Anda di halaman 1dari 11

KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

Virtual Tour dan Pemberdayaan Pesisir sebagai


Pengembangan Pariwisata di Desa Kalanganyar, Sidoarjo
Herlina Suksmawati 1, A. Muammar Alawi 2, Praja Firdaus Nuryananda 3
1, 2, 3
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Email: firdaus.praja@gmail.com

ABSTRACT
With a very large pond area, Kalanganyar in Sidoarjo is one of the coastal villages that
has considerable tourism potential. This tourism potential is emphasized by the existence
of tourism assets such as mangroves, rivers that are made to reach ponds, fishing tours,
thorn-pulling crafts, and other tourism assets that allow for further development. One of
the promotional instruments used by the writing team in promoting Kalanganyar tourism
is a virtual tour. Virtual tours have proven to be a promotional instrument that can help
the tourism sector during a pandemic. In addition, the activities carried out use a
participatory empowerment approach, in which there are social counseling activities and
assistance to coastal communities. With the collaboration of these activities, the result
was that the creation of a virtual tour for Kalanganyar Village had a side effect, namely
increased knowledge of Kalanganyar Makmur BUMDes members and the general public
in Kalanganyar about using virtual tours as a means of promotion and completeness of
information. In addition, the stakeholders in Kalanganyar Village also provided
additional insight that empowering female fishermen could be the next key to empowering
coastal communities, especially in Kalanganyar.

Keywords: Kalanganyar, village, tourism, coastal, virtual tour, empowerment

ABSTRAK
Dengan kawasan tambak yang sangat besar, Desa Kalanganyar di Kabupaten Sidoarjo
menjadi salah satu desa pesisir yang memiliki potensi kepariwisataan yang cukup besar.
Potensi kepariwisataan tersebut dipertegas dengan adanya aset kepariwisataan seperti
bakau (mangrove), sungai yang dibuat untuk menjangkau tambak-tambak, wisata
pemancingan, kerajinan cabut duri, dan aset-aset pariwista lainnya yang memungkinkan
untuk dikembangkan lagi. Salah satu instrumen promosional yang digunakan oleh tim
penulis dalam mengangkat pariwisata Kalanganyar adalah virtual tour. Virtual tour telah
terbukti menjadi salah satu instrumen promosi yang bisa menolong sektor pariwisata di
saat pandemi. Selain itu, kegiatan yang dilaksanakan menggunakan pendekatan
pemberdayaan partisipatif, yang didalamnya terdapat kegiatan penyuluhan sosial serta
pendampingan masyarakat pesisir. Dengan adanya kolaborasi kegiatan tersebut,
didapatkan hasil bahwa pembuatan virtual tour Desa Kalanganyar ternyata memberikan
dampak sampingan, yakni bertambahnya pengetahuan anggota BUMDes Kalanganyar
Makmur dan masyarakat umum di Kalanganyar tentang penggunaan virtual tour sebagai
sarana promosi dan kelengkapan informasi. Selain itu, para stakeholders di Desa
Kalanganyar juga memberikan tambahan wawasan bahwa pemberdayaan nelayan
perempuan bisa menjadi kunci berikutnya untuk memberdayakan masyarakat pesisir,
khususnya di Kalanganyar.

Kata Kunci: Kalanganyar, desa, pariwisata, pesisir, virtual tour, pemberdayaan

9 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022


KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

1. PENDAHULUAN
Kabupaten Sidoarjo secara geografis berbatasan dengan Kota Surabaya di sebelah
utara, Selat Madura di sebelah timur, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di
sebelah selatan, dan Kota Mojokerto di sebelah barat. Sebagaimana yang ditunjukkan
oleh pencitraan Google di bawah ini, Kabupaten Sidoarjo memiliki posisi strategis di
tengah-tengah Provinsi Jawa Timur di mana terletak gedung-gedung perkantoran negara,
fasilitas militer, termasuk prasarana transportasi seperti Bandar Udara Internasional
Juanda dan Terminal Angkutan Antar Kota Dalam dan Luar Provinsi Jawa Timur, yaitu
Bungurasih. Sehingga Kabupaten Sidoarjo sebenarnya adalah pintu masuk utama moda
transportasi udara dan darat di Jawa Timur.
Secara demografis, masyarakat Kalanganyar juga memiliki pekerjaan yang justru
tidak terlalu bertopang pada profesi petani tambak dan nelayan. Sebagian merupakan
kaum urban, dan sebagian yang lain merupakan pekerja harian dan wirausaha. Keunikan
ini justru yang membuat masyarakat Desa Kalanganyar memiliki perilaku yang mirip
seperti orang kota meskipun secara realitas tinggal di desa. Termasuk pada praktik-
praktik dalam pembuangan sampah yang dilakukan warga sehari-hari. Sejumlah titik,
terutama di sungai-sungai yang alirannya langsung bermuara ke laut karena lokasi desa
yang sangat berdekatan dengan pesisir, justru ditemukan tumpukan-tumpukan sampah.
Sedangkan akses menuju Desa Kalanganyar juga bisa dibilang tidak sulit. Desa ini dapat
diakses dengan perjalanan 30 sampai 45 menit menggunakan sepeda motor atau mobil.
Dapat ditempuh melalui perempatan Gedangan, Sidoarjo yang artinya melalui jalan
protokol ke arah pusat kota Sidoarjo maupun melalui jalan desa di balik Bandar Udara
Internasional Juanda yang dikelilingi oleh tambak dan sawah masyarakat.

