhan. Ketika
Tuhan guru sedang
memberikan
pijakan sebelum
sentra, anak-anak
membedakan
mana ciptaan
Allah dan mana
ciptaan manusia.
c. Percaya sifat- √ Semua anak
sifat tuhan menyebutkan
sebagai sifat-sifat Allah
pencipta (asmaul husna)
setiap memulai
kegiatan circle
time. Contonya:
Anak bersama-
sama
menyebutkan
tema pada bulan
agustus yaitu
“Tubuh Sehat
Menjadikanku
Muslim yang
Ceria Karunia
Allah Al-Khaaliq
Allah Maha
Pencipta)
d. Percaya agama √ Semua anak
yang dianutnya percaya akan
ciptaan-ciptaan
Allah, melakukan
ibadah, membaca
doa-doa harian
dan lain
sebagainya.
202

Menghargai a. Bersyukur √ Anak-anak selalu


diri sendiri, terhadap ceria dalam
orang lain dan dirinya menjalankan
lingkungan semua kegiatan
sekitar sebagai disekolah,
rasa syukur bertanggung
kepada Tuhan jawab untuk
menghabiskan
snack dan
makanan berat
yang sudah
diambil, menjaga
tubuh nya supaya
tetap aman,
berolahraga
setiap hari supaya
menjaga
tubuhnya tetap
sehat,
bertanggung
jawab ketika
sedang menjadi
khalifah
(memimpin saat
berbaris,
memimpin pada
kegiatan berdoa
pagi, memimpin
berdoa saat
variasi bermain,
memimpin
berdoa ketika
keluar dan masuk
kelas, memimpin
berdoa ketika
sentra, memimpin
berdoa ketika
hendak ke kamar
mandi dan keluar
kamar mandi,
memimpin
berdoa setelah
berwudhu,
memimpin
berdoa sebelum
dan sesudah
makan dan
memimpin
203

berdoa ketika
akan pulang).
Lalu anak juga
menjaga
kebersihan,
melakukan gosok
gigi setelah
makan, lalu
mencuci piring
sesudah makan.
b. Merawat √ Semua anak tidak
tanaman dan merusak
binatang tanaman, pohon-
ciptaan Tuhan pohon disekitar
sekolah. Semua
anak menjaga
binatang yang
ada di sekitar
sekolah.
c. Bersyukur √ Anak-anak selalu
terhadap bermain bersama
lingkungan teman sebayanya,
(teman, orang anak-anak selalu
tua, guru) membantu teman
yang memiliki
kebutuhan
khusus. Contoh:
membantu anak
berkebutuhan
khusus dalam
menulis
namanya, lalu
disaat ABK
masuk kelas,
anak-anak
serempak
mengucapkan
salam, dan semua
anak
menghormati
para guru serta
mengikuti semua
arahan guru.
204

d. Saling √ Tidak membeda-


menghargai bedakan teman,
(toleransi) disaat bermain
anak-anak selalu
sportif,
menghargai
teman yang
sedang berbicara,
mengikuti aturan
main,
menoleransi
kepada ABK
apabila kurang
mandiri dan
masih perlu
bantuan teman
atau guru, tidak
saling mengejek.
Sebagian besar
anak selalu fokus
dalam
mendengarkan
informasi yang
diberikan oleh
guru.
Memiliki a. Berperilaku √ Ketika ada anak
perilaku yang jujur dalam yang sedang
mencerminkan perkataan mengalami
sikap jujur perselisihan, anak
bisa jujur
mengakui
kesalahan di
depan teman dan
guru. Anak-anak
mengatakan
menjadi khalifah
sesuai dengan
jadwalnya. Lalu
disaat
melaporkan
ragam main
dalam sentra,
anak
mengucapkan
dengan jujur
bermain apa saja
dan tuntas atau
tidak. Sebetulnya
205

guru juga sudah


mengetahui anak
bermain berapa
ragam main dan
apa saja, karena
guru memantau
anak pada saat
bermain sentra,
tetapi pada
kegiatan akhir
sentra guru akan
menanyakan
kembali kepada
anak untuk
melatih anak
supaya berbicara
sesuai fakta.
b. Berperilaku √ Pada waktu
jujur dalam makan anak-anak
perbuatan akan membawa
snack, lauk pauk
dan buah sesuai
jatahnya. Lalu
nak-anak
memiliki
kesadaran untuk
bertanggung
jawab saat
menjadi khalifah
pada hari yang
sudah
dijadwalkan.
Mengenal dan a. Mengetahui √ Sebagian besar
menunjukkan doa-doa (doa anak mengetahui
kegiatan sebelum dan doa sebelum dan
beribadah sesudah sesudah makan,
sehari-hari belajar, doa doa sebelum dan
dengan sebelum dan sesudah belajar,
tuntunan sesudah doa untuk kedua
orang dewasa makan, doa orang tua.
sebelum dan Ditambah dengan
sesudah tidur, doa pagi, doa
doa untuk kebaikan dunia
kedua orang dan akhirat, doa
tua) sesuai masuk dan keluar
agama yang kamar mandi, doa
dianut sesudah wudhu,
doa masuk dan
206

keluar ruangan
dan doa kafaratul
majlis.
b. Melakukan √ Sebagian besar
kegiatan anak
berdoa (doa membiasakan
sebelum dan untuk membaca
sesudah doa sebelum dan
belajar, doa sesudah makan,
sebelum dan doa sebelum dan
sesudah sesudah belajar,
makan, doa doa untuk kedua
sebelum dan orang tua.
sesudah tidur, Ditambah dengan
doa untuk doa pagi, doa
kedua orang kebaikan dunia
tua) dan akhirat, doa
masuk dan keluar
kamar mandi, doa
sesudah wudhu,
doa masuk dan
keluar ruangan
dan doa kafaratul
majlis.
c. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
ibadah sesuai cara sholat,
agama yang dzikir, berwudhu,
dianutnya membaca iqro
dan
menghafalkan Al-
Qur’an.
d. Melakukan √ Anak melakukan
tata cara ibadah sholat
ibadah sesuai dzuhur, berdzikir,
agama yang berwudhu,
dianut membaca iqro
dan menghafal
Al-Qur’an.
Adapun beberapa
anak yang
berinfaq di
celengan kelas.
207

e. Mengetahui √ Semua anak


tempat ibadah mengetahui
sesuai agama masjid adalah
yang dianut tempat ibadah
umat islam.
Anak-anak
menyebutkan
nama-nama
mesjid yang
mereka ketahui.
Beberapa anak
menggambar dan
mewarnai masjid
sesuai kreativitas
pada saat jurnal
pagi, dan anak
mengetahui
identitas masjid
yaitu mempunyai
kubah dan tiang
besar.
f. Mengetahui √ Sebagian anak
hari-hari besar mengetahui
agama agama islam
memiliki hari
besar yaitu hari
raya idul fitri dan
idul adha.
a. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak mengetahui
memberi tata cara memberi
salam salam sebelum
memasuki
Mengenal dan ruangan dan saat
menunjukkan keluar ruangan.
perilaku baik b. Memberi √ Sebagian besar
sebagai salam sesuai anak
cerminan dengan tata membiasakan
akhlak mulia cara yang baik memberi salam
sebelum
memasuki
ruangan saat
keluar ruangan
dan.
208

c. Mengetahui √ Semua anak


tata cara mengetahui tata
makan dan cara makan yang
minum benar. Misalnya
membacakan doa
sebelum makan,
tidak makan
sambil berdiri,
makan
menggunakan
tangan kanan,
tidak banyak
berbicara saat
makan,
membawa makan
sesuai keinginan,
bertanggung
jawab
menghabiskan
makanannya, dan
duduk dengan
rapih.
d. Melakukan √ Semua anak
makan dan melakukan tata
minum sesuai cara makan yang
tata cara yang benar. Misalnya
baik membacakan doa
sebelum makan,
tidak makan
sambil berdiri,
makan
menggunakan
tangan kanan,
tidak banyak
berbicara saat
makan,
membawa makan
sesuai keinginan,
bertanggung
jawab
menghabiskan
makanannya, dan
duduk dengan
rapih.
e. Mengetahui √ Sebagian besar
cara anak mengetahui
menyampaikan penyampaian
terima kasih terimakasih
209

setelah setelah
mendapatkan mendapatkan
bantuan bantuan.
f. Menyampaikan √ Sebagian besar
terima kasih anak
setelah diberi menyampaikan
bantuan terimakasih
dengan cara setelah
yang baik mendapatkan
bantuan.
Contohnya disaat
guru membagikan
buku tabungan,
anak-anak akan
mengucapkan
“terimakasih Bu”
g. Mengetahui √ Sebagian besar
cara meminta anak mengetahui
bantuan cara meminta
bantuan dengan
baik dan santun
h. Meminta √ Sebagian anak
bantuan meminta bantuan
dengan cara dengan baik dan
yang baik berbicara yang
santun. Contoh
ketika saat
berwudhu anak
meminta bantuan
guru untuk
membukakan
kancing pada
bagian tangan
dengan
mengucapkan
“Ibu tolong
bukakan ini
(sambil
memperlihatkan
kancing baju
bagian tangan)”.
i. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak mengetahui
berbicara tata cara
secara santun berbicara secara
santun
210

j. Berbicara √ Sebagian besar


secara santun anak berbicara
secara santun
kepada guru dan
teman sebayanya
dalam segala
aktivitas di
sekolah.
k. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak mengetahui
berjalan tata cara berjalan
melewati melewati orang
orang yang yang lebih tua.
lebih tua
l. Berjalan √ Sebagian besar
melewati anak berjalan
orang yang sesuai tata cara
lebih tua berjalan ketika
dengan tata melewati guru,
cara yang baik misalnya
menundukan
badan dan
berbicara
“permisi Bu”
m. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
berpakaian cara berpakaian.

