Anda di halaman 1dari 18

Ir. Rona Ariyansyah, S.ST., M.Tr.T.

, IPM

Perencanaan Perumahan dan Pemukiman


Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan
Politeknik Negeri Pontianak
a) Gaya prategang awal Pi pada kondisi transfer, yaitu pada saat gaya prategang
ditransfer dari strand ( tendon ) ke beton.
b) Beban mati total WD dapat diasumsikan bekerja bersama-sama Pi jika balok
ditumpu sederhana ( tanpa perancah )
c) Perlu dipertimbangkan jika ada beban mati tambahan seperti beban
pekerja, peralatan dll,WSD ( Superimposed dead load ).
d) Akibat kehilangan gaya prategang jangka pendek ( short term losses ), menye-
babkan gaya prategang menjadi Peo
e) Pada saat layan ( service condition ) diperhitungkan beban-beban hidup (liveload ),
beban gempa ( earthquake load ) dll. Pada saat ini akibat kehilangan gaya
prategang akibat pengaruh waktu ( long term losses ) gaya prategang effektif
menjadi Pe.
f) Beban lebih ( overload ) pada kondisi-kondisi tertentu, hal ini mengarah pada
kondisi batas pada keadaan unlimited.
Tegangan Tarik Pada Tendon Tidak Boleh Melebihi:
1. Akibat gaya penarikan ( jacking ):
Tegangan tarik pada tendon tidak boleh melebihi 0,94 fpy dan harus lebih kecil dari :
− 0,80 fpu
− Nilai maksimum yang direkomendasikan oleh produsen tendon

2. Segera setelah transfer gaya prategang:


Tegangan tarik pada tendon tidak boleh melebihi 0,82 fpy dan tidak boleh
lebih besar dari : 0,74 fpu

3. Pada beton prategang dengan sistem pasca tarik, pada daerah angkur dan
sambungan segera setelah penyaluran gaya prategang, tegangan tarik pada
tendon tidak boleh melebihi 0,70 fpu.
Berdasarkan peraturan perencanaan CSA ( Kanada ), tegangan tarik pada tendon
dibatasi seperti tabel dibawah ini :

Batasan Tegangan Tendon ( dalam fpy )


Pada kondisi layan, balok diasumsikan homogen dan elastik, sedangkan pemilihan
penampang biasanya didasarkan pada modulus penampang minimum yang diperlukan
untuk menahan semua pembebanan setelah terjadinya kehilangan prategang. Ditinjau
balok prategang di bawah ini.

Tegangan beton ditengah-tengah bentang balok secara umum dapat ditulis :


Dimana :
− : Tanda minus adalah tekanan.
fca : Tegangan beton pada serat paling atas dari balok
fcb : Tegangan beton pada serat paling bawah dari balok
Dimana :
P : Gaya prategang
e : Eksentrisitas gaya prategang terhadap pusat berat penam- pang beton.
Ac : Luas penampang beton
Ig : Momen Inersia penampang beton terhadap garis netral penampang beton ( sumbu x – x )
ya : Jarak dari pusat berat penampang beton ke sisi/serat atas penampang.
yb : Jarak dari pusat berat penampang beton ke sisi/serat bawah nampang.
M : Momen luar yang harus dipikul balok.
cgc : Garis yang melalui pusat berat penampang.
cgs : Garis lintasan tendon
A. Tegangan yang terjadi pada saat transfer :

Dimana :
Pi : Gaya prategang awal
MD : Momen maksimum akibat
beban mati ( dead load )
Sa : Section modulus penampang
terhadap sisi atas
Sb : Section modulus
penampang terhadap sisi
bawah
r : Jari-jari inersia
fci′ : Kuat tekan beton pada saat
transfer gaya prategang
B. Tegangan efektif setelah kehilangan gaya prategang :

Dimana :
Pe : Gaya prategang effektif
setelah semua kehilangan
prategang diperhitungkan.
MT : Momen total maksimum
( MD + MSD + ML )
C. Tegangan pada kondisi layan ( service ) : MD : Momen akibat beban mati
MSD : Momen akibat beban mati
tambahan
ML : Momen akibat beban hidup.
fc′ : Kuat tekan beton umur 28 hari
Tegangan tarik pada serat beton terjauh akibat beban layan tidak boleh melebihi nilai
maksimum yang di-ijinkan oleh peraturan yang ada. Oleh karena itu perlu ditentukan daerah
batas pada penampang beton dimana pada daerah tersebut gaya prategang dapat diterapkan
pada penampang tanpa menyebabkan terjadinya ter- jadinya tegangan tarik pada penampang
beton.:
Eksentrisitas rencana tendon disepanjang bentangan balok haruslah sedemikian rupa sehingga
gaya tarik yang timbul pada serat penampang yang dikontrol atau ditinjau terbatas atau tidak
ada sama sekali.
Jika MD adalah momen akibat beban mati ( Mmin ), maka lengan kopel antara garis pusat tekanan
( C – line ) dan garis pusat tendon ( cgs ) adalah amin

Nilai ini menunjukkan jarak maksimum dibawah


batas bawah ( terendah ) daerah kern ( inti ).
Jika MT adalah momen total akibat beban mati, beban mati tambahan dan beban hidup (
Mmaks ), maka lengan kopel antara garis pusat tekanan ( C – line ) dan garis dan garis pusat
tendon ( cgs ) adalah amaks
Kekuatan lentur penampang beton prategang dapat dihitung dengan methode kekuatan batas
seperti pada peremcanaan beton bertulang biasa.

A. Untuk tendon dengan lekatan penuh ( bounded )


fpu : kuat tarik tendon prategang yang
disyaratkan ( MPa ).

fse : tegangan efektif pada baja


prategang ( tendon ) sesudah
memperhitungkan semua kehilangan
prategang yg. mungkin terjadi ( MPa ).
Dimana :
fps : tegangan pada tendon pada saat
penampang mencapai kuat
nominalnya ( MPa ).
Kekuatan lentur penampang beton prategang dapat dihitung dengan methode kekuatan batas
seperti pada peremcanaan beton bertulang biasa.

A. Untuk tendon dengan lekatan penuh ( bounded )


fpu : kuat tarik tendon prategang yang
disyaratkan ( MPa ).

fse : tegangan efektif pada baja


prategang ( tendon ) sesudah
memperhitungkan semua kehilangan
prategang yg. mungkin terjadi ( MPa ).
Dimana :
fps : tegangan pada tendon pada saat
penampang mencapai kuat
nominalnya ( MPa ).
γp : Suatu faktor yang memperhitungkan tipe tendon prategang
untuk fpy/fpu ≥ 0,80 → γp = 0,55
untuk fpy/fpu ≥ 0,80 → γp = 0,40
untuk fpy/fpu ≥ 0,80 → γp = 0,28
f py : Kuat leleh tendon prategang ( MPa )
β1 : Suatu faktor yang besarnya sesuai SNI – 2847-2019
dp : Jarak dari serat tekan terjauh kepusat tendon prategang
ρp : Ratio penulangan prategang, ρp = Aps / b.dp
Aps : Luas penampang baja prategang
b : lebar efektif flens tekan dari komponen struktur.
ω : ρ. fy / fc’ → ρ = As / b.d
ω' : ρ’. fy / fc’ → ρ = As’ / b.d
As : luas penulangan tarik non prategang
As′ : luas penulangan tekan non prategang
Jika dalam menghitung fps pengaruh tulangan tekan non prategang diperhitungkan maka:
B. Untuk tendon dengan tanpa lekatan
Untuk menjamin terjadinya leleh pada tulangan non prategang, maka SNI membatasi indeks
tulangan sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai