Anda di halaman 1dari 21

ANOTASI BIBLIOGRAFI ARTIKEL

EVALUASI KURIKULUM PENDIDIKAN LINGKUNGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Kurikulum

Dosen pengampu: Dr. H. Zainal Arifin, M.Pd.

Oleh:
TUTI UTAMI
2208936

PROGRAM STUDI MAGISTER PENGEMBANGAN KURIKULUM


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2023
Agelidou, E., Balafoutas, G., & Flogaitis, E. (2000). Schematisation of Concepts. A teaching
strategy for environmental education implementation in a water module third grade students in
junior high school (gymnasium-15 years old). Environmental Education Research, 6(3), 223-
243. https://doi.org/10.1080/713664682

Studi ini melaporkan tentang pengaruh strategi pengajaran dengan skematisasi konsep
terhadap kemampuan belajar siswa SMP kelas tiga. Penelitian ini dilakukan dalam konteks
pendidikan lingkungan dan fokus pada modul air, yang membahas hubungan air dengan alam
dan manusia kontemporer. Partisipan dalam penelitian ini adalah 171 siswa kelas tiga SMP
(berusia 15 tahun) yang bersekolah di sekolah-sekolah umum di Athena dan Thessaloniki.
Sampel siswa dibagi menjadi kelompok eksperimental dan kelompok kontrol.
Hasil investigasi menunjukkan bahwa penggunaan strategi pengajaran dengan
skematisasi konsep memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan siswa SMP dalam
mengorganisir pemahaman konsep. Skematisasi konsep membantu siswa dalam memahami
dan menyusun hubungan sebab-akibat. Siswa yang mendapatkan pengajaran dengan
skematisasi konsep mampu mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan sebab-akibat tunggal
dengan lebih baik.
Selain itu, siswa yang terlibat dalam pengajaran dengan skematisasi konsep juga
mampu mengenali dan memahami hubungan sebab-akibat linier berturut-turut yang
melibatkan lebih dari satu tautan. Mereka dapat memahami rangkaian hubungan sebab-akibat
secara berurutan dan mengaitkannya dengan pemahaman konsep yang lebih luas.
Selain hubungan sebab-akibat sederhana, siswa yang terlibat dalam pengajaran dengan
skematisasi konsep juga mampu mengorganisir hubungan sebab-akibat kompleks. Mereka
dapat memahami dan menjelaskan hubungan sebab-akibat yang melibatkan berbagai faktor dan
aspek yang saling terkait.
Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa pengajaran dengan
skematisasi konsep memiliki dampak positif terhadap kemampuan siswa SMP dalam
mengorganisir hubungan sebab-akibat. Pendekatan ini membantu siswa dalam memahami
konsep secara lebih terstruktur dan menyeluruh, serta meningkatkan kemampuan mereka
dalam mengaitkan informasi dan memahami hubungan antara konsep-konsep yang berbeda.
Aivazidis, C., Lazaridou, M., & Hellden, G. F. (2006). A comparison between a traditional and
an online environmental educational program. The Journal of Environmental Education, 37(4),
45-54. https://doi.org/10.3200/JOEE.37.4.45-54

Para penulis melakukan perbandingan antara program pendidikan lingkungan versi


tradisional dan berbasis web dalam hal efektivitasnya dalam meningkatkan pengetahuan dan
mempromosikan sikap terhadap masalah lingkungan. Mereka menggunakan desain penelitian
eksperimen semu kelompok kontrol pretes-ponstes tak setara.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor pengetahuan yang signifikan
secara statistik untuk kedua kelompok. Ini menunjukkan bahwa baik program pendidikan
lingkungan versi tradisional maupun berbasis web efektif dalam meningkatkan pengetahuan
siswa tentang isu-isu lingkungan.
Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa SMP yang menerima instruksi
berbantuan komputer (CAI) secara signifikan mencapai skor pengetahuan pascates yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang diajarkan secara tradisional. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan teknologi komputer dalam pembelajaran lingkungan dapat
memberikan keuntungan yang signifikan dalam hal peningkatan pengetahuan siswa.
Selain peningkatan pengetahuan, kelompok yang menerima instruksi berbantuan
komputer (CAI) juga menunjukkan peningkatan skor sikap yang signifikan. Ini menunjukkan
bahwa penggunaan teknologi dalam pendidikan lingkungan dapat berkontribusi dalam
mempromosikan sikap yang positif terhadap isu-isu lingkungan.
Namun, perlu dicatat bahwa para penulis menemukan bahwa koefisien korelasi antara
pengetahuan dan sikap secara statistik signifikan namun rendah. Hal ini mengindikasikan
bahwa meskipun ada hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap lingkungan, faktor-
faktor lain juga dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap isu-isu lingkungan yang tidak hanya
bergantung pada pengetahuan yang mereka miliki.
Ajiboye, J. O., & Olatundun, S. A. (2010). Impact of some environmental education outdoor
activities on Nigerian primary school pupils’ environmental knowledge. Applied
Environmental Education and Communication, 9(3), 149-158.
https://doi.org/10.1080/1533015X.2010.510020

Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dampak kegiatan pendidikan di luar


ruangan terhadap pengetahuan siswa mengenai beberapa masalah dan permasalahan
lingkungan. Desain quasi-eksperimental dengan pretest, posttest, kelompok kontrol digunakan
dalam penelitian ini. Sebanyak 480 siswa kelas 5 dari 12 sekolah dasar di Ibadan, Nigeria,
dipilih secara acak sebagai subjek penelitian. Instrumen yang digunakan adalah Tes
Pengetahuan Lingkungan (r= 0,86). Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan statistik
deskriptif berupa frekuensi, mean, dan standar deviasi, serta statistik inferensial berupa
ANCOVA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan melalui kegiatan pendidikan di luar
ruangan memiliki pengaruh signifikan terhadap pengetahuan lingkungan siswa (F(1,471)=
137,37; p< 0,05). Siswa yang terpapar kegiatan pendidikan di luar ruangan dengan adanya sesi
diskusi mengalami peningkatan pengetahuan yang lebih baik (X = 19,59; SD = 1,78). Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan pendidikan di luar ruangan yang melibatkan diskusi memiliki
efektivitas yang lebih tinggi dalam meningkatkan pengetahuan siswa mengenai masalah dan
permasalahan lingkungan.
Anotasi tersebut menjelaskan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi
pengaruh kegiatan pendidikan di luar ruangan terhadap pengetahuan siswa mengenai masalah
lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah desain quasi-eksperimental dengan
membandingkan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Subjek penelitian terdiri dari 480
siswa kelas 5 yang dipilih secara acak dari 12 sekolah dasar di Ibadan, Nigeria. Peneliti
menggunakan Tes Pengetahuan Lingkungan sebagai instrumen pengukuran. Hasil analisis
menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di luar ruangan dengan
adanya sesi diskusi mengalami peningkatan pengetahuan yang signifikan. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah kegiatan pendidikan di luar ruangan yang melibatkan diskusi lebih efektif
dalam meningkatkan pengetahuan siswa mengenai masalah dan permasalahan lingkungan.
Andrews, K. E., Tressler, K. D., & Mintzes, J. J. (2008). Assessing environmental
understanding: an application of the concept mapping strategy. Environmental Education
Research, 14(5), 519-536. https://doi.org/10.1080/13504620802278829

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendemonstrasikan penggunaan


strategi pemetaan konsep sebagai alat yang efektif dalam menilai pemahaman lingkungan. Data
penelitian dikumpulkan dari 325 individu usia sekolah menengah yang terdiri dari peserta
program pendidikan kelautan informal (MarineQuest) dan kelompok siswa non-partisipan
yang sebanding. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental Solomon Four Group yang
tidak acak untuk membandingkan perbedaan pemahaman konsep tentang kehidupan hewan
laut.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam pemahaman
konsep lingkungan antara peserta program pendidikan lingkungan dan siswa non-partisipan.
Peserta yang terlibat dalam program pendidikan lingkungan menunjukkan frekuensi konsep
yang lebih tinggi, tingkat kompleksitas struktural yang lebih baik, dan tingkat validitas konten
yang lebih tinggi dalam pemahaman mereka tentang kehidupan hewan laut. Selain itu,
pemetaan konsep juga mengungkapkan perbedaan dalam tingkat hierarki, percabangan, dan
penyebaran lintas konsep, serta dalam jenis dan frekuensi konsep kritis yang digambarkan.
Penelitian ini memberikan bukti bahwa pemetaan konsep dapat menjadi alternatif yang
berharga dan pelengkap bagi tes kertas dan pensil tradisional dalam menilai pemahaman
konsep lingkungan. Pendekatan ini tidak hanya memberikan pengukuran kuantitatif tentang
pemahaman konsep, tetapi juga memberikan pemahaman kualitatif yang lebih mendalam
tentang struktur pengetahuan siswa tentang lingkungan. Oleh karena itu, pemetaan konsep
dapat menjadi alat yang berguna dalam memperkuat dan mengembangkan pendekatan evaluasi
dalam pendidikan lingkungan.
Ballantyne, R., Fien, J., & Packer, J. (2001). Program effectiveness in facilitating
intergenerational influence in environmental education: Lessons from the field. The journal of
environmental education, 32(4), 8-15. https://doi.org/10.1080/00958960109598657

Pendidik telah berinvestasi dalam pengembangan program pendidikan lingkungan yang