Gambar 1. Pencitraan Google terhadap Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur


Meninjau potensi desa-desa di Kabupaten Sidoarjo yang prospektif pasca
terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Kabupaten Sidoarjo
berkomitmen dalam menggairahkan pembangunan desa. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
telah mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 8 Tahun 2021 yang mengatur
tentang besaran beragam dana yang akan dikucurkan ke seluruh desa di kabupaten
tersebut, mulai besaran alokasi dana desa (ADD), bagi hasil pajak daerah, bagi hasil
retribusi daerah, dana desa, dan bantuan keuangan kepada desa. Perbup ini mengatur
secara rinci distribusi anggaran kepada desa yang menerima besaran yang beragam mulai
dari Rp 1,5 miliar hingga Rp 2,6 miliar. Total 322 desa seluruh Sidoarjo akan menerima
Rp 600,91 miliar.

10 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022


KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

Komitmen pemerintah Kabupaten Sidoarjo terhadap pembangunan desa ini


seyogyanya dapat direspons positif oleh seluruh elemen penting dalam desa-desa yang
ada di Kabupaten Sidoarjo. Tidak terkecuali Desa Kalanganyar yang berada di wilayah
administrasi Kecamatan Sedati. Desa yang berlokasi tidak jauh dari Bandar Udara
Internasional Juanda tersebut merupakan salah satu destinasi wisata pemancingan yang
sudah dikenal secara luas oleh masyarakat Sidoarjo. Selain pemancingan, di Desa
Kalanganyar terletak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kalanganyar yang menjual hasil-
hasil nelayan yang pulang dari laut maupun dari hasil para petani tambak yang ada di
sekitar Kalanganyar. Selain kaya akan hasil laut dan olahannya, Desa Kalanganyar juga
sudah menasbihkan diri sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Sidoarjo. Jika kita
masuk ke Desa Kalanganyar, maka akan terpampang papan yang bertuliskan “Selamat
Datang di Kampung Iwak dan Wisata Pemancingan Kalanganyar”. Selain itu, Desa
Kalanganyar juga memiliki wisata susur sungai yang belum dieksplorasi dan
dikembangkan secara lebih komprehensif.
Salah satu aset potensial yang ada di desa tersebut adalah potensi wisata susur
sungai yang bermuara ke Laut Bali. Selama ini wisata susur sungai hanya dilakukan
ketika terdapat kegiatan visitasi dari dinas pemerintah daerah setempat atau kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM)/non-governmental
organization (NGO). Padahal wisata susur sungai bisa menjadi salah satu sarana
eduwisata yang ada di Kab. Sidoarjo. Desa Kalanganyar juga memiliki wilayah tambak
terbesar di Kecamatan Sedati, dan tentu hal tersebut mendukung dilakukannya
pengembangan wisata susur sungai di Desa Kalanganyar.
Sementara itu, pengelolaan pariwisata selama ini dilakukan oleh Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Kalanganyar Makmur. Selain mengelola pariwisata, BUMDes
Kalanganyar Makmur juga mengelola beberapa unit bisnis, seperti pengemasan ikan
bandeng tanpa duri dan delivery service (jasa antar barang). BUMDes Kalanganyar
Makmur baru terbentuk pada tahun 2020 akhir dengan mayoritas pengurusnya adalah
pemuda desa yang tergerak untuk memajukan Desa Kalanganyar. Pada tahun 2020, Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur mencatat bahwa
BUMDesKalanganyar Makmur dengan nomor registrasi 1549954040 masuk dalam
kategori “berkembang”. Kendati saat kami melakukan survei lapangan, terdapat Unit-unit
usaha yang masih terbuka ruang pengembangan untuk menyerap pemuda-pemudi desa
yang siap berkontribusi dalam pemajuan BUMDes. Khususnya di Unit Usaha Sosial,
yang kerap mendapat stigma “tidak menghasilkan keuntungan.” Terutama sekali, di
bidang pengelolaan sampah yang selama ini dikelola oleh Kader Lingkungan DLH
Kabupaten Sidoarjo masih perlu dilakukan optimalisasi. Badan Usaha Milik Desa
“Kalanganyar Makmur” dikelola oleh para pengurus yang terdiri atas jajaran Direksi,
Sekretaris, dan unit-unit usaha. Pemerintah Desa Kalanganyar memiliki keinginan yang
kuat untuk mengembangkan BUMDes sebagai penggerak perekonomian masyarakat,
dengan dibuktikan keluarnya PerdesKalanganyar tentang BUMDesKalanganyar
Makmur.
Namun demikian, pengelolaan wisata di Kalanganyar bukannya tanpa hambatan
dan tantangan. Menurut keterangan dari BUMDes Kalanganyar Makmur, pengelolaan
pariwisata di Kalanganyar masih belum ada rencana induk yang jelas dan tertata.
Kepengurusan kelompok sadar wisata masyarakat (pokdarwis) juga masih belum ada.
Oleh karena itu, sangat bisa dijadikan mafhum ketika pariwisata di Desa Kalanganyar
tidak mengalami perkembangan yang signifikan.

