Anda di halaman 1dari 13

BAB I

SELAYANG PANDANG
PENGANTAR ILMU HUKUM

Tujuan Instruksional umum (TIU)


Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami Hukum Dagang.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Pada akhir bahasan ini, mahasiswa mampu:
1. mendefinisikan hukum
2. memahami asal muasal hukum, bidang ilmu hukum, sifat dan siri-ciri hukum,
3. menjelaskan tujuan hukum, sumber-sumber hukum,
4. menjelaskan istilah-istilah hukum.

1.1 Apakah hukum Itu?


Setiap orang baik secara sadar atau tidak dalam hidupnya selalu berhadapan dengan
hukum. Sejak lahir manusia telah dihadapkan pada status hukum, apakah ia terlahir
sebagai anak sah atau tidak. Demikian pula setelah dewasa bila ia akan menikah
mendirikan perusahaan, atau mengadakan segala bentuk hubungan dengan
masyarakat lainnya dia tidak akan pernah dapat lepas dari hukum.

Dalam kehidupan sehari-hari, pada waktu seseorang melakukan jual beli, sewa
mennyewa, bahkan naik kendaraan umum, dia juga berhadapan dengan hukum
walaupun mungkin dia tidak menyadarinya.

Bila ternyata demikian eratnya dengan kehidupan manusia, lalu timbul pertanyaan,
apakah yang disebut hukum itu?

Bila yang kita maksudkan adalah definisi, dapat dikatakan bahwa sampai saat ini
belum terdapat definisi hukum yang dapa berlaku secara menyeluruh dan
memuaskan semua pihak, mengapa? Karena masalah yang dicakup oleh hukum
begitu luas sehingga masing-masing orang hanya dapat mengemukakan definisi
menurut sudut pandang masing-masing. Tentu saja pendapat orang mengenai
hukum akan beragam.

1
Seorang ahli dari Jerman yang bernama Immanuel Kant, menyataklan “Noch
suchen die Juristen eine definition zu ihrem begriffe von Recht” yang artinya bahwa
masih saja para sarjana mencari-cari definisi tentang hukum. Dari definisi diatas,
dapat kita tarik kesimpulan bahwa mencari definisi hukum dapat berlaku secara
umum adalah sulit.

Kebanyakan sarjana memberi definisi hukum sebagai sekumpulan


asas/kaidah/peraturan. Kita lihat beberapa pendapat para sarjana di bawah ini.

Hugo de Groot (Grotius):


“Law is rule of moral action obligatrion to thaty which is right” (hukum adalah
suatu aturan tindakan moral yang tunduk kepada keadilan)

Leon Duguit:
“Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, yang daya
penggunaanya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan
dari kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama
terhadap orang yang melakukan pelanggarani itu”.

Drs. E. Utrecht:
“Hukum itu adalah peraturan-peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata
tertib suatu masyarakat dan karena itu harus berdasarkan keadilan”.

Prof. Sudiman, S.H.:


“Hukum adalah sesuatu yang berkenaan dengan manusia untuk memperoleh tata
tertib berdasarkan keadilan.’

Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja, S.H, LLM:


“Hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur pergaulan
hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan untuk memelihara ketertiban, juga

2
meliputi lembaga-lembaga dan proses untuk mewujudkan kaidah itu dalam
kenyataannya di masyarakat.

Dapat kita lihat betapa rumitnya definisi hukum yang dikemukakan oleh para
sarjana di atas. Adapun pendapat dari Prof. Mochtar agak berbeda dari pendapat
lainnya karena selain menyangkut kaidah dan asas yang bersifat pasif juga
mencangkup lembaga dan proses yang bersifat aktif untuk mewujudkan kaidah/asas
itu dalam kenyataan.

1.2 Tujuan Hukum


Dr. M. Soebagio, S.H. dan Slamet Supriatna, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar
Ilmu Hukum secara universal adalah untuk mewujudkan perdamaian, keadilan,
kesejahteraan dan kebahagiaan.
Selain itu dapat kita lihat maca-macam tujuan hukum yang dikemukakan oleh para
ahli sarjana lainnya, yaitu:
 Untuk mengatur pergaulan hidup secara damai (Van Apeldoorn)
 Untuk menyelenggarakan keadilan dan ketertiban (Prof. Sebekti)
 Semata-mata menghendaki keadilan (teori etis)
 Untuk mewujudkan apa yang berfaidah bagi semua orang (Bentham)
 Sebagai sarana pembaharuan masyarakat (Prof. Mochtar)

Dalam beberapa pernyataan di atas terlihat bahwa semuanya membicarakan perihal


ketertiban, keadilan, manfaat, dan sebagianya. Kecuali yang dikemukakan oleh
Pof. Mochtar yang mengemukakan tujuan hukum sebagi sarana pembaharuan
masyarakat.