mengatasi pengetahuan, sikap, dan kompetensi tindakan siswa terkait isu lingkungan. Penulis-
penulis dalam studi ini mengeksplorasi efektivitas program-program tersebut baik dalam hal
hasil pembelajaran siswa maupun pengaruh antargenerasi yang terjadi ketika siswa membahas
pengalaman belajar mereka dengan orang tua dan anggota masyarakat lainnya.
Penelitian ini melibatkan enam program pendidikan lingkungan yang melibatkan 284
siswa di sekolah-sekolah di Queensland, mulai dari Kelas 5 hingga Kelas 12. Siswa dan orang
tua mereka diwawancarai dan disurvei untuk mengetahui persepsi mereka tentang program
tersebut, pengaruh program terhadap pembelajaran lingkungan mereka, serta sejauh mana dan
sifat diskusi yang dihasilkan program tersebut antara siswa dan orang tua mereka.
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan mengenai fitur-fitur utama yang
seharusnya diinkorporasikan dalam program pendidikan lingkungan agar dapat mendorong dan
memberdayakan siswa untuk menciptakan perubahan lingkungan di rumah dan masyarakat
mereka.
Studi ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang efektivitas program-program
pendidikan lingkungan dalam menghasilkan hasil pembelajaran yang diinginkan pada siswa.
Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya pengaruh antargenerasi yang terjadi ketika
siswa berbagi pengalaman belajar mereka dengan orang tua dan masyarakat, karena hal ini
dapat memperluas dampak positif program pendidikan lingkungan hingga ke lingkungan sosial
yang lebih luas.
Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memperkuat basis pengetahuan
tentang pendidikan lingkungan dan memberikan pedoman tentang bagaimana merancang
program-program yang efektif dalam mendorong perubahan lingkungan yang berkelanjutan.
Ballantyne, R., Fien, J., & Packer, J. (2001). School environmental education programme
impacts upon student and family learning: A case study analysis. Environmental Education
Research, 7(1), 23-37. https://doi.org/10.1080/13504620124123

Artikel ini menggunakan metode studi kasus untuk menganalisis dua program
pendidikan lingkungan sekolah dan mengeksplorasi dampaknya dari perspektif siswa yang
berpartisipasi, guru, dan orang tua. Penelitian ini melibatkan 152 siswa (79 dari sekolah dasar
dan 73 dari sekolah menengah), 3 guru, dan 62 orang tua yang memberikan pandangan mereka
terkait dampak dari program-program tersebut. Setiap program dijelaskan secara detail, dan
tanggapan siswa dibandingkan antara kedua program serta antara kelompok-kelompok kelas
yang berpartisipasi di setiap program.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kedua program tersebut berhasil melibatkan
siswa dalam berpikir dan belajar mengenai isu-isu lingkungan. Meskipun demikian, ditemukan
bahwa beberapa fitur program memiliki dampak yang lebih signifikan di luar lingkungan kelas
dibandingkan fitur lainnya.
Dalam artikel ini, juga diberikan rekomendasi mengenai fitur-fitur yang perlu
diperhatikan dan dimasukkan dalam program pendidikan lingkungan sekolah guna
meningkatkan hasil pembelajaran siswa dan keluarga. Rekomendasi tersebut didasarkan pada
temuan dari penelitian ini dan bertujuan untuk memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari
program-program pendidikan lingkungan.
Ballantyne, R., & Packer, J. (2002). Nature-based excursions: School students' perceptions of
learning in natural environments. International research in geographical and environmental
education, 11(3), 218-236. https://doi.org/10.1080/10382040208667488

Penelitian ini membahas bagaimana para pendidik lingkungan semakin memasukkan


kunjungan ke area alam dalam program pembelajaran lingkungan bagi siswa sekolah. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengungkap harapan siswa terkait pengalaman pendidikan
lingkungan di alam serta perubahan sikap dan perilaku yang mereka alami setelah terlibat
dalam program-program tersebut.
Hasil penelitian berdasarkan tanggapan kuesioner dari 580 siswa berusia 8-17 tahun
menunjukkan bahwa pembelajaran di lingkungan alam sangat menarik bagi siswa dan memiliki
dampak penting pada sikap mereka terhadap lingkungan. Para siswa mengungkapkan
keinginan yang lebih besar untuk menjaga lingkungan setelah mengikuti program-program ini,
dan mereka juga melaporkan perubahan perilaku mereka di area alam serta praktik lingkungan
di rumah mereka.
Temuan penelitian ini menekankan bahwa menggabungkan pengamatan dengan
instruksi adalah strategi pengajaran yang kuat. Dalam konteks ini, siswa dapat memahami
secara langsung dampak dari tindakan manusia terhadap kehidupan liar dan habitat alam.
Dengan demikian, kunjungan ke area alam dalam program pembelajaran lingkungan menjadi
alat yang efektif dalam membentuk sikap dan perilaku siswa terkait keberlanjutan lingkungan.
Kesimpulannya, penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan yang menggabungkan
pengamatan dan instruksi dalam pengajaran lingkungan memberikan dampak yang positif pada
siswa. Pembelajaran di alam tidak hanya menarik bagi siswa, tetapi juga meningkatkan sikap
mereka terhadap lingkungan dan mendorong mereka untuk bertindak secara lebih bertanggung
jawab di area alam maupun di rumah. Program-program ini menjadi sarana penting dalam
mengajarkan siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengapresiasi
keanekaragaman hayati.
Ballantyne, R., & Packer, J. (2009). Introducing a fifth pedagogy: Experience‐based strategies
for facilitating learning in natural environments. Environmental education research, 15(2), 243-
262. https://doi.org/10.1080/13504620802711282

