Anda di halaman 1dari 2

Manajemen Pelayanan GPM Masa 1995 -2005.

Manajemen pelayanan GPM mengatur


perencanaan pelayanan secara tersistem dalam Dasawarsa Kedua PIP-RIPP GPM 1995-2005.
PIP-GPM ini dikembangkan ke dalam RIPP GPM 1995-2005 dan Kebijaksanaan Umum
Pelayanan 1995-2000 selaku rangkaian implementasi PIP-RIPP GPM secara umum,
menyeluruh, terarah, terpadu dan berkesinambungan yang diklasifikasikan menurut Bidang,
Subbidang, Lingkup Pelayanan, Bentuk Program dan Proyek Usaha Pelayanan yang
diproyeksikan berskala lima tahunan. Kebijaksanaan Umum Pelayanan ini kemudian
dijabarkan ke dalam "Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Pelayanan" pada masing-masing
Kategori Pelayanan , dan Fungsi pelayanan , serta Bidang Pelayanan GPM , dan sebagainya.

"Selain itu, pada masa 1995 2005 ini, manajemen pelayanan GPM menetapkan pula "Bentuk
- bentuk Pelayanan GPM" sebagai bentuk Standardisasi Pelayanan GPM", yang meliputi
Peribadahan Jemaat, Pembinaan Keluarga, Pembinaan Kesadaran Berdoa, Pendalaman
Alkitab, Pembinaan Pastoral, Pembinaan Organisasi Pelayanan Dalam Jemaat, PAK dan
Katekisasi, Hubungan Ekumenis, P. Harapan yang hendak dicapai dalam seluruh pelaksanaan
pelayanan GPM selama masa ini adalah "Kemandirian Ekonomi Umat." Hal itu didukung
oleh Ketahanan Iman dan Ilmiah yang memadai agar tercipta SDM-GPM yang berkualitas,
berwawasan oikonomia Allah, kontekstual dan berdamai sejahtera. Manajemen pelayanan
GPM pada tahun 1999-2005, telah membarui manajemen pelayanan GPM secara total. Sebab
itu, dalam sistem 62 manajemen pelayanan GPM dibentuklah Pusat Penanggulangan Krisis
yang bertanggung jawab kepada BPHS.
Perubahan paradigma ini dilakukan dengan memintakan Fakultas Teologi UKIM untuk
membuka Program S1 bagi seluruh pendeta GPM yang sudah bertahun-tahun menyelesaikan
studi Sarjana Muda Teologi dan Sarjana Muda PAK , baik yang berada di tempat
pengungsian maupun di Jemaat-jemaat yang tidak mengalami kerusuhan. Klasis dan Jemaat-
jemaat yang terimbas kerusuhan Maluku baik yang sudah kembali maupun yang masih ada di
tempat pengungsian, tetap digiatkan untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan. Sidang
ke-34 Sinode GPM tahun 2001 menetapkan bahwa GPM tidak boleh menghapuskan status
Jemaat dan Klasis yang mengalami dampak kerusuhan Maluku. termasuk Jemaat-jemaat
yang telah beralih ke agama Islam.

