, IPM
3. Pada beton prategang dengan sistem pasca tarik, pada daerah angkur dan
sambungan segera setelah penyaluran gaya prategang, tegangan tarik pada
tendon tidak boleh melebihi 0,70 fpu.
Berdasarkan peraturan perencanaan CSA ( Kanada ), tegangan tarik pada tendon
dibatasi seperti tabel dibawah ini :
Dimana :
Pi : Gaya prategang awal
MD : Momen maksimum akibat
beban mati ( dead load )
Sa : Section modulus penampang
terhadap sisi atas
Sb : Section modulus
penampang terhadap sisi
bawah
r : Jari-jari inersia
fci′ : Kuat tekan beton pada saat
transfer gaya prategang
B. Tegangan efektif setelah kehilangan gaya prategang :
Dimana :
Pe : Gaya prategang effektif
setelah semua kehilangan
prategang diperhitungkan.
MT : Momen total maksimum
( MD + MSD + ML )
C. Tegangan pada kondisi layan ( service ) : MD : Momen akibat beban mati
MSD : Momen akibat beban mati
tambahan
ML : Momen akibat beban hidup.
fc′ : Kuat tekan beton umur 28 hari
Tegangan tarik pada serat beton terjauh akibat beban layan tidak boleh melebihi nilai
maksimum yang di-ijinkan oleh peraturan yang ada. Oleh karena itu perlu ditentukan daerah
batas pada penampang beton dimana pada daerah tersebut gaya prategang dapat diterapkan
pada penampang tanpa menyebabkan terjadinya ter- jadinya tegangan tarik pada penampang
beton.:
Eksentrisitas rencana tendon disepanjang bentangan balok haruslah sedemikian rupa sehingga
gaya tarik yang timbul pada serat penampang yang dikontrol atau ditinjau terbatas atau tidak
ada sama sekali.
Jika MD adalah momen akibat beban mati ( Mmin ), maka lengan kopel antara garis pusat tekanan
( C – line ) dan garis pusat tendon ( cgs ) adalah amin