Pendapat para sarjana lainnya ini (Van Opeldooren), dan lain-lain) memberi kesan
bahwa hukum itu seolah-olah hanya berada dibelakang mengikuti perubahan.
Misalnya untuk ketertiban lalu lintas, terlebih dulu harus ada lalu lintasnya dan
barulah hukum datang untuk mengaturnya.

3
Akan tetapi tujuan hukum yang dikemukakan oleh Prof. Mochtar memperlihatkan
bahwa hukum itu tidak hanya berada dibelakang mengikuti perubahan, akan tetapi
dapat juga berada didepan memimpin perubahan. Hal ini tampak dari lenyapnya
kebiasaan -kebiasaan tradisional seperti Sati di (Bali) ataupun pemenggalan kepala
(Dayak).

1.3 Dari mana asal mula Hukum?


Hukum bermula dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial, yaitu mahkluk yang
selalu ingin hidup bersama dengan manusia lainnya.

Seorang ahli pikir Yunani bernama Arstoteles menyatakan bahwa manusia itu
adalah “Zoon Politicon” (makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan manusia lainnya).

Dalam hidupnya manusia mempunyai kepentingan sendiri-sendiri yang tidak selalu


sama dengan kepentingan manusia lainnya dalam masyarakat. Hal itu dapat
menumbulkan pertikaian dan mungkin perpecahan yang dapat mengganggu
keserasian hidup bersama.

4
Asal Mula Hukum

MANUSIA
Makhluk sosial / Zoon Politicon

MASYARAKAT
Kehidupan Bersama

Kepentingan Kepentingan Kepentingan

Pertikaian/ Perpecahan

Norma / Kaidah

Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat diperlukan kaidah-kaidah/norma-


norma/peraturan hidup yang dapat memberi petunjuk bagaimana ia harus bertingkah
la ku dan bertindak dalam masyarakat.

Ada 4 macam norma yang kita kenal:


1. Norma Agama
Yaitu pedoman hidup yang berasal dari Tuhan yang diwahyukan kepada para
Nabi melalui kitab-kitab-Nya. Pelanggaran terhadap norma ini akan
menimbulkan dosa menurut keyakinan masing-masing agama.
Contah:
 “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atasmu berpuasa pada bulan
Ramadhan sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu agar kamu
bertaqwa,” (QS Al-Baqarah: 183).
 “Hormatilah orang tuamu agar supaya engkau selamat”. (Kitab injil Perjanjian
Lama:’ Hukum yang ke-V)

5
2. Norma Kesusilaan
Yaitu norma yang berasal dari hati sanubari manusia yang paling dalam, sebagai
suara hati manusia yang bersih dan suci. Bila manusia mengabaikan suara hatinya
maka ia akan merasa gelisah atau menyesal.
Contoh:
 Jangan berbohong, hendaklah engkau berlaku jujur.
 Janganlah engkau menipu sesamamu

3. Norma Kesopanan
Yaitu norma yang berasal dari sekelompok manusia (masyarakat). Norma ini
ditetapkan oleh suatu sekelompok manusia tertentu mengenai apa saja yang boleh
dan tidak boleh dilakukan oleh manusia-manusia yang hidup dalam masyarakat
tersebut.

Norma kesopanan yang berlaku dalam suatu masayarakat tertentu mungkin sekali
tidak sama dengan yang berlaku didalam masyarakat lainnya. Sanksi yang akan
menimpa bila seseorang yang melanggar norma ini, akan berupa kecaman dari
masyarakat.

Contoh:
 Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua
 Jangan meludah sembarangan
 Jangan berbicara kasar.

4. Norma Hukum
Yaitu peraturan-peraturan yang dibuat oleh penguasa yang mengikat seluruh
warga negara tersebut.
Contoh:
 Barang siapa dengan sengaja mengambil jiwa orang lain dipidana karena
membunuh dengan hukuman setinggi-tingginya 15 tahun (KUH Pidana)

6
 Orang yang tidak memenuhi suatu perikatan yang diadakan diwajibkan
mengganti kerugian (KUH Perdata)
Sumber: Pemerintah
Sanksi : Hukuman (penjara/denda)

Dari hal-hal tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa norma hukum diperlukan
karena:
a. Sanksi ketiga norma diatas selain hukum tidak tegas dan memaksa sehingga tidak
dapat menjamin rasa keadilan dalam masyarakat.
b. Tidak dapat diberlakukan untuk seluruh warga negara
c. Ketiga norma lainnya tidak mengatur secara lengkap (terperinci) seluruh
kebutuhan manusia.