n. Berpakaian √ Semua anak


dengan tata mengetahui tata
cara yang baik cara berpakaian
yang baik,
menggunakan
seragam sekolah
dan kerudung
(bagi perempuan)
supaya menutup
aurat, berpakaian
dengan rapih.
o. Berperilaku √ Sebagian besar
baik dan anak berperilaku
santun sesuai baik dan santun
dengan agama sesuai aturan.
dan adat
setempat

Hasil Observasi ke-4


211

1. Identitas observasi
a. Lembaga yang diamati : TK Ihya As-Sunnah
b. Hari, tanggal : Rabu, 9 Agustus 2023
c. Waktu :08-00-13.45 WIB
2. Aspek-aspek yang diamati
a. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
b. Menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar sebagai rasa
syukur kepada Tuhan
c. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
d. Mengenal dan menunjukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan
tuntunan orang dewasa
e. Mengenal dan menunjukan perilaku baik sebagai cerminan akhlak
mulia

Tingkat Hasil Observasi


Pencapaian Dilaksanakan Tidak
Perkembangan Indikator Dilaksanakan Keterangan
Nilai Agama
dan Moral
Anak Usia 5-6
tahun
Mempercayai a. Mengucapkan √ Semua anak-anak
adanya Tuhan kalimat pujian diberikan pijakan
melalui terhadap oleh guru ketika
ciptaan-Nya ciptaan Tuhan melihat ciptaan
Allah
mengucapkan
kalimat pujian,
tetapi hanya
sebagian anak-
anak saja yang
mengucapkannya.
Guru
memberikan
pijakan sebelum
membagikan
212

makanan kepada
anak dengan
mengucapkan
rasa syukur atas
rezeki yang Allah
berikan hari ini
dan mengucapkan
pujian asmaul
husna “Ar-
Rozzaaq Allah
Maha Pemberi
Rezeki” dan pada
saat kegiatan
circle time, anak
bersama-sama
menyebutkan
tema pada bulan
agustus yaitu
“Tubuh Sehat
Menjadikanku
Muslim yang
Ceria Karunia
Allah Al-Khaaliq
Allah Maha
Pencipta)
b. Percaya √ Semua anak
adanya percaya akan
ciptaan- adanya ciptaan
ciptaan Tuhan. Ketika
Tuhan guru sedang
memberikan
pijakan sebelum
sentra, anak-anak
menyebutkan
kitab-kitab Allah.
c. Percaya sifat- √ Semua anak
sifat tuhan menyebutkan
sebagai sifat-sifat Allah
pencipta (asmaul husna)
setiap memulai
kegiatan circle
time. Contonya:
Anak bersama-
sama
menyebutkan
tema pada bulan
agustus yaitu
“Tubuh Sehat
213

Menjadikanku
Muslim yang
Ceria Karunia
Allah Al-Khaaliq
Allah Maha
Pencipta)
d. Percaya agama √ Semua anak
yang dianutnya percaya akan
ciptaan-ciptaan
Allah, melakukan
ibadah, membaca
doa-doa harian
dan lain
sebagainya.
Menghargai a. Bersyukur √ Anak-anak selalu
diri sendiri, terhadap ceria dalam
orang lain dan dirinya menjalankan
lingkungan semua kegiatan
sekitar sebagai disekolah,
rasa syukur bertanggung
kepada Tuhan jawab untuk
menghabiskan
snack dan
makanan berat
yang sudah
diambil, menjaga
tubuh nya supaya
tetap aman,
berolahraga
setiap hari supaya
menjaga
tubuhnya tetap
sehat,
bertanggung
jawab ketika
sedang menjadi
khalifah
(memimpin saat
berbaris,
memimpin pada
kegiatan berdoa
pagi, memimpin
berdoa saat
variasi bermain,
memimpin
berdoa ketika
keluar dan masuk
kelas, memimpin
214

berdoa ketika
sentra, memimpin
berdoa ketika
hendak ke kamar
mandi dan keluar
kamar mandi,
memimpin
berdoa setelah
berwudhu,
memimpin
berdoa sebelum
dan sesudah
makan dan
memimpin
berdoa ketika
akan pulang).
Lalu anak juga
menjaga
kebersihan,
melakukan gosok
gigi setelah
makan, lalu
mencuci piring
sesudah makan.
b. Merawat √ Semua anak tidak
tanaman dan merusak
binatang tanaman, pohon-
ciptaan Tuhan pohon disekitar
sekolah. Semua
anak menjaga
binatang yang
ada di sekitar
sekolah.
c. Bersyukur √ Anak-anak selalu
terhadap bermain bersama
lingkungan teman sebayanya,
(teman, orang anak-anak selalu
tua, guru) membantu teman
yang memiliki
kebutuhan
khusus. Contoh:
membantu anak
berkebutuhan
khusus dalam
menulis
namanya, lalu
disaat ABK
masuk kelas,
215

