Anda di halaman 1dari 5

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses

perencanaan sistematis untuk berbagai kasus penyakit, salah satunya penyakit

CVA infark. Tujuan discharge planning di antaranya adalah untuk menyiapkan

agar pasien dan keluarga dapat memahami tata laksana CVA infark serta tindakan

yang harus dilakukan di rumah (Sutoto, 2017). Untuk mencapai tujuan tersebut,

diperlukan penyampaian pengalaman-pengalaman selama perawatan pasien CVA

infark di rumah sebagai proses pembelajaran selanjutnya. Komunikasi yang

berisikan pengalaman kebutuhan pasien meliputi kebutuhan Medication,

Environment, Tratment, Health education, Outpatient referral dan Diet

(METHOD), dapat sebagai bahan diskusi saat discharge planning. Namun jumlah

pasien CVA infark yang kembali ke rumah sakit dengan keluhan dan penyakit

yang sama masih tetap tinggi. Instrumen dan metode discharge planning yang

dilakukan di RS Wava Husada saat ini belum terbukti menurunkan angka kejadian

readmisi pasien dengan CVA Infark.

CVA Infark menjadi peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju

mortalitas pada serangan pertama 18-37%, CVA infark serangan kedua 62% dan

seterusnya. Sebanyak 2 juta orang bertahan hidup dengan CVA infark dengan

kecacatan, di antaranya 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari

(Powers et al., 2015). Sebuah penelitian di Taiwan menunjukkan bahwa dari

TESIS PENGEMBANGAN INSTRUMEN DISCHARGE... FETREO N.P


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

10.877 pasien CVA infark yang menjalani rawat inap di rumah sakit, sebanyak

4925 atau 45,2% akan mengalami readmisi atau kembali masuk ke rumah sakit

pada tahun yang sama. Readmisi pasien CVA infark ini salah satunya berkaitan

dengan proses discharge planning. Penelitian Hariyati (2008) menyebutkan

bahwa 64% perawat melaksanakan discharge planning; 56% dari data tersebut

belum melaksanakan berdasarkan perencanaan terstruktur dan pengkajian

kebutuhan pasien. Pelaksanaan discharge planning dilakukan kurang optimal

yaitu hanya 20% discharge planning diberikan pada saat pasien masuk dan 15%

discharge planning diberikan selama pasien dirawat. Hasil observasi peneliti

tentang format discharge planning yang ada di Unit Stroke RS Wava Husada

hanya terdapat lembar kontrol pasien pulang. Kurang optimalnya discharge

planning dapat menyebabkan kesalahan pengobatan, peningkatan kecemasan,

perawatan yang lama dan readmisi (Bowles et al., 2014).

Edukasi yang kurang mengakibatkan ketidaksiapan klien untuk pulang

(Weiss, 2015). Tingkat kesiapan pulang klien yang rendah menyebabkan angka

kejadian readmisi lebih tinggi 3 sampai 9 kali (Bobay et al., 2018a). Beberapa

faktor yang menyebabkan kejadian readmisi beberapa pasien di antaranya adalah

pasien kurang disiplin dalam pengobatan lanjutan di rumah, pengetahuan keluarga

yang kurang dalam melakukan perawatan lanjutan pada pasien CVA infark dan

penjelasan perawat yang kurang terhadap keberlanjutan pelayanan pada pasien

CVA infark setelah pulang dari rumah sakit melalui discharge planning (Hsieh et

al., 2017). Pelaksanaan discharge planning diawali dengan pengkajian kebutuhan

klien dan keluarga, serta dokumentasi dan salinannya diberikan kepada klien dan

TESIS PENGEMBANGAN INSTRUMEN DISCHARGE... FETREO N.P


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

keluarga (Andrew et al., 2018). Maka dibutuhkan sebuah instrumen discharge

planning yang terstruktur dan evaluasi pelaksanaan persiapan pulang dapat

meningkatkan kesiapan pulang (Weiss et al., 2015). Discharge planning yang

optimal merupakan elemen penting untuk memberikan informasi yang spesifik,

menurunkan ansietas dan memenuhi kebutuhan edukasi (Andrew et al., 2018).

