Anda di halaman 1dari 4

Hantu Usil & Hantu Baik...

Sebelum saya mulai pengalaman saya dan teman-teman sekelompok saya saat magang/praktik klinik di
sebuah rumah sakit, saya ingin menyampaikan bahwa gak semua hantu itu jahat ada juga beberapa yang
baik.

Jadi kejadian terjasi sekitar 23 Januari 2020 - 17 Februari 2017 di rumah sakit di Ponorogo (rsud
Hardjono Ponorogo :+ maaf mas nama instansi tolong dirahasiakan). Saat itu saya (M) dan teman-teman
sekampus sedang melaksanakan praktek magang di rumah sakit tersebut, pada 2 Minggu pertama saya
ditempatkan di ruang M (bangsal mawar untuk pasien penyakit dalam, mohon nama ruangan
dirahasiakan) di lantai 3, pada akhir Januari tepat malam kamis minggu pertama magang sekitar jam 1
keatas saya/M dan teman jaga malam saya K (kiki, mohon namanya disebutkan inisial saja) sedang
menulis askep ( tugas mahasiswa berupa asuahan keperawatan pada pasien kelolaan) dan perawat
senior/perawat ruangan sedang tidur karena tidurnya gantian, jadi saat kami sedang menulis askep di
meja nurse station tiba terdengar suara "gledung" sebanyak 2 kali seperti suara galon kosong jatuh/
ditendang/ terbentur, intinya seperti suara dari galon ksong. Suara itu berasal dari dapurmini ruang
tersebut (jadi di setiap runag petugas/perawat ada bilik kecil difungsikan sebagai dapur biasanya dipakai
kalau pegawai/petugas di ruangan itu ingin masak mi atau kopi saat jaga). Setelah terdengar bunyi atau
suara galon tersebut saya dan k Langsung jalan menuju ruang daput dan kami cek namun tidak
menemukan sumber suara terbut, kami lihat galon 1 masih penuh belum di buka dan galon satu lagi
masih sedikit (karena tidak ada dispenser galon posisi dibawah/ di lantai), nah karena penasaran saya
minta K untuk nendang galon yang isinya tinggal sedikit dan bunyinya berbeda dari yang kami dengar
sebelumnya. Saat itu saya bilang ki beda gak sih suaranya?, K jawab "iya beda, coba kamu yang
tendang". Lalu saya coba nendang dan benar saudaranya berbeda dari yang kami dengar saat di nurse
station, karena kepo kami bolak balik nengdang galon itu bahkan galon yang penuh juga kami coba
tendang ( disini nendangnya sewajarnya tidak keras juga tidak terlalu pelan) selain itu kamu memeriksa
yang ada di dapur apa saya yang kira-kira menimbulkan bunya, namun tetap tidak menemukan akhirnya
kami kembali duduk di nurse stasion. Saat kami sibuk membuat askep terdengar bunyi "gledung" lagi
dari dapur, kami kembali cek lagi tidak ada apa-apa, belum keluar dari dapur kami mendengar suara
"gledung" dari ruangan samping nurse stasion yang isinya peralatan seperti tensi, kursi roda, suction,
nebu, tiang infus dll. Kami cek kesana tidak ada apa-apa, kami duduk kembali ke nurse stasion dan
seperti sebelumnya terdengar suara "gledung" dari dapur, dan kami cek lagi namun tetap tidak ada apa-
apa. Akhirnya karena merasa dikerjai kami kembali ke nurse stasion dan saat terdengar lagi suara
tersebut kami abaikan, setelah itu tidak ada bunyi gledung lagi. Jaga malam yang kedua tepat malam
Jum'at sekitar jam 12an pasien bed B6 (sebut saja tuan X) meninggal. Setelah dilakukan perawatan
jenazah saya dan k di minta oleh perawat senior untuk mengantarkan ke ambulan untuk dibawa pulang
keluarga ( biasanya pasien yang meninggal langsung diantarkan/dipulangkan kerumah keluarga pasien)
saat mengantarkan menuju ke lantai 1 menggunakan lift tiba-lift macet/mati agak lama (tidak lama juga
tidak sebentar) saat itu si K mencium wangi-wangian lalu berbisik dan bertanya pada saya apakah saya