anak-anak
serempak
mengucapkan
salam, dan semua
anak
menghormati
para guru serta
mengikuti semua
arahan guru.
d. Saling √ Tidak membeda-
menghargai bedakan teman,
(toleransi) disaat bermain
anak-anak selalu
sportif,
menghargai
teman yang
sedang berbicara,
mengikuti aturan
main,
menoleransi
kepada ABK
apabila kurang
mandiri dan
masih perlu
bantuan teman
atau guru, tidak
saling mengejek.
Sebagian besar
anak selalu fokus
dalam
mendengarkan
informasi yang
diberikan oleh
guru. Lalu ketika
sebelum pulang,
guru akan
meminta maaf
kepada semua
anak
”Terimakasih
teman-teman
sudah bermain di
sentra imtaq hari
ini. Bu Lia dan
Bu Ade meminta
maaf apabila
memiliki
kesalahan kepada
216

kalian” dan
semua anak
menjawab
“Sama-sama
kami juga minta
maaf”
Memiliki a. Berperilaku √ Ketika ada anak
perilaku yang jujur dalam yang sedang
mencerminkan perkataan mengalami
sikap jujur perselisihan, anak
bisa jujur
mengakui
kesalahan di
depan teman dan
guru. Anak-anak
mengatakan
menjadi khalifah
sesuai dengan
jadwalnya. Lalu
disaat
melaporkan
ragam main
dalam sentra,
anak
mengucapkan
dengan jujur
bermain apa saja
dan tuntas atau
tidak. Sebetulnya
guru juga sudah
mengetahui anak
bermain berapa
ragam main dan
apa saja, karena
guru memantau
anak pada saat
bermain sentra,
tetapi pada
kegiatan akhir
sentra guru akan
menanyakan
kembali kepada
anak untuk
melatih anak
supaya berbicara
sesuai fakta.
217

b. Berperilaku √ Pada waktu


jujur dalam makan anak-anak
perbuatan akan membawa
snack, lauk pauk
dan buah sesuai
jatahnya. Lalu
nak-anak
memiliki
kesadaran untuk
bertanggung
jawab saat
menjadi khalifah
pada hari yang
sudah
dijadwalkan.
Mengenal dan a. Mengetahui √ Sebagian besar
menunjukkan doa-doa (doa anak mengetahui
kegiatan sebelum dan doa sebelum dan
beribadah sesudah sesudah makan,
sehari-hari belajar, doa doa sebelum dan
dengan sebelum dan sesudah belajar,
tuntunan sesudah doa untuk kedua
orang dewasa makan, doa orang tua.
sebelum dan Ditambah dengan
sesudah tidur, doa pagi, doa
doa untuk kebaikan dunia
kedua orang dan akhirat, doa
tua) sesuai masuk dan keluar
agama yang kamar mandi, doa
dianut sesudah wudhu,
doa masuk dan
keluar ruangan
dan doa kafaratul
majlis.
b. Melakukan √ Sebagian besar
kegiatan anak
berdoa (doa membiasakan
sebelum dan untuk membaca
sesudah doa sebelum dan
belajar, doa sesudah makan,
sebelum dan doa sebelum dan
sesudah sesudah belajar,
makan, doa doa untuk kedua
sebelum dan orang tua.
sesudah tidur, Ditambah dengan
doa untuk doa pagi, doa
kedua orang kebaikan dunia
tua) dan akhirat, doa
218

masuk dan keluar


kamar mandi, doa
sesudah wudhu,
doa masuk dan
keluar ruangan
dan doa kafaratul
majlis.
c. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
ibadah sesuai cara sholat,
agama yang dzikir, berwudhu,
dianutnya membaca iqro
dan
menghafalkan Al-
Qur’an.
d. Melakukan tata √ Anak melakukan
cara ibadah ibadah sholat
sesuai agama dzuhur, berdzikir,
yang dianut berwudhu,
membaca iqro
dan menghafal
Al-Qur’an.
Adapun beberapa
anak yang
berinfaq di
celengan kelas.
e. Mengetahui √ Semua anak
tempat ibadah mengetahui
sesuai agama masjid adalah
yang dianut tempat ibadah
umat islam.
Anak-anak
menyebutkan
nama-nama
mesjid yang
mereka ketahui.
Beberapa anak
menggambar dan
mewarnai masjid
sesuai kreativitas
pada saat jurnal
pagi, dan anak
mengetahui
identitas masjid
yaitu mempunyai
kubah dan tiang
besar.
f. Mengetahui √ Sebagian anak
219

hari-hari besar mengetahui


agama agama islam
memiliki hari
besar yaitu hari
raya idul fitri dan
idul adha.
a. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak mengetahui
memberi tata cara memberi
salam salam sebelum
memasuki
ruangan dan saat
keluar ruangan.
b. Memberi √ Sebagian besar
salam sesuai anak
dengan tata membiasakan
cara yang baik memberi salam
sebelum
memasuki
ruangan saat
keluar ruangan
dan.
Mengenal dan c. Mengetahui √ Semua anak
menunjukkan tata cara mengetahui tata
perilaku baik makan dan cara makan yang
sebagai minum benar. Misalnya
cerminan membacakan doa
akhlak mulia sebelum makan,
tidak makan
sambil berdiri,
makan
menggunakan
tangan kanan,
tidak banyak
berbicara saat
makan,
membawa makan
sesuai keinginan,
bertanggung
jawab
menghabiskan
makanannya, dan
duduk dengan
rapih.
220

