Anda di halaman 1dari 12

JURNAL ILMIAH SULTAN

AGUNG Universitas Islam


Sultan Agung Semarang, 10
September 2022

KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS (DM)


DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA
PASIEN DM DI RS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

Dm Diet Compliance And Blood Glucose Levels In


Patients Diabetes Mellitus

1
Aura Ramadhina, 2Dwi Retno Sulistyaningsih, dan 3Indah Sri wahyuningsih

1,2,3
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung

ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif
yang dapat dikendalikan dengan empat pilar penatalaksanaan. Salah satu pilar
adalah kepatuhan dan penatalaksanaan diet “3J”.Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan kepatuhan diet diabetes melitus dengan kadar glukosa
darah pada pasien diabetes melitus.
Metode : Jenis penelitian dalam penilitian ini adalah korelasi yang bersifat
menjelaskan hungan antar variabel. Sedangkan desain penelitian dengan
pendekatan retrospektif. Penelitian ini menggunakan Teknik sampling purposive
sampling dengan jumlah sampel 66 responden, pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan di analisis dengan menggunakan uji spearman.
Hasil : Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden patuh terhadap
diet sebanyak 36 (54,5%) orang, responden yang tidak patuh diet sebanyak 30
(45,5%) orang. Sedangkan untuk tingkat kadar gula darah menunjukan mayoritas
responden memiliki kadar glukosa darah yang sedang (100-200 mg/Dl) sebanyk 42
orang, sedangkan yang paling sedikit responden yang kadar glukosa darah rendah
(100 mg/dl) masing-masing sebanyak 12 orang
Simpulan : Bahwa ada hubungan kepatuhan diet DM dengan kadar glukosa darah
pada pasien diabetes melitus pada pasien diabetes di RSI Sultan Agung Semarang
dengan p value = 0,041.

Kata kunci : Kepatuhan diet, DM, kadar gula darah.

85
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
ABSTRACT
Background: Diabetes Melitus (DM) is a degenerative disease that can be controlled with four
pillars of management. One of the pillars is compliancein the implementation of the diet
“3J”.The purpose of this study was to determine the relationship between diet compliance with
diabetes mellitus and blood glucose levels in patients with diabetes mellitus
Methods: The type of research in this research is correlation which explains the relationship
between variables. While the research design with a retrospective approach. This study uses a
purposive sampling technique with a sample of 66 respondents, data collection using a
questionnaire and analyzed using the Spearman test.
Results: The results showed that the majority of respondents adhered to the diet as many as 36
(54,5%) people, respondents who did not adhere to the diet were 30 (45,5%) people. As for the
level of blood sugar levels, the majority of respondents have moderate blood glucose levels
(100-200 mg/Dl) as many as 42 people, while the least respondents with low blood glucose
levels (100 mg/dl) are 12 people each.
Conclusion: That there is a relationship between DM diet compliance with blood glucose levels
in patients with diabetes mellitus in diabetic patients at RSI Sultan Agung Semarang with p
value = 0,041
Keywords: Diet compliance, DM, blood sugar
levels.