juga mencium bau-bau wangi, namun saya tidak mencium aroma wangi-wangian. Setelah lift hidup
kembali langsung mengantarkan jenazah ke ambulan, karena takut terjebak macet saya dan K memilih
naik tangga saat di tangga si K mencium wangi-wangian seperti di lift namun saya tidak mencium aroma
wangi apapun, saya minta cium aroma baju saya dan baju dia namun dia jawab aromanya bukan parfum
atau dari baju kami, saat tiba di ruang M kembali kami tidak mempermasalahkan wangi-wangian itu lagi.
Kemudian 2 setelah itu teman saya N (biasa di panggil nono) yang jaga malam bersana E (ervan
mahasiswa kampus lain). Seperti sebelumnya antara mahasiswa praktikan dan perawat senior gantian
jaga/tidur. Saat itu N ketiduran di meja nurse stasion dan E sedang ke kamar mandi, lalu N di bangunkan
oleh seorang nenek dan bilang minta ganti infus keluarganya " Mas mas infuse pasien B6 habis" N
menjawab "sekedap ngeh mbah, pasien atas nama siapa?" Si mbah menjawab " pasien pak xx ", N
menjawab "ngeh mbah". Setelah itu si mbah peegi keruang B, saat sedang memakai sarung tangan dan
membantu infuse ganti E keluar dari kamar mandi dan bertanya ganti infus bed berapa, lalu di jawab N
B6 dan E ikut dengan N, namun saat tiba di bed B6 bed tersebut kosong, karena dikira simbah salah
menyebut bed maka mereka cek setiap pasien sekaligus mengechek apakah ada infuse pasien lain yang
habis namun tidak menemukan pasien yang di maksud dan mbah tersebut juga tidak ada, semua infus
pun tidak ada yg habis. Setelah di cek ternyata pasien tuan xx B6 telah meninggal 2 hari yg lalu.
Keesokan paginya saat saya jaga pahi dan opereran jaga (serah terima tindakan keperawatan dengan
rekan sejawat) mereka menceritakan kejadian semalam dan pasien yg di maksud adalah pasien saat
saya jaga malam dan merupakan jenazah pasien yang terjebak macet dilift malam itu. Beberapa hari
kemudian saat kami evaluasi deng CI ( CI adalah perawat yang bertanggung jawab membimbing dan
mengevaluasi laporan dan asuhan keperawatan mahasiswa melakukan evaluasi seperti ujian lisan terkait
teori dan evaluasi observasi tindakan atau skill) saat evaluasi berkumpul bersama teman sekelompok
dan saling bertukar kisah yang dialami selama di ruang tersebut, ternyata teman lain sebut saja S (Silvi)
menceritakan bahwa saat jaga malam deng D (mahasiswa kampus lain) datang pasien Febris rujukan
dari IGD, setalah serah terima pasien dari IGD ke Bangsal (ruang M) kondisi pasien mulai membaik, dan
setelah S mengecek suhu dan memberi obat saat keluar kamar S meliha bayangan hitam besar menuju
bed/masuk ke bed pasien tersebut. (Di bangsal M terbagi menjadi 5 kamar, ABCDE, khusus kamar E
untuk pasien isolasi, 1 kamar terdiri dari 10 bed dan setiap bed di batasi dengan tirai yang dapat di tarik
buka tutup, kecuali kamar islasi terdiri dari 6 bed). Tak lama setelah itu pasien tersebut meninggal. Kisah
lain dari sebut saja Y (yenas) saat jaga malam dia mendengar suara kucing karena takut tidak mencari
dan asal suara kucing itu, lalu bertanya ke perawat senior bahwa dia mendengar suara kucing lalu
perawat senior menjawab "gak ada kucing ke lantai 3 dek, pintu ne juga udah ditutup semua bukan jam
kunjung. Kalau denger suara aneh-aneh biarin aja, udah biasa kayak gitu. Sesepuh pengen kenalan kalian
paling kayak si N kemarin di kerjai" (sesepuh yang dimaksud disini adalah penunggu di ruang M
tersebut). Nah itulah kisah nyata saya dan teman-teman di ruang M.