d. Melakukan √ Semua anak


makan dan minum melakukan tata
sesuai tata cara cara makan yang
yang baik benar. Misalnya
membacakan doa
sebelum makan,
tidak makan
sambil berdiri,
makan
menggunakan
tangan kanan,
tidak banyak
berbicara saat
makan,
membawa makan
sesuai keinginan,
bertanggung
jawab
menghabiskan
makanannya, dan
duduk dengan
rapih.
e. Mengetahui √ Sebagian besar
cara anak mengetahui
menyampaikan penyampaian
terima kasih terimakasih
setelah setelah
mendapatkan mendapatkan
bantuan bantuan.
f. Menyampaikan √ Sebagian besar
terima kasih anak
setelah diberi menyampaikan
bantuan terimakasih
dengan cara setelah
yang baik mendapatkan
bantuan.
Contohnya disaat
guru membagikan
buku tabungan,
anak-anak akan
mengucapkan
“terimakasih Bu”
g. Mengetahui √ Sebagian besar
cara meminta anak mengetahui
bantuan cara meminta
bantuan dengan
baik dan santun
221

h. Meminta √ Sebagian anak


bantuan meminta bantuan
dengan cara dengan baik dan
yang baik berbicara yang
santun. Contoh
ketika saat
berwudhu anak
meminta bantuan
guru untuk
membukakan
kancing pada
bagian tangan
dengan
mengucapkan
“Ibu tolong
bukakan ini
(sambil
memperlihatkan
kancing baju
bagian tangan)”.
i. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak mengetahui
berbicara tata cara
secara santun berbicara secara
santun
j. Berbicara √ Sebagian besar
secara santun anak berbicara
secara santun
kepada guru dan
teman sebayanya
dalam segala
aktivitas di
sekolah.
k. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak mengetahui
berjalan tata cara berjalan
melewati orang melewati orang
yang lebih tua yang lebih tua.
l. Berjalan √ Sebagian besar
melewati orang anak berjalan
yang lebih tua sesuai tata cara
dengan tata berjalan ketika
cara yang baik melewati guru,
misalnya
menundukan
badan dan
berbicara
“permisi Bu”
222

m. Mengetahui √ Semua anak


tata cara mengetahui tata
berpakaian cara berpakaian.

n. Berpakaian √ Semua anak


dengan tata mengetahui tata
cara yang baik cara berpakaian
yang baik,
menggunakan
seragam sekolah
dan kerudung
(bagi perempuan)
supaya menutup
aurat, berpakaian
dengan rapih.
o. Berperilaku √ Sebagian besar
baik dan anak berperilaku
santun sesuai baik dan santun
dengan agama sesuai aturan.
dan adat
setempat

Hasil Observasi ke-5

1. Identitas observasi
a. Lembaga yang diamati : TK Ihya As-Sunnah
b. Hari, tanggal : Kamis, 10 Agustus 2023
c. Waktu :08.10 -13.45 WIB
2. Aspek-aspek yang diamati
a. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
b. Menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar
sebagai rasa syukur kepada Tuhan
c. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
d. Mengenal dan menunjukan kegiatan beribadah sehari-hari
dengan tuntunan orang dewasa
e. Mengenal dan menunjukan perilaku baik sebagai cerminan
akhlak mulia

Tingkat Hasil Observasi


223

Pencapaian Dilaksanaka Tidak


Perkembangan Indikator n Dilaksanakan Keterangan
Nilai Agama
dan Moral
Anak Usia 5-6
tahun
Mempercayai a. Mengucapkan √ Semua anak-anak
adanya Tuhan kalimat pujian diberikan pijakan
melalui terhadap oleh guru ketika
ciptaan-Nya ciptaan Tuhan melihat ciptaan
Allah
mengucapkan
kalimat pujian,
tetapi hanya
sebagian anak-
anak saja yang
mengucapkannya.
Guru
memberikan
pijakan sebelum
membagikan
makanan kepada
anak dengan
mengucapkan
rasa syukur atas
rezeki yang Allah
berikan hari ini
dan mengucapkan
pujian asmaul
husna “Ar-
Rozzaaq Allah
Maha Pemberi
Rezeki” dan pada
saat kegiatan
circle time, anak
bersama-sama
menyebutkan
tema pada bulan
agustus yaitu
“Tubuh Sehat
Menjadikanku
Muslim yang
Ceria Karunia
Allah Al-Khaaliq
Allah Maha
Pencipta)”
b. Percaya √ Semua anak
adanya percaya akan
224