PENDAHULUAN
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar gula darah melebihi normal. Penyakit ini ditandai dengan hiperglikemi akibat
kelainan kerja pada insulin, sehingga terjadi penumpukan karbohidrat dalam bentuk
glukosa yang mengakibatkan peningkatan gula dalam darah (Smeltzer & Bare, 2010;
PERKENI 2011)
Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi diabetes melitus di Indonesia
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 2%. Hampir
semua provinsi menunjukkan peningkatan prevalensi pada tahun 2018, kecuali pada
provinsi Nusa Tenggara Timur (0,9%). Terdapat 4 provinsi dengan prevalensi
tertinggi yaitu DKI Jakarta (3,4%), Kalimantan Timur (3,1%), DI Yogyakarta (3,1%),
dan Sulawesi Utara (3%). Berdasarkan jenis kelamain, prevalensi diabetes tahun 2018
sebanyak 1,2% laki-laki dan 1,8% perempuan (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Provinsi DI Yogyakarta pola penyakit dipantau oleh sistem Surveilans Terpadu
Penyakit (STP). Terdapat 21270 kasus diabetes melitus berdasarkan laporan STP
tahun 2019.
Faktor utama pengontrol gula darah adalah konsentrasi glukosa darah, hormon, insulin
dan glukagon (Marks et al., 2000). Peran insulin adalah untuk menyerap gula ke
dalam darah dan sel, sehingga merangsang pembentukan energi. Ketika gula darah
rendah, glukagon melepaskan glikogen ke dalam darah, meningkatk an kadar
gula darah, sehingga menghambat pembentukan insulin di pankreas. (Kumar and
Hamdy, n.d.). Menjaga kadar gula darah normal sangat penting, karena kadar gula
darah yang tinggi dapat menyebabkan hilangnya glukosa dalam urin. Dan
hipoglikemia dapat menyebabkan hipoglikemia, karena glukosa merupakan salah satu
nutrisi yang dibutuhkan untuk energi, otak, retina, dan epitel germinal gonad. (Fe
rnando, 2007)
85
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
Banyak faktor yang mempengaruhi gula darah tinggi adalah konsumsi makanan,
antara lain jumlah karbohidrat, jenis gula (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa),
kandungan pati, pengolahan makanan dan format makanan, dan bahan makanan
lainnya, seperti lemak sebagai memperlambat proses pencernaan dan zat alami. Kadar
glukosa darah puasa dan sebelum makan menggambarkan keparahan intoleransi
glukosa, dan pengaruh makan kedua atau karbohidrat merupakan faktor lain yang
mempengaruhi respon glukosa darah. Namun, pada pasien dengan diabetes tipe I atau
tipe II, jika jumlah karbohidratnya sama, akut dan hingga 6 minggu konsumsi
berbagai pati atau sukrosa tidak akan membuat perbedaan yang signifikan dalam
respon glukosa darah. Oleh karena itu, jumlah total karbohidrat dalam makanan dan
camilan akan lebih penting daripada sumber atau jenis makanannya. (American
Diabetes Association, 2002).
Kadar gula darah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti usia, hormon insulin,
suasana hati, stres, jenis dan jumlah makanan, serta aktivitas fisik. Kadar gula darah
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti usia, hormon insulin, suasana hati, stres, jenis
dan jumlah makanan, serta aktivitas fisik. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh
faktor endogen yaitu faktor humoral, seperti hormon insulin, glukosa, dan kortisol
sebagai sistem reseptor pada sel otot dan hati. Faktor eksternal meliputi jenis da
n jumlah makanan serta aktivitas yang dilakukan. (Lestari, 2013)
Menurut konsensus Perhimpunan Endokrin Indonesia (Perkeni 2011), pilar
pengendalian DM meliputi latihan fisik, terapi nutrisi medik, intervensi obat, dan
edukasi Keberhasilan proses pengendalian DM tergantung pada kepatuhan pasien
terhadap diet atau pola makan sehari-hari Hal ini untuk mencegah komplikasi DM.
Prinsip pengaturan pola makan bagi penderita diabetes hampir sama dengan
masyarakat umum, yaitu pola makan seimbang, berdasarkan kebutuhan kalori dan gizi
setiap orang. Penderita diabetes perlu menekankan pentingnya pola makan yang
teratur dalam hal pengaturan makan, jenis dan jumlah makanan, terutama bagi mereka
yang menggunakan obat penurun gula darah atau insulin.
Studi pendahuluan yang telah dilaksanakan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang diperoleh data penderita DM yang melakukan pengobatan di Poliklinik
Penyakit Dalam dari mulai bulan mei sampai bulan Juni tahun 2021 terdapat 2839
pasien. Dan rata-rata setiap bulan terdapat 924 pasien yang sedang melakukan
pengobatan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Berdasarkan hasil tanya jawab pada 5 penderita diabetes melitus, didapatkan bahwa 4
pasien belum terpapar informasi mengenai penyakit diabetes melitus dan belum
mengikuti pola makan yang dianjurkan dari rumah sakit sesuai jadwal dan pola diet
secara teratur. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti memiliki ketertarikan untuk
melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan kepatuhan diet DM dengan kadar
glukosa darah pada pasien diabetes melitus”.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian dalam penilitian ini adalah korelasi yang bersifat menjelaskan hungan
antar variabel. Sedangkan desain penelitian dengan pendekatan retrospektif. Penelitian
ini menggunakan Teknik sampling purposive sampling dengan jumlah sampel 66

85
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
responden, pengumpulan data menggunakan kuesioner dan di analisis dengan
menggunakan uji spearman dan telah layak etik di RSI Sultan Agung Semarang.

HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
1. Umur

Tabel 4 1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur Responden Pasien Diabetes


Mellitus di RS (n = 66)
(95% CI)
Mean SD Min-Maks
Lower Upper
44,45 3,923 36-50 43,49 45,38

Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 44,45
tahun dengan standart deviasi 3,923 dengan umur termuda 36 tahun dan umur tertua 50
tahun dengan 95% CI diyakini bahwa rata-rata umur responden adalah 43,49 sampai
dengan 45,38.
2. Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan

Tabel 4 2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan dan


Pekerjaan Pasien Diabetes Mellitus di RS (n = 66)
Jenis Kelamin N %
Laki-Laki 26 39,4
Perempuan 40 60,6
Pendidikan
Lulus SD/Sederajat 30 45,5
Lulus SMP/Sederajat 19 28,8
Lulus SMA/Sederajat 14 21,2
Lulus Perguruan tinggi 3 4,5
Pekerjaan
Tidak Bekerja 23 34,8
Buruh 17 25,8
Wiraswasta 10 15,2
Pegawai Swasta 13 19,7
PNS 3 4,5
Jumlah 66 100,0

Berdasarkan tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 40 orang (60,6%), berpendidikan terakhir SD sebanyak 30 orang
(45,5%), dan tidak bekerja sebanyak 23 orang (34,8%).

86
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
B. Analisis Univariat
1. Kepatuhan Diet DM

Tabel 4 3 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Kepatuhan Diet DM Pasien


Diabetes Melitus di RS (n = 66)
Kepatuhan Diet DM N %
Patuh 36 54,5
Tidak Patuh 30 45,5
Jumlah 66 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. menunjukkan bahwa mayoritas responden patuh terhadap diet
DM sebanyak 36 orang (54,5%), sedangkan responden yang tidak patuh diet DM
sebanyak 30 orang (45,5%).
2. Kadar Glukosa Darah

Tabel 4 4 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa Darah Pasien


Diabetes Melitus di RS (n = 66)
Kadar Glukosa Darah N %
Rendah (<100 mg/dL) 12 18,2
Sedang (100 - 200 mg/dL) 42 63,6
Tinggi (>200 mg/dL) 12 18,2
Jumlah 66 100,0

Berdasarkan tabel 4.4. menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kadar


glukosa darah yang sedang (100 - 200 mg/dL) sebanyak 42 orang (63,6%), sedangkan
yang paling sedikit responden yang kadar glukosa darah yang rendah (<100 mg/dL) dan
Tinggi (>200 mg/dL) masing-masing sebanyak 12 orang (18,2 %).

C. Analisis Bivariat
1. Hubungan Kepatuhan Diet DM Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus di RSI Sultan Agung Semarang

Tabel 4 5 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Kepatuhan Diet DM Dengan


Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di RSI Sultan Agung Semarang
(n = 66)

Kadar Glukosa Darah


Total
Kepatuhan Diet DM Rendah Sedang Tinggi R p value
N % N % n % N %
Patuh 6 9,1 29 43,9 1 1,5 36 54,5
Tidak Patuh 6 9,1 13 19,7 30 16,7 30 0,252 0,041
45,5
Jumlah 12 18,2 42 63,6 12 18,2 66 100

86
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
Berdasarkan tabel 4.5. diperoleh hasil bahwa dari 36 orang yang patuh diet DM, ada 6
orang memiliki kadar glukosa darah rendah, 29 orang memiliki kadar glukosa darah
sedang dan 1 orang memiliki kadar glukosa darah tinggi. Sedangkan dari 30 orang yang
tidak patuh diet DM, ada 6 orang memiliki kadar glukosa darah rendah, 13 orang
memiliki kadar glukosa darah sedang dan 30 orang memiliki kadar glukosa darah tinggi.
Hasil uji statistic menggunakan Spearman’s Rho diperoleh nilai p = 0,041 < α 0,05 dan
memiliki nilai r (Continuity Correlation) sebesar 0,252 yang berada diantara rentang r =
0.20 – 0.399 (korelasi memiliki keeratan lemah) dan memiliki arah hubungan positif,
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang lemah antara kep atuhan diet DM
dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di RSI Sultan Agung
Semarang.

PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Umur
Hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukan hasil jumlah usia responden
terbanyak pada penelitian ini adalah dewasa akhir yaitu 44, 45 orang. Semakin
bertambahnya usia dapat mempengaruhi kadar gula darah seseorang. Dalam hasil
penelitian ini ditemukan bahwa responden yang mengalami hiperglikemia cenderung
lebih banyak yang berusia antara 41-60 dibandingkan responden yang berusia di
bawah 40 tahun. Kemampuan jaringan untuk menyerap gula darah menurun seiring
bertambahnya usia.
Penelitian lain oleh Amir et al (2015) menunjukkan bahwa 8 dari 11 responden pada
kelompok usia 40-60 tahun memiliki kadar gula darah yang lebih tinggi.

2. Jenis kelamin
Hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan hasil data responden terbanyak
yaitu perempuan sebanyak 40 orang (60,6%) dan respon paling sedikit dalam
penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 26 orang (39,4%).Pria lebih cenderung
merokok daripada wanita, yang meningkatkan risiko gangguan glukosa dengan
mengurangi sensitivitas insulin. Pada wanita, kadar estrogen dan progesteron dari
kedua hormon ini juga dapat menurunkan sensitivitas insulin. Obesitas sentral lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pria (Hilawe et al., 2013).

3. Pendidikan
Hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pendidikan responden di dapatkan
hasil, sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak 30 (45,5%) responden.
Menurut penelitian yang telah dilakukan Hendro Anindita (2017) dapat diketahui
Pendidikan tertinggi responden SD-PT sebanyak 20 responden.

Hasil analisa penelitian dapat disimpulkan bahwa Pendidikan seseorang berpengaruh


pada Kesehatan setiap individu, karena Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang Kesehatan diri, maupun
keluarga.

86
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
4. Pekerjaan
Hasil penelitian yang telah di dapatkan bahwa sebagian besar responden rata-rata
tidak bekerja sebanyak 23 responden.
Penelitian yang yang telah dilakukan Hendro Anindita (2017) dapat diketahui bahwa
Sebagian besar responden dalam penelitiannya sebagai ibu rumah tangga (tidak
bekerja) sebanyak 11 responden

5. Kepatuhan Diet
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden patuh terhadap diet DM
sebanyak 36 orang (54,5%), sedangkan responden yang tidak patuh diet DM
sebanyak 30 orang (45,5%).

Kepatuhan diet menjadi suatu perubahan prilaku yang positif dan diharapkan,
sehingga proses kesembuhan penyakit lebih cepat dan terkontrol. Pengaturan diet
yang seumur hidup bagi pasien DM menjadi sesuatu yang sangat membosankan dan
menjemukan, jika dalam diri pasien tidak timbul pengertian dan kesadaran yang kuat
dalam menjaga kesehatannya. Perubahan perilaku diet bagi pasien DM yang
diharapkan adalah mau melakukan perubahan pada pola makannya dari yang tidak
teratur menjadi diet yang terencana (Darbiyono, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari dkk (2017) di RSU Dr. Saiful Anwar Malang,
terhadap 65 pasien DM tipe 2 memperlihatkan bahwa 89,7% tidak patuh
mengkonsumsi jumlah kalori, 100% responden tidak mematuhi jadwal makan, dan
65,5% tidak patuh mengkonsumsi jenis makanan. Hasil penelitian Widyastuti (2017),
menunjukkan bahwa 60,1% pasien DM tipe 2 tidak patuh terhadap program diet.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nasrul Hadi memperlihatkan bahwa
58,3% responden tidak patuh dalam pelaksanaan diet.