Penelitian ini bertujuan untuk menjelajahi dan memperluas empat kategori "pedagogi
produktif" yang diidentifikasi oleh para pendidik, yang diyakini dapat memfasilitasi
keterlibatan dan pembelajaran autentik siswa di dalam kelas. Fokus penelitian ini adalah
mengenai pembelajaran di lingkungan alami melalui program-program pusat pendidikan
lingkungan di Queensland. Untuk mencapai tujuan tersebut, data wawancara mendalam dan
observasi dikumpulkan dari siswa, guru kelas, dan guru pusat yang telah mengikuti 12 program
pendidikan lingkungan di berbagai wilayah Queensland.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada strategi-strategi yang sangat efektif dalam
memfasilitasi pembelajaran di lingkungan alami. Selain empat kategori pedagogi produktif
yang sudah diidentifikasi sebelumnya, penelitian ini juga mengusulkan kategori pedagogi
produktif kelima, yaitu "pembelajaran berbasis pengalaman". Pembelajaran berbasis
pengalaman memiliki peran khusus dalam mengatasi sikap dan tindakan lingkungan siswa.
Makalah ini juga membahas implikasi dari temuan penelitian terhadap pengiriman
program pendidikan lingkungan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam konteks ini,
penelitian ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana pendekatan pembelajaran di
lingkungan alami dapat mempengaruhi sikap dan tindakan siswa terkait lingkungan.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam
mengembangkan pemahaman tentang pedagogi produktif dalam konteks pembelajaran di
lingkungan alami. Temuan penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan dalam
meningkatkan pengiriman program pendidikan lingkungan yang efektif dan dapat mendorong
sikap serta tindakan positif siswa terkait lingkungan.
Basile, C. G. (2000). Environmental education as a catalyst for transfer of learning in young
children. The Journal of Environmental Education, 32(1), 21-27.
https://doi.org/10.1080/00958960009598668

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji transfer pengetahuan pada anak usia sekolah
dasar dalam konteks pendidikan lingkungan. Fokusnya adalah pada pembelajaran dan sikap
lingkungan pada usia dini, di mana proses pembentukan pemahaman dan sikap terhadap
lingkungan baru dimulai. Para peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
yang dimiliki oleh anak-anak, seperti pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang fakta),
pengetahuan prosedural (keterampilan yang diperlukan), dan pengetahuan skematik (struktur
pengetahuan yang lebih luas), dapat ditransfer ke dalam situasi masalah yang diberikan.
Data penelitian dikumpulkan melalui metode pengumpulan data yang relevan, dan
kemudian dianalisis menggunakan analisis multivariat kovarian. Hasil analisis tersebut
menunjukkan adanya hasil yang signifikan secara statistik, yang memberikan wawasan yang
berharga dalam meningkatkan instruksi dalam pendidikan lingkungan. Implikasi dari temuan
ini adalah bahwa ada faktor-faktor tertentu yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain
pembelajaran lingkungan yang lebih efektif. Hasil penelitian ini dapat memberikan panduan
bagi para pengajar dalam mengembangkan kurikulum, instruksi, dan pengembangan
profesional dalam bidang pendidikan lingkungan.
Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan pendidikan
lingkungan pada tingkat pendidikan dasar. Dengan memahami bagaimana transfer pengetahuan
terjadi pada anak-anak dalam konteks lingkungan, pendidik dapat mengembangkan strategi
yang lebih efektif untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya pelestarian lingkungan
dan sikap yang berkelanjutan. Temuan ini juga menunjukkan perlunya pendekatan
pembelajaran yang holistik, di mana pengetahuan deklaratif, prosedural, dan skematik saling
berhubungan dan saling mempengaruhi.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan penting tentang transfer
pengetahuan dalam pendidikan lingkungan pada anak usia sekolah dasar. Temuan ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan pendekatan pengajaran yang lebih efektif dan
menyeluruh dalam upaya membentuk sikap yang berkelanjutan terhadap lingkungan pada
generasi muda.
Bradley, J. C., Waliczek, T. M., & Zajicek, J. M. (1999). Relationship between environmental
knowledge and environmental attitude of high school students. The Journal of environmental
education, 30(3), 17-21. https://doi.org/10.1080/00958969909601873

Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan dan sikap lingkungan siswa SMA
sebelum dan setelah mengikuti kursus ilmu lingkungan selama 10 hari. Dalam penelitian ini,
pengetahuan dan sikap lingkungan diukur menggunakan kuesioner yang diberikan pada siswa
sebelum dan setelah kursus.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam peningkatan
pengetahuan dan sikap lingkungan siswa setelah mengikuti kursus. Skor pengetahuan
lingkungan siswa mengalami peningkatan sebesar 22% setelah mereka menyelesaikan kursus
ilmu lingkungan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kursus tersebut efektif dalam
meningkatkan pemahaman siswa mengenai isu-isu lingkungan.
Selain itu, ditemukan bahwa sikap lingkungan siswa juga mengalami perubahan positif
setelah mengikuti kursus. Mereka menunjukkan sikap yang lebih mendukung terhadap
lingkungan setelah terpapar dengan materi dan aktivitas yang terkait dengan ilmu lingkungan.
Hal ini menunjukkan bahwa kursus tersebut juga berhasil dalam mempengaruhi sikap siswa
terhadap isu-isu lingkungan.
Selanjutnya, penelitian ini juga menemukan adanya korelasi yang signifikan antara
pengetahuan dan sikap lingkungan siswa. Hasil menunjukkan bahwa siswa yang memiliki skor
pengetahuan lebih tinggi cenderung memiliki sikap yang lebih positif terhadap lingkungan
dibandingkan dengan siswa yang memiliki pengetahuan yang lebih rendah. Ini menunjukkan
pentingnya pengetahuan sebagai faktor yang mempengaruhi sikap siswa terhadap lingkungan.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan bukti bahwa melibatkan siswa dalam
kursus ilmu lingkungan selama 10 hari dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap lingkungan
mereka. Temuan ini memberikan dukungan untuk pendekatan pendidikan yang melibatkan
pengalaman langsung dalam membangun kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan di
kalangan siswa SMA.
Braun, M., Buyer, R., & Randler, C. (2010). Cognitive and Emotional Evaluation of Two
Educational Outdoor Programs Dealing with Non-Native Bird Species. International Journal
of Environmental and Science Education, 5(2), 151-168. ISSN 1306-3065