11 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022


KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

Gambar 2. Diskusi dengan stakeholders Desa Kalanganyar.


(sumber: data primer tim penulis)
Adapun tim penulis telah melakukan kunjungan lapangan dalam rangka
pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dari kunjungan lapangan
tersebut tim penulis mendapatkan empat (4) permsalahan utama dalam kaitannya dengan
pengelolaan pariwisata di Desa Kalanganyar, yaitu 1) belum adanya perencanaan strategis
untuk sektor pariwisata di Kalanganyar dan pula belum terbentuk Kelompok Sadar
Wisata (pokdarwis) di Desa Kalanganyar; 2) masih belum ada pengembangan produk dan
jasa pariwisata di Desa Kalanganyar, sehingga pariwisata di Kalanganyar masih terbentuk
dari branding lama desa, yaitu sebagai wisata pemancingan dan kampung ikan; 3) belum
adanya kesatuan visi antara pemerintah desa, lembaga desa (seperti Karang Taruna dan
BUMDes Kalanganyar Makmur), dan masyarakat secara umum tentang pariwisata di
Kalanganyar dan pengembangannya; dan 4) masih banyaknya volume sampah yang
berada di kawasan wisata, sehingga hal tersebut cukup mengganggu pertumbuhan
pariwisata di Desa Kalanganyar.
Empat permasalahan di atas merupakan pokok permasalahan yang ditemukan
oleh tim penulis, baik ketika terjun ke lapangan sebagai studi pendahuluan maupun dari
rekam jejak kegiatan tahun lalu. Tim penulis program melihat bahwa masyarakat Desa
Kalanganyar masih sangat perlu sekali untuk didampingi dalam konteks pengembangan
pariwisata desa. Adapun dengan beberapa permasalahan yang telah teridentifikasi, maka
tim penulis berusaha menyodorkan solusi yang sekiranya sangat feasible untuk dilakukan,
yakni a) pembuatan virtual tour untuk pariwisata susur sungai di Desa Kalanganyar dan
b) pendampingan pariwisata untuk menyiapkan Desa Kalanganyar menuju Anugerah
Desa Wisata Indonesia (ADWI) melalui Jaringan Desa Wisata (JADESTA).

2. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan yang dilaksanakan oleh tim penulis merupakan paket kegiatan pengabdian
kepada masyarakat yang ditujukan pada BUMDes Kalanganyar Makmur dan beberapa
elemen masyarakat lainnya. Kegiatan tersebut pun dilakukan dengan berbagai metode,
yakni 1) penyuluhan sosial virtual tour sekaligus produksi virtual tour susur sungai di
pesisir Desa Kalanganyar, 2) pelatihan dan pengelolaan aset dan potensi pariwisata
kepada BUMDes Kalanganyar Makmur, dan 3) pendampingan untuk kegiatan
kepariwisataan di Desa Kalanganyar.