Masalah yang ditemukan pada penelitian ini berdasarkan distribusi frekuensi


jawaban kepatuhan diet DM responden adalah pada pertanyaan no. 2 yakni
responden sering suka makanan yang manis-manis sebanyak 35 orang (53%),
pertanyaan no. 4 yakni responden sering suka mengkonsumsi buah-buahan yang rasa
manis sebanyak 37 orang (56,1%), pertanyaan no. 5 yakni responden setiap hari
selalu makan setiap 6 jam sekali sebanyak 41 orang (62,1%), pertanyaan no. 9 yakni
responden sering suka makan makanan kecil/ngemil sebanyak 33 orang (50%),
pertanyaan no. 10 yakni responden sering suka makanan yang berlemak sebanyak 25
orang (37,9%), dan pertanyaan no. 16 yakni responden sering makan snack di malam
hari seperti kue (kue kukus) sebanyak 44 orang (66,7%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan (Suyono, 2009)
pada dasarnya kadar gula darah bisa diatas normal bukan hanya kurang sadarnya
melaksanakan program diet, tapi bisa juga karena tingkat stres, obesitas, latihan fisik
atau olahraga, pemakaian obat oral maupun insulin, faktor usia, dan pemeriksaan
kadar gula darah. Penderita diabetes harus membatasi makanan dan jenis gula,
minyak, dan garam. Banyak pasien DM mengeluh karena makanan yang tercantum
dan terdaftar menu diet kurang bervariasi sehingga sering terasa membosankan.
Untuk itu agar ada variasi dan tidak menimbulkan kebosanan, dapat diganti dengan

86
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
makanan penukar lainnya. Perlu diingat dalam penggunaan makanan penukar,
kandungan zat gizinya harus sama dengan makanan yang digantikannya.

6. Kadar Glukosa Darah


Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kadar glukosa
darah yang sedang (100 - 200 mg/dL) sebanyak 42 orang (63,6%), sedangkan yang
paling sedikit responden yang kadar glukosa darah yang rendah (<100 mg/dL) dan
Tinggi (>200 mg/dL) masing-masing sebanyak 12 orang (18,2 %) dikarenakan
memang responden adalah pasien penderita diabetes mellitus. Namun selain faktor
adanya penyakit diabetes mellitus tersebut, factor lain yang mempengaruhi tingkat
kadar gula darah adalah pola makan (diet) dan olah raga.

Pada penelitian ini sebagian besar tingkat pendidikan terakhir responden adalah
Lulus SD/Sederajat sebanyak 30 orang (45,5%). Faktor yang dapat mempengaruhi
kadar gula darah tingkat pendidikan. Pendidikan dan pengetahuan merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Dengan pendidikan dan pengetahuan
yang tinggi maka penyerapan informasi guna memotivasi agar meningkatkan kualitas
kesehatannya. Sehingga bila pasien DM dengan pendidikan yang tinggi akan
berusaha untuk meningkatkan derajat kesehatanya guna menurunkan tingkat kadar
gula darahnya. Peneliti berasumsi tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi
pada seseorang merupakan salah satu upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara atau
mengatasi masalah-masalah dan meningkatkan kesehatanya. Pendidikan mempunyai
kaitan yang tinggi terhadap perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatanya (Notoatmodjo, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2018), menunjukkan responden yang patuh
rendah sebanyak 32 responden dengan pengendalian kadar glukosa darah buruk pada
25 responden (78,1%), 5 responden (15,6%) kontrol sedang, 2 responden (6,2%)
kontrol baik. Pada penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan
responden minum obat dengan pengendalian kadar gula darah (p=0,042).

Menurut pendapat peneliti diketahui bahwa responden yang tidak mengalami


peningkatan kadar gula darah disebabkan mereka patuh menjalani diet diabetes dan
kepatuhan minum obat hipoglikemik oral sesuai aturan makan bagi pasien diabetes,
sering konsultasi dengan dokter, melakukan aktifitas fisik, mengurangi/menghindari
stres, serta minum obat diabetes. Sedangkan bagi responden yang mengalami
peningkatan kadar gula darah disebabkan kurangnya upaya mereka untuk mencari
informasi tentang penyakit diabetes, sehingga tidak mengetahui cara mengendalikan
kadar gula darah, jarang memeriksakan kadar gula darah, tidak membatasi makanan,
dan sering mengalami stres.

B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Kepatuhan Diet DM Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus di RSI Sultan Agung Semarang
Hasil Analisa data dari tabel 4.5. diketahui bahwa terdapat bahwa 36 orang yang
patuh diet DM, ada 6 orang memiliki kadar glukosa darah rendah, 29 orang

86
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
memiliki kadar glukosa darah sedang dan 1 orang memiliki kadar glukosa darah
tinggi. Sedangkan dari 30 orang yang tidak patuh diet DM, ada 6 orang memiliki
kadar glukosa darah rendah, 13 orang memiliki kadar glukosa darah sedang dan 30
orang memiliki kadar glukosa darah tinggi.