Kisah nyata selanjutnya masih di rumah sakit yang sama di ruang yang berbeda yakni ruang A (asoka)
bangsal khusus paru, jadi setelah 2 minggu saya rolling ruangan atau pindah keruangan atau biasa
disebut pindah stase ( jadi kan dalam ilmu keperawatan terdiri dari beberapa stase yakni KMB atau
keperawatan medikal bedah, jiwa, gawat darurat, anak, dll.) Ini sekitar bulan februari terjadi pada hari
kedua saya di ruang A tersebut, karena kebetulan saya jaga malam, seperti biasanya saat jaga malam
giliran atau gantian tidurnya dengan perawat senior, saat itu saya dan teman saya E (endah) sedang
mengerjakan Askep (tiada hari tanpa askep,bini seperti kewajiban atau makanan pokok perawat
maupun mahasiswa keperawatan) datang ibu paruh baya meminta tolong untuk dibenarkan infus macet
anaknya (sebelumnya saya jelaskan bahwa pasien x tersebut terdiagnosa Hiv dan pneumonia (penyakit
paru komplikasi dri penyakit sebelumnya) dan komplikasi organ vital lainnya sehingga mengalami
gangguan fungsi dan terkadang tidak sadar tindakan atau gerakan yang ia lakukan, lalu saya jawab
sebentar bu saya siapka alat, setelah itu ibu tersebut kembali ke ruang anaknya dan saya segera
menyiapkan alat dan menggunakan APD (alat pelindung diri). Setelah itu saya menuju ruang itu saat
membenarkan infuse macet tangan pasien mengibas2 seperti hendak memukul dan mendelik/melotot
sehingga semakin sulit untuk membersihkan sumber sumbatan di selang infus tersebut dan tiba-tiba
dateng perawat senior rambut pendek dengan seragam khas perawat senior dengan warna agak pudar,
beliau membantu saya dan mengerahkan saya. Setelah tindakan selesai saya kembali keruang alat
bersana perawat senior tadi sambil membersihkan dan merapikan alat mengobrol di ruang tersebut saat
itu saya membatin "belum pernah liat mbak ini, apa karna kemarin pas orientasi ruang mbak nya gak
hadir untuk perkenal" saat itu mbak perawat senior tidak memakai nametag dan saya tidak tahu
namanya dalam hati saya ingin bertanya tapi sungkan karna baru awal diruang tersbut lalu mbak nya
bertanya "siapa namanya dek?" Saya jawab saya M mbak dari kota P tapi orangtua saya jawa, mbak
nama lengkapnya siapa?, mbak nya bilang saya Arumbi aslinya Banyuwangi. Lalu saya tanya udah lama
mbak disini?, Mbaknya jawab lama banget dek udah tahunan saya ngabdi disini, lalu saya tanya
sebelumnya di bangsal mana aja mbak?, Mbaknya jawab saya selalu dibangsal ini dek, saya sahuti wah
mbak kalo udah lama gak pengen PNS kah mbak?, Mbaknya jawab ngak perlu PNS dek, dan dilanjutkan
mbaknya memberikan nasehat nasehat sopan santun, dan menjelaskan pergaulan bebas, bahkan tebak-
tebakan keperawatan (seperti kuis tentang ilmu keperawatan seperti anatomi dll). Setelah itu mbaknya
bilang kamu dibawain apa sama si mbah mu?, Saat itu saya gak paham maksud kata-kata dari mbak ini
jadi saya tanya balik "di bawain apa mbak maksudnya ngak mudeng saya mbak? Lalu mbaknya bilang
coba tanya mbahmu, disini ada yang gak cocok nanti diganggu, saat itu saya langsung merinding
kebayang kejadian sebelumnya di ruang M dan saat itu saya bingung karena seingat saya mbah saya
tidak pernah memberikan hal-hal aneh terkait hal mistis. Sambil memikirkan itu saya bilang saya gak di
bawain apa-apa mbak sebelum saya kejawa mbah cuma kasih sanggu uang aja. Mbak nya menjawab yo
wes neh, sana temenin temen mu kasian plonga-plongo di depan ( mbaknya ngomong denga bahasa
jawa, dan depan yang dimaksud disini di nurse stasion). Lalu saya mengangguk dan jalan ke nurse
stasion. Hal paling mengejutkan saat saya susdah duduk di samping E, dia bertanya "ngapain aja sih
diruang alat lama banget tak kira ngorok disana?" Saya jawab saya ngrbrol dengan mbak arumbi, lalu
teman saya kaget "lambe mu yak-yak" (mulutmu sembarangan. Saya sahuti emang saya ngomong apa?,
Dan teman saya menjawab bahwa dai hanya melihat saya masuk dan keluar dari ruang alat sendirian,
gak melihat saya masuk dengan siapapun dan memperingati saya tidak boleh berbicara sembarangan
karna kita orang numpang atau perantauan. Saya jelaskan bahwa saya gak ngomong sembarangan dan
beneran saya tadi saat tindakan diabntu mbak arumbi, terus saya di ruang alat belajar sama ngbrol sama
mbak arumbi, E langsung menjawab gak ada siapapun aku liat kamu cuma sendirian habis benerin infus
jalan ke ruang alatkan, saya masih menjelaskan tentang mbak arumbi dan berfikir bahwa E hanya ingin
nakut-nakutin saya, saya sampaikan bahwa mbak arumbi rambutnya pendek yang seragam warnanya
urah mau pudar dan meminta E untuk berhenti menakiti saya, lalu E menjawab disini gak ada yang gak
pake jilbab kecuali bu administrasi dan Bu kepala ruang yang hanya masuk kerja pagi (jadi setiap setiap
bangsal/ruang memiliki administrasi sebelum mengurus ke administrasi umum untuk keluar rumah
sakit), lalu teman saya bersumpah bahwa dia benar-benar tidak berbohong atau menakuti saya dan juga
E sampaikan bahwa dari tadi perawat senior di ruang istirahat perawat dan tidak keluar dari sana sama
sekali. Mendengar itu saya benar-benar kaget langsung deg-degan dan hampir mau nangis (tapi udah
mbrebes) karena saya jadi sadar kalau yang tadi bersama saya bukan manusia atau perawat senior
sungguhan. Paginya karena saya masih penasaran jadi saya tanyakan pada perawat senior terkait
perawat bernama arumbi asal Banyuwangi dan saya sebutkan ciri-cirinya namun para perawat senior
menjawab di ruang ini tidak ada yang namanya arumbi dan mungkin di rumah sakit ini tidak ada nama
perawat arumbi dengan ciri-ciri yang saya sebutkan. Setelah mendengar jawaban para perawat senior si
E menjelaskan kejadian semalam dan salah satu perawat senior menjawab bahwa kejadian tersebut
pernah terjadi pada bebera pasie yang lalu dan pernah terjadi pada Perawat lain (mas H) saat awal
bekerja di rumah sakit ini. Saya agak takut tapi saya juga bersyukur karena mbak arumbi tidak jahil justru
baik kepada saya.

Anda mungkin juga menyukai