12 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022


KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

Konsep virtual tour adalah simulasi lingkungan nyata yang visualkan melalui
online, yang diberisi kumpulan foto-foto panorama, kumpulan gambar yang terhubung
oleh hyperlink, atau juga bisa berupa video, atau virtual model dari lokasi yang
sebenarnya, serta dapat menggunakan unsur-unsur multimedia lainnya seperti efek suara,
music, narasi, dan tulisan (Handjojo, 2013). Virtual Reality merupakan teknologi yang
memungkinkan seseorang melakukan simulasi terhadap objek nyata dengan
menggunakan visual yang mampu menghadirkan suasana tiga dimensi (3D) sehingga
membuat pengguna seolah-olah terlibat secara fisik (Ramadhan, 2019). Virtual reality
yang diciptakan dalam virtual Tour memiliki tiga tahapan untuk membentuknya yaitu: 1)
Menjadikan tampilan lingkungan nyata menjadi lingkungan visual atau maya melalui
sistem tiga dimensi (3D). 2) Teknik penggabungan fotografi hasil dari tampilan
lingkungan menjadi satu gambar yang tidak terputus. Contohnya 360 dan panorama. 3.
Penggabungan kedua metode yaitu system tiga dimensi (3D) dan teknik fotografi.
Komponen utama virtual tour adalah gambar panorama. Panorama merupakan suatu
tampilan luas yang tak terpotong. Fotografi panorama adalah sebuah teknik fotografi yang
menggunakan suatu peralatan atau perangkat lunak khusus yang menangkap gambar
dengan cara melebarkan bidang pandangan (Kawulur, 2018).
Menurut Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2014, penyuluhan sosial
merupakan proses pengubahan perilaku yang dilakukan melalui penyebarluasan
informasi, komunikasi, motivasi, dan edukasi oleh penyuluh sosial baik secara lisan,
tulisan, maupun peragaan kepada kelompok sasaran. Tujuan dari adanya penyuluhan
sosial adalah peningkatan pengetahuan dan pemahaman oleh mitra. Sedangkan pelatihan
bisa didefinisikan sebagai proses pendidikan keterampilan jangka pendek dengan metode
yang sistematis dan prosedur yang terorganisir sehingga tercapai peningkatan keahlian
(Elfrianto, 2016).
Sementara itu, pendampingan (mentoring) adalah metode pemberdayaan atau
disebut juga sebagai strategi pemberdayaan masyarakat yang sering digunakan oleh
pemerintah maupun organisasi non-pemerintah dalam meningkatkan mutu dan kualitas
sumberdaya manusia sehingga mampu menyelesaikan masalah secara mandiri.
Pendampingan juga merupakan metode atau strategi pemberdayaan yang melibatkan
partisipasi masyarakat sasaran. Sehingga, dengan adanya pendampingan, diharapkan
pemberdayaan dapat menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sasaran (Hidayah, 2015).
Dalam kaitannya dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini, maka pendampingan yang telah dilakukan oleh tim penulis adalah
pendampingan terpadu dan berkelanjutan. Menurut Ragins dan Kram (Ragins & Kram,
2007), pendampingan memiliki dua fungsi primer, yakni sebagai fungsi peningkatan karir
dan fungsi psikososial masyarakat. Sedangkan menurut Wong dan Premkupar (Wong &
Premkupar, 2007), pendampingan adalah proses dengan intensi (tujuan) dan proses
dengan pencerahan (inspirasi). Pendampingan terpadu dalam kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini adalah tim pengusul tidak hanya mendampingi mitra dan
masyarakat mitra dalam hal aplikasi teori, namun tim pengusul juga akan mendampingi
mitra dalam hal penjelasan konseptual teoritik.
Pendampingan juga lebih erat kaitannya dengan job instruction. Metode
pendampingan akan memberikan arahan kepada para peserta pendampingan untuk
melakukan kegiatan yang telah disusun. Kegiatan tersebut lebih bersifat task oriented atau
berorientasi tugas/pekerjaan yang harus diselesaikan. Tujuan dari diadakannya
pendampingan adalah diharapkan para peserta pedampingan, atau obyek pendampingan,
mampu melihat, menganalisis, dan memahami tujuan dari pekerjaan/tugas yang
diberikan. Dengan demikian, obyek pendampingan (dalam hal ini adalah BUMDes
13 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022
KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