Abstrak ini membahas tentang pentingnya pemahaman mengenai ancaman yang


ditimbulkan oleh organisme non-asli terhadap keanekaragaman hayati. Penelitian ini dilakukan
melalui sebuah program pendidikan yang bertujuan untuk memperkenalkan siswa-siswa usia
11-14 tahun terhadap hewan non-asli di Eropa Tengah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi penyampaian informasi umum
tentang topik ini dalam pelajaran, diikuti oleh kuis identifikasi spesies. Sikap, emosi, dan
pengetahuan siswa diukur melalui kuesioner yang telah distandardisasi sebelum, setelah, dan
beberapa waktu setelah program pendidikan. Selanjutnya, dilakukan perjalanan lapangan yang
berfokus pada salah satu dari dua spesies burung non-asli di kota Heidelberg, Jerman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang fokus pada burung angsa
memiliki skor lebih tinggi dalam pertanyaan terkait angsa, sementara kelompok yang fokus
pada burung nuri memiliki skor lebih tinggi dalam topik mereka. Menariknya, sikap umum
siswa terhadap spesies non-asli tidak mengalami perubahan yang signifikan setelah intervensi
pendidikan ini.
Kesimpulannya, program pendidikan ini berhasil dalam memberikan pemahaman
tentang spesies non-asli kepada siswa-siswa, namun tidak secara signifikan mengubah sikap
umum mereka terhadap spesies non-asli. Hasil yang paling menarik dari penelitian ini adalah
siswa memberikan penilaian tertinggi terhadap perjalanan lapangan itu sendiri, diikuti oleh
kesempatan belajar tentang spesies yang tidak biasa.
Carleton-Hug, A., & Hug, J. W. (2010). Challenges and opportunities for evaluating
environmental education programs. Evaluation and program planning, 33(2), 159-164.
https://doi.org/10.1016/j.evalprogplan.2009.07.005

Makalah ini membahas tantangan dan peluang dalam evaluasi program pendidikan
lingkungan, dengan fokus pada peran organisasi pendidikan lingkungan dalam
memperkenalkan evaluasi atau meningkatkan kualitas evaluasi yang dilakukan. Penulis
melakukan tinjauan literatur terbaru dalam bidang pendidikan lingkungan untuk
mengungkapkan kesenjangan antara potensi sistem evaluasi yang berkualitas tinggi untuk
meningkatkan pendidikan lingkungan, dan kenyataan rendahnya tingkat evaluasi dalam praktik
nyata
Tinjauan literatur ini mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam evaluasi
pendidikan lingkungan, serta peluang yang menonjol untuk meningkatkan kualitas evaluasi.
Penulis menyajikan strategi untuk mengatasi tantangan tersebut, dengan harapan dapat
membantu evaluator dalam mencapai evaluasi yang lebih baik dalam program pendidikan
lingkungan.
Makalah ini memberikan kontribusi yang berharga dalam pemahaman kita tentang
evaluasi pendidikan lingkungan. Dengan menyoroti pentingnya evaluasi yang efektif dan
berkualitas, penulis mendorong organisasi pendidikan lingkungan untuk mengadopsi
pendekatan evaluasi yang lebih baik, sehingga dapat memperbaiki dampak dan efektivitas
program-program pendidikan lingkungan.
D'Agostino, J. V., Schwartz, K. L., Cimetta, A. D., & Welsh, M. E. (2007). Using a partitioned
treatment design to examine the effect of project WET. The Journal of Environmental
Education, 38(4), 43-50. https://doi.org/10.3200/JOEE.38.4.43-50

Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas Program Pendidikan Air untuk Guru
(Project WET) dalam mengenalkan konsep sumber daya air kepada anak-anak muda di 50
negara bagian di Amerika Serikat dan 21 negara lainnya. Meskipun program ini telah
dilaksanakan secara luas, penelitian yang menguji hasil akhir dari program ini masih terbatas.
Oleh karena itu, penelitian ini mengadopsi desain perlakuan terbagi yang melibatkan dua
kelompok siswa kelas 6 yang menerima komponen pelajaran yang tumpang tindih namun unik.
Dalam penelitian ini, para penulis menggunakan metode pemodelan linear hierarkis
untuk menganalisis data yang dikumpulkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kedua
kelompok siswa mengalami peningkatan nilai pretes ke postes yang serupa pada tes materi
umum yang diajarkan dalam program ini. Namun, terdapat perbedaan signifikan antara kedua
kelompok pada tes materi unik yang dialami oleh kelompok masing-masing. Kelompok yang
mengikuti komponen pelajaran unik dari program ini berhasil mencapai hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Penemuan ini menunjukkan bahwa pengalaman yang berbeda dalam pembelajaran
sumber daya air melalui Program WET memiliki dampak yang signifikan pada pemahaman
siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan desain perlakuan terbagi dapat memberikan
wawasan yang berharga dalam mengidentifikasi efektivitas komponen-komponen tertentu dari
program pendidikan. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat memperluas penggunaan
desain ini untuk melihat efek dari komponen lainnya dan mengevaluasi dampak jangka panjang
dari program ini terhadap pemahaman dan kesadaran siswa mengenai sumber daya air.
Kesimpulannya, Program Pendidikan Air untuk Guru (Project WET) berhasil
meningkatkan pemahaman siswa tentang sumber daya air. Studi ini menggarisbawahi
pentingnya memperhatikan perbedaan dalam pengalaman pembelajaran siswa dan
menawarkan wawasan tentang desain perlakuan terbagi dalam evaluasi program pendidikan.
Penelitian selanjutnya dapat memperluas pengetahuan ini dan memberikan kontribusi yang
berarti dalam meningkatkan efektivitas program pendidikan tentang sumber daya air di masa
depan.
Flowers, A. B. (2010). Blazing an evaluation pathway: Lessons learned from applying
utilization-focused evaluation to a conservation education program. Evaluation and Program
Planning, 33(2), 165-171. https://doi.org/10.1016/j.evalprogplan.2009.07.006

Studi ini dilakukan pada tahun 2005 oleh lembaga perikanan dan kehidupan liar negara
dengan tujuan untuk mengevaluasi program pendidikan konservasi mereka di Montana. Fokus
dari evaluasi ini adalah untuk menilai pemahaman siswa, keterampilan, sikap, dan hasil
perilaku yang diharapkan terkait dengan ikan, memancing, dan habitat air. Sebuah pendekatan
evaluasi yang berfokus pada penggunaan (utilization-focused evaluation) dipilih dengan tujuan
untuk meningkatkan kegunaan dan ketepatan hasil evaluasi tersebut.
Dalam studi ini, desain kelompok non-ekuivalen quasi-eksperimental digunakan. Lebih
dari 2000 siswa di kelas-kelas yang berpartisipasi di seluruh wilayah Montana diberikan survei
sebelum program dimulai, survei pasca program, dan survei pasca program yang diperpanjang.
Selain itu, 114 guru yang terlibat dalam program ini mengisi survei melalui internet, dan 16
instruktur program menjalani wawancara telepon terstruktur dengan pertanyaan terbuka.
Pendekatan partisipatif dan penggunaan metode campuran dalam evaluasi ini
meningkatkan kemampuan para peneliti untuk menginterpretasikan hasil survei siswa dengan
lebih baik. Pendekatan yang berfokus pada penggunaan (user-focused approach) terbukti
efektif dalam menghasilkan pemahaman yang personal dan situasional, serta memfasilitasi
proses evaluasi dengan mempertimbangkan penerapan temuan evaluasi dan implementasi
rekomendasi dari awal hingga akhir.
Namun, studi ini juga mengidentifikasi perlunya pengembangan lebih lanjut dalam
jalur evaluasi. Tujuannya adalah untuk secara lebih efektif mengevaluasi hasil dari kegiatan
pendidikan lingkungan dan menerapkan langkah-langkah praktis dan dapat ditransfer yang
dapat menentukan apakah kegiatan tersebut berhasil mencapai hasil yang diinginkan bagi
pesertanya. Dalam hal ini, peneliti merekomendasikan adanya upaya untuk memperbaiki dan
memperluas metode evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi hasil
yang dihasilkan oleh program-program pendidikan lingkungan.
Grodzinska-Jurczak, M., Bartosiewicz, A., Twardowska, A., & Ballantyne, R. (2003).
Evaluating the impact of a school waste education programme upon students', parents' and
teachers' environmental knowledge, attitudes and behaviour. International Research in
Geographical and Environmental Education, 12(2), 106-122.
https://doi.org/10.1080/10382040308667521

Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari sebuah program pendidikan
sekolah terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku lingkungan siswa, orang tua, dan guru.
Sampel penelitian terdiri dari siswa berusia 11-13 tahun dari sekolah dasar di Kraków,
Polandia. Program pendidikan ini dilaksanakan selama empat bulan, dan pada akhir program,
siswa, orang tua, dan guru diwawancarai menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pendidikan ini berhasil meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran siswa tentang pengelolaan sampah kota. Peningkatan pengetahuan
ini memiliki korelasi yang lemah dengan faktor usia siswa, tingkat kesenangan dalam
mengikuti program, dan penilaian pembelajaran yang dilaporkan oleh siswa. Menariknya, tiga
perempat siswa juga berbagi pembelajaran mereka kepada orang tua mereka, dan sepertiga dari
mereka mencoba memperbaiki praktik pengelolaan sampah di rumah.
Dalam konteks orang tua, sebagian besar dari mereka melaporkan bahwa program ini
sangat berharga. Mereka juga mengkonfirmasi adanya diskusi keluarga yang sering terjadi
sebagai dampak dari program ini, yang pada akhirnya membawa perubahan sikap dan praktik
pengelolaan sampah di rumah tangga. Guru-guru yang terlibat dalam program ini juga
memberikan penilaian yang positif dan merekomendasikan program ini sebagai solusi yang
ideal untuk mengatasi masalah sampah di tingkat nasional.
Studi ini memberikan wawasan tentang keberhasilan program pendidikan lingkungan
dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa, orang tua, dan guru. Selain itu,
berbagai hasil penelitian lainnya didiskusikan, dan saran-saran untuk pengajaran yang lebih
baik dalam hal ini juga disampaikan.
Heimlich, J. E. (2010). Environmental education evaluation: Reinterpreting education as a
strategy for meeting mission. Evaluation and Program planning, 33(2), 180-185.
https://doi.org/10.1016/j.evalprogplan.2009.07.009

