Anda di halaman 1dari 4

Tugas 2 Mata Kuliah Manajemen Kinerja

Nama : Kadek Deva Agastya


Npm : 221176024

1. Menentukan 5 KPI dari masing² dimensi perorangan (fisik, emosional, sosial,


spiritual, intelektual)
Dimensi Fisik:
a. Body Mass Index (BMI): Indikator ini mengukur proporsi antara berat badan dan tinggi
badan, dan digunakan untuk mengevaluasi keadaan fisik seseorang.
b. Tingkat Kesehatan Jantung: Mengukur kekuatan dan keefektifan jantung dalam memompa
darah ke seluruh tubuh.
c. Tingkat Kekuatan dan Fleksibilitas: Mengukur kekuatan dan fleksibilitas otot untuk
memastikan keseimbangan dan mobilitas yang baik.
d. Tingkat Kondisi Kardiorespirasi: Mengukur kemampuan sistem pernapasan dan jantung
dalam menyediakan oksigen ke seluruh tubuh.
e. Tingkat Kesehatan Umum: Melibatkan evaluasi umum kesehatan fisik, termasuk parameter
seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan fungsi organ tubuh yang penting.

Dimensi Emosional:
a. Tingkat Kepuasan Hidup: Mengukur kepuasan dan kebahagiaan yang dirasakan seseorang
terhadap hidupnya secara keseluruhan.
b. Tingkat Stres: Mengukur tingkat stres yang dialami seseorang dalam menghadapi
tantangan dan tekanan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tingkat Kecemasan: Mengukur tingkat kecemasan yang dirasakan seseorang terkait
dengan berbagai situasi atau masalah.
d. Tingkat Kesejahteraan Psikologis: Melibatkan penilaian terhadap aspek-aspek seperti
harga diri, kepercayaan diri, dan pemenuhan kebutuhan psikologis individu.
e. Tingkat Emosi Positif: Mengukur frekuensi dan intensitas emosi positif, seperti
kegembiraan, kepuasan, dan rasa syukur.

Dimensi Sosial:
a. Jaringan Dukungan Sosial: Mengukur keberadaan dan kualitas jaringan sosial seseorang,
termasuk keluarga, teman, dan komunitas.
b. Tingkat Keterlibatan Sosial: Mengukur tingkat keterlibatan seseorang dalam aktivitas
sosial dan interaksi dengan orang lain.
c. Tingkat Empati: Mengukur kemampuan seseorang untuk memahami dan merasakan emosi
orang lain serta memberikan dukungan yang tepat.
d. Tingkat Konflik dan Resolusi: Mengukur tingkat konflik interpersonal yang dialami
seseorang dan kemampuannya dalam mengatasi dan meresolusinya.
e. Tingkat Kepuasan dalam Hubungan: Mengukur kepuasan seseorang terhadap hubungan
interpersonal yang dimiliki, seperti hubungan romantis, persahabatan, atau kerja sama tim.

Dimensi Spiritual:
a. Tingkat Koneksi dengan Tuhan atau Keberadaan Yang Lebih Tinggi: Mengukur tingkat
kedalaman dan kualitas hubungan spiritual seseorang dengan Tuhan atau kekuatan yang lebih
tinggi menurut keyakinan dan nilai-nilai pribadi.
b. Tingkat Kedamaian Batin: Mengukur tingkat ketenangan dan kedamaian dalam pikiran dan
hati seseorang.
c. Tingkat Kesadaran dan Kehadiran: Mengukur tingkat kesadaran diri dan kemampuan
seseorang untuk hadir secara penuh dalam kegiatan sehari-hari.
d. Tingkat Pemberian dan Kepedulian: Mengukur tingkat kepedulian dan kemurahan hati
seseorang terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.
e. Tingkat Pencapaian dan Pemenuhan Makna Hidup: Mengukur tingkat pencapaian dan
pemenuhan tujuan hidup serta rasa makna yang dirasakan dalam kehidupan individu.

Dimensi Intelektual:
a. Tingkat Pencapaian Pendidikan: Mengukur tingkat pendidikan formal yang dicapai oleh
seseorang.
b. Tingkat Keterampilan dan Pengetahuan: Mengukur kemampuan dan pengetahuan
seseorang dalam bidang-bidang tertentu yang relevan dengan minat dan kebutuhan pribadi.
c. Tingkat Kreativitas: Mengukur tingkat kemampuan seseorang dalam menghasilkan ide-ide
baru dan solusi kreatif dalam memecahkan masalah.
d. Tingkat Daya Ingat dan Konsentrasi: Mengukur kemampuan memori dan konsentrasi
seseorang dalam mengolah informasi dan menyelesaikan tugas-tugas intelektual.
e. Tingkat Pengembangan Intelektual: Mengukur tingkat upaya dan progres seseorang dalam
mengembangkan kecerdasan dan pemikiran kritis melalui pembelajaran dan eksplorasi
pengetahuan baru.

2. Menentukan 5 KPI dari fungsi pelatihan SDM


Berikut adalah contoh 5 KPI (Key Performance Indicators) yang dapat digunakan untuk
mengukur efektivitas fungsi pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia):
a. Tingkat Partisipasi: Mengukur persentase karyawan yang aktif mengikuti pelatihan
yang ditawarkan. Hal ini mencerminkan tingkat keterlibatan dan minat karyawan
dalam pengembangan diri melalui pelatihan.

b. Tingkat Peningkatan Kompetensi: Mengukur sejauh mana pelatihan berhasil


meningkatkan kompetensi dan keterampilan karyawan. Ini dapat dilakukan melalui
pengukuran sebelum dan setelah pelatihan serta evaluasi kemampuan baru yang
diterapkan di tempat kerja.
c. Tingkat Penerapan di Tempat Kerja: Mengukur sejauh mana karyawan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pelatihan ke dalam pekerjaan
sehari-hari. Hal ini dapat dinilai melalui evaluasi atasan, pengamatan langsung, atau
laporan kinerja individu.
d. Tingkat Retensi dan Pengembangan Karyawan: Mengukur tingkat retensi karyawan
setelah mengikuti pelatihan serta kemampuan organisasi dalam mengembangkan
karyawan yang telah mengikuti pelatihan ke dalam peran yang lebih bertanggung
jawab atau spesialis.
e. Tingkat Dampak Bisnis: Mengukur dampak pelatihan terhadap kinerja bisnis secara
keseluruhan, seperti peningkatan produktivitas, efisiensi, kualitas layanan, atau
peningkatan kepuasan pelanggan. Hal ini dapat diukur melalui indikator bisnis yang
relevan, seperti peningkatan penjualan, penurunan tingkat keluhan, atau peningkatan
profitabilitas.
Penting untuk menyesuaikan KPI dengan tujuan, kebutuhan, dan strategi organisasi. KPI ini
dapat digunakan sebagai panduan untuk memantau dan mengevaluasi efektivitas pelatihan
SDM dalam mencapai hasil yang diinginkan.
3. Membuat 5 KPI dari kementrian social
Berikut adalah contoh 5 KPI (Key Performance Indicators) yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja Kementerian Sosial:
a. Tingkat Kepuasan Penerima Manfaat: Mengukur tingkat kepuasan penerima manfaat
program dan layanan yang disediakan oleh Kementerian Sosial. Hal ini dapat
dilakukan melalui survei kepuasan penerima manfaat atau pengumpulan umpan balik
dari mereka.
b. Tingkat Aksesibilitas Program: Mengukur tingkat aksesibilitas program sosial yang
disediakan oleh Kementerian Sosial kepada masyarakat. Hal ini melibatkan evaluasi
apakah program-program tersebut dapat diakses dengan mudah oleh mereka yang
membutuhkannya.
c. Tingkat Efektivitas Intervensi Sosial: Mengukur efektivitas intervensi sosial yang
dilakukan oleh Kementerian Sosial. Hal ini dapat dinilai melalui pemantauan dan
evaluasi dampak dari program-program sosial yang diimplementasikan.
d. Tingkat Keberlanjutan Program: Mengukur keberlanjutan program sosial yang
dilakukan oleh Kementerian Sosial. Hal ini mencakup evaluasi apakah program-
program tersebut dapat berjalan secara berkelanjutan dalam jangka panjang dan
memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
e. Tingkat Keterlibatan dan Kolaborasi dengan Pihak Eksternal: Mengukur tingkat
keterlibatan dan kolaborasi Kementerian Sosial dengan pihak eksternal, seperti
organisasi non-pemerintah (NGO), lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau mitra
sektor lainnya. Hal ini mencerminkan kemampuan Kementerian Sosial untuk bekerja
sama dengan berbagai pihak dalam upaya meningkatkan efektivitas program sosial.

KPI ini dapat digunakan sebagai panduan untuk memantau dan mengevaluasi kinerja
Kementerian Sosial dalam mencapai tujuan sosial dan memberikan manfaat kepada
masyarakat yang membutuhkan. Namun, perlu dicatat bahwa KPI yang tepat harus
disesuaikan dengan konteks, mandat, dan prioritas Kementerian Sosial serta kebutuhan sosial
yang ada di negara atau wilayah tertentu.

Anda mungkin juga menyukai