Kalanganyar Makmur dan masyarakat Kalanganyar) dapat mengerti tujuan dari adanya
pendampingan kegiatan kepariwisataan dari tim penulis (Hakim, 2019).
Sementara itu, spesifik kepada pendampingan masyarakat pesisir, program
pemberdayaan sosial masyarakat pesisir hanya dinilai terkait persoalan kemiskinan pada
fenomena yang tampak pada aspek ekonomi semata (Darmaningrum, 2021). Sehingga
kebijakan berupa charity tidak menyentuh akar kausalitas kemiskinan masyarakat itu
sendiri. Sementara program yang berlaku tidak berpotensi menumbuhkan kemandirian
masyarakat dan mencapai aspek sustainable development terutama di wilayah pesisir
(Sary, 2021). Untuk itu, perlu diperhatikan bagaimana supaya bantuan sosial tersebut
lebih tepat sasaran. Pendefinisian wilayah pesisir terdapat tiga pendekatan, yaitu 1)
pendekatan ekologis, 2) pendekatan administratif, dan 3) pendekatan perencanaan. Sisi
aspek ekologis yakni wilayah pesisir adalah wilayah yang masih dipengaruhi oleh proses-
proses kelautan, dimana ke arah laut mencakup wilayah yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses daratan seperti sedimentasi.
Salah satu metode yang juga digunakan adalah asset-based community development
(ABCD), yakni metode yang memberikan peranan penting kepada komunitas atau
masyarakat daerah wisata. Komunitas sekarang ini menjadi konsep kunci pembangunan
desa wisata. Komunitas atau masyarakat lokal di daerah wisata dapat berperan sebagai
subyek pembangunan, tidak lagi sebagai obyek pembangunan sebagaimana periode-
periode sebelumnya. Masyarakat lokal daerah juga dilibatkan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, sampai pada pelaporan hasil program pembangunan pariwisata
(Russel, 2016). Kesejahteraan, berdaya saing, pembangunan keberlanjutan, dan
keselarasan lingkungan adalah tujuan terkini dari pembangunan setiap desa wisata.
Hal yang juga dapat diperankan oleh komunitas/masyarakat lokal daerah dalam
pembangunan dan pengembangan pariwisata adalah mempersiapkan infrastruktur sosial
dan infrastruktur fisik daerah. Infrastuktrur fisik beroreintasi jangka pendek, dengan
pembangunan sarana dan pra-sarana fisik. Sementara itu pembangunan infrastruktur
sosial lebih kepada orientasi jangka panjang. Infrastruktur sosial melingkupi pemanfaatan
aset potensial milik daerah dan komunitas/masyarakat lokal, serta keterlibatan aktif
masyarakat dalam memaksimalkan aset potensial daerah (Dwiridhotjahjono, Wibowo, &
Nuryananda, 2020) (Suksmawati, Megahnanda, Febrianita, & Nuryananda, 2021).
Kerjasama antara pemerintah, aparatur daearah, dan komunitas/masyarakat lokal
memungkinkan pembangunan berkelanjutan untuk dilakukan. Metode ABCD
berorientasi pada bagaimana individu dan seluruh komunitas/masyarakat lokal desa
berkontribusi pada pengembangan mereka sendiri dengan cara: menggali dan
memobilisasi kapasitas dan aset potensial daerah, memodifikasi dan memperbaiki
struktur yang ada, mengartikulasikan dan memvisualisasikan “mimpi” perubahan di
lingkungan mereka (Dureau, 2013). Metode ABCD dilakukan dengan menggali cerita
sukses di masa lampau, kisah sukses masa kini, dan peluang cerah di masa depan. Tiga
elemen tersebut digunakan secara simultan untuk membangkitkan energi positif dan
inspirasi bagi komunitas/masyarakat lokal. Selain itu, dalam metode ini, dilakukan
pemetaan aset yang tersedia, memfokuskan analisis kekuatan dan aset yang ada saat ini,
menetapkan tujuan dan visi bersama yang inspiratif, membuat rancangan perubahan yang
transformatif dan terbuka, menciptakan kompetensi seluruh anggota komunitas, serta
memberdayakan seluruh anggota komunitas untuk upaya pengembangan komunitas.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan pembuatan virtual tour di Kalanganyar telah selesai. Pembuatan virtual
tour di Kalanganyar pun melibatkan 4 tahapan, yakni 1) tahap persiapan atau mapping
rute pembuatan virtual tour dan asset listing, 2) pembuatan virtual tour yang melibatkan
14 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022
KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

