0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan1 halaman
Aborsi dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada wanita. Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, mengakhiri kehamilan dengan cara aborsi dapat menjadi peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Oleh karena itu, bukan hal aneh jika wanita yang melakukan aborsi dapat mengalami respons psikologis dan emosional. Namun, perlu dicatat juga bahwa ada penelitian yang menunjukkan bahwa aborsi tidak menyebabkan depresi, dan wanita tidak lebih mungkin menderita depresi setelah aborsi dibandingka
Aborsi dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada wanita. Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, mengakhiri kehamilan dengan cara aborsi dapat menjadi peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Oleh karena itu, bukan hal aneh jika wanita yang melakukan aborsi dapat mengalami respons psikologis dan emosional. Namun, perlu dicatat juga bahwa ada penelitian yang menunjukkan bahwa aborsi tidak menyebabkan depresi, dan wanita tidak lebih mungkin menderita depresi setelah aborsi dibandingka
Aborsi dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada wanita. Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, mengakhiri kehamilan dengan cara aborsi dapat menjadi peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Oleh karena itu, bukan hal aneh jika wanita yang melakukan aborsi dapat mengalami respons psikologis dan emosional. Namun, perlu dicatat juga bahwa ada penelitian yang menunjukkan bahwa aborsi tidak menyebabkan depresi, dan wanita tidak lebih mungkin menderita depresi setelah aborsi dibandingka
Menurut, Advancing New Standard In Reproductive Health, Universitas
California, dari 1000 wanita 97% tidak mengalami tekanan psikologi. Perempuan yang melakukan aborsi pada trimester pertama tidak menghadapi risiko masalah kesehatan mental yang lebih tinggi dibandingkan perempuan yang melanjutkan kehamilan yang tidak direncanakan. Bahkan, ketika seorang wanita yang ditolak melakukan aborsi melaporkan lebih banyak mengalami kecemasan dan harga diri yang lebih rendah. Selain itu, mereka mengalami lebih banyak masalah kesehatan fisik, hingga meninggal karena komplikasi persalinan. “Anak-anak yang lahir akibat penolakan aborsi tidak hanya lebih mungkin hidup dalam kemiskinan, namun mereka juga lebih mungkin mengalami ikatan yang buruk dengan ibu mereka,” Anak-anak yang lahir dalam keadaan seperti itu menghadapi berbagai masalah kesehatan sosial, emosional, dan mental yang berlanjut hingga dewasa, termasuk lebih banyak rawat inap psikiatris dibandingkan saudara kandungnya atau anak-anak lain yang hamil direncanakan