1.4 Macam-macam Pembagian Hukum

1. Menurut sifat
Bila kita lihat kaidah-kaidah hukum, khususnya yang terdapat didalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, maka yang paling menonjiol adalah adanya sifat
memaksa. Hal ini terlihat dari adanya ancaman berupa sanksi entah itu denda,
kurungan, penjara, ataupun pidana mati bagi orang-orang yang melanggarnya.

Selain itu hukum mempunyai juga sifat mengatur. Hal ini terlihat misalnya dari
Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang kebanyakan merupakan hukum
pelengkap (aanvulend recht), dimana undang-undang dapat dikesampingkan bila
para pihak menghendaki peraturan lain. Hal ini wajar karena hukum perdata
mengatur hubungan antara orang satu dengan orang lainya dengan menitikberatkan
pada kepentingan perorangan.

Demkian pula undang-undang lalu lintas yang tujuan utamanya mengatur agar lalu
lintas tertib. Bila undang-undang itu tanpa disertai sanksi maka tidak akan dipatuhi

7
oleh orang-orang. Oleh karena itu terdapat sanksi-sanksi yang tegar dalam undang-
undang lalu lintas dengan tujuan agar peraturan itu ditaati masyarakat.
Jadi sifat hukum ada dua macam yaitu:
1. Memaksa
2. Mengatur

Dari sifat-sifat hukum dapat kita lihat adanya ciri-ciri hukum yaitu:
1. Adanya perintah dan larangan
2. Perintah/larangan tersebut harus dipatuhi oleh semua orang

2. Menurut sumbernya
Drs. CST. Kansil, S.H dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Indonesia menyatakan bahwa sumber hukum adalah segala sesuatu yang
menimbulkan atura-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa ,
yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas
dan nyata.

Sumber Hukum dapat dibagi dua:


1. Sumber Hukum Material
Yaitu sumber hukum yang dapat ditinjau dari berbagai segi seperti dari segi
sejarah, ekonomi, filsafat, kemsyarakatan, dan lain-lain.

2. Sumber Hukum Formal


a. Undang-undang (Startute)
b. Kebiasaan (Custom)
c. Keputusan Hakim (Yurisprudensi)
d. Traktat (Treaty)
e. Pendapat para sarjana (Doktrin)

3. Menurut isinya hukum dapat dibagi menjadi 2 bagian:


a. Hukum Publik

8
Yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan warga negara
dengan menitikberatkan kepada kepentingan umum.
Pemerintah akan mengambil tindakan bagi pelanggaran terhadap norma hukum
publik walaupun tidak ada pengaduan dari pihak yang dirugikan.
Contoh:
 Hukum Pidana
 Hukum Pajak
 Hukum Tata Negara

b. Hukum Privat
Yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang
yang lainnya dengan menitikberatkan kepada kepentingan perorangan.
Pemerintah akan mengambil tindakan bagi pelanggaran terhad ap norma hukum
pengaduan dari pihak yang dirugikan.
Contoh:
 Hukum Perdata
 Hukum Dagang

Dari hal-hal yang dikemukakan diatas dapat kita lihat bahwa hukum dagang
termasuk hukum privat yang menitikberatkan pada kepentingan perseorangan.

4. Menurut cara mempertahankan


Berbicara mengenai cara mempertahankannya berarti kita telah masuk dalam
pembahasan pada Hukum Acara/Hukum Formal.

Menurut cara mempertahankannya, hukum dibagi dua:


a. Hukum Material
Yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-
kepentingan dan hubungan-hubungan yang terwujud perintah dan larangan.
Contoh: hukum perdata, hukum pidana, dan lain-lain.
b. Hukum Formal

9
Yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara
mempertahankan hukum material, mengajukan suatu perkara kemuka
pengadilan, dan cara hakim mengambil keputusan.
Contohnya: KUHA Pidana, KUHA Perdata

Dalam cara mempertahankan hukum material ini kita mengenal ada dua badan-
badan peradilan sebagai pemegang kekuasaan yudikatif di negara kita.

1.5 Susunan Badan peradilan di Indonesia


Tujuan-tujuan hukum yang telah kita ketahui seperti kedamaian, ketertiban, dan
kesejahteraan tidak mungkin dapat tercapai dengan hanya mengandalkan
seperangkat peraturan tanpa adanya cara bagaimana mempertahankan peratura-
peraturan atau kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.

Norma-norma yang tercantum dalam kitab perundang-undangan hanya akan


merupakan ketentuan kosong belaka bila tidak disertai dengan adanya alat-alat
negara seperti polisi, jaksa, dan lain-lain untuk menindak bila terjadi pelanggaran-
pelanggaran terhadap norma-norma hukum tersebut.