profesional untuk pengambilan foto dan video, 3) editing foto dan video sehingga bisa
dikemas dan dilihat sebagai atraksi virtual, dan 4) tahapan finishing dengan cara
memasukkan foto dan video virtual tour yang telah diedit kedalam sebuah laman website.
Pada kesemuan tahapan tersebut, semua tim pengabdian kepada masyarakat dan juga
mahasiswa terlibat. Pihak mitra, Pemerintah Desa Kalanganyar dan BUMDes
Kalanganyar Makmur, juga sangat membantu dalam pelaksanaan dan terselesaikannya
pembuatan virtual tour di Kalanganyar ini.
Tahap persiapan atau mapping rute dilakukan oleh tim penulis bersama dengan
mahasiswa. Tahap ini memiliki peran sebagai simulasi jika terdapat wisatawan yang
datang dari Bandara Juanda di Sidoarjo. Lokasi Bandara Juanda diambil karena tim
pengabdian masyarakat menggunakan asumsi pariwisata akan mendatangkan wisatawan
dari luar Kabupaten Sidoarjo menggunakan moda transportasi pesawat. Dengan asumsi
demikian maka rute yang diambil adalah Bandara Juanda Sidoarjo sebagai titik
pemberangkatan atau titik awal diambilnya video virtual tour. Setelah itu, rute berjalan
ke arah Pasar Betro yang ada di daerah Sedati. Rute dilanjutkan ke arah Kantor
Kecamatan Sedati sampai pada Desa Kalanganyar yang berpusat pada daerah pusat
pemancingan. Setelah sampai ke daerah pemancingan, tim pengabdian masyarakat
membuat virtual tour susur sungai sampai ke muara.
Sementara itu tahapan editing dan posting ke laman website melibatkan tim
profesional yang memahami secara teknis untuk perihal uploading data ke website.
Tahapan editing dan posting membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus
menyesuaikan standar grafis yang ada dalam foto dan video virtual tour yang telah dibuat.
Setelah terunggah di website, maka publik akan bisa menikmati foto dan video virtual
tour yang dibuat. Hal ini diharapkan bisa membuat masyarakat Kalanganyar menerima
manfaat dari adanya video dan foto virtual tour tersebut.
Adanya foto dan video virtual tour, khususnya untuk kegiatan susur sungai,
diharapkan mampu mendongkrak kepariwisataan di Desa Kalanganyar dan di Kabupaten
Sidoarjo. Setelah diadakannya kegiatan pembuatan video dan foto virtual tour susur
sungai di Kalanganyar, ada dua hal yang menjadi bagian dari rencana keberlanjutan tim
pengabdian masyarakat untuk Desa Kalanganyar. Hal pertama adalah pembuatan paket
wisata untuk Desa Kalanganyar. Sementara itu hal kedua adalah pendampingan promosi
dan pemasaran produk kepariwisataan Desa Kalanganyar ke publik.
Pembuatan paket wisata Desa Kalanganyar merupakan bagian yang terintegrasi
dengan pembuatan virtual tour susur sungai di Desa Kalanganyar. Dengan virtual tour
ini, sebenarnya paket wisata pertama yang paling awal sudah bisa dibuat, yakni paket
wisata susur sungai. Paket wisata ini meliputi atraksi susur sungai yang dikombinasikan
dengan pemandangan muara dan burung liar yang ada di sekitar kawasan tambak.
Sementara itu, pada tahun ini tim pengabdian masyarakat dan tim dari BUMDes
Kalanganyar Makmur juga melakukan listing asset kepariwisataan di Desa Kalanganyar.
Listing asset kepariwisataan ini penting dilakukan untuk memetakan aset kepariwisataan
yang akan dikembangkan di tahun depan.

15 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022


KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

Gambar 3. Pelaksanaan pembuatan virtual tour di sungai Desa Kalanganyar


(sumber: data primer tim penulis)

Ada beberapa hal menarik yang ditemukan tim penulis atau tim pengabdian
kepada masyarakat ketika melakukan penerjunan lapangan terkair dengan pembuatan
virtual tour. Salah satunya adalah pembangunan ekonomi pesisir di Kalanganyar melalui
pemberdayaan nelayan perempuan untuk mendukung kepariwisataan daerah, khususnya
kepariwisataan Desa Kalanganyar. Eksplorasi pembangunan sumber daya manusia
melalui pemberdayaan nelayan perempuan memang diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonomi pesisir di Sidoarjo. Metode konseptual yang dilaksanakan
pemerintah serta bekerjasama dengan perguruan tinggi ini juga menyasar nelayan
perempuan di Desa Kalanganyar. Namun, menurut diskusi tim penulis dengan
stakeholders Desa Kalanganyar, ada beberapa hal yang harus diselesaikan terlebih
dahulu, yaitu 1) konseptualisasi “potensi lokal” sehingga diperoleh definisi yang dapat
dioperasionalisasikan lebih lanjut dan memudahkan dalam pelaksanaan teknis, dan 2)
faktor-faktor yang mendukung pengembangan potensi lokal yang dapat dikaitkan dengan
nelayan perempuan.
Diskusi antara tim penulis dengan stakeholders kepariwisataan Kalanganyar pada
akhirnya mengerucut pada “potensi lokal” yang dimaksud adalah nelayan perempuan dan
industri rumah tangga. Keduanya sangat berperan dalam pengembangan kepariwisataan
pesisir. Pemberdayaan perempuan adalah proses penyadaran dan peningkatan kapasitas
partisipasi yang lebih besar untuk memiliki kekuasaan dan pengawasan dalam
pengambilan keputusan dan transformasi sehingga perempuan dapat menghasilkan
sesuatu yang berguna Ada anggapan bahwa perempuan adalah pengurus rumah tangga.
Asumsi tersebut tentu masih sangat terikat dengan budaya dan pola pikir masyarakat
tradisional. Berkaca pada studi kasus di Bangladesh yang mampu memberdayakan
perempuan melalui pendampingan dari Bank Grameen oleh Muhammad Yunus,
perempuan ternyata memiliki kesadaran kognitif yang lebih besar dibandingkan laki-laki.
Sehingga dalam hal mengatur rumah tangga, perempuan juga memiliki kesadaran
tanggung jawab yang lebih besar. Hal inilah yang kemudian menjadi modal sosio-
psikologis pemberdayaan partisipatif dengan potensi lokal dalam bentuk perempuan.
Adapun sebenarnya pemberdayaan tersebut telah mengungkit pariwisata pesisir
sehingga ada dorongan untuk menjadi lebih berdaya dan lebih berbudaya. Perlu diketahui
bahwa dalam pariwisata pesisir terdapat dua macam wilayah pesisir dengan kategori
batas, yaitu 1) batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan 2) batas yang tegak lurus
16 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022
KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