ciptaan-ciptaan adanya ciptaan


Tuhan Tuhan. Ketika
guru sedang
memberikan
pijakan sebelum
sentra, anak-anak
menyebutkan
kitab-kitab Allah.
c. Percaya sifat- √ Semua anak
sifat tuhan menyebutkan
sebagai sifat-sifat Allah
pencipta (asmaul husna)
setiap memulai
kegiatan circle
time. Contonya:
Anak bersama-
sama
menyebutkan
tema pada bulan
agustus yaitu
“Tubuh Sehat
Menjadikanku
Muslim yang
Ceria Karunia
Allah Al-Khaaliq
Allah Maha
Pencipta)
d. Percaya agama √ Semua anak
yang dianutnya percaya akan
ciptaan-ciptaan
Allah, melakukan
ibadah, membaca
doa-doa harian
dan lain
sebagainya.
Menghargai a. Bersyukur √ Anak-anak selalu
diri sendiri, terhadap ceria dalam
orang lain dan dirinya menjalankan
lingkungan semua kegiatan
sekitar sebagai disekolah,
rasa syukur bertanggung
kepada Tuhan jawab untuk
menghabiskan
snack dan
makanan berat
yang sudah
diambil, menjaga
tubuh nya supaya
225

tetap aman,
berolahraga
setiap hari supaya
menjaga
tubuhnya tetap
sehat,
bertanggung
jawab ketika
sedang menjadi
khalifah
(memimpin saat
berbaris,
memimpin pada
kegiatan berdoa
pagi, memimpin
berdoa saat
variasi bermain,
memimpin
berdoa ketika
keluar dan masuk
kelas, memimpin
berdoa ketika
sentra, memimpin
berdoa ketika
hendak ke kamar
mandi dan keluar
kamar mandi,
memimpin
berdoa setelah
berwudhu,
memimpin
berdoa sebelum
dan sesudah
makan dan
memimpin
berdoa ketika
akan pulang).
Lalu anak juga
menjaga
kebersihan,
melakukan gosok
gigi setelah
makan, lalu
mencuci piring
sesudah makan.
b. Merawat √ Semua anak tidak
tanaman dan merusak
binatang tanaman, pohon-
226

ciptaan Tuhan pohon disekitar


sekolah. Semua
anak menjaga
binatang yang
ada di sekitar
sekolah.
c. Bersyukur √ Anak-anak selalu
terhadap bermain bersama
lingkungan teman sebayanya,
(teman, orang anak-anak selalu
tua, guru) membantu teman
yang memiliki
kebutuhan
khusus. Contoh:
membantu anak
berkebutuhan
khusus dalam
menulis
namanya, lalu
disaat ABK
masuk kelas,
anak-anak
serempak
mengucapkan
salam, dan semua
anak
menghormati
para guru serta
mengikuti semua
arahan guru.
d. Saling √ Tidak membeda-
menghargai bedakan teman,
(toleransi) disaat bermain
anak-anak selalu
sportif,
menghargai
teman yang
sedang berbicara,
mengikuti aturan
main,
menoleransi
kepada ABK
apabila kurang
mandiri dan
masih perlu
bantuan teman
atau guru, tidak
saling mengejek.
227

Sebagian besar
anak selalu fokus
dalam
mendengarkan
informasi yang
diberikan oleh
guru. Lalu ketika
sebelum pulang,
guru meminta
maaf kepada
semua anak
”Terimakasih
teman-teman
sudah bermain di
sentra imtaq hari
ini. Bu Lia dan
Bu Ade meminta
maaf apabila
memiliki
kesalahan kepada
kalian” dan
semua anak
menjawab
“Sama-sama
kami juga minta
maaf”
Memiliki a. Berperilaku √ Ketika ada anak
perilaku yang jujur dalam yang sedang
mencerminkan perkataan mengalami
sikap jujur perselisihan, anak
bisa jujur
mengakui
kesalahan di
depan teman dan
guru. Anak-anak
mengatakan
menjadi khalifah
sesuai dengan
jadwalnya. Lalu
disaat
melaporkan
ragam main
dalam sentra,
anak
mengucapkan
dengan jujur
bermain apa saja
dan tuntas atau
228

tidak. Sebetulnya
guru juga sudah
mengetahui anak
bermain berapa
ragam main dan
apa saja, karena
guru memantau
anak pada saat
bermain sentra,
tetapi pada
kegiatan akhir
sentra guru akan
menanyakan
kembali kepada
anak untuk
melatih anak
supaya berbicara
sesuai fakta.
b. Berperilaku √ Pada waktu
jujur dalam makan anak-anak
perbuatan akan membawa
snack, lauk pauk
dan buah sesuai
jatahnya. Lalu
nak-anak
memiliki
kesadaran untuk
bertanggung
jawab saat
menjadi khalifah
pada hari yang
sudah
dijadwalkan.
Mengenal dan a. Mengetahui √ Sebagian besar
menunjukkan doa-doa (doa anak mengetahui
kegiatan sebelum dan doa sebelum dan
beribadah sesudah sesudah makan,
sehari-hari belajar, doa doa sebelum dan
dengan sebelum dan sesudah belajar,
tuntunan sesudah doa untuk kedua
orang dewasa makan, doa orang tua.
sebelum dan Ditambah dengan
sesudah tidur, doa pagi, doa
doa untuk kebaikan dunia
kedua orang dan akhirat, doa
tua) sesuai masuk dan keluar
agama yang kamar mandi, doa
dianut sesudah wudhu,
229