Wawancara peneliti dengan koordinator bagian pelayanan keperawatan

RS Wava Husada Malang yaitu ketidakefektifan pelaksanaan discharge planning

merupakan masalah yang sudah lama terjadi. Pelaksanaan discharge planning

yang seharusnya berkelanjutan mulai dari pasien masuk hingga pasien pulang

tidak terlaksana dengan baik. Wawancara dengan Kepala Ruangan Ruang Stroke

didapatkan hasil bahwa perawat sebenarnya mengetahui bahwa pelaksanaan

discharge planning tidak hanya dilakukan pada saat hari pemulangan saja, namun

tidak terlaksana dalam sehari-hari. Sehingga discharge planning yang dilakukan

tidak mencapai target sebagai media untuk pencegahan, rehabilitasi, dan

menyiapkan pasien dan keluarga terkait hal-hal yang harus diperhatikan saat di

rumah, termasuk sistem rujukan untuk perawatan selanjutnya. Pengetahuan pasien

dan keluarga yang tidak optimal tersebut, menyebabkan keluarga membawa

pasien ke RS kembali saat terjadi serangan berikutnya.

Penelitian ini menawarkan sebuah solusi pengembangan instrumen

discharge planning dengan metode experiental learning, yaitu menekankan pada

pengalaman pasien dan keluarga sebagai sentral pembelajaran. Berawal dari

penyampaian pengalaman yang pernah dialami pasien dan keluarga penderita

TESIS PENGEMBANGAN INSTRUMEN DISCHARGE... FETREO N.P


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

CVA infark sebelumnya, atau situasi yang bersifat real problematic. Sehingga

mampu membangkitkan ketertarikan dari pasien dan keluarga.

Keunggulan dari instrumen discharge planning yang baru ini adalah

adanya interprofesional education dari tenaga medis yang memberikan pelayanan,

terdapat panduan dan standarisasi materi edukasi yang disampaikan oleh tenaga

medis dan instrumen yang lebih mudah, efektif dan efisien dalam penggunaan

sehingga pelaksanaan discharge planning metode experiental learning dapat

membantu perawatan pasien CVA infark di RS Wava Husada, Malang saat berada

di rumah sakit maupun ketika pasien meneruskan perawatan di rumah.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengembangan instrumen discharge planning dengan metode

experiental learning terhadap pasien CVA infark di RS Wava Husada, Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menyusun pengembangan instrumen discharge planning dengan metode

experiental learning terhadap pasien CVA infark di RS Wava Husada Malang.

1.3.2 Tujuan khusus

1) Mengevaluasi instrumen discharge planning pada pasien CVA infark yang

ada di RS Wava Husada Malang.

2) Mengembangkan instrumen discharge planning dengan metode experiental

learning terhadap pasien CVA infark di RS Wava Husada Malang

TESIS PENGEMBANGAN INSTRUMEN DISCHARGE... FETREO N.P


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3) Menganalisis validitas pengembangan instrument discharge planning

dengan metode experiental learning terhadap pasien CVA infark di RS

Wava Husada Malang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

Diharapkan discharge planning dengan metode experiental learning dapat

diterapkan dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien CVA infark

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien CVA infark serta bermanfaat

dalam pengembangan keilmuwan manajemen keperawatan yang berhubungan

dengan pelaksanaan discharge planning di rumah sakit.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi perawat

Panduan discharge planning dengan metode experiental learning

memudahkan rekan-rekan perawat dalam mencapai tujuan penyampaian DP

terhadap pasien CVA infark;

2. Bagi manajemen rumah sakit

Kemudahan dalam pemberian edukasi terhadap pasien CVA infark,

dapat meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit

3. Bagi pasien dan keluarga

Sebagai sarana edukasi dan bekal pengetahuan dalam perawatan

pasien CVA infark di rumah, serta sebagai usaha menekan kejadian opname

kembali (readmisi) dengan keluhan yang sama.

TESIS PENGEMBANGAN INSTRUMEN DISCHARGE... FETREO N.P

Anda mungkin juga menyukai