terhadap garis pantai (crossshore). Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan darat dan
laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam
air, namun masih dipengaruhi sifat kelautan seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin;bagian arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang
dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran. Potensi pengembangan pesisir seperti di kepulauan Sangihe,
adalah salah satu kegiatan atraksi Mairokang Beach Game masuk dalam kalender wisata
di Kabupaten Sangihe (Tatali, 2018). Kegiatan ini memiliki kelebihan jika dibandingkan
dengan lomba yang sudah masuk dalam kalender pariwisata nasional seperti lomba
Manggurebe Arumbae yang terdiri dari dua kegiatan lomba balap perahu, yakni (1) lomba
perahu tradisional atau Manggurebe Arumbae adalah lomba balapan mendayung perahu
hingga batas terakhir, satu perahu terdiri dari 28-31 peserta lelaki, dan (2) lomba perahu
semang (bercadik), yakni lomba balapan perahu di laut yang didayung oleh perempuan
dengan pakaian tradisional Maluku. Kegiatan Mairokang Beach Game berkembang dari
tahun ke tahun.
Selain nelayan perempuan, potensi lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber
gerakan pemberdayaan lokal yang mendukung kepariwisataan adalah industri rumah
tangga. Hal ini diperkuat dengan studi kasus dimana perempuan, dalam struktur sosial
yang terpinggirkan, dapat diberdayakan melalui kegiatan kewirausahaan (Dajani &
Marlow, 2013). Seringkali pula, kegiatan wirausaha berawal dari industri rumah tangga.
Dalam konteks struktur patrilineal, industri rumah tangga menjadi solusi alternatif bagi
peningkatan dan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat, khususnya perempuan.
Dengan industri rumah tangga, perempuan mampu melakukan dua hal di lingkungan
rumah tangga, yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga sekaligus menjadi pencari nafkah
keluarga.
Kajian lain memberikan asumsi bahwa pemberdayaan perempuan dapat dilakukan
dengan didukung oleh empat komponen, yaitu pendidikan, pekerjaan, kekuatan
pengambilan keputusan rumah tangga, dan kebijakan rumah tangga (Phan, 2015).
Sementara banyak orang percaya bahwa dua komponen yang paling berpengaruh adalah
pendidikan dan pekerjaan. Studi lain yang dilakukan oleh Marissa Wesely dan Dina
Dublon menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan perempuan dengan melibatkan
organisasi perempuan akar rumput (grassroot women organization/GWO). Menurut
Wesely dan Dublon, dengan melibatkan GWO, kegiatan pemberdayaan bisa lebih efektif
karena disesuaikan dengan budaya setempat. Keterlibatan GWO juga meningkatkan
tingkat partisipasi perempuan dalam kegiatan pemberdayaan. Jadi, jika diartikulasikan,
hal penting yang harus dipadukan dalam pemberdayaan perempuan adalah pemetaan
pendidikan dan pekerjaan serta melibatkan organisasi perempuan akar rumput Kabupaten
Sidoarjo, khususnya di Desa Kalanganyar (Wesely & Dublon, 2015).

4. KESIMPULAN
Adanya bantuan pembuatan virtual tour susur sungai di Desa Kalanganyar
memberikan semangat dan antusiasme baru untuk kepariwisataan Desa Kalanganyar.
Dengan ciri khas kawasan pesisir dan daerah tambak, virtual tour susur sungai tentunya
menjadi sebuah tambahan daya tarik terhadap kepariwisataan Desa Kalanganyar. Virtual
tour susur sungai juga nantinya akan dipelihara bersama oleh tim profesional teknologi
informasi, tim pengabdian masyarakat, dan tim dari BUMDes Kalanganyar Makmur
sebagai kurator dari virtual tour susur sungai. Saran yang bisa diberikan dari tim
pengabdian masyarakat adalah perlunya soliditas yang lebih tinggi oleh masyarakat Desa
Kalanganyar untuk membangun pariwisata mereka. Sehingga kepariwisataan tidak hanya
17 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022
KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

dibangun bersama, tapi juga dikelola bersama.