doa masuk dan


keluar ruangan
dan doa kafaratul
majlis.
b. Melakukan √ Sebagian besar
kegiatan anak
berdoa (doa membiasakan
sebelum dan untuk membaca
sesudah doa sebelum dan
belajar, doa sesudah makan,
sebelum dan doa sebelum dan
sesudah sesudah belajar,
makan, doa doa untuk kedua
sebelum dan orang tua.
sesudah tidur, Ditambah dengan
doa untuk doa pagi, doa
kedua orang kebaikan dunia
tua) dan akhirat, doa
masuk dan keluar
kamar mandi, doa
sesudah wudhu,
doa masuk dan
keluar ruangan
dan doa kafaratul
majlis.
c. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
ibadah sesuai cara sholat,
agama yang dzikir, berwudhu,
dianutnya membaca iqro
dan
menghafalkan Al-
Qur’an.
d. Melakukan √ Anak melakukan
tata cara ibadah sholat
ibadah sesuai dzuhur, berdzikir,
agama yang berwudhu,
dianut membaca iqro
dan menghafal
Al-Qur’an.
Adapun beberapa
anak yang
berinfaq di
celengan kelas.
e. Mengetahui √ Semua anak
tempat ibadah mengetahui
sesuai agama masjid adalah
yang dianut tempat ibadah
230

umat islam.
Anak-anak
menyebutkan
nama-nama
mesjid yang
mereka ketahui.
Beberapa anak
menggambar dan
mewarnai masjid
sesuai kreativitas
pada saat jurnal
pagi, dan anak
mengetahui
identitas masjid
yaitu mempunyai
kubah dan tiang
besar.
f. Mengetahui √ Sebagian anak
hari-hari besar mengetahui
agama agama islam
memiliki hari
besar yaitu hari
raya idul fitri dan
idul adha.
Mengenal dan a. Mengetahui √ Sebagian besar
menunjukkan tata cara anak mengetahui
perilaku baik memberi tata cara memberi
sebagai salam salam sebelum
cerminan memasuki
akhlak mulia ruangan dan saat
keluar ruangan.
b. Memberi √ Sebagian besar
salam sesuai anak
dengan tata membiasakan
cara yang baik memberi salam
sebelum
memasuki
ruangan saat
keluar ruangan
dan.
c. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
makan dan cara makan yang
minum benar. Misalnya
membacakan doa
sebelum makan,
tidak makan
sambil berdiri,
231

makan
menggunakan
tangan kanan,
tidak banyak
berbicara saat
makan,
membawa makan
sesuai keinginan,
bertanggung
jawab
menghabiskan
makanannya, dan
duduk dengan
rapih.
d. Melakukan √ Semua anak
makan dan melakukan tata
minum sesuai cara makan yang
tata cara yang benar. Misalnya
baik membacakan doa
sebelum makan,
tidak makan
sambil berdiri,
makan
menggunakan
tangan kanan,
tidak banyak
berbicara saat
makan,
membawa makan
sesuai keinginan,
bertanggung
jawab
menghabiskan
makanannya, dan
duduk dengan
rapih.
e. Mengetahui √ Sebagian besar
cara anak mengetahui
menyampaikan penyampaian
terima kasih terimakasih
setelah setelah
mendapatkan mendapatkan
bantuan bantuan.
f. Menyampaikan √ Sebagian besar
terima kasih anak
setelah diberi menyampaikan
bantuan terimakasih
dengan cara setelah
232

yang baik mendapatkan


bantuan.
Contohnya disaat
guru membagikan
buku tabungan,
anak-anak akan
mengucapkan
“terimakasih Bu”
lalu ketika selesai
membaca iqro
dan bacalah
bersama gurunya,
sebagian anak
membiasakan
mengucapkan
“terimakasih Bu
Lia” dan
“terimakasih Bu
Ade”
g. Mengetahui √ Sebagian besar
cara meminta anak mengetahui
bantuan cara meminta
bantuan dengan
baik dan santun
h. Meminta √ Sebagian anak
bantuan meminta bantuan
dengan cara dengan baik dan
yang baik berbicara yang
santun. Contoh
ketika saat waktu
makan, dan anak
A terlihat
kesulitas saat
mengambil nasi,
lalu anak akan
mengucapkan
“Ibu Ade tolong
diestafet nasinya”
i. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak mengetahui
berbicara tata cara
secara santun berbicara secara
santun
j. Berbicara √ Sebagian besar
secara santun anak berbicara
secara santun
kepada guru dan
teman sebayanya
233

dalam segala
aktivitas di
sekolah.
k. Mengetahui √ Sebagian besar
tata cara anak mengetahui
berjalan tata cara berjalan
melewati melewati orang
orang yang yang lebih tua.
lebih tua
l. Berjalan √ Sebagian besar
melewati anak berjalan
orang yang sesuai tata cara
lebih tua berjalan ketika
dengan tata melewati guru,
cara yang baik misalnya
menundukan
badan dan
berbicara
“permisi Bu”
m. Mengetahui √ Semua anak
tata cara mengetahui tata
berpakaian cara berpakaian.