1. Pengadilan Sipil
Pengadilan ini memeriksa dan mengadili orang-orang sipil (non militer).
Pengadilan ini terdiri dari pengadilan umum dan pengadilan khusus.
c. Pengadilan Umum
Pengadilan umum terbagi ke dalam tiga jenis:
1) Pengadilan Negeri
Yaitu pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara dalam tingkat
pertama untuk penduduk Indonesia (warga negara dan orang-orang asing).
Daerah kewenangannya meliputi Daerah Tingkat II
2) Pengadilan Tinggi
Yaitu pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara dalam tingkat
kedua (banding) untuk perkara-perkara yang telah diadili atau diputuskan

10
oleh Pengadilan Negeri pada tingkat pertama. Daerah kewenangannya
meliputi Daerah Tingkat ! (Propinsi).
3) Mahkamah Agung
Yaitu pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara dalam tingkat
terakhir (kasasi) perkara-perkara yang telah diadili dan diputuskan oleh
Pengadilan Tinggi pada tingkat banding.
Mahkamah Agung merupakan badan peradilan tertinggi di Indonesia yang
berkedudukan di Ibu Kota Negara atau daerah-daerah lain yang ditentukan.
Daerah kekuasaanya meliputi seluruh Indonesia.

b. Pengadilan Khusus
Pengadilan khusus terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
1) Pengadilan Agama
Yaitu pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara yang
dilakukan oleh orang-orang yang beragama islam dalam hal Nikah, talak,
dan rujuk.

2) Pengadilan Adat
Yaitu pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara yang
terjadi dalam masyarakat adat oleh Kepala adat setempat.

3) Pengadilan Administrasi Negara


Yaitu pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara dalam
bidang administrasi negara yang dilakukan oleh pegawai-pegawai negara.

2. Pengadilan Militer
Pengadilan militer memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana yang
dilakukan oleh anggota ABRI atau orang-orang yang disamakan dengan ABRI
menurut undang-undang.
Pengadilan ini terdiri dari
a. Pengadilan Tentara

11
Yaitu pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana
yang dilakukan oleh anggota ABRI berpangkat Kapten kebawah dalam
tingkat pertama.
b. Pengadilan Tentara Tinggi
Yaitu pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidanan
yang dilakukan oleh anggota ABRI berpangkat Mayor ke atas dalam tingkat
pertama.
d. Mahkamah Tentara Agung
Yaitu bagian dari Mahkamah Agung yang memeriksa dan mengadili
perkara-perkara dalam tingkat pertama dan terakhir (kasasi) yang dilakukan
oleh anggota ABRI.

Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat bagan di bawah ini:

BADAN PERADILAN

Peradilan Sipil Peradilan Militer

Pengadilan Umum Pengadilan Khusus Pengadilan Tentara

Pengadilan Negeri Pengadilan Agama Peng.Tentara Tinggi

Pengadilan Tinggi Peradilan Adat Mahkamah Tentara


Agung

Mahkamah Agung Peng.Adm.Negara

12
Istilah-istilah dalam Ilmu Hukum
Dalam mempelajari hukum dagang ini kita tidak bisa lepas dari mempelajari hukum
walaupun secara garis besarnya saja. Maka ada baiknya atau selayaknyalah kita
mengetahui sedikit mengenal istilah dalam Ilmu Hukum.
1. Subjek Hukum
Yaitu pribadi yang dapat menjadi pendukung hak dan kewajuban.
Subjek hukum ini dapa berupa:
a. Orang
b. Badan Hukum
2. Objek Hukum
Yaitu setiap benda atau dapat menjadi objek hukum.
Manusi tidak dapat dijadikan objek hukum
3. Perbuatan Hukum
Yaitu setiap perbuatan manusia yang sengaja diperbuat untuk menimbulkan akibat
hukum
4. Peristiwa Hukum
Yaitu suatu peristiwa yang terjadi bukan karena perbuatan manusia tetapi
menimbulkan akibat hukum.
5. Unifikasi
Yaitu memberlakukan suatu sistem hukum untuk seluruh warga negara.
6. Kodifikasi
Yaitu pengkitabkan suatu sistem hukum kedalam suatu undang-undang secara
sistematis dan lengkap.
7. Konkordansi
Yaitu suatu asas yang mempersamakan hukum yang berlaku di luar negeri dengan di
negara kita.
8. Profesi Hukum
Yaitu profesi yang dimiliki oleh orang-orang yang bergerak dalam lapangan hukum,
seperti: polisi, jaksa, hakim, pengacara, notaris, dan sebagainya.

13

Anda mungkin juga menyukai