Tentu Desa Kalanganyar sangat menarik sekali untuk dikembangkan lebih lanjut
pembangunan kepariwisataannya. Dengan bermodalkan vritual tour yang telah dirancang
dan dibuat, maka sejatinya Desa Kalanganyar telah memiliki modal untuk memulai
implementasi desa wisata di Kalanganyar. Tentu adanya virtual tour saja tidak akan
cukup untuk memberikan dampak yang lebih besar pada masyarakat Kalanganyar. Oleh
karena itu tim penulis juga memberikan eskposur pada pemberdayaan nelayan perempuan
dan industri rumah tangga yang juga memberikan dampak dorong terhadap
kepariwisataan Desa Kalanganyar. Namun hal ini harus juga didorong oleh keinginan dan
kemampuan pemerintah Desa Kalanganyar untuk mendorong kemajuan kepariwisataan
di Desa Kalanganyar. Tentu sektor pariwisata di Kalanganyar bukan menjadi fokus
pembangunan utama, karena visi Kabupaten Sidoarjo bukan untuk menjadi kawasan
wisata. Namun, dengan adanya pembangunan dan pengembangan kepariwisataan di Desa
Kalanganyar, atau juga di Kabupaten Sidoarjo, maka akan menjadi salah satu pendorong
timbulnya kesejahteraan yang lebih terakselerasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayah, N. (2015). Kajian Teori A: Pendampingan. Retrieved Agustus 20, 2018,
from digilib.uinsby.ac.id: digilib.uinsby.ac.id/2104/5/Bab%202.pdf
2. Ragins, B. R., & Kram, K. (2007). The Roots and Meaning of Mentoring.
ResearchGate.
3. Wong, A., & Premkupar, K. (2007). An Introduction to Mentoring Principles,
Processes, and Strategies for Facilitating Mentoring Relationship at a Distance.
Retrieved April 6, 2020, from usask.ca:
http://www.usask.ca/gmcte/drupal/?q=resources
4. Hakim, L. (2019). Pelatihan Pemasaran Online Berbasis Marketplace bagi
UMKM dalam Merespon Perubahan Perilaku Konsumen. 2(1).
5. Russel, C. (2016). Sustainable Community Development - From What's Wrong to
What's Strong. Exeter.
6. Dwiridhotjahjono, J., Wibowo, P., & Nuryananda, P. (2020). Bamboonomic:
Ekonomi Bambu Pendukung Desa Wisata Tegaren. 6(2).
7. Suksmawati, H., Megahnanda, A., Febrianita, R., & Nuryananda, P. (2021). Besek
Tegaren: ABCD, CBT, dan Glokalisasi dalam Satu Kemasan. 2(1).
8. Dureau, C. (2013). Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan.
9. Elfrianto. (2016). Manajemen Pelatihan Sumber Daya Manusia dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan. Jurnal Edu Tech, Vol. 2, No. 2.
10. Dajani, H.-A., & Marlow, S. (2013). Empowerment and entrepreneurship: a
theoretical framework. International Journal of Entrepreneurial Behaviour &
Research Vol. 19, No. 5.
11. Phan, L. (2015). Measuring Women’s Empowerment at Household Level Using
DHS Data of Four Southeast Asian Countries. In L. Phan, Soc Indic Res. Springer.
12. Wesely, M., & Dublon, D. (2015). Empowering Women at the Grassroots.
Stanford Social Innovation Review.
13. Handjojo, F. V. (2013). Perancangan dan Implementasi Aplikasi Content
Management System dengan Format Virtual Online Tour. Jurnal Teknik
Informatika Universitas Tanjungpura, 1(2), 1-6.
14. Ramadhan, R. R. (2019). Virtual Tour Video 360 sebagai Media Promosi Objek
Wisata Kabupaten Pangandaran. Scientific Articles of Informatics Students, Vol.
2, No. 2, 76-85.

18 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022


KARYA UNGGUL : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat E-ISSN 2828-1829

15. Kawulur, M. U. (2018). Virtual Tour e-Tourism Objek Wisata Alam di Kabupaten
Biak Numfor. Jurnal Teknik Informatika, 1-6.
16. Tatali, A. A. (2018). Strategi Pengembangan Pariwisata Pesisir di Desa Bentung
Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Kebijakan Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 53-62.
17. Darmaningrum, K. T. (2021). Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Pesisir dengan Pelaksanaan Pembardayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai
(P2MPP). IMEJ: Islamic Management and Empowerment Journal, 133-151.
18. Sary, D. V. (2021). Identifikasi Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
Masyarakat Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Sosio Informa,
Vol. 7, 136-157.

19 Volume 2 | Nomor 1 | Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai