Anda di halaman 1dari 2

Teori Perkembangan Iman James Fowler

NAOMI: Kaitkan perkembangan iman fowler tahap 3 dengan hasil penelitian dari
pemuda gkmi salatiga (spiritualitas), sensitifitas pemuda terhadap unsur estetika dalam
kemajuan teknologi)
James Fowler adalah seseorang penggagas teori perkembangan iman, dengan bukunya
yang terkenal yaitu Stages of faith, The Psychology of Human Development and the Quest for
Meaning di tahun 1981. Dia melakukan penelitian pada tahun 1072 kepada 500 orang. Mulai
dari anak yang berusia 4 tahun hingga orang dewasa dengan usia 88 tahun. Penelitian ini
dilakukannya untuk mengembangkan Teori Perkembangan Iman. Fowler memberikan
penjelasan bahwa struktural teori perkembangan iman ini adalah penelitian yang bersifat
formatif deskriptif sekaligus normatif. Formatif deskriptif karena mengidentifikasikan urutan
tahapan yang formal dengan cara empiris. Disebut normatif karena mampu memberikan arah
perkembangan pada titik orientasi yang seharusnya. Mampu menyelaraskan perkembangan
iman yang sesuai dengan perkembangan usia. Tingkatan iman dari seseorang tidak akan
bertumbuh dengan begitu saja secara otomatis karena bertambahnya usia. Perkembangan
iman seseorang karena memiliki proses tahap demi tahap yang dilalui serta bagaimana proses
itu akan terus berlanjut selama orang itu masih hidup.
Definisi iman menurut Fowler adalah pola dinamis dari keyakinan pribadi setiap manusia
terhadap kesetiaan kepada suatu pusat. Ia berpendapat bahwa kesetiaan serta keyakinan
manusia merupakan dasar dari iman. Tanpa iman, manusia menjadi kosong dan tidak berarti.
Fowler telah membagi tahap perkembangan iman remaja menjadi beberapa tahap. Tahap 1,
yaitu intuitif-proyektif, tahap ini bayi mulai belajar untuk mempercayai orangtuanya serta
menemukan gambaran intuitif sendiri mengenai apa yang baik dan apa yang jahat. Dalam
tahap ini anak belum mempunyai tata cara berpikir yang tersistematis, tidak logis, dan tidak
konsisten. Tahap 2, yaitu mistis-literal yang terjadi pada akhir masa anak-anak. Dalam tahap
ini anak mulai memiliki nalar yang logis, konkret dan tidak abstrak. Pandangannya mengenai
Tuhan menyerupai gambaran orangtua mereka. Pada tahap ini, anak-anak mungkin masih
melihat Tuhan secara spesifik dengan cara yang sama seperti mereka melihat figur otoritas
seperti orang tua mereka. Konsep keimanan mereka cenderung literal dan mengacu pada
norma dan nilai yang ditanamkan keluarga. Sekalipun pemikiran logis sudah berkembang,
anak pada tahap ini mungkin masih memerlukan dukungan orang tua dan lingkungan yang
menumbuhkan pemahaman lebih dalam tentang nilai-nilai agama. Tahap 3, yaitu sintesis-
konvensional yang terjadi pada masa remaja. Menurut Fowler, sebagian besar orang dewasa
masih terpaku di dalam tahap ini dan tidak beralih pada tahap yang lebih tinggi. Di tahap ini,
remaja mulai mengintegrasikan hal-hal yang pernah dipelajari mengenai agama dalam sebuah
sistem keyakinan yang koheren. Iman dalam tahap ini kerap melibatkan relasi pribadi dengan
Tuhan. Tuhan dipandang sebagai sosok yang selalu hadir untuknya. Iman menjadi lebih
kompleks pada tahap ini, namun sering kali melibatkan hubungan pribadi dengan Tuhan. Hal
ini mencerminkan kemajuan dalam pemahaman kita tentang konsep spiritualitas yang lebih
dalam. Tahap 4, yaitu individuatif-reflektif, yang terjadi pada akhir masa remaja dan menjadi
awal dari masa dewasa. Dalam tahap ini remaja mulai mampu untuk bertanggungjawab
terhadap keyakinan yang dipercayai. Tahap ini sering terlihat dengan tanda seseorang mulai
meninggalkan rumah, dimana ia memulai tanggungjawab akan diri sendiri dan berusaha
untuk mengembangkan usahanya untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Pada tahap
ini, remaja menunjukkan kemampuan untuk bertanggung jawab atas keyakinannya. Tanda-
tanda tahap ini sering muncul ketika seseorang mulai menjauh dari lingkungan keluarga,
bertanggung jawab penuh terhadap dirinya sendiri dan berusaha membentuk jati dirinya
untuk masa depan. Pada tahap refleksi pribadi, remaja dihadapkan pada keputusan-
keputusan yang memerlukan pertimbangan matang. Tahap ini juga merupakan transisi
menuju kemandirian, dimana kaum muda mengambil tanggung jawab tidak hanya atas
keyakinan agama mereka tetapi juga atas pilihan hidup mereka sendiri. Tahap 5, yaitu iman
konjungtif yang terjadi pada pertengahan masa dewasa. Tidak banyak orang dewasa yang
memasuki tahap ini. Dalam tahap ini, lebih terbuka akan paradox dan juga memiliki sudut
pandang yang saling bertolak belakang. Keterbukaan akan hal ini beranjak dari kesadaran
seseorang akan keterbatasan mereka. Dalam tahap ini mengungkapkan pemahaman yang
lebih kompleks. Pada tahap keyakinan konjungtif, seseorang tidak hanya menerima berbagai
pandangan dan sudut pandang yang berlawanan, tetapi juga menyatukan konsep-konsep
yang berpotensi bertentangan dan mampu mengintegrasikannya ke dalam satu kesatuan yang
lebih kompleks. Pemahaman tentang spiritualitas dan iman menjadi lebih bernuansa dan
kompleks, mencerminkan kemampuan pemuda untuk berpikir secara holistik. Tahap 6, yaitu
iman universal yang terjadi pada akhir masa dewasa. Menurut Fowler sendiri, ini merupakan
tahapan yang tertinggi dari perkembangan iman yang melibatkan akan transendensi dari
sistem keyakinan tertentu untuk masuk dalam penghayatan kesatuan dengan semua
keberadaan dan komitmen dalam mengatasi banyaknya persoalan yang memisahkan banyak
manusia di dunia ini. Fowler menyatakan bahwa tahap ini melibatkan melampaui sistem
kepercayaan tertentu seseorang untuk mencapai pengakuan kesatuan dengan seluruh
keberadaan, dan tekad untuk menghadapi kompleksitas dan tantangan yang memisahkan
banyak orang di dunia ini. Menurut Fowler, hanya sedikit orang yang telah mencapai tingkat
keimanan universal, termasuk tokoh luar biasa seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King,
dan Bunda Teresa. Tahap ini mencerminkan pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan
individu dengan dunia dan kepedulian yang lebih besar terhadap kebutuhan masyarakat
secara keseluruhan. Pada tahap ini, individu mampu melepaskan keterbatasan sistem
kepercayaan yang sempit dan melakukan upaya kolektif untuk mencapai tujuan yang lebih
besar. 1

Zega, Y. K. (2020). Teori Perkembangan Iman Remaja Menurut James W. Fowler dan Implikasinya Bagi
Pendidikan Agama Kristen . Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Vol 12 No. 2 : 142-145

Anda mungkin juga menyukai