n. Berpakaian √ Semua anak


dengan tata mengetahui tata
cara yang baik cara berpakaian
yang baik,
menggunakan
seragam sekolah
dan kerudung
(bagi perempuan)
supaya menutup
aurat, berpakaian
dengan rapih.
o. Berperilaku √ Sebagian besar
baik dan anak berperilaku
santun sesuai baik dan santun
dengan agama sesuai aturan.
dan adat
setempat
234

Lampiran VII: Proses Analisis Data


Proses Analisis Data

Informasi terkait Program dan


Proses Penghafalan Al-Qur’an di TK
Sumber Data Ihya As-Sunnah dalam Menstimulus
Perkembangan Moral Anak
Wakil Kepala Sekolah (WKS)  Murojaah, menambah ayat,
asbabun nuzul
 Program rutin dan program
spontan
 Teladan guru
 Latihan pembiasaan dan
pemberian pijakan
 Pengawasan dari guru pada
setiap kegiatan anak
 Kegiatan circle time, mulok
PAI, asbabun nuzul)
 Pembekalan untuk guru: kajian
atau ta’lim, pelatihan tahsin dan
kumpulan materi PAI
 Faktor pendukung: keteladanan
guru, kesamaan pola asuh
disekolah dan dirumah, orang
tua memberikan contoh
perilaku-perilaku baik
(keteladanan)
 Faktor penghambat: perbedaan
pola asuh antara disekolah dan
235

dirumah, tidak ada contoh dari


orang tua, dampak era digital.
Guru Wali Kelas (GWK)  Pembiasaan positif secara
konsisten
 Pemberian pijakan (arahan) dari
guru
 Kegiatan circle time dan mulok
PAI
 Pembekalan untuk guru: kajian
atau ta’lim setiap minggu,
pelatihan tahsin dan kumpulan
materi PAI
 Faktor pendukung: Kesamaan
pola asuh antara disekolah dan
dirumah
 Komunikasi perkembangan
anak antara orangtua dan guru
 Faktor penghambat: perbedaan
pola asuh antara di sekolah dan
dirumah
236

Guru Tahfidz (GT)  Metode talqin : mendengar,


melihat, dan meniru
 Program rutin dan program
spontan
 Kendala: perkembangan setiap
anak berbda-beda,
mempertahankan daya fokus
anak
 Proses: Murojaah, menambah
ayat dan asbabun nuzul
 Kegiataan asbabun nuzul
menstimulus perkembangan
moral

Pemberian pemahaman
Metode Talqin akan nilai-nilai moral
(moral knowing)

Teladan Guru
dan Orangtua
Pemberian Pembiasaan positif
pijakan dan setiap hari (moral
pengawasan feeling dan moral
(moral feeling) action)
237

Progra m Perngaruh
Penghafalan Al- Penghafalan Al- Faktor-Faktor
Qur’an dalam Penanaman Qur’an terhadap yang
Meningkatkan Nilai-Nilai Pemahaman Mempengaruhi
Perkembangan Moral Nilai-Nilai Perkembangan
Moral Anak Moral Anak Moral Anak
Usia 5-6 Tahun Usia 5-6 Tahun
1. Metode 1. Keteladanan 1. Asbabun 1. Pola asuh
Talqin 2. Pemberian nuzul 2. Dampak
2. Program pemahaman 2. Kualifikasi era digital
rutin dan atau Guru
spontan pengetahuan
3. Muroja’ah, akan moral
menambah 3. Latihan
ayat dan pembiasaan
asbabun dan
nuzul pemberian
pijakan
238

Lampiran VIII: Dokumentasi Peneltian


239
240
241
242
243
244
245
246

RIWAYAT HIDUP

Maghfira Haniefaty Tamimy adalah nama penulis dari


skripsi ini. Lahir pada tanggal 25 November 2000 di
Tasikmalaya, Jawa Barat. Penulis merupakan anak
pertama dari empat bersaudara dari pasangan Agus
Salim AM dan Novita Widianingrum. Penulis tinggal di
Perum Kotabaru Jl. Subang No. 60 Blok. IV Ke.
Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya Provinsi
Jawa Barat.

Penulis pertama kali memasuki jenjang pendidikan di TK Aisyiyah 1 pada tahun


2005 dan selesai tahun 2007. Penulis melanjutkan SD pada tahun 2007 di SDIT
Ibadurrohman Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2013. Peneliti melanjutkan
pendidikan di SMP Plus Pesantren Amanah Muhammdiyah Kota Tasikmalaya
dan lulus pada tahun 2016. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke
jenjang SMA di SMA Plus Pesantren Amanah Muhammdiyah Kota Tasikmalaya
pada tahun 2016 dan selesai pada tahun 2019. Pada tahun yang sama, penulis
terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia dari tahun 2019 sampai tahun 2023.
Penulis telah menyelesaikan pengerjaan tugas akhr perkuliahan berupa skripsi
sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Karaya ini peneliti persembahkan
untuk kedua orang tua dan segenap keluarga, serta untuk Universitas Pendidikan
Indonesia. Semoga dengan penulisan skripsi ini mampu memberikan kontribusi
yang positif bagi dunia pendidikan.

Contact Person:

htmaghfira@upi.edu
247

Anda mungkin juga menyukai