Pentingnya pertimbangan kritis terhadap peran pendidikan lingkungan dalam mencapai


hasil konservasi semakin meningkat bagi lembaga dan organisasi lingkungan. Evaluasi menjadi
alat yang dapat membantu mengarahkan organisasi menuju keselarasan antara tujuan
pendidikan dan misi organisasi. Dalam bab ini, penulis mengusulkan pendekatan evaluasi yang
didasarkan pada teori dan mengintegrasikannya ke dalam teori program berbasis misi. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan memahami cara-cara di mana tujuan pendidikan
dapat dan seharusnya terhubung dengan hasil konservasi bagi lembaga atau organisasi yang
bersangkutan.
Pendekatan evaluasi yang didasarkan pada teori memberikan dasar yang kuat untuk
mengidentifikasi hubungan yang erat antara pendidikan lingkungan dan hasil konservasi.
Dalam hal ini, evaluasi tidak hanya melihat kesesuaian antara tujuan pendidikan dan kegiatan
organisasi, tetapi juga memastikan bahwa tujuan pendidikan secara efektif mendukung misi
konservasi organisasi.
Melalui penelitian ini, diharapkan akan ditemukan pendekatan yang lebih terpadu dan
efektif dalam mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam upaya konservasi. Dengan
menghubungkan tujuan pendidikan dengan hasil konservasi, lembaga dan organisasi
lingkungan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang efektivitas program
mereka, serta meningkatkan dampak positif yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan praktis bagi lembaga dan
organisasi lingkungan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program
pendidikan mereka. Dengan memperkuat hubungan antara pendidikan lingkungan dan
konservasi, dapat diharapkan upaya konservasi akan semakin berhasil, sementara pendidikan
lingkungan menjadi instrumen yang efektif dalam mengubah perilaku dan membangun
kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan.
Hollweg, K. S., Taylor, J. R., Bybee, R. W., Marcinkowski, T. J., McBeth, W. C., & Zoido, P.
(2011). Developing a framework for assessing environmental literacy. Washington, DC: North
American Association for Environmental Education, 122. DOI: 10.4236/ce.2018.914156

Penelitian ini mengusulkan pendekatan baru dalam pendidikan lingkungan sebagai


respons terhadap krisis ekologis yang semakin parah dan kebutuhan mendesak untuk
mengembalikan keseimbangan alam. Makalah ini mereview konsep-konsep seperti "budaya
alam", "ekologi budaya", "literasi lingkungan", dan "budaya lingkungan" guna menciptakan
kembali strategi dan tujuan pendidikan lingkungan. Penulis juga mengusulkan kerangka
konseptual baru untuk membentuk komunitas pendidikan lingkungan dan mempromosikan
budaya lingkungan.
Kerangka konseptual ini terdiri dari tiga tahap berurutan: kekuatan penggerak, proses
transformasi sosial-budaya, dan keberlanjutan lingkungan. Tahap pertama mendorong tahap-
tahap berikutnya, dan kekuatan penggerak berasal dari kehendak politik dan sosial yang
menciptakan mekanisme untuk mempromosikan pendidikan lingkungan dan praktik terbaik.
Tahap kedua melibatkan transformasi sosial-budaya dalam konteks komunitas melalui
implementasi praktik terbaik lingkungan dan program pendidikan lingkungan, yang harus
sesuai dengan model organisasi dan karakteristik komunitas.
Akhirnya, tahap ketiga adalah keberlanjutan lingkungan, yang didukung oleh
komunitas pendidikan lingkungan yang mendorong budaya lingkungan dan memperkuat
kekuatan penggerak dari tahap pertama. Penulis menyimpulkan bahwa kerangka konseptual ini
perlu divalidasi melalui implementasi dan evaluasi di lingkungan nyata untuk memastikan
keefektifannya.
Jacobs, W. J., Sisco, M., Hill, D., Malter, F., & Figueredo, A. J. (2012). Evaluating theory-
based evaluation: Information, norms, and adherence. Evaluation and program planning, 35(3),
354-369. https://doi.org/10.1016/j.evalprogplan.2011.12.002