Isi ketetapan Sidang Ke-34 Sinode GPM seperti ini dimaksudkan agar Badan Pekerja Harian
Sinode GPM yang dipilih dan ditetapkan dalam sidang ini dapat mengupayakan pemulihan ke
kondisi semula Jemaat-jemaat dimaksud. Dalam kenyataan ditemukan bahwa ada Kiasis dan
Jemaat yang tidak bisa dipulihkan lagi, seperti Jemaat GPM Lapela Kadili , Jemaat GPM
Salas, Dawang, Solang- Bonfia, Gaur, Geser dil di Klasis Geser , Jemaat Kalumata, dan Soa-
siu , Jemaat GPM Kayeli, Rata Gelombang . dinamis keuangan GPM dengan pengaturan 30%
dari Saldo Akhir Keuangan dalam pelayanan Jemaat dikumpulkan untuk dibagikan ke
Jemaat-jemaat baik sebagai subsidi GPM untuk pemberdayaan Jemaat maupun untuk
pembayaran gaji paral Pendeta/Penginjil, Pegawai Organik GPM, Guru-Guru YPPK dan
Petugas Medis di RSU Sumber Hidup yang diangkat sebagai pegawai organik oleh BPH
Sinode GPM. Dari aspek manajemen (tata-kelola) organisasi pelayanan, pada akhir masa ini,
dikembangkan 7 Tertib Organisasi Pelayanan yaitu: (1) Tertib Organisasi (meliputi antara
lain, Pengaturan Rapat-Rapat, Waktu dan Agenda serta Tindak Lanjut Pembinaan Struktur
dan Pengembangan Jaringan Kemitraan, pembentukan supporting system berupa Panitia-
panitia yang mendukung kegiatan pelayanan; (2) Tertib Administrasi (meliputi antara lain,
pelatihan Penataan Administrasi, Penetapan Model Tata Naskah Persuratan, Penyusunan
Data-Data Kepemilikan Jemaat, Penghimpunan dan Pengadaan Kembali Dokumen-
Dokumen Jemaat yang rusak karena kerusuhan; (3) Tertib Program (meliputi antara lain,
Dinamisasi Pelaksanaan Program Pelayanan GPM pada lini Jemaat, Klasis dan Sinode,
Penumbuhan Wawasan Program Oriented, Perumusan Instrumen Pengukur Kinerja Pelayan
GPM, Pelaksanaan Evaluasi Kemajuan Implementasi Program Pelayanan pada setiap lini; (4)
Tertib Anggaran (meliputi antara lain, Sentralisasi Administrasi Keuangan pada lini BPH
Sinode, Klasis dan Jemaat, Mendorong Klasis-klasis agar kelancaran penyetoran tanggungan
pelayanan Klasis-klasis ke Sinode tepat waktu, Mengupayakan Bantuan Dana dari luar
Maluku dan dari dalam Maluku [Pemerintah, Swasta dan Warga Gerejal, melaksanakan
Verifikasi Aset dan Keuangan pada setiap lini pelayanan termasuk Sinode pada setiap enam
bulan); (5) Tertib Personil (meliputi antara lain, Penetapan Strategi Pengangkatan,
Penempatan, Promosi, Mutasi, Rotasi dan Studi Lanjut bagi Pendeta/Pegawai Organik GPM,
Pembuatan Data Base dengan Sistem Komputerisasi, Penyiapan dan Penyebaran Konsep
Capacity Building Staf BPH Sinode dan Klasis/Jemaat, (6) Tertib Teologi/Ajaran (meliputi
antara lain, Mendinamisasi Komisi Ajaran & Pemahaman Iman GPM melalui Penyiapan
Konsultasi Studi/Seminar, Mendorong Kehadiran Perempuan Pendeta Dalam Berbagai
Kegiatan Lokal, Nasional, dan Internasional sebagai wujud kesadaran teologi jender,
Meningkatkan Kualitas Kotbah melalui khotbah yang lebih kontekstual.; dan (7) Manajemen
(tata-kelola) Konflik (meliputi antara lain, melakukan Dialog dengan Pemerintah Maluku
Utara guna Pengembalian Pengungsi Maluku Utara, menyampaikan berbagai Seruan dan
Pernyataan kepada pihak Internasional dan Nasional untuk tidak mengstigmatisasi Kerusuhan
25 April selaku ulah orang Kristen apalagi mengidentikkan orang Kristen, khususnya GPM
dengan Forum Komunikasi Maluku/RMS, membuat Pendekatan terhadap Komunitas Agama
dan Gereja lain melalui Dialog dan Ajakan Bekerja Sama dalam pembentukan Lembaga
Antar iman Maluku/EIAΙΜ).

Anda mungkin juga menyukai