Pendapat peneliti, adanya hubungan antara kepatuhan diet DM terhadap kadar


glukosa darah pada Diabetes Melitus di RSI Sultan Agung Semarang dikarenakan
faktor kepatuhan terhadap diet DM sebanyak 36 orang (54,5%), sehingga kadar
glukosa darah responden adalah sedang (100 - 200 mg/dL) sebanyak 42 orang
(63,6%). Selain itu, faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan diet DM ialah
faktor pendidikan dimana mayoritas responden lulus SD/Sederajat sebanyak 30
orang (45,5%).

Hasil uji statistic menggunakan Spearman’s Rho diperoleh nilai p = 0,041 < α 0,05
dan memiliki nilai r (Continuity Correlation) sebesar 0,252 yang berada diantara
rentang r = 0.20 – 0.399 (korelasi memiliki keeratan lemah) dan memiliki arah
hubungan positif. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang lemah antara
kepatuhan diet DM dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus di
RSI Sultan Agung Semarang.

Penelitian yang telah di lakukan oleh Nuning Rahayu (2017) tentang kepatuhan diet
DM dengan tingkat kadar gula darah pada pasien DM di peroleh, Faktor yang
mempengaruhi tingkat kadar gula darah meliputi faktor internal dan eksternal. Pada
faktor internal meliputi penyakit stress, obesitas, makanan, latihan atau olahraga,
konsumsi OHO dan Insulin, pemantauan kadar gula darah serta usia.

Adapun faktor yang dapat mempengruhi penelitian ini yaitu usia menurut hasil
tabel 5.2 menunjukkan bahwa usia responden antara 33-79 tahun dengan rata-rata
58,83 tahun dimana usia yang semakin lanjut maka pengeluaran insulin oleh
pankreas juga akan semakin berkurang (Reni, 2014) karena setelah seseorang
mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2 %, tiap tahun saat
puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan, berdasarkan hal tersebut
bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta
gangguan toleransi glukosa (Sudoyo 2009 dalam Damayanti 2015).

Kepatuhan diet atau terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan


penatalaksanaan diabetes mellitus. Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan
perencanaan makan merupakan kendala utama pada pasien diabetes mellitus.Pada
pasien DM banyak yang tersiksa sehubung jenis dan jumlah makanan yang
dianjurkan (Waspanji 2009 dalam Een 2013).

Masalah yang terjadi adalah sebagian besar pasien DM tidak mengikuti diet yang
dianjurkan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet pada
penderita DM, antara lain sikap, kepribadian, pengetahuan, dukungan petugas
kesehatan, dukungan keluarga, motivasi diri, kepercayaan diri, kesadaran diri
tentang pentingnya kesehatan, keteraturan cek kesehatan dan keikutsertaan
penyuluhan gizi tentang diabetes mellitus (Hensarling, 2016).

86
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2018), menunjukkan
responden yang diet DM patuh rendah sebanyak 32 responden dengan pengendalian
kadar glukosa darah buruk pada 25 responden, 5 responden kontrol sedang, 2
responden kontrol baik. Pada penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna
antara kepatuhan responden diet DM dengan pengendalian kadar gula darah
(p=0,042). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Aprilianti (2018), mengenai
kepatuhan pasien diabetes melitus dalam diet DM, diperoleh hasil tingkat
kepatuhan rendah, sedang, tinggi.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Ketika melakukan wawancara peneliti tidak menggunakan takaran baku dan food
model dalam pencatatan ukuran makanan yang dikonsumsi, serta persepsi
penghitungan takaran konsumsi makanan dan bahan makanan oleh penderita DM
mungkin berbeda dengan persepsi peneliti sehingga memungkinkan terjadinya bias
infomasi.
2. Pengambilan data variabel kepatuhan diet dilakukan dengan pencatatan kebiasaan
konsumsi makanan dalam satu bulan terakhir sehingga data yang diperoleh
mengandalkan daya ingat responden responden sebagai subyek penelitian yang
menyebabkan kemungkinkan terjadinya recall bias.

PENUTUP
A. Simpulan
1. Mayoritas responden patuh terhadap diet DM sebanyak 36 orang (54,5%).
2. Mayoritas responden memiliki kadar glukosa darah yang sedang (100 - 200 mg/dL)
sebanyak 42 orang (63,6%).
3. Ada hubungan kepatuhan diet DM dengan kadar glukosa darah pada pasien
diabetes mellitus di RSI Sultan Agung Semarang, dengan p value = 0,041 dan nilai
r = 0,252 memiliki korelasi keeratan lemah dan memiliki arah hubungan positif.

B. Saran
1. Bagi RSI Sultan Agung Semarang
Hasil penelitian disarankan bagi RSI Sultan Agung Semarang terutama tenaga
kesehatan perawat dalam memberikan penyuluhan asuhan keperawatan tentang
mencegah risiko komplikasi diabetes melitus dengan meningkatkan kepatuhan diet
DM sehingga dapat menstabilkan kadar glukosa darah.
2. Bagi Universitas Sultan Agung Semarang
Hasil penelitian disarankan bagi Universitas Sultan Agung Semarang dapat
dipergunakan sebagai salah satu pengembangan ilmu pengetahuan terutama untuk
mencegah risiko komplikasi diabetes melitus dengan meningkatkan persepsi
penderita diabetes melitus dan kepatuhan diet DM sehingga dapat menstabilkan
kadar glukosa darah.

86
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian disarankan bagi penelitian selanjutnya dalam meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi tentang penatalaksanaan kepatuhan diet DM pada
pasien diabetes melitus, dan untuk mengembangkan penelitian selanjutya
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah pada pasien
diabetes melitus yang nantinya diharapkan dapat di aplikasikan di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorotist and Their Work .
Ananda, W. G. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Intradialisis
Hipotensi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalanin Terapi
Hemodialisis.
Arifianto, A.K. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Peran Perawat Dengan
Harga Diri Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD
Kabupaten Batang. 1-2
Astuti, P. & Herawati, T. (2016). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Self
Management Pada Pasien Hemodialisis di Kota Bekasi. Jurnal Untas. 1-12
Astuti, P. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Self Management pasa
Pasien Hemodialisis di kota Bekasi.
Dwi Hagita, B. R. (2015). Studi Fenomenologin Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsud Arifin Achamd Pekanbaru.
1032-1040.
IRR. (2018). Report Of Indonesia Renal Registry 2018. 1-45.
Lavey. (t.thn.). Acute Complication During Hemodyalisis. 2011: Linppincott
William&Wikins.
Mulia, D. S. (2018). Kualitas Hidup Pasien Gagal GInjal Kronik yang menjalani
Hemodialisis di RSUD Dr. Doris sylvanus Palangka Raya. 19-21.
Neliya, S. (2012). Hubungan Pengetahuan tentang Asupan Cairan dan Pengendalian
Asupan Cairan Terhadap penambahan Berat Badan. Journal Nursing Studies
Nurchayati, S. (2016). Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa.
Pranoto. (2014). Hubungan antara lama hemodialisis dengan terjadinya pendarahan
intra serebral. 138-228.
Prastiwi, D. & Sukmarini, A. (2020). Efektifitas Edukasi Kesehatan Menggunakan
Media Booklet Terhadap Self Care Management Pasien Penyakit Ginjal
Kronik di Unit Hemodialisa. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. 1-54
Pujianto, B. (2014). Buku Panduan Hemodialisis. Grobogan

86
JURNAL ILMIAH SULTAN
AGUNG Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, 10
September 2022
Suri, M. (2016). Hubungan jenis kelamin dan frekuensi Hemodialisis dengan Kualitas
Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di Rumah
Sakit umum daerah Raden Mattaher jambi. Jurnal Akademika Baiturahim.
Susanto, P. B. (2012). Quality of life among women with sexual dysfuncion
undergoing hemodialisis . 1-5.
Wahyuni, P., Miro,S., Kurniawan, & Eka. (2018). Hubungan Lama Menjalani
Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Dengan
Diabetes
Melitus Di RSUP Dr M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 480-485.
Wijayatanti, D. (2017). Self Care Management Pasien Hemodialisa Di Tinjau Dari
Dukungan Keluarga Di RSUD Dr Soetomo Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan. 109-
117

86

Anda mungkin juga menyukai