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi program-program intervensi sosial yang


bersifat programatik dengan mengintegrasikan teori psikologi yang relevan, teori evaluasi
program yang tepat, dan hasil evaluasi dari intervensi sosial spesifik. Penelitian ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang perubahan norma sosial, kepatuhan
terhadap norma sosial, dan mengapa beberapa program intervensi sering tidak mencapai hasil
yang diharapkan.
Penelitian ini menggunakan tinjauan literatur untuk menyusun dan menganalisis
prinsip-prinsip yang telah mapan dalam bidang evaluasi program, proses yang terlibat dalam
perubahan norma sosial dan kepatuhan terhadap norma sosial, serta hasil evaluasi dari
program-program intervensi yang berfokus pada pencegahan merokok, perilaku pro-
lingkungan, dan pencegahan pemerkosaan. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk
mengumpulkan pemahaman yang mendalam tentang teori-teori yang mendasari intervensi
sosial dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
program tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan mengintegrasikan teori psikologi yang
relevan, teori evaluasi program yang tepat, dan hasil evaluasi program-program spesifik, kita
dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang perubahan norma sosial dan kepatuhan
terhadap norma sosial. Meskipun program-program intervensi ini seringkali tidak mencapai
hasil yang diharapkan, melalui pembelajaran dari kegagalan kita, kita dapat terus meningkatkan
kinerja intervensi sosial yang ada dan yang akan datang. Selain itu, penelitian ini menyoroti
pentingnya mengembangkan ilmu evaluasi program yang kumulatif berdasarkan pengalaman
kolektif kita untuk memajukan pengetahuan dan mencapai intervensi sosial yang lebih sukses
di masa depan.
Klosterman, M. L., & Sadler, T. D. (2010). Multi‐level assessment of scientific content
knowledge gains associated with socioscientific issues‐based instruction. International Journal
of Science Education, 32(8), 1017-1043. https://doi.org/10.1080/09500690902894512

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak penggunaan kurikulum berbasis


isu sosiosains (SSI) terhadap pengembangan pengetahuan konten sains. Penelitian ini ingin
melihat apakah penggunaan SSI dalam konteks pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman
siswa tentang isu global warming, termasuk konten sains yang terkait serta kontroversi yang
melingkupinya.
Penelitian ini menggunakan desain penilaian multi-level. Unit pembelajaran tiga
minggu tentang pemanasan global yang menjadi SSI utama digunakan untuk mengukur
pengetahuan siswa sebelum dan setelah implementasi kurikulum tersebut. Penilaian dilakukan
melalui ujian pengetahuan konten yang sejalan dengan standar (penilaian distal) dan ujian yang
sejalan dengan kurikulum (penilaian proximal). Data dikumpulkan dari 108 siswa yang berasal
dari dua sekolah.
Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa skor pasca-tes siswa secara signifikan
berbeda dengan skor pra-tes mereka. Artinya, penggunaan kurikulum berbasis SSI dalam
pembelajaran memiliki dampak yang positif terhadap peningkatan pengetahuan konten sains
siswa. Selain itu, analisis kualitatif menunjukkan bahwa setelah mengikuti unit pembelajaran
tersebut, siswa menyatakan pemahaman yang lebih akurat, rinci, dan canggih tentang
pemanasan global, efek rumah kaca, serta kontroversi dan tantangan yang terkait dengan isu-
isu tersebut. Hasil gabungan dari penilaian proximal dan distal memberikan bukti penting
dalam mendukung efektivitas penggunaan SSI sebagai konteks pembelajaran sains.
Martin, B., Bright, A., Cafaro, P., Mittelstaedt, R., & Bruyere, B. (2009). Assessing the
development of environmental virtue in 7th and 8th grade students in an expeditionary learning
outward bound school. Journal of Experiential Education, 31(3), 341-358.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perkembangan kebajikan lingkungan pada


siswa kelas 7 dan 8 di sebuah sekolah Ekspedisi Pembelajaran Luar (ELOB). Tujuan utama
adalah untuk mengukur sejauh mana siswa mengembangkan kebajikan lingkungan mereka
melalui partisipasi dalam program pembelajaran ekspedisi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan instrumen yang
dikembangkan khusus, yaitu Skala Kebajikan Lingkungan Anak (Children's Environmental
Virtue Scale/CEVS). Data penelitian diperoleh dengan melakukan survei CEVS (pretest dan
posttest) kepada siswa-siswa di sekolah ELOB. Penelitian ini melibatkan 45 siswa dan
dilakukan selama periode 10 minggu selama unit pembelajaran ekspedisi.
Penelitian ini menggunakan analisis statistik untuk membandingkan skor rata-rata
kebajikan lingkungan sebelum dan setelah siswa mengikuti unit pembelajaran ekspedisi. Hasil
penelitian menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dalam skor rata-rata kebajikan
lingkungan pada siswa-siswa yang berpartisipasi dalam program pembelajaran ekspedisi
tersebut. Implikasinya, partisipasi dalam unit pembelajaran ekspedisi tampaknya memiliki
dampak negatif pada perkembangan kebajikan lingkungan siswa kelas 7 dan 8.
Penelitian ini menyoroti pentingnya evaluasi perkembangan kebajikan lingkungan pada
siswa dan menunjukkan bahwa program pembelajaran ekspedisi dapat memiliki pengaruh yang
signifikan pada kebajikan lingkungan siswa. Meskipun penelitian ini menemukan adanya
penurunan skor rata-rata kebajikan lingkungan, keterbatasan penelitian juga perlu
dipertimbangkan dalam interpretasi hasil tersebut.

Anda mungkin juga menyukai